• Tidak ada hasil yang ditemukan

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica (L) Less) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica (L) Less) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

60

ABSTRAK

PENGARUH EKSTRAK DAUN BELUNTAS (Pluchea indica (L) Less) TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia coli Oleh : Hairunnisa Maya Febriana, Sri Amintarti, Aminuddin P.Putra

Abstrak: Beluntas adalah sejenis tumbuhan semak yang sering dijadikan sebagai sayuran dan bahan dasar pembuat jamu, serta di dijadikan pagar untuk halaman di muka rumah. Daun beluntas diketahui mengandung flavanoid, alkaloid, minyak atsiri, dan tanin yang berfungsi sebagai antibakteri. Escherichia

coli merupakan bakteri yang menyebabkan penyakit diare.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun beluntas dengan konsentrasi yang berbeda dalam menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan menentukan konsentrasi hambat minimal ekstrak daun beluntas yang dapat menghambat total pertumbuhan bakteri Escherichia

coli. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah

eksperimental dengan rancangan acak lengkap (RAL). Konsentrasi ekstrak daun beluntas yang digunakan dalam penelitian ini adalah 0%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50%. Masing-masing perlakuan dilakukan sebanyak 4 kali ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian perlakuan dengan ekstrak daun beluntas memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Konsentrasi hambat minimal yang dapat menghambat total pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah 50%.

(2)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

61

PENDAHULUAN

Beluntas (Pluchea indica (L) Less)merupakan sejenis tumbuhan semak yang sering dijadikan sebagai sayuran dan bahan dasar pembuat jamu. Daun beluntas berbau khas aromatis dan rasanya getir dan menyegarkan, berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan, membantu melancarkan pencernaan, meluruhkan keringat, menghilangkan bau badan dan bau mulut, meredakan demam, nyeri tulang, sakit pinggang, dan keputihan,sedangkan akar beluntas berkhasiat sebagai peluruh keringat dan penyejuk. Penggunaannya baik dengan daun yang segar atau yang telah dikeringkan (Susetyarini, 2007).

Secara tradisional daun beluntas digunakan sebagai obatu ntuk menghilangkan bau badan, obat turun panas, obat batuk, dan obat diare. Daun beluntas yang telah direbus sangat baik untuk mengobati sakit kulit. Disamping itu daun beluntas juga sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai lalapan (Winarno & Sundari, 1998).

Hampir semua bagian dari tumbuhan ini dapat dimanfaatkan sebagai obat-obatan tradisional. Senyawa kimia yang terdapat pada daun beluntas yaitu alkaloid, tanin, minyak atsiri, dan flavanoida. Selain daun, akar dari tumbuhan beluntas ini juga bisa dimanfaatkan sebagai obat. Hal tersebut dikarenakan pada akar beluntas juga mengandung beberapa zat seperti flafonoida dan tannin. Oleh karena itu, tumbuhan ini sudah dijadikan sebagai salah satu obat herbal. Daun beluntas dipercaya memilki khasiat untuk menyembuhkan berbagai macam penyakit (Suseno, 2013).

(3)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

62

Escherichia coli adalah kuman yang oportunis yang banyak

ditemukan di dalam usus besar manusia sebagai flora normal. Sifatnya unik kerena dapat menyebabakan infeksi primer pada usus misalnya diare (Sujudi, 1993). Escherichia coli adalah bakteri yang dapat hidup dalam lingkungan yang berbeda-beda. Pada beberapa kasus bakteri ini termasuk pathogen karena dapat menyebabkan infeksi pada manusia. Banyak bakteri yang tidak merugikan orang, melainkan bertahan dalam orang sebagai komensalisme. Didalam situasi ini, bakteri memperoleh makanan dan manfaat dari orang-orang tanpa menyebabkan gejala atau penyakit.

Escherichia coli biasanya komensalisme, tetapi dalam situasi tertentu

dapat menyebabkan berbagai penyakit manusia (Manning, 2010).

Menurut Menkes (2011) konsentrasi hambat minimal adalah kadar konsentrasi terendah antimikroba yang mampu menghambat tumbuh dan berkembangnya bakteri atau tidak menunjukkan adanya pertumbuhan koloni bakteri pada medianya. Dalam mikrobiologi kosentrasi hambat minimal adalah konsentrasi terendah dari antimkiroba yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan mikroorganisme terlihat setelah di inkubasi (Andrews, 2001).

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh pemberian ekstrak daun beluntas (Pluchea indica (L) Less) terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli?

2. Berapa konsentrasi hambat minimal ekstrak daun beluntas (Pluchea

indica (L) Less) yang efektif dalam menghambat total pertumbuhan

bakteri Escherichia coli?

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah: 1. Sebagai informasi kepada masyarakat tentang manfaat daun beluntas

(Pluchea indica (L) Less) yang dapat digunakan sebagai bahan alami untuk mengobati penyakit diare.

2. Memberikan informasi kepada mahasiswa program studi pendidikan Biologi dan mahasiswa lainnya tentang manfaat daun beluntas

(4)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

63

(Pluchea indica (L) Less) yang dapat digunakan sebagai bahan alami untuk mengobati penyakit diare.

3. Menambah informasi untuk matakuliah Mikrobiologi, Etnobotani, Fisiologi Tumbuhan, dan Biokimia pada Pendidikan Biologi FKIP UNLAM.

4. Sebagai bahan masukan pengembangan materi pelajaran Biologi tentang monera pada Sekolah Menengah Pertama Kelas VII dan Sekolah Menengah Atas Kelas X Semester 1.

METODE PENELITIAN

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan teknik pengamatan langsung terhadap jumlah koloni bakteri

Escherichia coli. Hasil uji pendahuluan telah dilakukan dengan konsentrasi

ekstrak daun beluntas 0%, 20%, 40%, 60%, 80%, dan 100%. Di dapatkan hasil bahwa penghambatan letal terhadap pertumbuhan koloni bakteri

Escherichia coli yaitu pada kosentrasi 60%. Kemudian pada uji

sesungguhnya di dapatkan konsentrasi yang efektif untuk menghambat pertumbuhan koloni bakteri Escherichia coli yaitu 0%, 20%, 25%, 30%, 35%, 40%, 45%, dan 50% dengan 4 kali pengulangan.

Populasi penelitian ini adalah semua daun beluntas. Sampel penelitian ini adalah daun beluntas ke 1, 2, 3, dan 4 yang di ambil sebanyak 2 kg. Pengambilan daun beluntas pada penelitian ini adalah teknik purposive, yaitu pengambilan sampelnya sesuai dengan karakteristik, ciri-ciri, dan kriteria. Daun beluntas yang digunakan adalah daun beluntas yang masih segar. Sebagai objek penelitian digunakan bakteri Escherichia coli.

Alat yang digunakan sebagai berikut: pisau, blender, oven, seperangkat alat soxhlet, naraca analitik, rotary evaporator, batang pengaduk, thermolyn, colony counter, incubator, tabung reaksi, pipet volumetric dan cawan petri steril. Bahan yang digunakan sebagai berikut:

(5)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

64

daun beluntas, ethanol 96%, kertas saring, tali, Muller Hilton Agar (MHA), biakan murni Escherichia coli, ekstrak daun beluntas dan aquadest.

Data yang dipakai untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh ekstrak daun beluntas terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah data kuantitatif yang diperoleh melalui hasil pengamatan berupa jumlah koloni bakteri setiap perlakuan kemudian dianalisis secara statistic menggunakan analisis parametrik, yaitu uji Kruskal Wallis dengan ɑ = 0,05. Selanjutnya data dianalisis berdasarkan kajian pustaka.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil uji penelitian maka didapatkan data jumlah rata-rata koloni bakteri Escherichia coli yang tumbuh pada setiap konsentrasi larutan uji seperti yang terdapat pada grafik dibawah ini.

Dari konsentrasi 0% koloni bakteri Escherichia coli sangat terlihat di permukaan medium. Pada konsentrasi lebih tinggi koloni bakteri berkurang dari konsentrasi sebelumnya. Hal ini menunjukkan penurunan jumlah koloni bakteri Escherichia coli. Semakin tinggi ekstrak yang diberikan, maka semakin sedikit jumlah koloni bakteri Escherichia coli yang tumbuh seperti pada grafik di atas.

0 50 100 150 200 250 300 350 400 0 20 25 30 35 40 45 50 Ra ta -ra ta j um la h k o lo ni Konsentrasi (%)

Grafik Hubungan Konsentrasi dengan Jumlah Rata-Rata Koloni Bakteri Escherichia coli

(6)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

65

Adanya penurunan jumlah koloni bakteri Escherichia coli dari konsentrasi 0% sampai konsentrasi 50% diduga karena bakteri

Escherichia coli sudah mulai terganggu hidupnya akibat pemberian

ekstrak daun beluntas. Bakteri Escherichia coli diduga mengalami stress akibat perubahan lingkungan yang merugikan bagi kehidupan bakteri (Ayu, 2012).

Perubahan yang terjadi akibat ekstrak daun beluntas yang diberikan ke dalam media mengandung zat antibakteri. Ketika lingkungan bakteri berubah atau tidak menguntungkan untuk bertahan hidup maka bakteri akan terhambat pertumbuhannya bahkan selanjutnya akan mati, sedangkan yang mampu bertahan dari lingkungan yang tidak menguntungkan akan melanjutkan siklus hidupnya. Menurut Brooks dkk, (2007) menjelaskan bakteri dapat menggunakan pili untuk menarik diri dan bersama-sama menjadi satu kelompok.

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli menunjukkan adanya penurunan jumlah koloni bakteri Escherichia coli setelah diberikan perlakuan yang berbeda-beda. Konsentasi 50% merupakan penghambat total terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia

coli.

Menurut Pelczar & Chan (1988), membran memelihara integritas komponen-komponen selular sehingga kerusakan pada membran ini akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan sel atau matinya sel. Selanjutnya Pelczar & Chan (1988), menjelaskan bahwa penghambatan kerja enzim dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau matinya sel.

Senyawa bioaktif yang terdapat pada daun beluntas (Pluchea

indica (L)Less) adalah alkaloid, flavonoid, tanin, minyak atsiri, asam

chlorogenik, natrium, kalium, aluminium, kalsium, magnesium dan fosfor. Sedangkan akarnya mengandung flavonoid dan tannin (Susetyarini, 2007). Senyawa-senyawa ini merupakan senyawa metabolit sekunder. Menurut ajizah (2004) alkaloid dapat menganggu terbentuknya jembatan

(7)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

66

seberang silang komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri, sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan kematian sel.

Masduki dalam Ajizah (2004) menyatakan bahwa tannin juga mempunyai daya antibakteri dengan cara mempresipitasi, karena diduga tannin mempunyai efek yang sama dengan senyawa fenolik. Efek antibakteri tannin antara lain melalui: reaksi dengan membransel, inaktivasienzim, dan destruksi atau inaktivasi fungsi materi genetik.

Zat antibakteri pada daun beluntas selaintanin adalah flavonoid. Kandungan flavonoid yang merupakan senyawa fenol (Harborne, 1987) dan senyawa fenol dapat bersifat koagulator protein menurut Dwidjoseputro (1998). Protein yang menggumpal tidak dapat berfungsi lagi, sehingga akan mengganggu pembentukan dinding sel bakteri (Ajizah dkk., 2007).

Penelitian lain oleh Ardiansyah dkk (2003), diketahui bahwa senyawa aktif yang diduga berperan sebagai senyawa antimikroba pada ekstrak daun beluntas adalah fenol hidgrokuinon, tanin, dan alkaloid. Bakteri yang paling sensitif adalah Bacillus cerieus, di ikuti oleh Bacillus

subtlis, Paramecium fluorescens, Escherichia coli, Staphylococus aureus,

dan yang paling resisten adalah Salmonella typhi. Sensitifitas sferoplas dan protoplas jauh lebih besar dibandingkan dengan sel utuhnya. Diduga ekstrak daun beluntas mampu bereaksi dengan membran sel bakteri. Pengaruh garam terhadap aktivitas antimikroba ekstrak daun beluntas bervariasi tergantung pada konsentrasi dan bakteri uji.

Dinding sel bakteri gram negatif mengandung satu atau beberapa lapis peptidoglikan dan membran luar. Peptidoglikan terikat pada lipoprotein di membran luar. Terdapat daerah periplasma, yaitu daerah yang terdapat di antara membran plasmadan membran luar. Periplasma berisi enzim degradasi konsentrasi tinggi serta protein-protein transpor (Pratiwi, 2008). Maka salah satu penyusun dinding sel bakteri adalah protein. DNA, RNA dan protein memegang peranan sangat penting di

(8)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

67

dalam proses kehidupan normal sel. Hal ini berarti bahwa gangguan apapun yang terjadi pada pembentukan atau fungsi pada zat-zat tersebut dapat mengakibatkan kerusakan total pada sel (Pelczar & Chan, 1988).

Kandungan metabolit sekunder yang terdapat dalam daun beluntas berperan sebagai antibakteri dimungkinkan karena senyawa-senyawa matabolit sekunder tersebut mampu menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak dinding sel bakteri, menghambat kerja enzim, mendenaturasi molekul protein dan asam nukleat serta menghambat sintesis protein pada bakteri.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi penghambatan mikroorganisme oleh bahan atau proses antimikroba. Salah satu faktor tersebut adalah konsentrasi zat antimikroba. Sel-sel bakteri akan lebih cepat mati bila konsentrasi zat tersebut lebih tinggi (Pelczar & Chan, 1988). Hal ini sesuai dengan hasil yang diperoleh pada penelitian yang telah dilakukan. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka pertumbuhan bakteri semakin sedikit.

Konsentrasi hambat minimal adalah konsentrasi minimal dari suatu zat yang akan menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme (Metaliri, 2007). Pada konsentrasi ekstrak 50% tidak tampak adanya pertumbuhan bakteri Escherichia coli. Hal ini menunjukkan bahwa konsentrasi hambat minimal efektif ekstrak daunbeluntas yang dapat menghambat total pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah 50%. Adanya penghambat total terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli menunjukkan bahwa ekstrak daun beluntas mengandung bahan antibakteri.

(9)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

68

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pemberian ekstrak daun beluntas terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dapat disimpulkan pemberian ekstrak daun beluntas menyebabkan terhambatnya pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan konsentrasi hambat minimal ekstrak daun beluntas yang paling efektif dalammenghambat total pertumbuhan bakteri Escherichia coli adalah 50 %.

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai khasiat daun beluntas terhadap bakteri patogen lainnya. Penelitian yang selanjutnya, sebaiknya mengambil bakteri Escherichia coli dari lapangan bukan dari biakan murni. Sebaiknya juga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan daun beluntas selain daun 1,2,3 dan 4 dan pengambilannya dimulai dari daun bawah, sehingga dapat diketahui daun mana yang lebih efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri

(10)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

69

DAFTAR PUSTAKA

Ajizah, Aulia. 2004. Sensitivitas Salmonella typhimurium terhadap Ekstrak

Daun Psidium guajava L. Program Studi Pendidikan Biologi FKIP

Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Ajizah A, Thihana dan Mirhanuddin. 2007. Potensi Ekstrak Kayu Ulin

(Eusideroxylon zwageri T et B) Dalam Menghambat Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Secara In Vitro.Laporan

Penelitian.Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Andrews, J. M. 2001. Determination Of Minimum Inhibitory Concentrations. Journal of Antimicrobial Chemotheraphy 48 (Suppl,

1): 5-16 PMID 11420333.

(http://jac.oxfordjournals.org/content/48/supol1/5.abstact). Di akases tanggal 04 Juli 2013.

Ardiansyah, L. Nuraida dan N. Andarwulan. 2003. Aktivitas Antimokroba

Ekstrak

Daun Beluntas (Pluchea indica Less.) dan Stabilitas Aktivitasnya pada Berbagai Konsentrasi Garam dan Tingkat pH. Jurnal

Teknologi dan Pangan.16(2):90-97.

(http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16902/4/Chapter% 20II.pdf). Di akses tanggal 20 Januari 2013

Ayu, A Rizki. 2012. Pengaruh Ekstrak Buah Sawo (Acharas zapota L.)

terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli secara In Vitro.

Skripsi S1. Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendididkan Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin.

Brooks, Geo F., Janet S. Buteldan Stephen A. Morse. 2005.

MikrobiologiKedokteran (Medical Microbiology) Buku 1.SalembaMedika, Jakarta.

Brooks. 2007. MikrobiologiKedokteranEdisi 23. EGC, Jakarta.

Dwidjoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Jakarta. Harobone, J. B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern

Menganalisis Tumbuhan. Terbitan Kedua. ITB, Bandung.

Manning, Shannon D. 2010. Deadly Diseases and Epidemic Escherichia

coli Infections, Second Edition. Chelsea House Publisher,

(11)

Jurnal Wahana-Bio Volume XIII Juni 2015

70

Menkes. 2011. Pedoman Umum Penggunaan Antibiotik. Peraturan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Nomor2406/Menkes/Per/XII/2011, Jakarta.

Metaliri, M. 2007. EfekAntibakteriInfusumAnggur (Vitisvinifera) VarietasProbolinggoBiruterhadap Streptococcus mutansAsal Saliva In Vitro. Skripsi.Fakultaskedokterangigiuniversitas Indonesia, Jakarta.

Pelczar, Michael J, dan Chan, E.C.S. 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi 2. UI Press, Jakarta.

Pratiwi, Slyvia T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Erlangga, Jakarta.

Susetyarini, Eko. 2007. Pengaruh Dekok Daun Beluntas (Pluchea indica

Less) Pada Terhadap LD 50 (Toksisitas Akut) Tikus Putih Jantan (Ratus nurwegicus).Laporan Penelitian. Lemlit UMM.

Suseno, Mahfud. 2013. Sehat dengan Daun. Buku Pintar, Yogyakarta. Sujudi. 1993. Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Binarupa Aksara,

Jakarta.

Winarno, M. Wien dan Dian Sundari. 1998. Pemanfaatan Tumbuhan

Sebagai Obat Diare di Indonesia. Pusat Penelitian dan

Pengembangan Farmasi Balai Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Jakarta.

Gambar

Grafik Hubungan Konsentrasi dengan Jumlah Rata-Rata Koloni  Bakteri Escherichia coli

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan pengertian perencanaan pajak (Tax Planning) menurut Resmi (2003:212) dapat diartikan sebagai “Upaya ya ng dilakukan oleh wajib pajak untuk menghemat pajak

Persegi Panjang, yaitu bangun datar yang mempunyai sisi berhadapan yang sama panjang, dan memiliki empat buah titik sudut siku-siku.. sifat-sifat persegi panjang

discovery phase; Fase ini dialami orang ber- usia 20 tahunan. Berlangsung sekitar se- puluh tahun pertama dalam dunia kerja. Di tahap ini, seseorang adalah angkatan

Setelah konselor memberi terapi kepada konseli, langkah selanjutnya evaluasi dan follow up, dalam menindak lanjuti masalah ini konselor melakukan home visit sebagai upaya

Saat suatu bahan dicerna oleh tubuh, vitamin yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan beredar ke seluruh yang terlepas akan masuk ke dalam aliran darah dan

Keempat, karena Inggris dan Prancis tahu Liga tidak bisa menghentikan negara-negara agresif, Mereka bukan Diikuti kebijakan peredaan atau memberikan Hitler apa yang ia ingin

Seperti yang diuraikan dalam Bab VI, prediksi akan adanya kenaikan harga timah di pasar internasional di tahun 2017 - 2020 (Bank Dunia dan EIU Economic and Commodity Forecast,

Menimbang bahwa sehubungan dengan pelaksanaaq kunjungan kerja dan/atau kenegaraan Presiden ke Republik Rakyat Tiongkok dan Republik Demokrasi Rakyat Laos pada tanggal 2