• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. longsor, dan kekeringan semakin tidak terkendali. Fenomena kembar yaitu el-nino

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. longsor, dan kekeringan semakin tidak terkendali. Fenomena kembar yaitu el-nino"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Fenomena kerusakan lingkungan telah menjadi isu global. Efek dari kerusakan lingkungan tidak hanya dirasakan oleh satu negara tetapi seluruh lapisan elemen di bumi. Perubahan iklim global merupakan efek dan permasalahan utama dari kerusakan lingkungan. Dampak dari perubahan iklim global menyebabkan bencana alam yang tidak kunjung surut. Bencana banjir, longsor, dan kekeringan semakin tidak terkendali. Fenomena kembar yaituel-nino (musim kemarau yang panjang) dan la-nina (musim dingin yang panjang) membuat musim semakin sulit diprediksi. Keseimbangan alam semakin terganggu, tentunya hal tersebut merugikan sekaligus membahayakan makhluk hidup di bumi.

Penggunaan bahan bakar fosil secara terus menerus telah memacu perubahan iklim global semakin cepat. Ketergantungan penggunaan bahan bakar fosil menyebabkan manusia mengeksploitasi sumberdaya alam secara berlebihan. Eksploitasi berlebihan terhadap lingkungan dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat telah dilakukan manusia tanpa memperhitungkan keberlangsungan hidupnya dalam jangka panjang (Kementerian Lingkungan Hidup, 2013). Hal ini dikarenakan pandangan antroposentris yang mengarah pada pemanfaatan sumberdaya alam yang menjadikan manusia sebagai prioritas utama akan kebutuhan hidupnya, sehingga tidak mempedulikan kehidupan makhluk

(2)

hidup lainnya. Tentunya pandangan antroposentris ini tidak mengarah pada keadialan sosial jangka panjang (Kopnina, 2014).

Dewasa ini telah dilakukan tindakan-tindakan untuk mengatasi dan memperlambat laju kerusakan lingkungan, antara lain dengan upaya-upaya konservasi, pengendalian pencemaran, dan pengembangan jasa lingkungan, akan tetapi hal tersebut tidaklah cukup. Jika dicermati akar permasalahan dari kerusakan lingkungan adalah akibat keserakahan manusia. Efek moderenisasi dengan gaya hidup yang serba praktis dan cepat, berkorelasi dengan perilaku manusia yang tidak ramah terhadap lingkungan. Kesadaran manusia terhadap lingkungan semakin rendah. Kurangnya pengetahuan terhadap lingkungan juga sebagai salah faktor sikap ketidakpedulian manusia terhadap lingkungan. Oleh karena itu, diperlukannya upaya atau tindakan dalam meningkatkan kualitas sumberdaya manusia agar manusia dapat memanfaatkan dan mengelola lingkungan dengan bijak dan berkelanjutan.

Peningkatan kualitas sumberdaya manusia diterapkan dalam konsep suistainable development. Konsep suistainable development merupakan upaya-upaya peningkatan kualitas hidup manusia yang diformat atau dikerangkai dengan batas-batas daya dukung ekosistem (Baiquni, 2002). Konsep tersebut juga diterapkan di dunia pendidikan melalui pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan. Pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan merupakan pendekatan baru dari pendidikan lingkungan hidup, yang mana tujuannya adalah untuk mengembangkan manusia yang melek lingkungan (Marcus, 2012).

(3)

Pendidikan lingkungan hidup merupakan salah satu sarana dalam rangka membentuk warga negara yang berwawasan lingkungan (KLH, 2012a). Oleh karena itu, pemilihan melalui pendidikan merupakan jalur yang tepat untuk mengatasi akar permasalahan perilaku manusia yang tidak ramah lingkungan secara langsung dan jangka panjang. Pendidikan sangat diperlukan untuk mengubah sikap masyarakat, sehingga masyarakat memiliki kapasitas untuk menilai dan mengatasi masalah pembangunan berkelanjutanya (Pradhan, 2003). Pendidikan lingkungan hidup melalui pengembangan sekolah dapat mendasari sebuah model untuk melakukan kebijaksanaan lingkungan, sehingga siswa dapat terus mengalami keberlanjutan pada setiap harinya (Marcus, 2012).

Penerapan pendidikan lingkungan hidup untuk pembangunan berkelanjutan di Indonesia dapat diterapkan secara mandiri melalui Sekolah Berbasis Lingkungan (SBL) atau seperti yang diselenggarakan oleh pemerintah Kementrian Lingkungan Hidup yang bekerja sama dengan pemerintah Pendidikan dan Kebudayaan yaitu melalui Sekolah Adiwiyata yang diterapkan di SD, SMP, dan SMA. Adapun tujuan program adiwiyata atau sekolah yang berbasis lingkungan adalah mewujudkan warga sekolah yang bertanggung jawab dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup melalui tata kelola sekolah yang baik untuk mendukung pembangunan berkelanjutan (KLH, 2012a).

Melalui program ini semua warga sekolah turut andil dalam menjaga kelestarian lingkungan sekolah. Khusunya untuk para siswa bahwa pengenalan mengenai lingkungan pun perlu diberikan sedini mungkin. Hal ini dikarenakan level pendidikan usia dini merupakan jenjang pendidikan yang fundamental,

(4)

karena akan menentukan karakter dasar seseorang dalam berperilaku di masa dewasanya, termasuk perilaku terhadap alam dan lingkungannya (Aryani et al., 2014). Disamping itu, anak merupakan generasi yang akan hidup di masa mendatang. Merekalah kelak yang akan memimpin bangsa dan juga yang akan melanjutkan untuk mengelola lingkungan.

Berdasarkan tujuan dari program sekolah adiwiyata maupun sekolah berbasis lingkungan, maka lingkungan sekolah merupakan sasaran yang tepat sebagai media dalam mengembangkan kualitas sumberdaya manusia terhadap lingkungan khususnya untuk para siswa. Lingkungan sekolah dapat dijadikan sumber utama dalam mendapatkan informasi mengenai lingkungan, sehingga sekolah harus memiliki kondisi lingkungan yang kondusif dan memungkinkan untuk pelaksanaan berbagai program pendidikan lingkungan (Mawardi et al., 2009; Marcus, 2012). Dengan demikian, demi mencapai tujuan tersebut diperlukan suatu metode atau pende katan pembelajaran lingkungan hidup yang tepat dan menarik

Keterbatasan yang dihadapi dalam penerapan pembelajaran lingkungan hidup di beberapa sekolah salah satunya adalah penerapan pembelajaran lingkungan hidup yang diberikan di kelas masih sulit dilaksanakan. Beberapa daerah ada yang telah mengembangkan Garis Besar Isi Materi (GBIM) Pendidikan Lingkungan Hidup menjadi buku Pendidikan Lingkungan, akan tetapi contoh-contoh yang diberikan masih secara umum dan abstrak. Seyogyanya pembelajaran lingkungan perlu diberikan secara kontesktual, sehingga siswa dapat langsung melihat dan merasakan.

(5)

Upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan sebuah inovasi pembelajaran lingkungan, yaitu salah satunya dengan pembuatan produk pembelajaran lingkungan hidup berupa video pembelajaran lingkungan hidup. Video sebagai bahan pembelajaran unsur audio visual gerak akan mampu menarik perhatian dan memotivasi siswa dalam melakukan kegiatan belajar (Ismaniati, 2012). Melalui video pembelajaran lingkungan hidup diharapkan siswa menjadi lebih mudah memahami terhadap kondisi lingkungan, termotivasi untuk melakukan perubahan yang lebih baik terhadap lingkungan, dan lebih kritis terhadap permasalahan lingkungan.

Hal penting lainnya adalah penentuan konten atau materi yang akan dikembangkan agar tujuan dapat tercapai. Pendekatan berdasarkan kondisi lokal dapat menjadi pilihan yang tepat untuk pengembangan materi yang akan disampaikan kepada siswa. Siswa perlu memahami kondisi daerahnya masing-masing. Pengembangan pembelajaran lingkungan juga hendaknya memasukkan isu-isu lingkungan dengan permasalahan daerah atau lokal (Pradhan, 2003). Hal ini dikarenakan kelak merekalah generasi yang akan mengembangkan dan mengelola daerah mereka masing-masing. Mereka diharapkan memiliki pengetahuan yang baik terhadap kondisi daerah mereka masing-masing.

Pengetahuan yang baik terhadap lingkungannya diharapkan tumbuh sikap kepedulian siswa terhadap kondisi lingkungannya, hal tersebut kelak akan merubah perilaku mereka menjadi perilaku yang lebih ramah lingkungan. Disamping itu, hal ini senada dengan program-program yang dibuat pemerintah dalam mengatasi permasalahan lingkungan yang dilakukan melalui pendekatan

(6)

lokal atau daerah. Kondisi lokal yang menarik untuk dikembangkan dan dibuat sebagai video pembelajaran pada Daerah Istimewa Yogyakarta yaitu kondisi kualitas air Sungai Code. Pemilihan mengenai kondisi kualitas air Sungai Code juga diangkat berdasarkan analisis dari Garis Besar Isi Materi (GBIM) Pendidikan Lingkungan Hidup dan kurikulum yang diterapkan sekolah.

Sungai Code membentang dari Kabupaten Sleman hingga Kabupaten Bantul dan ketika memasuki Kota Yogyakarta banyak dijumpai perkampungan padat yang berada disekitar bantarannya. Padatnya pemukimanan yang berada disekitar bantaran Sungai Code menjadikan pemanfaatan Sungai Code sebagian besar dimanfaatkan untuk kegiatan domestik, industri, perhotelan, dan pertanian. Hal ini menyebabkan sungai menjadi tercemar.

Tingginya pemanfaatan lahan yang berada di sekitar bantaran Sungai Code berkorelasi dengan tingginya limbah yang dibuang ke sungai. Limbah-limbah tersebut tentunya menyebabkan penurunan terhadap kualitas maupun kuantitas air sungai. Kualitas air Sungai Code yang terus mengalami penurunan tentunya dapat mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Hal ini dikarenakan ekosistem Sungai Code memiliki peran penting dalam menjaga keberlangsungan hidup manusia di sekitarnya.

Peran tersebut diantaranya adalah menjaga kestabilan ekosistem di sekitarnya. Limbah-limbah yang dibuang ke sungai salah satunya dapat menyebabkan pendangkalan sungai, sehingga nilai koefesien limpasan akan semakin kecil. Hal ini tentunya jika terjadi musim hujan akan terjadi banjir, apalagi jika yang terjadi adalah banjir lahar dari gunung Merapi. Tentunya hal ini

(7)

sangat membahayakan masyarakat yang berada di sekitarnya. Kualitas air sungai yang terus menurun juga menyebabkan berkurangnya populasi flora dan fauna yang berada di Sungai Code, dan juga pencemaran pada air tanah. Dengan demikian, dari permasalaan terhadap Sungai Code diperlukan kesadaran masyarakat yang tinggi dalam menjaga kestabilan ekosistem sungai.

Kondisi mengenai kualitas air Sungai Code dapat digunakan sebagai bahasan pembelajaran lingkungan yang menarik untuk diajarkan kepada siswa, khususnya siswa yang bersekolah dan juga bertempat tinggal disekitar Sungai Code. Berdasarkan uraian-uraian di atas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pembuatan Video Pembelajaran Lingkungan Hidup Berbasis Kondisi Lokal Untuk Meningkatkan Pengetahuan dan Sikap”.

1.2 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana kelaikan video pembelajaran lingkungan hidup berbasis kondisi lokal oleh ahli media, ahli materi, dan siswa?

2. Bagaimana pengetahuan dan sikap siswa terhadap lingkungan sebelum dan sesudah menggunakan video pembelajaran lingkungan hidup berbasis kondisi lokal?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui kelaikan video pembelajaran lingkungan hidup berbasis kondisi lokal oleh ahli media, ahli materi, dan siswa.

(8)

2. Mengetahui pengetahuan dan sikap siswa terhadap lingkungan sebelum dan sesudah menggunakan video pembelajaran lingkungan hidup berbasis kondisi lokal.

1.4 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis:

1. Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan pada perkembangan ilmu pendidikan lingkungan hidup. Terutama inovasi dalam proses pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk lebih mengenal lingkungan, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan sikap lingkungan yang diharapkan kelak akan dapat merubah perilaku menjadi lebih ramah lingkungan.

2. Menambah informasi untuk penelitian lebih lanjut mengenai penerapan pendidikan lingkungan hidup.

Manfaat Praktis:

1. Bagi guru: melalui penelitian ini guru dapat melakukan inovasi pembelajaran terkait pembelajaran lingkungan hidup.

2. Bagi siswa: menjadikan pembelajaran lingkungan hidup lebih menyenangkan dan bermakna.

3. Bagi sekolah: melalui penelitian ini sekolah berhasil mendorong terjadinya inovasi dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia untuk para siswa.

(9)

4. Bagi dinas pemerintahan yang terkait (KLH, Pendidikan dan Kebudayaan): membantu dan mendukung program mengenai penididikan lingkungan hidup.

1.5 Batasan Masalah Penelitian

1. Video pembelajaran lingkungan berbasis kondisi lokal yang dikembangakan adalah mengenai Kualitas Air Sungai Code.

2. Tahapan pengembangan menggunakan model 4D (define, design, develop, and disseminate), namun dalam penelitian ini hanya pada sampai tahapdevelop.

3. Hasil penilaian atau pengukuran dalam penelitian ini adalah keberhasilan video lingkungan hidup dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap lingkungan siswa.

1.6 Keaslian Penelitian

Penelitian mengenai pendidikan lingkungan hidup di Indonesia masih sedikit dilakukan, khususnya untuk penelitian mengenai pembuatan suatu produk yang dapat menunjang untuk terlaksananya penerapan pendidikan lingkungan hidup. Sejauh ini penelitian mengenai pendidikan lingkungan hidup yang telah dilakukan lebih banyak mengarah pada efektivitas penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah. Kemudian itu, efektivitas itu ditinjau dari penilaian terhadap pengetahuan, sikap, dan perilaku lingkungan siswa. Berikut Tabel 1.1 mengenai keaslian penelitian:

(10)

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

NO PENELITI TAHUN LOKASI TUJUAN HASIL

1 Lisminingsih, R. D.

2010 Kota Batu Malang

Menganalisis PLH (Pembelajaran Lingkungan Hidup) di SD dan MI Kota Batu

a. Pembelajaran PLH berorientasi kecakapan hidup di SD dan MI kota Batu belum sesuai dengan yang diharapkan di dalam kurikulum ideal.

b. Pembelajaran PLH di SD dan MI mengalami hambatan yang bervariasi antara lain antara lain keterbatasan perangkat pembelajaran, materi belum sesuai dengan kurikulum, keterbatasan sumber belajar yang relevan dan keterbatasan media pembelajaran, struktur pembelajaran belum terorganisasi dengan baik, masih terjadi keskolam materi ajar, dan belum mengintegrasikannya teknologi di dalam pembelajaran.

c. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan antara lain memperbaiki dan menambah perangkat pembelajaran, menyesuaikan materi dengan kurikulum, mengembangkan sumber belajar dan media pembelajaran yang relevan, perbaikan struktur pembelajaran, serta pengembangan multi media pendukung pembelajaran.

2 Sumarlin 2012 Kota Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara

a. Mengkaji presepsi siswa terhadap pengelolaan lingkungan sekolah melalui program Adiwiyata. b. Menganalisis faktor-faktor yang

berpengaruh pada presepsi siswa terhadap pengelolaan lingkungan sekolah melalui program Adiwiyata.

c. Mengkaji tingkat kepedulian

a. Presepsi siswa terhadap pengelolaan lingkungan sekolah melalui program Adiwiyata di SMPN 2 Kendari mayoritas dikategorikan sedang artinya sebagian besar siswa belum memahami, menilai, menginterpretasi dengan baik pengembangan program Adiwiyata dalam pengelolaan lingkungan sekolah, sedangkan di SMPN 17 Kendari prespsi siswa dikategorikan tinggi artinya sebagian besar siswa memahami, menilai, dan menghayati secara postif pengembangan program

(11)

NO PENELITI TAHUN LOKASI TUJUAN HASIL siswa terhadap pengelolaan

lingkungan sekolah melalui program Adiwiyata.

Adiwiyata di sekolah.

b. Tingkat pengetahuan dan sosial ekonomi siswa berpengaruh secara signifikan terhadap presepsi siswa. c. Tingkat kepedulian siswa terhdap pengelolaan

lingkungan sekolah melalui program Adiwiyata di SMPN 2 Kendari dikategorikan sedang, sedangkan di SMPN 17 Kendari mayoritas dikategorikan tinggi.

3 Kumurur, V. A.

2008 Jakarta a. Mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap dan kepedulian mahasiswa ilmu lingkungan terhadap lingkungan hidup di Jakarta.

b. Menguji/menganalisis apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin, umur terhadap pengetahuan, sikap dan kepedulian mahasiswa ilmu lingkungan terhadap lingkungan hidup di Jakarta.

a. Pengetahuan, sikap dan kepedulian mahasiswa ilmu lingkungan terhadap lingkungan hidup di Jakarta, sebagai berikut:

1) Sebagian besar responden atau 50%-58% jumlah responden memiliki nilai yang baik terhadap pengetahuan tentang lingkungan hidup.

2) Ada 53%-65% responden menyadari bahwa sikapnya salah dalam upaya menjaga kualitas lingkungan hidup di Jakarta.

3) Kepedulian terhadap lingkungan hidup masih rendah, ini terbukti dari jawaban responden terhadap instrumen kepedulian, di mana jawaban jarang terlibat (JT) adalah jawaban yang paling banyak di jawab (40%-53%). b. Hasil uji hubungan antara variabel jenis kelamin, umur

mahasiswa pascasarjana ilmu lingkungan dengan pengetahuan, sikap dan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup di Jakarta diperoleh kesimpulan bahwa: 1) Jenis kelamin tidak berhubungan dengan sikap, jenis kelamin berhubungan dengan pengetahuan tentang lingkungan hidup dan jenis kelamin tidak berhubungan dengan kepedulian terhadap kualitas lingkungan di

(12)

NO PENELITI TAHUN LOKASI TUJUAN HASIL Jakarta

2) Umur tidak ada hubungan dengan sikap mahasiswa terhadap ilmu lingkungan, umur tidak berhubungan dengan pengetahuan tentang kualitas lingkungan hidup di Jakarta, namun umur berhubungan dengan kepedulian mahasiswa pascasarjana ilmu lingkungan

3) Pengetahuan berhubungan dengan sikap mahasiswa ilmu lingkungan, Pengetahuan juga berhubungan dengan kepedulian terhadap kualitas lingkungan hidup di Jakarta.

4) Sikap tidak berhubungan dengan kepedulian terhadap kualitas lingkungan hidup di Jakarta

4 Marcus 2012 Israel a. Menguji konsepsi siswa tentang isu-isu lingkungan.

b. Membandingkan perilaku pro-lingkungan siswa, sikap lingkungan dan tingkat pengetahuan lingkungan dalam tiga jenis sekolah (control, green, diligent green).

c. Mencirikan faktor yang berbeda dalam program "Green School" yang mempengaruhi melek lingkungan siswa.

d. Mengevaluasi efektivitas program "Green School" di perkotaan sekolah dasar dalam hal dampak pada melek ngkungan.

a. Tidak ada perbedaan signifikan yang ditemukan antara tiga sekolah tentang sistem pengetahuan. Namun, green dan diligent green school lebih kreatif dalam menyajikan cara-cara untuk mengatasi permasalahan lingkungan

b. Dari ketiga sekolah dimana sikap siswa dan tingkat kesadaran terhadap lingkungan adalah positif. Namun, green dan diligent green school mejadikan sekolah sebagai sumber utama untuk medapatkan informasi tentang lingkungan dan guru adalah panutan dengan siapa siswa menikmati belajar tentang alam.

c. Siswa green school cenderung menjadi lebih terlibat dalam proyek pro-lingkungan dan mengambil bagian aktif dalam pengambilan keputusan tentang isu-isu lingkungan dan pelaksanaannya di sekolah.

(13)

NO PENELITI TAHUN LOKASI TUJUAN HASIL perilaku pro-lingkungan 5 Arslan, S. 2012 Sakarya Mengetahui pengaruh pendidikan

lingkungan terhadap berpikir kritis dan sikap lingkungan.

subjek dalam sampel memiliki tingkat rata-rata keterampilan berpikir kritis dalam pendidikan lingkungan. Terdapat perbedaan yang signifikan pada keterampilan berpikir kritis siswa dan sikap lingkungan terhadap jenis kelamin, tingkat sosial-budaya dan jenis sekolah.

6 Taysi, F. and Uysal F.

2012 Corlu a. Mengungkap hubungan anatara pengetahuan, dan sikap siswa kelas 5 dan 8 di Sekolah Dasar b. Menentukan perbedaan

berdasarkan variabel dasar dan demografi dengan menentukan pengetahuan lingkungan, dan tingkat kepekaan, sikap, dan aktif berpartisipasi pada siswa Sekolah Dasar.

a. Siswa dengan tingkat pengetahuan tinggi akan memiliki sikap lingkungan yang tinggi, begitu juga sebaliknya dengan siswa yang memiliki tingkat pengetahuan rendah akan memiliki sikap lingkungan yang rendah,

b. Tingkat pengetahuan dan sikap lingkungan siswa perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan siswa laki-laki. Terdapat perbedaan secara statistik untuk sikap lingkungan siswa laki-laki dan perempuan. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan untuk tingkat pengetahuan siswa antara siswa laki-laki dan perempuan. c. Siswa dengan tingkat pendapatan orang tuanya sebesar

1000 -1400 $ memiliki tingkat pengetahuan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan orang tua lainnya. Sedangan untuk pendapatan orang tuanya sebesar 700 -1000 $ memiliki sikap lingkungan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pendapatan orang tua lainnya. Namun, tidak terdapat perbedaan yang signifikan anatara tingkat pengetahuan dan sikap lingkungan terhadap pendapatan bulanan orang tua. d. Siswa yang tinggal dengan anggota keluarga berjumlah

empat lebih tinggi tingkat pengetahuan lingkungannya dibandingkan dengan siswa yang tinggal dengan anggota

(14)

NO PENELITI TAHUN LOKASI TUJUAN HASIL

keluarga lebih dari empat. Sedangkan siswa yang tinggal dengan anggota keluarga berjumlah tujuh memiliki sikap peduli lingkungan yang lebih tinggi. Namun, tidak perbedaan yang signifikan anatara tingkat pengetahuan dan sikap lingkungan terhadap jumlah keluarga yang tinggal bersama.

e. Terdapat perbedaan yang signifikan pada tingkat pengetahuan siswa terhadap status pendidikan ibunya. Sedangkan untuk sikap lingkungan tidak terdapat perbedaan yang signifikan terhadap status pendidikan ayah dan ibunya.

Gambar

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pcrhitungan sikap dengan model Fishbein didapat bahwa interpretasi sikap terhadap variabel jasa Taksi Blue Bird secara keselumhan berada pada ranking

a) Mendapatkan konsep bilangan adalah proses yang berjalan perlahan-lahan, anak mengenal benda dengan menggunakan bahasa untuk menjelaskan pikiran mereka sehingga

Unit analisis merupakan komponen atau sesuatu yang berkaitan dengan fokus penelitian. Unit analisis dapat berupa dalam bentuk individu, kelompok, instansi dan waktu

Sistem yang akan dibangun merupakan sistem pendukung keputusan penentuan karyawan terbaik berbasis web dengan metode Simple Additive Weighting (SAW) yang bertujuan untuk

Koi herpesvirus (KHV) merupelet salah satu penyakit infeksius yang menyerang spesies Cyprinus carpio Linnaeus yaitu ikan Mas yang disebabkan oleh virus DNA.. Sejak

Departemen Teknik Kimia UI Page 5 Dengan menggunakan matriks tersebut, maka untuk mengetahui nilai d, R, dan a dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara manual

Berdasarkan latar belakang masalah, peneliti merasa tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang masalah tersebut, sehingga untuk penelitian kali ini peneliti mengambil judul

Pada penelitian ini membahas perancangan purwarupa pengendali pintu pagar rumah otomatis dengan menggunakan mikrokontroller arduino dan modul WiFi ESP8266