• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Lingkungan hidup dapat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Lingkungan hidup dapat"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Lingkungan hidup adalah salah satu bagian dari pemenuhan kebutuhan manusia yang harus dijaga dan dimanfaatkan dengan baik, karena pada dasarnya lingkungan hidup merupakan sesuatu yang tidak dapat dipisahkan dengan manusia. Lingkungan hidup dapat disebut juga dengan ruang ekologi. Saat ini permasalahan ekologis di Indonesia semakin kompleks dan kerusakannya semakin tidak terkendali dan wajib mendapatkan perhatian oleh berbagai pihak yang bersangkutan. Salah satu permasalahan ekologis yang sering melanda sebagian besar wilayah Indonesia adalah sampah (Wijayanti et al., 2019). Sampah yang setiap harinya semakin menumpuk mengakibatkan terjadinya permasalahan sosial seperti banjir, pencemaran dan rusaknya lapisan tanah. Sebagian orang akan menutup mata dan tidak peduli terhadap permasalahan ekologis.

Perilaku masyarakat saat membuang sampah secara sembarangan seperti membuang sampah disepanjang bantaran sungai akan memicu terjadinya pendangkalan sungai, pencemaran sumber mata air dan menjadi penyebab adanya banjir. Tidak hanya itu kebiasaan masyarakat dalam mencampur sampah basah dan kering seringkali dilakukan oleh sebagian masyarakat dan hal ini dianggap lumrah tanpa memikirkan resiko penyakit yang akan berkembang seperti typus, diare bahkan menjadi sarang nyamuk yang memicu penyakit demam berdarah. Berbagai aktivitas masyarakat secara langsung dan tidak langsung akan menghasilkan sampah, seiring dengan perkembangan teknologi maka volume sampah akan semakin meningkat. Semua ini akibat oleh aktivitas masyarakat karena kurangnya kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya, dan kurangnya pengetahuan mengenai manfaat sampah jika diolah dengan baik yang dapat menambah

(2)

nilai perekonomian masyarakat. Sehingga permasalahan ini tentu akan meresahkan masyarakat itu sendiri.

Sampah tidak pernah lepas dari kehidupan manusia, karena setiap harinya manusia selalu menghasilkan sampah. Menurut Dr. Novrizal Direktur Pengelolaan Sampah menjelaskan bahwa produksi sampah di Indonesia mencapai 65,8 juta ton/tahun dengan rata-rata setiap orang menghasilkan sampah sebanyak 1-2 Kg/hari. Angka tersebut terbilang tinggi dengan presentase 16% adalah sampah plastik dan 60% merupakan sampah rumah tangga. Jika diakumulasikan jumlah penduduk Indonesia berjumlah 200 juta jiwa, maka sampah yang dihasilkan mencapai 400.000 ton. (Suryati, 2009) Menumpuknya sampah juga disebabkan oleh gaya hidup masyarakat, hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya penggunaan benda atau barang sekali pakai. Salah satunya ialah kantong plastik yang seringkali digunakan oleh masyarakat, sehingga kegiatan ini yang menyebabkan volume sampah semakin meningkat.

Plastik sudah tidak asing lagi bagi kita, karena hampir seluruh kehidupan kita tidak pernah lepas dari penggunaan kantong plastik. Salah satunya saat sedang berbelanja ke pasar, apapun barang yang dibeli baik daging, ikan, sayuran dan buah menggunakan plastik saat membungkusnya. Saat ini sebagian besar makanan dan minuman dalam kemasan yang berbahan dasar dari plastik serta pakaian dan obat-obatan yang dibungkus plastik dan segala kebutuhan lainnya. Tidak mengherankan apabila saat ini sampah plastik menjadi permasalahan yang sangat rumit untuk diselesaikan. Meskipun beberapa waktu yang lalu pemerintah telah mengeluarkan kebijakan mengenai pembatasan penggunaan sampah plastik, tetapi pada realitanya kebijakan ini dirasa kurang efektif karena masyarakat menyadari penggunaan plastik setiap harinya semakin meningkat. Selain kantong plastik banyak bahan lain juga yang membutuhkan waktu cukup lama dalam proses penguraiannya seperti styrofoam dan sedotan yang hampir setiap hari kita gunakan.

(3)

Bahan-bahan yang sulit terurai dan membutuhkan jangka waktu yang lama pada proses penguraiannya tidak membuat masyarakat sadar melainkan bersikap acuh tak acuh dengan akibat dampak yang ditimbulkan oleh penggunaan bahan-bahan tersebut dan telah menjadi kebiasaan dari kehidupan sehari-hari kita. Masyarakat yang menganggap bahan- bahan seperti plastik, styrofoam, minuman kemasan, sedotan dan pampers atau barang lainnya dianggap lebih praktis dan terjangkau. Alasan ini tentu meninggalkan dampak- dampak yang ditimbulkan dari penggunaan bahan-bahan tersebut yang kemudian tidak terpakai dan membuangnya pada tempat sampah.

Sampah yang semakin meningkat telah membuat kerusakan lingkungan atau disebut dengan krisis ekologi yang disebabkan oleh kesalahan perilaku manusia, kesalahan perilaku tersebut bermula dari cara pandang berpikir manusia terhadap ekologi. Dalam mengatasi krisis ekologi yang kian terkikis perlu melakukan perubahan pola pikir untuk mengubah cara perilaku manusia terhadap lingkungan hidup. Kaum perempuan menjadi subjek dan objek yang paling tepat, karena selama ini perempuan memiliki hubungan yang erat sebagai pengkonsumsi sampah plastik, di sisi lain perempuan paling berpotensi untuk melakukan revolusi ekologis. Hal ini berawal dari keterlekatan perempuan dengan konsep ibu bumi (mother’s nature) dan perempuan mampu mengambil alih bagian besar dalam gerakan peduli lingkungan.

Ekofeminisme melihat hubungan perempuan dengan alam, karena perempuan secara langsung mengalami masalah krisis ekologi dan perempuan dianggap mempunyai keahlian dan pengetahuan lebih baik tentang ekologi dibandingkan laki-laki. Oleh karena itu perempuan dapat dijuluki sebagai garda terdepan yang paling siap mengatasi krisis ekologi, dengan naluri bawaan perempuan lebih peduli dan mempunyai tingkat sensitif

(4)

yang tinggi pada lingkungan sehingga mampu membentuk komunitas tanpa adanya kekerasan.

Permasalahan tersebut dapat dilihat dari krisis ekologi yang terjadi akibat pola perilaku manusia berupa peningkatan volume sampah dan secara tidak langsung menyebabkan terjadinya polusi udara dan polusi air yang mencemari sumber mata air.

Namun permasalahan ketersediaan air bersih yang terjadi pada Kota Batu lebih dirasakan oleh kaum perempuan karena mereka merupakan pemakai air terbesar di dalam ranah domestik, mulai dari kegiatan rumah tangga, produksi dan konsumsi. Pencemaran terhadap air ini menyebabkan perempuan menjadi korban dari kerusakan lingkungan dibandingkan dengan laki-laki. Pada saat ini penting untuk kita menyadarkan pola perilaku masyarakat tentang keutamaan dalam menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar. Hal ini dikarenakan lingkungan adalah aspek utama pada kehidupan manusia, jika lingkungan sekitar kita bersih maka yang merasakan dampaknya adalah diri kita sendiri, begitupun sebaliknya.

Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam UU Pasal 28 H. Terjadinya kerusakan lingkungan hidup akibat eksploitasi telah mengabaikan hak warga negara untuk mendapatkan lingkungan yang sehat. Perempuan dan anak adalah bagian warga negara yang mempunyai dampak secara langsung akibat pencemaran. Perempuan yang terganggu kesehatannya akibat lingkungan hidup yang tidak sehat akan berakibat secara tidak langsung terhadap kesehatan anak sebagai generasi penerus bangsa, masyarakat meyakini bahwa tidak peduli terhadap lingkungan akan membahayakan keselamatan diri sendiri.

Menurut Putnam Tong (2004:361) apabila kita ingin memiliki barang-barang dan gaya hidup material yang berasal dari industrialisasi, kita harus menciptakan cara untuk

(5)

menangani limbahnya yang beracun sebagai produk sampingan. Jika kita ingin menjaga keragaman hayati dan potensi kekayaan yang ada di dalamnya, maka kita harus melindungi semua bentuk kehidupan dan menolak untuk membahayakan eksistensi semuanya. Karena nilai lingkungan tidak terhingga yang bersifat instrumental yang harus dijaga maknanya, kepentingannya serta tujuan yang bergantung pada kepentingan manusia itu sendiri.

Perempuan merupakan tokoh utama dalam rumah tangga mencoba untuk menjaga bumi dengan memperhatikan hal-hal kecil sebagai upaya dalam menyelamatkan lingkungan. Meskipun dengan tindakan dan aksi sederhana, nilai-nilai feminisme mengalami perkembangan menjadi tambahan perekonomian keluarga. Seperti dengan melakukan pengelolaan sampah melalui cara bank sampah, hal ini tentu memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat. Perempuan dan rumah tangga merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena sebagian besar sampah berasal dari kegiatan rumah tangga. Anggota keluarga terutama perempuan diharapkan memiliki peran untuk mengendalikan lingkungan.

Komitmen pemerintah Indonesia maupun komitmen global terkait dengan peningkatan pengelolaan lingkungan hidup melalui partisipasi perempuan telah dinyatakan secara tegas dalam berbagai dokumen kebijakan. Pada tingkat global, Konferensi Tingkat Tinggi Bumi di Rio de Janeiro pada tahun 1992 menghasilkan 21 agenda, dimana perempuan telah dipertimbangkan sebagai salah satu kelompok yang memiliki peran cukup signifikan dalam mewujudkan tercapainya pembangunan berkelanjutan. Demikian pula pada Konferensi Tingkat Tinggi Bumi (World Summit on Sustainable Development) yang diselenggarakan di Johannesburg Afrika Selatan pada tahun 2002, dimana salah satu hasil dari konferensi tersebut menggaris bawahi perlunya pemberdayaan perempuan dalam pengelolaan lingkungan hidup. (Bidegain Ponte &

Enríquez, 2016)

(6)

Salah satu permasalahan ekologis menumpuknya sampah yang berada di Kota Batu tidak bisa dianggap sebelah mata. Munculnya gerakan Zona Bening dapat membuktikan bahwa peran perempuan dapat mengurangi atas dominasi laki-laki. Bersama Ibu Sulistyorini sebagai penggagas dari komunitas Zona Bening ini mendapat dorongan dari masyarakat setempat untuk mengembangkan gerakan sosial ini. Gerakan feminisme ini dapat menarik hati para perempuan untuk belajar bersama mengenai arti pentingnya sampah dalam kehidupan, sampah yang berupa sisa-sisa kegiatan rumah tangga dapat dimanfaatkan dan diolah menjadi bahan-bahan yang ramah lingkungan dan tentunya dapat digunakan kembali pada kegiatan rumah tangga. Sehingga dengan adanya pemanfaatan ini tidak ada barang atau sisa-sisa makanan yang terbuang dengan sia-sia.

Gerakan Zona Bening ini telah berdiri sejak tahun 2011 oleh ketua volunteer dan telah membuktikan kepada khalayak luas bahwa perempuan dapat memimpin dan berperan dalam kegiatan penyelamatan lingkungan. Berbagai penghargaan telah diterima baik oleh gerakan Zona Bening ini, sehingga gerakan ini telah banyak dicontoh dan diterapkan oleh masyarakat. Diawali dengan memilah sampah rumah tangga menjadi organik dan anorganik dapat memudahkan untuk proses selanjutnya. Sampah yang terpilah dapat dimanfaatkan untuk tahap komposting yang dapat berguna untuk tanaman, tidak hanya itu masih terdapat banyak kegiatan yang dapat dilakukan dalam pemanfaatan sampah dengan mengelolanya secara baik. Pembuatan sabun dan shampo dengan memanfaatkan sampah organik juga dipraktekkan oleh gerakan Zona Bening ini, sehingga tidak ada sisa-sisa sampah yang terbuang karena semuanya dapat diolah dan menghasilkan jual beli yang dapat menambah nilai perekonomian masyarakat.

Gerakan ekofeminisme Zona Bening ini penting untuk diteliti karena ingin mengetahui sejauh mana perkembangan feminisme dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk selalu menjaga dan melestarikan lingkungan terlebih pada Kota Batu

(7)

yang menjadi objek dari lokasi penelitian. Penelitian ini menarik untuk diteliti karena pemikiran yang disumbangkan oleh ekofeminisme pada dunia ilmu pengetahuan sangatlah berguna. Selain untuk membangun kebudayaan dengan gaya hidup yang eco friendly, ekofeminisme juga mampu menjadi landasan berfikir dan bertindak para perempuan dalam menjadi pelaku perubahan menuju perempuan yang profesional dalam menangani alam serta lingkungan, dengan demikian peran perempuan dalam seluruh aspek yang berkaitan dengan lingkungan tidak semata-mata hanya untuk bekerja tetapi juga bertanggung jawab bersama-sama dalam melindungi dan melestarikan lingkungan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut rumusan masalahnya adalah bagaimana gerakan ekofeminisme komunitas Zona Bening melalui kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Batu?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga dalam gerakan ekofeminisme pada komunitas Zona Bening di Kota Batu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian terkait gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening di Kota Batu, diharapkan mampu memberikan manfaat praktis maupun teoritis.

1. Manfaat Teoritis

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memperkaya hasil penelitian-penelitian terdahulu dan menambah wawasan dan ilmu pengetahuan bagi mahasiswa, terlebih mahasiswa sosiologi akan pemahaman tentang

(8)

gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga, serta sumbangsih kepada kajian ilmu sosiologi khususnya sosiologi gender dan sosiologi lingkungan dan menjadi referensi bagi penelitian selanjutnya.

2. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu untuk diterapkan oleh pihak atau ahli dalam suatu bidang dan wewenang dalam pelaksanaannya untuk masyarakat dengan memberikan solusi dan penyelesaian terhadap permasalahan ekologis melalui gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga. Adapun manfaat praktisnya adalah :

1. Bagi Komunitas Zona Bening

Hasil penelitian dari gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening diharapkan dapat dikenal oleh seluruh lapisan masyarakat dan mendapatkan peningkatan perekonomian dari hasil kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga.

2. Bagi Masyarakat

Hasil dari penelitian ini dapat dijadikan sebagai panduan dan penunjang bagi masyarakat untuk melatih kepekaan dan mengetahui kegiatan apa saja serta dampak dari adanya gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening dalam memberikan solusi serta inovasi baru untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam bidang ekofeminisme.

(9)

E. Definisi Konseptual 1. Gerakan

Gerakan merupakan aksi bersama dengan tujuan pelaksanaan reorganisasi sosial, baik yang diorganisir secara rapi maupun secara cair dan informal. Gerakan sosial merupakan sebuah gerakan melalui tindakan kolektif yang dilakukan secara bersama untuk mencapai suatu keinginan yang menjadi cita-cita dalam mewujudkan tujuan kelompok. (Kamus Sosiologi, 2010)

Gerakan merupakan suatu upaya kolektif untuk mengejar suatu kepentingan bersama atau mencapai tujuan bersama melalui tindakan kolektif (collective action).

Sidney Tarrow menempatkan gerakan sosial sebagai politik perlawanan yang terjadi ketika rakyat biasa yang bergabung dengan kelompok masyarakat yang lebih berpengaruh menggalang kekuatan untuk melawan para elit, pemegang otoritas dan pihak pihak lainnya. (Tarrow, 2010)

Gerakan adalah perilaku yang lahir dari prakarsa masyarakat dalam menuntut perubahan pada institusi kebijakan atau struktur pemerintahan. Adanya sebuah tuntutan demi tercapainya suatu perubahan disebabkan oleh kebijakan yang tertulis tidak sesuai dengan konteks masyarakat yang ada pada saat itu, sehingga mengalami pertentangan dengan kepentingan masing-masing individua tau kelompok secara umum. (Lofland, 2019)

Gerakan merupakan suatu aktivitas yang terdiri dari individua atau kelompok dengan jumlah besar dan kecil dalam bentuk organisasi atau komunitas secara informal melakukan tindakan yang berfokus pada berkembnagnya isu-isu sosial, budaya dan politik melalui cara kampanye atau melaksanakan dan menolak terjadinya suatu

(10)

perubahan yang dikehendaki dan tidak dikehendaki masing-masing kelompok. (AB Widyanta, 2002)

Gerakan dapat diartikan sebagai cara untuk mempengaruhi dan mengarahkan tugas-tugas yang berhubungan dengan kelompok atau komunitas, sehingga diartikan sebagai proses kemampuan yang dimiliki untuk mempengaruhi tujuan dan strategi bersama dalam suatu kelompok agar dapat menjaga, memelihara serta mengembangkan budaya organisasi. (Winardi, 2004)

2. Ekofeminisme

Ekofeminisme adalah pandangan yang mendasar dari dua pemikiran penting yaitu ekologi dan feminisme, oleh karena itu pandangan ini dikenal sebagai “the ecology of feminism and the feminism of ecology” yang menawarkan jalan keluar masalah kehidupan manusia dan alam (Shiva, 2015). Kata “eko” dalam ekologi berasal dari bahasa Yunani Oikos, yang berarti rumah tempat tinggal; tempat tinggal semua perempuan dan laki-laki, hewan, tumbuhan, air, tanah, udara dan matahari. Ekologi mempelajari hubungan antar manusia dan lingkungan hidup, mengaitkan ilmu kemanusiaan dan ilmu alam serta melihat dunia secara integral-holistik. Feminisme adalah sebuah pandangan atau pemikiran yang berangkat dari kesadaran dan kepedulian atas segala bentuk penindasan, diskriminasi, marginalisasi pada perempuan.

Istilah ekofeminisme pertama kali muncul dari seorang tokoh feminis yang bernama Francoise d’Eaubonne pada tahun 1974 melalui sebuah bukunya “Le Feminist ou La Mort” (Feminis atau Kematian). Melalui bukunya Francoise mengungkapkan pandangan bahwa ada hubungan langsung antara opresi terhadap perempuan dan opresi terhadap alam. (Rosemarie Putnam Tong : 2004)

(11)

Beriringan dengan pemikiran Karen J Warren bahwa ia mengungkapkan masyarakat terbentuk oleh adanya suatu nilai, kepercayaan, pendidikan dan tingkah laku yang memakai kerangka kerja patriarki dan didalamnya terdapat justifikasi antara hubungan dominasi dan subordinasi, penindasan yang dilakukan laki-laki terhadap perempuan dan cara berfikir maskulin dapat mengancam keselamatan perempuan dan alam karena pandangan yang hirarkis, dualistik dan menindas.

Dalam bukunya Rachel Carson yang terbit pada tahun 1962 memperingatkan untuk mulai memperhatikan kepentingan lingkungan karena “semua perusakan yang dilakukan laki-laki terhadap lingkungan meliputi pencemaran udara, air dan tanah dengan material yang berbahaya bahkan mematikan sudah pasti akan merontokkan atau mengubah materi yang merupakan dasar bentuk masa depan”. Semua environmentalis meyakini bahwa manusia harus menghargai dalam kelompok yang disebut sebagai environmentalis yaitu pada manusia memberikan argumentasi nalar untuk menghormati alam berdasarkan kepentingan manusia yang lebih jauh lagi, disebut sebagai environmentalis karena memberikan alasan untuk menghormati alam berdasarkan nilai intrinsik dari bumi.

Filsafat Rene Descartes mendahulukan pikiran atas materi, para pengkritik environmentalis mengatakan bahwa yang berpusat pada manusia lebih jauh untuk mendorong konsep mekanistik atas alam. Keyakinan Descartes ini membuat kemampuan kita untuk berpikir bahwa manusia ditakdirkan untuk menguasai benda yang tidak berpikir seperti tumbuhan dan binatang. Seiring berjalannya waktu kita menyadari bahwa manusia adalah satu-satunya bentuk kehidupan yang paling tinggi, dengan adanya konsepsi ini maka kita kemudian merasa berhak untuk melindungi dan menjaga kelangsungan hidup lingkungan untuk dimanfaatkan kita sendiri, tetapi juga

(12)

bersedia untuk mengorbankannya dalam mencapai kejayaan dan kebaikan yang melebihinya. (Tong, 2010)

Aldo Leopold menuliskan essainya yang berjudul The Land Ethic dalam buku Feminist Thought yang mengemukakan bahwa manusia harus memikirkan alam yang saat ini dipercaya sebagai energi mata air yang mengalir dalam siklus tanah, tumbuhan dan binatang. Aldo Leopold meyakini bahwa bumi merupakan salah satu sistem kehidupan dan persimpangan elemen yang sangat rumit untuk saling berkaitan sebagai keseluruhan organisme. Kemudian Leopold mengemukakan bahwa cara yang paling tepat untuk mengobati sistem yang sedang sakit ialah dengan menjaga, merawat serta memberikan perlidungan terhadapnya. (Tong, 2010)

Menurut Synestra King dalam buku Rosemarie Putnam Tong, ekofeminisme merupakan pengakuan atas hubungan antara perempuan dengan alam dan posisi perempuan sebagai jembatan antara alam dan kebudayaan menghadirkan tiga arah kemungkinan feminisme. King meyakini bahwa ekofeminisme sejati adalah keyakinan feminis postmodern bahwa pada akhirnya semua bentuk operasi manusia berakar pada skema konseptual yang dikotomis dan menguntungkan salah satu dari dua hal (misalnya laki-laki atas perempuan, alam atas kebudayaan, ilmu pengetahuan atas kekuatan supernatural). (Tong, 2010)

Pemikiran Francois tentang ekofeminisme yang sangat berbeda, para feminis juga berpendapat yaitu Ariel Kay Salleh dalam buku Feminist Thought bahwa kebencian terhadap perempuan di dalam karakteristiknya (ipso facto) menyebabkan kebencian terhadap alam, adalah salah satu mekanisme utama yang mengatur tindakan laki-laki (atau sesuatu yang berkenaan dengan sifat laki-laki) dan karena itu keseluruhan kebudayaan barat atau patriarki. Dengan menunjukkan bahwa kebanyakan

(13)

juru bicara ekologi-dalam adalah laki-laki, Salleh menuduh ekologis-dalam takut untuk mengkonfrontasikan seksisme dan naturisme sebagai penyebab krisis lingkungan hidup. (Tong, 2010)

Simone de Beauvoir dan Sherry B. Ortner memiliki pandangan yang sama yaitu meyakini bahwa sifat-sifat tradisional dihubungkan dengan perempuan seperti merawat dan mengasuh merupakan fakta biologisnya sebagai perempuan, sehingga perempuan dianggap sebagai manusia secara penuh dengan melakukan banyak kegiatan seperti bergabung bersama laki-laki dalam mengendalikan alam, dengan ini perempuan akan terserap dalam wilayah kebebasan dan transendensi maskulin yang dikonseptualisasikan dalam istilah chauvinis- manusia.

Val Plumwood mengecam Beauvoir yang dianggapnya telah memberikan saran yang salah kepada perempuan yang peduli terhadap alam, hal ini didasarkan para perempuan tidak akan mendapatkan sisi kemanusiaannya yang sejati, melainkan hanya mendapatkan kesempatan untuk menjadi partner laki-laki dalam kampanye untuk menguasai atau mengendalikan alam. Dikotomi kebudayaan-alam tidak akan pernah dapat dihapuskan, melainkan memperburuk keadaan. Perempuan yang meninggalkan keadaan tersebut, alam akan tidak mendapatkan pertahanan melawan kekuatan kebudayaan atau kultur.(Tong, 2010)

3. Pengelolaan

Pengelolaan adalah rangkaian peristiwa dalam merubah sesuatu menjadi lebih baik dan mempunyai nilai tambah dari sebelumnya. Pengelolaan juga memiliki definisi sebagai suatu kegiatan untuk lebih meningkatkan kesesuaian dengan segala kebutuhan yang lebih bermanfaat. (Nugroho, 2019)

(14)

Pandangan Atmosudirjo dalam (Syarif Hidayatullah Npm, 2019) mendefinisikan bahwa pengelolaan merupakan pengendalian dan pemanfaatan semua faktor sumber daya yang menurut suatu perencanaan diperlukan untuk menyelesaikan suatu tujuan tertentu.

Pengelolaan menurut (Moekijat, 2018) adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan cara menggunakan manusia dan sumber-sumber lainnya.

Mary Parker Follet berpendapat bahwa pengelolaan merupakan sebuah proses dalam menyelesaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan adanya pencapaian tujuan bersama. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut terdapat beberapa faktor yang menjadi dasar utama ialah sumber daya manusia dan penggunaan sumber daya organisasi serta faktor-faktor lainnya yang dimulai dari tahap perencanaan dan berakhir pada tahap pengawasan yang terdapat seni dalam penyelesaiannya. (Follet, 2017)

Pengelolaan menurut pandangan Wardoyo adalah suatu proses kegiatan yang memiliki inti pada tahap perencanaan, pengorganisasian dalam menggerakkan dan mengawasi suatu tujuan dan pencapaian yang telah disepakati secara bersama sebelumnya. (Harsoyo, 2017)

Harsoyo mengemukakan pengertian pengelolaan merupakan suatu selisih yang berasal dari kata kelola dengan memiliki arti bahwa serangkaian usaha dengan tujuan menggali dan memanfaatkan potensi yang tersedia secara efektif untuk mencapai sebuah tujuan tertentu yang telah direncanakan sebelumnya. (Harsoyo, 2017)

(15)

4. Sampah

Sampah adalah benda padat yang berasal dari buangan kegiatan rumah tangga, rumah sakit, rumah makan, perhotelan, perkantoran, pasar dan kegiatan industri yang menghasilkan benda dari aktivitas masyarakat yang sudah tidak dapat digunakan kembali. (Sucipto, 2009)

Sampah merupakan suatu komoditas yang bersumber dari aktivitas masyarakat dalam menghasilkan buangan. Jumlah atau volume sampah dapat sebanding dengan tingkatan kegiatan konsumsi terhadap barang atau material yang digunakan sehari-hari.

(Muhammad Irpan et al., 2019)

World Health Organization (WHO) mengemukakan bahwa sampah merupakan sesuatu yang tidak dapat digunakan, tidak bisa dipakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya. (Sessa et al., 2010)

5. Komunitas

Komunitas merupakan kelompok sosial dari berbagai organisme dengan bermacam-macam latar belakang lingkungan yang mempunyai ketertarikan atau keinginan yang sama. Dalam suatu komunitas terdapat individu-individu yang didalamnya memiliki rasa kepercayaan, kebutuhan risiko, tujuan yang serupa. Menurut (Hermawan, 2008) komunitas adalah sebuah kelompok manusia yang memiliki rasa peduli satu sama lainnya dan dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang saling mendukung dan saling membantu satu sama lain.

Pandangan Muzafer Sherif dalam buku Dinamika Kelompok (2009), komunitas dapat diartikan sebagai kelompok sosial yang memilkik satu kesatuan sosial yang

(16)

terdiri dari beberaps individu dan telah melakukan interaksi sosial yang cukup intensif, sehingga dalam ruang interaksi terjadi adanya pembagian tugas, struktur dan norma tertentu. Komunitas juga berarti bahwa sistem sosial yang di dalamnya terdapat struktur sosial berupa bentuk kelompok atau organisasi yang bekerja sama dalam menjalankan fungsi-fungsi dari komunitas tersebut, hal ini dikarenakan komunitas tidak dapat berdiri sendiri dari salah satu anggota saja yang bekerja melainkan gotong-royong antar individu dalam suatu kelompok sosial.(Amir, 2009)

Komunitas dapat didefinisikan sebagai kumpulan orang-orang yang tinggal dalam wilayah tertentu, mempunyai gaya hidup dan struktur kebudayaan yang sama serta memiliki rasa sadar terhadap tindakan kolektif yang dilakukan dalam usaha mereka dalam mencapai tujuan. (Koentjaraningrat, 1968) mendefinisikan bahwa suatu komunitas dapat dikatakan komunitas kecil apabila kelompok-kelompok warganya masih saling kenal dan saling bergaul dalam frekuensi kurang atau lebih besar.

Komunitas merupakan kelompok sosial yang terdiri dari berbagai latar belakang lingkungan, namun memiliki keinginan yang sama dalam memilih dan melakukan kepercayaan, prefensi, sumber daya serta sejumlah kebutuhan dan kondisi lainnya.

Komunitas berasal dari bahasa latin communis yang berarti kesamaan, kemudian dapat diturunkan dari communis yang berarti sama, publik dibagi oleh semua atau banyak.

(Kusumastuti et al., 2017)

Mac Iver berpendapat bahwa komunitas dapat disebut sebagai perkumpulan individu atau paguyuban yang diartikan sebagai masyarakat yang menjalin tingkatan pertalian kelompok sosial dalam suatu daerah. Keberadaan komunitas didasari oleh beberapa aspek yang meliputi lokalitas dan sentiment community. (Goa Laurentius, 2017)

(17)

F. Metode Penelitian a) Jenis Penelitian

Metode penelitian adalah sebuah prosedur dari langkah-langkah yang dapat digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis informasi dalam meningkatkan pemahaman tentang suatu topik atau isu (Creswell, 2013). Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut pandangan (Miles & Huberman, 1994) penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang menggambarkan narasi melalui pengunaan kata-kata yang bersifat deskriptif tanpa adanya angka-angka yang terdapat di dalamnya. Dalam melakukan penelitian kualitatif untuk mendapatkan data maka dapat melakukan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Kemudian setelah terkumpulnya data maka dapat melakukan langkah selanjutnya yaitu teknik analisa data melalui cara mengetik dan menyunting suatu data agar dapat disajikan dalam laporan penelitian dalam bentuk gambaran secara umum dan bersifat deskriptif.

Pendekatan pada penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan alasan ialah menggunakan sifat narasi sehingga dapat mengupas semua informasi dari narasumber tentang bagaimana kegiatan dari gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening di Kota Batu, yang mana anggotanya ialah melibatkan peran perempuan sebagai aktor utama dalam kegiatan tersebut.

Pendekatan ini sangat cocok untuk mengkaji tentang pertumbuhan perekonomian masyarakat yang menjadi anggota dari komunitas Zona Bening dari adanya kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga di Kota Batu, adapun data

(18)

diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi yang bersifat narasi deskriptif (menggambarkan) informasi yang diperoleh dalam hasil penelitian.

Jenis penelitian dalam judul penelitian Gerakan Ekoeminisme Melalui Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Pada Komunitas Zona Bening di Kota Batu menggunakan jenis penelitian deskriptif. Menurut (Sudarwan Danim, 2000) penelitian deskriptif adalah mendeskripsikan atau menggambarkan keadaan situasi secara jelas dan akurat dalam mengkaji suatu fenomena atau permasalahan yang sedang diteliti. Studi deskriptif merupakan jenis penelitian yang bertujuan untuk menemukan suatu makna yang akan diteliti, menjelaskan kondisi keberadaan, serta menemukan kemunculan frekuensi baru maupun frekuensi yang akan dicari dengan cara menggambarkan atau mendeskripsikan suatu fenomena dalam situasi tersebut.

b) Unit Analisis

Unit analisis merupakan komponen atau sesuatu yang berkaitan dengan fokus penelitian. Unit analisis dapat berupa dalam bentuk individu, kelompok, instansi dan waktu yang sesuai dengan permasalahan yang ada dan termasuk di dalam unit analisis dengan skala terbatas. Dalam penelitian ini unit analisisnya adalah bersifat mikro yaitu menyangkut gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening Kota Batu.

c) Lokasi Penelitian

Penelitian ini memilih lokasi penelitian di Kota Batu. Pemilihan lokasi penelitian ini didasarkan karena peneliti melihat adanya gerakan ekofeminisme di Kota Batu dalam sektor pengelolaan sampah rumah tangga dan dapat memungkinkan peneliti untuk menggali informasi yang lebih mendalam mengenai

(19)

ekofeminisme dan peranan perempuan yang terlibat dalam gerakan ekofeminisme di Kota Batu. Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian di Kota Batu ialah dikarenakan saat ini permasalahan yang sulit untuk diselesaikan dan belum mendapatkan metode penyelesaian yang baik adalah permasalahan sampah, dengan adanya gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga menjadi upaya dalam menyelesaikan permasalahan ekologis ini. Sehingga hal yang ini menjadi alasan mengapa peneliti sangat tertarik dalam memilih Kota Batu sebagai lokasi penelitian.

d) Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar data yang diperoleh merupakan data akurat dalam menggambarkan kondisi sebenarnya pada pelaksanaan gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening. Teknik pengumpulan data yang dilakukan ialah dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi. Adapun menurut Creswell metode pengumpulan data adalah teknik atau cara dalam menunjuk suatu kata yang abstrak, namun tidak ditunjukkan dalam suatu benda.

Melainkan diwujudkan denga napa yang dilihat melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik pengumpulan data yang digunakan haruslah tepat, sehingga benar-benar mendapatkan data yang valid dan reliabel (Creswell, 2013). Pada penelitian ini peneliti menggunakan Teknik pengumpulan data dengan cara observasi, wawancara dan dokumentasi.

1. Observasi

Pengumpulan data penelitian kualitatif ini memakai observasi terus terang atau tersamar. Nasution (1988) menyatakan bahwa semua dasar ilmu

(20)

pengetahuan dapat dilihat melalui cara observasi atau pengamatan. Seperti para ilmuwan yang melakukan pekerjaan berdasarkan data, baik itu fakta mengenai dunia kenyataan diperolehnya melalui cara observasi (Sugiyono, 2014).

Pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti adalah dengan menyatakan terus terang kepada narasumber sebagai sumber data, bahwa ia sedang melakukan penelitian. Sehingga mereka yang menjadi subjek penelitian mengetahui sejak awal sampai akhir tentang keberadaan dan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti. Namun dalam waktu tertentu peneliti juga melakukan Tindakan tidak terus terang atau tersamar dalam proses observasi, hal ini bertujuan untuk menghindari jika suatu data yang dicari merupakan data yang masih disimpan dan dirahasiakan oleh narasumber. (Sugiyono, 2014)

Objek observasi penelitian ini secara langsung kepada gerakan ekofeminisme pada komunitas Zona Bening di Kota Batu. Observasi dilakukan melalui pengamatan cepat karena keterbatasan waktu di masa pandemi saat ini, dalam melakukan kegiatan observasi menggunakan dan mematuhi protokol kesehatan demi meminimalisir terjadinya penyebaran virus Covid-19.

Subjek penelitian dengan sukarela memberikan kesempatan untuk mengamati suatu fenomena yang terjadi di lapangan dan mereka menyadari bahwa ada peneliti yang sedang mengamati kegiatan yang dilakukan. Metode ini digunakan dalam memperoleh data tentang kondisi fisik daerah penelitian dan keadaan pelaksanaan kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening. Sehingga peneliti tidak mengubah situasi dan kondisi para anggota, hal ini berlangsung secara langsung. Observasi dilakukan untuk mengumpulkan data pada saat terjadinya kegiatan pengelolaan sampah rumah

(21)

tangga pada komunitas Zona Bening. Teknik observasi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 1. 1 Teknik Observasi

No. Aspek Sumber Data Teknik

1. Mengamati lokasi dan keadaan sekitar komunitas Zona Bening

Basecamp Komunitas Zona Bening

Observasi

2. Mengamati fasilitas-fasilitas yang tersedia pada komunitas Zona Bening

Basecamp Komunitas Zona Bening

Observasi

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa Teknik observasi dilakukan pada basecamp komunitas Zona Bening, kegiatan ini dilakukan untuk mengamati lokasi dan keadaan lingkungan sekitar pada komunitas Zona Bening. Tidak hanya itu Teknik observasi dilakukan untuk mengamati fasilitas yang tersedia di basecamp komunitas Zona Bening.

2. Wawancara

Dalam pengumpulan data penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur merupakan salah satu jenis wawancara bebas dimana peneliti tidak berpedoman pada susunan pertanyaan penelitian dalam proses pengumpulan data. Pedoman wawancara yang digunakan peneliti hanya berupa garis-garis besar permasalahan dan kegiatan yang akan ditanyakan, wawancara dilakukan dengan fokus kajian peneliti dan tidak menyimpang dari tema yang telah ditentukan. (Yin, 2009)

Peneliti akan melakukan wawancara kepada partisipan pada komunitas Zona Bening Kota Batu, dengan menanyakan tentang program atau kegiatan apa saja yang dilakukan pada komunitas tersebut. Wawancara dilakukan secara face to face dengan waktu yang sangat terbatas karena masa pandemi Covid-19

(22)

dan dilakukan dengan mematuhi dan menggunakan alat protokol kesehatan yang telah dianjurkan. Wawancara secara mendalam akan dilakukan dengan menggunakan pemanfaatan perkembangan teknologi berupa video call menggunakan smartphone. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19 dan menghemat keterbatasan waktu, mengingat penelitian yang dilakukan di masa pandemi memiliki jangka waktu yang dipersingkat atau tidak bisa lama.

Wawancara dilakukan terhadap pengurus komunitas Zona Bening dan tokoh masyarakat yang terkait dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga. Teknik wawancara dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1. 2 Teknik Wawancara

No. Aspek Sumber Data Teknik

1. Gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening di Kota Batu - Jawa Timur :

a. Latar belakang komunitas b. Jumlah anggota

c. Persyaratan anggota d. Fasilitas

e. Pelaksanaan f. Pemasaran g. Media h. Evaluasi

i. Faktor pendukung j. Faktor penghambat

Pengurus komunitas Zona Bening

Wawancara

2. Gerakan ekofeminisme melalui pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening di Kota Batu - Jawa Timur :

a. Pengetahuan tentang adanya komunitas Zona Bening

b. Bentuk kontribusi c. Efektivitas kegiatan

Tokoh masyarakat Wawancara

(23)

3. Dampak kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening

Pengurus komunitas Zona Bening dan tokoh masyarakat

Wawancara

Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa teknik pengumpulan data menggunakan cara wawancara dilakukan kepada pengurus komunitas Zona Bening dan beberapa tokoh masyarakat yang terkait dalam kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga. Wawancara dilakukan dengan menanyakan seputar keberadaan komunitas Zona Bening serta kontribusi yang dilakukan oleh masyarakat setempat dalam mengikuti kegaiatan yang dilakukan.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menjadi sangat penting dalam penelitian karena untuk membuktikan keakuratan data maupun penelitian yang dilakukan diharapkan berguna dan bermanfaat untuk orang lain dan masyarakat luas. Dokumentasi juga dianggap sebagai hal yang sulit bagi peneliti mengingat bahwa tidak semua hal atau sesuatu bisa diperbolehkan untuk didokumentasikan, untuk itu perlu adanya prosedur perizinan yang harus ditaati oleh peneliti sehingga rahasia suatu data dapat terjamin dengan aman.

Dokumentasi yang dilakukan penulis bertujuan untuk meyakinkan kepada pembaca tentang keakuratan data yang di ambil oleh penulis, tanpa dokumentasi terkadang keakuratan data dapat dipertanyakan. Dalam penelitian ini dokumentasi diperlukan sebagai pelengkap untuk menyamakan persepsi data hasil wawancara dan observasi. Peneliti melakukan studi dokumentasi dari arsip atau catatan yang ada, foto, tabel, skema, bagan atau peristiwa tertentu yang memperkaya informasi dan mendukung hasil penelitian. Selain itu Teknik dokumentasi juga digunakan untuk memperoleh data mengenai kegiatan

(24)

pengelolaan sampah rumah tangga pada komunitas Zona Bening berupa foto dan gambar. Teknik dokumentasi dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 1. 3 Teknik Dokumentasi

No. Aspek Sumber Data Teknik

1. Profil komunitas Zona Bening yang meliputi :

a. Sejarah komunitas Zona Bening

b. Tujuan, visi dan misi, fungsi serta hal dan kewajiban komunitas Zona Bening

c. Struktur organisasi

Pengurus komunitas Zona

Bening

Dokumentasi

2. Fasilitas kegiatan pengelolaan sampah rumah tangga di basecamp komunitas Zona Bening yang meliputi :

a. Sarana b. Prasarana

Pengurus komunitas Zona

Bening

Dokumentasi

Berdasarkan tabel diatas dapat dijelaskan bahwa teknik dokumentasi dalam pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti bersumber dari pengurus komunitas Zona Bening, hal ini bertujuan untuk mendapatkan data berupa foto atau gambar yang dapat menjelaskan dari aspek profil komunitas Zona Bening serta sarana dan prasarana yang dimiliki pada basecamp komunitas Zona Bening.

4. Teknik Penentuan Subjek Penelitian

Penentuan subjek pada penelitian ini menggunakan teknik purposive.

Pandangan Wiharyanto (2013) mengenai teknik purposive adalah dimana seseorang dalam melakukan penelitiannya sudah mengetahui dan menentukan siapa yang akan menjadi subjek atau informan. Penentuan subyek penelitian ini atas pertimbangan melalui penentuan subjek berdasarkan keperluan penelitian. Artinya peneliti melakukan pemilihan atau seleksi terhadap orang atau tempat yang menjadi

(25)

subjek penelitian, hal ini berguna untuk dapat membantu peneliti dalam memahami sebuah fenomena sesuai dengan kebutuhan peneliti dan pertimbangan yang telah ditentukan (Creswell, 2013).

Pertimbangan yang dimaksud ialah sesuai dengan kriteria dari masing- masing individu atau kelompok yang mengetahui kondisi secara jelas di lapangan dan dapat membantu dalam memberikan data yang dibutuhkan oleh peneliti dengan tujuan untuk memudahkan dalam mengetahui dan mempelajari suatu objek penelitian. Kriteria yang menjadi subjek penelitian dalam pengambilan sampel ialah pengurus inti dari komunitas Zona Bening dengan anggota sejumlah 11 orang, penentuan subjek ini berdasarkan posisi dan kepengurusan paling lama dalam komunitas tersebut. Adapun yang menjadi subjek penelitian berdasarkan lama atau tidaknya pengurus ialah selama 7 tahun terakhir.

Teknik purposive dipilih karena dianggap bisa memberikan informasi sesuai dengan reasonable tentang Komunitas Zona Bening. Dalam hal ini peneliti menentukan ketua pada Komunitas Zona Bening sebagai subjek pertama dalam penelitian untuk mendapatkan data yang diperlukan. Kemudian pengurus Komunitas Zona Bening dan beberapa tokoh masyarakat yang mengetahui kegiatan setiap harinya sebagai informan tambahan.

Tokoh masyarakat yang menjadi subjek penelitian ini ialah sejumlah 3 orang yang memenuhi kriteria berupa tokoh masyarakat yang mengetahui kegiatan dari komunitas Zona Bening setiap harinya dan merupakan masyarakat yang turut aktif dalam kegiatan yang diadakan oleh komunitas Zona Bening dalam pengelolaan sampah rumah tangga. Pertama, Ibu Ratih yang merupakan warga Desa Gunungsari Dusun Brumbung RT 5 RW 6, pemilihan subjek tersebut didasarkan pada kriteria berupa masyarakat yang aktif dalam kegiatan yang dibuat oleh

(26)

komunitas Zona Bening dalam mengajak masyarakat di dusun tersebut untuk melakukan pengelolaan sampah rumah tangga berupa pembuatan eco-enzym.

Informan selanjutnya ialah Ibu Rin yang merupakan warga Desa Punten Dusun Krajan pada RT 1 RW 3, informan tersebut memiliki kriteria berupa salah satu masyarakat yang aktif dalam kegiatan sedekah jelantah. Informan ketiga ialah Ibu Holis yang merupakan warga Desa Gunungsari Dusun Kapru RT 2 RW 4, pemilihan subjek tersebut didasarkan pada kriteria salah satu masyarakat yang aktif dalam ajakan kegiatan komunitas Zona Bening pada pengolahan ampas kopi.

5. Teknik Analisa Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan ketika pengumpulan data sedang berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu.

(Miles & Huberman, 1994) dalam buku R. K Yin, mengemukakan bahwa kegiatan penelitian dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas dan memasukkan informasi ke dalam daftar.

Dalam melakukan interaksi dengan narasumber peneliti menggunakan alat protokol kesehatan untuk meminimalisir penyebaran virus Covid-19.

Kegiatan penelitian dalam analisis data Yin mendefinisikan analisis

“consists of examining, categorizing, tabulating, testing, or otherwise recombining both quantitative and qualitative evidence to address the initial proportions of a study”. Yin merekomendasikan dalam analisis data dengan mengkategorikan data kemudian mengatur data dengan empat cara, yaitu pencocokan pola, membangun penjelasan, menemukan logika model, dan melakukan analisis time series. (Yin, 2009).

(27)

Penelitian ini menggunakan data kualitatif yang terdiri dari reduksi data, pengumpulan data, penyajian data dan penarikan kesimpulan yang diperoleh melalui cara wawancara, observasi serta dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara menjabarkan data, kemudian dari penjabaran data tersebut membuat kategori data lalu membuat unit data kemudian menyusun dan menyajikan data serta membuat kesimpulan yang mudah dan tepat untuk dipahami. Komponen dari analisis data dari model interaktif adalah sebagai berikut :

a. Reduksi Data

Reduksi data adalah data yang diperoleh dari lapangan dengan cara wawancara, observasi dan dokumentasi, kemudian dikumpulkan dan ditulis secara terpirinci. Sehingga dapat dipilih dan dikategorikan sesuai keperluan peneliti dalam membuat hipotesa sesuai dengan kajian fokus penelitian. (Miles

& Huberman, 1994) b. Penyajian Data

Penyajian data dapat mempermudahkan untuk memahami apa yang terjadi dari hasil penelitian dan merencanakan cara kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami sebelumnya. Dengan melihat tampilan reduksi data maka dapat membantu kita dalam memahami apa yang sedang terjadi dan melanjutkan analisis ke tahap selanjutnya. (Miles & Huberman, 1994)

c. Conclusion Drawing atau Kesimpulan

Langkah ketiga dalam teknik analisis data kualitatif menurut Miles dan Huberman adalah penarikan kesimpulan. Kesimpulan awal bersifat sementara dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat dalam mendukung tahap pengumpulan data selanjutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang

(28)

dikemukakan pada tahap pertama didukung oleh bukti-bukti yang valid sesuai dengan realita yang terjadi di lapangan, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel (Yin, 2009).

Berikut merupakan skema Teknik Analisis Data dalam penelitian ini adalah :

d. Uji Keabsahan Data

Uji keabsahan data adalah validitas data yang merupakan upaya dalam pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur- prosedur tertentu. Menurut (Creswell, 2013) terdapat delapan prosedur yang dapat diterapkan dalam penelitian kualitatif yang meliputi triangulasi, member checking, membuat deskripsi padat, mengklarifikasi bias, melakukan tanya jawab dengan rekan, mengajak seorang auditor luar, menggunakan waktu yang lama, menyajikan informasi yang berbeda (negatif).

Penelitian ini menggunakan Teknik triangulasi sumber sebagai uji keabsahan data, Menurut William Wiersma (1986) triangulasi sumber yang digunakan dalam menguji kredibilitas data adalah melalui beberapa sumber

Pengumpulan Data

Reduksi Data Penarikan Kesimpulan

Penyajian Data

(29)

yang berbeda, kemudian data yang akan didapat dari beberapa sumber yang berbeda akan dideskripsikan dan dikategorikan sesuai dengan penelitian ini.

Teknik triangulasi dapat memberikan manfaat bagi peneliti untuk mengecek kembali temuannya dengan membandingkan melalui berbagai sumber, metode atau teori. Pengecekan kebenaran peristiwa pada saat pengumpulan data dari subjek penelitian dapat dilihat kembali apakah data tersebut akurat, jelas dan praktis, sehingga dengan cara ini dapat diketahui kebenarannya. (Lexy J. Moleong, 2019)

Menurut (Bungin, 2007) teknik triangulasi dapat memberikan kesempatan untuk dilaksanakannya beberapa hal seperti penilaian hasil penelitian hasil responden, mengoreksi kekeliruan oleh sumber data, menyediakan tambahan informasi secara sukarela, memasukkan informan dalam penelitian dan menilai kecukupan data. Dalam penelitian ini hasil wawancara dari subjek penelitian akan peneliti kroscek dengan laporan dan data yang dimiliki oleh komunitas Zona Bening.

Berikut merupakan skema teknik triangulasi sumber sebagai uji keabsahan data dalam penelitian yang bermanfaat untuk mengecek kembali kebenaran dan keakuratan data :

Kronologi pembentukan komunitas Zona Bening dan

kegiatan setiap hari yang dilakukan dalam pengelolaan

sampah rumah tangga

Hasil Wawancara dengan informan

Laporan dan data yang dimiliki oleh komunitas Zona Bening

Referensi

Dokumen terkait

G RAY L EVEL C O -O CCURRENCE M ATRIX (GLCM) Metode GLCM (grey-level co-occurrence matrix) adalah salah satu cara mengekstrak fitur tekstur statistik orde

Metode : Metode penelitian survei Sample : Ramdom sampling 33 orang Etika kerja islam dan Spiritual di Tempat kerja bersama-sama berpengaruh terhadap perilaku kewargaan

Rumput Zoysia japonica memiliki panjang rhizoma dan stolon sepanjang 2,8 cm dan 2,5 cm yang mampu memberi kemampuan jelajah dan penutupan yang tinggi dan dapat

kembali meyakinkan jemaat tentang penyertaan Tuhan dan konsekuensi logis dari semua tindakan mereka (2 Kor. Argumen retorikal Paulus untuk menegur dan mengajak jemaat

ALOKASI WAKTU ALAT/SUMBER BAHAN PBKB 4.Melakukan penjumlahan dan pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah 4.7 Menyelesaikan masalah yang

Langkah berikutnya adalah melakukan review atas data (dengan atau tanpa layout file) untuk memastikan bahwa seluruh field berada pada suatu sistem.. Hal ini bisa dilakukan

mempengaruhi bagaimana mereka mempersepsikan mengenai model pembelajaran blended learning yang mereka jalankan, yang mana persepsi didefinisikan oleh Atkinson (2000)

Salah satu bentuk media dakwah yang dapat digunakan adalah seni kaligrafi Islam, dimana media ini merupakan suatu metode dakwah yang berupa dakwah bil qolam