• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

Provinsi Sumatera Selatan

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Sumatera Selatan

(2)

Penanggung Jawab:

Tim Asesmen dan Advisory

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan

Jl. Jend. Sudirman No.510, Palembang Telp : 0711 - 354188 ext 8218, 8246, 8247 Faks : 0711 312013

(3)

Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

karunia- umatera Selatan Triwulan I 2015

dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal.

Perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan I tahun 2015 masih tumbuh dengan baik di tengah tekanan harga komoditas dunia, dan melemahnya kurs. Selain itu koordinasi antar instansi melalui TPID dalam mengendalikan harga semakin solid. TPID Sumatera Selatan terus melakukan berbagai upaya mengelola ekspektasi masyarakat seperti pemasangan iklan layanan masyarakat, mengatur ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi dengan penguatan koordinasi antar daerah, menjaga keterjangkauan harga dengan pasar murah terutama pada saat Ramadhan dan Idul Fitri serta penguatan kelembagaan TPID dan integrasi PIHPS yang ada di masing-masing wilayah secara nasional.

Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-Nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya.

Palembang, Mei 2015

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

Ttd

Hamid Ponco Wibowo Direktur

(4)
(5)

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... iv

Daftar Tabel ... vii

Daftar Grafik ... ix

Indikator Utama ... xiii

Ringkasan Umum ... A 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional ... 5

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum ... 5

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral ... 6

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan ...11

2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan ... 27

2.1 Inflasi Secara Umum ...27

2.2 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran ...34

2.3 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan ...35

2.4 Kondisi Harga Pangan di Pasar Internasional ...35

2.5 Survei Pemantauan Harga...36

3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran ... 39

3.1. Kondisi Umum ...39

3.2. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) ...40

3.2.2 Penghimpunan DPK ... 40

3.2.3 Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota ... 41

3.3. Stabilitas Sistem Keuangan ...42

3.2.4 Total Kredit ... 42

3.2.5 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan ... 42

3.2.6 Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten/kota ... 43

3.2.7 Kredit Korporasi ... 44

3.2.8 Kredit Rumah Tangga ... 46

3.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional ...47

3.5. Kelonggaran Tarik ...48

3.6. Perkembangan Bank Umum Syariah ...48

3.7. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat ...50

3.8. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) ...51

(6)

4.1 Realisasi APBD Triwulan I 2015 ... 55

4.2 Perbandingan Realisasi APBD dengan Triwulan I Tahun 2014 ... 56

4.3. Perkembangan APBD 2015 ... 57

5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan ... 59

5.1. Ketenagakerjaan ... 59

5.2. Tingkat Pendapatan ... 62

5.3. Tingkat Kemiskinan ... 64

5.4. Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin ... 67

6. Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah ... 69

6.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 69

6.2 Inflasi ... 73

(7)

Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRBProvinsi Sumatera Selatan

ADHK 2010 (%) ... 6

Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan SektoralPDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%) ... 7

Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera SelatanADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2014 2015 (%) ... 11

Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2014 2015 (%) ... 12

Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) ... 14

Tabel 1-6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) ... 16

Tabel 2-1. Andil Inflasi Bulanan Per Komoditas ... 33

Tabel 2-2. Andil Deflasi Bulanan Per Komoditas ... 33

Tabel 2-3. Perkembangan Harga Komoditas Internasional ... 35

Tabel 3-1.Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Selatan ... 41

Tabel 3-2. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) ... 44

Tabel 3-3. Perkembangan Kredit SektoralProvinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) ... 45

Tabel 3-4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) .... 50

Tabel 3-5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp Miliar) ... 51

Tabel 3-6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan ... 52

Tabel 3-7. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) ... 53

Tabel 4-1 APBD Provinsi Sumatera Selatan dan Realisasinya di Triwulan I 2015 ... 56

Tabel 4-2 Perkembangan APBD Tahun 2013-2015 ... 57

Tabel 5-1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2012 Februari 2015 ... 59

Tabel 5-2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2012 Februari 2015 ... 60

Tabel 5-3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan,Februari 2012 Agustus 2014 ... 61

(8)

dibandingkan 6 bulan yang laluTriwulan I 2015... 61 Tabel 5-5. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ... 62 Tabel 5-6. Pertumbuhan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan (yoy) ... 63 Tabel 5-7. Pertumbuhan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Sumatera Selatan (yoy) ... 63 Tabel 5-8. Penghasilan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat IniDibandingkan 6 Bulan Yang Lalu Triwulan I2015 ... 64 Tabel 5-9. Penghasilan Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ... 64 Tabel 5-10. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Maret 2014 - September 2014 ... 65 Tabel 5-11 Garis Kemiskinan Makanan dan Non Makanan Maret 2014 - September 2014 ... 66 Tabel 5-12. Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ribu ton) ... 67 Tabel 6-1. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2014 dan 2015 (dalam persentase) ... 70 Tabel 6-2. Volume Perdagangan Internasional ... 71 Tabel 6-3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Sumatera Selatan (% yoy) .. 73

(9)

ix

Daftar Grafik

Grafik 1-1. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan

I 2015 (%-yoy) ... 7

Grafik 1-2. Perkembangan Nilai Ekspor CPO Sumatera Selatan ... 8

Grafik 1-3. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar ... 8

Grafik 1-4. Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan ... 8

Grafik 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Batu Bara Sumatera Selatan ... 9

Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Batubara Sumatera Selatan ... 9

Grafik 1-7. Perkembangan Jumlah Wisatawan di Sumatera Selatan ...10

Grafik 1-8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional...10

Grafik 1-9. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan ...10

Grafik 1-10. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan ...10

Grafik 1-11. Perkembangan Volume Ekspor Impor Sumatera Selatan ...11

Grafik 1-12. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Roda Empat di Sumatera Selatan ...11

Grafik 1-13. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama ...12

Grafik 1-14. Indeks Keyakinan Konsumen Sumatera Selatan ...12

Grafik 1-15. Perkembangan Giro Pemda Sumatera Selatan di Perbankan...13

Grafik 1-16. Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera Selatan ...13

Grafik 1-17. Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan ...13

Grafik 1-18. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar ...14

Grafik 1-19. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan ...15

Grafik 1-20. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan ...15

Grafik 1-21. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan ...15

Grafik 1-22. Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2015 ...15

Grafik 1-23. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan ...16

Grafik 1-24. Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan ...16

Grafik 1-25. Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV 2013 ...16

(10)

IV 2013 ... 16

Grafik 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumsel dan Nasional ... 28

Grafik 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional ... 28

Grafik 2-3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Sumsel ... 28

Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan ... 28

Grafik 2-5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender 2011-2015 ... 28

Grafik 2-6. Disagregasi Inflasi Tahunan ... 31

Grafik 2-7. Disagregasi Inflasi Bulanan ... 31

Grafik 2-8. Andil Disagregasi Inflasi Tahunan ... 32

Grafik 2-9. Perkembangan Nilai Tukar Petani ... 32

Grafik 2-10. Perkembangan Curah Hujan Bulanan ... 34

Grafik 2-11. Perkiraan Curah Hujan Maret 2015 ... 34

Grafik 2-12. Perkembangan Stok Beras dan Total Penyaluran ... 34

Grafik 2-13. Perkembangan Inflasi Tradables dan Non-tradables ... 34

Grafik 2-14. Perkembangan Harga Kedelai Internasional ... 36

Grafik 2-15. Perkembangan Harga Terigu Internasional ... 36

Grafik 2-16. Perkembangan Harga Beras Internasional ... 36

Grafik 2-17. Perkembangan Harga Emas Internasional ... 36

Grafik 2-18. Disagregasi Inflasi Survei Pemantauan Harga ... 37

Grafik 2-19. Inflasi Survei Pemantauan Harga dan Inflasi BPS ... 37

Grafik 3-1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan ... 40

Grafik 3-2 Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi ... 40

Grafik 3-3 Komposisi DPK Perbankan Sumatera SelatanTriwulan I 2015 ... 40

Grafik 3-4 Pangsa DPK per Kabupaten/Kota Triwulan I 2015... 41

Grafik 3-5 Jumlah dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit ... 42

Grafik 3-6 Pertumbuhan Kredit Perbankandi Provinsi Sumatera Selatan ... 43

Grafik 3-7 Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2015 di Provinsi Sumatera Selatan . 43 Grafik 3-8 Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2015 ... 43

Grafik 3-9 Pangsa Kredit per Kabupaten/Kota Triwulan I 2015 ... 44

Grafik 3-10 Pangsa Penyaluran Kredit SektoralProvinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2015 ... 45

(11)

Grafik 3-12 Pertumbuhan Kredit Konsumsi ...47

Grafik 3-13 NPL Kredit Konsumsi ...47

Grafik 3-14 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan ...47

Grafik 3-15 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan ...47

Grafik 3-16 Perkembangan Undisbursed LoanPerbankan Sumatera Selatan ...48

Grafik 3-17 Perkembangan financing-to-deposit ratio (FDR) Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ...49

Grafik 3-18 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ...49

Grafik 3-19 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ...49

Grafik 3-20 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumatera Selatan ...49

Grafik 3-21 Perkembangan loan-to-deposit ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ...50

Grafik 3-22 Perkembangan Aset Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ...50

Grafik 3-23 Perkembangan DPK Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ...51

Grafik 3-24 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ...51

Grafik 3-25 Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan ...51

Grafik 3-26 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja ...51

Grafik 3-27 Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan ...52

Grafik 3-28 Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan ...53

Grafik 3-29 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet GiroKosong di Sumatera Selatan ...53

Grafik 3-30 Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan2013-Tw I 2015 ...53

Grafik 3-31Perkembangan Pemusnahan Uang Lusuh ...53

Grafik 4-1. Perbandingan Realisasi Pendapatan Triwulan I 2014 dan 2015...57

Grafik 4-2. Perbandingan Realisasi Belanja Triwulan I 2014 dan 2015 ...57

Grafik 5-1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani ...63

Grafik 5-2 Perkembangan NTP dan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan ...63

Grafik 5-3 Perkembangan Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin ...66

Grafik 5-4 Perkembangan Gini Ratio Sumatera Selatan ...67

Grafik 6-1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan ...69

Grafik 6-2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan ...73

(12)
(13)

xiii

Indikator Utama

(14)

B. Perbankan

2015 I II III IV I II III IV I

Total Perbankan

Total Aset (Rp Triliun) 69,28 71,18 71,63 70,49 70,61 76,81 78,41 77,08 79,99

DPK (Rp Triliun) 52,76 53,73 53,58 53,69 52,32 55,63 56,99 57,23 57,61 - Tabungan 22,35 22,94 24,04 25,58 24,02 24,81 25,52 26,80 23,55 - Giro 9,04 11,78 10,22 8,79 8,42 10,63 10,14 8,17 10,48 - Deposito 21,38 19,00 19,33 19,32 19,87 20,19 21,33 22,26 23,58 63,34 68,07 73,12 75,60 76,42 83,28 84,00 85,92 85,68 - Modal Kerja 26,85 26,59 28,45 28,21 27,66 32,73 32,16 31,35 29,63 - Investasi 15,23 19,50 21,78 24,05 25,00 26,19 27,05 29,13 30,33 - Konsumsi 21,25 21,98 22,89 23,34 23,76 24,37 24,79 25,44 25,72 63,34 68,07 73,12 75,60 76,42 83,28 84,00 85,92 85,68

Pinjaman Berdasarkan Lapangan Usaha 42,09 46,09 50,23 52,26 52,66 58,91 59,22 60,48 59,96

Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 11,21 12,47 12,97 13,38 13,54 14,02 14,11 15,01 14,36

Pertambangan dan Penggalian 2,92 3,49 3,86 3,63 3,76 4,01 3,71 4,28 4,30

Industri Pengolahan 7,03 7,40 8,65 9,04 9,20 10,13 11,19 11,78 12,00

Listrik, Gas dan Air Bersih 1,52 2,23 3,30 4,29 4,18 4,95 5,10 5,22 5,48

Konstruksi 2,87 3,29 3,43 3,02 2,90 3,26 3,54 3,26 3,30

Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,27 13,01 13,68 14,36 14,57 14,33 14,22 14,61 14,40

Pengangkutan dan Komunikasi 0,76 0,82 0,83 0,94 0,81 4,76 3,76 2,45 2,07

Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 2,57 2,74 2,84 2,89 2,95 2,43 2,39 2,43 2,58

Jasa-jasa 1,93 0,64 0,67 0,72 0,75 3,24 1,19 1,44 1,48

Pinjaman Kepada Bukan Lapangan Usaha 21,25 21,98 22,89 23,34 23,76 24,37 24,79 25,44 25,72

Rumah Tinggal 4,67 5,24 5,49 5,54 5,61 5,92 5,74 5,86 5,88

Flat dan Apartemen 0,07 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03

Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan) 1,00 1,03 1,08 1,09 1,08 1,42 1,11 1,11 1,11

Kendaraan Bermotor 2,94 2,90 3,03 2,94 3,03 3,20 3,30 3,32 3,29

Lainnya 12,58 12,77 13,25 13,74 14,01 13,81 14,61 15,12 13,71

LDR 120,04% 126,70% 136,46% 140,82% 146,07% 149,71% 147,39% 150,14 148,74

NPL % Gross 2,39 2,42 2,37 2,26 2,50 2,64 2,99 2,60 2,98

2013 2014

Kredit Berdasarkan Penggunaan (Rp Triliun)

Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Triliun)

(15)

2015 I II III IV I II III IV I 1. Nominal (Rp Miliar) 9.252,38 9.547,88 9.866,25 14.551,92 8.743,49 9.337,30 9.800,67 9.742,22 8.340,12 Warkat (lembar) 285.786 301.974 297.799 297.387 254.818 272.896 280.502 289.454 244.463 2. a. Nominal (Rp Miliar) 154,21 151,55 156,61 238,56 145,72 163,81 150,78 149,88 134,52 b. Volume/Warkat (lembar) 4.763 4.793 4.727 4.875 4.247 13.645 12.750 4.453 3.943 3. a. Nominal (Rp Miliar) 114,53 121,86 102,34 118,29 90,44 118,11 120,10 135,60 70,06 b. Volume/Warkat (lembar) 156,88 162,40 151,43 187,79 138,71 161,30 146,55 161,28 86,82 4. Nominal (Rp Miliar) 193,48 177,35 202,29 247,04 172,15 221,70 234,18 225,34 204,38 Warkat (lembar) 5.707 5.440 6.421 6.631 5.919 7.210 7.367 6.792 6.837 Jumlah hari 60 63 63 61 60 20 22 65 62 5. Nominal (%) 2,09% 1,86% 2,05% 1,70% 1,97% 2,37% 2,39% 2,31% 2,45% Warkat (%) 2,00% 1,80% 2,16% 2,23% 2,32% 2,64% 2,63% 2,35% 2,80% 6. 459,31 625,68 629,34 468,33 390,67 1.806,09 3.380,23 526,39 518,99 Aliran uang masuk/inflow 2.160,01 1.371,27 2.223,40 1.598,61 2.478,80 3.201,33 4.328,07 2.163,95 2.299,14 Aliran uang keluar (outflow) 2.508,64 2.809,86 3.847,04 3.382,18 2.468,29 (1.395,24) (947,84) 3.165,79 1.932,41 Net Inflow (outflow) (348,62) (1.438,59) (1.623,65) (1.783,57) 10,51 4.596,58 5.275,91 (1.001,85) 366,73 Perputaran Kliring

b.

Mutasi kas (Rp Miliar) a.

a.

Penolakan Cek/BG a.

Rata-rata Harian Kliring

Penolakan Cek/BG b. b. KETERANGAN 2013 2014 c. b. PTTB Rata-rata Harian RTGS a.

(16)
(17)

A

Ringkasan Umum

Abstraksi

Perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 tumbuh melambat. Perlambatan tersebut dipicu oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi. Sementara dari sisi sektoral, perlambatan disebabkan oleh menurunnya kinerja 3 sektor utama yaitu sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan), sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan).

Tekanan inflasi Sumsel pada triwulan I 2015 jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014. Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan harga BBM dan turunnya tarif angkutan di awal triwulan I 2015 yang kemudian turut berdampak pada oleh biaya operasional sehingga berakibat pada turunnya harga bahan pangan.

Kinerja perbankan di provinsi Sumatera Selatan mengalami perlambatan yang terlihat dari penurunan penyaluran kredit. Sementara itu kegiatan sistem pembayaran non tunai RTGS maupun transaksi kliring turut mengalami penurunan baik secara nominal maupun jumlah warkat.

Perekonomian Sumsel diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan II 2015 yang didorong oleh perbaikan investasi. Sedangkan inflasi akan berada pada kondisi yang terkendali seiring dengan semakin membaiknya koordinasi antar instansi terkait dalam meredam kenaikan harga dan terjaminnya ketersediaan bahan pangan.

(18)

B

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 melambat sebesar 4,77% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,96% (yoy). Perlambatan tersebut dipicu oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi. Sementara dari sisi sektoral, perlambatan disebabkan oleh perlambatan kinerja 3 sektor utama yaitu sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan), sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan).

Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 masih ditopang oleh pertumbuhan tiga sektor utama yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Dengan sumbangan andil sebesar 1,46% (yoy), sektor pertambangan memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tiga sektor utama lainnya yang memberikan sumbangan terbesar berturut-turut adalah sektor industri pengolahan (0,70%), sektor pertanian (0,58%) dan sektor perdagangan (0,56%). Secara agregat andil yang diberikan oleh empat sektor utama tersebut sebesar 3,29% (yoy).

Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 dipicu oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan turunnya investasi. Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 5,66% (yoy) menjadi 5,27% (yoy). Pangsa konsumsi rumah tangga yang mencapai 73,45% dari total PDRB membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga memberikan andil yang tinggi terhadap perekonomian yaitu sebesar 3,41%.

PERKEMBANGAN INFLASI

Turunnya harga BBM sebesar 22% diawal tahun 2014, berdampak besar terhadap pencapaian inflasi pada triwulan I 2015. Inflasi Sumsel pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 6,26% (yoy) jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 8,48%.

Perlambatan ekonomi

Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 disebabkan oleh

melambatnya konsumsi dan turunnya investasi. Dari sisi penawaran, perlambatan dipicu oleh melambatnya sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan)

Pada triwulan I 2015, inflasi Provinsi Sumatera Selatan kembali turun sesuai dengan pola historisnya selama 6 tahun terakhir. Penurunan ini

disebabkan oleh turunnya harga BBM bersubsidi dan tarif angkutan. komoditas bahan makanan juga terindikasi mengalami penurunan.

(19)

C

Inflasi kelompok administered prices turun pada triwulan I 2015. Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan harga BBM dan turunnya tarif angkutan di awal triwulan I 2015.

Inflasi kelompok volatile food pada triwulan I 2015 tercatat inflasi namun jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Penurunan yang cukup tinggi di triwulan ini disebabkan oleh penurunan harga BBM dan tarif angkutan, sehingga berakibat pada turunnya harga bahan pangan.

inflasi pada kelompok inti mengalami kenaikan walaupun masih relatif terjaga. Peningkatan diperkirakan akibat pengaruh kenaikan kelompok

administered prices dan volatile food pada periode sebelumnya.

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN

Kinerja perbankan mengalami perlambatan. Penyaluran kredit pada triwulan ini mencapai Rp 85,7 triliun atau tumbuh melambat sebesar 12,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,6% (yoy). Sementara, total aset perbankan Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 masih tumbuh mencapai Rp 79,9 triliun, yaitu mengalami peningkatan mencapai 13,3%, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 9,4% (yoy). DPK tumbuh meningkat sebesar 10,1% (yoy) atau mencapai Rp 57,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 6,6% (yoy). Kondisi tersebut mengakibatkan Loan-to-Deposit Ratio menurun dari 150,1% di triwulan IV 2014 menjadi 148,7%.

Kegiatan sistem pembayaran non tunai RTGS maupun transaksi kliring mengalami penurunan. Penurunan pembayaran non tunai RTGS dan jumlah kliring terjadi baik secara nominal maupun jumlah warkat.

PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH

Realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan tahun lalu. Berdasarkan data akhir triwulan I 2015, pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel terealisasi sebesar Rp1,52 triliun rupiah atau 21,17% dari total anggaran 2014 sebesar Rp7,19 triliun. Sementara itu realisasi belanja Pemprov Sumsel turut meningkat signifikan sebesar Rp1,03 triliun atau 15,63% dari total anggaran 2015.

Pertumbuhan DPK Sumatera Selatan mengalami peningkatan, sedangkan pertumbuhan kredit mengalami perlambatan. Sistem pembayaran non tunai mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan perekonomian Sumatera Selatan

Realisasi pendapatan dan belanja Pemprov Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 mengalami kenaikan pesat dibanding periode yang sama tahun 2014

(20)

D

Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Selatan menurun. Secara tahunan, jumlah penganggur sampai dengan bulan Februari 2015 mengalami pertumbuhan, sedangkan jumlah angkatan kerja mengalami penurunan, sehingga membuat angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat. Seiring dengan menurunnya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga menurun. Kondisi perlambatan ekonomi Sumatera Selatan yang terjadi di triwulan I 2015 mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan yang menurun.

PROSPEK PEREKONOMIAN

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi pada kisaran 5,3 5,6% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ini diperkirakan karena membaiknya investasi di triwulan II 2015 yang didorong oleh mulai dijalankannya secara optimal proyek-proyek besar Pemerintah. Salah satunya adalah proyek-proyek-proyek-proyek strategis Pemerintah seperti proyek pembangkit listrik, proyek untuk mendukung penyelenggaraan Asian Games di tahun 2018, proyek pembangunan jalan tol Sumatera, dan proyek pembangunan infrastruktur perhubungan dan pertanian .

Di penghujung 2014, inflasi Sumsel meningkat hingga mencapai 8,48% (yoy) kemudian turun pada triwulan I 2015 sebesar 6,26% (yoy). Namun demikian, tekanan inflasi di triwulan II 2015 diperkirakan akan cenderung meningkat disebabkan adanya momen keagamaan bulan puasa di bulan Juni. Inflasi triwulan II 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7% - 8% (yoy) dengan perkiraan bias kebawah. Kenaikan tekanan inflasi diperkirakan berasal dari kelompok volatile foods seiring dengan tingginya permintaan bahan pangan pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran. Selain itu rencana kenaikan tarif listrik, LPG 12 Kg, dan tarif angkutan perlu menjadi perhatian utama penyebab kenaikan harga-harga komoditas lainnya. Penetapan harga BBM bersubsidi yang mengikuti pasar dunia juga menjadi faktor risiko yang akan meningkatkan inflasi.

Tingkat Pengangguran Terbuka meningkat, Nilai Tukar Petani menurun, dan angka kemiskinan menurun.

Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan II 2015

diproyeksikan akan lebih baik dari triwulan I 2015.

Tekanan inflasi Sumsel di triwulan II 2015 diperkirakan sedikit meningkat, namun masih berada dibawah realisasi 2014

(21)

5

1.

Perkembangan Ekonomi Makro Regional

Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 melambat

 Perlambatan perekonomian dipicu oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi

 Dari sisi penawaran, perlambatan dipicu oleh melambatnya sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan)

1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum

Pertumbuhan ekonomi melambat. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 melambat sebesar 4,77% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,96% (yoy). Perlambatan tersebut dipicu oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi. Sementara dari sisi sektoral, perlambatan disebabkan oleh perlambatan kinerja 3 sektor utama yaitu sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan), sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan). Sementara sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (pertanian) menjadi satu-satunya sektor ekonomi utama yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya.

Secara triwulanan, PDRB Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 meningkat sebesar 0,56% (qtq) yang didorong oleh peningkatan ekspor yang diikuti oleh turunnya impor (net ekspor). Dari sisi sektoral, andil pertumbuhan didorong oleh kinerja sektor utama yaitu sektor pertambangan dan sektor pertanian.

7.16 5.35 4.10 5.11 3.80 4.87 4.10 5.96 4.77 3.00 3.50 4.00 4.50 5.00 5.50 6.00 6.50 7.00 7.50 8.00 45.0 50.0 55.0 60.0 65.0 70.0 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % Rp Triliun PDRB

Growth - yoy (aksis kanan)

2.98 2.33 4.44 -4.50 1.70 3.38 3.67 -2.79 0.56 -7.00 -5.00 -3.00 -1.00 1.00 3.00 5.00 7.00 45.0 50.0 55.0 60.0 65.0 70.0 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % Rp Triliun PDRB

Growth - qtq (aksis kanan)

Grafik 1 1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Grafik 1 2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010

(22)

6

1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral

Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 masih ditopang oleh pertumbuhan tiga sektor utama yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Dengan sumbangan andil sebesar 1,46% (yoy), sektor pertambangan memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Tiga sektor utama lainnya yang meberikan sumbangan terbesar berturut-turut adalah sektor industri pengolahan (0,70%), sektor pertanian (0,58%) dan sektor perdagangan (0,56%). Secara agregat andil yang diberikan oleh empat sektor utama tersebut sebesar 3,29% (yoy).

Adapun jika ditinjau dari pertumbuhannya, sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan sektor Jasa Pendidikan menjadi sektor yang tumbuh hingga di atas 20% (yoy) pada triwulan I 2015. Dua sektor selanjutnya yang juga mengalami pertumbuhan signifikan adalah sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (15,3%) serta sektor transportasi dan pergudangan (11,1%). Namun demikian meskipun tumbuh sangat signifikan, keempat sektor tersebut andilnya kecil terhadap pertumbuhan ekonomi selama triwulan I 2015. Secara agregat, keempat sektor tersebut memberikan andil sebesar 0,90% (yoy). Adapun andil terbesar masih diberikan oleh

Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRBProvinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%)

2015

I II III IV I

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 5.66 5.99 3.04 1.78 4.06 3.28

B Pertambangan dan Penggalian -2.58 3.99 1.97 8.72 2.93 6.42

C Industri Pengolahan 3.62 5.18 4.49 4.98 4.57 3.74

D Pengadaan Listrik, Gas 2.21 5.87 7.67 19.26 8.86 26.05

E Pengadaan Air 9.56 6.32 5.36 5.84 6.73 6.44

F Konstruksi 7.82 5.52 1.10 2.98 4.29 -3.36

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 4.99 -1.58 6.16 8.52 4.45 5.81

H Transportasi dan Pergudangan 8.03 6.94 5.86 7.90 7.18 11.09

I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 4.54 5.02 5.20 7.74 5.63 7.31

J Informasi dan Komunikasi 7.76 7.86 7.61 9.38 8.16 8.40

K Jasa Keuangan 1.57 3.10 1.83 9.62 3.96 4.39

L Real Estate 7.65 8.01 6.97 6.44 7.26 6.17

M,N Jasa Perusahaan 6.15 6.92 5.31 6.42 6.20 4.12

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6.52 3.33 6.93 9.97 6.70 8.28

P Jasa Pendidikan 14.99 19.92 24.34 9.07 16.54 20.68

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 11.74 12.95 12.53 1.99 9.48 15.25

R,S,T,U Jasa lainnya 4.39 3.00 2.62 2.48 3.10 9.06

3.80 4.87 4.10 5.96 4.68 4.77

Kategori/Lapangan Usaha 2014 2014

PDRB SSumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Sementara itu secara triwulanan, hampir seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor konstruksi dan sektor perdagangan yang tumbuh negatif masing-masing sebesar -5,96% dan -1,24% (qtq). Pelemahan sektor konstruksi dipicu oleh siklus pembangunan proyek pemerintah yang belum optimal pada triwulan I 2015. Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 6,11% (qtq).

(23)

7

Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan SektoralPDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%)

2015

I II III IV I

A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 0.47 13.96 18.06 -24.71 1.95 B Pertambangan dan Penggalian 4.31 -0.22 -3.81 8.59 2.11

C Industri Pengolahan 2.07 2.45 -1.27 1.68 0.86

D Pengadaan Listrik, Gas -2.90 5.79 3.42 12.26 2.63

E Pengadaan Air 3.72 -0.36 3.45 -1.01 4.31

F Konstruksi 0.21 0.47 -0.75 3.05 -5.96

G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1.28 3.14 8.21 -4.01 -1.24 H Transportasi dan Pergudangan -1.42 0.88 3.23 5.10 1.49 I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 2.38 1.95 1.13 2.07 1.97 J Informasi dan Komunikasi 2.75 1.15 2.48 2.70 1.83

K Jasa Keuangan 5.78 3.51 -0.97 1.10 0.74

L Real Estate 3.18 1.21 0.66 1.26 2.91

M,N Jasa Perusahaan 3.35 1.42 0.81 0.71 1.12

O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 3.73 -1.65 4.68 2.98 2.13

P Jasa Pendidikan -7.71 -1.29 7.69 11.18 2.11

Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial -6.09 2.34 0.89 5.20 6.11

R,S,T,U Jasa lainnya -4.70 1.87 3.87 1.62 1.42

1.70 3.38 3.67 -2.79 0.56

2014

Total

Kategori/Lapangan Usaha

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 0.58 Pertambangan dan Penggalian , 1.46 Industri Pengolahan, 0.70

Pengadaan Listrik, Gas, 0.02 Pengadaan Air, 0.01

Konstruksi, (0.40) Perdagangan Besar dan

Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 0.56 Transportasi dan Pergudangan , 0.20 Penyediaan Akomodasi dan

Makan Minum, 0.08 Informasi dan Komunikasi, 0.26 Jasa Keuangan , 0.12 Real Estate, 0.18 Jasa Perusahaan, 0.00 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan

Sosial Wajib, 0.27

Jasa Pendidikan, 0.57 Jasa Kesehatan dan

Kegiatan Sosial, 0.10 Jasa lainnya, 0.07

Grafik 1-1. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2015 (%-yoy)

Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Sektor pertanian tumbuh meningkat sebesar 3,28% yang didorong oleh pertumbuhan kinerja sub sektor perkebunan tahunan yaitu komoditas kelapa sawit. Sementara sub sektor tanaman pangan tercatat mengalami pertumbuhan negatif disebabkan belum masuknya musim panen padi yang diperkirakan berlangsung pada triwulan II 2015. Sumbangan yang diberikan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 sebesar 0,58% (yoy). Secara triwulanan, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,95% (qtq), meningkat dalam dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 0,47% (qtq).

(24)

8

Peningkatan kinerja sub sektor perkebunan tahunan khususnya kelapa sawit tercermin dari meningkatnya ekspor kelapa sawit Sumatera Selatan triwulan I 2015 yang mencapai 97,18 Juta Ton, atau tumbuh hingga 468,52% (yoy). Berdasarkan informasi

liaison dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), kenaikan volume

ekspor bersumber dari India dan Amerika Serikat. Peningkatan permintaan yang cukup signifikan dari India ini disebabkan karena perkiraan produksi rapeseed sebagai sumber minyak nabati yang turun akibat keterlambatan penanaman. Sementara permintaan akan minyak nabati seiring pertumbuhan penduduk terus meningkat sehingga India meningkatkan pasokan minyak nabati untuk memenuhi permintaan pasar di dalam negeri.

Sementara itu, komoditas perkebunan tahunan lainnya yaitu karet belum menunjukkan perbaikan. Produksi karet Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 sebesar 223,44 Ribu Ton atau turun sebesar -11,79% (yoy). Harga karet internasional yang tidak menarik menjadi salah satu alasan petani karet enggan menyadap sehingga bahan baku industri olahan karet berkurang.

17 97 468.52 -200 -100 0 100 200 300 400 500 0 20 40 60 80 100 120 140 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % - yoy Juta Ton CPO g CPO (RHS) 78 80 82 84 86 88 90 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 1 3 5 7 9 11 1 3 5 7 9 11 1 3 2013 2014 2015

Rp/kg Harga CPO Harga Inti Indek "K" (%) - RHS

Grafik 1-2. Perkembangan Nilai Ekspor CPO Sumatera Selatan

Sumber: Cognos BI

Grafik 1-3. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan

Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah

253.30 223.44 -11.79 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 20 25 30 50 100 150 200 250 300 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %yoy Ribu Ton Produksi Pertumbuhan (RHS)

Grafik 1-4. Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan

Sumber: Gapkindo Sumsel

Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I 2015 tumbuh 6,42% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,72% (yoy).

(25)

9

Perlambatan sektor pertambangan terutama bersumber dari kinerja subsektor pertambangan batubara yang tumbuh positif, sebaliknya sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang kembali tumbuh negatif meskipun mengalami perbaikan. Sebagaimana triwulan sebelumnya, sektor pertambangan kembali memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumsel sebesar 1,46%.

Produksi batubara Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 mencapai 4,5 Juta Ton atau meningkat sebesar 49,06% (yoy). Berdasarkan informasi liaison, belum membaiknya harga batubara internasional selama triwulan I 2015 berdampak minimal karena

contact mengutamakan ekspor batubara berkalori tinggi yang harganya relatif stabil.

Sementara untuk batubara berkalori rendah diserap oleh pasar domestik terutama untuk bahan bakar pembangkit listrik (PLTU). Sementara itu, ekspor hasil minyak Sumatera Selatan sedikit mengalami perbaikan meskipun masih tumbuh negatif. Turunnya nilai ekspor minyak Sumatera Selatan dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang pada triwulan I 2015 turun hingga menyentuh level di bawah US$50/barrel, terendah selama 5 tahun terakhir.

131.11 128.39 -26.91 -2.07 -50.00 -40.00 -30.00 -20.00 -10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 120.00 140.00 160.00 180.00 200.00 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %-yoy US$ Juta Ekspor Migas (FOB)

g Ekspor Migas (RHS) 3,019 4,500 49.06 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 500 1,000 1,500 2,000 2,500 3,000 3,500 4,000 4,500 5,000 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %yoy Ribu Ton Produksi BatubaragProduksi Batubara (RHS)

Grafik 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Minyak dan Gas Bumi Sumatera Selatan

Sumber: BPS

Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Batubara Sumatera Selatan

Sumber: McCloskey

Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan I 2015 tumbuh 3,74% (yoy) yang didorong oleh kinerja industri makanan dan minuman serta industri kimia, khususnya pupuk. Andil pertumbuhan sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan triwulan I 2015 sebesar 0,7%.

Kinerja industri makanan dan minuman menjadi sub sektor yang menyumbang andil terbesar. Kinerja industri makanan dan minuman yang meningkat terutama makanan khas Sumatera Selatan yaitu empek-empek dan kerupuk ikan. Peningkatan produksi dan penjualan kedua makanan khas tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah wisatawan ke Sumatera Selatan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara selama triwulan I 2015. Selama triwulan I 2015 jumlah wisatawan sebanyak 178 Ribu Orang, atau meningkat 9,36% (yoy).

(26)

10

Sementara itu, kinerja sub sektor industri kimia tumbuh positif seiring dengan meningkatnya produksi pupuk khususnya untuk tanaman kelapa sawit. Produksi urea maupun amonia pada triwulan I 2015 yang dihasilkan oleh industri pengolahan pupuk di Sumatera Selatan diperkirakan tumbuh positif.

163.32 178.60 9.36 -10 -5 0 5 10 15 20 25 50 100 150 200 250 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %-yoy Ribu Orang

Jumlah Wisatawan g Wisatawan (RHS)

(15,0) (10,0) (5,0) 5,0 10,0 15,0 100.000 200.000 300.000 400.000 500.000 600.000 I II III IV I II III IV 2013 2014 %-yoy Ton

Vol Produksi Urea Vol Produksi Amonia gUrea (RHS) gAmoniak (RHS)

*Perkiraan

Grafik 1-7. Perkembangan Jumlah Wisatawan di Sumatera Selatan

Sumber: BPS Prov Sumsel, diolah

Grafik 1-8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional

Sumber: PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, diolah

Kinerja sektor konstruksi tumbuh negatif dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor konstruksi terkontraksi sebesar -3,36% (yoy), dan memberikan andil -0,40% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015. Penyebab turunnya kinerja sektor ini antara lain belum dimulainya siklus belanja infrastruktur pemerintah daerah. Sementara data konsumsi semen Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 sebesar 415 Ribu Ton atau turun sebesar -1,79% (yoy). Konsumsi semen tersebut antara lain dipergunakan untuk proyek konstruksi swasta. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kredit konstruksi yang tumbuh sebesar 13,66% (yoy).

422 415 19.75 -1.79 -5.00 0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 0 100 200 300 400 500 600 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % yoy Ribu Ton Penjualan Semen g Penjualan Semen (RHS)

-10.00 0.00 10.00 20.00 30.00 40.00 50.00 1 2 3 4 5 6 7 8 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %-yoy Rp Triliun KPR+KPA+RUKO/RUKAN Konstruksi

gKPR, KPA, Ruko/Rukan gKonstruksi

Grafik 1-9. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah

Grafik 1-10. Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan

Sumber: Bank Indonesia

Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (perdagangan)tumbuh stabil pada level di atas 5%. Pertumbuhan triwulan I 2015 mencapai 5,81% (yoy), atau sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 8,52% (yoy). Sumber pertumbuhan utama sektor berasal dari sub sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh cukup signifikan. Meningkatnya perdagangan besar tercermin dari meningkatnya volume ekspor impor baik melalui jalur laut maupun

(27)

11

udara di Sumatera Selatan yang tumbuh sebesar 35,2% (yoy). Sementara itu, sub sektor Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya tumbuh negatif. Kondisi tersebut dikonfirmasi dengan turunnya pendaftaran kendaraan baru di Sumatera Selatan sebesar 26,2% (yoy).

35,2 -30,0 -20,0 -10,0 0,0 10,0 20,0 30,0 40,0 50,0 0 500 1.000 1.500 2.000 2.500 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % - yoy Juta Ton Ekspor Impor g Net Ekspor

39,628 (26.2) (30.0) (25.0) (20.0) (15.0) (10.0) (5.0) 5.0 10.0 10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %-yoy Unit Kendaraan Baru g Kendaraan Baru

Grafik 1-11. Perkembangan Volume Ekspor Impor Sumatera Selatan

Sumber : Cognos BI, diolah

Grafik 1-12. Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Roda Empat di Sumatera Selatan Sumber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan

1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan

Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 dipicu oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan turunnya investasi. Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 5,66% (yoy) menjadi 5,27% (yoy). Pangsa konsumsi rumah tangga yang mencapai 73,45% dari total PDRB membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga memberikan andil yang tinggi terhadap perekonomian yaitu sebesar 3,41%.

Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera SelatanADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2014 2015 (%)

2015

I II III IV I

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 4.68 3.69 3.98 5.66 4.51 5.27

Pengeluaran Lembaga Non Profit Rumah Tangga 18.33 19.91 7.95 8.58 13.54 -1.35

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 12.60 -3.22 5.16 9.93 5.92 1.37

Pembentukan Modal Tetap Bruto 4.48 7.06 5.19 3.61 5.07 -0.82

Perubahan Inventori -60.39 -57.70 -86.42 -76.40 -57.79 -45.44

Ekspor Luar Negeri 11.54 19.95 9.48 19.22 14.96 15.35

Impor Luar Negeri -23.19 12.81 19.02 18.96 8.33 116.88

PDRB 3.80 4.87 4.10 5.96 4.68 4.77

Komponen Pengeluaran 2014 2014

(28)

12

Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun 2014 2015 (%)

2015

I II III IV I

Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga -0.6 1.2 3.2 1.8 -1.02

Pengeluaran Lembaga Non Profit Rumah Tangga 8.2 6.3 -7.3 1.9 -1.70

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah -20.2 8.1 -1.0 28.7 -26.38

Pembentukan Modal Tetap Bruto -8.5 8.2 2.6 2.1 -12.46

Perubahan Inventori -183.1 46.7 -94.8 -471.3 -292.11

Ekspor Luar Negeri 4.4 10.3 1.5 2.0 1.02

Impor Luar Negeri -46.0 44.2 20.6 26.7 -1.61

PDRB 1.7 3.4 3.7 -2.8 0.56

Komponen Pengeluaran 2014

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah

Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat sejalan dengan melambatnya sektor ekonomi utama yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Melambatnya ketiga sektor tersebut berdampak pada penghasilan dan konsumsi masyarakat. Selain konsumsi rumah tangga, melambatnya pertumbuhan pada triwulan laporan juga disebabkan oleh turunnya investasi.

Melambatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Optimisme konsumen yang tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) melemah meskipun masih berada pada level optimis 120,0. Terjaganya optimisme konsumen tercermin dari indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang menguat. Artinya pada triwulan laporan, konsumen lebih menahan pembelian barang kebutuhan primer dibandingkan barang-barang tahan lama seperti barang elektronik dan perabotan rumah tangga.

Sejalan dengan perlambatan konsumsi, kredit konsumsi pada triwulan laporan melambat dari 9,0% (yoy) menjadi 8,27% (yoy). Perlambatan kredit konsumsi terutama dipicu oleh melambatnya kredit kepemilikan properti baik residensial maupun komersial. 124.4 112.8 111.0 105.5 123.5 108.0 117.6 108.2 116.1 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 90 100 110 120 130 140 150 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015

Indeks IKK IKE IEK

Grafik 1-13. Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Sumber: Survei Konsumen, BI

Grafik 1-14. Indeks Keyakinan Konsumen Sumatera Selatan

(29)

13

2.49 4.62 -36.42 85.96 -60.00 -40.00 -20.00 0.00 20.00 40.00 60.00 80.00 100.00 0 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %yoy Rp Triliun

Giro Pemda g Giro Pemda

23.76 25.72 11.77 8.27 2 4 6 8 10 12 14 16 18 5 10 15 20 25 30 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %yoy Rp Triliun Kredit Konsumsi gKredit (RHS)

Grafik 1-15. Perkembangan Giro Pemda Sumatera Selatan di Perbankan

Sumber: BI

Grafik 1-16. Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera Selatan

Sumber: BI

Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah juga mengalami perlambatan. Konsumsi pemerintah tumbuh melambat dari 5,92% (yoy) menjadi 1,37% (yoy) pada triwulan laporan. Secara triwulanan, konsumsi pemerintah terkontraksi hingga mencapai 26,38% (qtq). Kondisi tersebut sejalan dengan siklus belanja pemerintah yang belum optimal pada triwulan I 2015.

Sejalan dengan pertumbuhan negatif yang dialami sektor konstruksi, investasi tumbuh negatif sebesar -0,82% (yoy). Pertumbuhan negatif tersebut menjadi yang pertama kali terjadi sejak 5 tahun terakhir. Kondisi tersebut juga dikonfirmasi dari turunnya investasi yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) di Sumatera Selatan sebesar -37,95% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh sangat signifikan hingga mencapai 800,94% (yoy). Namun demikian, andil PMDN terhadap investasi secara umum tidak signifikan sehingga tidak mampu menahan kontraksi komponen investasi pada triwulan laporan. Adapun realisasi investasi pemerintah berupa pembangunan infrastruktur diperkirakan baru akan meningkat signifikan mulai triwulan II 2015. Beberapa proyek investasi besar yang menggunakan dana pemerintah pusat belum terealisasi antara lain disebabkan karena masalah penyesuaian anggaran dan birokrasi di beberapa kementerian dan lembaga (KL) baru yang belum rampung.

0 10 20 30 40 50 60 70 -200 -100 0 100 200 300 400 500 600 700 800 900 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 %-yoy %-yoy gPMA gPMDN g Kredit Investasi (RHS)

Grafik 1-17. Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan Sumber: BKPM, BI

(30)

14

Salah satu sumber perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan adalah perlambatan ekspor. Kegiatan ekspor mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, dari 19,2% (yoy) menjadi 15,35% (yoy). Perlambatan terutama bersumber dari turunnya nilai ekspor karet dan kopi.

Di sisi lain, impor meningkat signifikan yaitu dari 18,96% (yoy) menjadi 116,88% (yoy). Peningkatan impor tersebut terutama didominasi oleh barang modal berupa mesin mekanis dan boiler untuk industri yang ada di Sumatera Selatan. Secara triwulanan, ekspor mengalami peningkatan sebesar 1,02% (qtq) sedangkan impor mengalami penurunan sebesar 1,61%(qtq).

9,694 11,744 12,851 6.66 21.15 9.43 0 5 10 15 20 25 8,000 9,000 10,000 11,000 12,000 13,000 14,000 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2014 %yoy

USD/Rp Nilai Tukar

g Nilai Tukar (RHS)

Grafik 1-18. Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Sumber: BI

Meskipun masih tumbuh negatif, nilai ekspor luar negeri Sumsel mengalami perbaikan dari -27,24% (yoy) menjadi -22,82% (yoy) atau sebesar US$542,61 Juta. Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh menurunnya harga internasional komoditas karet yang menjadi andalan Sumatera Selatan.

Sementara itu dari sisi volume, ekspor Sumsel mengalami peningkatan dari 20,35% (yoy) menjadi 25,98% (yoy) yang terutama didominasi oleh komoditas batubara yang porsinya mencapai 75% atau sebesar 1.550 Juta Ton. Sementara itu, walaupun volumenya terus menurun, namun nilai terbesar ekspor Sumatera Selatan masih didominasi oleh komoditas karet yaitu sebesar US$336,12 Juta.

Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) 2015 I II III IV I II III IV I Total Ekspor 843.97 843.73 724.39 806.91 703.04 623.73 584.14 583.11 542.61 Karet 663.54 709.53 604.01 612.18 570.68 477.51 426.74 354.84 336.12 CPO 80.46 34.67 17.64 72.46 15.03 16.73 26.06 81.31 68.36 Batubara 39.76 40.84 62.88 58.09 66.39 71.22 67.04 65.44 76.87 Kopi 1.06 2.75 4.08 1.61 1.39 1.30 3.46 1.50 0.97 Lain-lain 59.15 55.93 35.77 62.57 49.55 56.97 60.84 80.02 60.29 2014 Komoditas 2013 Sumber: Cognos BI

(31)

15

Volume ekspor luar negeri mengalami tumbuh positif secara triwulanan maupun tahunan. Berdasarkan volumenya, ekspor pada triwulan I 2015 sebesar 2,06 juta ton, meningkat 25,98% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,63 juta ton. Selain itu, dibandingkan triwulan sebelumnya, volume ekspor tumbuh melambat sebesar 9,71% (qtq).

-30 -25 -20 -15 -10 -5 0 5 10 15 300 400 500 600 700 800 900 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % Juta USD Ekspor (Juta USD)

%qtq (RHS) %yoy (RHS) -50 -40 -30 -20 -10 0 10 20 30 40 50 60 0 500 1,000 1,500 2,000 2,500 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % Juta Ton Ekspor (Juta Ton)

%qtq (RHS) %yoy (RHS)

Grafik 1-19. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Cognos BI

Grafik 1-20. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Cognos BI

Dari sisi nilai, meskipun secara umum melambat namun terjadi peningkatan ekspor ke India dan Amerika Serikat (AS) dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor ke AS mencapai US$ 102,21 Juta atau meningkat 14% (qtq). Sementara nilai ekspor ke India mencapai US$ 56,48 Juta atau mencapai 42% (qtq). Adapun komoditas yang diekspor antara lain CPO.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 Lainnya ASEAN India Jepang Cina Eropa Amerika Serikat Amerika Serikat 19% Eropa 12% Cina 9% Jepang 9% India 11% ASEAN 18% Lainnya 22%

Grafik 1-21. Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sumber: Cognos BI

Grafik 1-22. Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I

2015 Sumber: Cognos BI

Nilai impor nonmigas terkontraksi secara triwulanan maupun tahunan. Nilai impor nonmigas pada triwulan I 2015 tercatat sebesar US$284,23 Jutaatau meningkat signifikan sebesar 231,64% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.Sementara itu, secara triwulanan, nilai impor turun sebesar 0,07% (qtq) dari sebesar USD284,45 juta. Peningkatan nilai impor banyak dikontribusikan oleh mesin mekanis dan boiler serta pupuk.

(32)

16

Tabel 1-6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD)

2015

I II III IV I II III IV I

Total 134.82 131.83 145.15 145.49 85.71 138.64 241.28 284.45 284.23 Peralatan Elektrik 6.93 11.47 18.52 5.31 5.13 2.96 13.77 18.56 8.72 Besi dan Baja 2.66 2.69 3.75 3.66 3.25 14.29 8.97 6.09 8.49 Peralatan Industri 30.67 19.58 33.16 11.28 13.25 28.69 83.15 94.77 98.76 Pupuk 15.65 14.67 16.17 9.73 10.46 12.83 24.26 19.20 18.99 Gandum 1.40 1.26 0.12 1.58 0.25 1.62 1.37 7.32 1.22 Peralatan Khusus Industri 9.56 6.98 6.58 21.60 10.96 5.94 11.57 10.83 17.30 Lainnya 67.95 75.19 66.85 92.32 42.41 72.30 98.19 127.67 130.76

2014

Komoditas 2013

Sumber: Cognos BI

Volume impor pada triwulan I 2015 tercatat 338,94 juta ton atau naik signifikan sebesar 143,65% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume impor tercatat mengalami penurunan sebesar -2,04% (qtq). Peningkatan signifikan ini terjadi akibat meningkatnya impor gandum dan peralatan elektrik yang masing-masing tumbuh sebesar 326,91% (yoy) dan 267,86 (%).

-100 -50 0 50 100 150 200 250 0 50 100 150 200 250 300 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % Juta USD Impor (Juta USD)

%qtq (RHS) %yoy (RHS) -200 -100 0 100 200 300 400 500 0 100 200 300 400 500 600 700 I II III IV I II III IV I 2013 2014 2015 % Juta Ton Impor (Juta Ton)

%qtq (RHS) %yoy (RHS)

Grafik 1-23. Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Cognos BI

Grafik 1-24. Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan

Sumber: Cognos BI

Ditinjau dari negara aslnya, impor dari Cina mengalami peningkatan di triwulan I 2015. Pangsa impor dari Cina mencapai 42,25% dari keseluruhan impor, kemudian disusul oleh Eropa sebesar 30%.

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% 90% 100% I II III IV I II III IV I 2013 2014 2,015 Lainnya ASEAN Cina Eropa Amerika Serikat Amerika Serikat 1% Eropa 24% Cina 44% ASEAN 17% Lainnya 14%

Grafik 1-25. Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV 2013 Sumber: Cognos BI

Grafik 1-26. Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV 2013 Sumber: Cognos BI

(33)

17

Box A.1

Kendala Peningkatan Nilai Jual Bagi Komoditas

Utama

Komoditas utama seperti Karet, Kelapa Sawit, dan Batubara di Sumsel telah lama menjadi landasan perekonomianregional dengan menopang kehidupan sebagian besar masyarakat di Sumsel. Sifatnya sebagai sektor yang menjanjikandan menyerap tenaga kerja tinggi justru pertumbuhannya kian tahun kian menurun. Seiring dengan perkembangan ekonomi global yang tidak menentu, peran komoditas tersebut mulai menurun seiring dengan rendahnya harga komoditas tersebut di pasar global akibat turunnya permintaan global. Usaha Pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut, hingga kini belum memperlihatkan hasil yang signifikan.

Permasalahan yang sering terjadi umumnya terkait dengan pengembangan investasi yang terlambat. Salah satunya seperti transportasi pengangkutan batubara yang masih menggunakan jalan umum. Dampaknya adalah jalan yang dilalui oleh kendaraan angkutan batubara mengalami kerusakan yang cukup parah. Akibatnya kegiatan ekonomi dan kepentingan masyarakat yang mengandalkan jalan tersebut menjadi terganggu. Permasalahan umum lainnya adalah sulitnya mendirikan jaringan listrik. Padahal dengan cadangan batubara yang melimpah, Sumsel dapat menjadi sumber energi bagi daerah sekitarnya. Hal ini turut menjamin permintaan pasar yang cukup besar terhadap batubara. Selain itu peran Pemerintah dalam mendukung peningkatan nilai tambah komoditas sebaiknya lebih diperluas. Seperti halnya dalam mengatasi kampanye negatif dari pihak luar yang ditujukan kepada komoditas-komoditas unggulan. Dalam hal kebijakan, penetapan RTRW oleh Pemerintah sebaiknya dipercepat sehingga aktivitas usaha dapat berjalan lebih baik. Sementara itu proyek besar Pemerintah melalui industri hilirisasi untuk menjadikan Sumsel Provinsi yang mandiri dan penopang pertumbuhan ekonomi Nasional sebaiknya terus didorong dan diusahakan. Selain itu, perlunya Pemerintah melakukan differensiasi komoditas unggulan sehingga jika terjadi tekanan pada komoditas tertentu, perekonomian Sumsel tidak terganggu (terlihat pada indeks HHI1>0,62 yang berarti ekpsor Sumsel hanya terkonsentrasi pada komoditas tertentu) .

1HHI: Herfindahl-Hirschman Index adalah indeks yang mengukur seberapa besar suatu wilayah

bergantung pada komoditas tertentu didalam ekspornya. Semakin kurang dari 1 menunjukkan semakin banyak variasi komoditas yang menopang perekonomiannya. Semakin mendekati dari 1 menunjukkan semakin sedikit variasi komoditas yang menopang perekonomiannya.

(34)

18

0.20 0.40 0.62 0.06 0.65 0.78 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90

Sumut Riau Sumsel Indonesia Kalsel Kaltim

Grafik A.1.1 Perbandingan HHI di beberapa Provinsi di Indonesia

Grafik A.1.2 Perbandingan Impor Karet Dunia VS Ekspor Karet Indonesia

Sedangkan terkait dengan usaha untuk mendongkrak kinerja karet yang sedang turun, ekspor karet Indonesia masih fokus pada negara Asia Timur (ditunjukkan dengan warna hijau). Namun demikian, prospek ekonomi negara terbesar di kawasan tsb, yaitu Jepang dan Tiongkok diperkirakan melambat sehingga perlu dilakukan peralihan (subsitusi) negara tujuan ekspor. Sementara itu kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang memiliki impor terbesar (diameter lingkaran terbesar), penetrasi karet kita masih lebih rendah atau masih di bawah 8%. Prospek ekonomi Eropa dan Amerika Serikat yang diperkirakan meningkat di tahun 2015 membuat peluang di negara-negara tersebut masih besar. Mayoritas produk yang diimpor oleh negara Eropa dan Amerika Serikat merupakan produk olahan karet yang sudah lebih lanjut seperti ban dan komponen manufaktur.

(35)

19

Box A.2

Keunggulan Geografis Sumatera Selatan Sebagai

Pusat Perdagangan Internasional

Secara geografi, letak Sumsel menjadi nilai tambah pengembangan ekonomi karena tempatnya yang strategis dan menguntungkan dari sisi jalur perdagangan yaitu pertemuan antara jalur hindia, jalur asia pasifik, dan jalur sutera tiongkok. Letak Sumsel juga memberikan akses yang besar untuk menggapai pasar Jawa dan pasar Singapore.Sumsel juga merupakan salah satu lumbung energi akibat produksi minyak bumi, gas, batubara dan panas bumi yang begitu melimpah. Produksi batubara Sumsel termasuk yang terbesar di Indonesia selain provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur.

Produksi tanaman bahan pangan (tabama) Sumsel melimpah dan mampu memenuhi kebutuhan daerahnya, bahkan juga dapat memenuhi kebutuhan provinsi di sekitar seperti Bengkulu, Babel, Jambi, dan Lampung. Selain tabama, perkebunan karet dan kelapa sawit juga dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Sumsel merupakan provinsi produsen karet tertinggi di Indonesia atau mencapai 19% dari total produksi karet Nasional Sementara untuk komoditas kelapa sawit, Sumsel merupakan produsen tertinggi keempat di Indonesia atau menyumbang 10% dari total produksi. Secara geografi, letak Sumsel sangat menguntungkan untuk melakukan perdagangan ekspor komoditas perkebunan dan produk turunannya secara langsung. Memiliki jalur sungai yang membelah sampai ke tengah dan pelosok kab/kota dan memiliki pelabuhan bertaraf internasional memberikan suatu keuntungan bagi Sumsel untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui ekspornya.

(36)

20

Box A.3

Kendala Infrastruktur Dalam Meningkatkan Investasi

Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur turut memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan.

Ketidaksiapan infrastruktur memang merupakan masalah utama yang paling sering dikeluhkan oleh para investor. Hambatan-hambatan infrastruktur ditengarai sebagai salah satu sebab munculnya ekonomi biaya tinggi. Hambatan infrastruktur mutlak akan menjadi kendala besar bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika infrastruktur suatu negara tidak memadai, maka kegiatan investasi serta arus barang dan jasa otomatis akan turut mengalami gangguan. Berdasarkan Global Competitiveness Report

menyatakan bahwa infrastruktur yang kurang memadai akan membebani biaya logistik bagi perusahaan. Hasil kajian menempatan urutan Indonesia berdasarkan GCI (Global

Competitiveness Index) berada pada peringkat 38 dari 144 negara. Kondisi ini

mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya yang berada pada peringkat 50. Namun demikian, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara utama di Asean dimana Indonesia berada diurutan 5 dari 14 negara Asean.

Tabel A.3.1 Global Competitiveness Index Indonesia

Tahun GCI Overal Index

Ranking/Jumlah Negara Score

2008-2009 55/134 4,25 2009-2010 54/133 4,26 2010-2011 44/139 4,43 2011-2012 46/142 4,38 2012-2013 50/144 4,40 2013-2014 38/148 4,53

Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lembaga pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3EI) dan hasil FGD dengan pengamat logistik Indonesia, biaya logistik Indonesia masih sangat tinggi yang berada pada kisaran 26% - 30% dari total PDB dibandingkan negara lain. Sedangkan rata-rata biaya logistik di Asia sekitar 10% - 16% dan Eropa sekitar 8% - 11%.

Pemicu utama tingginya biaya logistik di Indonesia adalah sistem logistik dan infrastruktur yang masih belum memadai. Infrastrukutur yang berkaitan langsung dengan logistik adalah sektor transpotasi, terutama infrastruktur pelabuhan, jalan, dan

(37)

21

hubungan antar moda.

Kondisi logistik nasional ini turut tercermin pada kondisi logistik di Sumsel. Moda transportasi, sistem konektivitas dan akses jalan yang merupakan sarana utama distribusi barang, masih perlu ditingkatkan sehingga dapat menekan biaya logistik yang tinggi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumsel. Saat ini kondisi jalan di Sumsel masih perlu diperbaiki terutama jalan yang berada di kab/kota. Berdasarkan data yang tersedia, kondisi jalan di Sumsel yang berada pada kondisi mantap (terpelihara dengan baik) kurang dari 70%. Buruknya kondisi jalan di beberapa kab/kota berdampak pada proses distribusi barang yang terlambat dan biaya penyaluran yang tinggi. Kondisi Ini diharapkan menjadi perhatian utama Institusi terkait untuk diitingkatkan sehingga kegiatan ekonomi dapat lebih dioptimalkan.

Tabel A.3.2 Komponen Biaya Pembentuk Biaya Logistik

Tahun Biaya Transport (%) Biaya Inventori (%) Biaya Adm (%) Total Biaya Logistik (%)

2004 11.4 13.5 1.49 26.39 2005 18.94 13.83 1.97 34.73 2006 20.61 13.75 2.06 36.41 2007 12.52 12.72 1.51 26.75 2008 13.17 13.29 1.59 28.05 2009 10.19 13.11 1.4 24.7 2010 11.18 11.5 1.36 24.04 2011 11.12 11.42 1.35 23.89 2012 11.58 12.28 1.43 25.3 2013 12.92 12.25 1.51 26.68

Sumber: Kajian Logistik oleh Prof. Senator Nur Bahagia

Tabel A.3.3 Kondisi Jalan di Sumsel per Kab/Kota

TAHUN 2014 Kab/Kota

Provinsi Kab/Kota TOTAL

Panjang Mantap (B) Mantap % Panjang Mantap (B+S) Mantap % Panjang Mantap (B+S) Mantap %

OKU 138.52 96.11 69.39% 1,117.23 426.86 72.11% 1,298.39 562.67 43.34% OKI 79.1 51.77 65.45% 1,589.65 807.9 50.56% 1,778.35 951.11 53.48% Muara enim 141.7 126.67 89.39% 1,323.82 378.02 81.31% 1,620.12 653.65 40.35% PALI 73.3 72.9 99.45% 303.4 124 40.87% Lahat 87.93 82.59 93.92% 1,297.65 778.6 36.97% 1,500.45 972.18 64.79% Musi Rawas 89.65 79.38 88.54% 1,195.71 1,254.15 78.08% 1,465.75 1,513.92 103.29% Musi Rawas Utara - - - 1,241.15 778.6 98.04% - - - Muba 40.85 38.85 95.10% 1,073.77 396.62 36.94% 1,435.30 743.44 51.80% Palembang 83.91 79.65 94.93% 802.48 439.24 53.86% 966.04 597.55 61.86% Prabumulih 18.4 17.11 93.00% 392.13 345.2 99.67% 493.47 443.56 89.89% Pagaralam 5 4.4 87.94% 504.35 254.84 50.53% 592.2 339.49 57.33% OKUS 191.23 189.28 98.98% 702.51 354.57 61.21% 893.74 543.85 60.85% OKUT 205.75 172.8 83.99% 932.57 751.9 84.69% 1,145.58 931.66 81.33% OI 126.35 77.93 61.68% 838.47 600.74 71.75% 1,027.98 733.73 71.38% 4Lawang 120.09 114.8 95.59% 1,206.25 952.27 78.95% 1,417.94 1,158.47 81.70% Lubuk Linggau 4.6 3.39 73.68% 565.47 372.78 74.59% 593.24 399.34 67.32% Banyuasin 56.5 43.42 76.85% 1,196.30 487.8 40.78% 1,308.97 586.89 44.84% Provinsi SUMSEL 1,462.87 1,251.05 85.52% 16,282.91 9,504.09 58.37% 17,537.51 11,131.50 63.47% Sumber: RKPD Sumsel 2015

(38)

22

Box A.4

Optimisme Konsumen pada Triwulan I 2015 Menurun

Berdasarkan survei konsumen, tingkat keyakinan masyarakat Kota Palembang pada triwulan I 2015 menurun dibandingkan triwulan IV 2014 (qtq). Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2015 adalah 119,9 atau sedikit menurun dibandingkan rata-rata Indeks IKK pada triwulan IV 2014 yang mencapai 126,4. Penurunan ini diakibatkan oleh penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan Indeks Kondisi Saat Ini (IKE). IEK menyumbang penurunan sebesar 11,9% (qtq) sedangkan IKE menyumbang peningkatan sebesar 3,0% (qtq). Penurunan IKK dapat dilihat pada Grafik A.4.1 dan Grafik A.4.2. 122 117 121 121 116 116 117 109 121 122 120 115 119 135 134 135 144 138 132 128 122 140 142 133 138 121 128 126 128 133 127 124 122 116 131 132, 0 127 126 120 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Ind

eks (

%

)

Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK)

(39)

23

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015

Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) -3,5% 3,3% 0,0% -3,9% -0,4% 0,5% -6,2% 10,7% 0,9% -1,7% -4,1% 3,0% Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) -0,9% 0,5% 7,0% -4,3% -4,7% -2,9% -4,8% 15,2% 1,1% -6,2% 3,5% -11,9% Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) -2,1% 1,8% 3,7% -4,1% -2,7% -1,3% -5,4% 13,1% 1,0% -4,1% -0,1% -5,1%

3,0% -11,9% -5,09% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% Gr o wt h (q tq ) %

Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Grafik A.4.2. Growth IKK (qtq) Triwulan I 2012 Triwulan I 2015

139,20 116,13 100,20 0 20 40 60 80 100 120 140 160

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 In d ex ( % )

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama Batas Minimum Optimis Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja

(40)

24

I II III IV I II III IV I II III IV I 2012 2013 2014 2015 Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) -3,5% 3,3% 0,0% -3,9% -0,4% 0,5% -6,2% 10,7% 0,9% -1,7% -4,1% 3,0% Indeks Penghasilan Konsumen -3,0% -6,6% 7,3% -10,7% 3,1% 8,8% -16,1% 16,0% 2,6% 0,6% -4,1% 1,8% Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 12,9% 2,1% -16,8% 3,0% 6,6% -7,7% 7,2% -2,0% 14,8% -14,3% 0,4% 0,1% Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan

Lama -17,8% 19,0% 8,1% -1,3% -9,4% -1,6% -5,0% 17,1% -12,5% 8,8% -7,9% 7,3% 3,0% 1,8% 0,1% 7,3% -20% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 25% Gr o wt h q tq (% )

Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Konsumen

Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama

Grafik A.4.4. Growth IKE (qtq) Triwulan I 2012 Triwulan I 2015

135 134 135 144 138 132 128 122 140 142 133 138 121 130 99 136 0 20 40 60 80 100 120 140 160 180

I II III IV I II III IV I II III IV I

2012 2013 2014 2015 In d e x (% )

Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Kegiatan Usaha Batas Minimum Optimis

Gambar

Grafik 1-2. Perkembangan Nilai Ekspor CPO Sumatera  Selatan
Grafik 1-7. Perkembangan Jumlah Wisatawan di  Sumatera Selatan
Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010  menurut Penggunaan Tahun 2014  2015 (%)
Grafik 1-20. Perkembangan Volume Ekspor  Provinsi Sumatera Selatan  Sumber: Cognos BI
+7

Referensi

Dokumen terkait

Program termasuk sistem investigasi outbreak dari penyakit infeksi (lihat juga Sasaran Keselamatan Pasien 5, EP 1). Program diarahkan oleh peraturan dan prosedur yang berlaku

Besarnya nilai selisih pertumbuhan tinggi yang diperoleh oleh perlakuan (9) dibandingkan dengan perlakuan (1) sampai dengan (7) (perlakuan dengan

Oleh karena itu dibutuhkan suatu uji aktivitas yang secara umum sederhana, mudah dan murah namun dapat dipercaya dan dapat mendeteksi adanya senyawa yang mempunyai aktivitas

Penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa ekstrak ikan gabus dapat meregenerasi jaringan pulau Langerhans pankreas paling baik pada dosis 0,14846 ml/hari

Landasan teori dari penelitian Ini adalah tentang adanya ketentuan yang tertuang dalam UU penerbangan yang menyatakan bahwa apabila terjadi keterlambatan yang disebabkan

Hasil biji dan minyak jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan fungsi dari bahan tanaman, kondisi lingkungan tumbuh, dan juga pemeliharaan bentuk tajuk tanaman. Tujuan penelitian

Dalam hal pengadaan sarana dan prasarana pendidikan jasmani ada dua hal yaitu dengan membeli atau dengan membuat. Jika membeli maka perlu persyaratan-persyaratan tertentu,

Dengan hasil penelitian, dapat diketahui bahwa, perspektif/pandangan masyarakat tentang perbuatan silariang di Desa Allu tarowang Kabupaten Jeneponto adanya sanksi