• Tidak ada hasil yang ditemukan

jurnal Ekstraksi Kafein dan Pemurniannya dengan Proses Sublimasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "jurnal Ekstraksi Kafein dan Pemurniannya dengan Proses Sublimasi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK

Judul :

Judul : Ekstraksi Kafein dan Pemurniannya dengan Proses SublimasiEkstraksi Kafein dan Pemurniannya dengan Proses Sublimasi Tujuan

Tujuan Percobaan Percobaan :: 1. Mempelajari teknik pemisahan kafein dari teh menggunakan1. Mempelajari teknik pemisahan kafein dari teh menggunakan  prinsip ekstraksi pelarut polar-non polar.

 prinsip ekstraksi pelarut polar-non polar.

2. Mempelajari teknik pemurnian melalui proses sublimasi 2. Mempelajari teknik pemurnian melalui proses sublimasi Pendahuluan

Pendahuluan

Kafein merupakan salah satu senyawa turunan xantin yang banyak terdapat dalam teh, Kafein merupakan salah satu senyawa turunan xantin yang banyak terdapat dalam teh, kopi, dan coklat, mempunyai rumus C

kopi, dan coklat, mempunyai rumus C88HH1010OO22 N N44. Adapun struktur dari kafein adalah:. Adapun struktur dari kafein adalah:

N N N N N N N N C C H H33 CH CH33 O O O O CH CH33 Gambar 1. Kafein Gambar 1. Kafein

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa teh memiliki kandungan kafein yang lebih banyak Dari hasil penelitian diperoleh bahwa teh memiliki kandungan kafein yang lebih banyak dibandingkan dengan kopi. Kafein dijumpai secara alami pada bahan pangan se

dibandingkan dengan kopi. Kafein dijumpai secara alami pada bahan pangan se perti biji kopi,perti biji kopi, daun teh, buah kola, gurana, dan mate. Kafein berperan sebagai pestisida alami pada daun teh, buah kola, gurana, dan mate. Kafein berperan sebagai pestisida alami pada tumbuhan yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tumbuhan yang melumpuhkan dan mematikan serangga-serangga tertentu yang memakan tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari kopi tanaman tersebut. Ia umumnya dikonsumsi oleh manusia dengan mengekstraksinya dari kopi dan daun teh. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan dan daun teh. Minuman yang mengandung kafeina, seperti kopi, teh, dan minuman ringan sangat digemari. Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia. sangat digemari. Kafein merupakan zat psikoaktif yang paling banyak dikonsumsi di dunia. Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven organik, dan kondisi Kafein biasanya diisolasi dengan ekstraksi menggunakan solven organik, dan kondisi ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan bahan) dapat ekstraksi (solven, suhu, waktu, pH, dan rasio komposisi solven dengan bahan) dapat mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein (Wikipedia. 2014).

mempengaruhi efisiensi ekstraksi kafein (Wikipedia. 2014).

Kafein ditemukan pertama kali pada tahun 1827 dan dinamakan

Kafein ditemukan pertama kali pada tahun 1827 dan dinamakan tehinetehine namun, setelahnamun, setelah diketahui bahwa

diketahui bahwa tehinetehine  pada teh memiliki sifat yang sama dengan kafein pada kopi, nama  pada teh memiliki sifat yang sama dengan kafein pada kopi, nama tehine

tehine  tidak digunakan lagi. Jumlah kafein yang terkandung di dalam teh tergantung pada  tidak digunakan lagi. Jumlah kafein yang terkandung di dalam teh tergantung pada  berbagai

 berbagai faktor faktor seperti seperti jenis jenis daun daun teh, teh, tempat tempat tumbuhnya tumbuhnya tanaman tanaman teh, teh, ukuran ukuran partikel partikel teh,teh, serta metode dan lamanya waktu penyeduhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa serta metode dan lamanya waktu penyeduhan. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa

Paraf Asisten Paraf Asisten

(2)

lokasi perkebunan teh mempengaruhi kadar kafein pada daun teh tersebut (Mokhtar et al ., 2000).

Kafein termasuk pada golongan alkoid. Alkaloid ini tidak berbau dan rasanya pahit. Kefein terlarut dalam air (1:50), alkohol (1:75), atau kloroform (1:6). Kafein juga dapat digunakan dalam pengobatan yaitu sebagai obat pilihan untuk memperoleh efek stimulan  pada susunan saraf pusat. Aksi stimulan ini hampir fisiologik alami dan menolong untuk

menghindari kelemahan, kelelahan, dan ngatuk. Efek dari kafein yaitu bertambahnya toleransi terhadap stimulasi kafein, sebab itu habitual peminum kopi berlanjut karena  pengalaman stimulasi dari hari ke hari, biasanya kafein tidak mempunyai nilai dalam keadaan lain, meskipun aksi farmakologi lain dan stimulasi berlebihan akan menjadi berlebih ketika dosis terlalu banyak dan mengakibatkan aksi lain (Connors, 1997).

Isolasi kafein dari teh dapat dilakukan dengan cara ekstraksi. Metode dasar pada ekstraksi cair-cair adalah ekstraksi bertahap (batch), ekstraksi kontinu, dan ekstraksi counter current . Ekstraksi kontinu digunakan bila perbandingan distribusi relative kecil sehingga  pemisahan yang kuantitatif diperlukan beberapa tahap ekstraksi. Efisiensi yang tinggi pada ekstraksi kontinu bergantung pada viskositas fase dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kecepatan tercapainya kesetimbangan. Ekstraksi pelarut atau ekstraksi air merupakan metode  pemisahan yang paling baik dan populer. Alasan utamanya adalah bahwa pemisahan ini dapat dilakukan baik dalam tingkat makro maupun mikro. Prinsip metode ini didasarkan pada distribusi zat terlarut dengan perbandingan tertentu antara dua pelarut yang tidak saling  bercampur, seperti benzena, karbon titraklorida atau kloroform. Batasan teknik ini adalah zat terlarut dapat ditransfer pada jumlah yang berbeda dalam kedua fase pelarut. Teknik ini dapat dipergunakan untuk hal preparatif, pemurnian, memperkaya pemisahan serta analisis pada semua skala kerja (Khopkar, 1990).

Pemurnian kafein dapat dilakukan dengan metode sublimasi. Sublimasi adalah dimana suatu padatan diuapkan tanpa melalui peleburan dan hanya diembunkan uapnya dengan mendinginkannya, langsung kembali dalam keadaan padat. Syarat sublimasiadalah  padatan akan menyublin bila tekanan uapnya mencampai tekanan atmosfer di bawah titk lelehnya. Setiap zat yang dapat didestilasikan tanpa tanpa terurai, dapat di sublimasikan pada suhu dan tewkanan yang cocok. Penggunaan sublimasi akan terbatas pada pemisahan senyawa-senyawa kristal menguap dari senyawa-senyawa yang sukar menguap atau dari senyawa-senyawa yang menguap tapi tdak mengembun pada kondisi yang di gunakan

(3)

(Syukri, 1999). Prinsip Kerja

Prinsip kerja praktikum ini yaitu memisahkan kafein dari teh dengan ekstraksi polar-non  polar dimana zat yang diekstraksi dilarutkan dalam dua pelarut yang tidak saling larut sehingga zat yang terekstraksi akan mendistribusikan zat tersebut terhadap ke dua pelarut dan memiliki kecondongan tertentu untuk lebih terdistribusi ke dalam pelarut yang memiliki kesamaan sifat seperti sama-sama polar dan sejenisnya.

Alat

Beaker glass, gelas ukur 100 mL, erlenmeyer, corong pisah, corong Buchner, gelas.

Bahan

Sodium bikarbonat anhidrat, aquades, NaCl, diklorometana, sodium sulfat anhidrat, kertas saring.

Prosedur Kerja

Timbang 5 buah tea bag atau 5 gram teh tubruk, lalu masukkan dalam beaker glass 250 mL. Tambahkan 75 mL aquades dan 5 gram sodium karbonat anhidrat. Tutup beaker dengan gelas arloji lalu didihkan selama 10 menit. Jika tea bag muncul ke  permukaan air, tekan dengan  batang pengaduk agar tenggelam. Dekantasi cairan panas (I) tersebut pada erlenmeyer 150 mL. Tambahkan 30 mL aquades pada beaker glass awal dan didihkan kembali. Lalu dekantasi cairannya jadikan satu dengan cairan (I). Dinginkan ekstrak teh tersebut. Jika menggunakan teh tubruk sebagai sampel, maka saring cairan menggunakan buchner agar terpisah dari padatannya. Masukkan ekstrak teh pada corong pisah dan tambahkan 3 gram  NaCl, lalu ekstrak dengan 15 mL diklorometana. Kocok corong pisah dengan pelan dan  berhati-hati, jangan terlalu kuat seperti saat anda melakukan ekstraksi eugenol. Diamkan corong pisah beberapa waktu. Pisahkan lapisan bawah yang berisi fraksi diklorometana. Ekstrak kembali lapisan atas dengan 15 mL diklorometana dengan menggunakan corong  pisah. Gabung fraksi diklorometana yang diperoleh sekarang dengan fraksi sebelumnya. Tambahkan sodium sulfat anhidrat secukupnya hingga fasa diklorometana menjadi jernih. Dekantasi fraksi diklorometana jernih, lalu evaporasi pelarut menggunakan rotary evaporator. Ambil sebisa mungkin kafein yang terdapat dalam labu alas bulat rotary evaporator dan letakkan dalam cawan petri yang telah ada diatas pemanas. Lalu tutup atasnya dengan 3 lembar kertas saring dan tekan dengan beaker glass atau erlenmeyer 250 mL yang berisi 50

(4)

mL air. Panaskan hot plate dengan setting medium. Amati apa yang terjadi! Setelah sekitar 5 atau 10 menit hentikan pemanasan dan biarkan sistem dingin kembali. Buang air dalam  beaker dengan hati-hati lalu gores atau kerok kafe in murni yang menempel pada kertas saring dan tampung dalam kertas saring baru yang sudah ditimbang sebelumnya. Amati wujud fisik dari kafein yang diperoleh: bentuk, bau, warna, dan titik lelehnya! Bandingkan dengan wujud fisik ekstrak kasar kafein yang diperoleh sebelum proses pemurnian. Jangan lupa untuk menghitung persen hasil dari kafein dalam teh tersebut!

Waktu yang dibutuhkan

Kegiatan Waktu

Menimbang di atas neraca Ohauss 1 menit

Memasukkan dalam beaker glass 250 ml 5 detik

Menambahkan 75 ml aquades dan 5 gram sodium karbonat anhidrat 10 detik Menutup dengan kaca arloji dan didihkan selama 10 menit 13 detik Melakukan Didekantasi cairan panas tersebut pada labu Erlenmeyer 150

ml 10 detik

Menambahkan 30 ml aquades pada beaker glass dan didihkan kembali 10 detik

Mendinginkan ekstrak teh 5 menit

Memasukkan teh pada corong pisah 5 detik

Menambahkan 3 gram NaCl 5 detik

Melakukan ekstrak dengan 15 ml diklorometana 5 detik Mengocok corong pisah dengan pelan dan hati hati 1 menit

Mendiamkan sejenak 1 menit

Memisahkan lapisan bawah yang berisi fraksi diklorometana 1 menit Melakukan ekstrak lagi dengan 15 ml diklorometana 5 detik Menggabung fraksi diklorometana dengan fraksi sebelumnya 5 detik Menambahkan sodium sulfat anhidrat hingga jernih 45 detik Melakukan dekantasi fraksi diklorometana sampai jernih 5 detik Melakukan evaporasi pelarut dengan rotary evaporator

Mengambil kafein yang terdapat dalam labu alas bulat rotary evaporator 1 menit

Menimbang berat hasil ekstrak kafein 5 detik

(5)

Membandingkan dengan wujud kafein yang telah diproses sebelumnya 30 detik

Menghitung persen hasil kafein tersebut 3 menit

TOTAL 150 menit

Data dan Perhitungan Bentuk : padatan kristal Bau : menyengat Warna : kuning Titik leleh : 183oC Hasil

 NO Gambar Keterangan

1 Pembuatan ekstraksi teh dengan

mencampurkan 5 buah teh bag dan 75 mL akuades serta 5 gram sodium karbonat anhidrat lalu ditambah lagi dengan 30 mL akuades pada pembuatan ekstrak yang kedua menghasilkan warna coklat kehitaman

2 Proses pemanasan hingga mendidih

3 Proses ekstraksi yang dilakukan dengan

menambahkan diklorometana dan mencogocok secara perlahan

Hasil ektraksi terbagi menjadi 2 fasa. Bewarna kuning dan coklat tua. fasa atas

(6)

 bewarna coklat tua dan fasa bawah  bewarna kuning

Proses pemurnian diklorometana dari  pengotor dengan penambahan MgSO4

Hasil evaporasi menunjukkan padatan kristal bewarna kuning

Hasil pengeringan yang akan diuji titik lelehnya dan diperoleh titik lelehnya sebesar 183oC

Pembahasan

Percobaan kesepuluh membahas ekstraksi kafein dan pemurniannya dengan proses sublimasi. Ekstraksi merupakan metode pemisahan yang melibatkan proses pemindahan satu atau lebih senyawa dari satu fasa ke fasa lain dan didasarkan pada kemapuan larut yang  berbeda dari komponen komponen dalam campuran. Terdapat beberapa jenis ekstraksi di

(7)

antaranya adalah ekstraksi cair-cair, ekstraksi padat-cair dan ekstraksi asam basa. Praktikum kali ini menggunakan jenis ekstraksi cair-cair. Proses pemisahan dengan metode ekstraksi ini  bertujuan untuk memperoleh dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia karena biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain salah satu contohnya yaitu senyawa kafein dalam teh, kopi dan lain sebagainya. Percobaan yang dilakukan kali ini yaitu ekstraksi kafein dalam teh. Teh tidak hanya mengandung kafein namun juga terdapat senyawa tannin didalamnya. Ekstraksi kafein dalam teh ini menggunakan pelarut diklorometana. Penggunaan pelarut diklorometana karena  berdasarkan literatur kafein dapat larut dalam diklorometana dan tannin tidak dapat larut didalamnya sehingga kafein akan dengan mudah diperoleh sebagai ekstrak dalam fraksi diklorometana.

Percobaan ekstraksi kafein ini diawali dengan menambahkan akuades dan natrium karbonat anhidrat dalam 5 buah tea bag yang ada dalam beaker glass yang kemudian dipanaskan . Penambahan natrium karbonat berfungsi agar senyawa tanin dapat dengan mudah diubah menjadi garamnya sehingga senyawa tanin mudah larut dalam air, hal inilah yang menyebabkan ditambahkan akuades yaitu agar senyawa tanin dalam teh dapat dipisahkan dari teh tersebut. Proses pemanasan ini berfungsi untuk mendukung proses difusivitas masuknya pelarut air menembus bahan padat teh dan melarutkan senyawa tanin yang terdapat dalam teh. Proses ini dilakukan sebanyak dua kali yang pertama dilakukan selama 10 menit dan yang terakhir dilakukan sampai mendidih tujuan pemanasan berulang ini adalah agar senyawa tanin dapat larut secara sempurna dalam air dan hanya tersisa kafein didalam teh.

Proses selanjutnya yaitu proses ekstraksi dengan menggunakan pelarut diklorometana sebelum ditambahkan diklorometana hasil ekstrak teh yang telah diperoleh dari proses sebelumnya ditambahkan dengan NaCl terlebih dahulu. Penambahan NaCl ini berfungsi untuk menaikan polaritas air sehingga akan mengakibatkan terjadinya penurunan kelarutan air dalam pelarut organik (diklorometana) dan akan menyebabkan kafein semakin mudah untuk terekstrak ke dalam pelarut organik tersebut. Campuran hasil ekstrak teh, NaCl dan diklorometana dimasukkan dalam corong pisah dan dikocok secara perlahan. Proses  pengocokan dilakukan secara perlahan agar tidak terbentuk emulsi dan tanin yang yang telah  berikatan dengan air tidak dapat dipisahkan kembali. Tutup corong pisah sesekali dibuka  pada proses pengocokan, hal ini dilakukan untuk mengurangi tekanan udara dalam corong agar corong tidak meledak akibat tekanan gas yang dihasilkan dari reaksi. Proses pengocokan

(8)

ini menyebabkan kedua pelarut terpisah yang ditandai dengan terbentuknya dua fasa. Fasa  paling atas berwarna coklat tua dan Fasa yang paling bawah bewarna kuning. Identifikasi  pelarut bagian atas dan bawah dapat ditentukan dengan meenggunakan dasar perbedaan kerapatan. Kerapatan diklorometana lebih besar daripada air sehingga dapat dikatakan bahwa  bagian bawah merupakan diklorometana yang di dalamnya terdapat ekstrak kafein karena .  pada proses ini kafein akan lebih terdistribusi ke pelarut yang lebih melarutkan kafein yaitu diklorometana. Proses ekstraksi ini dilakukan sebanyak dua kali hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil ekstrak yang lebih banyak.

Hasil fraksi diklorometana dari proses ekstraksi ini kemudian ditambahkan dengan MgSO4.  Penambahan MgSO4  berfungsi untuk menjernihkan fraksi diklorometana. Diklorometana yang sudah jernih atau bersih dari pengotor kemudian dipanaskan. Berdasarkan literatur (Wikipedia.com) titik didih diklorometana adalah 39,5 °C sedangkan

untuk kafein titik didihnya jauh lebih tinggi dibandingkan diklorometana sehingga pada saat evaporasi ini diklorometana akan menguap sedangkan kafein tidak ikut menguap. Kafein yang tidak ikut menguap ini tersisa pada beaker glass. Proses yang terjadi berikutnya adalah sublimasi dimana sampel berubah menjadi gas lalu kembali menjadi padatan. Hal ini dibuktikan dengan adanya terbentuknya endapan dalam bentuk kristal di dasar erlenmeyer yang dipanaskan di atas hot plate setelah semua diklorometana menguap.

Hasil Kristal yang telah diperoleh kemudian diukur titik lelehnya dengan menggunakan  penangas. Titik leleh yang diperoleh dari percobaan ini yaitu sebesar 183oC. Berdasarkan

literatur (Wikipedia.com), titik leleh kafein adalah 227 ºC. Hasil titik leleh yang ditunjukkan hasil praktikum dan literature sedikit berbeda hal ini menunjukkan bahwa endapan kristal yang diperoleh tidak murni kafein namun masih ada pengotor didalamnya. Ketidakmurnian ini dapat disebabkan oleh beberapa hal antara lain yaitu pengocokan yang terlalu kuat sehingga tannin yang telah terikat dalam air terpisah kembali selain itu juga dapat disebabkan oleh kebersihan alat yang kurang terjaga.

Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil percobaan yang telah dilakukan adalah sebagai berikut:

- Metode ekstraksi cair-cair dapat digunakan untuk mengekstrak kafein dalam teh dimana dalam ekstraksi ini digunakan dua pelarut yang berbeda sehingga salah satu  pelarut akan lebih melarutkan kafein sehingga kafein dapat diekstrak dan pelarut yang digunakan untuk melarutkan kafein dalam ekstraksi ini adalah diklorometana, hal ini

(9)

karena diklorometana tidak saling melarutkan dengan air serta senyawa tannin yang ada dalam teh dan dapat melarutkan kafein dalam teh.

- Proses ekstraksi dan proses sublimasi dalam percobaan ini menghasilkan endapan kristal bewarna kuning dengan titik leleh sebesar 183oC

Referensi

Anonim. 2014. Kafein. [serial online]. http://www.wikipedia.com. [diakses 03 April 2014] Connors. 1997. Liquid-Liquid Extraction Operations and Equipment . New York: Mc Graw-Hill

Khopkar, S.M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik . Jakarta: Universitas Indonesia Press

Mokhtar, H and N. Ahmed. 2000. Tea polyphenols: Prevention of cancer and optimizing health. [serial online].http://www.teapolyphenols.com. [diakses 03 April 2014]

Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. ITB. Bandung

Tim Kimia Organik. 2014. Petunjuk Praktikum Organik I . Jember: Universitas Jember Saran

Praktikan seharusnya lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh lebih akurat dan hendaknya kebersihan alat harus selalu diperhatikan.

Nama Praktikan

Referensi

Dokumen terkait

Pemisahan senyawa fenol tersebut menggunakan metode ekstraksi cair-cair dengan bantuan solven atau pelarut, dimana pemisahan fasa cair ini memanfaatkan perbedaan

Untuk meningkatkan efisiensi ekstraksi, pelarut etanol yang memberikan aktivitas antibakteri dan antioksidan terbaik dicoba digunakan untuk mengekstrak kulit buah langsat

Secara spesifik, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh suhu dan waktu operasi terhadap penurunan kadar kafein, memperoleh kondisi optimum pada produksi teh rendah

Metode ekstraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstraksi sokletasi dengan pelarut etanol 96% dan metode yang digunakan untuk uji kadar kafein adalah metode

Nama lain kafein adalah 1,3,7-trimetil xanthina yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi (0,5%), daun teh (2-4%), 1,3,7-trimetil xanthina yang secara alamiah terdapat dalam

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campurannya dengan menggunakan pelarut. Pelarut yang digunakan harus dapat mengekstrak substansi yang di inginkan

Ekstraksi cair-cair adalah metode pemisahan berdasarkan pada distribusi atau partisi suatu analit berdasar dua pelarut yang tidak saling bercampur.. Prisip dasar ekstraksi ini

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelarut yang paling sesuai pada ekstraksi kafein serta mengetahui kadar kafein dalam minuman ringan khas daerah Rembang (sampel