• Tidak ada hasil yang ditemukan

1. MODUL PEDOMAN CARA BERLABORATORIUM YANG BAIK DAN ACUAN STANDAR PENGUJIAN_edit

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "1. MODUL PEDOMAN CARA BERLABORATORIUM YANG BAIK DAN ACUAN STANDAR PENGUJIAN_edit"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

PENGAWAS FARMASI DAN MAKANAN

DARI TERAMPIL KE AHLI

PEGAWAI NEGERI SIPIL (PNS) BADAN POM

MATA PELAJARAN:

PEDOMAN CARA BERLABORATORIUM YANG BAIK

“Good Laboratory Practice (GLP)”

dan

ACUAN STANDAR PENGUJIAN

(2)

PEDOMAN CARA BERLABORATORIUM YANG BAIK

“Good Laboratory Practice (GLP)”

BAB I

Pendahuluan

I.1. Deskripsi Singkat

Dalam Modul ini dibahas cara berlaboratorium yang baik berkaitan dengan proses pengorganisasian dan kondisi kegiatan laboratorium yang direncanakan, dilaksanakan, dipantau, direkam dan dilaporkan. “Good Laboratory Practice” atau GLP adalah suatu cara pengorganisasian laboratorium dalam proses pelaksanaan pengujian, fasilitas, tenaga kerja dan kondisi yang dapat menjamin agar pengujian dapat dilaksanakan, dimonitor, dicatat dan dilaporkan sesuai standar nasional/internasional serta memenuhi persyaratan keselamatan dan kesehatan.

I.2. Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)

Setelah mempelajari modul ini para peserta diharapkan mampu menjawab dan mengaplikasikan hal-hal yang menyangkut tentang cara berlaboratorium yang baik. Penerapan GLP bertujuan untuk meyakinkan bahwa data hasil uji yang dihasilkan telah mempertimbangkan :

 Perencanaan dan pelaksanaan yang benar (Good Planning and execution)

 Praktek pengambilan sampel yang baik (Good Sampling Practice)

 Praktek melakukan analisa yang baik(Good Analytical Practice)

 Praktek melakukan pengukuran yang baik (Good Measurement Practice)

 Praktek mendokumentasikan hasil pengujian/data yang baik (Good Dokumentation Practice)

 Praktek menjaga akomodasi dan lingkungan kerja yang baik (Good

Housekeeping Practice).

(3)

I.3. Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)

Setelah mempelajari modul ini, para peserta ujian diharapkan dapat menyelesaikan soal ujian yang berhubungan cara berlaboratorium yang baik mencakup pedoman, persyaratan teknis dan cara/prosedur pengelolaan laboratorium.

I.4. Materi Bahasan

Materi bahasan mata pelajaran ini terdiri dari 14 (empat belas) kategori pertanyaan yang meliputi:

1) Organisasi Laboratorium 2) Tenaga Kerja (Personel)

3)Keselamatan (Safety) 4) Sistem Mutu

5) Kondisi Akomodasi dan Lingkungan

6) Metode Pengujian Dan Kalibrasi Serta Validasi Metode

7) Peralatan, Instrumen, Pereaksi dan Perangkat Laboratorium Lainnya 8) Kontrak

9) Pengambilan Contoh (Sampling) 10) Penanganan Barang yang Diuji 11) Jaminan Mutu Hasil Pengujian 12) Pelaporan Hasil

(4)

BAB II

Pedoman Cara Berlaboratorium yang Baik

1.1. PENDAHULUAN

Good Laboratory Practices (GLP) adalah aturan-aturan, prosedur-prosedur dan praktek di laboratorium yang cukup untuk menjamin mutu dan intensistas data analitik yang dikeluarkan oleh sebuah kegiatan pengujian di laboratorium. Dengan pemahaman lain, GLP merupakan salah satu sistem manajemen pengelolaan laboratorium yang mencakup aspek teknis dan manajemen secara keseluruhan, yang meliputi organisasi, fasilitas, tenaga, metode analisa, pelaksanaan analisa, monitoring, pencatatan pelaporan, serta kondisi sarana dan prasarana laboratorium, sehingga sebuah laboratorium dapat menghasilkan data yang terpercaya dengan tingkat keakuratan yang tinggi dan memenuhi standar persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium.

Pusat Pengujian Obat dan Makanan Nasional merupakan laboratorium di Badan POM yang menjadi pusat rujukan dari laboratorium di daerah (Top Referal Laboratory). Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, diperlukan suatu pedoman yang secara rinci mengatur semua kegiatan dan persyaratan yang harus diterapkan di laboratorium sehingga dapat memenuhi persyaratan internasional, yaitu ISO/IEC 17025:2005.

(5)

1.2. RUANG LINGKUP

Pedoman ini memuat persyaratan umum yang ditujukan untuk dua penggunaan utama dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sebagai laboratorium penguji, yaitu:

1. Tata cara berlaboratorium yang baik untuk laboratorium Kimia.

2. Tata cara berlaboratorium yang baik untuk Laboratorium Biologi yang meliputi pengujian Mikrobiologi, Produk Biologi dan Hewan Percobaan.

Tujuan pedoman ini adalah untuk membantu memastikan keabsahan pengujian di Laboratorium Kimia dan Biologi, memastikan bahwa persyaratan umum yang digunakan untuk melaksanakan pengujian di semua laboratorium adalah sama, dan memberikan kontribusi untuk menjamin keamanan personil dalam mencegah resiko kerja.

1.3. ISTILAH DAN DEFINISI

Definisi di bawah ini diterapkan untuk istilah yang dipergunakan dalam pedoman ini. Istilah tersebut dapat mempunyai arti lain dalam konteks yang berbeda.

Akurasi

Tingkat kedekatan hasil uji dengan nilai benar atau kedekatan hasil yang diperoleh dengan menggunakan prosedur terhadap nilai benar.

Catatan: biasanya ditetapkan terhadap sampel dari bahan yang diuji dantelah disiapkan untuk penetapan akurasi kuantitatif.Akurasi harus ditetapkan pada rentang tertentu dari prosedur analisis. Akurasi dapat dilakukan dengan salah satu cara, yaitu membandingkan dengan baku pembanding bersertifikat (nilai benar), membandingkan dengan metode lain, standar adisi dan perolehan kembali. Akurasi dengan perolehan kembali dilakukan dengan menggunakan beberapa konsentrasi (pada umumnya 3 konsentrasi) dengan menambah sejumlah baku pembanding yang telah diketahui nilainya ke dalam matriks atau plasebo.

Bahan aktif farmasi

(6)

mempengaruhi struktur dan fungsi tubuh.  Bahan pembanding

Bahan otentik danhomogen yang ditujukan untuk digunakan dalam pengujian kimia dan fisika tertentu, sifatnya dibandingkan dengan bahan uji dan bahan lain yang memiliki tingkat kemurnian yang memadai untuk tujuan penggunaan.  Bahan pembandingbersertifikat

Bahan pembanding yang dikarakterisasi melalui prosedur metrologi absah untuk satu atau lebih sifat yang diukur dan dilengkapi dengan suatu sertifikat yang menyatakan sifat spesifik tersebut termasuk nilai ketidakpastian dan pernyataan ketertelusuran metrologi.

Bahan tambahan

Suatu zat yang bukan bahan bioaktif yang telah dievaluasi keamanannya dan termasuk dalam sistem penghantaran produk untuk:

- Membantu dalam proses sistem penghantaran produk selama produksi;

- melindungi, mendukung atau meningkatkan stabilitas, bioavailabilitas atau penerimaan konsumen;

- membantu identifikasi produk; atau

- meningkatkan setiap atribut lain dari keamanan dan efektivitas produk selama masa penyimpanan atau penggunaan.

Baku pembanding

Bahan yang homogen dan stabil yang satu atau lebih sifatnya telah ditetapkan sesuai untuk penggunaan tertentu dalam suatu proses pengukuran.

Baku pembanding primer

Suatu senyawa yang secara luas diakui memiliki kualitas yang memadai dalam kondisi spesifik dan memiliki kadar yang dapat diterima tanpa memerlukan pembandingan dengan senyawa kimia lain.

Catatan: baku pembanding farmakope dianggap sebagai baku pembanding primer. Bila baku pembanding farmakope tidak tersedia, industri dapat menyediakan baku pembanding primer.

Baku pembanding sekunder

Suatu bahan yang karakteristiknya ditetapkan dan/atau dikalibrasi terhadap baku pembanding primer. Tingkat karakterisasi dan pengujian baku pembanding sekunder mungkin lebih rendah dibanding bahan pembanding primer.

(7)

Subkultur primer dari biakan stok.

Biakan baku/kultur baku

Istilah bersama untuk biakan stok dan mikroba baku.  Biakan stok/biakan sediaan (reference stock)

Satu seri biakan identik terpisah yang diperoleh melalui subkultur tunggal dari mikroba baku.

Mikroba baku/strain acuan (reference strains)

Mikroba yang ditetapkan setidaknya sampai tingkat genus dan spesies, dituliskan dalam katalog dan dijelaskan sesuai dengan karakteristik dan lebih disukai diketahui asal-usulnya. Biasanya diperoleh dari koleksi nasional dan internasional yang diakui.

Batas deteksi

Konsentrasi terendah analit dalam sampel yang masih dapat dideteksi, tanpa perlu kuantitatif dalam kondisi percobaan yang telah ditetapkan.

Batas kuantitasi

Konsentrasi terendah analit dalam sampel yang dapat ditentukan dengan akurasi dan presisi yang dapat diterima dalam kondisi percobaan yang telah ditetapkan.

Bets (atau lot)

Sejumlah tertentu bahan awal, bahan pengemas atau produk yang dihasilkan melalui suatu proses,yang diharapkan homogen. Dimungkinkan untuk membagi satu bets menjadi sejumlah sub-bets yang kemudian akan membentuk bets akhir yang homogen. Ukuran bets dapat ditetapkan sebagai jumlah yang pasti atau sebagai jumlah yang diproduksi dalam jangka waktu tertentu.

Hasil Tidak Memenuhi Syarat (TMS)

Seluruh hasil uji yang berada di luar spesifikasi atau kriteria keberterimaan yang ditetapkan dalam dokumen produk, dokumen induk, farmakope, kodeks atau standard lain, termasuk peraturan yang berlaku.

Kalibrasi

(8)

Kajian yang formal dan terdokumentasi terhadap indikator kunci dari kinerja sistem manajemen mutu yang dilakukan oleh manajemen puncak.

Kelompok Jaminan Mutu

Suatu unit organisasi independen yang bertanggungjawab terhadap pemastian mutu dan pengawasan mutu. Kelompok ini dapat terpisah dari pemastian mutu dan pengawasan mutu, tergantung pada ukuran dan struktur organisasi.

Ketertelusuran metrologi

Sifat hasil pengukuran yang berkaitan dengan suatu pembanding melalui rantaikalibrasi tidak terputus, terdokumentasi dan memberikan kontribusi terhadap nilai ketidakpastian pengukuran.

Ketidakpastian pengukuran

Parameter yang mengkarakterisasi sebaran nilai kuantitas yang memberikan kontribusi pada hasil pengukuran analit, berdasarkan informasi yang digunakan.

Kriteria keberterimaan hasil analisis

Indikator yang telah ditetapkan dan didokumentasikan, digunakan untuk menyatakan hasil uji memenuhi atau tidak memenuhi, sesuai batas yang ditetapkan dalam spesifikasi.

Kualifikasi instalasi

Uji kinerja untuk memastikan bahwa peralatan analitik yang digunakan dalam Laboratorium dipasang dengan benar dan dioperasikan sesuai spesifikasi yang ditetapkan.

Kualifikasi kinerja

Verifikasi terdokumentasi yang menyatakan bahwa peralatan analisis berfungsi secara konsisten dan memberikan keberulangan yang sesuaidengan spesifikasi dan parameter yang ditetapkan untukperiode tertentu.

Kualifikasi operasional

Verifikasi terdokumentasi yang menyatakan peralatan analitik dapat difungsikan sesuai dengan tujuan dalam rentang pengoperasian yang telah ditetapkan.  Kualifikasiperalatan

Kegiatan terdokumentasi untuk membuktikan bahwa setiap peralatan analitik memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan dan berfungsi sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Kualifikasi rancangan

(9)

tujuan penggunaan.

Catatan: seleksi dan pembelian instrumen baru harus mengikuti proses pengambilan keputusan berdasarkan kebutuhan manajemen teknis. Ketika merancang fasilitas laboratorium baru, spesifikasi rancangan dan persyaratan pelayanan harus disetujui oleh tim manajemen dan pemasok serta didokumentasikan.

Laporan hasil analisis

Laporan hasil analisis umumnya meliputi uraian prosedur uji, hasil analisis, pembahasan/catatan, kesimpulan dan/atau rekomendasi untuk sampel yang diuji.

Lembar kerja analisis

Formulir (Catatan Pengujian dan Lampiran Catatan Pengujian), buku kerja pengujian atau rekaman elektronik untuk merekam informasi sampel, pereaksi dan pelarut yang digunakan, prosedur uji, perhitungan, hasil dan informasi atau komentar lain yang terkait.

Manajer Mutu

Staf yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab untuk memastikan sistem manajemen mutu telah diterapkan dan diikuti setiap waktu.

Metode baku

Suatu metode yang telah divalidasi sesuai dengan tujuan penggunaannya. Metode alternatif dapat dibandingkan dengan metode baku.

Nomor bets (atau nomor lot)

Kombinasi nomor dan/atau huruf yang menunjukkan identitas bets atau lot secara unik pada penandaan, catatan bets, dan sertifikat analisis terkait.  Pabrik

Perusahaan yang melakukan kegiatan seperti produksi, pengemasan, pengujian, pengemasan ulang, penandaan dan/atau penandaan ulang produk.  Panduan mutu

Sebuah buku pegangan yang menguraikan berbagai elemen sistem manajemen mutu untuk memastikan mutu hasil uji laboratorium.

Pengawasan Mutu

(10)

Pengujian kepatuhan (compliance testing)

Analisis bahan bioaktif, bahan tambahan, bahan pengemas atau produk akhir berdasarkan persyaratan monografi farmakope, kodeks atau spesifikasi otoritas pemasaran yang disetujui.

Produk/sediaan farmasi

Setiap bahan atau produk yang ditujukan untuk manusia atau hewan, disajikan dalam bentuk sediaan jadi atau sebagai bahan awal untuk digunakan dalam sebuah bentuksediaan, dan merupakan subjek yang diawasi berdasarkan undang-undang farmasi di negara pengekspor dan/atau negara pengimpor. Catatan: UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa sediaan farmasi adalah obat, bahan obat, obat tradisional dan kosmetika.

Pangan

Segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati produk pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, perairan dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lainnya yang digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan/atau pembuatan makanan dan minuman (UU No. 18 Tahun 2012, tentang Pangan).

Presisi

Tingkat kedekatan diantara hasil uji individu bila prosedur diterapkan berulangkali terhadap sampling ganda atau sampel yang homogen. Presisi dapat dinyatakan dalam tiga tingkatan, yaitu : ripitabitas, presisi antara (intermediate precision), dan reprodusibilitas.

Presisi antara (intermediate precision)

Kedekatan nilai antara hasil uji dari prosedur analisis yang sama pada hari yang berbeda atau oleh analis yang berbeda atau peralatan yang berbeda di Laboratorium yang sama.

Prosedur Operasional Baku (POB)

Prosedur tertulis resmi yang memberikan instruksi untuk melakukan kegiatan, baik secara umum maupun khusus.

Reprodusibilitas (ruggedness)

(11)

Ripitabilitas

Kedekatan nilai antara hasil uji dari prosedur analisis yang sama secara berturut-turut dalam periode waktu yang singkat oleh analis yang sama dengan peralatan yang sama di Laboratorium yang sama.

Robustness (ketegaran)

Ukuran kemampuan prosedur untuk tetap bertahan dan tidak terpengaruh oleh keragaman kecil yang disengaja pada parameter prosedur yang terdapat dalam dokumen.

Sampel kontrol

Sampel yang digunakan untuk menguji presisi dan akurasi prosedur secara berkesinambungan. Sampel tersebut harus mempunyai kesamaan matriks dengan sampel yang dianalisis dan mempunyai nilai yang ditetapkan beserta ketidakpastiannya.

Sertifikat analisis

Daftar prosedur uji yang digunakan untuk sampel tertentu dengan hasil yang diperoleh dan kriteria keberterimaan yang digunakan. Sertifikat analisis menunjukan kesesuaian kualitas sampel terhadap spesifikasi.

Sistem manajemen mutu

Infrastruktur yang sesuai, meliputi struktur organisasi, prosedur, proses, sumber daya, dan tindakan sistematik yang diperlukan untuk memastikan kepercayaan yang memadai bahwa suatu produk atau jasa akan memenuhi persyaratan mutu.

Spesifikasi

Deskripsi sifat kimiawi, fisis dan biologis dari suatu bahan awal, produk ruahan atau produk jadi. Spesifikasi tersebut menyatakan standar dan toleransi yang diperbolehkan secara deskriptif dan numeris.

Spesifisitas

Kemampuan menguji secara tepat suatu analit dengan adanya komponen lain yang diperkirakan ada, berupa cemaran, hasil degradasi, atau matriks sampel.  Standard ketidakpastian pengukuran

Ketidakpastian hasil pengukuran yang dinyatakan sebagai simpangan baku.  Tandatangan

Rekaman individu yang melakukan tindakan tertentu atau memeriksa.

(12)

Uji kesesuaian sistem

Uji yang dilakukan untuk memastikan bahwa prosedur analisis memenuhi kriteria keberterimaan yang telah ditetapkan pada validasi prosedur. Uji ini dilakukan sebelum memulai analisis dan jika perlu diulang secara berkala selama pengujian berlangsung untuk memastikan kinerja sistem masih sesuai selama pengujian.

Validasi prosedur analisis

Proses yang ditetapkan melalui kajian laboratorium bahwa karakteristik kinerja prosedur tersebut telah memenuhi persyaratan sesuai dengan tujuan penggunaannya.

Verifikasi prosedur analisis

Proses penilaian prosedur dalam farmakope atau prosedur yang telah divalidasi terhadap karakteristik yang sesuai untuk memberikan keyakinan bahwa prosedur tersebut telah sesuai dengan tujuannya.

Verifikasi kinerja

(13)

BAB III

Persyaratan Laboratorium Kimia

BAGIAN I. Manajemen dan Infrastuktur 1. Organisasi dan Manajemen

1.1. Laboratorium atau bagian dari organisasi harus merupakan satu kesatuan yang secara legal dapat dipertanggungjawabkan.

1.2. Laboratorium harus dikelola dan berfungsi sesuai dengan persyaratan yang diatur dalam pedoman ini.

1.3. Laboratorium harus:

a. mempunyai personel manajerial dan teknis yang, disamping tanggung jawabnya yang lain, memiliki wewenang dan sumber daya yang cukup untuk melaksanakan tugas, termasuk penerapan, pemeliharaan dan peningkatan sistem manajemen dan untuk mengidentifikasi kejadian penyimpangan dari sistem manajemen atau dari prosedur untuk melakukan pengujian dan/atau kalibrasi, validasi dan verifikasi, dan untuk memulai tindakan pencegahan atau meminimalkan penyimpangan tersebut;

b. memiliki peraturan untuk menjamin bahwa manajemen dan personel tidak terpengaruh oleh tekanan komersial, politik, keuangan dan tekanan lainnya atau konflik kepentingan yang dapat mempengaruhi kualitas kerja;

c. mempunyai kebijakan dan prosedur untuk menjamin kerahasiaan:

informasi hasil pengujian dan tidak boleh ditujukan untuk

kepentingan komersial,

penyampaian hasil/laporan pengujian, serta

melindungi data dalam arsip, termasuk hasil cetakan dan

elektronik.

(14)

e. menetapkan tanggung jawab, wewenang dan hubungan timbal balik dari semua personel yang mengelola, melaksanakan atau melakukan verifikasi pekerjaan yang mempengaruhi mutu uji dan/atau kalibrasi, validasi dan verifikasi metode dan alat;

f. memastikan penanggung jawab yang tepat, terutama penunjukan unit khusus untuk pengujian jenis sediaan tertentu;

g. menunjuk personel dengan keahlian khusus/deputi sebagai personel pengganti untuk manajemen inti;

h. memberikan supervisi yang memadai untuk staf, termasuk peserta latih, oleh personel yang menguasai pengujian dan/atau kalibrasi, validasi dan verifikasi metode dan prosedur, termasuk tujuan dan asesmen hasil uji;

i. memiliki manajemen yang bertanggung jawab secara menyeluruh untuk kegiatan teknis dan penyediaan sumber daya yang dibutuhkan agar terjamin mutu operasional laboratorium yang dipersyaratkan;

j. menunjukseorang anggota staf sebagai manajer mutu yang disamping tugas lainnya, memastikan operasional laboratorium sesuai dengan sistem manajemen mutu. Manajer mutu yang ditunjuk harus mempunyai akses langsung ke manajemen tertinggi yang menetapkan kebijakan atau sumber daya laboratorium;

k. memastikan alur informasi yang memadai antara staf di semua tingkatan; staf harus menyadari relevansi dan pentingnya kegiatan/tugas;

l. memastikan ketertelusuran penerimaan sampel, tahapan pengujian, sertapenyelesaian laporan uji;

m. memelihara kemutakhiran semua spesifikasi dan dokumen terkait (hasil cetak atau elektronik) yang digunakan di Laboratorium; dan n. memiliki prosedur keselamatan yang sesuai.

1.4. Laboratorium harus memelihara catatan yang teregistrasi, terkait dengan fungsi:

a. menerima, mendistribusikan, mengawasi pengiriman sampel ke unit khusus; dan

(15)

1.5. Dalam Laboratorium yang besar harus dijamin komunikasi dan koordinasi antara staf yang terlibat dalam pengujian sampel yang sama di unit yang berbeda.

2. Sistem Manajemen Mutu

2.1. Laboratorium atau Manajemen Organisasi harus menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu sesuai dengan ruang lingkup kegiatan laboratorium, termasuk jenis, rentang dan volume pengujian dan/atau kalibrasi, validasi dan verifikasi kegiatan yang dilakukan. Manajemen laboratorium harus memastikan bahwa kebijakan, sistem, program, prosedur dan instruksi yang dikembangkan sesuai kebutuhan agar Laboratorium mampu menjamin mutu hasil uji secara terus-menerus. Dokumen yang digunakan dalam sistem manajemen mutu harus dikomunikasikan dan tersedia bagi, dipahami dan dilaksanakan oleh personel yang tepat. Elemen dari sistem ini harus terdokumentasi, misal dalam Panduan Mutu, untuk organisasi secara keseluruhan dan/atau untuk Laboratorium di dalam organisasi.

2.2. Panduan mutu harus berisi minimal:

a. pernyataan kebijakan mutu, termasuk sekurang-kurangnya hal berikut ini:

 pernyataan manajemen laboratorium terkait dengan tujuan dari

standar pelayanan yang akan diberikan;

 komitmen untuk menetapkan, menerapkan dan memelihara sistem manajemen mutu yang efektif;

 komitmen manajemen laboratorium terhadap praktek profesional yang baik dan pada mutu pengujian, kalibrasi, validasi dan verifikasi;

 komitmen manajemen laboratorium untuk mematuhi pedoman ini;

 persyaratan bahwa seluruh personel berkaitan dengan aktivitas pengujian dan kalibrasi, memahami sistem dokumentasi mutu dan kebijakan mutu serta menerapkan prosedur dalam pekerjaan.

(16)

c. kegiatan operasional dan fungsional untuk mempertahankan mutu, sehingga pengembangan dan batas tanggung jawab ditetapkan dengan jelas;

d. bagan struktur dokumentasi yang digunakan dalam sistem manajemen mutu laboratorium;

e. prosedur umumjaminan mutu internal;

f. acuan untuk prosedur jaminan mutu yang spesifik untuk setiap uji; g. informasi, kualifikasi yang sesuai, pengalaman dan kompetensi

yang dibutuhkan;

h. informasi untuk pelatihan dasar sebelum dan pada saat bekerja; i. kebijakan audit internal dan eksternal serta kaji ulang manajemen; j. kebijakan dan prosedur yang diinformasikan kepada staf tentang

tindakan perbaikan dan pencegahan sebagai konsekuensi dari penyimpangan yang terdeteksi;

k. kebijakan untuk menangani pengaduan;

l. kebijakan untuk memilih, menetapkan dan menyetujui prosedur pengujian;

m. kebijakan untuk penanganan hasil yang tidak memenuhi syarat; n. kebijakan untuk menggunakan baku pembanding dan bahan

pembanding acuan yang sesuai;

o. kebijakan untuk berpartisipasi dalam skema uji profisiensi dan uji kolaborasi serta evaluasi kinerja;

p. kebijakan untuk memilih layanan jasa dan pemasok yang bermutu. 2.3. Laboratorium harus menetapkan, menerapkan dan memelihara

Prosedur Operasional Baku (POB) tertulis yang resmi, termasuk, tetapi tidak terbatas pada administrasi dan teknis, seperti:

a. persyaratan personel, meliputikualifikasi, pakaian, pelatihan, dan kebersihan;

b. pengendalian perubahan; c. audit internal;

d. penanganan pengaduan;

e. implementasi dan verifikasi terhadap Corrective Action and Preventive Action (CAPA)

f. pembelian dan penerimaan bahan (misalnya sampel, pereaksi); g. pengadaan, penyiapan dan pengendalian baku pembanding dan

(17)

h. penandaan internal, karantina dan penyimpanan bahan; i. kualifikasi peralatan;

j. kalibrasi peralatan;

k. pemeliharaan pencegahan dan verifikasi instrumen;

l. sampling, jika dilakukan oleh Laboratorium, dan pemeriksaan visual; m. pengujian sampel dengan penjelasan dari metode dan peralatan

yang digunakan;

n. hasil analisis yang menyimpang dan tidak memenuhi syarat; o. validasi prosedur pengujian;

p. pembersihan fasilitas laboratorium termasuk meja kerja, peralatan, tempat kerja, ruang bersih (aseptik), alat gelas;

q. pemantauan kondisi lingkungan, misalnya temperatur dan kelembaban;

r. pemantauan kondisi penyimpanan;

s. pembuangan pereaksi dan pelarut sampel; t. tindakan pengamanan.

2.4. Efektivitas sistem manajemen mutu harus dikaji ulang secara sistematis dan berkala (internal dan apabila memungkinkan dengan audit/inspeksi eksternal) untuk memastikan kesesuaian yang berlanjut dengan persyaratan sistem dan untuk menerapkan tindakan perbaikan dan pencegahan yang diperlukan. Manajer mutu bertanggung jawab untuk perencanaan dan mengorganisir audit internal yang ditujukan kepada semua elemen sistem manajemen mutu. Kajian tersebut harus direkam dengan terperinci termasuk setiap tindakan perbaikan dan pencegahan yang diambil.

2.5. Laporan kaji ulang manajemen mutu harus dilakukan secara teratur (minimum sekali dalamsetahun) meliputi :

a. laporan audit internal dan eksternal atau inspeksi dan setiap tindak lanjut yang diperlukan untuk memperbaiki setiap kekurangan; b. hasil investigasi yang berasal dari hasil pengaduan yang diterima,

hasil yang tidak memenuhi spesifikasi atau penyimpangan hasil yang dilaporkan dalam uji kolaborasi dan/atau uji profisiensi; c. tindakan perbaikan dilaksanakan dan pencegahan dilakukan

sebagai hasil dari investigasi tersebut.

(18)

3.1. Dokumentasi merupakan bagian penting dari sistem manajemen mutu. Laboratorium harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk mengendalikan semua dokumen internal maupun dari sumber eksternal yang menjadi bagian dari dokumentasi mutu. Daftar induk (master list) yang menunjukkan status dokumen versi terkini dan distribusi dokumen harus ditetapkan dan selalu tersedia.

3.2. Prosedur harus menjamin bahwa:

(a) setiap dokumen baik dokumen teknis maupun dokumen mutu harus memiliki identitas unik, penomoran dan tanggal ditetapkan; (b) POB resmi yang sesuai harus tersedia di tempat dimana dilakukan

kegiatan, misal di dekat instrumen;

(c) dokumen harus dijaga selalu mutakhir dan dikaji ulang sesuai kebutuhan;

(d) dokumen yang tidak berlaku harus ditarik dan diganti dengan dokumen yang sudah direvisi dan disahkan;

(e) dokumen yang direvisi harus mengacu pada dokumen yang sebelumnya;

(f) dokumen lama dan tidak berlaku harus diarsipkan untuk memastikan ketertelusuranperubahan prosedur, tetapi semua salinan harus dimusnahkan; dan

(g) semua personel terkait harus memahami POB baru dan POB hasil revisi yangtelah ditetapkan.

3.3. Sistem pengendalian perubahan harus tersedia sebagai informasi bagi personel mengenai prosedur baru dan prosedur yang direvisi. Sistem tersebut harus menjamin :

(a) dokumen hasil revisi harus dibuat oleh pembuat pertama atau personel yang melakukan fungsi yang sama, dikaji dan disahkan pada level yang sama sesuai dokumen asli yang selanjutnya diterbitkan oleh manajer mutu;

(b) staf terkait yang telah mengetahui adanya perubahan prosedur dan tanggal diberlakukannya harus menandatangani pernyataan untuk perubahan tersebut.

4. Rekaman

(19)

pemeliharaan dan pemusnahan, serta akses pada semua rekaman mutu dan rekaman teknis/ilmiah.

4.2. Semua hasil pengamatan termasuk perhitungan dan data yang diperoleh, kalibrasi, rekaman validasi dan verifikasi, dan hasil akhir harus tersimpan dalam rekaman selama jangka waktu yang ditetapkan. Rekaman meliputi data yang dibuat oleh penguji pada lembar kerja, diberi nomor halaman berurutan sesuai lampiran seperti kromatogram, spektra, dan sebagainya. Rekaman setiap uji harus berisi informasi yang cukup sehingga jika diperlukan dapat dilakukan uji dan/atau hasilnya dapat dihitung kembali. Dalam rekaman harus tercantum identitas personel yang melakukan pengambilan, penyiapan dan pengujian sampel. Rekaman sampel yang digunakan untuk keperluan hukum harus disimpan khusus sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.

4.3. Semua rekaman mutu dan rekaman teknis (termasuk laporan pengujian, sertifikat pengujian, lembar kerja) harus jelas, mudah didapatkan kembali, disimpan dalam tempat yang sesuai yang dapat mencegah terjadinya modifikasi, kerusakan atau perubahan dan/atau hilang. Kondisi penyimpanan semua rekaman asli harus dapat menjamin keamanan, kerahasiaan dan aksesnya hanya terbatas bagi personel yang ditetapkan. Tanda tangan dan penyimpanan secara elektronik dapat dilakukan, tetapi dengan akses yang terbatas dan sesuai dengan persyaratan untuk rekaman elektronik.

4.4. Rekaman manajemen mutu harus meliputi laporan audit internal (dan eksternal, jika ada) dan kaji ulang manajemen, serta rekaman dari semua pengaduan dan hasil investigasinya termasuk rekaman tindakan pencegahan dan perbaikan.

5. Peralatan Pengolahan Data

5.1. Rekomendasi peralatan pengolahan data merupakan alat dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, yaitu bahwa sistim analisis komputer, kontrol dan rekaman data adalah tepat dan proses yang dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

(20)

pelaporan, penyimpanan atau pemanggilan kembali data pengujian dan/ atau kalibrasi harus memastikan:

a. perhitungan dan pemindahan data divalidasi atau diverifikasi secara sistematis;

b. perangkat lunak komputer yang dikembangkan oleh pengguna, didokumentasi secara lengkap dan divalidasi atau diverifikasi sesuai dengan fungsinya;

c. prosedurditetapkandan diimplementasikan untuk melindungi integritas data.Prosedur juga harus memastikan integritas dan kerahasiaan pemasukan atau pengumpulan data, serta penyimpanan, pemindahan dan pengolahan data, namun tidak terbatas pada hal-hal tersebut. Data elektronik harus dilindungi dari akses yang tidak bertanggung jawab dan amendemen tindak lanjut audit harus terjaga;

d. komputer dan peralatan otomatis harus dipelihara sesuai fungsinya dan ditempatkan dalam lingkungan dan kondisi operasional yang diperlukan untuk memastikan integritas data uji dan kalibrasi;

e. prosedur ditetapkan dan diimplementasikan untuk membuat, mendokumentasikan dan mengendalikan perubahan informasi yang disimpan dalam sistem komputerisasi;

f. dataelektronik harus dibuatcadangan secara periodik sesuai prosedur yang didokumentasikan. Data cadangan harus mudah didapatkan kembali dan disimpan dengan cara yang dapat mencegah kehilangan data.

6. Personel

6.1. Laboratorium harus memiliki jumlah personel yang cukup dengan pendidikan yang sesuai, pelatihan, pengetahuan teknis dan pengalaman yang sesuai dengan fungsi yang telah ditetapkan.

6.2. Manajer teknis harus memastikan kompetensi semua personel yang mengoperasikan peralatan tertentu, instrumen atau peralatan lain, melakukan pengujian dan/atau kalibrasi, validasi atau verifikasi. Tanggung jawab ini termasuk juga personel yang mengevaluasi hasil, menandatangani laporan uji dan sertifikat pengujian.

(21)

harus memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan dalam hal pendidikan, pelatihan dan pengalaman.

6.4. Personel laboratorium harus merupakan karyawan tetap atau yang dikontrak. Laboratorium harus memastikan bahwa personel teknis tambahan dan personel tambahan untuk pendukung personel inti yang dikontrak, harus disupervisi dan kompeten, serta bekerja sesuai dengan sistem manajemen mutu laboratorium.

6.5. Laboratorium harus memelihara uraian tugas terkini untuk semua personel, termasuk uji dan/atau kalibrasi, validasi dan verifikasi. Laboratorium juga harus memelihara rekaman yang menjelaskan secara rinci kualifikasi, pelatihan dan pengalaman untuk semua personel teknis. 6.6. Laboratorium harus memiliki personel manajerial dan teknis sebagai

berikut:

(a) Kepala Laboratorium harus memiliki kualifikasi sesuai dengan tugas, dengan pengalaman yang luas dalam analisis obat dan makanan serta manajemen laboratorium dalam laboratorium pengawasan mutu obat dan makanan di sektor regulasi. Kepala Laboratorium bertanggung jawab atas isi dari sertifikat dan laporan pengujian. Selain itu, Kepala Laboratorium berfungsi juga memastikan bahwa:

i. semua personel inti laboratorium harus memiliki kompetensi khusus untuk fungsi yang dipersyaratkan dan tingkatan mereka mencerminkan tanggung jawabnya; ii. kecukupan susunan personel, manajemen dan prosedur

pelatihan dikaji secara berkala;

iii. manajer teknis disupervisi secara memadai.

(b) Manajer teknis mendelegasikan tugas berikut untuk memastikan: i. pembuatan prosedur kalibrasi, validasi dan verifikasi dan

re-kualifikasi instrumen, tersedianya monitoring lingkungan dan kondisi penyimpanan serta dijalankan sesuai persyaratan;

ii. program pelatihan regular yang tersedia, diatur untuk memutahirkan dan meningkatkan keterampilan personel profesional maupun teknisi;

(22)

psikotropika yang penggunaannya dikendalikan disimpan di Laboratorium dan disupervisi oleh personel yang berwenang;

iv. Laboratorium pengawasan mutu obat dan makanan secara berkala berpartisipasi dalam skema uji profisiensi yang sesuai dan uji kolaborasi untuk mengases prosedur pengujian atau baku pembanding.

(c) Penguji, umumnya lulusan di bidang farmasi, kimia analitik, mikrobiologi, biologi atau bidang relevan lain dengan persyaratan pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang memadai untuk melaksanakan tugas yang ditetapkan oleh manajemen dan melakukan supervisi terhadap teknisi;

(d) Teknisi, harus mempunyai diploma dari sekolah teknik atau kejuruan yang relevan;

(e) Manajer mutu, disamping mempunyai tugas lain, harus memastikan kesesuaian dengan sistem manajemen mutu; mempunyai hubungan langsung dengan pimpinan tertinggi yang membuat kebijakan laboratorium dan penyediaan sumber daya.

Catatan: semakin banyak pengujian rutin yang dilakukan, semakin banyak diperlukan personel teknis. Untuk pengujian bukan rutin, terutama pengujian dalam rangka investigasi, memerlukan lebih banyak tenaga spesialis yang terkualifikasi. Perbandingan personel teknis dengan penguji untuk pengujian obat dan makanan secara rutin pada umumnya 3 : 1 dalam bidang kimia atau fisikokimia dan 5 : 2 untuk laboratorium biologi atau mikrobiologi.

7. Bangunan/Gedung

7.1. Fasilitas laboratorium mempunyai ukuran, konstruksi dan lokasi yang sesuai. Fasilitas ini dirancang untuk menyesuaikan fungsi dan kegiatan yang dilakukan. Ruang istirahat harus terpisah dari area laboratorium. Ruang ganti dan toilet harus mudah diakses dan sesuai jumlah personel.

(23)

laboratorium dilengkapi dengan peralatan meja keja yang cukup, ruang kerja, lemari asam dan lain-lain, serta instrumentasi/peralatan.

7.3. Kondisi lingkungan, termasuk pencahayaan, sumber energi, temperatur, kelembaban, tekanan udara dan lain-lain, disesuaikan dengan fungsi dan kegiatan yang dilakukan. Laboratorium harus memastikan bahwa kondisi lingkungan dimonitor, dikendalikan dan didokumentasikan serta tidak menyebabkan hasil yang tidak valid atau mempengaruhi mutu pengukuran.

7.4. Pengecualian khusus harus diberikan dan jika perlu harus terpisah dan menggunakan unit/peralatan tersendiri (contoh: isolator, lemari aseptis) untuk penanganan, penimbangan dan penggunaan senyawa sangat toksik, termasuk senyawa genotoksik. Prosedur harus tersedia untuk mencegah paparan dan kontaminasi.

7.5. Fasilitas arsip harus disediakan untuk menjamin penyimpanan yang aman dan mendapatkan kembali seluruh dokumen. Rancangan dan kondisi arsip harus dapat melindungi isi dari kerusakan. Akses terhadap arsip harus dibatasi untuk personel yang ditunjuk.

7.6. Prosedur harus tersedia di lokasi bagi pembuangan yang aman untuk berbagai jenis limbah termasuk limbah toksik (kimia dan biologi), pereaksi, sampel, pelarut dan penyaring udara.

7.7. Jika dilakukan pengujian mikrobiologi harus dilaksanakan dalam laboratorium yang dirancang dan dibangun sesuai peruntukannya. 7.8. Jika pengujian biologi secara invivo (misal uji pirogen dengan kelinci dan

hewan percobaan lain) termasuk dalam ruang lingkup pengujian laboratorium, maka ruang hewan uji harus dipisahkan dari area laboratorium lain dengan pintu masuk yang terpisah dan sistem pendingin ruangan(AC) yang terpisah.

8. Fasilitas Penyimpanan di Laboratorium

8.1. Fasilitas penyimpanan harus diatur dengan baik untuk penyimpanan sampel, pereaksi dan peralatan.

(24)

ºC), serta dikunci. Akses harus terbatas bagi personel yang ditunjuk. 8.3. Prosedur keamanan yang sesuai harus dibuat dan diterapkan secara

hati-hati bila pereaksi beracun dan mudah terbakar disimpan atau digunakan. Laboratorium harus menyediakan ruang atau area terpisah untuk menyimpan bahan mudah terbakar, asam, basa pekat dan berasap , amin mudah menguap dan pereaksi lain seperti asam klorida asam nitrat, ammonia dan bromina. Bahan yang mudah terbakar sendiri seperti logam natrium, kalium dan lithium harus disimpan terpisah. Persediaan asam, basa dan pelarut dalam jumlah sedikit dapat disimpan di Laboratorium, tetapi untuk persediaan utama dari bahan tersebut lebih baik disimpan terpisah dari gedung laboratorium.

8.4. Pereaksi yang termasuk dalam peraturan bahan berbahaya atau penggunaannya diawasi seperti bahan narkotik dan psikotropika harus diberi tanda dengan jelas sesuai dengan persyaratan nasional. Bahan tersebut harus disimpan terpisah dari pereaksi lain dalam lemari terkunci. Personel yang bertanggung jawab harus memelihara daftar bahan ini. Kepala setiap unit harus menerima tanggung jawab untuk penyimpanan yang aman bagi pereaksi yang disimpan di tempat kerja. 8.5. Gas juga harus disimpan dalam ruang tersendiri, jika mungkin terpisah

dari bangunan utama. Jika memungkinkan botol gas dihindarkan dari laboratorium dan lebih baik distribusinya melalui penyimpanan gas eksternal. Jika botol gas berada dalam laboratorium, harus dipastikan aman.

Catatan: pertimbangan harus diberikan untuk instalasi generator gas.

9. Peralatan, Instrumen dan Perangkat Lain

9.1. Peralatan, instrumen dan perangkat lainharus dirancang, dikonstruksi, diadaptasi, ditempatkan, dikalibrasi, dikualifikasi, diverifikasi dan dipelihara sesuai persyaratan yang diberlakukan dan sesuai lingkungan setempat. Laboratorium harus membeli peralatan dari agen yang dapat memberikan dukungan teknis dan perawatan secara penuh apabila diperlukan.

(25)

penyiapan sampel), proses dan analisis data pengujian dan/atau kalibrasi.

9.3. Peralatan, instrumen dan perangkat lain, termasuk yang digunakan untuk pengambilan sampel, harus memenuhi persyaratan laboratorium dan sesuai dengan spesifikasi standar serta harus diverifikasi, dikualifikasi dan/atau dikalibrasi secara berkala (lihat Bagian II, butir 12).

10. Kontrak, Pembelian Jasa dan Perbekalan

10.1. Laboratorium harus punya prosedur untuk pemilihan, pembelian jasa serta perbekalan yang dapat mempengaruhi mutu hasil pengujian.

10.2. Laboratorium harus mengevaluasi pemasok barang habis pakai yang kritis, perbekalandan yang mempengaruhi mutu pengujian, memelihara rekaman hasil evaluasi dan daftar pemasok yang telah menunjukkan kesesuaian terhadap persyaratan laboratorium.

11. Sub-Kontrak Pengujian

11.1.Apabila laboratorium melakukan sub-kontrak pengujian, termasuk pengujian khusus,sub-kontrak tersebut harus dilakukan oleh laboratorium yang telah disetujui terhadap lingkup pengujian yang diperlukan. Laboratorium bertanggung jawab melakukan asesmen kompetensi secara periodik terhadap laboratorium yang di kontrak tersebut.

11.2.Jika laboratorium melakukan sub-kontrak, maka harus memberitahukan kepadapelanggan secara tertulis jika perlu dimintakan tanda tangan persetujuan.

11.3.Harus ada kontrak tertulis yang menyatakan secara jelas mengenai kewajiban dan tanggung jawab setiap pihak, menetapkan pekerjaan yang dikontrak dan pengaturan teknis ataupun yang berhubungan. Kontrak harus memungkinkan laboratorium untuk mengaudit fasilitas dan kompetensi serta pemberian akses terhadap rekaman laboratorium terkait arsip sampel.

(26)

11.5.Laboratorium harus memelihara daftar dan rekaman hasil asesmen kompetensi sub-kontraktor.

11.6.Laboratorium harus bertanggung jawab terhadap semua hasil uji yang dilaporkan termasuk yang dilakukan oleh Laboratorium sub-kontrak.

BAGIAN II. Bahan, Peralatan, Instrumen dan Perangkat Lain 1. Pereaksi

1.1. Semua pereaksi dan bahan kimia, termasuk pelarut dan bahan yangdigunakan dalam uji harus sesuai kualitasnya.

1.2. Pereaksi harus dibeli dari pemasok yang mempunyai reputasi yang baik, telah disetujui dan harus disertai dengan sertifikat analisis dan lembar data keamanan bahan (MSDS) jika diperlukan.

1.3. Dalam penyiapan larutan pereaksi di Laboratorium :

(a) tanggung jawab untuk tugas ini harus secara jelas ditetapkan dalam uraian tugas dari orang yang ditugaskan untuk melaksanakannya, dan

(b) prosedur tertentu yang digunakan harus sesuai dengan farmakope atau standar lain yang setara.

Rekaman hasil penyiapan dan standarisasi larutan volumetrik harus disimpan.

1.4. Label dari semua pereaksi harus mencantumkan secara jelas: (a) isi;

(b) pabrik;

(c) tanggal diterima dan tanggal pembukaan wadah; (d) konsentrasi, jika ada;

(e) kondisi penyimpanan, dan

(f) tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang, seperti yang ditetapkan.

1.5. Label larutan pereaksi yang disiapkan di Laboratorium harus mencantumkan secara jelas:

(a) nama;

(b) tanggal penyiapan dan paraf staf penguji; dan

(c) tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang, seperti yang ditetapkan; dan

(27)

1.6. Label larutan volumetrik yang disiapkan di Laboratorium harus mencantumkan secara jelas :

(a) nama;

(b)normalitas/molaritas;

(c) tanggal penyiapan dan paraf staf penguji; (d) tanggal pembakuan dan paraf staf penguji; dan (e) baku primer yang digunakan.

1.7. Dalam pengiriman dan pembagian pereaksi:

(a) jika memungkinkan, pereaksi harus dibawa dalam wadah aslinya; dan

(b) jika perlu dibagi, harus menggunakan wadah bersih dan label yang sesuai.

2. Pemeriksaan Visual

2.1. Semua wadah pereaksi harus diperiksa secara visual untuk memastikan bahwa segel masih utuh, baik ketika dikirim ke gudang maupun ketika didistribusikan ke Laboratorium.

2.2. Pereaksi yang ditemukan telah berubah/tidak sesuai dengan spesifikasi harus ditolak, kecuali jika identitas dan kemurnian pereaksi tersebut dapat dikonfirmasi dengan pengujian.

3. Air

3.1. Air harus dianggap sebagai pereaksi. Derajat kemurnian yang tepat harus digunakan untuk uji yang spesifik seperti dijelaskan dalam farmakope atau standar lain yang setara.

3.2. Tindakan pencegahan harus diambil untuk menghindari kontaminasi selama pemasokan, penyimpanan dan distribusi.

3.3. Kualitas air harus diverifikasi secara rutin untuk memastikan bahwa derajat kemurnian air memenuhi spesifikasi yang sesuai.

4. Penyimpanan

(28)

yang lebih kecil. Peralatan khusus mungkin diperlukan untuk memindahkan cairan korosif dengan volume yang lebih besar.

4.2. Penanggung jawab gudang bertanggung jawab untuk merawat fasilitas penyimpanan dan inventaris, dan mencatat tanggal kedaluwarsa bahan kimia dan pereaksi. Pelatihan diperlukan untuk menangani bahan kimia dengan hati-hati dan aman.

5. Baku Pembanding dan Bahan Pembanding

5.1. Baku pembanding (baku pembanding primer atau baku pembanding sekunder) digunakan untuk pengujian sampel.

Catatan: Baku pembanding farmakope harus digunakan jika tersedia dan sesuai untuk pengujian. Jika baku pembanding farmakope belum ditetapkan/dibuat maka laboratorium harus menggunakan baku pembanding minimal setara dengan farmakope.

5.2. Bahan pembanding mungkin diperlukan untuk kalibrasi dan/atau kualifikasi peralatan, instrumen atau perangkat lainnya.

6. Pendaftaran dan Pelabelan

6.1. Nomor identifikasi harus ditetapkan pada semua baku pembanding, kecuali untuk baku pembanding farmakope.

6.2. Nomor identifikasi baru harus ditetapkan pada setiap bets baru. 6.3. Nomor ini harus dibubuhkan pada setiap vial baku pembanding.

6.4. Nomor identifikasi harus dicatat pada lembar kerja pengujian setiap kali baku pembanding tersebut digunakan (lihat Bab III, butir 15.5). Dalam hal baku pembanding farmakope nomor bets dan/atau pernyataan keabsahannya dilampirkan pada lembar kerja.

6.5. Catatan untuk semua baku pembanding dan bahan pembanding harus dipelihara dan berisi informasi berikut:

(a) nomor identifikasi bahan/material;

(b) deskripsi yang tepat dari bahan/material; (c) sumber/asal;

(d) tanggal penerimaan;

(e) penandaan bets atau kode identifikasi lainnya;

(29)

(g) tempat penyimpanan dalam Laboratorium, dan kondisi penyimpanan khusus;

(h) Setiap informasi lain yang diperlukan (misalnya hasil pemeriksaan visual);

(i) tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang;

(j) sertifikat baku pembanding farmakope dan bahan pembanding bersertifikat yang menunjukkan penggunaannya, kemurnian/kadar dan status/legalisasi;

(k) apabila baku pembanding sekunder disiapkan dan diedarkan oleh Laboratorium harus disertai sertifikat analisis.

6.6. Harus ditunjuk seorang personel sebagai penanggung jawab baku pembanding dan bahan pembanding.

6.7. Jika suatu Laboratorium pengawasan mutu nasional membuat baku pembanding untuk digunakan oleh institusi lain, maka harus diadakan suatu laboratorium baku pembanding yang terpisah.

6.8. Dokumen yang mencantumkan semua informasi sifat-sifat dari setiap baku pembanding harus disimpan, termasuk lembar data keamanan bahan (MSDS).

6.9. Baku pembanding yang disiapkan di Laboratorium harus dilengkapi dokumen yang berisi semua hasil uji dan verifikasi yang digunakan untuk mempertahankan mutu baku pembanding dan waktu kedaluwarsa atau waktu uji ulang; harus diparaf oleh staf penguji yang bertanggung jawab.

7. Pengujian Ulang (Pemantauan)

7.1. Semua bakupembanding yang disiapkan laboratorium atau yang diperoleh dari luar, seharusnya diuji ulang pada jangka waktu tertentu secara teratur untuk menjamin bahwa tidak terjadi penurunan kualitas. 7.2. Semua hasil uji harus direkam dan ditandatangani oleh staf penguji

yang bertanggung jawab.

(30)

7.4. Rincian lebih lanjut dalam penanganan dan penyimpanan baku pembanding tercantum dalam ketentuan umum untuk pembuatan, pemeliharaan dan distribusi baku pembanding kimia.

8. Kalibrasi, Verifikasi Kinerja dan Kualifikasi Peralatan, Instrumen dan Perangkat Lain.

8.1. Setiap jenis peralatan, instrumen atau perangkat lain yang digunakan untuk pengujian, verifikasi dan/atau kalibrasi seharusnya diidentifikasi secara unik.

8.2. Semua peralatan, instrumen dan perangkat lain yang membutuhkan kalibrasi harus diberi label, kode atau diidentifikasi untuk menunjukkan status kalibrasi dan tanggal saat kalibrasi ulang dilakukan.

8.3. Peralatan laboratorium harus dilakukan kualifikasi desain, kualifikasi instalasi, kualifikasi penggunaan dan kualifikasi kinerja.

8.4. Kinerja peralatan harus diverifikasi dengan interval waktu yang tepat berdasarkan rencana yang ditetapkan oleh Laboratorium.

8.5. Peralatan pengukuran harus dikalibrasi secara teratur menurut rencana yang ditetapkan oleh Laboratorium.

8.6. Prosedur khusus harus dibuat untuk setiap jenis peralatan pengukuran, dengan memperhatikan jenis alat, tingkat penggunaan dan rekomendasi pemasok. Sebagai contoh:

(a) pH meter diverifikasi dengan larutan dapar standar yang bersertifikat sebelum digunakan;

(b) timbangan harus diperiksa setiap hari menggunakan kalibrasi internal dan secara teratur menggunakan anak timbangan dengan bobot yang sesuai, dan kualifikasi ulang harus dilakukan setiap tahun dengan acuan bobot yang bersertifikat.

(31)

8.8. Rekaman setiap peralatan, instrumen atau perangkat lain yang digunakan untuk melakukan pengujian, verifikasi dan/atau kalibrasi harus disimpan. Rekaman setidaknya terdiri dari:

(a) identitas peralatan, instrumen atau perangkat lain;

(b) nama pabrik, model, nomor seri atau identifikasi unik lainnya; (c) kualifikasi, verifikasi dan/atau kalibrasi yang diperlukan; (d) lokasi terkini;

(e) instruksi peralatan dari pabrik pembuat dan persyaratan penempatan;

(f) tanggal, hasil dan salinan laporan, verifikasi dan sertifikat kalibrasi, penyesuaian jika ada, kriteria keberterimaan dan tanggal kualifikasi, verifikasi dan/atau kalibrasi berikutnya;

(g) pemeliharaan yang dilakukan sampai saat ini dan rencana pemeliharaan;

(h) riwayat kerusakan, kesalahan pemakaian, modifikasi atau perbaikan.

8.9. Prosedur harus mencakup panduan untuk penanganan yang aman, pemindahan dan penyimpanan peralatan pengukuran. Kualifikasi ulang dilakukan untuk memastikan bahwa peralatan berfungsi dengan benar pada waktu instalasi/instalasi ulang.

8.10. Prosedur pemeliharaan harus ditetapkan, misalnya pemeliharaan rutin harus dilakukan oleh tim khusus, baik internal maupun eksternal, diikuti dengan verifikasi kinerja.

8.11. Peralatan, instrumen dan perangkat lain yang mengalami beban berlebih atau salah penanganan, memberikan hasil yang meragukan dan menunjukkan cacat atau hasil di luar spesifikasi, maka harus diperbaiki dan diberi label atau ditandai dengan jelas. Alat tersebut tidak boleh digunakan sampai diperbaiki dan dikualifikasi ulang.

8.12. Jika peralatan, instrumen dan perangkat lain berada di luar kontrol langsung dari Laboratorium untuk jangka waktu tertentu atau telah mengalami perbaikan berat, Laboratorium harus melakukan kualifikasi ulang untuk memastikan kesesuaian penggunaannya.

9. Ketertelusuran

(32)

9.2. Semua kalibrasi atau kualifikasi instrumen harus tertelusur terhadap bahan pembanding bersertifikat dan juga Satuan Internasional (SI)

BAGIAN III. Prosedur Kerja 1. Sampel Masuk

1.1. Sampel yang diterima oleh Laboratorium dapat dibagi menjadi dua, yaitu sampel untuk pengujian kepatuhan (compliance)danpenyidikan. Sampel untuk pengujian compliance meliputi sampel untuk pengawasan rutin dan sampel yang diduga tidak sesuai dengan spesifikasi. Jumlah sampel harus mencukupi sehingga memungkinkan untuk dilakukan uji replikasi/pengulangan (lihat Bagian IIIbutir 14.5) dan untuk arsip sampel (lihat Bagian III, butir 19).

1.2. Sampel untuk pengujian penyidikan berasal dari berbagai sumber, misalnya dari bea cukai, kepolisian, bagian penyidikan dan pemeriksaan. Sampel ini meliputi sampel yang mencurigakan, ilegal atau palsu. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengidentifikasi zat atau bahan dalam sampel, dan jika jumlah sampel cukup, maka dilakukan uji kemurnian. Prosedur screening harusterdokumentasi dengan baik dan digunakan sebagai konfirmasi jika prosedur analisis memberikan identifikasi yang positif. Penetapan kadar harus menggunakan prosedur analisis kuantitatif yang sesuai. Jika diperlukan, hasil dilaporkan disertai dengan nilai ketidakpastian pengukuran (lihat Bagian III, butir 18.10). 1.3. Umumnya sampel yang masuk ke dalam Laboratorium akan dibagi

menjadi tiga, yaitu sampel untuk pengujian, sampel untuk pengujian konfirmasi (jika diperlukan) dan sampel untuk arsip (dalam hal kasus sengketa).

(33)

2. Permintaan Uji

2.1. Formulir permintaan uji harus diisi dan disertakan pada setiap sampel yang masuk ke dalam Laboratorium.

2.2. Formulir permintaan uji sekurang-kurangnya berisi informasi: (a) nama institusi/pengirim sampel dan alamat;

(b) tempat sampling;

(c) keterangan lengkap sampel, termasuk komposisi, International Nonproprietary Name (INN) jika tersedia, nama merek;

(d) bentuk sediaan dan konsentrasi/kekuatan, produsen, nomor bets (jika tersedia) dan nomor izin edar;

(e) ukuran sampel;

(f) parameter/jenis pengujian; (g) tanggal pengambilan sampel;

(h) jumlah pengiriman dari tempat pengambilan, jika ada; (i) tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang;

(j) spesifikasi yang akan digunakan untuk pengujian; (k) kondisi penyimpanan yang diperlukan; dan

(l) informasi tambahan (misalnya ditemukannya perbedaan, bahaya terkait, dll).

2.3. Laboratorium harus mengkaji permintaan pengujian untuk memastikan bahwa:

(a) permintaan dapat dilaksanakan dan Laboratorium memiliki kemampuan dan sumber daya untuk mengujinya;

(b) uji yang sesuai dan/atau metode yang dipilih dan mampu memenuhi permintaan konsumen.

3. Registrasi dan Pelabelan

(34)

3.2. Label yang memuat nomor pendaftaran harus ditempelkan pada setiap wadah sampel dengan tidak menutupi tanda atau informasi lain pada sampel.

3.3. Data pendaftaran harus disimpan dalam bentuk buku rekaman, kartu dokumen atau peralatan pengolahan data yang berisi:

a. nomor pendaftaran sampel; b. tanggal diterima;

c. bagian khusus tempat sampel tersebut diserahkan;

3.4. Sampel yang diterima harus diperiksa secara visual oleh staf laboratorium untuk memastikan bahwa label telah sesuai dengan informasi yang terdapat dalam permintaan uji. Temuan harus direkam, diberi tanggal dan ditandatangani. Jika ada perbedaan, atau kondisi sampel rusak, harus segera direkam pada formulir permintaan uji. Hal-hal yang meragukan harus segera dirujuk ke Pengirim sampel.

4. Penyimpanan

4.1. Sampel yang akan diuji, sampel arsip (lihat Bagian III, butir20) dan sampel sisa uji harus disimpan dengan aman pada kondisi yang sesuai.

5. Pengujian

5.1. Distribusi sampel ke Laboratorium tertentu untuk pengujian ditentukan oleh Penanggungjawab.

5.2. Pengujian sampel tidak boleh dilakukan sebelum permintaan uji diterima.

5.3. Sampel harus tersimpan dengan baik sampai semua dokumen terkait telah diterima.

5.4. Permintaan analisis dapat diterima secara verbal (tidak tertulis) hanya dalam keadaan darurat (atas ijin Kepala Laboratorium). Semua rincian harus segera direkam sampai konfirmasi tertulis diterima.

5.5. Salinan dari semua dokumentasi harus menyertai tiap sampel bernomor ketika dikirim ke Laboratorium tertentu.

5.6. Pengujian harus dilakukan seperti yang dijelaskan dalam Bagian III, butir17.

(35)

6.1.

Lembar kerja analisis adalah dokumen internal untuk merekam informasi tentang sampel, prosedur uji, perhitungan dan hasil pengujian yang dilakukan oleh Penguji. Lembar kerja analisis juga dilengkapi dengan data mentah yang diperoleh dalam analisis.

7. Tujuan

7.1. Lembar kerja analisis berisi bukti dokumen :

(a) untuk mengkonfirmasi bahwa sampel yang diuji sesuai dengan persyaratan, atau

(b) untuk melengkapi hasil yang berada di luar spesifikasi (lihat Bagian III, butir 18.1. - 18.3.).

8. Penggunaan

8.1. Lembar kerja analisis yang terpisah, harus digunakan untuk setiap sampel bernomoratau kelompok sampel.

8.2. Lembar kerja analisis dari laboratorium yang berbeda terkait dengan sampel yang sama harus digabung.

9. Isi

9.1. Lembar kerja analisis harus menyediakan informasi berikut: (a) nomor pendaftaran sampel (lihat Bab III, butir 14.9.);

(b) penomoran halaman, termasuk jumlah halaman dan lampiran; (c) tanggal permintaan uji;

(d) tanggal mulai dan selesai analisis; (e) nama dan tanda tangan penguji; (f) deskripsi sampel yang diterima;

(g) referensi/pustaka untuk spesifikasi dan keterangan lengkap tentang metode uji, termasuk batasannya;

(h) identitas peralatan uji yang digunakan (lihat Bagian II, butir 12.1.);

(i) nomor identifikasi setiap baku pembanding yang digunakan (lihat Bagian II, butir 11.5.);

(j) hasil uji kesesuaian sistem, jika ada;

(36)

(m) interpretasi hasil dan kesimpulan akhir (apakah sampel sesuai dengan spesifikasi atau tidak), ditandatangani oleh masing-masing Penguji yang terlibat, disetujui dan ditandatangani oleh Penyelia;

(n) setiap komentar lebih lanjut, misalnya, untuk informasi internal (lihat Bagian III, butir 17.1.) atau catatan terperinci tentang spesifikasi yang dipilih dan metode penilaian yang digunakan (lihat Bagian III, butir 15.9.) atau setiap penyimpangan dari prosedur yang ditetapkan, harus disetujui dan dilaporkan, atau jika dan ketika bagian dari sampel itu diteruskan ke Laboratorium lain untuk uji khusus, dan tanggal pada saat hasil diterima.

9.1.1.Semua nilai yang diperoleh dari setiap pengujian, termasuk hasil blangko, harus segera dimasukkan dalam lembar kerja analisis dan semua data grafis (baik yang diperoleh dari instrumen perekam maupun diplot secara manual) harus dilampirkan atau dapat ditelusuri dalam rekaman elektronik atau dokumen.

9.2. Lembar kerja analisis yang lengkap harus ditandatangani oleh

Penguji yang bertanggung jawab, disetujui dan ditandatangani oleh Penyelia.

9.3. Jika terjadi kesalahan dalam lembar kerja analisis atau ketika data atau teks perlu diubah, informasi lama harus dicoret menggunakan garis tunggal (tidak dihapus atau dibuat tidak terbaca) dan informasi baru ditambahkan di sampingnya. Semua perubahan tersebut harus diparaf oleh Pengoreksi dan tanggal perubahan dicantumkan. Alasan untuk perubahan juga harus dicantumkan pada lembar kerja (prosedur yang sesuai juga harus berada dalam lembar kerja elektronik).

10. Pemilihan Spesifikasi yang Digunakan

(37)

(a) spesifikasi yang ada dalam izin edar (registrasi)atau lisensi produk dapat diminta dari pemegang izin edar atau pabrik dan diverifikasi oleh Laboratorium, atau

(b) persyaratan ditetapkan oleh Laboratorium sendiri berdasarkan informasi yang dipublikasi dan setiap prosedur yang digunakan divalidasi oleh Laboratorium pengujian (lihat Bagian III, butir16).

10.2. Untuk spesifikasi resmi, digunakan farmakope atau standar lain yang setara.

11. Pengarsipan

11.1. Lembar kerja analisis harus disimpan dengan aman, bersama dengan lampiran, termasuk perhitungan dan rekaman analisis instrumen.

12. Validasi Prosedur Analisis

12.1. Laboratorium harus memiliki bukti yang terdokumentasi dari prosedur analisis yang digunakan untuk pengujian yang sesuai dengan kondisi dan tujuan penggunaannya. Bukti tersebut diperoleh melalui validasi. Validasi juga menetapkan kriteria keberterimaan untuk uji kesesuaian sistem.

(38)

Tabel 1. Karakteristik yang harus dipertimbangkan pada validasi

b Mungkin diperlukan dalam beberapa kasus.

12.3. Metode farmakope atau metode analisis tervalidasi eksternal yangdigunakan harus diverifikasi sesuai kondisi penggunaan untuk menunjukkan kesesuaiannya dengan bahan atau produk yang diuji. Verifikasi yang lebih luas harus dijustifikasiberdasarkan prinsip manajemen risiko

Catatan: Verifikasi terdiri dari penilaian karakteristik terpilih yang penting untuk prosedur, penggunaan dan sampel tertentu yang akan diuji.

(39)

menunjukkan kesesuaian prosedur farmakope atau standar lain yang setara dengan kondisi penggunaan sebenarnya.

12.4. Pengujian kesesuaian sistem adalah suatu bagian integral dari sejumlah prosedur analisis. Semua uji dilakukan berdasarkan konsep bahwa peralatan, elektronik, proses analisis, dan sampel yang dianalisis merupakan suatu kesatuan sistem yang dapat dievaluasi. Parameter uji kesesuaian sistem yang perlu ditetapkan untuk suatu prosedur tertentu tergantung pada jenis prosedur yang dievaluasi, sebagai contoh adalah uji resolusi pada prosedur Kromatografi Cair Kinerja Tinggi (KCKT).

Verifikasi tidak dipersyaratkan untuk metode farmakope seperti, tetapi tidak terbatas pada pH dan susut pengeringan.

12.5. Suatu perubahan dalam prosedur analisis, atau komposisi produk, atau sintesis dari bahan obat membutuhkan revalidasi.

13. Pengujian

13.1. Sampel harus diuji sesuai dengan rencana kerja laboratorium, setelah selesai dilakukan uji pendahuluan. Jika tidak mungkin, alasannya harus dicatat dalam lembar kerja analisis (lihat Bagian III, butir15), dan sampel harus disimpan dalam tempat khusus yang terkunci (lihat Bagian III, butir14.12.).

13.2. Pengujian khusus dapat dilakukan oleh Bagian lain atau oleh suatu Laboratorium eksternal (lihat Bagian I, butir9). Penanggung jawab harus menyiapkan permintaan dan mengatur jumlah unit (botol, vial, tablet) sampel yang diperlukan. Masing-masing sampel tersebut harus diberi nomor pendaftaran. Jika laporan uji analisis berisi hasil yang dilakukan oleh subkontraktor maka hal tersebut harus ditandai.

(40)

14. Evaluasi Hasil Uji

14.1. Hasil uji harus dikaji dan dievaluasi secara statistik setelah semua pengujian selesai untuk menentukan apakah hasil tersebut konsisten dan memenuhi spesifikasi yang digunakan. Evaluasi harus mempertimbangkan data dan hasil dari semua uji. Jika terdapat keraguan terhadap hasil yang diperoleh maka harus diinvestigasi. Prosedur lengkap pengujian perlu diperiksa sesuai dengan sistem manajemen mutu internal (lihat juga Bagian I, butir2)

14.2. Jika teridentifikasi hasil uji yang meragukan (diduga di luar spesifikasi), dilakukan pengkajian oleh Penyelia bersama analis/staf penguji terhadap prosedur berbeda yang dilakukan selama proses pengujian, sebelum dilakukan pengujian ulang. Berikut ini yang harus dilakukan:

(a) konfirmasi dengan analis / staf penguji bahwa prosedur yang sesuai telah diterapkan dan diikuti dengan benar;

(b) memeriksa data mentah untuk mengidentifikasi kemungkinan ada perbedaan;

(c) memeriksa semua perhitungan;

(d) memeriksa bahwa peralatan yang digunakan memenuhi kualifikasi, terkalibrasi dan uji kesesuaian sistem sudah dilakukan dan dapat diterima.

(e) memastikan bahwa peralatan gelas, pereaksi, pelarut dan baku pembanding yang digunakan sudah sesuai; dan

(f) memastikan sampel uji tidak dibuang sampai penyidikan selesai.

(41)

14.4. Prosedur harus tersedia untuk melakukan investigasi atas hasil uji diluar spesifikasi. Prosedur memberikan panduan yang jelas pada sejumlah uji ulang yang diperbolehkan (berdasarkan prinsip statistik). Semua investigasi dan kesimpulan harus direkam. Tindakan perbaikan terhadap kesalahan yang diambil dan tindakan pencegahan harus direkam dan dilaksanakan.

14.5. Semua data dan hasil uji dengan kriteria keberterimaan harus dilaporkan.

14.6. Semua kesimpulan harus dimasukkan pada lembar kerja analisis (lihat Bagian III, butir 15) oleh Penguji dan ditandatangani oleh Penyelia.

15. Laporan Pengujian

15.1. Laporan pengujian adalah kompilasi hasil dan kesimpulan dari pengujian sampel. Laporan ini harus:

(a) dikeluarkan oleh Laboratorium;

(b) berdasarkan lembar kerja analisis (lihat Bagian III, butir15). 15.2. Setiap amandemen laporan pengujian diperlukan penerbitan dokumen

baru yang telah dikoreksi.

15.3. Batas kadar yang ditetapkan dalam Farmakope atau standar lain yang setara, dengan mempertimbangkan ketidakpastian pengukuran, kapasitas pengujian dan kriteria keberterimaan yang ditetapkan sebelumnya. Pada pelaporan hasil pengujian investigasi, dilakukan identifikasi zat dalam sampel dan dilanjutkan dengan penetapan kadar beserta ketidakpastian pengukuran.

15.4. Ketidakpastian pengukuran dapat diestimasi dalam beberapa cara, misalnya:

(a) dengan menyusun budget ketidakpastian untuk setiap komponen ketidakpastian yang diidentifikasi dalam prosedur analisis (pendekatan bottom-up);

(b) dari data validasi dan control charts;

(c) dari data yang diperoleh dari uji profisiensi atau uji kolaborasi (pendekatan top-down).

16. Isi Laporan Pengujian

(42)

(a) nomor pendaftaran sampel laboratorium; (b) nomor laporan uji laboratorium;

(c) nama dan alamat Laboratorium pengujian sampel; (d) nama dan alamat pihak yang meminta analisis; (e) nama, uraian dan nomor bets dari sampel, jika ada; (f) latar belakang dan tujuan investigasi;

(g) referensi/pustaka dari spesifikasi yang digunakan untuk menguji sampel atau deskripsi terperinci tentang prosedur yang digunakan (sampel untuk pengujian investigasi), termasuk batas;

(h) hasil dari semua uji yang dilakukan atau hasil numerik dengan standar deviasi dari semua uji yang dilakukan (jika berlaku); (i) pembahasan hasil yang diperoleh;

(j) kesimpulan apakah sampel berada dalam batas spesifikasi yang digunakan atau tidak, atau bahan atau komposisi teridentifikasi untuk sampel penyidikan;

(k) tanggal selesai uji

(l) tanda tangan Kepala Laboratorium atau personel yang berwenang;

(m) nama dan alamat pabrik dan, jika ada, pihak pengemas kembali dan/atau pedagang;

(n) apakah sampel sesuai dengan persyaratan atau tidak; (o) tanggal penerimaan sampel;

(p) tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang, jika ada;

(q) pernyataan yang menunjukkan bahwa laporan pengujian, atau bagiannya, tidak dapat diperbanyak tanpa seizin Laboratorium.

17. Sertifikat Pengujian

17.1. Sertifikat pengujian yang disiapkan untuk setiap bets dari zat atau produk, berisi informasi:

(a) nomor pendaftaran sampel; (b) tanggal diterima;

(c) nama dan alamat Laboratorium pengujian sampel; (d) nama dan alamat pelanggan;

(43)

(f) nama dan alamat pabrik dan, jika ada, pengemas ulang dan/atau pedagang;

(g) referensi/pustaka untuk spesifikasi yang digunakan pada pengujian sampel;

(h) hasil dari semua uji yang dilakukan (rerata dan simpangan baku) dengan batas yang ditentukan;

(i) kesimpulan apakah sampel dalam batas spesifikasi atau tidak; (j) tanggal kedaluwarsa atau tanggal uji ulang, jika ada;

(k) tanggal selesai uji;

(l) tanda tangan Kepala Laboratorium atau personel yang berwenang.

18. Sampel Arsip

18.1. Sampel harus diarsipkan sesuai dengan peraturan atau berdasarkan permintaan pelanggan. Jumlah sampel arsip harus mencukupi setidaknya dua kali pengujian ulang. Sampel arsip harus disimpan dalam kemasan akhir.

Bagian IV. Keselamatan 1. Ketentuan Umum

1.1. Instruksi keselamatan yang umum dan khusus mencerminkan risiko teridentifikasi, harus tersedia untuk setiap personel dan dilengkapi secara rutin (misalnya berupa materi tertulis, poster, bahan audiovisual dan seminar).

1.2. Ketentuan umum untuk bekerja secara aman sesuai peraturan dan POB, biasanya terdiri dari persyaratan berikut:

(a) lembar data keselamatan harus tersedia bagi personel sebelum pengujian dilakukan;

(b) merokok, makan dan minum dalam laboratorium dilarang; (c) personel harus mengenal cara penggunaan APAR, termasuk

alat pemadam api, selimut pelindung api dan masker pelindung gas;

(44)

(e) perhatian khusus harus dilakukan pada penanganan, sebagai contoh, bahan berbahaya, bahan yang dapat menginfeksi atau mudah menguap;

(f) sampel yang sangat toksik dan/atau genotoksik harus ditangani dalam suatu fasilitas yang dirancang khusus untuk menghindari risiko kontaminasi;

(g) semua wadah bahan kimia harus berlabel lengkap dan termasuk peringatan yang jelas (misalnya “Beracun”, “Mudah terbakar”, “Bahan radiasi”) jika diperlukan;

(h) insulasi yang memadai dan penahan percikan harus disediakan untuk pemasangan kawat listrik dan peralatan termasuk lemari pendingin;

(i) aturan keselamatan dalam penanganan tabung gas bertekanan harus diobservasi dan personel harus terbiasa dengan kode identifikasi warna yang terkait;

(j) personel harus diberitahu agar menghindari bekerja sendiri di Laboratorium;

(k) bahan pertolongan pertama harus disediakan dan personel dilatih teknik pertolongan pertama, penanganan darurat dan penggunaan antidotum.

Gambar

Tabel 1. Karakteristik yang harus dipertimbangkan pada validasi
Tabel 1. Unsur data yang dipersyaratkan untuk uji validasi

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengujian untuk pemasakan bubur tahu (kondisi cold start ) dengan bahan baku 5 kg kedelai/batch, pemasakan selesai dalam waktu 60 menit dengan konsumsi bahan

sapi, mengevaluasi dan merancang Konsep Cara Produksi Pangan Yang Baik (CPPB) pada bahan baku, proses produksi, hingga produk akhir. Metode yang digunakan dalam

Bahan baku untuk pembuatan beton segar harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada SNI 1969-1990-F dan diberi tanda atau nomor, tanggal pengujian dan asal bahan. 2.1.3 Petugas

Termasuk didalamnya adalah tambahan pangan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam penyiapan, pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman..

Hasil pengujian konsumsi bahan bakar spesifik memiliki titik terendah pada putaran mesin 6000 rpm dari pengujian semua variasi sudut pengapian. Konsumsi bahan bakar

Sistem Inspeksi Internal hendaklah dirancang dengan tepat untuk menjamin bahwa setiap pakan mengandung bahan baku pakan dengan mutu yang benar sesuai dengan jumlah

Area penyimpanan hendaknya cukup luas untuk memungkinkan penyimpanan yang memadai dari berbagai kategori baik bahan maupun produk, seperti bahan awal, produk antara, ruahan dan

Penjelasan pasal 34 ayat 1 : Dalam ketentuan ini benar tidaknya suatu pernyataan halal dalam label atau iklan pangan tidak hanya dapat dari segi bahan baku pangan, bahan tambahan