• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENGUJIAN KANDUNGAN UDARA PADA BETON SEGAR BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODE PENGUJIAN KANDUNGAN UDARA PADA BETON SEGAR BAB I DESKRIPSI 1.1 Maksud dan Tujuan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

METODE PENGUJIAN KANDUNGAN UDARA PADA BETON SEGAR

BAB I

DESKRIPSI

1.1 Maksud

dan

Tujuan

1.1.1 Maksud

Metode Pengujian Kandungan Udara pada Beton Segar dimaksudkan sebagai acuan dan

pegangan dalam pengujian kandungan udara pada beton segar dengan alat AIR METER

WASHINGTON TYPE.

1.1.2 Tujuan

Tujuan metode ini adalah untuk memperoleh nilai kandungan udara pada beton segar dalam

prosentase (%) volume.

1.2 Ruang

Lingkup

Metode pengujian ini membahas tentang ketentuan-ketentuan, cara pengujian dan laporan.

1.3 Pengertian

Beberapa pengertian yang berkaitan dengan metode pengujian ini :

1)

Pengujian kandungan udara pada beton segar

adalah proses pengujian untuk

mendapatkan nilai kandungan udara pada beton segar;

2)

Nilai kandungan udara pada beton segar

adalah nilai banding volume udara dengan

volume beton segar;

3)

Faktor koreksi agregat

adalah nilai kandungan udara agregat yang ditunjukkan pada

waktu pengujian agregat bahan campuran beton segar;

4)

Agregat kasar

adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 4 mm sampai

31,5 mm yang bisa disebut kerakal;

5)

Agregat halus

adalah agregat yang mempunyai diameter butir di atas 0,25 mm sampai

4 mm yang biasa disebut pasir;

(2)

2

BAB II

KETENTUAN-KETENTUAN

2.1 Umum

2.1.1 Benda

Uji

Benda uji beton segar harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada SNI 03-2458-1991

dan diberi tanda atau nomor, tanggal pembuatan, tanggal pengujian dan mutu beton.

2.1.2 Bahan

Baku

Bahan baku untuk pembuatan beton segar harus memenuhi ketentuan yang tercantum pada

SNI 1969-1990-F dan diberi tanda atau nomor, tanggal pengujian dan asal bahan.

2.1.3 Petugas dan Penanggung Jawab

Nama petugas dan penanggung jawab hasil pengujian harus ditulis dan dibubuhi tanda

tangan serta tanggal yang jelas pada formulir hasil pengujian.

2.2 Teknis

2.2.1 Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam metode ini harus memenuhi ketentuan sebagai berikut :

1) Bejana berbentuk silinder terbuat dari baja atau logam keras lainnya yang tidak mudah

rusak karena pasta semen;

2) Garis tengah bejana 0,9 sampai 1,1 kali tinggi, dengan kapasitas minimum bejana

disesuaikan dengan ukuran maksimum agregat sebagai berikut :

(1) 6 liter untuk ukuran agregat maksimum 50 mm;

(2) 12 liter untuk ukuran agregat maksimum 80 mm.

3) Tutup bejana terbuat dari baja atau logam keras lain yang dilengkapi dengan :

(1) Lubang air dan kran udara, untuk pengujian dengan injeksi air;

(2) Pipa untuk memasang selang pada kran udara, untuk pengujian tanpa injeksi air;

(3) Baut pengunci untuk menghindari kebocoran;

(4) Pompa

udara.

4) Tutup bejana mempunyai ruang udara dengan kapasitas sekitar 5% dari volume bejana;

5) Alat ukur tekanan udara, dengan :

(1) Kapasitas 2 kh/cm

2

dengan ketelitian 0,01 kg/cm

2

;

(2) Skala yang jelas untuk menentukan tekanan awal.

6) Timbangan kapasitas 50 kg dengan ketelitian 5 gram;

7) Alat bantu antara lain : tongkat penumbuk, palu karet atau kayu pemukul, selang air,

sikat ijuk, kain lap pengering.

2.2.2 Benda

Uji

(3)

3

2) Pengambilan contoh, 1,5 kali volume bejana untuk 1 kali pakai.

2.2.3 Kalibrasi

Sebelum digunakan peralatan harus dikalibrasi yang meliputi :

1) Volume

bejana;

2) Tekanan awal dari alat ukur tekanan udara;

3) Skala pembacaan dari alat ukur tekanan udara.

2.2.4 Rumus-rumus

Perhitungan

Rumus-rumus perhitungan yang digunakan dalam metode pengujian ini :

1) Faktor koreksi agregat, dihitung dengan persamaan :

)

1

...(

...

...

...

...

...

xFb

B

S

Fs

=

)

2

...(

...

...

...

...

...

xCb

B

S

Cs

=

keterangan :

Fs = berat agregat halus setelah dikoreksi (kN)

Cs = berat agregat kasar setelah dikoreksi (kN)

S

= volume contoh beton segar dalam bejana (lt)

(=

volume

bejana)

B

= volume satu campuran beton segar (lt)

(lebih kurang 1,5 x volume bejana)

Fb = berat agregat halus untuk satu campuran (kN)

Cb = berat agregat kasar untuk satu campuran (kN)

2) Nilai kandungan udara, dihitung dengan :

)

3

...(

...

...

...

...

...

...

1

G

A

A

=

keterangan :

A

= kandungan udara beton segar (%)

A1 = kandungan udara beton segar dari pembacaan pada alat ukur tekanan udara (%)

G

= faktor koreksi yang diperoleh dari pembacaan kandungan udara agregat pada alat

(4)

4

BAB III

CARA UJI

Metode pengujian kandungan udara pada beton segar ini dilakukan dengan beberapa

tahapan sebagai berikut :

1)

Tanpa kalibrasi untuk volume bejana, sebagai berikut :

(1) Timbang bejana kosong = W1;

(2) Isi bejana dengan air sampai penuh dan ratakan permukaannya dengan kaca;

(3) Timbang bejana dan air = W2;

(4) Hitung volume bejana [(W2-W1)/BV air];

(5) Lakukan tahapan ini sampai 2 atau 3 kali, kemudian diambil nilai rata-ratanya.

2)

Menentukan tekanan awal, dengan urutan :

(1) Isi bejana dengan air;

(2) Pasang tutup bejana;

(3) Tutup semua kran dan kencangkan tutup bejana dengan memutar baut untuk

menghindari kebocoran;

(4) Ruang udara diberi tekanan dengan pompa sedikit lebih tinggi dari angka 0 (nol);

(5) Setelah 5 detik, buka kran pengatur udara hingga jarum penunjuk tekanan tetap

pada titik skala tekanan awal;

(6) Buka katup udara dan periksa apakah alat pengukur tekanan awal tepat

menunjukkan angka 0 (nol);

(7) Lakukan tahapan ini sampai 2 atau 3 kali, bila tidak tepat maka lakukan penyetelan

sampai jarum menunjukkan angka 0 (nol).

3)

Skala pembacaan manometer, sebagai berikut :

(1) Lakukan prosedur seperti pada butir 2);

(2) Ambil air dari bejana dan nyatakan jumlah air dalam persen dari kapasitas bejana;

(3) Ulangi prosedur seperti butir 2) kemudian bandingkan persen air yang diambil

dengan skala pembacaan kadar udara;

(4) Jika perbandingan skala sesuai, maka skala pembacaan kadar udara benar dan bila

tidak dilakukan pengaturan kembali.

4)

Tahapan pengujian kandungan udara beton segar, sebagai berikut :

(1) Ambil campuran beton segar lebih kurang 1,5 kali volume bejana (B);

(2) Masukkan campuran beton segar ke dalam bejana dengan 3 lapis yang kira-kira

sama tebalnya;

(3) Setiap lapisan ditumbuk secara merata sebanyak 25 kali dan bagian luar sisi bejana

diketuk-ketuk dengan palu karet atau kayu sebanyak 10 kali dan ratakan bagian

permukaannya, lalu pasang penutup bejana;

(4) Kencangkan tutup bejana dengan memutar baut untuk menghindari kebocoran;

(5) Beri tekanan udara dengan pompa, setelah 5 (lima) detik buka kran pengatur

pelan-pelan;

(6) Baca dan catat angka yang terlihat pada jarum penunjuk, angka tersebut adalah

nilai kandungan udara sebelum koreksi (A

1

);

(5)

5

5)

Tahap pengujian bahan agregat, sebagai berikut :

(1) Timbang agregat halus dan agregat kasar seberat F

s

dan C

s

dalam keadaan kering

permukaan (SSD);

(2) Rendam maing-masing selama 5 (lima) menit lalu masukkan dalam bejana yang

telah diisi air sepertiga volume bejana;

(3) Masukkan agregat seberat F

s

dan C

s

ke dalam bejana sedikit demi sedikit agar

semua agregat terbenam dalam air;

(4) Hilangkan gelembung udara yang ada dengan cara gaian sisi luar bejana diketuk

pelan-pelan dengan alat pemukul kayu atau karet;

(5) Bila agregat sudah masuk bejana semua, lalu pasang tutup bejana dan kencangkan

dengan memutar baut untuk menghindari kebocoran;

(6) Beri tekanan udara dengan pompa setelah 5 (lima) detik buka kran pengatur

pelan-pelan dan baca angka pada alat ukur tekanan udara tersebut;

(7) Angka pembacaan tersebut adalah nilai kadar udara agregat (G).

(6)

6

BAB IV

LAPORAN UJI

Hasil pengujian kadar udara dalam campuran beton segar ini, dilaporkan dalam bentuk

formulir seperti yang dapat dilihat pada Lampiran B yang memuat :

1) Tanda dan atau nomor pengujian, jenis pekerjaan, lokasi pekerjaan;

2) Tanggal pembuatan dan pengujian;

3) Identifikasi bahan uji beton segar;

4) Parameter bahan uji beton segar sebelum dan sesudah pengujian dilaksanakan.

(7)

7

LAMPIRAN A

DAFTAR ISTILAH

Alat ukur tekanan udara

=

air meter

Kalibrasi =

callibration

(8)

8

LAMPIRAN B

CONTOH FORMULIR ISIAN PENGUJIAN KADAR UDARA PADA BETON SEGAR

CONTOH FORMULIR ISIAN

PENGUJIAN KADAR UDARA PADA BETON SEGAR

PENGUJIAN KADAR UDARA PADA BETON SEGAR Identifikasi campuran beton : 1 Pc : 2 Ps : 3 Ki

Semen : 15 kg (ex. Gresik) Pasir : 30 kg (ex. K. Krasak) Kerakal : 45 Kg (ex. K.Clereng)

Diuji oleh : Supriyatin, BE Diperiksa oleh : Ir. Hariyadi D. Tanggak uji : 20 Januari 1989 Tanggal buat : 20 Januari 1989

Tempat uji : Laboratorium VSTC Yogyakarta Suhu ruangan : 30oC : Air : 10oC : Kelembaban 92% Bahan uji : CAMPURAN BETON SEGAR

PERBANDINGAN CAMPURAN Ukuran Max

Agregat Kasar (mm)

Slump (cm) Faktor Air Semen

(%) Lokasi Agregat Kondisi

40 6,7 0,50 K. Krasak

pc c (kN/m3)

Pasir S (kN/m3)

Kerikil G (kN/m3)

Bahan Campuran

Berat Volume

10,85 16,10 19,50

Nomor Benda Uji A1 A2 A3

1. Kadar Udara Beton Segar (A1) 2,5 2,9 2,9 2. Faktor Koreksi Agregat (G) 1 1,3 1,1 3. Kadar Udara Beton Segar (A) 1,5 1,6 1,5

(9)

9

Gambar 1 Alat ukur kadar udara beton segar

Gambar

Gambar 1  Alat ukur kadar udara beton segar

Referensi

Dokumen terkait

II.B.1.b.1) Pengumpulan data triwulan dalam rangka menyiapkan bahan penyusunan rencana kerja pengawasan ikan di kapal perikanan di perairan dan di pelabuhan perikanan. 09),

j. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan sesuai dengan bidang tugasnya. melakukan penyiapan bahan koordinasi

Dari penelitian ini diharapkan akan mendapatkan hasil kuat tekan, nilai faktor air semen (fas), nilai slump, nilai kuat tekan beton karakteristik, dan kadar masing- masing bahan

Menurut SNI 03-0348-1989 bata beton adalah suatu jenis unsur bangunan berbentuk bata yang dibuat dari bahan utama semen portland, air, dan agregat yang dipergunakan untuk

1) Instalasi air minum tipe cikapayang 5 adalah instalasi pengolahan air minum dengan memanfaatkan proses berkaratnya besi dalam mengalir sebagai sumber koagulan utama dan

Spesifikasi kekuatan tekanan hidrostatik yaitu pipa harus mampu menahan tekanan uji sesuai dengan parameter dari pada tegangan induksi, temperature uji, w3aktu uji dan tebal

Lokasi dengan jumlah angka tertinggi dari perkalian antara bobot dan nilai merupakan pilihan pertama, sedangkan lokasi dengan angka – angka yang lebih rendah merupakan alternative