• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanpa mendapatkan imbalanbalas jasa secara langsung (kontra- prestasi), yang hasilnya digunakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tanpa mendapatkan imbalanbalas jasa secara langsung (kontra- prestasi), yang hasilnya digunakan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN IKK - IPB

PAJAK

Tahun 2013
(2)

DEFINISI PAJAK

PAJAK adalah iuran rakyat kepada

negara berdasarkan Undang-Undang

Tanpa mendapatkan imbalan/balas

jasa secara langsung

(kontra-prestasi),

yang hasilnya digunakan

untuk membiayai pembangunan dan

penyelenggaraan negara

(3)

MANFAAT PAJAK

PAJAK yang dibayarkan digunakan

untuk kegiatan penyelenggaraan

negara, dan membiayai pembangunan

seperti: pembangunan

gedung-gedung sekolah, sarana kesehatan

(rumah sakit), sarana umum,

pembangunan jalan raya, pertahanan

dan keamanan negara, sarana

penerangan, dll

(4)

KEWAJIBAN PAJAK SUBYEKTIF OP

MULAI BERAKHIR Saat dilahirkan Saat meninggal Saat berada di Indonesia Saat meninggalkan atau bertempat tinggal di Indonesia untuk Indonesia selama-lamanya. 1. orang pribadi;

2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan

menggantikan yang berhak; 3. badan; dan

4. bentuk usaha tetap.

Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subyektif

(berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak) dan obyektif (berdasarkan pada

obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri

(5)

Cara Pemungutan Pajak

 Official Assesment (Penetapan oleh Pejabat

Pajak)  PBB

 Self Assesment (Dihitung oleh Wajib Pajak

sendiri)  PPh ps 21

 Withholding (Pemotongan dan /atau

Pemungutan)  PPh ps 22/23

(6)

Pajak juga dapat dibedakan berdasarkan otoritas wilayah yang memungut pajak

a. Pajak Daerah

Pajak yang ditetapkan oleh masing-masing Daerah, berlaku hanya di Daerah di mana diterbitkannya

Peraturan Perpajakan Daerah, dan digunakan untuk membiayai belanja masing-masing Daerah tersebut. Contohnya: Pajak Pembangunan I di DKI Jakarta, Pajak Reklame.

b. Pajak Pusat

Ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan berlaku bagi Wajib Pajak di Negara tersebut. Yang berlaku di

Indonesia, misalnya: Pajak Penghasilan sebagaimana ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.

(7)

Perpajakan yang Berlaku

 Pajak Penghasilan

 Pajak Pertambahan Nilai

 Pajak Bumi dan Bangunan

 Bea Materai

(8)
(9)

Pajak Penghasilan (PPh)

 Pajak yang dikenakan berkaitan dengan

penghasilan yang diterima selama satu tahun pajak

 Subyek PPh: orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau yang dalam suatu tahun pajak berada di

Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia

(10)

PAJAK PENGHASILAN

A D A L A H

PAJAK YANG DIKENAKAN

• TERHADAP SUBJEK PAJAK

ATAS PENGHASILAN YANG

DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA

(11)

ORANG PRIBADI

WAJIB PAJAK

BADAN

1 orang

1 keluarga dianggap sebagai satu kesatuan ekonomis

sekumpulan orang dan atau modal

yang merupakan kesatuan

(12)

Kewajiban NPWP = PPh

UNDANG

UNDANG

SUBJEK PAJAK

WAJIB PAJAK

NON - USAHA

NON - PEK. BEBAS USAHA / KEGIATAN

PEK. BEBAS

OP > PTKP

Ya

• Orang Pribadi

• Badan

(13)

Tidak termasuk:

 Badan perwakilan negara asing

 Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat

 Organisasi internasional

 Pejabat-pejabat perwakilan organisasi

internasional

(14)

Obyek Pajak Penghasilan

 Penghasilan yaitu setiap kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik yang

berasal dari Indonesia maupun dari luar

Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP yang

bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk: gaji, upah, tunjangan, honor, bonus, gratifikasi, hadiah, laba usaha,

keuntungan, deviden, bunga, royalti, dll.

(15)

Tidak termasuk obyek pajak:

 Bantuan atau sumbangan zakat

 Harta hibahan dari keluarga sedarah  Warisan

 Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau

penyertaan modal

 Imbalan dalam bentuk natura dan atau

kenikmatan, seperti mobil dan rumah dinas

 Pembayaran dari perusahaan asuransi dan dana pensiun, tunjangan hari tua (THT) dan jaminan hari tua (JHT) oleh perusahaan

 Dll.

(16)

PRINSIP PEMOTONGAN PPh 21

 Setiap pegawai yang memperoleh Penghasilan

(gaji dsb) wajib dipotong PPh 21 oleh pemberi kerja

 Bagi pegawai, pemotongan pajak tersebut

merupakan angsuran pembayaran pajak dalam tahun berjalan keculai yang bersifat final

 Dilakukan setiap bulan / setiap pembayaran

 Ada perbedaan penghitungan untuk pegawai

tetap dan tidak tetap untuk dasar pengenaanya

 Pajak yang dipotong ditambah 20% apabila

pegawai tersebut tidak mempunyai NPWP

(17)

Pajak Penghasilan Pasal 21

 Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,

honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh

 Pemotong PPh ps 21: 1. Pemberi kerja

2. Bendaharawan pemerintah

3. Dana pensiun, jamsostek, PT Taspen

4. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap 5. Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi

(18)

GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN

PEMBAYARAN LAIN SBG IMBALAM MENYANGKUT

PEKERJAAN YG DILAKUKAN OLEH PEGAWAI ATAU BUKAN PEGAWAI

GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN PEMBAYARAN LAIN YANG MENYANGKUT PEKERJAAN, JASA, ATAU KEGIATAN

UANG PENSIUN ATAU PEMBAYARAN LAIN DALAM RANGKA PENSIUN

HONORARIUM ATAU IMBALAN SERTA PEMBAYARAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN JASA

PEMBAYARAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN ADANYA KEGIATAN

DIPOTONG, DISETOR DAN DILAPORKAN

PPh WP OP DALAM NEGERI

PEMBERI KERJA

BENDAHARAWAN PEMERINTAH

DANA PENSIUN

OP/BADAN YANG MEMBAYAR

PENYELENGGARA KEGIATAN

KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21

(19)

Penerima Penghasilan yang

dipotong PPh pasal 21

 Pegawai tetap

 Tenaga lepas

 Penerima pensiun

 Penerima honorarium

 Penerima upah

 Tenaga ahli

(20)

Pembayaran Dipotong PPh 21

a. Yang diterima langsung :

Gaji, Tunjangan beras, tunjangan Pajak, tunjangan Perumahan. Tunjangan Istri dll

Bonus, THR, Gratifikasi, Tantiem dll b. Yang diterima tidak langsung :

(21)

PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN

UNTUK MENGHITUNG PENGHASILAN NETO

 Biaya Jabatan (5% atau maks. 6.000.000

setahun.

 Iuran pensiun, THT, JHT yang dibayar pegawai

(22)
(23)

Pemotongan PPh 21

Peg. Tetap (Pasal 14)

Peg. Tdk. Tetap (Pasal 14, 15)

Bukan Pegawai

(Pasal 16)

Penerima Pesangon

(Pasal 19) Penerima

Pensiun (Pasal 14)

Peserta kegiatan

(Pasal 19)

(24)

Penghitungan Pemotongan Pensiun

(Pasal 14)

Gaji Bruto sebulan dikurangi

Bi. Pensiun, PTKP

(disetahunkan)

Pasal 17 (1) dibagi 12

Akhir tahun (Desember) Setiap Bulan

(Jan-Nov)

Gaji Bruto Setahun (Jan-Des)

dikurangi : Bi. Pensiun,

PTKP

(25)

Penghitungan

Pemotongan Peg. Tetap (Pasal 14)

Gaji Bruto sebulan dikurangi

Biaya Jabatan, Iuran Pensiun, PTKP

(disetahunkan)

Pasal 17 (1) dibagi 12

Akhir tahun (Desember) Setiap Bulan

(Jan-Nov)

Gaji Bruto Setahun (Jan-Des)

dikurangi : Biaya Jabatan, Iuran Pensiun, PTKP

(26)

Contoh: PPh 21 Pegawai tetap

2008 2012

Gaji sebulan 3,000,000 3,000,000 Pengurangan :

Biaya Jabatan :

150,000 150,000 5% X Rp 3.000.000,00

Penghasilan neto sebulan 2,850,000 2,850,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)

34,200,000 34,200,000 12 x Rp 2,850.000,00

PTKP setahun (K/-)

(27)

Contoh: PPh 21 Pegawai tetap

2013

Gaji sebulan 3,000,000

Pengurangan :

Biaya Jabatan :

150,000 5% X Rp 3.000.000,00

Penghasilan neto sebulan 2,850,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)

34,200,000 12 x Rp 2,850.000,00

PTKP setahun (K/-)

(28)

Contoh: Penghitungan Akhir Tahun

Pegawai Tetap

Gaji + tunjangan + bonus (Jan s.d. Des) Rp 36,000,000 Pengurangan :

1

Biaya Jabatan :

Max = 6.000.000 Rp 1,800,000 5% X Rp 36.000.000,00

Penghasilan neto setahun sebenarnya Rp 34,200,000 PTKP setahun (K/-)

- untuk WP sendiri Rp15,840,000 - tambahan WP kawin Rp1,320,000

Jumlah PTKP setahun Rp 17,160,000

Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 17,040,000 Pajak Penghasilan Harus dipotong (tarif OP) Rp 852,000

PPh 21 telah dipotong bulanan (Jan - Nov) misal : Rp 781,000

(29)

Contoh Kasus:

 Budi Zaim, pegawai pada perusahaan PT Angin Mamiri (PT

AM), menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp 4 juta. PT AM mengikuti program Jamsostek, premi jaminan

kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0.50% dan

0.30% dari gaji. PT AM juga menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3.70% dari gaji. Budi juga membayar iuran jaminan Hari Tua sebesar 2.00% dari gaji setiap bulan. Di samping itu PT AM juga mengikuti program pensiun untuk

pegawainya. PT AM membayar iuran pensiun untuk pak Budi ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

Menteri Keuangan, setiap bulannya sebesar Rp 100,000, sedangkan Pak Budi membayar iuran pensiun sebesar Rp 50,000 . Pada bulan juli 2013, Pak Budi hanya menerima pembayaran berupa gaji. Berapa pajak yang harus dibayar untuk bulan Juli 2013?

(30)

Penghitungan Pegawai Tidak Tetap

Upah sebulan Melebihi 1.320.000 (Pasal 15 PER-31)

Upah sebulan Tidak Melebihi 1.320.000

(Pasal 1 PMK 254) Pasal 12 Per 31

Upah sebulan s.d. 6 jt

Upah sebulan > 6 jt

Upah sehari > 150 rb

Upah sehari s.d. 150 rb

Upah Bruto – PTKP sebulan (disetahunkan)

Pasal 17 (1) dibagi 12

Upah Bruto – PTKP jumlah

hari

5%

Upah Bruto – 150 rb. (Perhari)

5% NIHIL Upah Harian, Mingguan,

Borongan, Satuan Upah secara

bulanan Pasal 14 PER-31

Gaji Bruto – PTKP sebulan (disetahunkan)

(31)

PEGHITUNGAN PEGAWAI TIDAK TETAP DENGAN GAJI BULANAN

Peg. Tetap

Peg. Tdk. Tetap bulanan

Gaji bulanan 2,000,000 2,000,000 Pengurangan :

Biaya Jabatan :

100,000 -5% X Rp 2.000.000,00

Penghasilan neto sebulan 1,900,000 2,000,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)

22,800,000 24,000,000 12 x Pengh. Neto

PTKP setahun (K/-)

(32)

PENGHITUNGAN PPH 21

PEGAWAI TIDAK TETAP (HARIAN, BORONGAN)

Budi (kawin) bekerja selama 15 hari dalam bulan Juni 2011. Total gaji yang diterima Rp. 2.000.000, karena upah sebulan melebihi 1.320.000, maka PPh 21 yang dipotong adalah :

Penghasilan bruto = 2.000.000

(15.840.000 + 1.320.000) X 15/360 = 715.000

PKP = 1.285.000

PPh 21 dipotong (5%) = 64.250

(33)

Penghitungan PPh 21 Bukan Pegawai

(Pasal 16 Per 57)

-Tidak

Berkesinambungan Berkesinambungan

50% Upah Bruto

50%

Komulatif Gaji Bruto – PTKP sebulan

Pasal 17 (1)

- Punya NPWP, dan

- Ph hanya dr pemotong Pjk, dan - Tdk ada penghasilan lain

50% Komulatif Upah

Bruto

Pasal 17 (1) Pasal 17 (1)

Komisaris /Pengawas yg tidak Pegawai

tetap

Mantan Pegawai (Pasal 16 PMK 252)

Komulatif

Honor/imbalan Bruto Yang tidak Teratur

Komulatif Japro, Tantiem, Bonus, Gratifikasi,

Imbalan lain

Pasal 17 (1) Pasal 17 (1)

(34)

PENGHITUNGAN PPh 21 BUKAN PEGAWAI YANG TIDAK BERSIFAT KESINAMBUNGAN

 Tax Based = 50% X penghasilan bruto

 Tarif pajaknya adalah tarif umum

 Misalnya : Adi Wijaya, SE, Ak. Melakukan Audit dan dibayar Rp. 20.000.000, PPh 21 dipotong saat pembayaran adalah :

Penghasilan Bruto : 20.000.000

Dasar Pengenaan Pajak =50% : 10.000.000

PPh 21 dipotong (Pasal 17 (1)

(35)

Penghitungan PPh 21 Bukan pegawai yang bersifat kesinambungan (syarat PTKP tidak terpenuhi)

 Tidak memenuhi syarat komulatif : Punya NPWP, Hanya memperoleh penghasilan dari pemotong pajak, dan tdk

punya penghasilan. Lain Komulatif Bruto dikurangi PTKP sebulan

 Meliputi : Tenaga ahli (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris), MLM, PDL

Asuransi, Penjaja Barang, dll yang bukan pegawai tetapi menerima penghslan secr berkesinambungan.

 Misalkan Supandi merupakan konsultan di PT S. Memperoleh honor sbb :

(36)

Penghitungan PPh 21 Bukan pegawai yang bersifat kesinambungan (syarat PTKP tidak terpenuhi)

Uraian Januari Februari Maret

Penghasilan Bruto 90,000,000 100,000,000 150,000,000

Akumulasi Penghasilan bruto 90,000,000 190,000,000 340,000,000

DPP (50%) 45,000,000 95,000,000 170,000,000

PPh 21 terutang

(tarif Pasal 17 (1)) 2,250,000 9,250,000 20,500,000

Telah dipotong masa sebelumnya - 2,250,000 9,250,000

PPh harus dipotong bulan tersebut 2,250,000 7,000,000 11,250,000

(37)

Penghitungan PPh 21 untuk penghasilan bukan pegawai bersifat berkesinambungan (syarat PTKP terpenuhi)

 DPP Dihitung dari 50% kumulatif penghasilan bruto dikurangi PTKP sebulan dikalikan tarif Pasal 17 (1)

 Syarat dapat dikurangi PTKP: Punya NPWP, Hanya

memperoleh pengh dari pemotong pajak, dan tdk punya

pengh. Lain jika salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka tidak ada PTKP. (Pasal 12)

 Misalkan Pak Lamijan (K/-) anggotan MLM X Memperoleh penghasilan sbb :

(38)

Uraian Januari Februari Maret

Penghasilan Bruto 30,000,000 60,000,000 70,000,000

Akumulasi Penghasilan bruto 30,000,000 90,000,000 160,000,000

Akumulasi 50% Penghasilan bruto 15,000,000 45,000,000 80,000,000

(-) PTKP (K/-)= (15.840.000+1.320.000)/12 1,430,000 1,430,000 1,430,000

Penghasilan kena pajak 13,570,000 43,570,000 78,570,000

PPh 21 terutang

(Tarif Pasal 17 (1)) 678,500 2,178,500 6,785,500

Telah dipotong masa sebelumnya - 678,500 2,178,500

PPh harus dipotong bulan tersebut 678,500 1,500,000 4,607,000

Apabila tidak punya NPWP + 20% 814,200 1,800,000 5,528,400

(39)

Bulan Jumlah Jasa Dokter yang dibayar Pasien (Rupiah)

Januari 30.000.000,00

Februari 30.000.000,00

Maret 25.000.000,00

April 40.000.000,00

Mei 30.000.000,00

Juni 25.000.000,00

Jumlah 180.000.000,00

(40)

Penghitungan PPh 21 Dokter

Bulan Jasa Doketr yang dibayar Pasien (Rupiah) Dasar Pemotongan PPh Pasal 21

(Rupiah)

Dasar Pemotongan PPh Pasal 21

(41)

PESERTA KEGIATAN DAN PENERIMA PESANGON

(PASAL 16 PER 57)

Peserta Kegiatan Pasal 16 (2) PER-57

Penerima Pesangon (Pasal 19, PER-31) KMK 112/KMK03/2001

Imbalan Bruto

Tarif Progresif : 0-25 Juta : nihil 25-50 juta : 5% 50-100 juta : 10% 100-200 juta : 15% 200 - : 25%

(42)

KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK (PEMBERI KERJA)

 Menghitung dan memotong PPh 21 setiap Pegawai / pembayaran

 Membuat bukti pemotongan untuk setiap pegawai

 Membayarkan total Pajak (PPh 21) yang telah

dipotong setiap bulan ke kas negara maks. Tgl. 10 bulan berikutnya

 Melaporkan penghitungan, pemotongan, dan

(43)

HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK

HAK :

- Meminta Bukti pemotongan

- Bukti pemotongan sebagai kredit pajak (angsuran

pajak) yang telah dibayar

KEWAJIBAN

(44)

Tax Planning

No. Jenis Pembayaran PPh 21Obyek PerusahaanBiaya

1 Gaji, tunjangan, Bonus, THR, Gra.dll Ya Ya 2 Asuransi (kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi

jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa) yang dibayar perusahaan

Ya Ya

3 Pembayaran langsung kepada dana pensiun, jamsostek berupa iuran pensiun, THT & JHT oleh perusahaan

Tidak Ya

4 Bea siswa (kecuali kepada pemilik, komisaris, Direksi, pengurus)

Tidak Ya

5 Pemberian dalam bentuk Natura/kenikmatan seperti mobil dinas, rumah dinas, termasuk PPh ditanggung perusahaan

(45)

Tax Planning Bea siswa

Apabila ada pegawai yang melakukan

pendidikan dari pada diberikan dalam bentuk tunjangan, maka berikan dalam bentuk bea

siswa  karena bisa mengurangi PPh Badan

tetapi bukan obyek PPh 21sehingga bisa

menghemat jumlah pajak 5 – 30% tergantung

(46)

Tax Planning Pemberian Natura

1. Untuk pegawai dengan gaji s.d. 500 juta/th

Jangan berikan bentuk natura karena tidak

mengurangi biaya perusahaan shg dikenakan PPh badan lebih besar.

(47)

Tarif dan Penerapannya

 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif

s/d Rp 50 juta 5%

Diatas Rp 50 juta – Rp 250 juta 15%

Diatas Rp 250 juta – Rp 500 juta 25%

Diatas Rp 500 juta 30%

Tarif Deviden 10%

Tidak memiliki NPWP (Untuk PPh Pasal 21) 20% lebih tinggi dari yang seharusnya

Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut /potong(Untuk PPh Pasal 23)

100% lebih tinggi dari yang seharusnya

Pembayaran Fiskal untuk yang punya NPWP Gratis

(48)
(49)

Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP)

Keterangan 2009-2012

Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.

15.840.000,-Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.

1.320.000,-Tambahan untuk seorang istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.

Rp.

15.840.000,-Tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung

sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga

Rp.

(50)

Penghasilan Tidak Kena Pajak

(PTKP)

Keterangan 2013

Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp. 24,300,000

Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp. 2,025,000

Tambahan untuk seorang istri yang

penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.

Rp. 24,300,000

Tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung

sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga

Rp.

(51)

Jenis SPT Tahunan

1770 S

(sederhana) 1770 1771

ORANG PRIBADI BADAN

WP yg menerima : ph hanya dari 1 pemberi

kerja,

dikenakan PPh Final, dikenakan PPh tersendiri,

bukan Objek

WP yg

melakukan usaha / pekerjaan bebas

(52)

WP OP YG MENGGUNAKAN 1770 S

PENGHASILAN PEKERJAAN DARI SATU PEMBERI KERJA DIKENAKAN PPh FINAL DIKENAKAN PAJAK TERSENDIRI

WP Sebagai Karyawan Hanya Pada Satu Pemberi Kerja (Badan / Orang Pribadi)

• Bunga Deposito, Tabungan, Diskonto SBI

• Bunga/diskonto Obligasi di Bursa Efek

• Penjualan Saham di Bursa Efek

• Hadiah Undian

• Dll

(akan disampaikan kemudian)

• Penghasilan Istri dari 1 pemberi kerja

• Penghasilan anak dari pekerjaan

BUKAN OBJEK

• Bantuan/sumbangan/hibah

• Warisan

• Bagian laba anggota CV tidak atas saham, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi

• Klaim asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa

1

2

3

(53)

Pajak Penghasilan Pasal 22

 Pajak penghasilan yang dipungut oleh:

1.Bendaharawan pemerintah berkenaan

dengan pembayaran atas penyerahan barang 2.Badan-badan tertentu berkenaan dengan

kegiatan bidang impor atau usaha di bidang lain

(54)

Pajak Penghasilan Pasal 23

 Pajak yang dipotong atas penghasilan yang

berasal dari modal, penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21

Contohnya:

 Deviden, bunga royalti: 15%

(55)

Pajak penghasilan atas

hadiah dan penghargaan

 Hadiah undian: 25%

 Hadiah atau penghargaan perlombaan:

PPh ps 21 (WPOP dalam negeri)

PPh ps 26 (20%) untuk WP Luar Negeri

 Penghargaan atas prestasi

 Hadiah atas pekerjaan, jasa, dll

(56)

Pajak Pertambahan Nilai:

dikenakan atas:

 Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha

 Impor barang kena pajak

 Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha

 Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean atau

 Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak

(57)

Barang yang tidak dikenakan

PPN

 Barang hasil pertambangan

 Barang kebutuhan pokok

 Makanan dan minuman yang disajikan di

resto, hotel, dll.

 Uang, emas batangan, dan surat-surat

berharga

(58)

Jasa yang tidak dikenakan

PPN

 Jasa bidang pelayanan kesehatan medis

 Jasa bidang pelayanan sosial

 Jasa bidang pengiriman surat berperangko

 Jasa bidang perbankan, asuransi, sewa guna usaha

 Jasa bidang keagamaan

 Jasa bidang pendidikan

 Jasa bidang kesenian

 Jasa bidang penyiaran yang bukan bersifat komersial

 Jasa bidang angkutan umum

 Jasa bidang tenaga kerja

 Jasa bidang perhotelan

 Jasa yang disediakan oleh pemerintah

(59)

Tarif PPN dan PPN-BM

 Tarif PPN = 10%

 Tarif PPnBM = 10 – 200%

DEPARTEMEN IKK - IPB

Contoh:

PKP A menjual tunai barang kena pajak kepada PKP B dengan harga jual Rp 25jt. PPN yang

(60)

Contoh lain

 PKP D mengimpor barang kena pajak X yang tergolong mewah dengan nilai impor Rp

50.000.000. Barang X tergolong mewah

sehingga selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM dengan tarif 20%. Penghitungan

pajaknya:

1. Dasar peghitungan pajak = 50 jt

2. PPN = 10% x 50 jt = 5 jt

3. PPnBM = 20% x 50 jt = 10 jt

(61)

Pajak Bumi dan Bangunan

 Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan UU no 12 tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU no 12 tahun 1994

 Obyek:

1. Bumi = permukaan bumi (tanah & perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia

2. Bangunan = konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan

Kecuali:

a. Digunakan untuk kepentingan pelayanan umum

b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau sejenisnya

c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata dll

d. Digunakan untuk perwakilan diplomatik

e. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional

(62)

PBB P2

 Per 31 Desember 2013 berubah menjadi pajak

daerah kabupaten/kota untuk perdesaan dan

perkotaan,

kecuali PBB untuk sektor

perkebunan, perhutanan, dan

pertambangan

 Pemerintah Pusat akan mengalihkan semua

kewenangan terkait pengelolaan PBB-P2 kepada kabupaten/kota. Kewenangan

tersebut antara lain: proses pendataan,

penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/ penagihan dan pelayanan

(63)

DEPARTEMEN IKK - IPB

Pengertian

Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan

yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,

(64)

Untuk meningkatkan local taxing power pada kabupaten/kota: a. Memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah

b. Menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah (termasuk pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan dan BPHTB menjadi Pajak Daerah)

c. Memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah d. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran

dan pengaturan pada daerah

DEPARTEMEN IKK - IPB

Apa tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak daerah sesuai UU Pajak

(65)

Dasar Pengenaan PBB

 Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), ditetapkan berdasarkan wilayah melalui Kepmen Keu

dengan pertimbangan dari gubernur, dengan memperhatikan:

- Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli secara wajar

- Perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis dan berdekatan, serta fungsinya sama dan telah diketahui harganya

- Nilai perolehan baru

- Penentuan NJOP pengganti

(66)

Nilai Jual Objek Pajak Tidak

Kena Pajak (NJOPTKP)

 Batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan

yang tidak kena pajak

 Besarnya berbeda menurut kab/kota

setinggi-tingginya Rp 12 juta

 Diketentuan baru UU PDRD NJOPTKP paling

rendah Rp 10 juta setahun.

 Wajib pajak memperoleh pengurangan

NJOPTKP sebanyak-banyaknya satu kali dalam satu tahun pajak

 Tidak bisa digabung dengan obyek pajak

(67)

Dasar Penghitungan PBB

 Nilai jual kena pajak (NJKP):

Obyek pajak perkebunan : 40% Obyek pajak kehutanan : 40%

Obyek pajak pertambangan : 20% Obyek pajak pedesaan/pertanian:

NJOP > Rp 1M : 40% NJOP < Rp 1M : 20%

 Pada ketentuan baru TIDAK mengenal NJKP

 Tarif PBB : 0.5%

 Pada ketentuan baru paling tinggi 0.3%

(68)

Artinya:

 Jika NJKP = 40% x (NJOP – NJOPTKP), maka

PBB =

0.5% x 40% x (NJOP – NJOPTKP)

0.2% x (NJOP – NJOPTKP)

 Jika NJKP = 20% x (NJOP – NJOPTKP)

maka PBB =

0.5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)

0.1% x (NJOP – NJOPTKP)

(69)

Contoh

 Obyek Perumahan:

- Luas tanah: 1000 m2 dg nilai jual Rp 840.000/m2 (nilai jual tanah tersebut

termasuk kelas A17 dengan nilai jual standar Rp 802.000/m2

- Luas bangunan: 400 m2 dengan nilai jual Rp 1 jt/m2 (masuk kelas A2 dengan harga

standar Rp 968.000/m2)

(70)

Penghitungan PBB: (lama)

 NJOP bumi = 1000 m2 x Rp 802.000 = Rp 802.000.000

 NJOP bangunan = 400 m2 x Rp 968.000 = Rp 387.200.000

 NJOP total = Rp. 1.189.200.000  NJOPTKP = Rp 12.000.000

 NJOP untuk penghitungan = Rp 1.177.200.000

 NJKP = 40% x Rp 1.177.200.000 = Rp 470.880.000  PBB terhutang = 0.5% x Rp 470.880.000 = Rp

2.354.400

(71)

Contoh Penghitungan dengan

ketentuan baru

Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa :

 Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual

Rp300.000,00/m2

 Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual

Rp350.000,00/m2

 Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual

Rp50.000,00/m2

(72)

DEPARTEMEN IKK - IPB

Besarnya pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut:

NJOP Bumi: 800 x Rp300.000,00 = Rp 240.000.000,00

NJOP Bangunan:

Rumah dan garasi: 400 x Rp350.000,00 = Rp 140.000.000,00 Taman 200 x Rp 50.000,00 = Rp 10.000.000,00

Pagar (120 x 1,5) x Rp175.000,00 = Rp 31.000.000,00 (+)

Total NJOP Bangunan = Rp 181.500.000,00

NJOPTKP = Rp 10.000.000,00 (-)

Nilai Jual Bangunan Kena Pajak = Rp 171.500.000,00

Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak = Rp 411.500.000,00

Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah

(73)
(74)

Tugas:

 Pak Bagus, pegawai pada perusahaan PT Mendung Sekali (PT MS), menikah dan memiliki dua anak, memperoleh gaji sebulan Rp 5 juta. PT MS mengikutikan Pak Bagus dalam program Jamsostek dan

membayar premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan

Kematian sebesar masing-masing 0.50% dan 0.30% dari gaji. PT MS juga menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar

3.50% dari gaji. Pak Bagus juga membayar iuran jaminan Hari Tua sebesar 2.00% dari gaji setiap bulan. Di samping mengikutkan Pak Bagus dalam program pensiun, PT MS juga membayar kan iuran pensiun untuk Pak Bagus ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulannya sebesar Rp

100,000, sedangkan Pak Bagus membayar iuran pensiun sebesar Rp 50,000.

 Pada bulan juni 2013, Pak Bagus hanya menerima pembayaran berupa gaji. Berapa pajak yang harus dibayar untuk bulan Juni 2013?

(75)

Sumber: dari berbagai pustaka/bahan presentasi

END

Referensi

Dokumen terkait

karyawan dengan status wajib pajak luar negeri adalah orang pribadi, yang tidak bertempat tinggal di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan yang menerima

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan

orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan,

- Orang Pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan, dan badan yang tidak didirikan dan

orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu12 bulan, dan badan

Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan dan badan yang tidak

183 seratus delapan puluh tiga hari dalam jangka waktu dua belas bulan atau orang yang dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di