DEPARTEMEN IKK - IPB
PAJAK
Tahun 2013DEFINISI PAJAK
PAJAK adalah iuran rakyat kepada
negara berdasarkan Undang-Undang
Tanpa mendapatkan imbalan/balas
jasa secara langsung
(kontra-prestasi),
yang hasilnya digunakan
untuk membiayai pembangunan dan
penyelenggaraan negara
MANFAAT PAJAK
PAJAK yang dibayarkan digunakan
untuk kegiatan penyelenggaraan
negara, dan membiayai pembangunan
seperti: pembangunan
gedung-gedung sekolah, sarana kesehatan
(rumah sakit), sarana umum,
pembangunan jalan raya, pertahanan
dan keamanan negara, sarana
penerangan, dll
KEWAJIBAN PAJAK SUBYEKTIF OP
MULAI BERAKHIR Saat dilahirkan Saat meninggal Saat berada di Indonesia Saat meninggalkan atau bertempat tinggal di Indonesia untuk Indonesia selama-lamanya. 1. orang pribadi;
2. warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan
menggantikan yang berhak; 3. badan; dan
4. bentuk usaha tetap.
Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan yang telah memenuhi kewajiban subyektif
(berdasarkan pada subyeknya, dalam arti memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak) dan obyektif (berdasarkan pada
obyeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri
Cara Pemungutan Pajak
Official Assesment (Penetapan oleh Pejabat
Pajak) PBB
Self Assesment (Dihitung oleh Wajib Pajak
sendiri) PPh ps 21
Withholding (Pemotongan dan /atau
Pemungutan) PPh ps 22/23
Pajak juga dapat dibedakan berdasarkan otoritas wilayah yang memungut pajak
a. Pajak Daerah
Pajak yang ditetapkan oleh masing-masing Daerah, berlaku hanya di Daerah di mana diterbitkannya
Peraturan Perpajakan Daerah, dan digunakan untuk membiayai belanja masing-masing Daerah tersebut. Contohnya: Pajak Pembangunan I di DKI Jakarta, Pajak Reklame.
b. Pajak Pusat
Ditetapkan oleh Pemerintah Pusat, dan berlaku bagi Wajib Pajak di Negara tersebut. Yang berlaku di
Indonesia, misalnya: Pajak Penghasilan sebagaimana ditetapkan dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000.
Perpajakan yang Berlaku
Pajak Penghasilan
Pajak Pertambahan Nilai
Pajak Bumi dan Bangunan
Bea Materai
Pajak Penghasilan (PPh)
Pajak yang dikenakan berkaitan dengan
penghasilan yang diterima selama satu tahun pajak
Subyek PPh: orang pribadi yang bertempat tinggal di Indonesia atau berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan atau yang dalam suatu tahun pajak berada di
Indonesia dan mempunyai niat untuk bertempat tinggal di Indonesia
PAJAK PENGHASILAN
A D A L A H
PAJAK YANG DIKENAKAN
• TERHADAP SUBJEK PAJAK
• ATAS PENGHASILAN YANG
• DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
ORANG PRIBADI
WAJIB PAJAK
BADAN
1 orang
1 keluarga dianggap sebagai satu kesatuan ekonomis
• sekumpulan orang dan atau modal
• yang merupakan kesatuan
Kewajiban NPWP = PPh
UNDANG
UNDANG
SUBJEK PAJAK
WAJIB PAJAK
NON - USAHA
NON - PEK. BEBAS USAHA / KEGIATAN
PEK. BEBAS
OP > PTKP
Ya
• Orang Pribadi
• Badan
Tidak termasuk:
Badan perwakilan negara asing
Pejabat perwakilan diplomatik dan konsulat
Organisasi internasional
Pejabat-pejabat perwakilan organisasi
internasional
Obyek Pajak Penghasilan
Penghasilan yaitu setiap kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh WP, baik yang
berasal dari Indonesia maupun dari luar
Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan WP yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk: gaji, upah, tunjangan, honor, bonus, gratifikasi, hadiah, laba usaha,
keuntungan, deviden, bunga, royalti, dll.
Tidak termasuk obyek pajak:
Bantuan atau sumbangan zakat
Harta hibahan dari keluarga sedarah Warisan
Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
penyertaan modal
Imbalan dalam bentuk natura dan atau
kenikmatan, seperti mobil dan rumah dinas
Pembayaran dari perusahaan asuransi dan dana pensiun, tunjangan hari tua (THT) dan jaminan hari tua (JHT) oleh perusahaan
Dll.
PRINSIP PEMOTONGAN PPh 21
Setiap pegawai yang memperoleh Penghasilan
(gaji dsb) wajib dipotong PPh 21 oleh pemberi kerja
Bagi pegawai, pemotongan pajak tersebut
merupakan angsuran pembayaran pajak dalam tahun berjalan keculai yang bersifat final
Dilakukan setiap bulan / setiap pembayaran
Ada perbedaan penghitungan untuk pegawai
tetap dan tidak tetap untuk dasar pengenaanya
Pajak yang dipotong ditambah 20% apabila
pegawai tersebut tidak mempunyai NPWP
Pajak Penghasilan Pasal 21
Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang diterima atau diperoleh
Pemotong PPh ps 21: 1. Pemberi kerja
2. Bendaharawan pemerintah
3. Dana pensiun, jamsostek, PT Taspen
4. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap 5. Yayasan, lembaga, kepanitiaan, asosiasi
GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN
PEMBAYARAN LAIN SBG IMBALAM MENYANGKUT
PEKERJAAN YG DILAKUKAN OLEH PEGAWAI ATAU BUKAN PEGAWAI
GAJI, UPAH, HONOR, TUNJANGAN, DAN PEMBAYARAN LAIN YANG MENYANGKUT PEKERJAAN, JASA, ATAU KEGIATAN
UANG PENSIUN ATAU PEMBAYARAN LAIN DALAM RANGKA PENSIUN
HONORARIUM ATAU IMBALAN SERTA PEMBAYARAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN JASA
PEMBAYARAN ATAU IMBALAN SEHUBUNGAN DENGAN ADANYA KEGIATAN
DIPOTONG, DISETOR DAN DILAPORKAN
PPh WP OP DALAM NEGERI
PEMBERI KERJA
BENDAHARAWAN PEMERINTAH
DANA PENSIUN
OP/BADAN YANG MEMBAYAR
PENYELENGGARA KEGIATAN
KEWAJIBAN PEMOTONG PPh PASAL 21
Penerima Penghasilan yang
dipotong PPh pasal 21
Pegawai tetap
Tenaga lepas
Penerima pensiun
Penerima honorarium
Penerima upah
Tenaga ahli
Pembayaran Dipotong PPh 21
a. Yang diterima langsung :
Gaji, Tunjangan beras, tunjangan Pajak, tunjangan Perumahan. Tunjangan Istri dll
Bonus, THR, Gratifikasi, Tantiem dll b. Yang diterima tidak langsung :
PENGURANGAN YANG DIPERBOLEHKAN
UNTUK MENGHITUNG PENGHASILAN NETO
Biaya Jabatan (5% atau maks. 6.000.000
setahun.
Iuran pensiun, THT, JHT yang dibayar pegawai
Pemotongan PPh 21
Peg. Tetap (Pasal 14)
Peg. Tdk. Tetap (Pasal 14, 15)
Bukan Pegawai
(Pasal 16)
Penerima Pesangon
(Pasal 19) Penerima
Pensiun (Pasal 14)
Peserta kegiatan
(Pasal 19)
Penghitungan Pemotongan Pensiun
(Pasal 14)
Gaji Bruto sebulan dikurangi
Bi. Pensiun, PTKP
(disetahunkan)
Pasal 17 (1) dibagi 12
Akhir tahun (Desember) Setiap Bulan
(Jan-Nov)
Gaji Bruto Setahun (Jan-Des)
dikurangi : Bi. Pensiun,
PTKP
Penghitungan
Pemotongan Peg. Tetap (Pasal 14)
Gaji Bruto sebulan dikurangi
Biaya Jabatan, Iuran Pensiun, PTKP
(disetahunkan)
Pasal 17 (1) dibagi 12
Akhir tahun (Desember) Setiap Bulan
(Jan-Nov)
Gaji Bruto Setahun (Jan-Des)
dikurangi : Biaya Jabatan, Iuran Pensiun, PTKP
Contoh: PPh 21 Pegawai tetap
2008 2012
Gaji sebulan 3,000,000 3,000,000 Pengurangan :
Biaya Jabatan :
150,000 150,000 5% X Rp 3.000.000,00
Penghasilan neto sebulan 2,850,000 2,850,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)
34,200,000 34,200,000 12 x Rp 2,850.000,00
PTKP setahun (K/-)
Contoh: PPh 21 Pegawai tetap
2013
Gaji sebulan 3,000,000
Pengurangan :
Biaya Jabatan :
150,000 5% X Rp 3.000.000,00
Penghasilan neto sebulan 2,850,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)
34,200,000 12 x Rp 2,850.000,00
PTKP setahun (K/-)
Contoh: Penghitungan Akhir Tahun
Pegawai Tetap
Gaji + tunjangan + bonus (Jan s.d. Des) Rp 36,000,000 Pengurangan :
1
Biaya Jabatan :
Max = 6.000.000 Rp 1,800,000 5% X Rp 36.000.000,00
Penghasilan neto setahun sebenarnya Rp 34,200,000 PTKP setahun (K/-)
- untuk WP sendiri Rp15,840,000 - tambahan WP kawin Rp1,320,000
Jumlah PTKP setahun Rp 17,160,000
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 17,040,000 Pajak Penghasilan Harus dipotong (tarif OP) Rp 852,000
PPh 21 telah dipotong bulanan (Jan - Nov) misal : Rp 781,000
Contoh Kasus:
Budi Zaim, pegawai pada perusahaan PT Angin Mamiri (PT
AM), menikah tanpa anak, memperoleh gaji sebulan Rp 4 juta. PT AM mengikuti program Jamsostek, premi jaminan
kecelakaan kerja dan premi jaminan kematian dibayar oleh pemberi kerja dengan jumlah masing-masing 0.50% dan
0.30% dari gaji. PT AM juga menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar 3.70% dari gaji. Budi juga membayar iuran jaminan Hari Tua sebesar 2.00% dari gaji setiap bulan. Di samping itu PT AM juga mengikuti program pensiun untuk
pegawainya. PT AM membayar iuran pensiun untuk pak Budi ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan, setiap bulannya sebesar Rp 100,000, sedangkan Pak Budi membayar iuran pensiun sebesar Rp 50,000 . Pada bulan juli 2013, Pak Budi hanya menerima pembayaran berupa gaji. Berapa pajak yang harus dibayar untuk bulan Juli 2013?
Penghitungan Pegawai Tidak Tetap
Upah sebulan Melebihi 1.320.000 (Pasal 15 PER-31)
Upah sebulan Tidak Melebihi 1.320.000
(Pasal 1 PMK 254) Pasal 12 Per 31
Upah sebulan s.d. 6 jt
Upah sebulan > 6 jt
Upah sehari > 150 rb
Upah sehari s.d. 150 rb
Upah Bruto – PTKP sebulan (disetahunkan)
Pasal 17 (1) dibagi 12
Upah Bruto – PTKP jumlah
hari
5%
Upah Bruto – 150 rb. (Perhari)
5% NIHIL Upah Harian, Mingguan,
Borongan, Satuan Upah secara
bulanan Pasal 14 PER-31
Gaji Bruto – PTKP sebulan (disetahunkan)
PEGHITUNGAN PEGAWAI TIDAK TETAP DENGAN GAJI BULANAN
Peg. Tetap
Peg. Tdk. Tetap bulanan
Gaji bulanan 2,000,000 2,000,000 Pengurangan :
Biaya Jabatan :
100,000 -5% X Rp 2.000.000,00
Penghasilan neto sebulan 1,900,000 2,000,000 Penghasilan neto disetahunkan (perkiraan)
22,800,000 24,000,000 12 x Pengh. Neto
PTKP setahun (K/-)
PENGHITUNGAN PPH 21
PEGAWAI TIDAK TETAP (HARIAN, BORONGAN)
Budi (kawin) bekerja selama 15 hari dalam bulan Juni 2011. Total gaji yang diterima Rp. 2.000.000, karena upah sebulan melebihi 1.320.000, maka PPh 21 yang dipotong adalah :
Penghasilan bruto = 2.000.000
(15.840.000 + 1.320.000) X 15/360 = 715.000
PKP = 1.285.000
PPh 21 dipotong (5%) = 64.250
Penghitungan PPh 21 Bukan Pegawai
(Pasal 16 Per 57)
-Tidak
Berkesinambungan Berkesinambungan
50% Upah Bruto
50%
Komulatif Gaji Bruto – PTKP sebulan
Pasal 17 (1)
- Punya NPWP, dan
- Ph hanya dr pemotong Pjk, dan - Tdk ada penghasilan lain
50% Komulatif Upah
Bruto
Pasal 17 (1) Pasal 17 (1)
Komisaris /Pengawas yg tidak Pegawai
tetap
Mantan Pegawai (Pasal 16 PMK 252)
Komulatif
Honor/imbalan Bruto Yang tidak Teratur
Komulatif Japro, Tantiem, Bonus, Gratifikasi,
Imbalan lain
Pasal 17 (1) Pasal 17 (1)
PENGHITUNGAN PPh 21 BUKAN PEGAWAI YANG TIDAK BERSIFAT KESINAMBUNGAN
Tax Based = 50% X penghasilan bruto
Tarif pajaknya adalah tarif umum
Misalnya : Adi Wijaya, SE, Ak. Melakukan Audit dan dibayar Rp. 20.000.000, PPh 21 dipotong saat pembayaran adalah :
Penghasilan Bruto : 20.000.000
Dasar Pengenaan Pajak =50% : 10.000.000
PPh 21 dipotong (Pasal 17 (1)
Penghitungan PPh 21 Bukan pegawai yang bersifat kesinambungan (syarat PTKP tidak terpenuhi)
Tidak memenuhi syarat komulatif : Punya NPWP, Hanya memperoleh penghasilan dari pemotong pajak, dan tdk
punya penghasilan. Lain Komulatif Bruto dikurangi PTKP sebulan
Meliputi : Tenaga ahli (pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris), MLM, PDL
Asuransi, Penjaja Barang, dll yang bukan pegawai tetapi menerima penghslan secr berkesinambungan.
Misalkan Supandi merupakan konsultan di PT S. Memperoleh honor sbb :
Penghitungan PPh 21 Bukan pegawai yang bersifat kesinambungan (syarat PTKP tidak terpenuhi)
Uraian Januari Februari Maret
Penghasilan Bruto 90,000,000 100,000,000 150,000,000
Akumulasi Penghasilan bruto 90,000,000 190,000,000 340,000,000
DPP (50%) 45,000,000 95,000,000 170,000,000
PPh 21 terutang
(tarif Pasal 17 (1)) 2,250,000 9,250,000 20,500,000
Telah dipotong masa sebelumnya - 2,250,000 9,250,000
PPh harus dipotong bulan tersebut 2,250,000 7,000,000 11,250,000
Penghitungan PPh 21 untuk penghasilan bukan pegawai bersifat berkesinambungan (syarat PTKP terpenuhi)
DPP Dihitung dari 50% kumulatif penghasilan bruto dikurangi PTKP sebulan dikalikan tarif Pasal 17 (1)
Syarat dapat dikurangi PTKP: Punya NPWP, Hanya
memperoleh pengh dari pemotong pajak, dan tdk punya
pengh. Lain jika salah satu saja syarat tidak dipenuhi maka tidak ada PTKP. (Pasal 12)
Misalkan Pak Lamijan (K/-) anggotan MLM X Memperoleh penghasilan sbb :
Uraian Januari Februari Maret
Penghasilan Bruto 30,000,000 60,000,000 70,000,000
Akumulasi Penghasilan bruto 30,000,000 90,000,000 160,000,000
Akumulasi 50% Penghasilan bruto 15,000,000 45,000,000 80,000,000
(-) PTKP (K/-)= (15.840.000+1.320.000)/12 1,430,000 1,430,000 1,430,000
Penghasilan kena pajak 13,570,000 43,570,000 78,570,000
PPh 21 terutang
(Tarif Pasal 17 (1)) 678,500 2,178,500 6,785,500
Telah dipotong masa sebelumnya - 678,500 2,178,500
PPh harus dipotong bulan tersebut 678,500 1,500,000 4,607,000
Apabila tidak punya NPWP + 20% 814,200 1,800,000 5,528,400
Bulan Jumlah Jasa Dokter yang dibayar Pasien (Rupiah)
Januari 30.000.000,00
Februari 30.000.000,00
Maret 25.000.000,00
April 40.000.000,00
Mei 30.000.000,00
Juni 25.000.000,00
Jumlah 180.000.000,00
Penghitungan PPh 21 Dokter
Bulan Jasa Doketr yang dibayar Pasien (Rupiah) Dasar Pemotongan PPh Pasal 21(Rupiah)
Dasar Pemotongan PPh Pasal 21
PESERTA KEGIATAN DAN PENERIMA PESANGON
(PASAL 16 PER 57)
Peserta Kegiatan Pasal 16 (2) PER-57
Penerima Pesangon (Pasal 19, PER-31) KMK 112/KMK03/2001
Imbalan Bruto
Tarif Progresif : 0-25 Juta : nihil 25-50 juta : 5% 50-100 juta : 10% 100-200 juta : 15% 200 - : 25%
KEWAJIBAN PEMOTONG PAJAK (PEMBERI KERJA)
Menghitung dan memotong PPh 21 setiap Pegawai / pembayaran
Membuat bukti pemotongan untuk setiap pegawai
Membayarkan total Pajak (PPh 21) yang telah
dipotong setiap bulan ke kas negara maks. Tgl. 10 bulan berikutnya
Melaporkan penghitungan, pemotongan, dan
HAK DAN KEWAJIBAN PEGAWAI PENERIMA PENGHASILAN YANG DIPOTONG PAJAK
HAK :
- Meminta Bukti pemotongan
- Bukti pemotongan sebagai kredit pajak (angsuran
pajak) yang telah dibayar
KEWAJIBAN
Tax Planning
No. Jenis Pembayaran PPh 21Obyek PerusahaanBiaya
1 Gaji, tunjangan, Bonus, THR, Gra.dll Ya Ya 2 Asuransi (kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi
jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa) yang dibayar perusahaan
Ya Ya
3 Pembayaran langsung kepada dana pensiun, jamsostek berupa iuran pensiun, THT & JHT oleh perusahaan
Tidak Ya
4 Bea siswa (kecuali kepada pemilik, komisaris, Direksi, pengurus)
Tidak Ya
5 Pemberian dalam bentuk Natura/kenikmatan seperti mobil dinas, rumah dinas, termasuk PPh ditanggung perusahaan
Tax Planning Bea siswa
Apabila ada pegawai yang melakukan
pendidikan dari pada diberikan dalam bentuk tunjangan, maka berikan dalam bentuk bea
siswa karena bisa mengurangi PPh Badan
tetapi bukan obyek PPh 21sehingga bisa
menghemat jumlah pajak 5 – 30% tergantung
Tax Planning Pemberian Natura
1. Untuk pegawai dengan gaji s.d. 500 juta/th
Jangan berikan bentuk natura karena tidak
mengurangi biaya perusahaan shg dikenakan PPh badan lebih besar.
Tarif dan Penerapannya
Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif
s/d Rp 50 juta 5%
Diatas Rp 50 juta – Rp 250 juta 15%
Diatas Rp 250 juta – Rp 500 juta 25%
Diatas Rp 500 juta 30%
Tarif Deviden 10%
Tidak memiliki NPWP (Untuk PPh Pasal 21) 20% lebih tinggi dari yang seharusnya
Tidak mempunyai NPWP untuk yang dipungut /potong(Untuk PPh Pasal 23)
100% lebih tinggi dari yang seharusnya
Pembayaran Fiskal untuk yang punya NPWP Gratis
Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
Keterangan 2009-2012
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp.
15.840.000,-Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp.
1.320.000,-Tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
Rp.
15.840.000,-Tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung
sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga
Rp.
Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP)
Keterangan 2013
Diri Wajib Pajak Orang Pribadi Rp. 24,300,000
Tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin Rp. 2,025,000
Tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya digabung dengan penghasilan suami.
Rp. 24,300,000
Tambahan untuk setiap anggota keturunan sedarah semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang diatnggung
sepenuhnya , maksimal 3 orang untuk setiap keluarga
Rp.
Jenis SPT Tahunan
1770 S
(sederhana) 1770 1771
ORANG PRIBADI BADAN
WP yg menerima : ph hanya dari 1 pemberi
kerja,
dikenakan PPh Final, dikenakan PPh tersendiri,
bukan Objek
WP yg
melakukan usaha / pekerjaan bebas
WP OP YG MENGGUNAKAN 1770 S
PENGHASILAN PEKERJAAN DARI SATU PEMBERI KERJA DIKENAKAN PPh FINAL DIKENAKAN PAJAK TERSENDIRIWP Sebagai Karyawan Hanya Pada Satu Pemberi Kerja (Badan / Orang Pribadi)
• Bunga Deposito, Tabungan, Diskonto SBI
• Bunga/diskonto Obligasi di Bursa Efek
• Penjualan Saham di Bursa Efek
• Hadiah Undian
• Dll
(akan disampaikan kemudian)
• Penghasilan Istri dari 1 pemberi kerja
• Penghasilan anak dari pekerjaan
BUKAN OBJEK
• Bantuan/sumbangan/hibah
• Warisan
• Bagian laba anggota CV tidak atas saham, persekutuan, perkumpulan, firma, kongsi
• Klaim asuransi kesehatan, kecelakaan, jiwa, dwiguna, beasiswa
1
2
3
Pajak Penghasilan Pasal 22
Pajak penghasilan yang dipungut oleh:
1.Bendaharawan pemerintah berkenaan
dengan pembayaran atas penyerahan barang 2.Badan-badan tertentu berkenaan dengan
kegiatan bidang impor atau usaha di bidang lain
Pajak Penghasilan Pasal 23
Pajak yang dipotong atas penghasilan yang
berasal dari modal, penyerahan jasa atau hadiah dan penghargaan selain yang telah dipotong PPh pasal 21
Contohnya:
Deviden, bunga royalti: 15%
Pajak penghasilan atas
hadiah dan penghargaan
Hadiah undian: 25%
Hadiah atau penghargaan perlombaan:
PPh ps 21 (WPOP dalam negeri)
PPh ps 26 (20%) untuk WP Luar Negeri
Penghargaan atas prestasi
Hadiah atas pekerjaan, jasa, dll
Pajak Pertambahan Nilai:
dikenakan atas:
Penyerahan barang kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha
Impor barang kena pajak
Penyerahan jasa kena pajak di dalam daerah pabean yang dilakukan pengusaha
Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean atau
Ekspor barang kena pajak oleh pengusaha kena pajak
Barang yang tidak dikenakan
PPN
Barang hasil pertambangan
Barang kebutuhan pokok
Makanan dan minuman yang disajikan di
resto, hotel, dll.
Uang, emas batangan, dan surat-surat
berharga
Jasa yang tidak dikenakan
PPN
Jasa bidang pelayanan kesehatan medis
Jasa bidang pelayanan sosial
Jasa bidang pengiriman surat berperangko
Jasa bidang perbankan, asuransi, sewa guna usaha
Jasa bidang keagamaan
Jasa bidang pendidikan
Jasa bidang kesenian
Jasa bidang penyiaran yang bukan bersifat komersial
Jasa bidang angkutan umum
Jasa bidang tenaga kerja
Jasa bidang perhotelan
Jasa yang disediakan oleh pemerintah
Tarif PPN dan PPN-BM
Tarif PPN = 10%
Tarif PPnBM = 10 – 200%
DEPARTEMEN IKK - IPB
Contoh:
PKP A menjual tunai barang kena pajak kepada PKP B dengan harga jual Rp 25jt. PPN yang
Contoh lain
PKP D mengimpor barang kena pajak X yang tergolong mewah dengan nilai impor Rp
50.000.000. Barang X tergolong mewah
sehingga selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM dengan tarif 20%. Penghitungan
pajaknya:
1. Dasar peghitungan pajak = 50 jt
2. PPN = 10% x 50 jt = 5 jt
3. PPnBM = 20% x 50 jt = 10 jt
Pajak Bumi dan Bangunan
Pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan UU no 12 tahun 1985 tentang PBB sebagaimana telah diubah dengan UU no 12 tahun 1994
Obyek:
1. Bumi = permukaan bumi (tanah & perairan) dan tubuh bumi yang ada di pedalaman serta laut wilayah Indonesia
2. Bangunan = konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan/atau perairan
Kecuali:
a. Digunakan untuk kepentingan pelayanan umum
b. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala atau sejenisnya
c. Merupakan hutan lindung, suaka alam, hutan wisata dll
d. Digunakan untuk perwakilan diplomatik
e. Digunakan oleh badan dan perwakilan organisasi internasional
PBB P2
Per 31 Desember 2013 berubah menjadi pajak
daerah kabupaten/kota untuk perdesaan dan
perkotaan,
kecuali PBB untuk sektor
perkebunan, perhutanan, dan
pertambangan
Pemerintah Pusat akan mengalihkan semua
kewenangan terkait pengelolaan PBB-P2 kepada kabupaten/kota. Kewenangan
tersebut antara lain: proses pendataan,
penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/ penagihan dan pelayanan
DEPARTEMEN IKK - IPB
Pengertian
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi dan/atau bangunan
yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,
Untuk meningkatkan local taxing power pada kabupaten/kota: a. Memperluas objek pajak daerah dan retribusi daerah
b. Menambah jenis pajak daerah dan retribusi daerah (termasuk pengalihan PBB Perdesaan dan Perkotaan dan BPHTB menjadi Pajak Daerah)
c. Memberikan diskresi penetapan tarif pajak kepada daerah d. Menyerahkan fungsi pajak sebagai instrumen penganggaran
dan pengaturan pada daerah
DEPARTEMEN IKK - IPB
Apa tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak daerah sesuai UU Pajak
Dasar Pengenaan PBB
Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), ditetapkan berdasarkan wilayah melalui Kepmen Keu
dengan pertimbangan dari gubernur, dengan memperhatikan:
- Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli secara wajar
- Perbandingan harga dengan obyek lain yang sejenis dan berdekatan, serta fungsinya sama dan telah diketahui harganya
- Nilai perolehan baru
- Penentuan NJOP pengganti
Nilai Jual Objek Pajak Tidak
Kena Pajak (NJOPTKP)
Batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan
yang tidak kena pajak
Besarnya berbeda menurut kab/kota
setinggi-tingginya Rp 12 juta
Diketentuan baru UU PDRD NJOPTKP paling
rendah Rp 10 juta setahun.
Wajib pajak memperoleh pengurangan
NJOPTKP sebanyak-banyaknya satu kali dalam satu tahun pajak
Tidak bisa digabung dengan obyek pajak
Dasar Penghitungan PBB
Nilai jual kena pajak (NJKP):
Obyek pajak perkebunan : 40% Obyek pajak kehutanan : 40%
Obyek pajak pertambangan : 20% Obyek pajak pedesaan/pertanian:
NJOP > Rp 1M : 40% NJOP < Rp 1M : 20%
Pada ketentuan baru TIDAK mengenal NJKP
Tarif PBB : 0.5%
Pada ketentuan baru paling tinggi 0.3%
Artinya:
Jika NJKP = 40% x (NJOP – NJOPTKP), maka
PBB =
0.5% x 40% x (NJOP – NJOPTKP)
0.2% x (NJOP – NJOPTKP)
Jika NJKP = 20% x (NJOP – NJOPTKP)
maka PBB =
0.5% x 20% x (NJOP – NJOPTKP)
0.1% x (NJOP – NJOPTKP)
Contoh
Obyek Perumahan:
- Luas tanah: 1000 m2 dg nilai jual Rp 840.000/m2 (nilai jual tanah tersebut
termasuk kelas A17 dengan nilai jual standar Rp 802.000/m2
- Luas bangunan: 400 m2 dengan nilai jual Rp 1 jt/m2 (masuk kelas A2 dengan harga
standar Rp 968.000/m2)
Penghitungan PBB: (lama)
NJOP bumi = 1000 m2 x Rp 802.000 = Rp 802.000.000
NJOP bangunan = 400 m2 x Rp 968.000 = Rp 387.200.000
NJOP total = Rp. 1.189.200.000 NJOPTKP = Rp 12.000.000
NJOP untuk penghitungan = Rp 1.177.200.000
NJKP = 40% x Rp 1.177.200.000 = Rp 470.880.000 PBB terhutang = 0.5% x Rp 470.880.000 = Rp
2.354.400
Contoh Penghitungan dengan
ketentuan baru
Wajib Pajak A mempunyai objek pajak berupa :
Tanah seluas 800 m2 dengan harga jual
Rp300.000,00/m2
Bangunan seluas 400 m2 dengan nilai jual
Rp350.000,00/m2
Taman seluas 200 m2 dengan nilai jual
Rp50.000,00/m2
DEPARTEMEN IKK - IPB
Besarnya pokok pajak yang terutang adalah sebagai berikut:
NJOP Bumi: 800 x Rp300.000,00 = Rp 240.000.000,00
NJOP Bangunan:
Rumah dan garasi: 400 x Rp350.000,00 = Rp 140.000.000,00 Taman 200 x Rp 50.000,00 = Rp 10.000.000,00
Pagar (120 x 1,5) x Rp175.000,00 = Rp 31.000.000,00 (+)
Total NJOP Bangunan = Rp 181.500.000,00
NJOPTKP = Rp 10.000.000,00 (-)
Nilai Jual Bangunan Kena Pajak = Rp 171.500.000,00
Nilai Jual Objek Pajak Kena Pajak = Rp 411.500.000,00
Tarif pajak efektif yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Tugas:
Pak Bagus, pegawai pada perusahaan PT Mendung Sekali (PT MS), menikah dan memiliki dua anak, memperoleh gaji sebulan Rp 5 juta. PT MS mengikutikan Pak Bagus dalam program Jamsostek dan
membayar premi Jaminan Kecelakaan Kerja dan premi Jaminan
Kematian sebesar masing-masing 0.50% dan 0.30% dari gaji. PT MS juga menanggung iuran Jaminan Hari Tua setiap bulan sebesar
3.50% dari gaji. Pak Bagus juga membayar iuran jaminan Hari Tua sebesar 2.00% dari gaji setiap bulan. Di samping mengikutkan Pak Bagus dalam program pensiun, PT MS juga membayar kan iuran pensiun untuk Pak Bagus ke dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, setiap bulannya sebesar Rp
100,000, sedangkan Pak Bagus membayar iuran pensiun sebesar Rp 50,000.
Pada bulan juni 2013, Pak Bagus hanya menerima pembayaran berupa gaji. Berapa pajak yang harus dibayar untuk bulan Juni 2013?
Sumber: dari berbagai pustaka/bahan presentasi
END