BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Sistem Informasi Akuntansi
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai pengertian sistem
informasi akuntansi dengan jelas terlebih dahulu perlu diketahui defenisi sistem
dan informasi. Menurut Romney dan Steinbart (2004:2) mendefenisikan ‘sistem
adalah rangkaina dari dua atau lebih komponen-komponen yang saling
berhubungan yang berinteraksi untuk mencapai suatu tujuan.’
Sementara informasi menurut Laudon (2005;10) yaitu “informasi berarti
data yang telah dibentuk kedalam suatu format yang mempunyai arti dan berguna
bagi manusia.”
Kemudian Hall (2001:7) menyatakan “sistem informasi adalah rangkaian
prosedur formal dimana data dikumpukan, diproses menjadi informasi dan
didistribusikan kepada para pemakai”. Hal yang sama juga dinyatakan Loudun
(2005:9) yaitu: “suatu sistem informasi dapat didefenisikan secara teknis sebagai
satuan komponen yang saling berhubungan dan yang mengumpulkan (atau
mendapatkan kembali), memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi
untuk mendukung pengambilan keputusan dan kendali dalma suatu organisasi”.
Menurut Bodnar dan Hoopwood (2003:1) “sistem informasi akuntansi
adalah kumpulan sumber daya, seperti manusia dan peralatan, yang dirancang
Steinbart (2004:473) menyatakan bahwa “Sistem Informasi Akuntansi (SIA)
adalah sumber daya manusia dan modal dalam organisasi yang bertanggungjawab
untuk (1) persiapan informasi keuangan dan (2) informasi yang diperoleh dari
mengumpukan dan memproses berbagai transaksi perusahaan”.
Berdasarkan beberapa pengertian diatas, bahwa sistem informasi akuntansi
itu mempunyai unsur, yaitu:
1. Sumber daya merupakan media yang menjadikan sebuah data, seperti manusia
atau peralatan/mesin.
2. Pemrosesan, merupakan media yang mengolah data dari input menjadi output.
Pemrosesanlah yang mengubah data menjadi informasi.
3. Informasi, merupakan hasil akhir dari pemrose suatu sistem. Informasi ini
berbentuk dalam suatu format yang berisikan keterangan-keterangan yang
dibutuhkan manajemen.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sistem informasi akuntansi itu
adalah sebuah sistem pemrosesan yang menghasilakn keluaran dalam bentuk
informasi mengenai akuntansi dengan menggunakan masukan input (data atau
transaksi) untuk memenuhi tujuan tertentu pihak manajemen. Dalam
pelaksanaannya sistem informasi akuntansi menerima input, disebut sebagai
transaksi, yang kemudian dikonfersi melalui berbagai proses menjadi output yang
akan didistribusikan kepada pemakai informasi.proses tersebut dijelaskan dalam
Gambar 2.1
Transaksi yang Diproses oleh Sistem Informasi Sumber: James A. Hall (2001:9)
Dalam hubungan dengan sistem informasi akuntansi, Hall (2001:9)
memberikan pernyataan tentang transaksi yaitu:
Transaksi dibagi menjadi dua kelas : transaksi keuangan dakn transaksi non keuangan. Transaksi keuangan ialah sebuah peristiwa ekonomi yang mempengaruhi aktiva dan ekuitas suatu organisasi, direfeksikan dalam akun-akunnya dan diukur dalam satuan moneter. Transaksi non keuangan: termasuk dalam semua peristiwa yang diproses oleh sistem informasi organisasi yang tidak memenuhi defenisi sempit dari transaksi keuangan.
Jadi dalam sistem informasi akuntansi tidak hanya mengolah data keuangan saja,
data non keuangan juga diikut sertakan karena dalam pengambilan keputusan pemberian
kredit tidak hanya informasi keungan saja diperlukan, informasi non keuangan tentang
suatu kondisi dan keadaan juga dapat dipergunakan sebagai pertimbangan dalam
pengambilan keputusan.
2.2 Prinsip-prinsip Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Romney dan Steinbart (2004:12), agar suatu sistem informasi
akuntansi berguna sebagai informasi yang berdaya guna harus memperhatikan
karakteristik informasi sebagai berikut:
1. Relevan
Informasi itu relevan jika mengurangi ketidak pastian memperbaiki kemampuan pengambil keputusan untuk membuat prediksi, menkonfirmasi atau memperbaiki ekspektasi mereka sebelumnya.
2. Andal
Sistem informasi
Informasi itu andal jika bebas dari kesalahan atau penyimpangan, dan secara akurat mewakili kejadian atau aktivitas diorganisasi.
3. Lengkap
Informasi itu lengkap jika tidak menghilangkan aspek-aspek penting dari kejadian yang merupakan dasar masalah atau aktivitas-aktivitas yang diukurnya.
4. Tepat waktu
Informasi itu tepat waktu jika diberikan pada saat yang tepat untuk memungkinkan pengambil keputusan menggunakan dalam membuat keputusan.
5. Dapat dipahami
Informasi dapat dipahami jika disajikan dalam bentuk yang dapat dipakai dan jelas.
6. Dapat diverifikasi
Informasi dapat di verifikasi jika dua orang dengan pengetahuan yang baik, bekerja secara independen dan masing-masing akan menghasilkan informasi yang sama.
Dengan demikian pada prinsipnya sistem informasi akuntansi mempunyai
peranan penting dalam sebuah organisasi. Sistem informasi akuntansi memberikan
bantuan dalam proses pengambilan keputusan. Kesimpulannya bahwa sistem
informasi yang baik harus memiliki prinsip-prinsip kesesuaian dengan desain
sistem dengan tujuan sistem informasi dan organisasi.
Jadi untuk menjadi sebuah sistem informasi yang baik dan berdaya guna,
harus diketahui terlebih dahulu komponen-komponen apa saja yang perlu
diperhatikan dalam sistem informasi akuntansi. Romney dan steinbart (2004:3)
menyatakan ada lima komponen sistem informasi akuntansi :
1. Orang-orang yang mengoperasikan sistem tersebut dan melaksanakan berbagai fungsi.
2. Prosedur-prosedur, baik manual maupun yang terotomatisasi, yang dilibatkan dalam mengumpulkan, memproses, dan menyimpan data tentang aktivitas-aktvitas organisasi.
4. Software yang dipakai untuk memproses data organisais.
5. Infrastruktur teknologi informasi, termasuk computer, peralatan pendukung
(peripheral device), dan peralatan untuk komunikasi jaringan.
Dengan demikian dalam membentuk suatu sistem informasi akuntansi
tidak hanya dibutuhkan operator yang menjalankannya, karena pada dasarnya
operator yang menjalankan sistem harus berpedoman pada prosedur-prosedur dan
didukung oleh infrastruktur teknologi seperti software, computer dan peralatan
pendukung lainnya. Tanpa itu semua sebuah sistem tidak akan berjalan dengan
baik.
2.3 Fungsi Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi dirancang dan dilaksanakan pada dasarnya
untuk memberikan informasi pada pihak manajemen perusahaan. Dari hasil sitem
informasi akuntansi ini akan diperoleh mengenai informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk pengambilan keputusan dalm mencapi tujuan perusahaan.
Romney dan Steinbart (2004:3), menjelaskan tiga fungsi suatu sistem
informasi akuntansi, yaitu:
1. Mengumpulkan dan menyimpan data tenteng aktivitas-aktivitas yang dilaksanakan oleh organisasi, sumber daya yang dipengaruhi oleh aktivitas-aktiviatas tersebut, dan para pelaku yang terlibat dalam berbagai aktifitas tersebut, agar pihak manajemen, para pegawai dan pihak-pihak luar yang berkepentingan dapat meninjau ulang(review) hal-hal yang terjadi.
2. Mengubah data menjadi informasi yang berguna bag pihak manajemen untuk membuat keputusan dalam aktivitas perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan.
Uraian tentang fungsi sistem informasi akuntansi diatas terlihat bahwa
sistem informasi akuntansi akan mengahasilkan informasi yang berguna bagi
manjaemen. Informasi merupakan data yang telah tersusun dan telah diproses
untuk memberikan arti bagi pihak yang membutuhkannya. Informasi dapat berupa
laporan bentuk tercetak maupun dalam bentuk digital komputer.
Selanjutnya Romney dan Steinbart (2004:38) menyatakan “informasi yang
disediakan sistem informasi akuntansi terbagi dalam dua kategori, yaitu laporan
keuangan dan laporan manajerial”.
Laporan keuangan sebenarnya lebih menitikberatkan pada pengguna luar
perusahaan dalam pengambilan keputusan. Laporan manajerial merupakan
laporan diluar laporan keuangan dimana prinsip dan kaitannya masih didalam
konteks akuntansi. Laporan manajerial dapat berupa informasi operasional terinci
terutam kinerja organisasi dan laporan atas pelaksanaan anggaran.
Fungsi sistem informasi akuntansi yang ketiga adalah menyediakan
pengendalian internal yang memadai. Pengendalian dilakukan agar tujuan sistem
informasi akuntansi dapat tercapai. Adapun tujuan sistem informasi akuntansi
menurut Romney dan Steinbart (2004:42), antara lain:
1. Memastikan bahwa informasi yang dihasilkan oleh sistem dapat diandalkan.
2. Memstikan bahwa aktivitas bisnis dilaksanakan denagn efisien dan sesuai dengan tujuan manajemen, serta tidak melanggar kebijakan pemerintah yang berlaku.
3. Menjaga aset-aset organisasi, termasuk data.
Setidaknya untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan dua modal penting,
yaitu menyediakan dokumentasi yang memadai atas seluruh aktifitas bisnis, serta
Dokumen yang memadai atas semua transaksi bisnis adalah kunci
akuntabilitas. Dokumen memungkinkan para manajer memverifikasi bahwa
tanggungjawab yang dberikan telah dilakukan dengan benar.
Pemisahan tugas yang memadai berkenaan dengan pembagian
tanggungjawab kebeberapa pegawai atas bagian-bagian dari sebuah transaksi.
Tujuannya adalah mencegah seorang pegawai memiliki pengendalian penuh atas
seluruh aspek transaksi bisnis.
2.4 Pengertian dan Tujuan Pembiayaan Kredit Usaha Kecil Pengertian Pembiayaan Kredit Usaha Kecil
Salah satu usaha dari bank adalah memberikan fasilitas kredit kepada
nasabah. Sebelum menjelaskan tentang sistem pemberian kredit maka akan
dijelaskan terlebih dahulu pengertian kredit.
Kata kredit berasal dari bahasa latin yaitu “credere”, yang artinya percaya.
Menurut Hasibuan (2001:87), “kredit adalah semua jenis pinjaman yang harus
dibayar kembali bersama bunganya oleh peminjam sesuai dengan perjanjian yang
telah disepakati”. Sedangkan menurut Rivai dan Veithzal (2004:4), ‘kredit adalah
penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur atau pemberi
pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang)
dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal
yang telah disepakati kedua belah pihak”.
Menurut pasal 1 butir (11) UU No. 10 Tahun 1998, kredit adalah
persetujuan atau kesepakatan pinjaman antara bank dengan pihak lain yang
mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan jumlah bunga, imbalan, atau pembagian hasil keuntungan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2004:31.4) mengartikan kredit sebagai :
Peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan dan kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga, imbalan atau pembagian hasil keuntungan.
Sedangkan menurut standar akuntansi keuangan (IAI:2002:31,4), yang dimaksud dengan kredit adalah “Peminjaman uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah bunga. Imbalan atau pembagian hasil keuntungan”.
Diatas dikatakan bahwa kredit diberikan atas dasar kepercayaan, sehingga
pemberian kredit berarti pemberian kepercayaan. Hal ini berarti bahwa prestasi
yang akan diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima
kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang disetujui bersama. Berdasarkan
hal tersebut, maka unsur-unsur dalam kredit adalah :
a. Kepercayaan, yaitu suatu keyakinan pemberian kredit bahwa prestasi (uang,
jasa atau barang) yang diberikannya akan benar-benar diterimanya kembali
dimasa yang akan datang.
b. Waktu, yaitu antara pemberian prestasi dan pemngembaliannya dibatasi oleh
suatu masa atau waktu tertentu. Dalam unsur ini terkandung pengertian tentang
c. Resiko, yaitu antara pemberian kredit menimbulkan tingkat resiko. Resiko
timbul bagi pemberi uang, jasa atau barang yang berupa prestasi telah lepas
pada orang lain.
d. Perjanjian, yang menyatakan bahwa kreditur dan debitur terdapat suatu
perjanjian dan dibuktikan dengan suatu perjanjian.
Berbicara tentang perkreditan sebenarnya tidak dapat lepas dari masalah
lain yang timbul dalam suatu kegiatan perkreditan. Untuk mengatasi kerumitan
agar perkreditan berjalan lancar, maka diperlukan suatu rangkaian peraturan yang
telah ditetapkan terlebih dahulu baik secara lisan maupun secara tertulis sebelum
perkreditan berlangsung.
Tujuan Pembiayaan Kredit Usaha Kecil
Secara umum tujuan kredit adalah :
1. Keuntungan
Yaitu pemberian kredit dimaksudkan untuk memperoleh hasil dan kredit
berupa keuntungan maupun bunga.
2. Keamanan
Yaitu pemberian kredit dimaksudkan agar prestasi atau fasilitas yang
diberikan benar-benar terjamin keamanannya.
1. Turut menyukseskan program pemerintah dibidang ekonomi dan
pembangunan.
2. Meningkatkan aktivitas perusahaan agar dapat menjalankan fungsinya guna
menjamin terpenuhinya kebutuhan masyarakat.
3. Memperoleh laba agar kelangsungan hidup perusahaan terjamin dan dapat
memperluas usahanya.
2.5 Jenis –Jenis Kredit Usaha Kecil
Dalam pembiayaan kredit usaha kecil terdapat beberapa Jenis-jenis kredit
Usaha kecil. Pengelompokan jenis-jenis kredit menurut Kasmir (2003:99-102)
dapat dilihat dari :
a. Jenis kredit berdasarkan jangka waktu kredit :
1) Kredit jangka pendek (short term credit) yaitu suatu bentuk kredit yang
berjangka waktu maksimum satu tahun.
2) Kredit jangka menengah (intermediate term credit) yaitu suatu bentuk kredit
yang berjangka waktu satu tahun sampai tiga tahun.
3) Kredit jangka panjang (long term credit) yaitu suatu bentuk kredit yang
berjangka waktu lebih dari tiga tahun.
1) Kredit untuk badan usaha pemerintah/daerah, yaitu kredit yang diberikan
kepada perusahaan/badan usaha yang dimiliki pemerintah.
2) Kredit untuk badan usaha swasta, yaitu kredit yang diberikan kepada
perusahaan/badan usaha yang dimiliki swasta.
3) Kredit perorangan, yaitu kredit yang diberikan bukan kepada perusahaan,
tetapi kepada perorangan.
4) Kredit untuk bank koresponden, lembaga pembiayaan dan perusahaan
asuransi.
c. Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaanya:
1) Kredit Modal Kerja (KMK), yaitu kredit untuk modal kerja perusahaan
dalam rangka pembiayaan aktiva lancar perusahaan, seperti pembelian
bahan baku, piutang, dan lain-lain.
2) Kredit investasi, yaitu kredit (berjangka menengah atau panjang) yang
diberikan kepada usaha-usaha guna merehabilitasi, modernisasi, perluasan
atau pendirian proyek baru, misalnya untuk pembelian mesin, bahan
bangunan dan tanah untuk pabrik.
3) Kredit Konsumtif, yaitu kredit yang diberikan bank kepada pihak
ketiga/perorangan (termasuk karyawan bank sendiri) untuk keperluan
konsumsi berupa barang dan jasa dengan cara membeli, menyewa atau
d. Kredit berdasarkan sifat Fasilitas:
1) Commited Facility, yaitu suatu fasilitas yang secara hukum, bank
diperjanjikan kecuali terjadi suatu peristiwa yang memberikan hak kepada
bank untuk menarik kembali/menangguhkan fasilitas tersebut sesuai surat
atau dokumen lainnya.
2) Uncommited Facility, yaitu suatu fasilitas yang secara hukum, bank tidak
mempunyai kewajiban untuk memenuhinya sesuai dengan yang telah
diperjanjikan.
e. Kredit berdasarkan akad:
1) Pinjaman dengan akad kredit adalah pinjaman yang disertai dengan suatu
perjanjian kredit tertulis antara bank dengan nasabah, yang antara lain
mengatur besarnya plafon kredit, suku bunga, jangka waktu, jaminan, cara
pelunasan dan sebagainya.
2) Pinjaman tanpa akad kredit adalah pinjaman yang tidak disertai suatu
perjanjian tertulis
2.6 Pihak Pihak pengambilan keputusan kredit
Batas wewenang memutus kredit (BWMK) adalah wewenang yang
yang dibuat sebagai sarana pelaksanaan sistem disentralisasi pemutusan kredit di
Usaha Mikro kecil (UMK) Bank BTPN.
Adapun anggota komite kredit UMK antara lain :
Komite Kredit untuk debitur baru, atau existing debitur yang tidak bermasalah
adalah sebagai berikut :
Jabatan Wewenang
CO / MCO, ACO Memberikan rekomendasi kredit
BM / MBM,
ABL, RBL
UMK CR Officer
Memberikan persetujuan kredit
RCO Memberikan persetujuan kredit apabila
jumlah pinjaman ≤ limit yang dimilikinya
Memberikan rekomendasi kredit apabila
jumlah pinjaman > limit BWMK yang
dimilikinya.
Komite Kredit untuk debitur bermasalah, yang berhubungan dengan
pengajuan restrukturisasi kredit atau penyelesaian kredit, adalah sebagai berikut :
Jabatan Wewenang
CO dan BM Mengajukan prosposal
ACO dan ABL Memberikan rekomendasi untuk debitur
bermasalah yang persetujuan kredit
RBL Memberikan rekomendasi untuk debitur
bermasalah yang persetujuan kredit
sebelumnya berada dalam wewenang ABL
/ RCO / RBL
ACS
NCH
UMK CR Officer
UMK CR Head
Memberikan persetujuan sesuai limit
BWMK nya
Calon anggota komite kredit yang telah memenuhi criteria standar untuk
menjadi anggota Komite Kredit, akan mendapatkan pembatasan limit BWMK
berdasarkan Jabatannya di Cabang, Area atau Region. Maksimum pendelegasian
limit BWMK untuk setiap anggota komite kredit di Cabang, Area, Regional dan
UMK CR adalah sebagai berikut :
Tabel Pendelegasian wewenang BWMK Regional dan UMK CR Officer
Level Maksimun Limit (Rp)
RCO 500.000.000
RBL 1.000.000.000
RCO bersama sama dengan RBL 2.000.000.000
UMK CR Officer 2.000.000.000
Pendelegasian Wewenang BWMK Cabang dan Area
Level Maksimun Limit (Rp)
BM / MBM
CO / MCO
150.000.000
ABL
ACO
300.000.000
NIL
2.7 Proses Pengambilan Keputusan
Ada tiga pejabat yang terlibat langsung dalam proses putusan Kredit mitra
Usaha yaitu :
• Relationship Officer
Yaitu pejabat yang melakukan prakarsa atau analisa terhadap calon debitur,
dengan melakukan pemeriksaan langsung (on the spot) dan menganalisa
aspek-aspek yang penting yang berkaitan dengan permohonan Kredit.
• Credit Officer
Yaitu pejabat yang memberikan pertimbangan kepada pejabat pemutus dalam
bentuk dukungan, pengurangan, penolakan atas suatu permohonan Kredit Mitra
Usaha berdasarkan penilaiannya atas hasil analisa pejabat penganalisa
• Branch Manager
Yaitu pejabat yang memberikan putusan atas suatu permohonan Kredit Mitra
Usaha berdasarkan penilaiannya atas rekomendasi dan hasil analisa yang
diberikan oleh Credit Officer dan Relationship Officer.
Dalam hal kewenangan memutus kredit, wewenang maksimum putusan
sebagian wewenang putusan itu kepada ABL (Area Business Leader) dan BM
dengan porsi masing-masing sesuai dengan ketentuan yang berlaku di BTPN
UMK.
2.8 Sistem Informasi Akuntansi dalam Pengambilan Keputusan
Nilai dari sebuah informasi bagi pengambilan keputusan (decision maker)
adalah sangat berharga, hanya dengan informasi sangat baik dan benarlah, seorang
manajer dapat membuat keputusan yang dapat memberikan keuntungan yang
maksimal bagi perusahaan pada masa yang akan datang, terutama dalam
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen, yang mana fungsi-fungsi tersebut
diarahkan kedalam maslah investasi. Fungsi-fungsi yang terdapat pada informasi
adalah pemahaman, peneguhan, diagnosisi dan peramalan.
Romney dan Steinbart (2004:2), menyatakan bahwa :
“Sebuah Sistem Informasi Akuntansi (SIA) yang dirancang dengan baik dpat menyelesaikan beberapa masalah. Sehingga, apabila dirancang dengan tepat, sistem informasi akuntansi tersebut dapat menyediakan beberapa informasi yang diperlukan untuk membuat keputusan atas masalah-masalah yang lain”.
Lebih lanjut Romney dan Steinbart menjelaskan bahwa sistem informasi
akuntansi dapat memberikan bantuan dalam semua fase pengambilan keputusan.
Laporan yang dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi dapat membantu untuk
mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi. Model-model keputusan dan alat
analisis yang berbeda dapat diberikan kepada para pemakai. Bahasa pertanyaan
(query language) dapat memfasilitasi pengumpulan data yang relevan, yang
membantu pengambilan keputusan dan mengevaluasi serta memilih diantara
berbagai alternative arah tindakan.
Dalam Surat Edaran Bank Indonesia No. 8/27/DPNP tanggal 27
November 2006, menyatakan:
Sistem yang wajib dimiliki Bank, paling sedikit mencakup: 1. Sistem Informasi Akuntansi
Sistem informasi akuntansi yang wajib dimilki Bank paling sedikit harus mampu menghasilkan laporan keuangan secara konsolidasi dan laporan lain dalam rangka pelaksanaan prinsip kehati-hatian.
2. Sistem Informasi Manajemen Resiko
Dalam rangka penerapan manajemen resiko secara konsolidasi, sistem informasi manajemen resiko merupakamn bagian dari sistem informasi manajmen yang harus dimiliki dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan Bank, yang mengacu pada ketentuan Bank Indonesia yang berlaku mengenai Penerapan Manajemen Resiko bagi Bank Umum.
Dalam Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2001:11.18) menyatakan bahwa:
“pengambilan keputusan ekonomi tidak dapat semata-mata didasarkan atas informasi yang terdapat laporan keuangan”. Hal ini karena laporan keuangan hanya bersifat masa lalu, bukan masa yang akan datang. Sementara dalam sistem informasi akuntansi, informasi yang dihasilkan tidak hanya bersifat masa lalu (historis) tetapi bisa juga informasi yang akan datang.
Menurut Husein (2000:18), dalam pengambilan keputusan ada tiga faktor
utama yang mempengaruhi, yaitu:
1. Kondisi internal dan eksternal organisasi.
2. Ketersediaan informasi
3. Keterampilan pengambilan keputusan.
Ketersediaan informasi menjadi factor yang sangat penting untuk menilai
menciptakan suatu informasi akuntansi yang baik menjadi salah satu factor untuk
mendukung pengambilan keputusan manajer.
Informasi yang dihasilkan oleh Sistem Informasi Akuntansi yang didesain
dengan baik dapat memperbaiki pengambilan keputusan dalam tiga cara:
1. Sistem Informasi Akuntansi dapat mengidentifikasikan berbagai situasi yang
membutuhkan tindakan manajemen.
2. Dengan mengurangi ketidakpastian, informasi akuntansi memberikan dasar
untuk memlih diantara berbagai alternative tindakan.
3. Informasi tentang hasil-hasil keputusan terdahulu memberikan umpan balik
(feedback) berharga yang dapat dipakai untuk memperbaiki keputusan di masa
mendatang.
Namun demikian, walaupun informasi yang lebih banyak sering kali lebih
baik, kondisi ini hanya untuk hal tertentu. Terdapat batas jumlah informasi yang
dapat diserap dan diproses otak manusia secara efektif. Kelebihan informasi
terjadi ketika batas tersebut dilewati. Kelebihan informasi itu mahal karena
kualitas pengambilan keputusan menurun sementara biaya untuk menyediakan
informasi meningkat. Jadi, kelebihan informasi mengurangi nilai informasi itu
sendiri. Oleh karena itu, para perancang system informasi harus
mempertimbangkan bagaimana kemajuan teknologi dapat membantu para
pembuat keputusan secara lebih efektif menyaring dan meringkas informasi,
Dari beberapa uraian diatas, jelaslah bahwa sistem informasi akuntansi
yang tersedia dalam suatu organisasi sangat mendukung pengambilan keputusan
ekonomi yang diharapkan dapat mencapi tujuan organisasi yang telah ditetapkan