BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perpustakaan
2.1.1. Pengertian Perpustakaan
Kata dasar perpustakaan adalah pustaka. Perpustakaan berasal dari bahasa Sansekerta yang berarti buku, naskah, pinustaka. Sebagai kata turunan perpustakaan dibentuk dengan menambah awalan per-
dan akhiran -an. Pembentukan awalan per- dan akhiran -an mengandung arti yang berhubungan dengan kata dasar. Karena itu perpustakaan berarti kegiatan yang berkenaan dengan masalah pustaka, buku dan naskah. Kegiatan tersebut dilakukan oleh suatu badan tertentu , lembaga tertentu atau unit kecil suatu lembaga. Darmono (2007) menyebutkan secara sederhana pengertian perpustakaan adalah salah satu bentuk organisasi sumber belajar yang menghimpun berbagai informasi dalam bentuk buku dan bukan buku yang dapat dimanfaatkan oleh pemakai (guru, siswa, dan masyarakat) dalam upaya mengembangkan kemampuan dan kecakapannya.
perpustakaan; (b) Adanya koleksi bahan pustaka / bacaan dan sumber informasi lainnya; (c) Adanya petugas yang menyelenggarakan kegiatan dan melayani pemakai; (d) Adanya komunitas masyarakat pemakai; (e) Adanya sarana dan prasarana yang diperlukan; (f) Diterapkannya suatu sistem atau mekanisme tertentu yang merupakan tata cara, prosedur dan aturan-aturan agar segala sesuatunya berlangsung lancar.
Anthony dalam Irawati (2009: 130) menyebutkan agar perpustakaan berkembang secara efektif harus didukung oleh pustakawan yang profesional, pustakawan perpustakaan sekolah efektif, ia harus mempunyai tiga dasar pengetahuan yaitu: (1) pengetahuan pendidikan, (2) pengetahuan perpustakaan, dan (3) pengetahuan teknologi.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan pengertian perpustakaan adalah suatu unit kerja yang berupa tempat mengumpulkan, menyimpan dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis dengan cara tertentu, untuk digunakan secara kontinu oleh pemakainya sebagai sumber informasi.
2.1.2. Fungsi Perpustakaan Sekolah
Membuat peraturan atau tata tertib; (j) Penerapan dan pemanfaatan teknologi informasi; (k) Menciptakan dan mengembangkan iklim perpustakaan.
Purwono dan Suharmini (2006: 14) menyebutkan bahwa pada umumnya perpustakaan mempunyai fungsi yang sama, sebagai berikut: (a) Penyimpanan; (b) Pendidikan; (c) Informasi; (d) Penelitian; (e) Rekreasi Kultural.
Sutarno dan Purwono (2006: 34) menyatakan bahwa setiap jenis perpustakaan mempunyai fungsi yang sama pengadaan bahan pustaka, pengolahan, layanan, sosialisasi, pengembangan SDM, preservasi koleksi, pemanfaatan teknologi informasi, penelitian, dan rekreasi kultural. Diperlukan manajemen yang baik untuk menjadikan perpustakaan dapat menjalankan fungsi secara optimal. Terdapat berbagai fungsi perpustakaan, yaitu:
a.Pendidikan
Menurut Purwono dan Suharmini (2006: 14), perpustakaan merupakan tempat belajar seumur hidup, lebih-lebih mereka yang sudah bekerja atau telah meninggalkan bangku sekolah ataupun putus sekolah. Perpustakaan selalu dikaitkan dengan buku, sedangkan buku selalu dikaitkan dengan kegiatan belajar. Sekolah terdapat perpustakaan untuk membantu proses belajar mengajar, sedangkan di luar sekolah masih ada perpustakaan umum yang merupakan sarana pendidikan berkesinambungan seumur hidup.
Kegiatan pengolahan mencakup kegiatan registrasi, pengecapan, katalogisasi, klasifikasi, pengetikan kartu buku, pengetikan kartu katalog, pembuatan nomor barcode (sistem komputer), pembuatan kelengkapan buku (label, slip buku, slip tanggal, sampul, dll), pembuatan lembar kerja, penjajaran kartu (file), penyusunan koleksi pada tempat tertentu (rak buku, majalah, koran, lemari / laci) dan pemasukan data (data entry).
c. Layanan
Meliputi kegiatan sirkulasi (peminjaman / pengembalian), keanggotaan, referensi, bimbingan dan penyuluhan kepada pemakai, layanan pembaca, layanan unit perpustakaan keliling (perpustakaan umum) / layanan ekstensi, penelitian, dan layanan lain yang mungkin dilakukan, pendidikan pemakai.
d.Penyimpanan
Perpustakaan bertugas menyimpan koleksi (informasi) yang diterimanya.
e. Informasi
Menurut Purwono dan Suharmini (2006: 14), perpustakaan menyediakan informasi bagi pemakai yang disesuaikan dengan jenis perpustakaan. Informasi juga disediakan untuk menjawab pertanyaan yang diajukan oleh pemakainya. Jawaban-jawaban tersebut, antara lain disediakan melalui bahan referensi/rujukan.
f. Penelitian
macam koleksi (informasi) untuk keperluan penelitian yang dilakukan oleh pemakai. Kegiatan penelitian dilakukan oleh para pemakai perpustakaan, mulai dari murid sekolah dasar sampai peneliti pemenang nobel. Kedalaman dan cakupan pada setiap penelitian dapat berbeda meskipun topiknya sama, yakni bergantung pada tujuannya.
g. Rekreasi kultural dan hiburan
Menurut Purwono dan Suharmini (2006: 14), perpustakaan berfungsi menyimpan khasanah budaya bangsa dan berperan meningkatkan apresiasi budaya dari masyarakat sekitar perpustakaan melalui penyediaan bahan bacaan. Fungsi kultural dilakukan dengan cara mengadakan pameran ceramah, pertunjukan kesenian, dan penyediaan bahan bacaan yang dapat menghibur bagi pemakai, tetapi sekaligus mempunyai nilai yang lain, seperti pendidikan dan seni.
Berdasarkan paparan di atas fungsi perpustakaan dapat disimpulkan sebagai berikut : pendidikan, pengolahan, layanan, penyimpanan, informasi, penelitian, rekreasi kultural dan hiburan.
dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia di artikan sebagai berikut: (a) Proses, cara, perbuatan mengelola; (b) Proses melakukan kegiatan dengan menggerakkan tenaga orang lain; (c) Proses membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi; (d) Proses yang memberi pengawasan pada semua hal yang terlibat di pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.
Mengenai pengertian perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang diselenggarakan di sekolah yang berisi kumpulan bahan pustaka yang diorganisir secara sistematis yang berfungsi dalam menunjang program belajar mengajar untuk membantu pencapaian tujuan sekolah. Sedangkan menurut Bafadal (2011 : 8) “Pengelolaan perpustakaan sekolah berarti segenap usaha pengkoordinasian segala kegiatan yang berhubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan sekolah”. Manajemen perpustakaan sekolah menurut Darmono (2007 : 30) “Pada dasarnya adalah proses mengoptimalkan kontribusi manusia, material, anggaran untuk mencapai tujuan” .
Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pengelolaan perpustakaan sekolah adalah kegiatan pengkoordinasian kumpulan bahan pustaka secara sistematis yang berfungsi menunjang kegiatan belajar mengajar yang diselenggarakan di sekolah.
2.2.1 Kegiatan Pengelolaan Perpustakaan
Menurut Martono (2001: 233) kegiatan perpustakaan yang utama meliputi antara lain :1) kegiatan bidang manajemen, 2) kegiatan teknik pelaksanaan kerja, 3) kegiatan pelayanan, 4) kegiatan administratif.
Sedangkan menurut Lasa (2007: 169-170) upaya pemberdayaan perpustakaan dapat berupa penyediaan jasa sirkulasi, baca di tempat, pelayanan rujukan, penelusuran literatur, penyajian informasi terbaru, penyajian informasi terseleksi, pelayanan audio visual, pelayanan internet, bimbingan pemakai, penyediaan jasa fotokopi, pelayanan reproduksi, pelayanan terjemahan, pelayanan pinjam antar perpustakaan, dan pelayanan konsultasi. Sutarno (2006: 1) menyebutkan bahwa pada prinsipnya perpustakaan mempunyai tiga kegiatan pokok, yaitu pertama, mengumpulkan (to collect) semua informasi yang sesuai dengan bidang kegiatan dan misi organisasi dan masyarakat yang dilayaninya. Kedua, melestarikan, memelihara, dan merawat seluruh koleksi perpustakaan, agar tetap dalam keadaan baik, utuh, layak pakai, dan tidak lekas rusak, baik karena pemakaian maupun karena usianya
(to make avaliable) seluruh koleksi yang dihimpun di perpustakaan untuk dipergunakan pemakainya.
Dari ketiga pendapat tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa perpustakaan memiliki kegiatan pembinaan koleksi. Kegiatan tersebut berhubungan dengan bahan pustaka, meliputi pengadaan, pengolahan, dan perawatan.
Suharmini (2006: 2.22) menyatakan bahwa koleksi perpustakaan dapat terdiri dari bahan bacaan dalam bentuk karya cetak dan karya rekam. Karya rekam biasanya dikenal dengan istilah bahan bukan buku. Koleksi perpustakaan dapat diperoleh dengan beberapa cara, yaitu dengan membeli, tukar-menukar terbitan, dan hibah atau hadiah.
Sutarno (2006: 103-104) menyatakan bahwa kegiatan pengolahan bahan pustaka meliputi kegiatan mengklasifikasi, katalogisasi, membuat kelengkapan pustaka dan menyusun daftar pustaka tambahan. Di dalam proses pembentukan perpustakaan diperlukan sumber daya manusia. Sumber daya manusia (Sutarno 2006: 121) tersebut dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu : (1) Pemimpin / kepala perpustakaan dan pemimpin / kepala unit / sub unit kerja sebuah perpustakaan; (2) Pustakawan atau pejabat fungsional pustakawan; (3) Pegawai pelaksana teknis kepustakawanan; (4) Pegawai administrasi / tata usaha atau kesekretariatan.
2.3 Pengembangan Perpustakaan Sekolah
Perpustakaan sekolah merupakan salah satu jenis perpustakaan yang diakui secara legal formal dalam UU Perpustakaan Nomor 43 tahun 2007 Bab VII tentang jenis-jenis perpustakaan pasal 20 bahwa perpustakaan terdiri atas : (a) perpustakaan nasional; (b) perpustakaan umum; (c) perpustakaan sekolah/ Madrasah; (d) perpustakaan perguruan tinggi; dan (e) perpustakaan khusus. Penyelenggraan perpustakaan sekolah harus mengacu pada SNP Bagian Ketiga ayat (1) setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan Standar Nasional Pendidikan.
Diperkuat dengan Bab VI Bagian Ketiga tentang pengelolaan dan Pengembangan Perpustakaan pasal 19 ayat (1) pengembangan perpustakaan merupakan upaya peningkatan sumber daya, pelayanan, dan pengelolaan perpustakaan, baik dalam hal kuantitas maupun kualitas; (2) Pengembangan perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan karakteristik, fungsi dan tujuan, serta dilakukan sesuai dengan kebutuhan pemustaka dan masyarakat dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Layanan perpustakaan sekolah berkaitan dengan kegiatan sirkulasi dan referensi (Bafadal 2011: 124-143). Kemajuan IPTEK dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kinerja perpustakaan sekolah berupa katalog online dan offline. Pelayanan perpustakaan diarahkan efektif dan efisien memenuhi fungsi perpustakaan sekolah terhadap kebutuhan pemakai. Bafadal (2011: 174-184) menjelaskan peran tenaga perpustakaan sekolah sebagai individu yang ditunjuk dan diberi tanggung jawab, memiliki kecakapan mengelola perpustakaan sekolah dengan syarat-syarat tertentu diantaranya: (1) memiliki pengetahuan di bidang perpustakaan sekolah; (2) memiliki pengetahuan di bidang pendidikan, (3) memiliki minat terhadap penyelengaraa perpustakaan sekolah; (4) suka bekerja, tekun dan teliti; (5) terampil mengelola perpustakaan sekolah.
Berdasarkan paparan di atas dapat ditarik pengertian bahwa model pengembangan perpustakaan sekolah berbasis pada SNP mencakup enam komponen mencakup: (1) koleksi; (2) sarana dan prasarana; (3) layanan; (4) tenaga perpustakaan; (5) pendanaan; (6) pengelolaan dan pengembangan.
2.4 Model Pengembangan Komponen Standar
Perpustakaan Sekolah
Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah berawal dari perubahan kondisi faktual perpustakaan konvensional menuju model pengembangan perpustakaan modern dengan mengembangkan enam komponen standar perpustakaan sekolah. Model adalah suatu konsepsi teoretik yang dianut oleh evaluator menjadi landasan konseptual dalam pemecahan masalah penelitian itu sendiri (Kuhn dalam Sarna, 1996: 10).
Tabel 2.1 Perubahan Model Awal Perpustakaan Tradisional menuju Model Pengembangan Komponen Standar Perpustakaan Sekolah
Perubahan Koleksi Berpaku terhadap
pengadaan koleksi Pendanaan Bergantung pada
luar negeri, hasil
Koleksi serial diberi label barcode secara bertahap
Otomisasi koleksi digital
Sumber: Data Penelitian 2014
Model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah di SMA Negeri 12 Semarang mencakup enam komponen standar perpustakaan sekolah dengan penjelasan sebagai berikut ini:
a.Koleksi
Koleksi memiliki kedudukan utama dalam mewujudkan perpustakaan yang dapat berfungsi dengan baik. Koleksi hendaklah mencerminkan kemajuan di berbagai bidang ilmu pengetahuan dalam bentuk karya cetak maupun karya rekam. Oleh karena itu, koleksi perpustakaan harus selalu dikembangkan secara berkesinambungan sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kurikulum yang berlaku serta minat dan kebutuhan pemakai.
1) Paradigma lama.
buku panduan pendidik, buku referensi, buku fiksi, koleksi serial, dan digital. Pengadaan koleksi-koleksi itu didapatkan dari bantuan pemerintah dan usaha sekolah. Koleksi buku fiksi banyak terbitan lama, sedangkan koleksi buku-buku terbitan baru yaitu buku teks pelajaran berdasarkan kurikulum tahun 2013 dibeli oleh pihak sekolah. Koleksi serial berwujud surat kabar, tabloid, dan majalah. Koleksi digital berwujud CD, dan DVD. Pengadaan semua koleksi oleh perpustakaan sekolah. Siswa belum dilibatkan untuk menyampaikan usulan pengadaan buku fiksi.
2)Paradigma Baru
Perpustakaan sekolah memiliki koleksi yang berwujud buku teks pelajaran, buku panduan pendidik, buku referensi, buku fiksi, koleksi serial, dan digital. Pengadaan koleksi buku dilakukan oleh sekolah, bantuan pemerintah dan dapat mengajukan hibah. Koleksi buku fiksi terbitan lama dapat diremajakan dengan melakukan pembelian buku fiksi terbitan terkini. Koleksi serial berwujud surat kabar, tabloid, dan majalah. Koleksi digital berwujud CD, dan DVD. Pengadaan semua koleksi oleh perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah dapat melibatkan siswa untuk memberikan hibah buku fiksi baru, dengan cara berkelompok.
b.Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana perpustakaan sekolah mencakup tata letak dan peralatan perpustakaan. 1) Paradigma Lama
sekolah meliputi koleksi fiksi dan non fiksi, perabot mebelair, media pendidikan, dan perlengkapan lain. Perabot berwujud mebeler cukup dan perangkat elektronik belum lengkap. Perangkat elektronik yang dimiliki perpustakaan sekolah terdiri dari 2 buah komputer, 1 buah printer, dan 1 barcode. Media pendidikan yang terdiri 1 set ada, tetapi tidak dioperasionalkan. Perlengkapan lain seperti buku inventaris, tempat sampah, soket listrik, dan jam dinding sudah ada.
2) Paradigma Baru
Ruang perpustakaan SMA N 12 Semarang berada di lantai 2 (dua). Sarana yang dimiliki perpustakaan sekolah meliputi buku-buku, perabot, media pendidikan, dan perlengkapan lain. Perabot berwujud mebeler cukup. Perangkat elektronik yang dimiliki perpustakaan sekolah terdiri dari 2 buah komputer, 1 buah priter, dan 1 barcode. Media pendidikan yang terdiri 1 set ada, dapat dioperasionalkan. Perlengkapan lain seperti buku inventaris, tempat sampah, soket listrik, dan jam dinding sudah ada. Dikembangkan dengan usulan penambahan fasilitas catridge warna dan hitam printer Canon iP 2770 untuk melengkapi sarana dan prasarana yang sudah ada di perpustakaan sekolah.
c.Layanan Perpustakaan Sekolah
penyebarluasan informasi (Darmono, 2007). Layanan perpustakaan meliputi kegiatan sirkulasi (peminjaman / pengembalian), keanggotaan, referensi, bimbingan dan penyuluhan kepada pemakai, layanan pembaca, layanan unit perpustakaan keliling (perpustakaan umum)/ layanan ekstensi, penelitian, dan layanan lain yang mungkin dilakukan, pendidikan pemakai.
1) Paradigma Lama
Layanan yang dilaksanakan oleh perpustakaan sekolah SMA N 12 Semarang masih kurang optimal. Layanan sirkulasi masih manual yaitu peminjam mencari buku lalu mencatat tanggal, nama, judul, kelas, tanggal kembali, dan tanda tangan. Perpustakaan sekolah belum memanfaatkan seluruh sumber daya untuk kegiatan layanan. Namun, pelaksanaan layanan masih ditemui hambatan karena belum cepat, efektif, dan efisien. Perpustakaan sekolah belum menjalin kerja sama antarperpustakaan. Penggunaan katalog online masih terbatas, hanya di area sekolah.
2) Paradigma Baru
dengan perpustakaan daerah, dalam meminjam koleksi. Penggunaan katalog online sudah dapat di akses selama jam perpustakaan sekolah dibuka.
d. Tenaga Perpustakaan
Pengelolaan perpustakaan memerlukan SDM yang memiliki keahlian di bidang manajemen informasi dan dalam pengelolaan TIK. Jumlah tenaga perpustakaan yang dibutuhkan untuk satu Perpustakaan minimum empat orang yang akan bertugas sebagai kepala (penanggung jawab), pelaksana teknis dan pelaksana layanan perpustakaan. Pendidikan formal yang diperlukan adalah bidang perpustakaan minimum D3, dan untuk tingkat keahlian S1. Untuk spesialisasi lain diperlukan pengalaman mengelola perpustakaan minimum lima tahun (Ishak 2008: 4).
1) Paradigma Lama
pembuatan laporan. Tenaga teknis berasal dari guru mata pelajaran yang diberi tugas tambahan mengelola perpustakaan. Dua tenaga teknis kualifikasi pendidikan S1 dan belum menerima bimbingan teknis atau pendidikan latihan tentang perpustakaan. Pengelola perpustakaan ditunjuk oleh Kepala Sekolah. 2) Paradigma Baru
e. Pendanaan
Pendanaan menjadi masalah vital dalam semua instansi termasuk dalam pengelolaan perpustakaan sekolah. Sumber pendanaan perpustakaan sekolah biasanya berasal dari APBN atau APBD. Semakin besar alokasi dana semakin lengkap koleksi dan fasilitas yang dimiliki oleh perpustakaan sekolah.
1) Paradigma Lama
Sumber dana perpustakaan sekolah SMA 12 Semarang diperoleh dari APBN berwujud dana BOS dan APBD berwujud dana pendampingan BOS. Dana dari BOS digunakan untuk membeli buku-buku teks pelajaran berdasarkan kurikulum tahun 2013. Sedangkan dana dari pendamping BOS digunakan untuk dana pemeliharaan peralatan perpustakaan, membeli surat kabar, tabloid, majalah, dan honorarium pustakawan. Perolehan sumber dana perpustakaan hanya dari dana BOS dan dana pendamping BOS, tidak ada sumber dana yang lain, misalnya sumbangan dari komite, masyarakat, kerja sama, bantuan luar negeri, ataupun hasil usaha jasa perpustakaan.
2) Paradigma Baru
sumber dana selain dari dana BOS dan dana pendamping BOS, perpustakaan sekolah dapat mengajukan bantuan kepada Perpusda Jawa Tengah. Bantuan dapat berwujud buku-buku fiksi dan buku penelitian bahasa.
f. Pengelolaan dan Pengembangan
Sutarno (2003: 66) memberikan definisi bahwa penyelenggaraan dapat diartikan sebagai pengadaan, pengaturan, dan pengurusan. Penyelenggaraan perpustakaan adalah suatu kegiatan dalam rangka pembangunan atau pembentukan, pengaturan dan pengurusan perpustakaan supaya dapat berjalan baik. Pengelolaan perpustakaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh pustakawan/atau petugas perpustakaan untuk menghimpun, mengolah dan penyebarluasan bahan-bahan pustaka agar dapat dimanfaatkan oleh penggunanya serta memberi kemudahan terhadap pelaksanan administrasi penggunanya (peminjaman, pengembalian) baik bagi pihak pengelola maupun bagi pelanggannya (Sulistyo, 1995: 70). Penyelenggaraan perpustakaan sekolah yang dalam kegiatannya melaksanakan penghimpunan, pengolahan dan penyebarluasan informasi agar bahan-bahan pustaka bisa dimanfaatkan oleh penggunanya. 1)Paradigma Lama
ini belum memiliki barcode. Koleksi digital yang berwujud CD dan DVD belum diinventaris, sehingga belum dapat diketahui jumlahnya. Evaluasi kegiatan perpustakaan yang dibuat oleh pustakawan masih berwujud laporan sirkulasi buku dan jumlah pengunjung untuk setiap bulan. Evaluasi untuk lima komponen yang lain belum dilaksanakan secara berkala.
2)Paradigma Baru
teknis atau dikirim ke pendidikan dan latihan perpustakaan. Cara mengevaluasi dengan dibuatkan lembar observasi tenaga perpustakaan. Evaluasi pendanaan menjadi tugas bendahara rutin sekolah. Perpustakaan sekolah tidak mempunyai kewenangan mengevaluasi dana operasional perpustakaan. Evaluasi pengelolaan dan pengembangan perpustakaan dilakukan dengan cara membuat lembar observasi kegiatan pengembangan. Pelaksanaan evaluasi dilaksanakan oleh pustakawan kemudian dilaporkan kepada kepala sekolah.
Enam komponen standar perpustakaan sekolah yang dikelola sesuai dengan standar nasional perpustakaan, kemudian dievaluasi pada setiap komponen menjadikan perpustakaan sekolah semakin bermutu.
2.5 Penelitian yang Relevan
Sudewi (2007) dalam artikel berjudul
Perpustakaan dalam Konsep Pemberdayaan Pengetahuan. Perpustakaan dengan lembaga pendidikan merupakan sebagai dua sisi mata uang yang saling bersinggungan. Perpustakaan merupakan unit dari organisasi pengetahuan/pendidikan yang digunakan sebagai tempat melayani ilmu pengetahuan yang sangat dibutuhkan siswa/pengguna/pencari ilmu. Sudewi menyatakan bahwa perpustakaan khususnya di lembaga pendidikan (sekolah) merupakan suatu organisasi yang berperan sangat besar karena berperan sebagai sumber belajar bagi semua anggota sekolah.
Ekaningsih (2007) dalam artikel berjudul Upaya Meningkatkan Peran Pustakawan dalam Jasa Informasi. Disebutkan dalam artikel ini bahwa peran pustakawan sebagai salah satu profesi yang telah diakui keberadaannya. Guna meningkatkan pelayanan yang dibutuhkan bagi pengguna, maka pelayanan perpustakaan perlu ditingkatkan, terutama SDM pustakawan tersebut. Hasil penelitian menyebutkan bahwa pustakawan sebagai jembatan strategis penyalur informasi aktual dan bermutu bagi tersedianya pengetahuan yang dibutuhkan orang.
Ishak (2008) dalam jurnal berjudul Pengelolaan Perpustakaan Berbasis Teknologi Informasi. Dipaparkan dalam jurnal tersebut bahwa Penggunaan teknologi informasi di perpustakaan bertujuan untuk meningkatkan efisiensi pekerjaan dan kualitas pelayanan pada pengguna (right information, right user
pengguna yang tepat dan waktu yang cepat. Hal ini dapat terlaksana dengan baik apabila perpustakaan dapat menghadirkan dan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dalam pengelolaan perpustakaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemanfaatan Teknologi Informasi disesuaikan dengan kebutuhan kegiatan perpustakaan. Teknologi Informasi dapat digunakan untuk membantu kegiatan layanan perpustakaan dengan berbagai model mencakup penggunaan jaringan lokal (LAN), akses internet serta komputer untuk pustakawan dan pemakai perpustakaan.
Kosasih (2009) dalam jurnal berjudul Otomasi Perpustakaan Sekolah : sebuah pengenalan. Dipaparkan dalam jurnal itu bahwa Otomasi perpustakaan (library automation) menjadi suatu pendekatan baru dalam menangani tugas-tugas kepustakawanan sejak dikenalnya teknologi informasi yang dapat diterapkan di perpustakaan. Komputer dan telekomunikasi memegang peranan penting dalam teknologi informasi. Penerapan teknologi informasi dan komputer di perpustakaan untuk menangani ”house keeping activities”. Otomasi house keeping activities
tersebut meliputi bidang pengadaan, sirkulasi, pengkatalogan, temu balik informasi, kesiagaan informasi serta keperluan administrasi perpustakaan. Selain dukungan dana beberapa unsur penting yang sangat berperan dalam mengembangkan otomasi di perpustakaan antara lain, pilihan software dan
semua mustahil dan sulit kiranya untuk mewujudkan sebuah impian perpustakaan berbasis teknologi.
Rodiah (2009) dalam tesis yang berjudul Kegiatan Manajemen Perpustakaan Sekolah Dalam Mendukung Tujuan Sekolah. Dijelaskan dalam tesis tersebut bahwa Dalam manajemen perpustakaan terdapat banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilannya. Akan tetapi hal yang paling penting adalah sejauh mana pengelola dapat mensinergikan program-program perpustakaan dengan visi-misi sekolah serta kebutuhan kurikulum yang diterapkan. Proses manajemen perpustakaan adalah sebuah proses kreatif dan inovatif yang mestinya menjadi bagian penting dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah menuju kegiatan belajar sepanjang hayat (long life education).
Li, Yuhua Lin (2014) dalam jurnal berjudul A
locality-aware similar information searching scheme
menjelaskan bahwa dalam database, pencarian informasi serupa berarti mencari rekaman data yang mengandung sebagian besar kata kunci pencarian. Dikarenakan akumulasi informasi yang cepat saat ini, ukuran database telah meningkat secara dramatis. Informasi mencari skema yang efisien dapat mempercepat pencarian informasi dan mengambil semua catatan yang relevan. Penelitian ini mengusulkan sebuah skema kesamaan pencarian berbasis kurva Hilbert (HCS). HCS menganggap database sebagai ruang multidimensi dari setiap record
berdekatan satu sama lain dalam ruang dimensi tinggi berkumpul bersama di ruang dimensi rendah. Dikarenakan database dibagi menjadi banyak kelompok poin yang berdekata, query dipetakan ke dalam cluster tertentu daripada mencari seluruh database. Hasil penelitian membuktikan bahwa HCS secara siginifikan dramatis mengurangi lamanya waktu pencarian dan tampilan efektivitas yang tinggi dalam mengambil informasi yang sama.
Darnton (2014) dalam penelitian berjudul A World Digital Library Is Coming True menjelaskan bahwa sejak
penggunaan internet dalam pengelolaan perpustkaan
21 tahun yang lalu telah terjadi perubahan pada ruang ketertarikan publik. Pembaca dahulu dapat meminjam dan mengembalikan buku langsung ke perpustakaan. Penggunaan berbagai software digital memperingkas
kegiatan tersebut dalam bentuk file atau pdf.
Persaingan untuk mendapatkan pangsa pasar di dunia maya, menimbulkan sesuatu yang menyesatkan yaitu
kepentingan umum. Perpustakaan dan node
laboratorium-penting dari World Wide Web terhegemoni di bawah tekanan ekonomi, dan informasi yang seharusnya dapat diketahui khalayak umum dapat dialihkan dari ruang public. Teknologi dapat , dapat melakukan hal tersebut dengan baik. Informasi menjadi tidak bebas dikarenakan disaring melalui teknologi mahal dan dibiayai oleh perusahaan yang kuat. Tidak ada yang bisa mengabaikan realitas ekonomi yang mendasari era informasi baru, tapi siapa yang akan berpendapat bahwa telah dicapai keseimbangan yang
Penelitian ini menghasilkan pemikiran bahwa kehadiran teknologi dapat dipergunakan dengan bijak jika mengindahkan kebijakan publik yang bertanggung jawab.
Berdasarkan paparan hasil penelitian di atas
dapat diterangkan bahwa pengelolaan dan
pengembangan perpustakaan sekolah sejalan dengan kemajuan IPTEK. Pemanfaatan teknologi informasi
bertujuan untuk memperingan, mempermudah,
mempercepat, memperlancar dan meningkatkan
pelayanan perpustakaan sekolah. Penelitian ini
melanjutkan hasil penelitian sebelumnya untuk
memanfaatkan aplikasi TI diterapkan di perpustakaan sekolah untuk memaksimalkan fungsi perpustakaan bagi pemakai.
2.6 Kerangka Berpikir
masih dipergunakan di lingkungan perpustakaan SMA 12 Semarang.
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
2.7 Hipotesis
Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah : Model pengembangan komponen standar perpustakaan sekolah efektif untuk meningkatkan fungsi perpustakaan sekolah bagi pengguna.
1. Peminjaman buku masih dicatat dalam buku besar 2. Perekapan ulang ke dalam
komputer
3. Kurang efisien dalam pencatatan kehadiran siswa di perpustakaan
LAYANAN SIRKULASI DENGAN OTOMASI
Pembenahan model kartu perpustakaan digital
Pembuatan kartu perpustakaan bagi siswa
menggunakan barcode
1. Peminjaman buku lebih mudah,
2. Pencatatan lebih akurat 3. Efisien waktu serta dapat