• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN AL-MUAYYAD SURAKARTA"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM

PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN

AL-MUAYYAD SURAKARTA

Skripsi

Oleh :

Rahmatika

K 8408054

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)

commit to user

ii

STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM

PENDIDIKAN DI PONDOK PESANTREN

AL-MUAYYAD SURAKARTA

Oleh:

Rahmatika

NIM. K8408054

Skripsi

Ditulis dan Diajukan untuk Memenuhi Syarat Mendapatkan Gelar

Sarjana Pendidikan Program Pendidikan Sosiologi- Antropologi

Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(3)

commit to user

iii

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Pembimbing I

Dra. Hj. Siti Rochani, M.Pd

NIP. 195402131980032001

Pembimbing II

Atik Catur Budiati, S.Sos, M.A

(4)

commit to user

iv

PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima

untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.

Pada Hari :

Tanggal :

Tim Penguji Skripsi

Nama Terang Tanda Tangan

Ketua : Drs. Slamet Subagya, M. Pd

Sekertaris : Drs. Suparno, M. Si

Anggota I : Dra. Hj. Siti Rochani, M.Pd ...

Anggota II : Atik Catur Budiati S.Sos, M.A

Disahkan Oleh

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Dekan

Prof. Dr. H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd

(5)

commit to user

v ABSTRAK

Rahmatika. K8408054, Strategi Pembelajaran Budi Pekerti dalam Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Muayyad Tahun 2012. Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret , 2012.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran yang ada di Pondok Pesantren Al-Muayyad dalam membentuk budi pekerti santri, dilihat dari metode pembelajaran tersebut, hambatan yang muncul dalam penerapan strategi pembelajaran tersebut, serta solusi yang diberikan dalam menangani hambatan strategi pembelajaran tersebut.

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif deskriptif. dengan strategi fenomenologi. Sumber data primer didapat dari informan yaitu warga Pondok Al-Muayyad, Alumni, serta warga sekitar. Teknik pengambilan informan berdasarkan teknik purposive. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data adalah model analisis interaktif.

Berdasarkan hasil penelitian, tujuan pembelajaran budi pekerti yang diterapkan Pondok Al-Muayyad adalah membentuk budi pekerti santri. Proses pembentukan budi pekerti tersebut tercermin pada metode pembelajaran yang ada di Pondok Al-Muayyad. Metode tersebut antara lain bandhongan, sorogan,

learning by doing serta model kelas. Namun dalam penerapan strategi

(6)

commit to user

vi ABSTRACT

Rahmatika. K8408054, Moral Learning Strategy of Education System in

- ta. Thesis. Surakarta: Faculty

of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University, 2012.

This aim of study determines the learning strategies in the Al-Muayyad Islamic Boarding School in forming the manners of muslim students, viewed from the teaching of methods, the obstacles that arise in the application of learning strategies, and solutions are given to deal the obstacles of learning strategies.

This research used a descriptive qualitative approach with the phenomenology strategy. The primary data resources obtained from informants member of Al-Muayyad, graduated students, and also local people. The selecting technique of information used the purposive. The validity of data was indepth interview, document, and observation. Data analysis technique was Interactive Analiysis Models.

Based on the results, the objectives of moral learning adopted by the Al-Muayyad is to form moral of moral students. The process of moral education is

- he methods

include bandhongan, sorogan, learning by doing and the class model. Moreover in the application of learning strategies, the boarding school al-Muayyad find other barriers such as delinquency of Al-Muayyad muslim students, Al-Muayyad location is in the middle of town and a small number of administrators. Based on the fact, Al-Muayyad finds solutions, such as administrators and caretaker give some warning (ta'zir), replacing the existing regulations that are not relevant, and leave the task of administrators to the caretaker. However, Islamic Boarding

(7)

commit to user

vii MOTTO:

Jika Engkau Ingin Dunia, raihlah dengan ilmu. Jika engkau ingin akhirat, raihlah

dengan ilmu. Jika engkau ingin meraih keduannya, raihlah dengan ilmu

(8)

commit to user

viii

PERSEMBAHAN

Karya ini dipersembahkan

Kepada:

Bapak Khomsin dan Ibu Kristina

tercinta

Adik- adik tersayang

(9)

commit to user

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kami haturkan kepada Allah S.W.T atas segala

limpahan rahmatNya, sehingga proses penelitian dan penyusunan skripsi ini

berjalan dengan cukup baik. Shalawat dan salam semoga senantiasa terlimpahkan

pada junjungan kita Rasullulah SAW.

Selama masa penyelesaian skripsi ini, cukup banyak hambatan yang

menimbulkan kesulitan, berkat karunia Allah S.W.T dan peran berbagai pihak,

kesulitan yang timbul dapat diatasi. Tidak lupa, ucapan terima kasih kepada yang

terhormat:

1. Prof.Dr.H.M. Furqon Hidayatullah, M.Pd dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, yang telah memberikan ijin penelitian.

2. Drs. H. Saiful Bachri, M.Pd Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial.

3. Drs. H. M.H. Sukarno, M.Pd Ketua Program Pendidikan

Sosiologi-Antropologi, yang telah memberikan ijin penelitian.

4. Dra.Hj Siti Rochani, M.Pd Pembimbing I yang telah memberikan motivasi,

masukan dan saran dalam penyusunan skripsi ini.

5. Atik Catur Budiati, S.Sos, M.A Pembimbing II yang telah memberikan ide,

masukan, dan motivasi dalam penyusunan skripsi.

6. Drs. Soeparno, M.Pd Pembimbing Akademik.

7. Seluruh Dewan Dosen Pendidikan Sosiologi-Antropologi FKIP UNS.

8. K.H. Abdul Rozaq Shofawi yang telah memberikan izin untuk penelitian ini

9. Teman- teman Prodi Sosiologi Antropologi angkatan 2008 yang telah

membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

10.Berbagai pihak yang tidak bisa disebutkan satu-persatu.

Semoga segala amal baik dan keikhlasan membantu peneliti tersebut

mendapatkan imbalan dari Allah S.W.T dan semoga hasil penelitian yang

sederhana ini dapat bermanfaat.

Surakarta, 21 Januari 2012

(10)

commit to user

a. Prinsip Strategi Pembelajaran Budi Pekerti ... 9

b. Metode Pembelajaran dalam Penerapan Strategi Pem belajaran Budi Pekerti ... 12

2. Hambatan dalam Penerapan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti ... 16

a. Kesulitan Menembus Volition dan Conatio ... 16

b. Kurikulum yang Kurang Mencerdaskan ... 17

(11)

commit to user

xi

d. Kenakalan Remaja ... 18

3. Solusi dari Hambatan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti .... 19

a. Memperkaya Materi Pendidikan ... 19

b. Berorientasi untuk Memperdaya Hati Nurani ... 20

c. Adanya Kesadaran Bersama dari Orang Tua, Guru, serta Masyarakat ... 20

B. Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berfikir ... 21

BAB III METODEPENELITIAN A. Tempat Dan Waktu Penelitian ... 24

1. Tempat Penelitian ... 24

2. Waktu Penelitian ... 24

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 25

C. Sumber Data ... 26

D. Teknik Pengumpulan Informan ... 28

E. Tehnik Pengambilan Data ... 29

F. Validitas Data ... 30

G. Analisis Data ... 32

1. Reduksi Data ... 32

2. Penyajian Data ... 32

3. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi ... 33

H. Prosedur Penelitian ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 37

1. Profil Pondok Pesantren Al-Muayyad ... 37

a. Generasi Pertama ... 39

b. Generasi Kedua ... 42

c. Generasi Ketiga ... 44

2. Sistem Pendidikan Pondok Pesantren Al-Muayyad ... 47

(12)

commit to user

xii

1. Strategi Pembelajaran Budi Pekerti ... 48

a. Metode Bandhongan ... 48

b. Metode Sorogan ... 50

... 51

2) Bin Nadzor ... 52

3) Bil Ghoib ... 52

c. Model Kelas ... 54

d. Learning By Doing ... 54

2. Hambatan yang Dihadapi Ketika Penerapan Strategi Pembela jaran Budi Pekerti ... 59

a. Hambatan dari Santri Al-Muayyad ... 59

b. Letak Al-Muayyad yang Berada Di tengah Kota ... 61

c. Jumlah Pengurus yang Sedikit ... 62

3. Upaya yang Dilakukan dalam Mengurangi Kendala yang di temukan ... 63

a. Memberikan Teguran atau Kepada Santri ... 63

b. Merubah Peraturan yang Sudah Tidak Berjalan dengan Baik ... 63

c. Menyerahkan Tugas Pengurus Kepada Pengasuh ... 64

C. Pembahasan Hasil dan Analisia Hasil Penelitian ... 65

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Penelitian ... 73

B. Implikasi Hasil Penelitian ... 74

C. Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

(14)

commit to user

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Alur Berfikir Strategi Pembelajaran Budi Pekerti di Pondok

Al-Muayyad ... 23

(15)

commit to user

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran1. Perjanjian Menyusun Skripsi ... 78

Lampiran 2. Ijin Penyusunan Skripsi ... 79

Lampiran 3. Interview Guide ... 81

Lampiran 4. Fieldnote ... 83

Lampiran 5. Foto ... 96

(16)

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia tidak hanya mengalami krisis moneter, tetapi juga

mengalami krisis moral. Moral penerus bangsa saat ini sangat tidak

mencerminkan karakter bangsa Indonesia yang sudah dibangun oleh nenek

moyang terdahulu. Bangsa Indonesia terkenal sebagai bangsa yang ramah- tamah,

memiliki tenggang rasa yang tinggi serta memiliki sopan- santun. Namun karakter

tersebut mulai pudar seiring dengan perkembangan zaman serta arus globalisasi.

Fakta yang menyebutkan krisis moral bangsa ini dapat dilihat dari

kedua setelah Rusia

mengenai kasus pornografi, sedangkan masalah korupsi, Indonesia mendapat

peringkat pertama di Asia Pasifik dan posisi keenam dunia (Manger, 2010:19).

Hal ini membuat posisi Indonesia sebagai negara yang menjunjung nilai dan

norma sudah tidak tepat lagi. Fakta tersebut mencerminkan bahwa krisis moral

tidak hanya di alami oleh orang- orang yang tidak berpendidikan saja, tetapi

orang- orang yang berpendidikan pun memiliki moral yang rendah. Orang

berpendidik tersebut adalah para pemimpin bangsa ini yang tega merampas uang

rakyat serta negara.

Melihat parahnya krisis moral yang dialami bangsa Indonesia maka harus

dicari penyebab munculnya krisis moral bangsa. Menurut Zubaedi (2009: 2)

menyatakan:

ini sebagai sumber dari

kesalahan lembaga pendidikan nasional yang dianggap belum optimal

dalam membentuk kepribadian peserta didik. Lembaga pendidikan kita

dinilai menerapkan paradigma partialistik karena memberikan porsi

(17)

commit to user

Lembaga Pendidikan memiliki tugas untuk mencerdaskan kehidupan

bangsa. Namun fakta yang ada masih terdapat banyak masalah dalam lembaga

pendidikan seperti kualitas guru yang masih kurang, fasilitas sekolah yang belum

lengkap, serta kurang dana untuk menunjang pendidikan sehingga pelaksanaan

proses pembelajaran tidak mampu mengarah pada tujuan pendidikan. Kenyataan

ini sering dijumpai di sekolah dasar yang merupakan peletak dasar watak

seseorang.

Bercermin pada keterbatasan upaya lembaga pendidikan dalam membekali

nilai-nilai moral peserta didik telah mengilhami sejumlah kalangan untuk

memberikan pendidikan budi pekerti. Pendidikan budi pekerti merupakan

pendidikan nilai-nilai luhur yang berakar dari agama, adat-istiadat, dan budaya

bangsa Indonesia dalam rangka mengembangkan kepribadian peserta didik supaya

menjadi manusia yang baik. Pendidikan budi pekerti memiliki orientasi yang

sama dengan pendidikan moral, dalam pelaksanaan pendidikan budi pekerti

maupun pendidikan moral terdapat langkah-langkah yang seharusnya dilakukan

pendidik dalam mengajarkan nilai-nilai dan kebijakan untuk membentuk manuisa

yang baik. Langkah-langkah dalam mengajarkan nilai kebijakan mampu

diterapkan dalam proses pendidikan.

Proses pendidikan mampu dilaksanakan melalui tiga unsur yaitu

pendidikan keluarga, pendidikan di sekolah, serta pendidikan di masyarakat. Sama

halnya dengan pendidikan budi pekerti mampu diterapkan dalam lingkungan

keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan masyarakat. Ketiga unsur tersebut

diberi istilah tri pusat pendidikan oleh Ki Hadjar Dewantara.

Keluarga merupakan agen sosialisasi yang pertama dan utama sehingga

keluarga merupakan agen yang tepat untuk menanamkan budi pekerti. Namun saat

ini banyak orang tua yang tidak memiliki waktu luang untuk mendidik anak. Oleh

sebab itu, banyak orang tua yang menyerahkan tugas mendidik budi pekerti

kepada sekolah. Sedangkan pihak sekolah belum mampu memberikan pendidikan

budi pekerti dengan baik karena kualitas guru di Indonesia masih rendah. Sama

halnya dengan keluarga dan sekolah, lingkungan masyarakat yang ada sekarang

(18)

commit to user

kejahatan mulai sering terdengar di lingkungan masyarakat pada saat ini baik

kejahatan yang dilakukan orang dewasa maupun kejahatan yang dilakukan anak

dibawah umur.

Banyak orang tua resah bila melihat perkembangan zaman saat ini, mereka

seakan putus asa dalam memberikan pendidikan budi pekerti yang baik. Namun

tak jarang dari orang tua memilih pendidikan tradisional untuk memberikan

pendidikan budi pekerti. Seperti pendidikan pondok pesantren yang memiliki

yayasan sekolah mulai dari SMP sampai SMA.

Selain mengajarkan ilmu-ilmu agama, sekolah yayasan pondok pesantren

juga mengajarkan ilmu pengetahuan umum. Meskipun sistem pendidikan di

pondok pesantren agak berbeda, tetapi tujuan berdirinya pondok pesantren

memiliki tujuan sama yaitu membentuk manusia seutuhnya yang beriman,

bertakwa, dan berbudi luhur. Pondok pesantren pun diharapkan mampu

membentengi santri dalam bersikap sehingga segala perilakunya tetap seirama

dengan nilai dan norma yang berlaku terutama nilai dan norma agama.

Namun pada kenyataanya, masih ditemukan kenakalan-kenakalan remaja

yang dilakukan oleh santri. Berdasarkan observasi, peneliti menemukan beberapa

kenakalan santri. Misalnya, di suatu pondok pesantren besar di daerah Solo,

pernah terjadi kasus yang menghebohkan yaitu ada salah satu santri putri pondok

pesantren tersebut pergi dengan sopir taxi ke suatu hotel di daerah Solo. Kejadian

tersebut sungguh mencoreng identitas pondok pesantren sebagai tempat bagi

orang-orang yang belajar ilmu agama.

Kasus lain yang ditemukan peneliti melalui observasi adalah sering kali

anak-anak pondok telat mendapatkan kiriman dari orang tua, tetapi banyak

kebutuhan sehingga tidak sedikit dari santri yang berani mencuri barang-barang

terutama uang milik teman mereka sendiri. Kasus pencurian ini lazim terjadi di

pondok besar karena dalam satu kamar di huni oleh banyak santri yang terkadang

satu dengan lainnya mengetahui tempat-tempat rahasia milik teman mereka.

Selain itu, interaksi antara santri putra dan putri begitu ketat. Keseharian

santri dalam berhubungan dengan sejenis kelamin sangat sering mulai bangun

(19)

commit to user

sedang mendapat tamu. Itu pun masih ada hubungan keluarga. Hal ini yang

menyebabkan timbulnya penyimpangan seksual sesama jenis. Tak jarang bila

seorang santri mampu jatuh cinta dengan sesama jenis. Ungkapan rasa sayang

seorang santri terhadap teman sesama jenis kelamin terkadang berlebihan. Bahkan

terkadang seorang santri yang sudah mengalami penyimpangan seksual ini berani

memegang anggota tubuh tertentu ketika orang yang ia sayangi sedang tidur.

Budaya seperti ini biasa ditemukan di pondok pesantren yang ketat.

Mengacu dari permasalahan di atas, pada kesempatan ini peneliti tertarik

melakukan penelitian tentang sistem pendidikan di pondok pesantren yang

memiliki yayasan sekolah dalam hubunganya dengan penanaman pendidikan budi

pekerti di pondok pesantren di Solo yaitu Pondok Pesantren Al Muayyad. Oleh

sebab itu penelitian ini mengambil judul:

STRATEGI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DALAM SISTEM

PENDIDIKAN PONDOK PESANTREN

AL-B. Rumusan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah bagaimana sistem pendidikan pondok pesantren Al-Muayyad

dalam mengembangkan pendidikan budi pekerti santri, dilihat dari :

1. Bagaimana strategi pendidikan budi pekerti dalam sistem pendidikan pondok

pesantren Al-Muayyad?

2. Bagaimana hambatan dalam penerapan strategi pembelajaran budi pekerti?

3. Bagaimana upaya Pondok Pesantren Al-Muayyad dalam mengatasi hambatan

dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggali informasi serta data

mengenai sistem pendidikan pondok pesantren Al-Muayyad dalam

mengembangkan pendidikan budi pekerti, yaitu :

1. Untuk mengetahui strategi pendidikan budi pekerti dalam sistem pendidikan

pondok pesantren Al-Muayyad,

2. Untuk mengetahui hambatan yang dihadapi dalam penerapan strategi

(20)

commit to user

3. Untuk mengetahui upaya pondok pesantren Al-Muayyad dalam megatasi

hambatan dalam proses pembelajaran.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang metode

pembelajaran budi pekerti di pondok pesantren.

b. Manfaat Praktis

Bagi pembaca, penelitian ini diharapkan mampu memberikan

sumbangan kepustakaan dan pemikiran tambahan yang berguna bagi

pembaca dan pihak- pihak yang mempunyai permasalahan yang sama

atau menginginkan penelitian lebih lanjut terutama dalam hal strategi

(21)

commit to user

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Strategi Pembelajaran Budi Pekerti

Parahnya moral bangsa telah mengilhami lembaga pendidikan dalam

membentuk karakter bangsa. Karakter bangsa yang ingin di bentuk adalah

memiliki

merupakan cipta, rasa, dan karsa yang mengandung nilai-

pendidikan sangat penting dalam pembentukan budi pekerti lurur sebab

pendidikan memberikan stimulus kepada anak untuk merespon dan merubah

tingkah laku.

Setiap sistem pendidikan memilikit tujuan yang ingin di capai yaitu

membentuk manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME

serta memiliki budi pekerti luhur. Pembentukan budi pekerti luhur mampu

dipenuhi oleh setiap lembaga pendidikan, tetapi lembaga pendidikan formal masih

memberikan porsi sangat besar untuk transmisi pengetahuan, tetapi melupakan

pengembangan sikap, nilai, dan perila

2). Sehingga banyak kalangan yang kurang mempercayai pendidikan formal

dalam pembentukan budi pekerti. Namun sebagian orang mempercayai

pendidikan budi pekerti mampu dicapai oleh pondok pesantren.

Pesantren merupakan tempat belajar serta memperdalam Agama Islam.

Pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan tradisional, tetapi

perkembanganya masih berlangsung sampai saat ini. Bambang Sarwiji (2006:

elajar Agama

disebabkan karena sebagian masyarakat meyakini bahwa pondok pesantren

mampu membentuk budi pekerti yang luhur. Disamping itu, pondok pesantren

(22)

commit to user

yang mutafaqqib fi ad-din

2007:5). Pondok pesantren besar di Indonesia telah membuktikan bahwa

pesantren mampu mencapai tujuan pendidikanya seperti pondok pesantren

Krapyak di Yogyakarta, Pondok Pesantren Al-Muayyad di Surakarta, Pondok

Pesantren Gontor di Ponorogo, Pondok Pesantren Tebu Ireng di Jombang, dan

masih banyak lagi. Kebanyakan pondok pesantren tersebut melahirkan ulama

besar di negri ini. Pondok pesantren mampu mencetak ulama besar merupakan

tujuan pokok yang tidak tertulis. Tujuan pondok pesantren yang lebih jelas

tercantum pada visi dan misi pondok pesantren. Oleh sebab itu, tujuan dari

pendidikan pondok pesantren tidak terbatas untuk mencetak ulama- ulama besar

yang mampu menyebarkan ajaran agama.

Tujuan pokok pondok pesantren yang lain adalah pondok pesantren

mampu membentuk santri menjadi manusia yang memiliki kebijakan dalam

melakukan aktivitas sehari- hari. Profesor Matsuhu dalam Manfred Oepen (1988:

kebijaksanaan atau wisdom berdasarkan pada ajaran Islam yang dimaksud untuk

meningkatkan pemahaman tentang arti kehidupan serta realisasi dari peran- peran

- buruk

yang diakibatkan oleh perbuatan manusia sehingga kebijaksanaan akan

membentuk budi pekerti luhur. Santri yang memiliki budi pekerti luhur akan

selalu memutuskan segalanya dengan kebijaksanaan. Pondok pesantren mampu

membentuk kebijaksanaan apabila santri memiliki tiga kriteria. Kriteria tersebut

antara lain adalah santri menjadi orang yang alim, shalih, dan nasyir al-ilm. Selain

itu, tujuan pendidikan pesantren yaitu membentuk akhlah yang berbudi luhur,

menguatkan kompetensi santri, dan mampu menyebarkan ilmu. Tujuan- tujuan

tersebut dicapai melalui kurikulum yang ada dalam pendidikan pondok pesantren.

dialami oleh peserta didik dengan cara mengembangkan kemampuan dan

(23)

commit to user

Sehingga kurikulum mampu membantu lembaga pendidikan dalam mencapai

tujuan pendidikan. Dalam menerapkan kurikulum pendidikan, diperlukan strategi

pembelajaran yang jitu supaya kurikulum pendidikan mampu mencapai tujuan

pendidikan yang ingin dicapai. Strategi pembelajaran merupakan langkah yang

dilakukan supaya proses pembelajaran berjalan secara efektif dan efisien dalam

mencapai tujuan pendidikan. Penerapan strategi pembelajaran memerlukan

teknik-

mengajar merupakan suatu pengetahuan tentang cara- cara untuk melaksanakan

1). Banyak pilihan metode mengajar dalam dunia pendidikan seperti metode

ceramah, metode diskusi, metode discovery, metode inquiry dan lain sebagainya.

Namun setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan masing- masing

sehingga setiap strategi pembelajaran yang ditetapkan menggunakan lebih dari

satu metode. Begitu pula dalam pendidikan budi pekerti di pondok pesantren

membutuhkan strategi pembelajaran yang tepat supaya mampu membentuk budi

pekerti luhur. Sedangkan Strategi pembelajaran budi pekerti yang tepat dalam

pembelajaran interaksional merupakan model pembelajaran yang didasarkan pada

banyak warga antara lain santri, pengasuh, pengurus serta ustad dan ustadah.

Antar warga pondok saling berinteraksi satu dengan yang lainnya sehinga strategi

pembelajaran budi pekerti di pondok harus berdasarkan interaksi sosial warga

pondok. Selain berdasarkan interaksi sosial, strategi pembelajaran pondok

pesantren pun harus berdasarkan pada transaksi antara santri dengan pengasuh,

pengurus, serta ustad dan ustadah. Transaksi yang terjadi adalah pengasuh,

pengurus serta ustad dan ustadah memberikan pengetahuan tentang budi pekerti

sedangkan santri mau merubah perilakunya menjadi perilaku yang berbudi

(24)

commit to user

a. Prinsip- prinsip Strategi Pembelajaran Budi Pekerti

Strategi pembelajaran budi pekerti memiliki prinsip yang berbeda dengan

strategi pembelajaran yang lainnya. Model pembelajaran ini harus memiliki

prinsip- prinsip sebagai berikut :

1) Melibatkan peserta didik secara aktif dalam belajar

Proses pembelajaran budi pekerti didesain untuk membelajarkan siswa. Artinya

sistem pembelajaran menempatkan siswa sebagai subjek bukan objek dalam

pembelajaran. Metode pembelajaran tradisional masih mengutamakan guru yang

aktif dalam sistem pembelajaran. Selain itu, guru pun masih sebagai sumber

pengetahuan tanpa melibatkan keaktivan siswa. Namun pendidikan budi pekerti

mengutamakan model pembelajaran yang melibatkan siswa sehingga siswa aktif

diselenggarakan interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi

peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi

pembelajaran yang baik hendaknya mampu merangsang peserta didik untuk lebih

kreatif serta inspiratif. Dalam pembelajaran budi pekerti, pembelajaran diarahkan

untuk melibatkan peserta didik aktif serta mempraktekan materi yang sudah di

dapat. Hal ini bertujuan supaya anak tidak hanya mengetahui pendidikan budi

pekerti saja, tetapi berperan aktif dalam pembentukan akhlak yang mulia.

2) Mendasarkan pada perbedaan individu

Individu merupakan bagian seseorang dalam suatu kelompok masyarakat.

Setiap orang memiliki sifat individual masing- masing. Sifat individual

merupakan sifat yang berkaitan dengan perseorangan serta berkaitan dengan

pada individu tersebut menyebabkan setiap individu tidak bisa dianggap sama

termasuk dalam bidang pendidikan. Perbedaan diantara individu tersebut

menyebabkan bahwa dalam proses pembelajaran tidak setiap anak mampu

(25)

commit to user

ada anak yang susah menangkap pelajaran. Perbedaan individu tersebut menuntut

pendidikan budi pekerti menggunakan banyak metode pembelajaran. Penggunaan

bermacam- macam metode beralasan karena tidak ada metode yang paling bagus

dalam proses pembelajaran. Setiap metode memiliki kelebihan dan kekurangan

masing- masing. Oleh sebab itu, penggunaan beberapa metode dalam

pembelajaran memiliki tujuan untuk melengkapi kekurangan dari setiap metode.

3) Mengaitkan teori dengan praktek

Proses belajar akan mentransformasikan ilmu pengetahuan dari guru atau

media lain kepada anak didik. Transformasi tersebut bisa berupa teori- teori dalam

ilmu pengetahuan. Dalam pendidikan budi pekerti teori yang sudah di pahami

oleh siswa hendaknya dipraktekan supaya siswa dapat memperoleh hasil dari

pembelajaran. Dalam pendidikan budi pekerti keinginan untuk melakukan sesuatu

berdasarkan pengetahuan yang ia miliki disebut dengan volition (Zubaedi, 2009:

33). Setiap anak tidak memiliki volition yang sama sehingga hasil dari pendidikan

budi pekerti tidak sama pada setiap anak. Setiap anak memiliki keunikan masing-

masing dan setiap anak memiliki daya tarik yang berbeda- beda. Ada anak yang

senang pada pembelajaran pemberian materi saja, tetapi ada anak yang suka

praktek sehingga ketika mengikuti pembelajaran anak tersebut kurang

memperhatikan.

4) Mengembangkan komunikasi dan kerjasama dalam belajar

Dalam kehidupan sehari- hari, setiap manusia tidak lepas dari komunikasi.

area of experience antara

orang yang menerima pesan sedangkan komunikator merupakan orang yang telah

mengirim pesan. Sehingga aspek- aspek dalam komunikasi antara lain

komunikator, komunikan serta pesan yang ingin disampaikan.

Pendidikan budi pekerti di pondok pesantren menunut sebuah komunikasi yang

selaras dan seimbang antara pengurus dan santri karena dengan komunikasi yang

tepat maka tujuan dari pendidikan budi pekerti lebih mudah tercapai. Bayangkan

bila pendidik tidak mampu berkomunikasi secara baik dengan anak didik maka

(26)

commit to user

maka akan terbentuk kerjasama yang baik pula antara pendidik dengan peserta

didik.

5) Meningkatkan Keberanian Peserta Didik dalam Mengambil

Risiko dan Belajar dari Kesalahan

Pendidikan pondok pesantren sangat erat kaitannya dengan atas

pelanggaran peraturan pondok pesantren. mampu membentengi santri

untuk berbuat maksiat atau me

atas pelanggaran disiplin pondok memperlihatkan orientasi pembelajaran

-54). Sanksi yang diberikan santri bukan semata- mata

karena santri bersalah, tetapi tujuan dari pemberian adalah menyadarkan

santri bahwa yang dilakukan salah. Proses pemberian melalui proses

penemuan diri sehingga kesimpulan bahwa santri bersalah datang dari hati nurani

santri. merupakan pemberian hukuman yang diberikan kepada santri.

Bentuk bermacam- macam ada yang disuruh berdiri, di cukur rambutnya,

membaca Al-Quran, hafalan ayat Al-Quran dan hadist, membersihkan kamar

mandi, dipukul dengan tongkat, dan lain sebagainya. Pemberian hukuman tersebut

disesuaikan dengan perbuatan yang dilakukan oleh santri serta sesuai dengan

peraturan yang ada.

6) Menyesuaikan Pelajaran dengan Taraf Perkembangan

Kogniktif

Anak mulai masuk sekolah pada usia tiga tahun sampai usia delapan belas

tahun. Pada tahap- tahap perkembangan tersebut memiliki tingkat pendidikan

yang berbeda- beda pula. Anak yang usia kanak- kanak akan menerima pelajaran

mengenai kebiasaan hidup sehari- hari seperti sopan santun. Sedangkan anak yang

lebih besar akan menerima pelajaran budi pekerti yang disesuaikan dengan

usianya. Perbedaan pemberian pengetahuan ini disesuaikan dengan kesiapan anak

dalam menerima pelajaran.

Kebutuhan anak- anak dengan remaja berbeada. Sehingga pendidikannya pun

(27)

commit to user

Masa remaja merupakan masa yang ditandai dengan pencarian jati diri. Pencarian

jati diri tersebut bertujuan untuk aktualisasi diri. Sehingga masa ini akan mudah

sekali menemukan permasalahan dalam pergaulan. Supaya dalam pergaulan

seorang anak tidak terjerumus pada hal- hal yang buruk maka diperlukan konsep

Ghufron,

2010: 13). Sesuatu yang dipikirkan dan dirasakan diri sendiri sangat berkaitan

dengan pengetahuan yang ia dapatkan. Bila pengetahuan yang ia dapatkan jelek

maka konsep dirinya pun akan jelek pula, tetapi bila pengetahuan yang

dimilikinya berdasarkan budi pekerti maka konsep diri dari seorang anak tersebut

akan berlandaskan pada moral yang baik. Konsep diri peserta didik di dapat dari

lingkungan keluarga terlebih dahulu, kemudian di lanjutkan oleh lingkungan

sekolah dan terakhir di dapatkan dari lingkungan masyarakat.

b. Metode Pembelajaran dalam Penerapan Strategi Pembelajaran

Budi Pekerti

Prinsip- prinsip dalam penerapan strategi pembelajaran budi pekerti harus

menggunakan lebih dari satu metode pengajaran sebab setiap metode memiliki

kelebihan dan k

pengajaran yang biasa diterapkan antara lain metode bandhongan, sorongan,

model kelas, spiritual exercise, metode learning by doing

-70). Penggunaan metode pembelajaran tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi metode

yang satu dengan metode yang lain saling berhubungan dan melengkapi. Untuk

membentuk santri yang memiliki budi pekerti luhur maka pondok pesantren tidak

hanya menggunakan satu metode pembelajaran saja. Pondok pesantren harus

menggunakan beberapa metode pembelajaran supaya tujuan dari pendidikan budi

pekerti dapat tercapai.

1) Metode Bandhongan atau weton

Metode pembelajaran budi pekerti yang paling klasik adalah metode

bandhongan atau weton Weton atau bandhongan, istilah weton ini berasal dari

kata wektu dalam Bahasa Jawa yang berarti waktu, sebab pengajian tersebut

(28)

commit to user

cara kyai membaca teks- teks kitab yang berbahasa Arab, menerjemahkannya ke

dalam bahasa lokal, dan sekaligus menjelaskan maksud yang terkandung dalam

kitab tersebut. Metode bandhongan memiliki maksud untuk menambah dan

memperdalam pengetahuan agama terutama pengetahuan yang berkaitan dengan

budi pekerti luhur. Teknik ini hampir tidak pernah ada diskusi sebab santri

mendengarkan penjelasan kyai, tetapi metode ini tidak berdiri sendiri. Metode

bandhongan lengkapi dengan metode yang lain supaya proses pembentukan budi

pekerti santri dapat terbentuk. Pondok pesantren yang masih menggunakan

metode pembelajaran Bandhongan sering melatih santri untuk maknani kitab

gundulan supaya santri tidak hanya mahir membaca kitab, tetapi mampu

makanani kitab.

Tata cara pembelajaran Bandhongan yaitu kyai atau pengajar duduk bersila di

depan santri sambil memegang kitab yang dipakai. Kemudian kyai atau pengajar

membaca kitab beserta maknanya dan santri maknani kitab sesuai yang diucapkan

oleh kyai atau pengajar. Setelah kyai atau pengajar mendapatkan satu sub bab

yang telah dibaca, kemudian kyai atau pengajar menjelaskan apa yang telah

dibaca. Dalam mengaji kitab perlu keterangan dari kyai sebab dalam memaknai

kitab, bahasa yang digunakan Bahasa Jawa kuno yang sulit dipahami artinya.

Dalam metode ini, guru berperan aktif sementara murid bersifat pasif. Metode

bandhongan atau wetonan dapat bermanfaat ketika jumlah murid cukup besar dan

waktu yang tersedia relatif sedikit, sementara materi yang harus disampaikan

cukup banyak.

2) Metode Sorogan

Sorogan

merupakan semacam metode pembelajaran yang mengharuskan santri membaca

Al-Quran atau kitab di hadapan kyai sementara itu kyai mendengarkan bacaan

santri itu dan mengoreksi bacaan atau terj

kebanyakan pondok pesantren tradisional menggunakan kitab sebagai sumber

belajar yang mengkaji ilmu agama secara mendalam. Namun ada beberapa

(29)

commit to user

menggunakan AL-Quran dalam penggunaan metode ini maka santri biasanya

akan hafalan surat- surat yang ada di Al-Quran kemudian kyai akan

mendengarkan hafalan santri dan mengoreksi kesalahan santri. Dalam mengoreksi

bacaan Al-Quran, kyai memiliki pegangan ilmu Tajwid. Santri yang membaca dan

menghafal surat dalam Al-Quran tidak sesuai dengan ilmu Tajwid maka guru

akan membenarkan bacaan santri supaya menjadi benar.

Metode sorogan merupakan kegaiatan pembelajaran bagi para santri yang

lebih menitik beratkan pada pengembangan kemampuan perseorangan atau

individu di bawah bimbingan seorang ustadz atau kyai. Pengajian dengan sistem

sorogan ini diselenggarakan pada ruang tertentu di mana tersedia tempat duduk

untuk kyai atau ustadz, kemudian di depannya terdapat bangku pendek untuk

meletakkan kitab bagi santri yang menghadap. Santri-santri lain, baik yang

mengaji kitab yang sama atau pun berbeda duduk agak jauh sambil mendengarkan

apa yang diajarkan oleh kyai atau ustadz kepada temannya sekaligus

mempersiapkan diri menunggu giliran dipanggil.

Metode pembelajaran ini termasuk metode pembelajaran yang sangat

bermakna,karena santri akan merasakan hubungan yang khusus ketika

berlangsung kegiatan pembacaan kitab oleh dirinya di hadapan kyai atau

ustadznya. Mereka tidak sajasenantiasa dapat dimbimbing dan diarahkan cara

pembacaannya tetapi juga dapatdievaluasi dan diketahui perkembangan

kemampuannya. Dalam situasi demikiantercipta pula komunikasi yang baik antara

santri dengan kyai atau ustadznya sehinggadapat meninggalkan kesan yang

mendalam pada jiwa santri maupun kyai atau ustadzsendiri. Hal ini membawa

pengaruh yang baik karena kyai semakin tumbuhkharismanya, santri semakin

simpati sehingga ia berusaha untuk selalu mencontoh perilaku gurunya itu.

3) Model Kelas

Model kelas merupakan metode pengajaran dengan membagi santri kedalam

kelas atau tingkatan kemampuan pneguasaan ilmunya. Pada umumnya model

kelas yang ada di pondok pesantren adalah dalam bentuk diniyah yaitu madrasah

yang mengkhususkan diri pada penyelenggaan pembelajaran ilmu- ilmu agama.

(30)

commit to user

menengah, dan ulya

digunakan pada diniyah merupakan kurikulum yang dikembangkan sendiri oleh

pesantren sesuai dengan kemampuan santri dan karakteristik masing- masing

pada sore hari dengan tujuan memperdalam ilmu agama yang diberikan pondok

pada malam hari. Tujuan dari model kelas supaya santri mampu mengerti lebih

dalam ilmu agama yang diberikan pondok pesantren. Disamping itu, pembagian

kelas mampu membagi santri sesuai dengan tingkatan ilmu yang dimiliki santri.

4) Metode Learning by Doing

Pada dasarnya hampir seluruh aktivitas di pesantren itu mencerminkan prinsip

belajar melalui praktik. Prinsip ini efektif untuk melihat dan mengukur

kompetensi psikomotorik santri. Sulton dan Khusnuridlo (2006: 13) mengatakan :

learning by doing ini seperti ikut terlibat dalam pembangunan fisik

pesantren maupun non fisik seperti pemeliharaan dan pembentukan kepengurusan

membiasakan santri supaya santri terbiasa melakukan perbuatan yang mampu

membentuk budi pekerti santri. Tanpa adanya pembiasaan akan membuat santri

kesulitan dalam pembentukan budi pekerti yang luhur. Oleh sebab itu, pondok

pesantren menggunakan metode learning by doing.

Namun penggunaan beberapa metode belum mampu membentuk budi pekerti

santri. Diperlukan dukungan dari pengurus sendiri supaya penggunaan metode

pembelajaran tersebut mampu berjalan secara efektid dan efisien, tetapi masih

banyak pondok pesantren yang belum mampu menerapkan strategi pembelajaran

budi pekerti. Hal ini dikarenakan masih banyak pondok pesantren yang belum

memiliki pengurus serta pengajar berkualitas. Selain itu, pengurus serta pengasuh

pondok masih banyak yang belum mampu menjadi tauladan santri. Banyak

perilaku pengurus serta pengasuh yang tidak sesuai dengan aturan sehingga santri

akan meniru apa yang dilakukan oleh orang yang mereka anggap panutan di

pondok.

Kedisiplinan dalam penerapan metode pembelajaran budi pekerti pun sangat

(31)

commit to user

tidak sesuai harapan. Oleh sebab itu, kedisiplinan sangat di perlukan dalam

penerapan strategi pembelajaran. Sayangnya masih banyak pondok pesantren

yang tidak mempunyai kedisiplinan dalam penerapan strategi pembelajaran. Hal

ini terbukti bahwa banyak pondok pesantren yang tidak mampu mencapai tujuan

pondok pesantren serta banyak santri yang tidak memiliki budi pekerti luhur.

Tidak adanya kedisiplinan dalam strategi pembelajaran budi pekerti mampu

menyebabkan munculnya hambatan dalam penerapan strategi pembelajaran budi

pekerti.

2. Hambatan dalam Penerapan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti

Proses apaun yang ada di dunia ini pasti akan menimbulkan hambatan

hamabtan yang muncul. Hambatan akan menjadi masalah bila hambatan tersebut

tidak segera di cari jalan keluarnnya. Untuk mengetahui jalan keluar dari

hambatan penanaman pendidikan budi pekerti, terlebih dahulu di cari hambatan-

hambatan apa saja yang ada dalam pendidikan budi pekerti. Begitu pula dalam

penanaman pendidikan budi pekerti akan muncul hambatan yang bisa datang dari

berbagai faktor. Menurut Ngainun Naim (2009: 23) menyatakan beberapa

hambatan dalam penerapan pendidikan budi pekerti antara lain: 1) kesulitan

menembus volition dan conatio, 2) kurikulum yang kurang mencerdaskan, 3)

pengaruh negatif dari media, dan 4) kenakalan remaja.

a. Kesulitan Menembus Volition dan Conatio

Volition merupakan keinginan untuk melakukan sesuatu berdasarkan

pengetahuan yang ia miliki sedangkan conatio adalah tekad yang ingin benar-

benar dilakukan. Bila seseorang mengamalkan ilmu yang telah ia dapatkan maka

ilmu itu akan terus berkembang dalam dirinya sendiri serta mampu bermanfaat.

Namun pada kenyataanya keinginan untuk mempraktekan apa yang sudah siswa

ala

kesulitan menembus volition dan conatio tanpa disadari sering kali dialami

volition maka seseorang tersebut bisa menembus. Syaratnya adalah seseorang

mampu memiliki kekutan untuk apa yang ia lakukan dengan niat yang bulat serta

(32)

commit to user

berasal dari dalam diri seseorang, tetapi terkadang manusia membutuhkan

motivasi dari orang lain sebelum memiliki motivasi dari dalam diri seseorang.

b. Kurikulum Yang Kurang Mencerdaskan

Kurikulum yang bagus adalah kurikulum yang mampu mencerdaskan

merupakan semua alat pembelajaran yang digunakan oleh sekolah untuk memberi

kesempatan mendapat pengalaman belajar bagi peserta didik untuk mencapai hasil

dicapai dalam pendidikan. Namun pada kenyataanya kurikulum yang ada saat ini

kurang mencerdaskan. Banyak faktor yang menyebabkan kurikulum tidak mampu

mencerdaskan peserta didik. Salah satu faktor yang menyebabkan kurikulum

kurang mampu mencerdaskan peserta didik adalah dalam pembentukan kurikulum

kurang matang. Tidak adanya pengetahuan yang luas serta persiapan yang kurang

matang menyebabkan kurikulum yang terbentuk asal jadi. Negara Indonesia

merupakan salah satu negara yang memiliki kurikulum kurang mencerdaskan.

Meskipun dalam kurun waktu sepuluh tahun belakangan ini kurikulum mulai

berganti- ganti, tetapi sosialisasi tentang kurikulum yang baru kurang maksimal.

Sehingga masih banyak kalangan yang masih bingung dengan kurikulum yang

baru. Kurikulum yang baru pun cepat berganti dengan kurikulum yang lebih baru,

tetapi perubahan tersebut tidak menghasilkan perubahan yang berarti.

c. Pengaruh Negatif Media

Sekarang ini, sudah banyak ditemukan inovasi baru dalam berbagai

bidang. Banyak kalangan memanfaatkan inovasi yang digunakan untuk

mempermudah aktivitas manusia. Pendidikan pun memanfaatkan inovasi ini

sehingga tak heran proses belajar pun sekarang ini menggunakan media. Menurut

atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pebelajar

(33)

commit to user

dari media yang sekarang ini ada adalah guru tidak lagi menjadi sumber

pengetahuan, tetapi sekarang ini banyak media yang menjadi sumber pengetahuan

bagi siswa. Selain itu, media mempermudah aktivitas guru dalam menerangkan

pelajaran. Namun dibalik manfaat tersebut masih banyak pengaruh buruk dari

media yaitu siswa menjadi menggandalkan media untuk mencari ilmu

pengetahuan sehingga keinginan membaca siswa menjadi jauh berkurang.

Akibatnya adalah anak menjadi malas serta ilmu pengetahuan yang didapat

menjadi minim.

Apalagi saat ini sudah muncul internet yang menjadikan semua orang yang

ada dibelahan dunia ini kecanduan internet. Internet mampu menembus batas-

batas negara sehingga jarak negara yang sangat jauh mampu ditembus secara

mudah melalui layar komputer. Internet lebih membawa dampak buruk daripada

manfaatnya. Siswa mudah sekali mencari informasi serta gambar- gambar yang ia

inginkan termasuk gambar- gambar yang tidak pantas dilihat oleh anak- anak. Hal

inilah yang membuat media membawa pengaruh yang negatif.

d. Kenakalan Remaja

Sekarang ini banyak ditemukan kenakalan remaja. Tidak hanya dalam

bidang pornografi atau pergaulan bebas, tetapi kenakalan remaja sekarang ini

sudah merambah pada kekerasan atau tindakan kriminal yang dilakukan oleh

remaja. Banyak faktor yang menyebabkan kenakalan remaja bisa faktor dari

dalam remaja maupun faktor dari luar remaja tersebut. Menurut Sunarto (2008:

tergantung pada sikap orang tua dan suasana psikologis dan sosial dalam

enakalan remaja tidak hanya menyalahkan remaja itu

sendiri namun lingkungan sekitar termasuk orang tua memiliki peran dalam

membentuk kenakalan remaja.

Namun kebanyakan orang tua tidak menyadari bahwa kenakalan remaja yang

dialami oleh anak mereka salah satunya berasal dari kesalahan orang tua dalam

mendidik. Orang tua yang kurang perhatian atau pun orang tua yang memberi

contoh buruk pada anak merupakan salah satu pemicu dari kenakalan remaja.

(34)

commit to user

tetapi anak tersebut tidak memiliki kesempatan serta keberanian untuk

mengungkapkan hal tersebut kepada orang tua.

3. Solusi dari Hambatan Strategi Pembelajaran Budi Pekerti

Setiap hambatan dalam strategi pembelajaran harus dicari solusinya supaya

tujuan dari pembelajaran dapat tercapai. Begitu pula dengan pendidikan budi

pekerti yang memiliki hambatan dalam penerapannya. Oleh sebab itu, diperlukan

solusi atas permasalahan tersebut. Solusi yang diterapkan dalam menangani

hambatan strategi pembelajaran budi pekerti antara lain :

a. Memperkaya Materi Pendidikan

Pendidikan budi pekerti seharusnya mampu membentuk kebijakan pada anak

sehingga setiap anak mampu memutuskan segala sesuatu berdasarkan pada nilai-

nilai dan norma yang berlaku. Oleh sebab itu, pendidikan budi pekerti harus

disisipkan dalam semua aktivitas yang mendasari hidup. Kenyataanya banyak

pondok pesantren yang belum mampu menerapkan pendidikan budi pekerti.

pekerti selama ini diintegrasikan dalam pendidikan agama dan Pkn belum mampu

Berdasarkan argumen diatas maka pendidikan budi pekerti tidak hanya

diterapkan dalam pelajaran agama serta Pkn saja, melalui pelajaran- pelajaran

lainpun serta aktivitas sehari- hari haruslah berdasarkan pada pendidikan budi

pekerti. Kegiatan di pondok pesantren pun harus menerapkan pendidikan budi

pekerti supaya santri terbiasa beraktivitas sesuai dengan budi pekerti luhur.

Pemberian pendidikan budi pekerti pada setiap aktivitas santri dapat dilakukan

dengan menyelipkan pengalaman- pengalaman hidup yang telah dilalui oleh

pengurus serta pengasuh, kemudian memberi petuah- petuah yang mampu

memperkuat akhlak dari santri. Dengan menceritakan pengalaman yang nyata,

diharapkan penyisipan pendidikan materi budi pekerti menjadi lebih efektif.

b. Berorientasi untuk Memperdaya Hati Nurani

Pendidikan budi pekerti sudah saatnya diorientasikan untuk memberdayakan

hati nurani santri. Pemberdayaan hati nurani ini dimaksudkan untuk membenatu

(35)

commit to user

moralnya agar ia mampu menilai dan membedakan kebaikan dan kejahatan moral

dari perbuatan- perbuatan secara professional. Pemberdayaan hati nurani santri

diawali dengan memberi materi pendidikan budi pekerti terlebih dahulu. Setelah

santri telah mengetahui pentingnya pendidikan budi pekerti, santri di tuntun

secara perlahan- lahan untuk mengaplikasi pendidikan budi pekerti yang sudah

diketahui dalam kehidupan sehari- hari. Penanaman pendidikan budi pekerti

seperti itu diharapkan mampu memperdaya hati nurani santri. Dalam

menggerakan hati nurani santri, pihak pondok menggunakan pendekatan yang

mendalam antara pengurus dengan santri. Pendekatan yang mendalam mampu

menggerakan hati nurani santri.

c. Adanya Kesadaran Bersama dari Orang tua, Guru, serta

Masyarakat

Keberhasilan dari pendidikan tidak hanya terletak dari tugas guru saja. Namun

antara guru, orang tua serta masyarakat memiliki peran yang sama dalam

tercapainya tujuan pendidikan, begitu pula dengan pendidikan budi pekerti,

pendidikan budi pekerti mampu terwujud dan tersampaikan maksudnya bila

diantara guru, orang tua sert masyarakat bersama- sama membangun pendidikan

budi pekerti. Kerjasama tersebut dilakukan karena anak dalam berinteraksi tidak

hanya terjadi dalam lingkungan keluarga saja tetapi, ada lingkungan sekolah serta

lingkungan masyarakat sebagai tempat anak bergaul dan berinteraksi.

Kerja sama tersebut harus dilakukan karena proses pendidikan mampu

disampaikan oleh lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, serta lingkungan

masyarakat. Pendidikan rumah adalah dasar bagi semua pendidikan sesudahnya.

Sehingga pendidikan keluarga merupakan pendidikan yang utama dan pertama.

Bila dalam pendidikan keluarga telah tertanam pendidikan budi pekerti yang kuat

maka tugas lembaga pendidikan yang lain dalam menanamkan pendidikan budi

pekerti tidak begitu sulit karena anak tersebut telah memiliki pondasi yang kuat

dari proses pembelajaran keluarga.

2. Penelitian yang Relevan

Penelitian ini relevan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mursidi

(36)

commit to user

(Studi Pada Pondok Pesantren Al-Muayyad). Penelitian ini di lakukan pada tahun

2009 dengan tujuan untuk menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan

pondok pesantren di nusantara serta dinamikanya di tengah kebijakan penguasan

pemerintahan yang melingkupinya. Disamping itu penelitian ini menggambarkan

bahwa tidak semua lembaga pendidikan tradisional seperti pesantren tertinggal di

tengah-tengah deru modernisasi. Tetapi justru menunjukkan ekssistensinya yang

dinamis, baik kelembagaan maupun sistem pendidikannya, sebagai contoh adalah

Pondok Pesantren Al-Muayyad Surakarta. Tujuan yang terakhir adalah melihat

secara kritis nilai-nilai fundamental pendidikan pesantren yang mampu

menciptakan generasi yang cerdas akal (otak), emosi, sosial dan spiritualnya

sehingga menjadi generasi yang unggul, berintregitas tinggi dan penuh

kemandirian.

3. Kerangka Berfikir

Krisis moral yang di hadapi Bangsa Indonesia membuat sebagian orang tua

memilih pondok pesantren sebagai tempat pembentukan budi pekerti anak.

Pondok pesantren diyakini mampu membentuk budi pekerti anak sebab pesantren

telah membuktikan bahwa lembaga pendidikan ini mampu membentuk ulama-

ulama besar. Selain itu, strategi dalam pendidikan pondok pesantren diyakini oleh

masyarakat lebih mampu membentuk budi pekerti dari pada lembaga pendidikan

yang lain.

Strategi pendidikan budi pekerti yang paling tepat dalam pembentukan budi

pekerti adalah strategi interaksional yang mengandung interaksi sosial serta

transisi. Pondok pesantren pun menggunakan strategi interaksional dengan

menggunakan berbagai metode pembelajaran dalam pembentukan budi pekerti.

Metode yang digunakan pondok pesantren antara lain metode bandhongan,

metode sorogan, learning by doing serta model kelas. Namun dalam menerapkan

metode- metode tersebut, pondok pesantren menemukan hambatan- hambatan

yang mempengaruhi penerapan strategi pembelajaran budi pekerti. Hambatan

yang muncul membuat pengurus serta pengasuh pondok khawatir bahwa

pesantren tidak lagi mampu membentuk budi pekerti santri. Oleh sebab itu,

(37)

commit to user

strategi pembelajaran budi pekerti. Dengan penerapan solusi tersebut, diharapkan

pondok pesantren tetap mampu membentuk budi pekerti santri.

Keberhasilan pondok pesantren dalam membentuk budi pekerti santri mampu

dibuktikan oleh salah satu pondok pesantren yang terletak di Surakarta. Pondok

Pesantren Al-Muayyad mampu membuktikan bahwa meskipun banyak hambatan

yang muncul dalam penerapan metode pembelajarannya, tetapi pondok ini mampu

mencari solusi atas permasalahan tersebut. Sehingga santri Al-Muayyad memiliki

budi pekerti yang luhur. Untuk memperjelas kerangka pemikiran diatas, berikut

ini bagan kerangka berfikir dalam penelitian ini

Gambar 1. Alur berfikir Strategi Pembelajaran Budi Pekerti dalam Sistem

(38)

commit to user

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Pondok Pesantren Al-Muayyad

yang terletak di Jalan KH Samanhudi No. 64 Surakarta. Tempat penelitian

dilakukan di kamar santri untuk melihat kehidupan sehari- hari santri, aula pondok

ketika sedang ada kegiatan pondok serta di kelas saat pembelajaran berlangsung.

Peneliti memilih pondok Pesantren Al-Muayyad karena menurut peneliti

pondok ini termasuk salah satu pondok yang terkenal di daerah Surakarta terbukti

pada 15 Mei 2011 Scot Maeil, Duta Amerika berkunjung ke Al-Muayyad untuk

mengundang santri Al-Muayyad bersekolah ke Amerika.

Peneliti juga sedikit mengetahui mengenai Al-Muayyad karena tempat

tinggal penelitipun dekat dengan lokasi penelitian sekitar satu kilometer sehingga

tidak menyusahkan peneliti ketika mengadakan penelitian dan lebih menghemat

biaya. Disamping itu, peneliti mengenal pengurus serta santri pondok tersebut.

Hal ini menjadikan peneliti leluasa untuk mengadakan penelitian.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini di awali dengan penyusunan proposal sampai penulisan

laporan akhir. Adapun rincian waktu yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian

(39)

commit to user

B. Bentuk Dan Strategi Penelitian

1. Bentuk Penelitian

Bentuk penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Penelitian

ini akan menjelaskan strategi pembelajaran budi pekerti yang ada di Pondok

Pesantren Al- Muayyad dalam mengatasi krisis moral yang sedang di alami oleh

penerus bangsa. Laporan dari hasil penelitian ini akan disajikan dengan narasi

yang mendeskripsikan strategi pembelajaran budi pekerti yang ada di Al-

Muayyad.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini berupa kata- kata bukan

berupa angka- angka. Data diperoleh berdasarkan observasi yang dilakukan oleh

peneliti. Selain itu, data yang di dapat peneliti di peroleh berdasarkan hasil

wawancara yang dilakukan oleh peneliti dengan informan yang sudah dipilih.

Untuk melengkapi data yang diperoleh dari hasil observasi serta wawancara maka

peneliti menggunakan dokumen- dokumen yang berhubungan dengan strategi

pembelajaran budi pekerti di Al- Muayyad. Dokumen tersebut peneliti ambil dari

internet dan dokumen yang ada di perpustakaan pondok Al- Muayyad. Dokumen

saja dirasa kurang lengkap dalam pengumpulan data karena dirasa dokumen

kurang kongkrit dalam menceritakan suatu fenomena. Oleh sebab itu dibutuhkan

data yang kongkrit. Data kongkrit dapat ditemukan melalui foto- foto yang ada

hubungannya dengan strategi pembelajaran budi pekerti di Pondok Al- Muayyad.

2. Strategi Penelitian

Strategi Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif lebih terfokus pada penafsiran realitas yang dibentuk oleh

praktik-praktik interpretatif (fenomenologi). Peneliti menganganggap bahwa fenomena

kenakalan yang dilakukan santri pondok merupakan suatu peristiwa yang harus

diteliti disamping melihat strategi pendidikan budi pekerti yang ada di

Al-Muayyad dalam rangka meminimalisir krisis moral yang dilakukan santri.

Menurut Norman dan Lincoln (2009: 257) mengatakan :

peneliti dalam tradisi fenomenologi menggunakan observasi dan wawancara

sebagai metode-kajian terhadap praktek-praktek interpretatif yang dilakukan

(40)

sehari-commit to user

informan yang akan diwawancari sebagai narasumber ada informan kunci dan

informan tambahan sebagai pelengkap. Informan kunci dalam penelitian ini

adalah pengurus pondok pesantren selaku pelaksana dari proses pembelajaran di

Pondok. Serta santri pondok pesantren Al- Muayyad selaku pihak yang

mengalami proses pembelajaran budi pekerti. Selain itu, peneliti menggadakan

observasi langsung di lokasi penelitian yaitu di Pondok Pesantren Al-Muayyad.

Peneliti melakukan observasi ketika para santri sedang melaksanakan aktivitas di

pondok pesantren mulai dari sekolah sampai kegiatan terakhir sebelum tidur.

Dokumentasi pun digunakan peneliti dalam rangka melengkapi data yang

dibutuhkan oleh peneliti.

C. Sumber Data

Penelitian ini menggunakan sumber data berupa informasi, peristiwa,

atau aktivitas, lokasi penelitian serta penggunaan dokumen dan foto-foto.

Informan (narasumber) adalah individu yang memiliki informasi mengenai

strategi pembelajaran budi pekerti yang ada di Al-Muayyad sebagai tempat

penelitian.

Adapun informan dalam penelitian ini adalah warga pondok pesantren

Muayad dengan karakteristik informan yaitu warga pondok pesantren

Al-Muayad yang mengetahui kegiatan Pondok Pesantren dan sistem Pendidikan

Pondok Pesantren Al-Muayad yang meliputi :

a. pengurus pondok pesantren Al-Muayad yang melaksanakan sistem

pendidikan di pondok dan yang mengurusi sistem pendidikan di pondok

pesantren,

b. Santri Al-Muayad yang mengetahui kegiatan dan sistem pendidikan

pondok pesantren Al-Muayad serta yang mengalami proses pendidikan di

pesantren,

c. wali murid santri yang lebih mengetahui alasan dan pertimbangan santri

masuk di pondok pesantren Al-Muayad,

d. alumni santri yang pernah mengalami proses belajar di pondok pesantren

dan yang mengetahui perubahan setelah masul di pondok pesantren

(41)

commit to user

e. warga sekitar yang hidup di lingkungan pondok pesantren.

Sumber data yang kedua adalah berupa peristiwa atau aktivitas yang

menyangkut penelitian ini. Peristiwa adalah sumber data secara disengaja atau

tidak disengaja, sedangkan aktivitas merupakan rutinitas yang berulang atau yang

hanya satu kali terjadi.

Aktivitas yang akan diteliti yaitu kegiatan yang berhubungan dengan strategi

pendidikan budi pekerti. Dimulai dari kegiatan di pagi hari yaitu mengaji kitab

pada pagi hari sesudah subuh kemudian dilanjutkan dengan aktivitas sekolah yang

dilakukan santri sampai siang pukul 13.00 WIB. Pada pukul 13.30 WIB sampai

15.30 peneliti mengamati kegiatan madrasah aliah diniyah dan madrasah aliah

wusto yang dilakukan di dalam kelas. Kemudian peneliti juga mengamati aktivitas

santri setelah kegiatan diniyah sampai santri akan tidur.

Sumber data yang ketiga terkait dengan tempat dan lokasi penelitian.

Informasi mengenai kondisi dari lokasi peristiwa atau aktivitas dilakukan bisa

digali lewat sumber lokasinya baik yang merupakan tempat maupun

lingkungannya. Lingkungan pondok merupakan salah satu komponen yang

mendukung penelitian ini karena dengan mengamati serta mengobservasi lokasi

serta lingkungan pondok, peneliti mampu mengkaji secara subjektif mengenai

keadaan sekitar pondok untuk memungkinkan menarik kesimpulan yang berkaitan

dengan permasalahan sistem pendidikan pondok pesantren dengan pendidikan

budi pekerti. Peneliti akan melakukan penelitian di kamar santri ketika santri

mengaji serta belajar, aula ketika santri mengadakan kegiatan di pondok serta di

dalam kelas ketika santri mengikuti pembelajaran di sekolah formal.

Sumber data yang keempat adalah foto yang berkaitan dan mendukung

penelitian ini. Foto menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering

digunakan untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis

secara induktif. Ada dua foto yang digunakan dalam penelitian ini yaitu foto yang

dihasilkan orang lain bisa diapatkan peneliti melalui informan maupun dari

(42)

commit to user

peneliti sedang mengadadakan observasi. Foto dapat menggambarkan sesuatu

kejadian yang tidak dapat direkayasa meskipun sekarang ini sudah banyak alat

yang canggih dan mampu merekayasa gambar namun foto yang sudah di rubah

pun mampu di buktikan bahwa gambar tersebut asli atau palsu sehingga foto

merupakan data pendukung yang mampu bicara kebenaran suatu kejadian.

Sumber data yang terakhir adalah sumber tertulis atau dokumen yaitu

bisa berupa buku, majalah, arsip pondok AL-Muayyad, serta dokumen pribadi

yang dihasilkan oleh warga Al-Muayyad . Sekarang ini dokumen bisa di dapat

melalui media elektronik seperti website. Pondok Pesantren Al-Muayad pun

memiliki website yang resmi sehingga memudahkan masyarakat luas bila

membutuhkan informasi mengenai pondok pesantren Al-Muayyad.

D. Teknik Pengambilan Informan

Teknik pengambilan Informan dalam penelitian ini adalah menggunakan

teknik purposive. Teknik purposive dipilih karena teknik ini di pandang lebih

mampu menangkap kelengkapan dan kedalaman data di dalam menghadapi

realitas yang tidak tunggal. Peneliti telah memilih informan yang dirasa

mengetahui dengan pasti data- data yang dibutuhkan oleh peneliti. Setiap

informan yang mengetahui data yang dibutuhkan peneliti di wawancarai secara

mendalam. Kegunaan informan bagi penelitian adalah membantu peneliti untuk

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan sesuai. Sehingga peran informan

sangat penting bagi peneliti untuk mendukung isi dari penelitian ini.

Usaha untuk menemukan informan dapat dilakukan dengan cara sebagai

berikut :

1. Melalui keterangan orang yang berwewenang baik secara informal maupun

secara formal. Perlu dijajaki jangan sampai terjadi informan yang

disodorkan itu berperan ganda,

2. Melalui wawancara pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti. Wawancara

pendahuluan peneliti menilai berdasarkan persyaratan yang dikemukakan di

atas ( Lexy J.Moleong, 2005: 133).

Sangat penting dalam memilih informan dalam penelitian maka dalam

(43)

commit to user

merupakan orang yang tepat dan mendukung penelitian ini. Informan dalam

penelitian ini yaitu orang-orang yang mengetahui seluk-beluk sistem pendidikan

yang ada di pondok pesantren Al-Muayyad seperti pengurus inti pondok pesantren

Al-Muayyad, santri-santri yang mondok di pesantren namun santri yang hendak

di wawancarai yaitu santri yang benar-benar mengikuti proses pembelajaran yang

telah ditetapkan pondok. Disamping itu santri yang hendak diwawancari

setidaknya sudah dua tahun mondok di pesantren Al-Muayyad. Sehingga

informan yang menjadi narasumber adalah orang-orang yang terseleksi.

E. Teknik Pengumpulan Data

Data merupakan salah satu komponen terpenting dalam penelitian

sehingga dalam mengumpulkan data memerlukan teknik yang tepat. Dalam

penelitian ini tekhnik yang tepat dalam mengambil data adalah wawancara

,observasi dan dokumentasi.

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara tidak

terstruktur. Wawancara tidak struktur digunakan karena peneliti tidak tahu apa

yang belum diketahuinnya. Wawancara dilakukan untuk mencari informasi

dengan cara yang tidak terstruktur berupa pertanyaan open-ended (terbuka) untuk

menggali pandangan subjek yang diteliti. Wawancara mendalam atau wawancara

tidak terstruktur akan mendapatkan situasi yang akrab.

Wawancara tidak terstruktur memerlukan persiapan pertanyaan terlebih

dahulu. Peneliti mempersiapkan interview guide sebagai pedoman peneliti untuk

wawancara supaya saat proses wawancara peneliti tidak mencari informasi di luar

penelitian. Peneliti melakukan wawancara yang tidak terikat oleh pertanyaan yang

telah disiapkan (interview guide). Peneliti melakukan wawancara dengan

informan secara mengalir dan berbincang akrab seperti orang ngobrol biasa

sehingga suasana ketika proses wawancara sangat akrab.

Dalam hal ini, wawancara akan dilakukan kepada informan yaitu

pengurus pondok pesantren Al-Muayyad dan santri Al-Muayyad yang

menjalankan proses pembelajaran. Selain itu, informan pendukung yang

diwawancarai adalah orang tua santri, alumni Al-Muayyad, dan penduduk sekitar

Gambar

Table 1. Waktu Penelitian    .....................................................................
Gambar 2. Komponen- Komponen Analisis Data Model interaktif   .................
Gambar 1. Alur berfikir Strategi Pembelajaran Budi Pekerti dalam Sistem
Table 1. Waktu Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.1 Tingkat Pengetahuan Guru TK/RA tentang Kompetensi Profesional Guru PAUD di TK/RA Kota Bandung antara Guru yang Mengajar di TK/RA Fullday dengan Guru yang

jabatan atau pekerjaan hanya dapat diberikan kepada seseorang yang memerlukannya, yang menginginkannya dan yang mendapat untung darinya; (6) Pendidikan kejuruan

Inti metode ini adalah gerak perhatian yang terus-meneru s berpindah-pindah antara teks, struktur sosial (kelompok dan kelas sosial), dan model; antara abstraksi

Pembagian Peran Pada Pasangan Orientasi Seksual Sejenis Yang Memiliki Komitmen Marriage-Like (Studi Eksploratif Terhadap Satu Pasangan Gay Di Kota Bandung).. Universitas

[r]

Berdasarkan dari latar belakang tersebut, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah adakah Kecemasan Ibu Pramenopause dan Persiapan Ibu Menghadapi Menopause di

Suatu berkas rekam medis yang memiliki nilai pendidikan, karena isinya menyangkut data atau informasi tentang perkembangan kronologis dan kegiatan pelayanan medik yang

Dengan demikian perlu dipastikan bahwa kinerja pengadaan pekerjaan konstruksi berjalan sebagainya yang direncanakan sehingga kiner- ja proyek konstruksi juga akan dapat dicapai