• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Bansos Bansos menurut Al Qura

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian Bansos Bansos menurut Al Qura"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1. Bantuan sosial (bansos) adalah pemberian bantuan berupa uang/barang dari pemerintah daerah kepada individu, keluarga,

2. kelompok dan/atau masyarakat yang sifatnya tidak secara terus menerus dan bersifat selektif, yang bertujuan untuk melindungi dari

3. kemungkinan terjadinya resiko sosial.

4. Pemberian bansos ini dari keuangan daerah (APBD) diperbolehkan berdasarkan PP 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan

5. Permendagri 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, yg tlh diubh beberapa kali terakhir dg Permendagri 21 Tahun 2011.

6. Kedua peraturan tersebut tdk mensyaratkan calon penerima bansos sdh tercantum dlm APBD yang telah dibahas dn ditetapkan thn sebelumnya,

7. shg kepala daerah diberi wewenang u/ menetapkn penerima n besaran bansos pd thn bjln sesuai dg proposal yg msk dn kebijakan kepala drh.

8. Bantuan sosial tersebut menjadi salah satu jenis belanja daerah yang menyedot perhatian banyak pihak.

9. Bukan saja masyarakat/kelompok masyarakat, Gubernur/Bupati/Walikota, dan anggota DPRD yang berkepentingan dengan bansos,

10. aan ttp BPK, Kejaksaan, dn KPK jg menaruh perhatian yg ckp intens terhadap pemberian, pengelolaan da pertanggungjawaban bansos tersebut.

11. Tdk ketinggalan LSM, ICW, dan media massa ikut menyorot dan mengawasi permasalahan-permasalahan di sekitar bansos.

12. Bansos mjd ‘menarik’ kra banyak pihak yg membutuhkannya. Masy/kelompok masyt membutuhkannya utk kepentingan sosial dn kesejahteraan.

13. Kepala Daerah dan DPRD membutuhkannya untuk memberikan perhatian dan kesejahteraan kepada rakyat yang dipimpinnya.

14. Dengan demikian rekening bansos memiliki resiko bawaan yang cukup tinggi untuk disalahgunakan atau diselewangkan.

15. Hal ini dpt terlihat dr permslhn2 terkait bansos baik yg mjd temuan BPK maupn yg diblow-up di media massa dn diproses o/ APH.

16. Permasalahan-permasalahan sekitar bansos antara lain pemberian bansos tidak sesuai dengan ketentuan

(2)

18. Di samping itu, bantuan sosial ditengarai oleh LSM, ICW, dan APH digunakan sebagai alat ‘politik pencitraan’ oleh kepala daerah,

19. terutama kepala daerah In-cumbent yang akan mencalonkan kembali dalam ajang pemilukada.

20. Bisa juga disalahgunakan untuk para tim sukses yang dianggap telah berjasa dalam menggolkan kepala daerah yang sedang menjabat.

21. Dlm rangka menindaklanjuti an mengeliminir permasalahan2 tsb dn krn blm jelasnya aturan ttg pelaks. hbh dn bantuan sosial di daerah,

22. Kemendagri mengeluarkan Permendagri Nomor 32 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD.

23. Dg permendagri ini pemberian bansos hrs terencana dari awal pd tahun sebelumnya mll pembahasan KUA dn PPA).

24. Setiap calon penerima bansos harus mengajukan permohonan kepada kepala daerah. 25. Jika disetujui, akan menjadi dasar pencantuman alokasi anggaran dalam rancangan KUA dan PPAS dan diproses lebih lanjut menjadi APBD.

26. Selanjutnya dicairkan melalui mekanisme surat keputusan kepala daerah tentang

27. penetapan nama-nama dan alamat calon penerima bansos serta besaran uang atau bentuk barang yang akan diterima.

28. Dilihat dari prosedur penganggarannya, cukup panjang arus birokrasi yang harus dilalui oleh calon penerima bansos.

29. Prosedur ini tidak mengakomodasi kebutuhan akan bansos yang betul-betul riil dibutuhkan dalam keadaan mendadak,

30. seperti kepala keluarga yang mendadak terkena PHK, orang miskin yang mengalami kecelakaan, musibah kebakaran,

31. sakit dan butuh biaya berobat, dan lain-lain keadaan yang tidak dapat diprediksi sebelumnya.

32. Kondisi seperti tersebut tidak bisa menunggu berbulan-bulan sampai satu tahun untuk meerima bantuan dari APBD.

33. Untuk mengakomodasi kebutuhan akan bansos yang sifatnya mendadak atau tidak dapat direncanakan sebelumnya,

(3)

35. yang antara lain menambahkan bahwa bantuan sosial berupa uang kepada individu dan/atau keluarga terdiri dari

36. bantuan sosial kepada individu dan/atau keluarga yang direncanakan dan yang tidak dapat direncanakan sebelumnya.

37. Ada pertanyaan, apakah ke2 Permendagri tsb betul2l mampu mencegah terjadinya penyimpangan dan/atau politisasi bantuan hibah dan bansos?

38. Sebelum diberlakukannya kedua Permendagri tersebut, kepala daerah memiliki peran sentral dan dominan,

39. karena penentuan siapa yang akan dibantu dan berapa nilainya menjadi otoritas dari kepala daerah

40. DPRD hanya sebagai penentu plafon besaran anggaran hibah dan bansos. Inilah yang mungkin menimbulkan kecemburan anggota DPRD.

41. Dgn keterlibatan DPRD dlm menganggarkan hibah dn bansos sejak dr pembahasan KUA dn PPAS, peluang politisasi bansos mungkin msh bisa tjd.

42. Para anggota DPRD yang nota bene adalah tokoh masyarakat, pembina, ketua, anggota atau simpatisan suatu organisasi (parpol),

43. akn cenderung memobilisasi pembuatan proposal bansos sbg bukti tlh memperjuangkan kepentingan organisasi/masy yg dl mjd konstituennya.

44. Tarik ulur dn negosiasi antar angg DPRD dn pemda pun akn semakn alot dlm menentukan plafon anggaran dn nama-nama calon penerima bansos.

45. Dan akhirnya bisa terjadi pembengkakan dalam peganggaran belanja hibah dan bansos. 46. Utk itu perlu ada antipasti dari Pemerintah dhi. Kemendagri agar terbitnya Permendagri 32 Tahun 2011 dn Permendagri 39 Tahun 2012 tsb

47. tidak menimbulkan penyimpangan baru atau pergeseran penyimpangan dalam pengelolaan bansos.

(4)
(5)

ِهْْْيَلَع ُهْْللا ىّل َْْص ِهللا ُلْوُسَر َلاَق :َلاَق ُهْنَع ُهللا َيِضَر َةَرْيَرُه ْيِب

َأ ْنَع

ًةَْْبْرُك ْنَع ُهللا َََّّن َيْنّدلا ِبَرُك ْنِم ًةَبْرُك ٍمِلْسُم ْنَع ََََّن ْنَم َمّلَسَو

اَيْنّدْْلا ىِف ِهْيَلَع ُهللا َرّسَي ٍرِسْعُم ىَلَع َرّسَي ْنَمَو ِةَماَيِقْلا ِمْوَي ِبَرُك ْنِم

ِنْوَع ىِف ُهللاَو ِةَرِآخْاَو اَيْنّدلا ىِف ُهللا ُهَرَتَس اًمِلْسُم َرَتَس ْنَمَو ِةَرِآخْاَو

)ملسم هجرآأ( .ِهْيِآَأ ِنْوَع ىِف ُدْبَعْلا َناَكاَم ِدْبَعْلا

“Dari Abu Hurairoh berkata, Rasulullah SAW. Bersabda, ‘’barang siapa melepaskan dari seorang muslim satu kesusahan dari kesusahan-kesusahan di dunia, niscaya Allah melepaskan dia dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Dan barang siapa member kelonggaran kepada orang yang susah, niscaya Allah akan memberi kelonggaran baginya di dunia dan akhirat; dan barang siapa menutupi aib seorang muslim, niscaya Allah menutupi aib dia di dunia dan di akhirat. Dan Allah selamanya menolong hamba-Nya, selama hambanya menolong saudaranya. (H.R.Muslim)

C. Penjelasan Hadits:

Hadits di atas mengajarkan kepada kita untuk selalu memperhatikan sesama muslim dan memberikan pertolongan jika seseorang mendapatkan kesulitan.

1. Melepaskan berbagai kesusahan orang mukmin

Melepaskan kesusahan orang lain sangat luas maknanya, bergantung pada kesusahaan yang diderita oleh saudarnya seiman tersebut. Jika saudaranya termasuk orang miskin, sedangkan ia termasuk orang berkecukupan atau kaya, ia harus berusaha menolongnya dengan cara memberikan pekerjaan atau memberikan bantuan sesuai kemampuannya; jika saudaranya sakit, ia berusaha menolongnya, antara lain dengan membantu memanggilkan dokter atau memberikan bantuan uang alakadarnya guna meringankankan biaya pengobatannya; jika saudaranya dililit utang, ia berusaha untuk mencarikan jalan keluar, baik dengan memberikan bantuan agar utangnya cepat dilunasi, maupun sekedar memberikan arahan-arahan yang akan membantu saudaranya dalam mengatasi utangnya tersebut dan lain-lain.

Orang muslim yang membantu meringankan atau melonggarkan kesusahan saudaranya seiman berarti telah menolong hamba Allah SWT yang sangat disukai oleh-Nya dan Allah SWT pun akan memberikan pertolongannya serta menyelamatkannya dari berbagai kesusahan, baik di dunia maupun di akhirat. Sebagaiman firmannya:

ْمُكَما َدْقَأ ْتِّبَثُيَو ْمُكْر ُصْنَي َهَّللا اوُر ُصْنَت ْنِإ اوُنَمَآ َنيِذَّلا اَهُّيَأ اَي

Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu.’’ [QS. Muhammad : 7]

(6)

Berbahagialah bagi mereka yang bersedia untuk melepaskan penderitaan sesama orang mukmin karena pada hari kiamat nanti, Allah akan menyelamatkannya.

2. Melonggarkan kesusahan orang lain

Adakalanya suatu masalah sangat sulit untuk diatasi atau hanya dapat diselesaikan oleh yang bersangkutan. Terhadap masalah seperti itu, seorang mukmin ikut melonggarkannya atau memberikan pandangan dan jalan keluar, meskipun ia sendiri tidak terlibat secara langsung. Bahkan, dengan hanya mendengarkan keluhannya saja sudah cukup untuk mengurangi beban yang dihadapi olehnya.

Dengan demikian, melonggarkan kesusahann orang lain haruslah sesuai dengan kemampuan saja, dan bergantung kepada kesusahan apa yang sedang dialami oleh saudaranya seiman tersebut. Jika mampu meringankan kesusahannya dengan memberikan materi, berilah materi kepadanya. Dengan demikian, kesusahannya dapat berkurang, bahkan dapat teratasi. Namun jika tidak memiliki materi, berilah saran atau jalan keluar agar masalah yang dihadapinya cepat selesai. Bahkan jika tidak mempunyai ide atau saran, doakanlah agar kesusahannya dapat segera diatasi dengan pertolongan Allah SWT. Termasuk doa paling baik jika mendoakan orang lain dan orang yang didoakan tidak mengetahuinya.

3. Menutupi aib seorang mukmin serta menjaga orang lain dari berbuat dosa

Orang mukmin pun harus berusaha menutupi aib saudaranya. Apalagi jika ia tahu bahwa orang yang bersangkutan tidak akan senang kalau aaib atau rahasianya diketahui oleh orang lain. Namun demikian, jika aib tersebut berhubungan dengan kejahatan yang dilakukannya, ia tidak boleh menutupinya. Jika hal itu dilakukan, berarti ia telah menolong orang lain dalam hal kejahatan sehingga orang tersebut terhindar dari hukuman. Perbuatan seperti itu sangat dicela dan tidak dibenarkan dalam Islam. Sabda Nabi Muhammad SAW “Barangsiapa yang menutupi aib seorang muslim” maksudnya menutupi aib orang yang baik, bukan orang-orang yang telah dikenal suka berbuat kerusakan. Hal ini berlaku dalam kaitannya dengan dosa yang telah terjadi dan telah berlalu.

Namun apabila kita melihat suatu kemaksiatan dan sesorang sedang mengerjakannya maka wajib bersegera untuk mencegahnya dan menahannya. Jika dia tidak mampu, boleh baginya melaporkannya kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan muncul mafsadah (yang lebih besar).

Terhadap orang yang telah terang-terangan melakukan maksiat tidaklah perlu ditutup-tutupi karena menutup-nutupinya menyebabkan ia melakukan kerusakan dan bebas menganggu serta melanggar hal-hal yang ham dan akhirnya dapat menarik orang lain untuk melakukan sebagaimana yang ia lakukan. Bahkan hendaknya ia melaporkannya kepada penguasa jika tidak dikhawatirkan timbulnya mafsadah.

4. Allah SWT senantiasa akan menolong hamba-Nya, selagi hamba itu menolong saudaranya.

Jika ditelaah secara seksama, pertolongan yang diberikan seorang mukmin kepada saudaranya, pada hakikatnya adalah menolong dirinya sendiri. Hal ini karena Allah pun akan menolongnya, baik di dunia maupun di akhirat selama hamba-Nya mau menolong saudaranya. Dengan kata lain, ia telah menyelamatkan dirinya sendiri dari berbagai kesusahan dunia dan akhirat.

(7)

Jika Dia bermaksud mengambilnya maka harta itu habis. Begitu juga jika Allah bermaksud menambahnya, maka seketika akan bertambah banyak.

Mereka yang suka menolong orang lain dijanjikan akan mendapat penggantinya sesuai perbuatannya, baik di dunia maupun di akhirat. Tentu saja dalam memberikan pertolongan kepada orang lain jangan berlebihan.

Sebenarnya inti dari Hadits di atas adalah agar umat Islam memiliki kepedulian dan kepekaan sosial atas saudara-saudaranya seiman. Dalam Islam berlaku egois atau hanya mementingkan diri sendiri tidak dibenarkan.

Beberapa syariat Islam seperti zakat fitrah, antara lain dimaksudkan untuk memupuk jiwa kepedulian terhadap sesama mukmin yang berada dalam kemiskinan.

Sebagaimana dinyatakan dalam Hadits:

Artinya : “Rasulullah saw mewajibkan zakat fitrah sebagai pembersih untuk orang yang shaum dari ucapan dan perbuatan yang tidak baik dan sebagai jamuan bagi orang miskin.’’ (H.R. Abu Dawud)

Orang yang memiliki kedudukan atau harta yang melebihi orang lain, hendahknya tidak menjadikannya sombong atau tinggi hati serta tidak mau menolong orang yang sangat membutuhkan pertolongannya. Pada hakikatnya, Allah SWT menjadikan adanya perbedaan seseorang dengan yang lainnya adalah untuk saling melengkapi, saling membantu, dan saling menolong satu sama lain. Sebagaimana ditegaskan dalam firmannya :

ا ًضضضضضْعَب ْمُه ُضضضضضْعَب َذضضضضِخَّتَيِل ٍتاضضضضَجَرَد ٍضْعَب َقْوضضضضَف ْمُه َضضضضضْعَب اضضضضَنْعَفَرَو اَيْن ُّدضضضضلا ِةاضضضضَي َحْلا يِف ْمُهَت َضضضضشيِعَم ْمُهَنْيَب اَنْم َضضضضسَق ُنْحَن َكضضضضِّبَر َةضضضضَمْحَر َنوُم ِضضضضسْقَي ْمُهَأ

َنوُعَم ْجَي اَّمِم ٌرْي َخ َكِّبَر ُةَمْحَرَو اًّيِر ْخ ُس

‘’Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Tuhanmu? Kami telah menentukan antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah meninggikan sebagian mereka atas sebagian yang lain beberapa derajat, agar sebagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. dan rahmat Tuhanmu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan.’’

Alawi Abbas al-Maliki dan Hasan Sulaiman al-Nuri dalam kitabnya “Ibanatul Ahkam Syarh Bulughul Maram” menjelaskan yang terjemahannya :

Makna Hadits

Pahala yang bakal diterima oleh seseorang di akhirat kelak merupakan ganjaran di atas segala apa yang dilakukannya semasa hidup di dunia, bahkan dia bakal memperoleh ganjaran yang lebih besar daripada apa yang diamalkan ketika di dunia. Apatah lagi jika perbuatan di dunia adalah meringankan kesusahan saudaranya sesama muslim dan merahsiakan aibnya. Hadis ini mengajarkan kita bahawa barangsiapa ingin Allah (s.w.t) sentiasa menolong dan memberinya taufik, maka hendaklah orang itu sentiasa membantu saudaranya sesama muslim.

(8)

1. Orang yang melapangkan kesusahan saudaranya sesama muslim memperoleh ganjaran pahala di sisi Allah seperti seseorang yang memberi pinjaman hutang lalu memberi hutang yang sudah tidak mampu lagi dibayarnya itu.

2. Orang yang meringankan kesulitan orang lain mendapat ganjaran pahala di sisi Allah.

3. Orang yang menutup aib saudaranya sesama muslim mendapat ganjaran pahala di sisi Allah. Namun ada sebahagian aib yang tidak boleh ditutupi seperti jika bahaya daripada aib itu boleh menjangkiti orang lain. Contohnya, ada seorang lelaki peminum arak lalu mengajak anaknya turut minum arak, maka perkara ini wajib dlaporkan kepada hakim dan tidak boleh ditutupi.

(9)

2. Larangan Hidup Individualistis

a. Teks dan Terjemah Hadits

ىراخبلا هاور( .ِه ِسْفَنِل ُّبِحُياَم ِهْيِخَل َّبِحُي ىَّت َح ْمُك ُد َحَأ ُنِمْؤُيَل :َلاَق َمَّل َسَو ِهْيَلَع ُهللا ىَّل َص ِّيِبَّنلا ِنَع ُهْنَع ُهللا َي ِضَر ٍسَنَأ ْنَع

ضىئاسنلاو دمحأو ملسمو

Anas ra. berkata, bahwa Nabi saw. bersabda, “Tidaklah termasuk beriman seseorang di antara kami sehingga mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri”. (H.R. Bukhari, Muslim, Ahmad, dan Nasa’i)

b. Penjelasan Hadits

Sikap individualistis adalah sikap mementingkan diri sendiri, tidak memiliki kepekaan terhadap apa yang dirasakan oleh orang lain. Menurut agama, sebagaimana di sampaikan dalam hadits di atas adalah termasuk golongan orang-orang yang tidak (sempurna) keimanannyanya.

Seorang mukmin yang ingin mendapat ridla Allah swt. Harus berusaha untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang diridai-Nya. Salah satunya adalah mencintai sesama saudaranya seiman seperti ia mencintai dirinya, sebagaimana dinyatakan dalam hadits di atas. Namun demikian, hadits di atas tidak dapat diartikan bahwa seorang mukmin yang tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri berarti tidak beriman. Maksud pernyataan ْمُكُدَحَأ ُنِم ْؤُيَل pada hadits di atas, “tidak sempurna keimanan seseorang” jika tidak mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri. Jadi, haraf nafi َل pada hadits tersebut berhubungan dengan ketidaksempurnaan.

Hadits di atas juga menggambarkan bahwa Islam sangat menghargai persaudaraan dalam arti sebenarnya. Persaudaraan yang datang dari hati nurani, yang dasarnya keimanan dan bukan hal-hal lain, sehingga betul-betul merupakan persaudaraan murni dan suci. Persaudaraan yang akan abadi seabadi imannya kepada Allah swt. Dengan kata lain, persaudaraan yang didasarkan Illah, sebagaimana diterangkan dalam banyak hadits tentang keutamaan orang yang saling mencintai karena Allah swt., di antaranya:

ْيِلَل َجِب َنْوُّبا ضَحَتُمْلا َنْيَأ :ِةضَماَيِقْلا َمْوضَي ُلْوضُقَي ىَلاضَعَت َهضللا َّنِإ :َمَّل َضسَو ِهضْيَلَع ُهضللا ىَّل َضص ِهضللا ُلْو ُضسَر َلاَق :َلاَق ُهْنَع ُهللا َي ِضَر َةَرْيَرُه ْيِبَأ ْنَع

ملسم هاور( ُهُّلِظ َّلِإ َّلِظَل َمْوَي ْيِّلِظ ىِف ْمُهُّلِظُأ َمْوَيْلَا

Abu Hurairah berkata, Rasulullah saw. bersabda, “pada hari kiamat allah swt. akan berfirman, ‘di manakah orang yang saling terkasih sayang karena kebesaran-Ku, kini aku naungi di bawah naungan-Ku, pada saat tiada naungan, kecuali naungan-Ku.

Sifat persaudaraan kaum mukmin yatiu mereka yang saling menyayangi, mengasihi dan saling membantu. Demikian akrab, rukun dan serempak sehingga merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan satu sama lain. Dalam hal satu kesatuan ini, Nabi saw. mengibaratkan dalam berbagai hal, di antaranya dengan tubuh, bangunan dan lainnya. Jika salah satu ada yang menghadapi kesulitan, maka yang lainpun harus belasungkawa dan turut menghadapinya. Begitupun sebaliknya.

(10)

kebahagiaan bersama. Apapun yang dirasakan oleh saudaranya, baik kebahagiaan maupun kesengsaraan, ia anggap sebagai kebahagiaan dan kesengsaraannya juga. Dengan demikian, terjadi keharmonisan hubungan antarindividu yang akan memperkokoh persatuan dan kesatuan. Dalam hadits lain Rasulullah saw. menyatakan:

هضضجرخأ( .ا ًضضْعَب ُه ُضضضْعَب ُّد ُضشَي ِناضضَيْنُبْلاَك ِنِمْؤضضُمْلِل ُنِمْؤضضُمْلَا َمَّل َضسَو ِهضْيَلَع ُهضضللا ىَّل َضضص ِهضللا ُلْو ُضسَر َلاضَق :َلاضَق ُهضضْنَع ُهضللا َي ِضضَر ى َضسْوُم ْيِبَأ ْنَع

ىراخبلا

Diriwayatkan dari Abi Musa ra. di berkata, "Rasulullah saw. pernah bersabda, 'Orang mukmin yang satu dengan yang lain bagai satu bangunan yang bagian-bagiannya saling mengokohkan. (HR. Bukhari)

Masyarakat seperti itu, telah dicontohkan pada zaman Rasulullah saw. Kaum Anshar dengan tulus ikhlas menolong dan merasakan penderitaan yang dialami oleh kaum Muhajirin sebagai penderitaannya. Perasaan seperti itu bukan didasarkan keterkaitan daerah atau keluarga, tetapi didasarkan pada keimanan yang teguh. Tak heran kalau mereka rela memberikan apa saja yang dimilikinya untuk menolong saudaranya dari kaum Muhajirin, bahkan ada yang menawarkan salah satu istrinya untuk dinikahkan kepada saudaranya dari Muhajirin.

Persaudaraan seperti itu sungguh mencerminkan betapa kokoh dan kuatnya keimanan seseorang. Ia selalu siap menolong saudaranya seiman tanpa diminta, bahkan tidak jarang mengorbankan kepentingannya sendiri demi menolong saudaranya. Perbuatan baik seperti itulah yang akan mendapat pahala besar di sisi Allah swt., yakni memberikan sesuatu yang sangat dicintainya kepada saudaranya, tanpa membedakan antara saudaranya seiman dengan dirinya sendiri. Allah swt. berfirman:

ٌميِلَع ِهِب َهَّللا َّنِإَف ٍء ْي َش ْنِم اوُقِفْنُت اَمَو َنوُّب ِحُت اَّمِم اوُقِفْنُت ىَّت َح َّرِبْلا ضاوُلاَنَت ْنَل

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sehahagian harta yang kamu cintai. dan apa saja yang kamu nafkahkan Maka Sesungguhnya Allah mengetahuinya.(QS. Ali-Imran : 92)

Sebaliknya, orang-orang mukmin yang egois, yang hanya mementingkan kebahagiaan dirinya sendiri, pada hakikatnya tidak memiliki keimanan yang sesungguhnya. Hal ini karena perbuatan seperti itu merupakan perbuatan orang kufur dan tidak disukai Allah swt. Tidaklah cukup dipandang mukmin yang taat sekalipun khusyuk dalam shalat atau melaksanakan semua rukun Islam, bila ia tidak peduli terhadap nasib saudaranya seiman.

Namun demikian, dalam mencintai seorang mukmin, sebagaimana dikatakan di atas, harus didasari lillah. Oleh karena itu, harus tetap memperhatikan rambu-rambu syara’. Tidak benar, dengan alasan mencintai saudaranya seiman sehingga ia mau menolong saudaranya tersebut dalam berlaku maksiat dan dosa kepada Allah swt.

(11)

ْمُهَنْوضُلَي َّمُث ىَهُّنلاَو ِمَل ْحَلْا ضاوضُلْوُأ ْمُكْنِم ْيِنَيِّلَيِل :َمَّل َضسَو ِهضْيَلَع ُهضللا ىَّل َضص ِهضللا ُلْو ُضسَر َلاَق :َلاَق ُهْنَع ُهللا َي ِضَر ٍدْوُع ْسَم ْنبا ِهللا ِدْبَع ْنَع

ملسم هاور .ِقاَوْسَلْا ِتا َشْيِهَو ضْمُكاَّيِإَو اًثَلَث

Abdullah bin Mas’ud ra., ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: hendaknya mendekat kepadaku orang-orang dewasa dan yang pandai , ahli-ahli pikir. Kemudian berikutnya lagi. Awaslah! Janganlah berdesak-desakan seperti orang-orang pasar. (HR. Muslim)

Hal itu tidak berarti diskriminatif karena Islam pun memerintahkan umatnya untuk mendekati orang-orang yang suka berbuat maksiat dan memberikan nasihat kepada mereka atau melaksanakan amar ma’ruf dan nahi munkar. sedekah dan minta-minta, beliau bersabda, ”Tangan yang di atas lebih baik daripada tangan yang di bawah, tangan yang di atas memberi dan tangan yang di bawah menerima.”

b. Penjelasan Hadits

Islam sangat mencela orang yang mampu untuk berusaha dan memiliki badan sehat, tetapi tidak mau berusaha, melainkan hanya menggantungkan hidupnya pada orang lain. Misalnya, dengan cara meminta-minta. Keadaan seperti itu sangat tidak sesuai dengan sifat umat Islam yang mulia dan memiliki kekuatan, sebagaimana dinyatakan dalam firman-Nya:

َنيِنِمْؤُمْلِلَو ِهِلو ُسَرِلَو ضُةَّزِعْلا ِهَّلِلَو

Kekuatan itu bagi Allah, bagi rasul-Nya dan bgai orang-orang yang beriman (QS. Al-Munafiqun:8)

Dengan demikian, seorang peminta-peminta, yang sebenarnya mampu mencari kasab dengan tangannya, selain telah merendahkan dirinya, ia pun secara tidak langsung telah merendahkan ajaran agamanya yang melarang perbuatan tersebut. Bahkan ia dikategorikan sebaga kufur nikmat karena tidak menggunakan tangan dan anggota badannya untuk berusaha mencari rezeki sebagaimana diperintahkan syara’. Padahal Allah pasti memberikan rezeki kepada setiap makhluk-Nya yang berusaha. Allah swt berfirman:

(12)

Dalam hadits dinyatakan dengan tegas bahwa tangan orang yang di atas (pemberi sedekah) lebih baik daripada tangan yang di bawah (yang diberi). Dengan kata lain, derajat orang yang pemberi lebih tinggi daripada derajat peminta-minta. Maka seyogyanya bagi setiap umat Islam yang memiliki kekuatan untuk mencari rezeki, berusaha untuk bekerja apa saja yang penting halal.

Bagi orang yang selalu membantu orang lain, di samping akan mendapatkan pahala kelak di akherat, Allah jug akan mencukupkan rezekinya di dunia. Dengan demikian, pada hakekatnya dia telah memberikan rezekinya untuk kebahagiaan dirinya dan keluarganya. Karena Allah swt. Akan memberikan balasan yang berlipat dari bantuan yang ia berikan kepada orang lain.

Orang yang tidak meminta-minta dan menggantungkan hidup kepada orang lain, meskipun hidupnya serba kekurangan, lebih terhormat dalam pandangan Allah swt. dan Allah akan memuliakannya akan mencukupinya. Orang Islam harus berusaha memanfaatkan karunia yang diberikan oleh Allah swt, yang berupa kekuatan dan kemampuan dirinya untuk mencukupi hidupnya disertai doa kepada Allah swt.

Adanya kewajiban berusaha bagi manusia, tidak berarti bahwa Allah swt. tidak berkuasa untuk mendatangkan rezeki begitu saja kepada manusia, tetapi dimaksudkan agar manusia menghargai dirinya sendiri dan usahanya, sekaligus agar tidak berlaku semena-mena atau melampaui batas, sebagaimana dinyatakan oleh Syaqiq Ibrahim dalam menafsirkan ayat:

ٌري ِصَب ٌريِب َخ ِهِداَبِعِب ُهَّنِإ ُءا َشَي اَم ٍر َدَقِب ُلِّزَنُي ْنِكَلَو ِضْرَْلا يِف اْوَغَبَل ِهِداَبِعِل َقْزِّرلا ُهَّللا َط َسَب ْوَلَو

Dan jikalau Allah melapangkan rezki kepada hamba-hamba-Nya tentulah mereka akan melampaui batas di muka bumi, tetapi Allah menurunkan apa yang dikehendaki-Nya dengan ukuran. Sesungguhnya dia Maha mengetahui (keadaan) hamba-hamba-Nya lagi Maha Melihat (QS. Asy-Syura:27).

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan dengan Evaluasi Pelelangan Sederhana Pengadaan Barang/Jasa pada Dinas Bina Marga Kota Medan Tahun Anggaran 2015 Paket Pekerjaan Pengadaan Bahan Produk Untuk

Guru sebagai tenaga yang telah dipandang memiliki keahlian tertentu dalam bidang pendidikan, diserahi tugas dan wewenang untuk mengelola kegiatan belajar mengajar untuk

Siswa siswi SDN 02 Krandon dalam perkembangan akademis (nilai akademik/kognitif) 80% dapat mengikuti dengan baik sesuai KKM. Hambatan yang relatif menonjol adalah

Implementasi ACFTA di Indonesia telah menyebabkan terpuruknya beberapa sektor industri dalam negeri akibat lonjakan impor produk-produk China yang membanjiri pasar dalam negeri

Hasil penelitian yang telah dianalisa dengan melihat hasil belajar pada kelas kontrol dan kelas eksperimen yang dihitung dengan menggunakan uji Independent Two Sample T-Test

Meskipun terjadi fluktuasi suhu, tetapi tidak secara tajam dimana fluktuasi terbesar yaitu 0,47 °C, sehingga masih dalam suhu yang toleran untuk suhu penetasan

Adalah fasilitas yang digunakan untuk pengamanan baik yang berfungsi sebagai alat bantu personil pengamanan bandara dalam melaksanakan pemeriksaan calon penumpang pesawat

Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Lasa tidak ditemukan pada hutan pantai sampai dengan hutan dataran rendah dengan ketinggian tempat kurang