• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Gizi Pada Pasien Cvd Non Hemoragi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Asuhan Gizi Pada Pasien Cvd Non Hemoragi"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Stroke merupakan penyebab kematian terbesar ketiga didunia dengan laju mortalitas 18 - 37 % untuk stroke pertama dan 62 % untuk stroke berulang (Smeltzer, 2002), artinya penderita stroke berulang memiliki resiko kematian dua kali lebih besar dibandingkan penderita stroke. Tingginya insiden kematian pada penderita stroke maupun stroke berulang perlu mendapatkan perhatian khusus karena diperkirakan 25 % orang yang sembuh dari stroke pertama akan mendapatkan stroke berulang dalam kurun waktu 1 -5 tahun (Jacob, 2001).

Menurut World Health Organization (WHO) stroke didefinisikan suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak dengan tanda dan gejala klinik baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam, atau dapat menimbulkan kematian, disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak. Sebagian besar kasus dijumpai pada orang-orang yang berusia di atas 40 tahun. Makin tua umur, resiko terkena stroke semakin besar (Aliah dkk., 2007).

Terdapat beberapa faktor resiko terjadinya stroke non hemoragik, antara lain: usia lanjut, hipertensi, DM, penyakit jantung, hiperkolesterolemia, merokok dan kelainan pembuluh darah otak (Mardjono, 2006). Menurut taksiran WHO, sebanyak 20,5 juta jiwa di dunia sudah terjangkit stroke tahun 2011. Dari jumlah tersebut 5,5 juta jiwa telah meninggal dunia. Penyakit darah tinggi atau hipertensi menyumbangkan 17,5 juta kasus stroke di dunia.

(2)

1.2 TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Proses Asuhan Gizi Terstandar pada pasien Cvd Non Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Heart Disease (Hhd)

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Menentukan status gizi pasien/klien dengan Cvd Non Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Heart Disease (Hhd)

2. Melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada pasien secara individu pada pasien Cvd Non Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Heart Disease (Hhd)

3. Melakukan pengkajian gizi (nutrition assessment) pasien dengan komplikasi pasien Cvd Non Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Heart Disease (Hhd

4. Melakukan diagnosis gizi (nutrition assessment) pasien dengan komplikasi pasien Cvd Non Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Heart Disease (Hhd)

5. Melaksanakan intervensi gizi pada pasien dengan komplikasi pasien Cvd Non Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Heart Disease (Hhd) 6. Melakukan edukasi gizi pada keluarga pasien dengan pasien Cvd Non

Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Heart Disease (Hhd) 7. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien pasien Cvd Non Hemoragik +

(3)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 CVD Non Hemoragik

2.1.1 Definisi

CVD (Cerebro Vaskular Disease) Non Hemoragik atau Stroke Non Hemoragik adalah sindroma klinis yang awalnya timbul mendadak, progresi cepat berupa deficit neurologis fokal atau global yang berlangsung 24 jam atau lebih atau langsumng menimbul kematian yang disebabkan oleh gangguan peredaran darah otak non straumatik (Arif Mansjoer, 2000).

Stroke non hemoragik juga merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008).

2.1.2 Etiologi

Stroke non hemoragik bisa terjadi akibat satu dari dua mekanisme patogenik yaitu trombosis serebri atau emboli serebri. Trombosis serebri menunjukkan oklusi trombotik arteri karotis atau cabangnya, biasanya karena arterosklerosis yang mendasari. Proses ini sering timbul selama tidur dan bisa menyebabkan stroke mendadak dan lengkap. Defisit neurologi bisa timbul progresif dalam beberapa jam atau intermiten dalam beberapa jam atau hari.

(4)

diatasnya disertai trombus yang tumpan tindih atau pelepasan materi ateromatosa dariplak sendiri. Embolisme serebri di mulai mendadak tanpa tanda-tanda disertai nyeri kepala berdenyut (Sabiston, 1994).

2.1.3 Faktor Resiko

Ada beberapa faktor resiko stroke yang sering teridentifikasi pada stroke non hemoragik, diantaranya yaitu faktor risiko yang tidak dapat di modifikasi dan yang dapat di modifikasi.

Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain : a. Usia

Pada umumnya risiko terjadinya stroke mulai usia 35 tahun dan akan meningkat dua kali dalam dekade berikutnya. 40% berumur 65 tahun dan hampir 13% berumur di bawah 45 tahun. Menurut Kiking Ritarwan (2002), dari penelitianya terhadap 45 kasus stroke didapatkan yang mengalami stroke non hemoragik lebih banyak pada tentan umur 45-65 tahun ( Ritarwan, 2003).

b. Jenis Kelamin

Menurut data dari 28 rumah sakit di Indonesia, ternyata kaum pria lebih banyak menderita stroke di banding kaum wanita, sedangkan perbedaan angka kematian masih belum jelas. Penderita stroke menunjukkan jumlah kasus terbanyak pada jenis kelamin laki-laki sebesar 58,4 % (Madiyono, 2003).

c. Diabetes Melitus

(5)

d. Penyakit jantung

Penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, paska operasi jantung juga memperbesar risiko stroke, yang paling sering menyebabkan stroke adalah filbrilasi atrium, karena memudahkan terjadinya pengumpulan darah di jantung dan dapat lepas hingga penyumbat pembuluh darah (Madiyono, 2003).

2.1.4 Gejala Klinis

Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di otak bergantung pada berat ringanya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat gangguan peredaran darah terjadi, kesadaran biasanya tidak mengalami penurunan (Sinaga, 2008).

Gejala klinis yang sering terjadi yaitu hemiparese yang dimana penderita stroke non hemoragik yang mengalami infark bagian hemisfer otak kiri akan mengakibatkan terjadinya kelumpuhan pada sebelah kanan, dan begitu pula sebaliknya dan sebagian juga terjadi Hemiparese dupleks, penderitaa stroke non hemoragik yang mengalami Hemiparase dupleks akan mengakibatkan terjadinya kelemahan pada kedua bagian tubuh sekaligus bahkan dapat sampai mengakibatkan kelumpuhan (Januar, 2002).

2.2 Diabetes Melitus Tipe II 2.2.1 Definisi

(6)

timbulnya diabetes ini. Walaupun etiologi spesifiknya tidak diketahui, tetapi pada diabetes tipe ini tidak terjadi destruksi sel beta. Kebanyakan pasien yang menderita DM tipe ini mengalami obesitas, dan obesitas dapat menyebabkan beberapa derajat resistensi insulin (American Diabetes Association, 2004).

2.2.2 Faktor Resiko

Faktor resiko DM tipe II antara lain: Riwayat keluarga menderita diabetes (orangtua atau saudara menderita DM tipe II), obesitas (BMI ≥ 25 kg/m 2 ), kurangnya kebiasaan aktivitas fisik, ras/etnik (Afrika-America, Amerika Hispanik, Amerika asli, Asia-Amerika), sebelumnya diidentifikasi kadar glukosa darah puasa terganggu atau toleransi glukosa terggangu (TGT), riwayat diabetes melitus gestasional (DMG) atau bayi lahir > 4 kg, hipertensi (tekanan darah ≥ 140/90 mmHg), HDL ≤ 35 mg/dl dan trigliserida ≥ 250 mg/dl, sindrom ovarium polikistik atau akantosis nigracans dan riwayat penyakit vaskular (Powers, 2005).

2.2.3 Gejala Klinis

Gejala dan tanda-tanda Diabetes Melitus (DM) digolongkan menjadi gejala akut dan gejala kronik antara lain :

a) Gejala Akut Penyakit Diabetes Melitus :

1) Pada permulaan gejala yang ditunjukkan meliputi : a. Poliphagia (banyak makan)

b. Polidipsia (banyak minum) c. Poliuria (banyak kencing)

2) Bila keadaan tersebut tidak segera diobati, akan timbul gejala : a. Polidipsia (banyak minum)

b. Poliuria (banyak kencing)

c. Nafsu makan berkurang/ berat badan turun dengan cepat (5-10 kg dalam waktu 2-4 minggu).

(7)

b) Gejala Kronik Diabetes Melitus

Gejala kronik yang sering dialami adalah sebagai berikut : 1) Kesemutan

2) Kulit terasa panas, atau seperti tertusuk-tusuk jarum. 3) Rasa tebal di kulit

4) Kram 5) Kelelahan

6) Mudah mengantuk 7) Mata kabur

8) Gigi mudah goyah dan mudah lepas 9) Impotensi

10) Pada ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam kandungan atau dengan bayi lahir lebih dari 4 kg.

2.3 Hipertensi 2.3.1 Definisi

Hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami kenaikan tekanan darah di atas normal atau kronis (dalam waktu yang lama). Menurut WHO, tidak bergantung pada usia, pada keadaan istirahat batas normal teratas untuk tekanan sistolik 140 mmHg, sedangkan tekanan diastolik 90 mmHg. Daerah batas yang harus diamati bila sistolik 140-149 mmHg dan diastolik 90-94 mmHg (Anonim, 2008).

2.3.2 Jenis-jenis Hipertensi

a. Hipertensi Primer (essensial)

(8)

berjalan tanpa gejala, dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ target seperti ginjal, mata, otak dan jantug.

b. Hipertensi Sekunder

Kurang dari 10% penderita hipertensi sekunder dari penyakit komorbid atau obat-obatan tertentu yang dapat meningkatkan tekanan darah. Pada kebanyakan kasus, disfungsi renal akibat penyakit ginjal kronis atau renovaskular adalah penyebab sekunder yang paling sering. Obat-obat tertentu, baik secara langsung maupun tidak, dapat menyebabkan hipertensi atau memperberat hipertensi dengan menaikkan tekanan darah (Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2006).

2.3.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut The Seventh Report Of The Joint National Committe On Prevention, Detection, Evaluation And Treatment Of High Blood Pressure (JNC 7), klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat 1, dan hipertensi derajat 2 dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1 Klasifikasi Hipertensi menurut JNC 7

Klasifikasi Hipertensi TDS (mmHg) TDD (mmHg)

Normal < 120 < 80

Prehipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi derajat 1 140 – 159 90 – 99

Hipertensi derajat 2 ≥ 160 ≥ 100

Keterangan : TDS = Tekanan Darah Sistolik TDD = Tekanan Darah Diastolik

(9)

Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti perdarahan, eksudat (kumpulan caira), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus).

Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala hingga bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukkan adanya kerusakan vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh pembuluh darah bersaangkutan. Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari ) dan azetomo (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan Kreatinin). Keterlibatan pembuluh darah otak dapat menimulkan stroke atau serangan iskemik transien yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma, 2000).

Sebagian besar gejala klinis yang timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :

a. Nyeri kepala saat terjaga

b. Kadang-kadang disertai mual dan muntah c. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina

d. Ayuna langkah yang tidak mantap karena adanya kerusakan susunan saraf pusat

e. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus

f. Edema dependen, dan

g. Pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.

Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluar darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo, 2002).

(10)

1. Faktor usia

Faktor usia sangat berpengaruh terhadap hipertensi karena dengan bertambahnya umur maka semakin tinggi mendapat resiko hipertensi. Insiden hipertensi makin meningkat dengan meningkatnya usia. Ini sering disebabkan oleh perubahan alamiah di dalam tubuh yang mempengaruhi jantung, pembuluh darah dan hormon. Hipertensi pada yang berusia 35 tahun akan menaikkan insiden penyakit arteri koroner dan kematian prematur (Julianti, 2005).

2. Jenis Kelamin

Jenis kelamin juga sangat erat kaitannya terhadap terjadinya hipertensi dimana pada masa muda dan paruh baya lebih tinggi penyakit hipertensi pada laki-laki dan pada wanita lebih tinggi setelah umur 55 tahun, ketika seorang wanita mengalami menopouse.

3. Faktor Genetik

Riwayat keluarga juga merupakan masalah yang memicu masalah terjadinya hipertensi cenderung merupakan penyakit keturunan. Jika seorang dari orang tua memiliki hipertensi maka seseorang tersebut 25 % terkena hipertensi (Astawan, 2002).

4. Faktor Asupan Natrium

(11)

5. Faktor Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang dapat diubah , adapun hubungan merokok dengan hipertensi adalah nikotin akan menyebabkan peningkatan tekanan darah karena nikotin akan diserap pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan oleh pembuluh darah ke otak, otak akan bereaksi terhadap nikotin dengan memberi sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas efinefrin (Adrenalin). Hormon yang kuat ini akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan yang lebih tinggi. Selain itu, karbon monoksida dalam asap rokok menggantikan oksigen dalam darah (Astawan, 2002).

(12)

PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) PADA PASIEN CVD NON HEMORAGIK + DIABETES MELITUS TYPE II + HIPERTENSI

STAGE I 3.1 Gambaran Umum Pasien (CH. 1)

Ny. M berusia 57 tahun ± 10 hari SMRs, penderita mengalami kelemahan sesisi tubuh sebelah kanan yang terjadi secara tiba-tiba saat sedang makan, saat serangan penurunan kesadaran tidak ada,sesak, sakit kepala tidak ada, mual dan muntah. Penderita mengalami gangguan sensibilitas berupa rasa baal dan kesemutan. Penderita juga mengalami gangguan berkomunikasi secara tiba-tiba berupa tidak dapat mengungkapkan isi pikiran baik secara lisan, tulisan dan isyarat dan tidak dapat mengerti isi pikiran orang lain secara lisan, tulisan dan isyarat. Penderita memiliki riwayat stroke sudah dua kali, riwayat hipertensi dan tidak teratur minum obat serta riwayat diabetes melitus sejak 5 bulan yang lalu. Sebelumnya pasien dirawat di Rs. A selama ± 10 hari dengan demam yang tidak turun, dan kemudian pasien dirujuk ke RSU dan didiagnosa CVD Non Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Heart Disease (HHD).

A. Data umum pasien (CH. 1.1)

Nama : Ny. M

Tanggal Lahir : 10 November 1958

Umur : 57 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Tanggal Masuk RS : 20 September 2016 Tanggal Skrining : 21 September 2016

(13)

CVD Non Hemoragik + Diabetes Melitus Type II + Hipertensi Stage II

B. Riwayat Medis (CH.2.1)

CH.2.1.1 Keluhan Pasien : Pasien mengeluh mengalami kelemahan sesisi tubuh bagian kanan, sesak dan mual muntah

Riwayat penyakit dulu dan sekarang

a. Riwayat penyakit dulu (CH.2.1)

Riwayat hipertensi 10 tahun yang lalu dan tidak rutin minum obat, riwayat stroke/ kelemahan sesisi tubuh sebelah kiri 1 tahun yang lalu, riwayat diabetes melitus sejak 5 bulan yang lalu dan tidak patuh dalam menjalankan terapi diet di rumah. b. Riwayat penyakit keluarga (CH.2.1)

Hipertensi dan Diabetes Melitus (Ibu)

C. Perawatan/ Terapi/ Pengobatan Alternative (CH.2.2) 1) Riwayat Obat-obatan dan Suplemen yang Dikonsumsi

Tabel 3.1. Pemberian Obat-obatan

Nama Obat Indikasi

Chlorthalidone Mengurangi jumlah cairan yang mengalir pada pembuluh darah, yang akan mengurangi tekanan pada dinding pembuluh darah arteri.

Parasetamol digunakan sebagai analgetic (pereda nyeri) dan antipiretik (penurun panas/demam)

(14)

Obat-obatan yang diberikan kepada pasien selama berada di rumah sakit dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.2. Pemberian Obat-obatan

Nama Obat Penggunaan Interaksi Dengan Makanan Amlodipine 10 mg Obat hipertensi yang termasuk dalam

golongan obat penghambat kalsium.

Ramipril 5 mg Penghambat angiostenin converting enzyme (ACE) dan dapat menurunkan asupan kalium yang disebabkan oleh diuretik tiazid. Novorapid 10 IU Mempelambat absorpsi makanan dan

meningkatkan kebutuhan insulin.

D. Riwayat Sosial (CH.3)

1. Status sosial ekonomi : Sedang

2. Agama/ Kepercayaan : Islam

3. Suku : Sumatera

4. Situasi rumah : Baik

5. Dukungan Pelayangan Kesehatan dan sosial : Baik

6. Hubungan Sosial : Baik

3.2 Asesment Gizi

1. Riwayat Gizi/ Makanan (FH.1)

a. Asupan Makanan dan Zat Gizi (FH.1.2.1)

a) Asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit

(15)

makan, pasien bisa makan 4x/ hari bila ada lauk kesukaan pasien yaitu gulai ikan.

Pasien sempat berhenti mengonsumsi makanan kesukaan nya dikarenakan pasien didiagnosa diabetes melitus sejak 5 bulan yang lalu, pasien sering kontrol dan rutin minum obat. Setelah gula darah pasien normal pasien mengira diabetes yang diderita sembuh dan kemudian mengonsumsi makanan kesukaan nya kembali. Pasien tidak memiliki alergi terhadap makanan apapun.

Perincian sebagai berikut :

- Makanan Pokok : berupa nasi 3x makan dalam sehari yaitu 200 gr atau dalam URT 1 ½ gelas dalam 7 hari, - Lauk Nabati : berupa tempe 4-5x dalam seminggu yaitu 50

gr.

- Lauk Hewani : Berupa ayam 3-4x dalam seminggu yaitu 50 gr

- Sayuran

- Jajanan dari luar : :

2-3x dalam seminggu yaitu 50 gr.

Pempek goreng 3 bh seminggu 7x, tekwan 3 x dan model seminggu 5x

Jumlah asupan natrium, kalsium dan kalium yang dikonsumsi pasien sebelum dirawat :

waktu Bahan Makanan

Berat Natrium Kalsium Kalium

g mEq/L mEq/L mEq/L

pagi nasi putih 200 0 6 58

daging ayam 100 73 13 182

tempe 50 3 46,5 183,5

kangkung 100 16 74 202

minyak kelapa

sawit 5 0 0,3 0

sub total 92 139,8 625,5

siang nasi putih 200 0 6 58

ikan gabus 50 31 5,5 97,5

tempe 50 3 46,5 183,5

kangkung 100 16 74 202

minyak kelapa

sawit 5 0 0,3 0

sub total 50 132,3 541

(16)

ikan gabus segar 50 31 5,5 97,5

santan 20 1,2 0,8 21,4

tahu 100 7 105 121

daun ubi 100 16 74 202

minyak kelapa

sawit 5 0 0,3 0

snack tepung sagu 100 9 2 3

telur ayam 50 62 25 63

ikan gabus 30 18,6 3,3 58,5

minyak kelapa

sawit 3 0 0,2 0

sub total 89,6 30,5 124,5

total 286,8 494,2 1290

% 220 % 49 % 131 %

Kebutuhan 130 1000 980

Penilaian : asupan natrium, kalium dan kalsium melebihi kebutuhan Asupan Makan Pasien Sebelum Masuk Rumah Sakit

Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr)

KH (gr) Asupan

Oral 2054 73,4 56,4 235,4

Kebutuhan 1535,62 57,58 42,6 230,34

% Asupan 133 % 127% 132 % 102 %

Penilaian : Asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit didapatkan persentase energi 133 %, protein 127 %, lemak 132 % dan karbohidrat 102 % masuk dalam kategori lebih.

b) Asupan Makan Pasien Setelah Masuk Rumah Sakit

Selama perawatan diruang rawat inap, telah dilakukan wawancara recall 24 jam terhadap pasien selama 14 hari dari tenggan 21 September 2016 sampai 04 Oktober 2016 untuk mengetahui tingkat konsumsi makan pasien. Selama perawatan, pasien tidak menghabiskan semua makanan yang diberikan. Berikut adalah % asupan gizi pasien hari pertama :

Asupan Makan Pasien Hari Pertama Masuk Rumah Sakit Energi (kal) Protein (gr) Lemak (gr) KH (gr)

Asupan Oral 762,5 30 27,7 118,7

Kebutuhan 1535,62 57,58 42,6 230,34

(17)

Ket :

Tabel 3.3. Presentase Asupan Makan

Kategori Persen Asupan

Buruk < 51 %

Kurang 51- 80%

Baik >80%

Sumber: (Gibson, 2005)

Penilaian : Dilihat dari hasil presentase asupan makan pasien hari pertama adalah energi 49 % dengan kategori buruk dari asupan, protein 52 % dengan kategori kurang dari asupan, lemak 65 % dengan kategori kurang dari asupan, karbohidrat 51 % dengan kategori kurang dari asupan.

2. Data Antropometri (AD.1.1) Lila : 24,5 cm

AD.1.1.2 BB = 2,501 x Lila – 1,223 = 2,501 x 24 – 1,223 = 58,8 kg

TL : 44 cm

AD.1.1.1 TB = (2,02 x TL) – (0,04 x Usia) + 64,05 = (2,02 x 44) – (0,04 x 57) + 64,05 = 150 cm

AD.1.1.5 IMT = TBBB2m = 58,81,50 = 58,82,25 = 26,13 Kg/m2 (Gemuk)

Tabel 3.4. Klasifikasi Indeks Massa Tubuh

Kategori IMT

Kurang energi protein tingkat III < 16

Kurang energi protein II 16 – 16,9

Kurang energi protein I (Underweight) 17 – 18,5

Normal 18,5 – 24,9

Kelebihan Berat Badan (Overweight) 25 – 29,9

Obesitas I 30 – 34,9

Obesitas II 35 – 39,9

(18)

(Sumber :WHO, 2013) 3. Skrining Gizi

Hasil subjective global assesment (SGA) yang diisi oleh ahli gizi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 3.5. subjective global assesment (SGA)

Parameter Skor

Perubahan berat badan A

Perbahan intake makanan B

Perubahan gestasional A

Perubahan kapasitas fungsional B

Penyakit dan hubungannya dengan kebutuhan gizi B

Total B

Ket : Pasien beresiko malnutrisi sedang dengan penilaian SGA didapatkan B

4. Data Biokimia (B.D)

Data Biokimia awal pasien dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 3.6. Hasil Pemeriksaan Laboratorium

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Ket.

20-9-2016

Hemoglobin 11,6 11,40 – 15,00 g/dl Normal

Leukosit (WBC) 14,5 4,73 – 10,89 103/mm3 Tinggi

Ureum 51 16,6 – 48,5 mg/dL Tinggi

Kreatinin 0,54 0,50 – 0,80 mg/dL Normal

LED 26 < 20 mm/jam Tinggi

Glukosa puasa 220 70 – 120 g/dL Tinggi

Hb-A1c 9,2 4,0 – 6,5 g/dL Tinggi

Natrium 159 135 – 155 mEq/L Tinggi

Kalium 3,2 3,5 – 5,5 mEq/L Rendah

Klorida 115 96 – 106 Mmol/L Tinggi

Penilaian : Berdasarkan hasil laboratorium dapat dilihat bahwa nilai laboratorium pada Leukosit (WBC) karena adanya inflamasi akibat penyakit CVD non hemoragik, Ureum, LED, Glukosa Puasa, Hb-A1c tinngi menandakan penyakit diabetes melitus yang diderita, Natrium serta Klorida mengalami peningkatan diikuti dengan peningkatan tekanan darah

(19)

PD.1.1.1 Penampilan keseluruhan a. Ny. M tampak lemah b. Nyeri dada

c. Kelemahan sesisi tubuh sebelah kanan

PD.1.1.2 Bahasa Tubuh

Pasien hanya bisa berkomunikasi dengan menggerakkan tangan kiri.

Tanda- tanda Vital (PD.1.1.9) Tanggal 21 September 2016

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan

TD 120/70 120/80 mmHg Normal

Nadi 100 75 – 110 x/menit Normal

Suhu 38°C 36 – 37,5 0C Tinggi

RR 20 20 – 30 x/menit Normal

Penilaian : Dari penilaian Klinis didapatkan hasil tekanan darah, nadi, dan respiration rate normal, namun pada pemeriksaan suhu mengalami peningkatan. Awal masuk pasien mengalami demam sehingga suhu tubuh meningkat.

3.3 Prioritas Masalah Gizi

Prioritas masalah gizi dapat dilihat pada tabel di bawah ini Tabel 3.7. Prioritas Masalah Gizi

Proses Asuhan Gizi Terstandar Catatan Status gizi

Biokima

Kurang pengetahuan

Gemuk IMT 26,13 kg/m2

(20)

3.4 Diagnosa Gizi a. Domain Asupan

NI. 1.4 Asupan energi berlebih berkaitan dengan kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi ditandai dengan hasil recall SMRS E = 117 %, P = 156 %, L = 132 %, dan KH 121 %.

NI.5.10.2 Asupan mineral berlebihan (natrium dan klorida) berkaitan dengan konsumsi berlebihan dari berbagai jenis makanan yang mengandung natrium dan klorida tinggi ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg (Hipertensi I)

b. Domain Klinis

NC. 1.2 Kesulitan mengunyah atau mengigit berkaitan dengan disfungsi otot syaraf ditandai dengan gangguan pada gerakan lidah.

NC.3.3 Kelebihan berat badan berkaitan dengan asupan energi berlebihan ditandai dengan IMT lebh dari standar yaitu 26,13 kg/m2

c. Domain Behaviour

NB.1.6 Kurng patuh untuk mengikuti anjuran gizi berkaitan dengan kurangnya pengetahuan makanan dan zat gizi ditandai dengan hasi laboratorium Hb-A1c 9,2 g/dL dan glukosa puasa 220g/dL.

3.5 Intervensi Gizi

1) Tujuan Intervensi :

1. Mencapai asupan makanan gizi yaitu energi, protein, lemak dan karbohidrat 90 % yang dipantau setiap hari.

(21)

4. Memperbaiki dan merubah pola makan serta kebiasaan makan pasien dengan edukasi dan konseling gizi.

2) Preskripsi Diet

1. Nama Diet : Cair DM 1500 kal 2. Bentuk Makanan : Cair 375 ml

3. Route Diet : NGT (21 September – 2 oktober 2016) Oral (3 Oktober – 10 Oktober 2016) 4. Frekuensi pemberian : 3x makanan utama, 2x makan selingan

07.00 : Makanan utama (Cair DM 375 cc) 10.00 : Snack (Susu DM 200 cc)

12.00 : Makanan utama (Cair DM 375 cc) 16.00 : Snack (Susu DM 200 cc)

20.0 : Makanan utama (Cair DM 375 cc)

5. Syarat Diet :

a. Energi sesuai dengan kebutuhan yaitu 1535,62 kalori

b.Kebutuhan protein yaitu 15 % dari kebutuhan energi yaitu 57,5 gram

c. Kebutuhan lemak yaitu 25 % dari kebutuhan energi total yaitu 42,6 gram

d.Karbohidrat 60 % dari kebutuhan energi total yaitu 230,34 gram

e. Porsi makan tapi sering f. Natrium, kalsium dan Kalium

6. Menghitung Kebutuhan Pasien Menggunakan Rumus (Perkeni) Energi : BMR = 25 kal x BBI

= 25 kal x 45 kg = 1125 kal Koreksi usia = 5 % x 1125 kal

(22)

Komplikasi = 20 % x 1125 kal = 225

Aktivitas fisik = 10 % x 1125 kal = 112,5

Koreksi berat badan = 20 % x 1125 = 225

TEE = BMR – K. Usia + Akt. Fisik + komplikasi – K.BB = 1125- 56,25 +112,5 + 225 – 225

= (1068,75 + 337,5) – 225 = 1406,25 – 225

= 1181,25 kal x Faktor stres = 1181,25 x 1,3

= 1535,62 kalori

Protein = 15 %x1535,624 kal = 57,5 gram Lemak = 25 %x1535,629 kal = 42,6 gram KH = 60 %x1535,624 kal = 230,3 gram

Kebutuhan zat gizi mikro (sesuai angka kecukupan gizi (AKG) 2013 : Kalium : 4,7 mEq/L

Natrium : 130 mEq/ L

7. Implementasi Diet

Nama Diet Cara Pemberian Route Frekuensi

(23)

3.6 Edukasi Dan Konseling Gizi Tujuan :

1. Pentingnya nutrisi untuk membantu proses penyembuhan. 2. Memberikan motivasi kepada pasien agar menghabiskan

Makanannya.

Materi :

1. Makanan gizi seimbang dan diet tentang DM yang diberikan. 2. Tempat : ruang rawat pasien di ruang rawas 1.1

3. Sasaran : pasien dan keluarga

4. Waktu : Saat melakukan kunjungan (asesmen dan recall makanan)

Timbangan BB/ Lila Satu minggu sekali

Biokimia Mencapai nilai normal

Hasil Lab Setiap kali

(24)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Monitoring Antropometri

Monitoring perkembangan antropometri Ny. M dilakukan dengan pengukuran Lila dan Tinggi lutut (TL) :

BB (kg) TB (cm ) Status Gizi

SMRS 72 150 Obesitas

Hari ke 1 intervensi 58 150 Gemuk

Setelah intervensi 56,3 150 Gemuk

Berat badan pasien mengalami penurunan selama dirawat di RS dan selama dilakukan intervensi. Berat badan pada hari pertama intervensi adalah 58 kg dan pada hari ke sepuluh intervensi dilakukan pengukuran LILA untuk mengetahui berat badan pasien. Hasilnya terjadi penurunan sebesar 3 % (2 kg %) yaitu dari 58 kg menjadi 56,3 kg. Terjadi penurunan berat badan walaupun asupan mengalami peningkatan ini dikarenakan penyakit diabetes melitus yang dialami penederita sejak 5 bulan yang lalu.

(25)

obesitas merupakan suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adiposa.

(26)

Pada pemeriksaan natrium, kalium dan klorida hasil yang didapatkan adalah kadar Natrium dan Kalium mengalami penurunan pada pemeriksaan ke tiga dan sudah mencapai nilai normal. Sedangkan pada pemeriksaan Klorida pada pemeriksaan yang ketiga mengalami penurunan walaupun belum mencapai nilai normal.

C. Monitoring Fisik dan Klinis

Hasil pengamatan data fisik pasein selama ± 20 hari diperoleh hasil pasien masih mengalami kelemahan sesisi tubuh sebelah kanan dan masih tidak mampu mengungkapkan isi pikiran secara lisan dan tulisan, namun sesak yang dirasakan mulai berkurang. Pada hari pertama sampai hari ke tujuh pasien dipasangkan alat ventilator dikarenakan pasien mengalami sesak. Dan pada hari ke delapan dan hari ke dua puluh sesak mulai berkurang.

(27)

80-150x/menit Normal 36,0-37,5 oC Normal

20-30x/menit Cepat

Hasil pengamatan data fisik pasien selama 20 hari diperoleh hasil keluhan mual, muntah, sesak dan batuk pasien sudah berkurang. Pasien masih mengalami kelemahan sesisi tubuh sebelah kanan dan belum dapat berkomunikasi secara lisan. Pada pemeriksaan tekanan darah masih mengalami naik turun dan masih belum stabil sejak hari pertama sampai hari terakhir intervensi, dan masih tergolong tinggi dibandingkan dengan nilai normal.

Pada pemeriksaan RR (respiration rate) dari hari pertama dan kedua intervensi lebih rendah dibandingkan dengan nilai normal. pada hari pertama dirawata sampai hari ke tujuh pasien menggunakan alat ventilator dikarenakan pasien mengeluh sesak dah sulit bernafas.

D. Monitoring Asupan

Berdasarkan hasil intervensi gizi yang telah dilakukan selama ± 20 hari, diperoleh presentase asupan pasien pada grafik berikut :

(28)

Pada diagram diatas menunjukkan bahwa asupan pasien semakin meningkat dan sudah mencapai 80 % target. Asupan energi meningkat pada hari ke dua intervensi 73 %. Asupan energi semakin meningkat, pada hari pertama intervensi asupan rendah karena pasien mengalami penurunan kesadaran dan dilakukan pemasangan NGT (Naso Gastric Tube). Dan pada pasien dengan penurunan kesadaran mengalami penurunan penyerapan makanan pada lambung. Pada hari pertama diberikan cair penuh biasa 375.

(29)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

1. Hasil skrining dengan menggunakan subjective global assesment (SGA) yang diisi oleh ahli gizi, pasien beresiko malnutrisi sedang dengan kategori B.

2. Berdasarkan proses asuhan gizi tersatandar didapatkan hasil : Assesment :

a. Antropometri : IMT 26,13 Kg/m2 (Gemuk)

b. Biokimia : Data laboratorium yang berhubungan dengan penyakit yaitu eritrosit, leukosit, LED, glukosa Puasa, Hb-A1c, ureum, kreatinin, dan natrium.

c. Fisik/ Klinis : Pasien tampak lemah, sesak, batuk dan mengalami kelemahan sesisi tubuh sebelah kanan. Pasien pernah mengalami penurunan kesadaran.

Data klinis yang dapat dilihat pada pemeriksaan tekanan darah, nadi, suhu, dan respiration rate. Dari hasil yang didapatkan tekanan darah mengalami peningkatan yaitu 140/90 mmHg.

(30)

makan pasien 3-4x/hari dan snack 1-2 x/ hari.

e. Diagnosa Gizi :

NI. 1.5 Kelebihan asupan energi berkaitan dengan kurang pengetahuan terkait makanan dan zat gizi ditandai dengan hasil recall SMRS E = 117 %, P = 156 %, L = 132 %, dan KH 121 %

NI.5.10.2 Asupan mineral berlebihan (natrium dan klorida) berkaitan dengan konsumsi berlebihan dari berbagai jenis makanan yang mengandung natrium dan klorida tinggi ditandai dengan tekanan darah 140/90 mmHg (Hipertensi I)

NC. 1.2 Kesulitan mengunyah atau mengigit berkaitan dengan disfungsi otot syaraf ditandai dengan gangguan pada gerakan lidah.

NC.3.3 Kelebihan berat badan (Gizi lebih) berkaitan dengan asupan energi berlebihan ditandai dengan IMT lebh dari standar yaitu 26,13 kg/m2

NB.1.6 Kurng patuh untuk mengikuti anjuran gizi berkaitan dengan kurangnya pengetahuan makanan dan zat gizi ditandai dengan hasi laboratorium Hb-A1c 9,2 g/dL dan glukosa puasa 220g/dL

f. Intervensi gizi pasien diberikan diet Cair DM 375 cc karena berhubungan dengan penyakit Diabetes Melitus yang diderita, dengan frekuensi 3 x 375 cc makanan utama dan 2x 200 cc selingan route NGT (21 sept – 1 okt 2016 ) dan route oral (2 okt – 10 okt 2016).

g. Pemberian edukasi kepada keluarga pasien tentang diet yang diberikan.

(31)

3. Dari hasil intervensi asupan makan pasien selama 12 hari didapatkan asupan rata-rata presentase adalah energi 85,1 %, protein 84,9 %, lemak 91 % dan Kh 83,1 %.

5.2 Saran

1. Diharapkan keluarga pasien untuk tidak membawa makanan dari luar demi mempercepat proses penyembuhan.

2. Diharapkan pasien dan keluarga dapat menjalankan anjuran diet yang telah di sarankan oleh ahli gizi dengan baik dan benar.

(32)

DAFTAR PUSTAKA

Januar R. Karakteristik Penderita Stroke Non Hemoragik Yang Di Rawat Di RSUP Hema Medan Tahun 2000. FKM USU. Medan. 2002.

Madiyono B & Suherman SK. Pencegahan Stroke & Serangan Jantung Pada Usia Muda. Balai penerbit FKUI. Jakarta. 2003. Hal: 3-11

Ritarwan K. Pengaruh Suhu Tubuh Terhadap Outcome Penderits Stroke Yang Dirawat Di Rsup. H. Adam Malik Medan. FKU USU. Medan. 2003

(33)

Gambar

Tabel 3.3. Presentase Asupan Makan
Tabel 3.5. subjective global assesment (SGA)
Tabel 3.7. Prioritas Masalah Gizi
Tabel 4.1. Fisik Klinis

Referensi

Dokumen terkait

Banyaknya pasien yang mengalami gangguan nutrisi disebabkan oleh gejala yang timbul akibat serangan stroke seperti mual, muntah dan gangguan menelan sehingga

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena. terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang

Stroke adalah deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan aliran darah yang timbul secara mendadak dengan tanda dan gejala sesuai dengan daerah fokal otak yang terkena

Stroke merupakan gangguan neurologic yang terjadi akibat bergentinya aliran darah melalui suplai arteri otak yang disebabkan oleh sumbatan atau penyempitan pembuluh

Stroke iskemik atau non hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi atau sumbatan yang menyebabkan hipoksia

Stroke non hemoragik adalah stroke yg disebabkan oleh suatu gangguan peredaran darah otak berupa obstruksi/sumbatan yang menyebabkan hipoksia pada otak dan tidak

Penyebab stroke hemoragik diantaranya adalah kerusakan aliran darah pada jaringan parenkim otak di sekitarnya akibat penumpukan dan neurotoksisitas komponen darah hemoragik dapat