• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBANGUN CIVIC VIERTUES MELALUI NYANYIAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MEMOTIVASI PROSES BELAJAR MENGAJAR KEWARGANEGARAAN (PKn)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MEMBANGUN CIVIC VIERTUES MELALUI NYANYIAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MEMOTIVASI PROSES BELAJAR MENGAJAR KEWARGANEGARAAN (PKn)"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBANGUN “CIVIC VIERTUES” MELALUI NYANYIAN SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN UNTUK MEMOTIVASI PROSES BELAJAR

MENGAJAR KEWARGANEGARAAN (PKn)

Juliati dan Muhammad Firman Abstract

The implementation of Civic Education until now still face obstacle and limitation of learning device such as method, model and media. Until today it had not been able to run its mission to intellectualize the nation life through good citizenship, civic virtue, and civil skill then civic religion. Seeing this fact, a study entirely is needed because Civic Education had not tested anymore in national exam. For that reason, it is expected that in the future Civic Education can be empowered as years before to become more prioritized subject of learning which is based on its students’ activation and value based. Then make fun learning experience with democratic ability in its pedagogical process (psychomotor) through the choice of learning model which is contained in Learning Program Plan (LPP). One of learning model device is by singing to inculcate students’ learning spirit in order to achieve the goal of LPP.

Keywords: Civic virtue, learning model, LPP.

Abtrak,

Pelaksanaan pembelajaran pendidikaan kewarganegaraan (PKn) hingga saat ini masih menemui kendala dan keterbatasan perangkat pembelajaran seperti metode, model dan media. Sampai sekarang ini belum mampu menjalankan misinya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa melalui Good citizenship, civic viertues dan civic

skill kemudian civic religion. Karena kenyataan tersebut maka perlu diperlakukan

pengkajian secara menyeluruh sehubungan PKn tidak lagi di UAN kan (ujian nasional). Untuk itu harapan kedepannya PKn dapat diperdayakan lagi seperti tahun sebelumnya menjadi subyek pembejaran yang lebih diutamakan lagi yang dilandasi keaktifan siswanya (activating), berbasis nilai (value based). Kemudian menjadikan mengalaman belajar yang menyenangkan (power learning full) dengan kemampuan yang sifatnya demokratis dalam proses pedagogisnya (psikomotor) melalui pemilihan model pembelajarannya yang ada di perangkat Rencana Program Pembelajaran (RPP). Adapun salah satu perangkat model pembelajarannya yaitu menyanyi untuk menanamkan semangat belajar peserta didik agar tercapai tujuan dari visi materi PKnnya.

(2)

A. Latar Belakang Masalah,

Pendidikan kewaganegaraan meru-pakan bidang studi yang mencakup lintas bidang keilmuan karena dalam pendidikan kewarganegaraan secara ontologi terdapat pula ilmu politik yang berlandaskan kepada Pancasila dan Konsepsi kewarganegaraan. Oleh kare-na itu di indonesia PKn sering juga disebut dengan PPKN (Pendidikan Pancasila dan Kewarga-negaraan). Dan perkembangan PKn di Indonesia juga tidak boleh keluar dari landasan ideologis Pancasila, landasan konstitu-sional UUD 1945. Oleh karena itu PKn sifatnya wajib untuk dipelajari diberbagai sekolah-sekolah disetiap tingkatnya.

Karena landasan operasional dari pembelajaran Pkn adalah Undang-Undang SISDIKNAS yang berlaku saat ini, yakni Nomor 20 tahun 2003. Dari substansi UU tersebut pernya-taannya dikembang-kan seperti dalam : Perangkat Kuri-kulum, bahan belajar, guru, media dan sumber belajar, alat penilaian belajar, ruang belajar dan lingkungan. Karena pada pelaksa-naannya hingga saat ini masih menemui beberapa kendala dan keterbatasan. Oleh karena itu perlu perbaikan-perbaikan melalui penelitian model kualitatif maupun kuantitatif.

Adapun Metode penelitian kuantitatif dalam proses hasilnya lebih mengarah kepada pengukuran dan generalisasi untuk mendukung proses konseptualisasi. Sedangkan metode penelitian kualitatif membahas pema-haman holistik terhadap fenomena alamiah lingkungan masyarakat untuk membangun suatu teori baik dari segi keilmuannya maupun dalam perangkat pendukung pembelajarannya maka melalui rancangan program pembe-lajarannya (RPP) beserta langkah- langkah perangkatnya. Untuk itu obyek pengem-bangan atau sasaran pembentukan adalah keseluruhan ranah sosio- psikologis peserta didik dan oleh Bloom dkk, dikategorikan ke dalam ranah kognitif, afektif, konatif, dan psikomotorik, yang menyangkut status, hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang perlu diterapkan dan dikembangkan. Dan secara programtik guna mencapai kualitas warga negara yang “cerdas, dan baik” dalam arti religius, demokratis serta berkeadaban dalam konteks kehidupan bermasya-rakat, berbangsa dan bernegara.

(3)

Dari penjabaran diatas karena pelaksanaan pembelajarannya seka-rang ini masih menemui berbagai kendala dan keterbatasan sehingga belum mampu menjalankan misinya mencerdaskan kehidupan bangsa oleh karena itu ditemui model dan media untuk proses pembelajarannya yaitu “Membangun Civic Viertues Mela-lui Nyanyian Sebagai Media Pem-belajaran Untuk Meningkatkan Motivasi Proses Belajar Meng-ajar”.

1. Prinsip Penyajian Dalam PKn

Karena prinsip penyajian dalam PKn menurut pendapatnya Abdul Aziz Wahab (2008: 28) ada empat bagian yaitu sebagai berikut:

a. Dari mudah ke sukar.

Prinsip ini digunakan dalam pengajaran khususnya dalam pendidikan nilai, moral, dan teori-teori pendidikan. Untuk memahami hal-hal yang bersifat sukar dimulai dari yang bersifat mudah. Apabila di lihat dari peinsip perkem-bangan anak, prinsip ini memang sangat tepat untuk siswa SD;

b. Dari sederhana ke rumit.

Prinsip ini pada dasarnya adalah konsep atau nilai dan moral yang berkenaan dengan penga-malan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Jadi konsep atau nilai dan moral temasuk dalam hal keterampilan (skill) mulai dari yang sederhana ke yang rumit;

Melalui pembiasaan, latihan atau keteladanan yang di mulai sejak kecil, peserta didik akan terbiasa dengan hal-hal yang baik yang sifatnya masih sederhana, kemudian ditingkatkan secara ber-tahap ke hal-hal yang sifatnya lebih sukar. Kematangan usia juga sangat memiliki peran dalam kaitannya dengan fase-fase perkembangannya. Seperti siswa SD akan lebih mudah menangkap pemikiran dari hasil pengamatannya;

c. Dari yang bersifat kongkrit ke Abstrak.

Siswa SD pada prinsipnya lebih mudah menaangkap hal-hal yang sifatnya kongkrit dari pada yang sifatnya abstrak. Guru dapat memberikan contoh-contoh sederhana yang dapat di tiru oleh siswa. Media sangat di perlukan untuk

(4)

mengkongkrit-kan sesuatu hal yang di rasa sangat diperlukan guna memper-mudah pemahaman siswa;

d. Dari lingkungan paling dekat ke lingkungan lebih luas, ling-kungan pendidikan yang per-tama dan utama bagi anak adalah lingkungan keluarga. Dalam keluarga anak lebih banyak melakukan interaksi. Namun apakah lingkungan keluarga menjadi lingkungan pertama dan utama dalam memperoleh pendidikan?.

Menyesuaikan pendapat dari penyajiannya tersebut untuk proses model pembelajaran diatas maka ada inisiatif untuk mencoba menerapkan model proses belajar mengajar melalui Menyanyi untuk pengajaran PKn karena sekarang ini ada kendala dan keterbatasan untuk menjalankan misinya di dalam pembelajarannya yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa kemudian dapat menerapkan nilai- nilai karakter yang diamanatkan oleh kurikulum ketika masyarakat menja-lankan aktifitas keseharian di ling-kungannya. Maka pembelajaran PKn disajikan dengan pemilihan metode, model dan media yang lebih tepat dan menarik dengan mengacu kepada kurikulum Diknas kemudian dituang-kan ke dalam rencana program pengajaran (RPP) oleh gurunya kemudian diketahui dan disetujui oleh kepala sekolah melalui tanda tangan, baru guru PKn dapat menjalankan proses belajar- mengajarnya di kelas. B Identifikasi Masalah dan Per-

tanyaan Penelitian

1 Di era globalisasi ini, apakah anak remaja dan masyarakat kita masih menerapkan materi PKn ketika menjalankan aktivitas keseharian di lingkungannya di manapun mereka berada?

2 Apakah kasus yang muncul sekarang ini seperti bentuk- bentuk kekerasan melalui kena-kalan kelompok remaja di sekolah maupun masyarakat melalui kejahatan jalanan, bullying, stereotip negative karena pesatnya kemajuan tek-nologi media komunikasi kemudian lupa terhadap mate-ri-materi PKn? Selain gurunya kurang tepat ketika mereka memilih model pembelajarannya ?

(5)

C Tujuan Penelitian

1. Secara Umum Penelitian ini bertujuan :

- Mengkaji tentang hasil metode, model, media pembelajaran sebagai perangkat yang ada di rencana program PKn RPP (sebagai studi kritis) terhadap : keberhasilan proses belajar mengajar yang mengarah kepada kognitif, afektif dan psikomotorik adalah kesesuainnya di antara perolehan nilai yang sangat bagus di sekolah dengan penerapannya terhadap lingkungan dimana mereka berada;

- Melalui materi PKn dengan kesesuai nilai yang diperoleh disekolah dengan penerapan sikap (afektif) terhadap lingkungan masyarakatnya, apakah mereka sebagai warga-negara yang baik masih ada penerapan sikap internalisasi toleransi untuk linkungan masyarakat karena mereka berbeda adat, dan suku bangsa ?

2. Secara Khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji :

- Di era globalisasi ini ternyata sebagian remaja dan masyarakat kita hampir kehilangan identitas dirinya karena mereka cenderung meniru budaya luar seperti pengaruh dari berbagai kemajuan teknologinya yang begitu derasnya dapat memotivasi sikap dan tingkah laku manusianya itu sendiri seperti tidak adanya sikap toleransi (saling menghargai) untuk orang lain karena suku dan adat yang berbeda diberbagai daerah sehingga dapat memicu per-tikaian perkelahian;

- Karena guru kurang tepat di antara keterkaitan memilih perangkat pembelajaran yang menjadikan (powerfull learning area) dengan metode, model dan media dengan cara lebih baik lagi, sehingga kurang sesuai di dalam materi PKn salah satunya internalisasi nilai toleransi yang sudah diajarkan di bangku sekolah belum nampak ada penerapan terhadap lingkungan masyarakat sekitar dimana mereka berada. Karena masyarakat jawa barat orang tua dari dulu menerapkan silih asah silih asuh dan silih asih didalam aktifitas kesehariannya.

(6)

B Metode Penulisan :

Metode dipergunakan untuk makalah ini adalah metode deskriptif (Kartini Kartono, 2010:84) karena metode deskriptif adalah suatu metode penelitian/ pengamatan yang meng-gambarkan semua data atau keadaan subyek atau obyek penelitian/ pengamatan atau landasan subyek untuk prosesnya dianalisis berdasarkan kenyataan yang sedang berlangsung pada saat sekarang dan selanjutnya kemudian mencoba memberikan pemecahan masalah terhadap apa yang sedang ditelitinya/ diamatinya, adapun teknik dari pengumpulan datanya adalah seperti :

C Teknik Pengumpulan Data

1. Study Dokumentasi, melihat berita ditelevisi, surat kabar yang ditulis melalui pemberi-taannya, melihat rencana pro-gram pembelajaran dari guru PKn; 2. Study literatur, Mencari litera-tur seperti buku-buku yang pernah dipergunakan

ketika dibangku kuliah kemudian atau diperoleh dari Perpustakaan Kota, oleh karena itu permasa-lahan tersebut adalah berhu-bungan dengan yang akan kita bahas

3. Sampel penelitian, Khususnya masyarakat yang ada di ber-bagai wilayah melalui siaran tayangan televisi dan berita- berita secara tertulis dari surat kabar untuk pencarian tentang aksi dari reaksi masyarakat-nya.

D. Tinjauan Pustaka,

1. Pemaparan dalam Rencana Program Sekolah

Perencanaan dan pelaksanaan pendidikan dilakukan oleh kepala sekolah, guru, dengan diketahui oleh oleh kepala sekolah, secara bersama-sama sebagai suatu komunitas pen-didik dan diterapkan ke dalam kuri-kulum melalui rancangan program pembelajaran disertai perangkat alat dari pengajaran dari gurunya melalui RPP dan hal-hal berikut untuk pengem-bangan Kurikulum,

a. Pengembangan Kurikulum oleh Gurunya :

Di dalam kurikulum 2010 (14-19) Guru ketika akan mengajar harus mengembangkan programnya seperti:

(7)

1) Program Pengembangan Diri: dalam program pengembangan diri, perencanaan dan pelaksanaan dilakukan melalui pengintegrasian ke dalam kegiatan sehari-hari sekolah;

2) Kegiatan rutin sekolah;

3) Kegiatan spontan: yaitu kegiatan yang dilakukan secara spontan pada saat itu juga. Kegiatan ini dilakukan biasanya pada saat guru dan tenaga kependidikan yang lain mengetahui adanya perbuatan yang kurang baik dari peserta didik;

4) Keteladanan;

5) Pengkondisian: untuk mendukung keterlaksanaan pendidikan buda-ya dan karakter bangsa maka sekolah harus dikondisikan sebagai pendu-kung kegiatan; 6) Pengintegrasian dalam mata pela-jaran yaitu diintegrasikan dalam setiap pokok bahasan dari setiap mata pelajaran. Nilai-nilai ter-sebut dicantumkan dalam silabus dan RPP;

7) Budaya Sekolah: Budaya sekolah yaitu peserta didik berinteraksi dengan sesamanya, kegiatan ekstra kurikuler, proses mengambil kepu-tusan, kebijakan maupun interaksi sosial antar kom-ponen di sekolah”.

Dari ketujuh program tersebut yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan perangkat pembelajaran yang harus dilakukan oleh gurunya karena dari sekian banyak faktor untuk keberhasilan tujuan proses belajar mengajar tersebut adalah salah satunya model pembelajaran selain, metode, media dan kelengkapan administrasi lainnya oleh karena itu guru dinamakan sebagai kurikulum hidupnya. (Djahiri. K, 1996:16-18) bahwa: “Guru adalah sebagai pengembang dari kurikulum. Selain itu, sebagai referensi dari acuan pokok keilmuan. Hal ini sesuai pula dengan Balth dan Branson,M dkk: (1999:32-33) yang telah melakukan penelitian sebagai berikut :

“Tentang kegiatan pembelajaran, berusaha menemukan model pembelajaran untuk selanjutnya dapat diubah, diuji kembali dan dikembangkan kemudian diterapkan kepada pola pembelajaran yang digunakan.”

(8)

1. Ciri-ciri dari model pembelajaran :

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teoari belajar dari para akhli tertentu sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert;

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif;

c. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di kelas, misalnya model synectic dirancang untuk memperbaiki kreativitas dalam pelajaran;

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan: 1) Urutan langkah- langkah pembelajaran (syntax); 2) Adanya prinsip-prinsp reaksi;

3) Sistim pendukung keempat ba-gian tersebut merupakan pedo-man praktis bila guru akan melaksanakan suatu model pembelajaran;

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran dampak tersebut meliputi :

1) Dampak pembelajaran yaitu hasil belajar yang dapat diukur; 2) Dampak pengiring yaitu hasil belajar jangka panjang;

f. Membuat persiapan mengajar (de-sain instruksional) dengan pedo-man model pembelajaran yang dipilihnya ( Rusman, 2011, 136 ).

Dari temuan tersebut model pembelajaran untuk PKn bisa disusun berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangan. Karenanya para ahli menyusun model pembelajaran berdasarkan kepada prinsip-prinsip pendidikan, teori-teori psikologis, sosiologis dan analisis sistem atau teori-teori-teori-teori lain. Hal ini seperti pendapatnya Joyce dan Well (dalam Rusman, 2011: 144) menga-takan bahwa :

“ Biasanya model pembelajaran didasarkan kepada teori belajar yang dikelompokkan menjadi empat. Model tersebut merupakan pola umum perilaku pembelajaran untuk mencapai kompetensi atau tujuan pembelajaran yang diharapkan”.

Selanjutnya, Chauhan (1979: 20) dalam (Wahab.A ,2008: 52) berpendapat

(9)

process of specifying and producing particular environmental situations which cause the students to interact in such away that a specific change occurs in their behavior” (Model pelajaran akan membantu proses belajar mengajar bagi peserta didik untuk

tercapaiannya materi pelajaran serta membentuk sikap terbaik peserta didiknya.) Dari Chauhan tersebut, maka dilanjutkan lagi dengan kejelasan model pembelajaran adalah suatu ren-cana atau pola yang dapat digunakan untuk penyesuaian kurikulum dan pembelajaran jangka panjang, meran-cang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau di luar kelas. Begitu pula materi PKn

2. Silabus Pendidikan Kewarga-negaraan (PKn)

Dari perkembangan terakhir, dimana tujuan PKn (civic education) menurut kurikulum tahun 2013 adalah partisipasi yang bermutu dan ber-tanggung jawab dari warganegara dalam kehidupan politik dan masya-rakat baik pada tingkat lokal maupun nasional, maka partisipasi semacam itu memerlukan penguasaan sejumlah kompetensi kewarganegaraan. Dari sejumlah kompetensi yang diperlukan, yang perlu dimasukkan dalam silabus PKn adalah :

a. Penguasaan terhadap pengeta-huan dan pemahaman tertentu; b. Pengembangan kemampuan in-telektual dan partisipatorik; c. Pengembangan karakter dan sikap mental tertentu dan;

d. Komitmen yang benar terhadap nilai dan prinsip dasar demokrasi konstitusional. Berdasarkan kompetensi yang perlu dikembangkan seperti tersebut diatas, terdapat tiga komponen utama yang perlu diajarkan dalam PKn yaitu Civic knowledge,

civic viertues, civic skill, dan Civil Relegion untuk lebih jelasnya lagi bisa kita

beberkan kemudian diterapkan dalam ling-kungan keseharian masyarakat dimana kita berada. Adapun Penjelasannya menurut Kalidjernih, Freddy K (2010:20-21) adalah : a. Civic knowledge ialah dalam pendidikan kewarganegaraan yang meliputi gagasan

dan informasi fundamental yang harus diketahui dan digunakan oleh pelajar agar dapat menjadi warganegara yang efektif dan bertanggung jawab dalam kehidupan yang demo-kratis. Lazimnya civic knowledge meliputi pengetahuan tentang

(10)

pelbagai jenis dan sistim peme-rintah, politik, institusi-institusi dan proses-proses politik serta peran-peran warganegara dalam hubungan dengan pemerintahan, b. Civic viertues, Istilah dalam pen-didikan kewarganegaraan yang merujuk kepada

watak atau karakter (disposition) dan komit-men yang diperlukan untuk memelihara dan memajukan kewarganegaraan dan pemerinta-han yang demokratis. Contoh- contoh watak meliputi, antara lain tanggung jawab individu, disiplin diri, integritas, patriotism, tole-ransi kepada keanekaragaman, kesabaran dan kekonsistenan rasa kasih serta iba kepada orang lain yang memerlukan bantuan kita. Komitmen meliputi antara lain dedikasi kepada hak-hak asasi manusia, kesetaraan, kepentingan umum dan hukum.

c. Civic Skills, Istilah dalam pendi-dikan kewarganegaraan yang merujuk kepada kemampuan- kemampuan intelektual yang diperlukan untuk memahami, membandingkan, menjelaskan dan mengevaluasi prinsip-prinsip dan praktik-praktik pemerintahan dan kewarganegaraan. Civic skills juga meliputi keterampilan-keteram-pilan partisipatoris yang memung-kinkan warganegara memonitor dan mempengaruhi kebijakan-kebijakan publik;

d. Civil Relegion, ialah suatu rang-kaian kepercayaan, ritual dan symbol yang menunjukkan hu-bungan antara masyarakat madani (Civil Society), bangsa dan negara dan yang mengklaim dukungan dari Sang pencipta bagi tujuan dan sejarah suatu bangsa. Istilah ini bermula dari J.J. Rousseau yang membedakan antara agama manu-sia yang merupakan urusan privat antara individu dan Tuhan serta Agama warganegara yang meru-pakan urusan publik dari tiap-tiap individu dalam hubungannya dengan masyarakat dan pemerintah. Dalam kontek ini Civil religion mengikat anggauta-anggauta suatu masyarakat terutama melalui kewajiban-kewajibannya.

Adapun model pembelajaran dapat dijadikan pola pilihan, para guru harus memilih model pembelajaran yang sesuai dengan topik pembahasan dan efisien dengan maksud untuk dapat mencapai tujuannya seperti menyanyi sebelum memulai atau ketika berlangsungnya proses belajar meng-ajar bidang studi PKn agar termotivasi untuk lebih mengetahui tentang topik yang akan diajarkannya kemudian tercapai apa yang

(11)

ada didalam rencana program pembelajarannya akan tetapi di dalam tema menyanyinya harus disesuaikan dengan topik pembela-jarannya seperti :

Topik Pembelajaran : “Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Lingkungan Sekolah”

Dengan Sub Topik : “Penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia dari Faktor Internal dan Faktor internal”

Kelas/Semester : XI /1 Sekolah Menengah Kejuruan Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (Pertemuan ke Satu/ I)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP I ) Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan

Kelas / Semester : XI /1 Sekolah Menengah Kejuruan Alokasi Waktu : 2 X 45 menit (Pertemuan ke Satu/ I)

Topik : Contoh Kasus Pelanggaran Hak Asasi Manusia di Indonesia

: Penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia dari Faktor Internal dan Faktor internal

Kompetensi Inti :

1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya;

2 Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerja sama, toleransi, damai) santun, responsif dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai perbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan social dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cermin bangsa dalam pergaulan dunia;

3 Memahami dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dalam ilmu pengetahuan, genologi, seni, budaya dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan dan peradaban terkait fenomena dan kajian serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalahan;

4. Mengolah, menalar dan menyaji dalam ranah kongkrit dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri dan mampu menggunakan metode sesuai kaidah keilmuan.

Kompetensi Dasar:

1.1. Menghayati perilaku yang sesuai dengan prinsip-prinsip solidaritas yang dilandasi ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya;

1.3. Menghayati persamaan kedudukan warganegara tampa membeda-bedakan Ras, agama dan kepercayaan, gender, golongan, budaya dan suku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara;

(12)

2.5. Menghayati budaya demokrasi dengan mengutamakan prinsip musyawarah, mufakat dan kesadaran bernegara kesatuan dalam kontek NKRI (Negara kesatuan republik indonesaia)

4.10.1 Berinteraksi dengan teman dan orang lain berdasarkan prinsip saling menghormati dan menghargai dalam keberagaman suku, agama, ras, budaya dan gender.

Indikator :

Dari kompetensi dasar 1.1, 1.3, 2.5 dan 4.10.1 diatas maka sebagai indikatornya adalah:

- Merasa prihatin dan sedih akan contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia;

- Memahami faktor internal dan eksternal sebagai penyebab pelanggaran hak asasi manusia contohnya tidak adanya internalisasi nilai toleransi di dalam kehidupan sehari-hari.

Kegiatan : Kegiatan Inti : Alokasi

Waktu

Pendahuluan Guru mempersiapkan kelas agar lebih kondusif untuk Proses

Belajar mengajar: Kerapihan dan kebersihan ruang kelas, presentasi, menyiapkan media serta buku yang diperlukan;

 Guru memberikan penguatan tentang aspek motivasi belajar dan

sikap spiritual dan sosial peserta didik dengan : Berdoa bersama

 Guru menyampaikan tujuan materi : Contoh kasus pelanggaran

Hak asasi manusia di Indonesia disertai penyebab pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia dari faktor internal dan eksternal Seperti : “Internalisasi nilai toleransi pada peserta didik untuk mengatasi perkelahian “

 Guru bersama peserta didik membentuk kursi yang melingkar

atau bentuk lainnya,

1. Eksplorasi,

Untuk menambah semangat belajar peserta didik dan guru

mengucapkan yel- yel seperti :

Go……go…… go…….ale……ale ……ale Go……go…… go…….ale……ale ……ale

a. Peserta Didik memperhatikan Peta konsep dalam Proyektor tentang Contoh kasus .Yaitu dalam bentuk gambar sekelompok orang yang sedang menghargai orang yang berbeda pendapat dengan cara toleransi yang diwujudkan dalam internalisasi kehidupan sehari-hari peserta didiknya dalam menyelesaikan permasalahan untuk mencarikan solusi kemufakatan pertikaian melalui perkelahian;

b. Deskripsi Pengertian pentingnya mengetahui pe-nyebab pelanggaran hak asasi manusia disertai faktor internal dan ekternalnya, maka guru menjelaskan keterkaitan gambar yang telah diperlihatkannya kepada peserta didik dengan materi yang akan dijelaskan secara bersama- sama;

(13)

Kegiatan Inti :

1. Eksplorasi

a. Peserta Didik memperhatikan Peta konsep dalam Proyektor tentang Contoh kasus .Yaitu dalam bentuk gambar sekelompok orang yang sedang menghargai orang yang berbeda pendapat dengan cara toleransi yang diwujudkan dalam internalisasi kehidupan sehari-hari peserta didiknya dalam

menyelesaikan permasalahan untuk mencarikan solusi

kemufakatan pertikaian melalui perkelahian;

b. Deskripsi Pengertian pentingnya mengetahui penyebab

pelanggaran hak asasi manusia disertai faktor internal dan ekternalnya, maka guru menjelaskan keterkaitan gambar yang telah diperlihatkannya kepada peserta didik dengan materi yang akan dijelaskan secara bersama- sama;

2. Elaborasi

 Guru membahas materi dengan Pokok bahasannya adalah :

Contoh Kasus pelanggaran hak asasi manusia melalui penyebab pelanggaran dengan faktor internal dan ekternalnya contohnya karena tidak adanya internalisasi nilai toleransi pada diri peserta didik sehingga terjadilah pertikaian perkelahian dengan temannya dari sekolah yang lain.

 Guru dan Peserta Didik bersama- sama menyanyikan “Manuk

Dadali” dari bahasa Sunda karena sekolahnya berada di Jawa barat.

Seperti :

“ Mesat ngapung luhur jauh diawang- awang…… Meberkeun jangjangna bangun taya karingrang … Sukuna ranggoes reujeung pamatukna ngeluk …. Ngagembang bari hiberna tarik nyuruwuk ……… Saha anu bisa nyusul kana tandangna………… Tandang jeung pertentang teu aya bandinganna Pinuh siloka keur kasatria bangsa Indonesia…. Manuk dadali manuk pang gagahna………... Perlambang sakti Indonesia jaya ……… Manuk dadali keur sakumna bangsa……….. Resep ngahiji rukun sakabehna……….. Hirup sauyunan taya pahiri- hiri……….. Silih pikanyaah teu inggis bela pati…………. Pinuh siloka keur sakumna bangsa Indonesia”.

Selanjutnya Guru :

= Merencanakan tema ini dengan memilih dan menerapkan model telling story melalui nyanyian Manuk Dadali yang diarahkan guna mengatasi perselihan tawuran sebagai contoh dari faktor internal melalui sikap tidak adanya internalisasi nilai toleransi. Untuk keberhasilan proses penerapannya, peserta didik diharuskan untuk tidak takut dan jujur serta terbuka membicarakan masalah pertikaian perkelahian diantara temannya dengan sekolah lainnya dengan cara diungkapkan melalui percakapan kepada guru PKn untuk mendapatkan solusi terbaiknya dari orang yang dianggap lebih dewasa dan berpengetahuan, kemudian guru PKn memberikan jawaban menurut pemikirannya.

65 Menit

(14)

Setelah Selesai Pembahasan Topik Pembelajaran, langkah berikutnya :

1. Guru memberikan evaluasi dengan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, kalau saja ada pertanyaan, kemudian guru memberikan penugasan untuk dapat mengetahui topik Penyebab pelanggaran hak asasi manusia seperti dari faktor internal dan eksternalnya kemudian ada internalisasi nilai toleransi untuk saling menghargai ketika adanya perselisihan yang menjadikan perkelahian, pembelajaran ini “Harus diterapkan dalam kehidupan sehari- hari karena bangsa yang besar dari suatu negara yaitu mempertahankan adat istiadatnya dari apa yang sudah nenek moyang kita terdahulu mereka melakukannya dan sebagai generasi berikutnya kita wajib untuk mempertahankan kemudian dengan nilai-nilai karakternya seperti saling mengahargai, toleransi walaupun ada perbedaan pendapat dan sebagai bagian latar belakang;

2. Setelah peserta didik menyimak materi yang telah dibahas terlihat sekali mereka merespon dengan positif dan menyadari bahwa seorang anak harus mengikuti pepatah orang tuanya sendiri seperti menerapkan internalisasi nilai toleransi ketika adanya perselisihan, karena tidak mau dan takut akan murka Tuhan selain itu harus me ngikuti jejak kebiasaan orang tuanya terdahulu yang disesuaikan dengan perkembangan zaman sekarang dan memilah -milah manayang harus diterapkan dan mana yang harus ditinggalkan dalam aktifitas keseharian sehubungan perkembangan budaya dari negara lain yang semakin maju seperti cotohnya internalisasi nilai toleransi sebagai bagian dari faktor internal dari penyebab pelanggaran hak asasi manusia dengan sesama temannya. Karena ini adalah bagian dari materi PKn sebagai usaha untuk menerapkan dari bagian warga negara yang baik (Good citizenship) dan (Civic competence) dari generasi penerus sebagai calon pemimpin. Setelah itu menugaskan kepada salah satu peserta didik yang paling terdepan untuk maju dan duduk disamping meja guru, kemudian peserta didik membicarakan permasalah dirinya secara langsung atau kalau saja malu, boleh ditulis terlebih dahulu di dalam kertas; 3. Guru melakukan refleksi dan umpan balik dengan penekanan kepada peserta didik melalui pendidikan agama bahwa sebagai umat Tuhan mengharuskan mengikuti pepatah orang tua selain mengikuti dan melestarikan budayanya dengan menyesuaikan perkembanngan teknologi dari luar;

4. Peserta didik maju kedepan satu persatu secara berurutan sampai dengan peserta didik dengan nomor 20 (sampai selesai) untuk memberikan pernyataannya secara jujur dan terbuka bahwa dirinya telah terjadi perselisihan dengan teman sekolah lainnya sehingga mengakibatkan perkelahian.

Kemudian guru memberikan solusi terbaiknya untuk

memutuskan sikap dari pemikiran sebagai orang yang berpengetahuan dan berpengalaman.

c. Konfirmasi :

1. Peserta didik dan guru setelah selesai dalam penerapan model

pembelajaran Telling stori melalui pembicaraan tentang

permasalahan peserta didik mengenai keterlibatan dirinya yang telah bertikai sehingga terjadi perkelahian diantara sesama teman

(15)

dengan sekolah lainnya di dalam prosesnya masih ada yang disembunyikan dalam pembicaraannya. Seolah-olah ada rasa takut bila dilihat dari raut mukanya, karena guru beserta staf sekolahnya akan memberikan sangsi atau mereka akan dikeluarkan dari sekolahnya:

2. Peserta didik dan guru memberikan kesimpulan tentang materi dari tema :

Pentingnya mengetahui contoh dari Kasus pelanggaran hak asasi manusia di Indonesia melalui penyebab pelanggaran hak asasi manusia dengan faktor internal dan ekternalnya sebagai salah satu faktor internalnya adalah tidak adanya internalisasi nilai toleransi diantara sesama temannya dengan sekolah lainnya.

Kegiatan Akhir :

d. Evaluasi Akhir dari Proses Belajar Mengajar :

Untuk selanjutnya di dalam proses belajar mengajar peneliti memberikan evaluasi pengawasan melalui pengamatan langsung terhadap peserta didik yang ditulis pada lembar kertas penilaian dan hasil nilainya akan digabungkan dengan RPP ke dua.

e. Kegiatan Akhir Proses Belajar Mengajar untuk Lanjutan RPPnya:

1. Guru menyimpulkan materi pelajaran tentang contoh kasus pelanggaran hak asasi manusia disertai penyebabnya seperti faktor internal dan eksternalnya dengan salah satunya internalisasi nilai toleransi pada peserta didik kemudian harus diterapkan dalam

kehidupan sehari-hari, dimanapun berada melalui

permasalahannya dengan sesama temannya karena keterlibatan pertikaian berkelahi yang diungkapkannya melalui percakapan kepada seorang guru PKn di sekolahnya;

2. Karena guru bagi peserta didik adalah orang yang dihormati selain untuk mendapatkan solusi terhadap permasalahan dirinya melalui

pertikaian dengan perkelahian tawurannya pada akhir

perolehannya masih belum sempurna dan belum bisa terjawabkan secara menyeluruh hasilnya, apalagi sesuai dengan pemikiran dari seseorang yang dianggap lebih dewasa, berpengalaman dan berpengetahuan yang lebih tinggi bagi peserta didik dari SMK Kartika Candra;

3. Adapun rencana akhir, harus mengadakan pertemuan yang kedua sehubungan masih ada peserta didik yang masih belum jujur, dan tidak mau berterus terang secara terbuka dengan cara masih ada yang ditutupi apa yang telah terjadi terhadap dirinya.

Untuk pertemuan minggu berikutnya maka Guru akan mengulangi lagi penerapan model telling story pada pelajaran PKnnya, karena terlihat masih ada beberapa peserta didik yang masih belum terbuka dan jujur bahwa dirinya ada persengketaan dengan sesama temannya dengan sekolah lainnya adapu n untuk pertemuan ke dua berikutnya. (menjadi 2X pertemuan) dengan waktu 2X 45 menit, pada materi dan sub pokok bahasan yang sama untuk satu pertemuannya.

Dari satu tema materinya hanya dari pokok bahasannya lebih dikembangkan lagi sehubungan untuk menyesuaikan dengan pernyataan permasalahan peserta didik yang masih belum terbuka dan jujur bahwa dirinya telah ada permasalahan dengan teman dari sekolah lainnya yaitu pertikaian yang melibatkan perkelahian tawuran sehingga ada yang terluka.

15 Menit

(16)

Karena syarat keberhasilannya adalah peserta didik diharuskan untuk berbuat jujur dan terbuka tidak ada yang ditutup -tutupi dan berterus terang bahwa dirinya telah terlibat pertikaian sehingga tidak menjadikan rasa takut yang sangat berat karena adanya p ermasalahan yang sedang terjadi bahkan ada dendam berkepanjangan yang sukar untuk dihilangkan, di antara peserta didiknya maka disesuaikan dengan pokok bahasan yang sama dan akan dibahas pada pertemuan berikutnya kemudian untuk proses selanjutnya yaitu sub pokok bahasannya akan dikembangkan lagi agar tujuan dari pembelajarannya dapat menyesuaikan dengan tujuan kurikulum yang sedang dijalankan untuk tahun 2013.

4. Guru mengakhiri pembelajar an dengan :

Berdoa bersama dan mengucapkan syukur kepada Allah , Tuhan YME bahwa pertemuan kali ini telah berlangsung dengan hasilnya pun cukup baik.

Sukabumi, 22 Agustus 2016 Mengetahui Kepala Sekolah Guru PKn,

(………....) (………...)

Dari proses rencana program pembelajaran tertulis di atas maka. Guru PKn dengan pemilihan perang-katnya seperti model pembelajaran melalui menyanyi harus ada kese-suaian diantara tema menyanyi dengan topik pembelajarannya oleh karena itu guru PKn dituntut untuk lebih kreatif ketika membuat alur dari elemen- elemen rencana program pembelajaran selain harus mengacu kepada kurikulum yang berlaku pada waktu itu. Karena menurut paham kontruk-tivisme belajar merupakan proses pembentukan pengetahuan. Karena pengetahuan tersebut hen-daknya dibangun oleh peserta didik sendiri dengan difasilitasi oleh gurunya karena belajar berarti membentuk atau mengkontruksi makna berdasarkan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan diamati peserta didik seperti :

1. Belajar bukan kegiatan mengum-pulkan fakta tetapi merupakan pengembangan pemahaman un-tuk memperoleh pengertian baru;

2. Hasil belajar akan dipengaruhi oleh pengakuan belajar dengan dunia phisik dan lingkungan.

(17)

Sesuai dengan hasil belajar akan dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan dunia phisik dan lingkungan maka peserta didik sebaiknya harus bersemangat lagi dalam menempuh proses belajar mengajarnya dan untuk mendapatkan semangat boleh saja guru memberikan motivasinya seperti sebelum berlang-sungnya proses pembelajaran terlebih dahulu peserta didik bersama gurunya mengucapkan yel-yel apa saja atau yel-yel.

Sebagai ketercapaian dari tujuan akhir dari rencana program pembelajaran yang dibuat oleh guru PKn mengingat tujuan dari pem-belajarannya yaitu untuk menjadikan peserta didik menjadi orang yang cerdas, berakhlak mulia dan ber-tanggung jawab (civic viertues). Dan model pengajaran PKn adalah sebagai upayanya untuk mempengaruhi peru-bahan dalam perilaku peserta didik dari yang tidak tahu menjadi tahu selainnya untuk membantu guru dalam mening-katkan kemampuannya untuk lebih mengenal peserta didik dan mencip-takan lingkungan yang lebih bervariasi bagi kepentingan belajarnya, maka salah satu batasannya adalah :

“Model of teaching can be defined as instructional design which desckribes the process of specifying and producing particular enviroumental situations which cause the students to interact in such a way that a specific change occurs in their behavior (SS Chauhan 1979 : 20 dalam Azis wahab 2008 :52).

Dengan memperhatikan bata-san tersebut maka dapat dikatakan model mengajar merupakan sebuah perencanaan yang penggambarkan proses yang ditempuh untuk men-dapatkan perubahan yang spesifik pada perilaku peserta didik sesuai dengan tujuan pembelajaran melalui visi misinya atau rencana dari program pengajaran (RPP) yang dibuat gurunya dengan mengacu kepada kurikulum dari Kementrian pendidikan dan kebudayaan.

E Kesimpulan Dan Saran :

Berdasarkan hasil- hasil yang diperoleh selama pengembangan mo-del belajar melalui menyanyi dalam pembelajaran PKn dapat disimpulkan beberapa temuan seperti berikut :

(18)

Pertama,

Model belajar melalui menyanyi mempunyai efektivitas yang cukup tinggi untuk membelajarkan materi tentang pokok bahasan :

“Penyebab Pelanggaran Hak Asasi Manusia dari Faktor Internal dan Faktor ekternal,” karena keefek-tivitasan dari model pembelajaran dengan menyanyi untuk membelajar-kan pendidimembelajar-kan kewarganegaraan mempersyaratmembelajar-kan kinerja profesional dalam kapasitasnya untuk itu guru PKn sebagai pengembang dan pelaksana kurikulum dituntut untuk lebih peka dan kreatifitasnya dalam memberikan layanan social akademis kepada peserta didik melalui pengkondisian iklim pembelajaran yang mampu mengaktualisasikan potensi peserta didik secara optimal adalah merupakan prasyarat iringan yang bersifat sub-tansial dalam pengem-bangan model pembelajaran sehingga menjadikan pembelajaran pendidikan kewarga-negaraan semakin bermakna dalam dimensi pendidikan karena motivasi peserta didiknya.

Kedua,

Model belajar melalui menyanyi, dapat meningkatkan semangat dan motivasi untuk mencapai hasil belajar peserta didik. Selain hubungan penguasaan materi, sikap dan keterampilan sosial-nya yang cukup tinggi karena mem-pelajari materi-materi PKn memer-lukan psikomotorik yang cukup tinggi untuk mempelajarinya, kemudian menerapkannya kepada lingkungan dimana mereka berada melalui silih asah, silih asuh dan silih asih ;

Ketiga,

Model belajar melalui menyanyi menciptakan suasana belajar meng-ajar peserta didik yang lebih serius, terarah, serta kondusif, dalam prosesnya akan terwujud, karena pembelajaran PKn, telah saling mengisi diantara guru dan peserta didiknya, sehingga dari lokasi tempat berlangsungnya pembela-jaranpun telah ada penerapan silih asah, silih asuh dan silih asih yaitu diantara guru PKn dan peserta didikinya;

Keempat,

Model belajar melalui menyanyi dapat meningkatkan kegairahan motivasi, penguasaan materi, dan keakraban peserta didik dalam mempelajari materi PKn.

(19)

Dengan kata lain kegairahan, motivasi, penguasaan materi dan keakraban dalam materi belajar PKn mengalami peningkatan yang cukup tinggi pada saat pembelajaran melalui menyanyi untuk merancang dan melaksanakan pembe-lajarannya.

Saran- sarannya,

Berkenaan dengan hasil- hasil yang diperoleh dalam pengembangan model pembelajaran melalui menya-nyi yaitu peningkatan kualitas pem-belajaran PKn bisa diterapkan peng-gunaannya dan bisa berhasil secara efektif. Maka perlu diperhatikan beberapa faktor subtansinya seperti berikut :

Pertama,

Penanganan dan kesanggupan guru PKn untuk lebih kreatif untuk memotivasi proses belajar mengajar agar prosesnya harus lebih baik lagi, sehingga dapat tercapai tujuan dalam rencana program pembelajaran beser-ta komponen perangkatnya oleh guru PKn, adalah upaya untuk mengatasi keresahan seperti rendah-nya kualitas proses dari hasil pembelajaran PKn ;

Kedua,

Daya dukung kepala sekolah sebagai pihak yang paling dekat dan ber-pengaruh untuk mengevaluasi, mengembangkan kemampuan guru-nya, dalam melaksanakan pem-belajaran, sehingga tercapai tujuan dari apa yang ada di dalam perangkat komponen rencana program penga-jaran melalui model pembelajaran menyanyi adalah benar-benar efektif dan berdaya guna dalam mening-katkan motivasi peserta didik ketika, mengikuti proses belajar mengajar PKn. Sehingga tujuan dari rencana programnya tercapai dan peserta didik memperoleh nilai tinggi. Kemudian ada penerapan sikap ( afektif ) dalam aktifitas sehari- harinya yang lebih baik lagi;

Ketiga,

Pepatah orang tua kita terdahulu memang harus dilestarikan melalui penerapan aktifitas dalam menjalan-kan kehidupan kita sehari-harinya dimasyarakat sebagai wujud pene-rapan ( good citizenship ), karena materi PKn banyak keterkaitannya

(20)

dengan agama yang kita anut sebagai pelaksanaan menjalankan perintah-nya.( citizent

religion ).

F. Daftar Pustaka,

Abdul Azis Wahab (2008), Metode dan Model Mengajar Ilmu Penge-tahuan Sosial

(IPS), Alfabeta Bandung;

Branson, M dan Balth dkk (1999), Dalam Bibliografi Pasca Sarjana Pendidikan

Kewar-ganegaraan, Universitas Pendidikan Indonesia ( UPI ) Bandung;

Freddy Kalidjernih (2010), Kamus Pendidikan Kewarganegara-an, Widya Aksara Press;

Kartini, Kartono (2010), Metode Penelitian, Alumni Bandung;

Kosasih Djahiri (1996), Menelusuri Dunia Afektif Pendidikan dan Moral. IKIP Bandung;

Kurikulum tahun 2013, Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti). Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, ( Kemendiknas ) Jakarta;

Rusman (2011), Model-model Pembelajaran Mengembang-kan Profesional Guru, Rajawali Press Jakarta;

Undang- Undang Nomor : 20 tahun 2003, Direktorat Pendidikan Tinggi (Dikti) Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Nasional, (Kemendiknas) Jakarta;

Data Penulis,

Dr. Juliati, M.Pd. dan Muhammad Firman. S.Pd., M.Pd. Sebagai Dosen DPK Kopertis Wilayah IV Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran inkuiri berbantuan media blok pecahan dapat meningkatkan keterampilan guru dalam

1. Pajak daerah adalah kontribusi wajib kepada daerah yang bersifat memaksa, digunakan untuk keperluan daerah bagi kemakmuran rakyat. Retribusi daerah adalah pungutan daerah

Sebuah Komisi yang bersifat mandiri yang mana kewenangannya adalah untuk mengusulkan pengangkatan Hakim Agung dan kewenangan lain yang diatur di dalam

( http://gis.deptan.go.id/website/sipetin/kabupaten/BANTUL5.htm ). Saat ini produksi kacang tanah bagi sebagian masyarakat Kecamatan Imogiri dimanfaatkan sebagai bahan

bahwa dalam rangka pelaksanaan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pembangunan Zona Integritas

diversifikasi pangan olahan berbasis udang rebon (nugget, otak-otak, kerupuk, terasi) diaplikasikan para wanita nelayan di tingkat rumah tangganya, dan (4) para

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Hubungan secara simultan antara atribut produk, harga dan saluran distribusi dengan loyalitas konsumen. 2) Hubungan

Tampilan untuk menu utama aplikasi SiPeSaPe, dapat dilihat pada Gambar 2. Menu utama terdiri dari 3 menu yang masing-masing diwakili oleh sebuah tombol, yaitu: