PERKOLONG-KOLONG PADA KERJA TAHUN
MASYARAKAT KARO
Enovemta Gule
Prog. S. Tari – Jur. Sendratasik Universitas Negeri Medan
ABSTRAK
Kerja Tahun adalah sebuah perayaan berupa pesta sebagai rasa ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas keberhasilan panen padi yang diadakan setahun sekali. Dalam upacara Kerja Tahun, Gendang
guro-guro aron di dalamnya terdapat Bapa aron dan Nande aron serta Perkolong-kolong yang sangat berperan aktif dalam acara tersebut, Perkolong-kolong adalah penyanyi (sirende) yang sekaligus penari yang
ditampilkan oleh sepasang pria dan wanita. Kehadiran Perkolong-kolong dalam acara Kerja Tahun adalah sebagai penyanyi sekaligus menari dan berbalas pantun berisikan nasihat dan canda, yang memberikan hiburan kepada Masyarakat.
Kata kunci: Kerja Tahun, Parkolong-kolong,hiburan. I. PENDAHULUAN
Kesenian adalah salah satu produk budaya, yang dalam kehidupanya selalu tidak pernah lepas dari Masyarakat, merupakan salah satu unsur yang terdapat dalam kebudayaan, mencakup aktivitas dari Masyarakat itu sendiri. Suku Batak Karo merupakan bagian dari etnis Batak yang berada di wilayah Sumatera Utara, memiliki berbagai macam kesenian seperti tarian, musik, sastra, dan lain sebagainya. Salah satu kesenaian yang digunakan oleh suku Karo dalam berbagai aktifitas kehidupan Masyarakatnya adalah seni tari. Tarian bagi Masyarakat Karo selalu digunakan pada berbagai kegiatan adat, apakah sebagai media utama ataupun sebagai media hiburan. Tarian.-tarian yang disertakan itu antara lain, piso surit,
lima serangkai, upacara Kerja Tahun, ndilo wari udan, ndikar dan lain- lain.
Salah satu kegiatan atau aktifitas pada Masyarakat Karo adalah upacara Kerja Tahun dan sudah mentradisi di Taneh Karo yang sampai sekarang masih dilakukan di berbagai daerah. Kerja Tahun adalah sebuah perayaan berupa pesta sebagai rasa ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas keberhasilan panen padi yang diadakan setahun sekali. Masyarakat Karo merupakan Masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Kerja Tahun ini dilakukan Masyarakat berdasarkan pada kegiatan pertanian tanaman padi, sebab Masyarakat Karo merupakan Masyarakat pedesaan yang sejak dahulu
mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Dengan itu dulunya dibentuk suatu kelompok kerja yang berangotakan 15 orang atau lebih,mereka bergotong-royong secara bergilir bekerja dari satu tempat ke tempat lain dan setelah semuanya selesai maka diadakanlah Kerja Tahun sebagai ucapan syukur. Pada masa kini, pelaksanaan Kerja Tahun berbeda di berbagai daerah di Tanah Karo, Masing-masing daerah lebih memfokuskan pada tahapan tertentu kegiatan pertanian, Ada yang merayakan di masa awal penanaman (merdang merdem),
pertengahan pertumbuhan (nimpa bunga
benih), pada masa akan panen (mahpah)
ataupun pada masa panen (ngerires). Dalam upacara Kerja Tahun,
Gendang guro-guro aron yang didalamnya terdapat Bapa aron dan
Nande aron serta Perkolong-kolong
yang sangat berperan aktif dalam acara tersebut, Perkolong-kolong adalah penyanyi (sirende) yang sekaligus penari yang yang ditampilkan sepasang pria dan wanita.
Kolong-kolong berasal dari sebuah
lagu (Gendang) yang juga namanya kolong-kolong, yang sering ditampilkan sehingga pada saat itu cukup popular. oleh sebab itu kemudian sebutan penyanyi (sirende) pada suku Karo terkenal dengan sebutan
Perkolong-kolong, baik pria maupun wanita (Siti
Rahmah,2004:94).
Perkolong-kolong ini ditampilkan
sepasang laki- laki dan perempuan. Kehadiran Perkolong-kolong dalam acara Kerja Tahun adalah sebagai penyanyi sekaligus menari dan berbalas pantun yang memberikan hiburan
kepada Masyarakat. Perkolong-kolong ini ditampilkan (adu) Pada kesempatan tertentu karna sebelum
Perkolong-kolong ini ditampilkan (adu) maka
terlebih dahulu yang menari adalah: - Simanteki kuta (marga yang pertama
kali menempati kampung tersebut) - Kepala desa dan pengurus desa - Kalimbubu kuta
- Anak beru kuta
- Bapa aron dan Nande aron
- Pulu aron
- Perkolong-kolong
Dalam upacara Kerja Tahun
Perkolong-kolong diringi dengan
Gendang (musik) lima sendalanen sebuah perangkat musik tradisional Karo yang terdiri dari lima alat musik; Sarune (alat musik tiup), Gendang Singindungi,
Gendang Singanaki, Gong dan Penganak (gong kecil) sebagai pengatur
ritme.
Dari penjelasan di atas, topic ini akan berbicara tentang keberadaan perkolong-kolong dan struktur penyajian perkolong-kolong pada pelaksanaan kerja tahun.
II. Landasan Teoritis dan Kerangka konseptual
Dalam sebuah penelitian penggunaan teori sangatlah diperlukan. Hal ini akan membantu seorang peneliti untuk memecahkan masalah- masalah yang menjadi topik permasalahan dalam kegiatan penelitian yang sedang dilakukan. Karna untuk menganalisa data-data hasil kerja lapangan digunakan teori yang relevan dan akurat sehingga kesimpulan yang didapat bisa lebih cepat.
2.1. Pengertian Upacara
Kebudayaan dalam suatu etnis merupakan hasil karya manusia yang menjadi kebiasaan yang dilakukan dan menjadi sesuatu hal yang baku. Hal itu disebut sebagai adat istiadat, setiap adat memiliki norma yang harus dipatuhi dalam merealisasikanya. Upacara merupakan suatu bagian dari kegiatan manusia yang hanya dilakukan pada saat-saat tertentu dan untuk memperingati kejadian tertentu saja. Dalam kamus besar bahasa Indonesia upacara adalah rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan tertentu menurut adat dan agama (2001: 1250). Sedangkan Harsojo mengatakan (1985:423) mengatakan bahwa:
“Upacara adalah sistem keyakinan atau rangkaian yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam Masyarakat yang bersangkutan; suatu kegiatan peta tradisional yang diatur menurut tata adat atau hukum diMasyarakat dalam rangka memperingati peristiwa-peristiwa atau lain- lain dengan ketentuan adat yang bersangkutan”.
Upacara Kerja Tahun adalah sebuah aktivitas religi Masyarakat petani sub etnis Karo yang diselenggarakan setahun sekali, dimana Masyarakat Karo merupakan Masyarakat pedesaan yang sejak dahulu mengandalkan titik perekonomiannya pada bidang pertanian. Tanaman padi adalah salah satu tanaman penting, yang selain mengandung makna ekonomi juga memiliki keterkaitan terhadap unsur religi dan sosial.
Dengan demikain, upacara adalah satu kegiatan yang berhubungan dengan adat istiadat dalam Masyarakat. Upacara yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upacara Kerja Tahun di Masyarakat Karo.
2.2. Pengertian Fungsi
Fungsi adalah kegunaan atau tujuan, sedangkan dalam pengertian lain fungsi adalah” pekerjaan yang dilakukan untuk mencapai tujuan” KBBI (2005:322). Selain itu juga fungsi tari juga dijelaskan oleh Soedarsono (1972:22) dimna fungsi tari dapat berfungsi:
“(a) Sarana upacara keagamaan yang masih kuat unsur-unsur kepercayaan kuno. (b) Sarana untuk mengungkapkan rasa kegembiraan dan pergaulan. (c) Sarana pertunjukan yang timbul dari perasaan untuk memberikan hiburan atau kepuasan batin manusia”.
Sesuai dengan tanggapan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa upacara Kerja Tahun adalah salah satu upacara tradisional Batak Karo, pengadaanya biasanya dilakukan setahun sekali sebagai ucapan syukur kepada Tuhan sesuai dengan kepercayaan mereka. Fungsi upacara tersebut dapat disimpulkan sebagai fungsi sosial dan hiburan bagi Masyarakat Karo.
2.3. Pengertian Struktur
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2005:1092) menyebutkan bahwa pengertian struktur adalah cara sesuatu disusun atau dibangun, susunan, bangunan, ketentuan suatu unsur-unsur dari suatu benda. Pengertian struktur
dalam penelitian ini adalah bagaimana susunan Perkolong-kolong baik dalam penyajianya pada upacara Kerja Tahun di Masyarakat Karo.
2.4. Pengertian Bentuk
Bentuk merupakan suatu wujud yang nyata, menurut Budiono dalam KBBI (2005:135) ”Bentuk adalah wujud, rupa dan gambaran”. Pada dasarnya yang dimaksud dengan bentuk adalah totalitas dari pada karya seni, bentuk itu merupakan organisasi atau satu kesatuan atau komposisi dari unsur-unsur pendukung karya. Jadi yang dimaksud wujud disini mengacu pada kenyataan yang nampak secara kongkrit dan dapat dijadikan bahan apresiasi seni. Pengertian penyajian yang kata dasarnya saji yaitu mempersembahkan , sedangkan penyajian mengandung pengertian yaitu proses, cara dan perbuatan menyajikan (2005:979).
Dari pengertian di atas maka yang dimaksud bentuk penyajian dalam penelitian ini adalah susunan cara menyajikan Perkolong-kolong pada upacara Kerja Tahun di Masyarakat Karo. Bentuk penyajian
Perkolong-kolong dikaji mulai dari proses awal
dimulainya pelaksanaan upacara Kerja Tahun. Bentuk penyajian dalam kaitan ini mengarah kepada Perkolong-kolong sebagai, penari, penyanyi dan pemberi
Pasu-pasu (doa) kepada Masyarakat
Karo.
III. Metodologi Penelitian
Metode digunakan untuk mendapat data yang benar serta tujuanya. Metode merupakan cara yang telha ditentukan untuk
memecahkan suatu masalah. Semakin baik suatu sistematis metode maka pencapaian tujuan penelitian semakin efektif. A. Aziz Hidayat (2007:23) , menyatakan:
“ metode penelitian merupakan cara yang akan dilakukan dalam proses penelitian, metode ini harus diuraikan secara rinci seperti variable penelitian, teknik pengumpulan data, analisis data, cara penafsiran dan menyimpulkan hasil penelitian” 3.1. Lokasi, waktu penelitian, dan
Subjek Penelitan
Penelitian ini dilakukan didesa Tigabinanga Kabupaten Karo, sebagai tempat yang masih melaksanakan upacara Kerja Tahun, dengan menyertakan Perkolong-kolong. Waktu penelitian dilaksanakan sejak awal Desember 2011 sampai Februari 2012 dalam pengumpulan data berdasarkan pada observasi dan studi pustaka, dan hasil dokumentasi pelaksanaan Kerja Tahun yang telah dilakukan sebelumnya. Adapun yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah
perkolong-kolong, Bapak aron, nande aron, tokoh adat, penyelenggara upacara, dan seniman yang mengetahu tentang kegiatan Kerja Tahun.
3.2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan teknik melalui kerja lapangan yang meliputi: studi kepustakaan, observasi, wawancara dan dokumentasi. Data yang sudah terkumpul, kemudian
diolah dan dianlaisis, serta dituangkan dalam bentuk kualitatif deskriptif.
Studi kepustakaan digunakan sebagain pijakan untuk memperlancar penelitian ini. Adapun buku-buku tersebut adalah:
a. Eleanor Metheny bersama Lois Ellfeld dalam bukunya Dance From Magic to Art. Dubuque, lowa: Wm. C.Brown”, 1976 membahas tentang fungsi kegiatan tari, kesadaran akan kekhasan gaya tari.
b. Sitti Rahmah, dalam tesisnya yang berjudul Guro-guro aron pada Masyarakat Karo: kajian terhadap
perubahan bentuk
pertunjukan”,2004. Tesis ini membahas tentang gambaran perubahan bentuk pertunjukan guro-guro aron pada Masyarakat Karo. c. Anya Peterson Royce, dalam
bukunya yang berjudul Antropology of Dance”. 2007. Buku ini membahas tentang tari itu apa, tinjaun antropologi bagi kepentingan meneliti tari, metode dan teknik penelitian didalam kajian tentang tari, struktur dan fungsi tari, symbol, gaya, dan makna tari itu sendiri bagi komunitas pendukungnya. Dalam pengumpulan data salah satu teknik yang cukup baik diterapkan adalah pengamatan secara langsung secara langsung atau observasi terhadap subjek
3.3. Teknik analisis Data
Untuk menghindari kesulitan dalam analisis data, kegiatan analisis data dilaksanakan bersamaan dengan proses pengumpulan data dan terus terwujud
sampai waktu penelitiab hasil penelitian dan pengamatan. Model yang digunakan adalah anaalisis yang memfokuskan pada penelitian yang sangat berguna dalam upaya dan usaha mendeskripsikan atau menjelaskan fenomena yang menjadi sasaran semula.
IV. PEMBAHASAN A. Masyarakat Karo.
Merga-Merga yang ada pada Masyarakat Karo saling berhubungan satu dengan yang lain dan Merga tersebut sangat berarti dalam adat istiadat Karo karna marga merupakan sesuatu pengenerasian bagi keturananya dan dari situlah diketahui sistem kekerabatan suku batak Karo. Sistem kekerabatan ini sangat penting, karena merupakan bagian perwujudan dari sikap dan prilaku, fungsi dan tanggung jawab suatu keluarga dengan keluarga lainya. Melihat sistem kekerabatan tersebut maka didalam Masyarakat adat Karo semuanya mempunyai hubungan tali persaudaraan. Di dalam hubungan sosial mereka diatur dalam adat isti adat yang sampai saat ini masih terpelihara dengan sangat baik dan sangat mengikat bagi suku Karo sendiri. Sistem kekerabatan pada Masyarakat Karo berdasarkan kepada tiga hal pokok yaitu:
1. Merga silima (Merga lima macam),yaitu: Sembiring, karo-karo,
Perangin-angin, Tarigan, dan
Ginting.
2. Tutur siwaluh ( tutur delapan macam) yaitu:
a. Puang kalimbubu
Puang kalimbubu adalah kalimbubu
b. Kalimbubu
Seorang Kalimbu pada Masyarakat Karo adalah kelompok pemberi
isteri kepada keluarga tertentu c. Senina
senina adalah kelompok pemberi
isteri kepada keluarga tertentu mewakili dalam pembicaraan adat; saudara yang bertanggung jawab penuh, atau saudara langsung misalnya ayah; bersaudara karna suami bersaudara
d. Sembuyak
Sembuyak adalah secara harfiah
artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam Masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan subMerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh
ipedeSher (yang jauh menjadi dekat).
e. Senina sipemeren
Senina sipemeren adalah
orang-orang yang ibu- ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai istri yang bersaudara
f. Senina sependalanen/ pengalaon Senina sependalanen/ pengalon adalah orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.
g. Anak beru
Anak beru adalah anak perempuan,
pihak penerima perempuan dari satu keluarga, kelompok penerima perempuan yang bertugas untuk menyiapkan segala sesuatu untuk
keperluan serta mengatur jalannya upacara pesta.
h. Anak beru menteri
Anak beru menteri adalah anak
berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk. 3. Rakut sitelu (ikatan tiga macam)
yaitu:
a. Kalimbubu, artinya adalah kelompok pemberi wanita” pihak keluarga istri, ayah mertua, saudara laki- laki istri.
b. Anak beru, artinya anak perempuan, pihak penerima perempuan dari satu keluarga, kelompok penerima perempuan yang bertugas untuk menyiapkan segala sesuatu untuk keperluan serta mengatur jalannya upacara pesta.
c. Senina, kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu mewakili dalam pembicaraan adat; saudara yang bertanggung jawab penuh, atau saudara langsung misalnya ayah; bersaudara karna suami bersaudara. (http www Google, rakut sitelu atau dalikan sitelu) Sistem ini berlaku pada setiap kegiatan adat yang mereka laksanakan, dan mereka sangat berpegang kuat kepada adat istiadat yang luhur dan merupakan modal untuk dimanfaatkan dalam proses pembangunan.
B. Upacara Kerja Tahun
Masyarakat Karo dikenal dengan Masyarakat agraris yang mengandalkan perekonomian pada bidang pertanian. Untuk mengerjakan ladang Para petani dahulu membentuk satu kelompok kerja yang beranggotakan 15 orang atau lebih, mereka bergotong royong secara bergilir bekerja dari satu tempat ketempat lain sampai selesai, setelah tiba masa panen Masyarakat ini mengadakan Kerja Tahun sebagai ucapan syukur kepada Tuhan yang dipercayaianya. Kerja Tahun merupakan salah satu kesenian Masyarakat Karo yang sudah mentradisi mulai pada jaman dahulu sampai sekarang dan kegiatan ini masih dilaksanakan di berbagai daerah di Tanah Karo.
Kerja Tahun adalah sebuah perayaan berupa pesta sebagai rasa ungkapan syukur kepada Sang Pencipta atas keberhasilan panen padi yang diadakan setahun sekali. Di setiap wilayah atau daerah pelaksanaan Kerja Tahun ini memiliki perbedaan kapan waktu pelaksanaan pesta tersebut. Masing-masing memfokuskan pada fase-fase kegiatan pertanian tertentu. Ada yang merayakan di masa awal penanaman (merdang merdem),
pertengahan pertumbuhan (nimpa bunga
benih), pada masa akan panen (mahpah)
ataupun pada masa panen (ngerires) Pada Masyarakat Karo pelaksanaan Kerja Tahun ini biasanya dilaksanakan dengan Gendang guro-guro aron yang menghadirkan Perkolong-kolong dan bisa juga dilakukan tanpa Gendang
guro-guro yang menghadirkan
Perkolong-kolong, namun kebayakan
Masyarakat Karo melaksanakan upacara
Kerja Tahun dengan membuat Gendang
guro-guro aron yang menghadirkan Perkolong-kolong yang akan memeriahkan acara tersebut. Gendang
guro-guro aron pada Masyarakat Karo
adalah sebagai suatu pesta muda- mudi yang dibentuk dengan menampilkan Gendang Karo dan Perkolong-kolong ( Sitti Rahma 2004:8). Disini peneliti akan meneliti tentang upacara Kerja Tahun yang menggunakan Gendang yang dimeriahkan oleh
Perkolong-kolong di Kacematan Tigabinaga.
Masyarakat Tigabinanga juga merayakan Kerja Tahun yang sangat meriah mereka melaksanakan Kerja Tahun pada awal penanaman (medang
merdem), Kerja Tahun di Kecamatan
Tigabinaga dilaksanakan pada bulan juni dan diatas tanggal 20-an biasanya dilakukan antara tanggal 22,23 dan tanggal 28, 29, juni, di dalam penelitian ini peneliti akan membahas Kerja Tahun yang dilaksanakan pada tanggal 28, 29 juni.
Kerja Tahun tersebut dilakukan selama dua hari lamanya mulai dari malam, siang, malam dan kembali kesiang biasanya dalam Masyarakat Karo dengan istilah Sangket. Sebelum melaksanakan Kerja Tahun Masyarakat Tigabinanga mengadakan berbagai kegiatan yaitu:
1. Musyawarah(Runggu) Pemilihan kepanitiaan Kerja Tahun yang terdiri dari ketua, seketaris, bendehara dan anggota-angota seksi lainya.
2. Nungkun simeteh wari guru (orang pintar atau dukun) kegiatan nungkun
simeteh wari ini hanya dilakukan
panjang, tanaman tidak panen karna terkena hama dan tikus.
3. Masyarakat mempersiapkan dana untuk acara Kerja Tahun persiapan dana ini biasanya diminta kepada Masyarakat setempat yang
berMerga Sebayang , beru Sebayang, bere-bere Sebayang, yang
biasa disebut dengan Ripe 11 yang maksudnya sampai keturunan ke 11,dan sebagain besar dari donator atau sumbangan dari orang-orang besar atau pejabat, serta putra desa, putri desa tersebut yang sudah berhasil pasti akan menyumbang lebih banyak sehingga dana Kerja Tahun di desa ini bisa mencapai Rp200.000.000
4. Latihan Landek menari bagi Bapa
aron dan juga Nande aron yang
sudah diplih dan yang Bapa aron
dan Nande aron itu adalah
muda-mudi kampung itu sendiri. Bapa
Aron adalah sebutan kepada laki- laki
yang memimpin kelompok aron yang mewakili dari setiap Merga
silima, sedangkan Nande Aron
adalah sebutan bagi wanita yang memimpin aron yang mewakili dari setiap Merga silima.
5. Mendekorasi tempat pelaksanaan Kerja Tahun , misalnya di Jambur atau dilapangan terbuka, tergantung dari hasil musyawarah penduduk desa.
6. Masyarakat membuat cimpa, cimpa ini adalah makanan khas Karo,
cimpa ini terbuat dari tepung, gula
merah yang dicampur dengan kelapa yang sudah diparut setelah itu dibungkus dengan daun.
Setelah persiapan yang diadakan sudah selesai maka Kerja Tahun pun akan segera berlangsung sesuai dengan tanggal yang sudah ditentukan oleh Masyarakat tersebut di dalam Kerja Tahun yang dimeriahkan oleh
Perkolong-kolong.
C. Struktur Penyajian
Perkolong-kolong
c.1. Perkolong-kolong
Pada Masyarakat Karo terdapat istilah permangga-mangga atau
Perkolong-kolong, yaitu sebagai penyanyi ataupun vokalis (sirende), baik pria maupun wanita. Istilah yang digunakan pada awalnya untuk vokalis tersebut adalah sirende, setelah itu digunakan istilah permangga-mangga yang popular sampai tahun 1930-an. Kemudian sekitar tahun 1950-an istilah
permangga-mangga kembali berubah
menjadi Perkolong-kolong. Kolong –
kolong berasal dari sebuah lagu
(Gendang) yang juga namanya kolong-kolong, yang sangat sering ditampilkan
sehingga pada saat itu sangat popular. Oleh sebab itulah kemudian sebutan penyanyi (vokalis) pada suku Karo terkenal dengan sebutan
Perkolong-kolong ( Sitti Rahmah, 2004: 94).
Dalam perayaan Kerja Tahun dibuat acara yang disebut dengan Gendang
guro-guro aron yang meliabatkan Bapa aron,Nande aron pemusik serta
Perkolong-kolong sebagai hiburan bagi
Masyarakat. Perkolong –kolong adalah penyanyi sekaligus penari yang berfungsi sebagai hiburan dalam Kerja Tahun bagi Masyarakat.
Perkolong-kolong ini ditampilkan (adu) diatas
untuk menyanyi serta menari sebagai hiburan bagi Masyarakat, kadang kala
Perkolong-kolong ini akan menampilkan bentuk dialog, bahkan juga sering bercanda atau lawakan lewat pantun yang berisi sindiran
(sitokoh-tokohen) yang mengundang tawa penonton. Jumlah
Perkolong-kolong dalam Kerja Tahun biasanya
sepasang (dua orang), seorang pria dan seorang wanita namun biasa juga lebih karna itu tergantung permintaan dari Masyarakat. Dalam Masyarakat Karo ada kata adu untuk penampilan
Perkolong-kolong, kata adu ini tidak ada
makna seperti melaga sesorang dengan yang lain namun kata adu
Perkolong-kolong ini pada Masyarakat Karo
berarti Perkolong-kolong ditampilkan.
Perkolong-kolong ini sengaja di
buat oleh Masyarakat karena tanpa kehadiran Perkolong-kolong Kerja Tahun kurang lengkap.
Perkolong-kolong dalam acara ini harus sesuai
dengan pilihan Masyarakat, Dalam Kerja Tahun fungsi Perkolong-kolong adalah sebagai hiburan bagi Masyarakat.
Perkolong-kolong dipilih sesuai dengan
hasil musyawarah dan pilihan Masyarakat, begitu juga dengan jumlah
Perkolong-kolong biasanya sepasang
dan bisa juga lebih sesuai dengan permintaan dari penduduk tersebut.
Kegiatan Kerja Tahun itu dilaksanakan Jambur, pada Masyarakat Karo Jambur adalah suatu wadah bagi Masyarakat Karo sebagai tempat pertemuan dan tempat pelaksanaan kegiatan-kegiatan misalnya tempat acara perkawinan, pesta adat, dan upacara-upacara lainya. Demikian juga upacara-upacara pelaksanaan Kerja Tahun ini
dilaksanakan di Jambur desa Tigabinganga dengan menggunakan pentas yang sangat besar dan di pentas itu lah Perkolong- kolong ditampilkan.
Dalam acara Kerja Tahun ini Landek Perkolong-kolong ketika adu sangat berbeda dengan Landek simanteki
kuta, bapa aron, nande aron, kalimbubu kuta, anak beru kuta, pengrus kuta dan pulu aron, dalam adu ini Perkolong-kolong akan menunjukan kebolehan,
kelincahanya menari, mennyanyi, melawak dan Perkolong-kolong juga harus menendalikan suasana yang sedih yang membuat penonton terharu serta suasana yang gembira sehingga orang-orang tertawa.
Selain itu dari busananya juga
Perkolong-kolong berbeda dengan Bapa aro,/Nande aron, dan Masyarakat perbedaan ini bisa diliat dari sisi busana dan tata rias Perkolong-kolong. Busana yang di gunakan pria yaitu baju kemeja yang terbuat dari kain sutra berlengan panjang, celana keper/tisu yang panjang serta sarung ( kampuh), sedangan busana yang digunakan oleh wanita yaitu, baju kebaya, kain sarung bisa juga sungkit
(kampuh) serta selendang khas Karo (uis nipis) , uis nipis ini adalah selendang (uis) khas Karo yang digunakan oleh
wanita dan dipakai diatas bahu sebelah kanan.
Dalam acara ini Perkolong-kolong wanita menggunakan rias cantik, dengan memakai make up dan menyasak rambut serta menggunakan sanggul, namun Perkolong-kolong pria hanya memakai make up yang minimalis saja, disini Perkolong-kolong akan merias dirinya secantik mungkin karna dalam acara ini merekalah yang akan menjadi
tontonan bagi orang banyak dan sebagai bintang tamu yang akan memeriahkan acara Kerja Tahun ini, sehingga penampilan meraka ini lah yang membedakan mereka dengan Masyarakat.
c.2 Bentuk Penyajian
Pada pelaksanaan acara Kerja Tahun sewaktu menari itu tidak boleh sembarang menari karna pada acara tersebut mempunyai ketentuan, aturan dan urutan siapa-siapa saja yang pertama menari dan begitulah seterusnya. Aturan itu sudah berlaku mulai dari dulu sampai sekarang telah menjadi adat- isti adat yang mentradisi bagi Masyarakat Tigabinanga.
1. Struktur Landek pada Kerja Tahun Di desa Tigabinaga mayoritas
Merga Sebayang, jadi dalam acara-acara
adat seperti Kerja Tahun yang akan menari sitelumarga dengan pasanganya yang berlain marga (impal) seperti
Sembiring, Karo-karo, Tarigan, Ginting,
hal ini dikarenakan bahwa Merga seayang sangat dihargai dan d hormati sepertiyang sudah dijelaskan diatas. Adapun sitelu Merga itu ialah:
- Marga Sebayang
- Beru Sebayang
- dan bre-bre Sebayang
dan itu juga berlaku kepada Bapa aron,
Nande aron, mereka harus Merga Sebayang atau beru Sebayang serta bere-bere Sebayang.
Kerja Tahun dilaksanakan selama 2 hari lamanya dan di malam pertama disebut dengan Gendang adat atau Gendang yang mempunyai aturan karna malam pertama ini yang akan Landek
adalah orang-orang kampung seperti
simanteki kuta, kalimbubu kuta, anak beru kuta, Pengulu Kuta, bapa aron, nande aron dan tamu-tamu terhormat
seperti Bupati, Camat. Pada malam pertama pelaksanaan Kerja Tahun dapat dibagi menjadi dua yaitu apabila panitianya kebanyakan dari kalangan anak muda.
Gendang salih atau patam-patam dapat dilaksanakan pada saat Landek namun tidak terlepas dari adat isti adat serta aturan Landek yang berlaku namun urutan Landek tetap berlaku seperti yang dijelaskan diatas, tetapi apabila kepanitianya cenderung kepada orangtua maka Gendang salih atau patam-patam tidak diberlakukan, terkecuali apabila Bupati serta Pejabat tinggi datang, dan itu sesuai dengan permintaan maka akan dibuat Gendang salih dan itu berlaku kepada Bupati dan Pejabat tinggi selain dari pada itu tidak akan dilaksanakan dan itu pun hanya sekali.
Dikatakan masyarakat dapat memperbolehkan Gendang salih itu dilakukan adalah untuk menghormati, menghargai dan sekaligus mencari dana karna di dalam acara itu
Perkolong-kolong akan menari dan menyanyi maka
bupati, pejabat itu akan menyumbang (menyawer) Perkolong-kolong dan uang itu akan dijadikan sebagai penambah dana Kerja Tahun tersebut.
Acara Kerja Tahun pada malam pertama ini mempunya mempunyai urutan atau aturan yang sudah ditentukan oleh Masyarakat desa tersebut mulai pada jaman dahulu sampai sekarang dan aturan itu tetap berlaku dalam kegiatan Kerja Tahun serta aturan menari dan urutan Landek
tetap berlaku. Berikut ini urutan penyajian Kerja Tahun :
a. Adu Perkolong-kolong
Pada malam Kerja Tahun acara yang pertama ditampilkan adalah Adu
Perkolong-kolong. Adu Perkolong-kolong adalah PerPerkolong-kolong-Perkolong-kolong yang
ditampilkan untuk menyanyi dan menari hal ini bertujuan sebagai pengundang minat Masyarakat agar beramai-ramai datang ke Jambur dan sebagai isyarat bahwa acara Kerja Tahun sudah dimulai. Dalam penampilan ini Perkolong-kolong menyanyi serta menari diatas pentas. Adapun syair dari lagu tersebuat adalah: Tabel 1. Syair lagu Perkolong-kolong
Lagu(bahasa Karo) Arti dalam
Bahasa Indonesia
Ndiganndai kena ku jenda ma Karo Kai berita babandu kuta nari
Katawari kena sehna kuala enda mesayang, Kai berita babandu kuta nari. Bibi bengkila melabo kaden pe ma Karo
juah-juah nge ia tandingkendu orang tua melabo kaden peme
sayangmejuah-juah ia tading
kendu, ndube nari kel aku tetatap tertulih erban melawen bre
Kapan kamu datang kesini mama Karo, Apa kabar yang kamu bawa dari kampung. Kapan kamu sampai di kuala ini sayang, kabar apa yang kamu bawa dari kampong Orang tua kita baik-baik saja kan, Sehat-sehat mereka waktu kamu tinggalkan. Dari tadi aku terus menanti-nantikan kamu,
Ginting kena mulih ndubenari kel aku tertatap tertulih erban melawenkel kam mulih
rempet kuakap menahang erban arihta mama Karo lasurung sirang kai dage luahndu bankugu Karo mama Karoku tanda-tandana la kena man nande Biringna
ingetndu denga kepe kerina arih ta s ndu beigo pudun,
janjinta silanai pagi sirang duana gundari ukur ku salang la teralang perban arihta ma Karo lasahun sirang gundari ukurku salang lateralang perban arihta bere itng lasurung sirang baban siberat gegel nari remper kuakap menahang perban arihta lasurung sirang karna terlalu lama kamu pulang Dari tadi aku terus menanti karna lama kamu pulang.
Lega rasanya mama Karo karna kita tidak berpisah
Apa oleh-oleh yang kamu bawa kepada aku mama Karoku, sebagai tanda kamu tidak lupa kepada nande biring ini. Ternyata kamu masih ingat kepada janji kita berdua yang dulu yang tidak akan pernah pisah.
Sekarang hatiku sangat senang karna kita tidak berpisah. Sekarang hatiku sangat senang karna kita tidak berpisah. Beban yang dulu sangat berat tiba-tiba aku merasa ringan karna kita tidak pisah.
b. Simanteki Kuta
Simanteki Kuta artinya adalah marga
yang pertama kali berada di desa tersebut. Pada Masyarakat Tigabinaga Tanah Karo, simanteki kuta yaitu Merga
Sebayang. Setelah adu
Perkolong-kolong selesai menyanyikan lagu, acara selanjutnya adalah Landek Simanteki
Kuta (menari bersama oleh Merga
utama) yang berpasangan dengan Impal.
Impal dalam aturan adat Masyarakat
Karo adalah pasangan yang berlainan Merga/ beru yang layak kawin menurut adat. Dalam konteks ini marga berlaku kepada laki- laki seperti Merga Sembiring, Merga Ginting, Merga Tarigang setra Karo-karo dan beru
kepada perempuan, Seperti beru Sembiring, beru Karo, beru Tarigan, beru Ginting, Selain itu dalam acara
Landek ini biasa juga pasangan menarinya adalah istri atau suaminya.pada saat menari simanteki kuta posisi Perkolong-kolong berada di tengah-tengah mereka, posisi Perkolong-kolong ini berada di tengah-tengah mereka dengan alasan sebagai tanda penghormatan, penghargaan kepada
tegun (giliran) siapa saja yang ikut
menari dan bukan pada saat simanteki kuta saja posisi Perkolong-kolong berada di tengah-mereka namun hal ini berlaku kepada setiap orang yang menari. Pada saat itu lah Perkolong-kolong menari dan salah satu dari mereka mengumandangkan syair yang berisi Pasu-pasu dan di iringi dengan musik Simalungen Rayat. Salah dari
Perkolong-kolong akan memberikan
Pasu-pasu (doa) kepada simanteki kuta
yang bermarga Sebayang. Pasu- pasu adalah kata-kata yang berisi doa bagi
Masyarakat agar apa yang ditanam atau dilakukan serta keluarga semakin berhasil dan diberkati oleh Tuhan dan jauh dari malapetaka seperti penyakit dan lain- lain.
Adapun isi dari Pasu-pasu atau doa tersebut adalah :
Tabel 2. Pasu-pasu Simanteki kuta Merga Sebayang
Pasu-pasu (Bahasa Karo)
Arti dalam Bahasa Indonesia
Emaka bage dage marga Sebayang sirulo
laerkendobahen, ijenda kita pulung kerina ibas Kerja Tahun
Kutanta kuala Tigabinanga enda, ija ibas Gendang bes berngi enda sipemena Landek, kam Sebayang marga na simada kuta Tigabinanga enda . Bagepe ikut kerinana kemberahendu beru Sembiring, beru Karo, beru Tarigan, beru Ginting, beru girsang,beru nangin ras beru Karo siapaipe laerkendobahen.
Jadi beginilah Merga Sebayang yang baik , disini kita berkumpul di kampung kita kuala Tigabinanga ini. Dimana pada acara ini kamu lah Merga Sebayang yang pertama
menari(Landek) sebagai orang pertama yang ada dikampung ini. Begitu juga semuanya dengan istri kamu, Beru Sembiring, beru Karo, beru Ginting, beru Tarigan dan br nangin.
Saya berbicara dan berdoa dihadapan kalian agar tetap sehat dari sekarang sampai seterusnya Sebayang Mergana.
Erbelas2 ertoto aku bas lebe-lebendu
gelah jenda nari pagi bebenana terus kupudi tambah dolat dagingndu km Sebayang marga kerina.
sekula serasi kam ndahiken dahin ndun ras ndalanken tugas ndu sekalak-sekalak, mejuah-jauh Sebayang margana cawirmetua ula bangger-banger maka 13orah ate malem ijenda nari pagi terus kupudi, bage pe man bandu kerina kemberahen Sebayang margana nd,biring, nd Karo, nd Ginting, nd nangin lamegogo ras nande,tigan bage pe beru, girsang. Sangap ngajarkan anak sidilaki ras sidiberu lampas mebelin
Solit dan kompaok lah kamu semua untuk mejalnkan tugas dan
pekerjaan kalian sendiri-sendiri mejuah-juah sampai tua dan jangan sakit-sakit agar tetap bahagia saat ini sampai selamanya
begitu juga kepada istri Sebayang Mergana nanda biring, nande Karo, nande Ginting, nande nangin yang baik begitu juga nande,tigan sera beru,girsang berhasil kalian semua untuk mengajari anak laki- laki dan perempuan begitu juga yang belum besar cepat besar dan
yang sudah besar agar semakin dewasa
yang sekolah tinggi sekolahnya semua sekali lagi bagi semua istri Sebayang margana silengambilin, siengo mbelin e pe ngajarabana ia kerina, sisekoloah gedang sekolah na, kerinana sekali kembrahaen Sebayang margana taneh kualaenda kam pe reh tuana reh gersingna reh jilena,seh sura-sura ndu malem ate tami-tami mama bayang e. mejuah –juah kam kerina, Bagem bayang margana sirulo kerinana. Bage-bage me lebe toto ras Pasu-pasu ngadi aku erbelas ngtaken ngadi rukul gulut ras rukur pice
desa kuala tigabinanaga ini agar semakin hari semakin cantik, terwujud semua cita-cita dan impian. Mejuah-juah kepada kamu semua, sampai disini lah doa dan Pasu-pasu dari saya Sebayang Mergana yang baik. Mudah-mudah dari doa itu lepas semua masalah kamu semua. saya berhenti berkata-kata. Mejuah-juah kita semua…………..
c. Landek Pengulu Kuta ( lurah dan pengurus desa)
Pengulu Kuta adalah orang-orang yang mempunyai jabatan dibagian pemerintahan desa. Tigabinaga bagaian kepemerintahannya terdiri dari lurah dan 10 kepala lingkungan. Setelah simanteki
kuta selesai Landek acara selanjutnya
adalah Pengulu desa Landek dan acara
Landek pengulu desa ini juga sama
seperti Landek simanteki kuta yaitu
disebutkan adalah Merga Sebayang karana di Desa Tigabinanga yang memegang pengurusan pemerintahan adalah Merga Sebayang.
d. Landek Kalimbubu kuta
Kalimbubu kuta adalah marga dari
orang tua istri Merga Sebayang yang sering disebut paman (mama) misalnya Merga Sebayang kawin dengan beru
Sembiring jadi kalimbubu Merga Sebayang adalah Merga Sembiring,
begitu juga dengan Merga Ginting,
Karo-karo, Tarigan. Acara Landek juga sama
seperti acara simanteki kuta disni juga
Perkolong-kolong turut serta Landek dan
memberikan Pasu-pasu.
Dalam acara Landek kalimbubu kuta ini sama juga dengan Landek yang diatas hanya saja penyebutan Merga bukan lagi
Sebayang namun Merga lain seperti Sembiring, Karo-karo, Ginting, Tarigan .
penyebutan Merga dalam Pasu-pasu ini sesuai dengan kalimbubu kuta.
Table 3. Pasu-pasu Merga Sembiring
Pasu-pasu bahasa Karo
Arti dalam bahasa Indonesia
Erbelas2 ertoto aku bas lebe-lebendu gelah jenda nari pagi bebenana terus kupudi tambah dodagin
Saya berbicara dan berdoa dihadapan kalian agar tetap sehat dari sekarang sampai seterusnya
SembiringMergana.
.
e. Landek Anak beru kuta
Dalam adat isti adat Karo ada yag dinamakan anak beru kuta, yang anak
beru kuta ini adalah kakak atau adik
perempuan dari seorang abang ini juga disebut sebagai turang (saudara sedarah), didalam acara Kerja Tahun Tigabinga ini yang menjadi anak beru
kuta ada beru Sebayang hal ini
dikarenakan apabila seorang pria yang
berMerga Sebayang kawin dengan
wanita beru Sembiring maka yang menjadi anak beru adalah beru Sebayang. Dalam acara Landek anak beru kuta ini Perkolong-kolong juga ikut
serta untuk menari dan posisinya berada di tengah-tengah mereka dan
Perkolong-kolong juga memberikan Pasu-pasu
(doa) kepada anak beru kuta ini agar sehat dan diberkati oleh sang pencipta,
Pasu-pasu (doa) ini sama seperti pada Pasu-pasu siamteki kuta.
f. Landek Bapa aron dan Nande aron
Seperti yang sudah dijelaskan diatas bahwa bapa aron ini adalah sebutan bagi pria yang mewakili dari setiap
Merga silima dan nande aron adalah
sebutan bagi wanita yang mewakili dari setiap Merga silima, dalam acara ini
Perkolong-kolong juga ikut serta menari
dan memberikan Pasu-pasu kepada
bapa aron, nande aron yang isinya sama
namun ada sedikit perbedaanya karna karna yang menari adalah pemuda dan pemudi, adapun isi Pasu-pasu tersebuat adalah:
Table 4. 4 Pasu-pasu Merga Sebayang Pasu-pasu
bahasa Karo
Arti dalam bahasa Indonesia
dage Sebayang Mergana ras beru Sebayang rikut ras impail nakerina, ijenda erkata aku erbelas gelah sehat kam kerina, seh sekolah ndu, mehamat man orang tua ras lampas jumpa atendu ngena. Mejuah-juah kita kerina
Sebayang Mergana dan beru Sebayang serta ikut semua impair-impal kalian semua, disini aku berbicara supaya kamu semua sehat-sehat, tinggi sekolahnya, hormat kepada orangtua begitu juga yang sedang mencari jodoh cepat ketemu dengan orang yang kamu sayangi…
Mejuahhh…juahhhh kita semua
g. Landek pulu aron
Pulu aron adalan peminpin dari
seluruh aron, pada Masyarakat Karo penyebutan peminpin aron ada dua yaitu
pulu aron dan pengulu aron tergantung
daerah nya masing- masing namun artinya tetap sama. Di desa Tigabinanga ini peminpin aron di sebut dengan Pulu
aron . sewaktu Landek pulu aron Perkolong-kolong juga ikut serta menari
dengan mereka dan posisi
Perkolong-kolong ini berada ditengah-tengah pulu
aron, disini Perkolong-kolong menari serta memberikan Pasu-pasu kepada
pulu aron dan isi Pasu-pasunya sama
seperti Pasu-pasu sewaktu nande aron dan simanteki kuta menari dan penyebutan Merga juga tetap Merga Sebayang, atau beru Sebayang.
h. Landek Perkolong-kolong
Adu Perkolong-kolong ini kembali ditampilkan Simanteki kuta Kepala desa dan pengurus desa, Kalimbubu kuta,
Anak beru kuta, Bapa aron dan Nande. Aron serta Pulu aron selesai menari
sesuai dengan urutanya.
Perkolong-kolong ini adu agar suasana tidak
monoton dan penonton atau Masyarakat yang hadir tidak bosan dan jenuh.
Pada malam kedua pelaksanaan Kerja Tahun masih sama dengan malam pertama hanya saja di malam kedua ini acara bebas tapi tidak terlepas dari aturan dan adat istiadat yang berlaku. Biasanya pada malam kedua ini orang-orang serta Masyarakat akan lebih banyak yang datang hal ini karena pada malam kedua ini acara menari (Landek) lebih cenderung lebih kepada tamu undangan, muda- mudi, Perkolong-kolong namun tidak terlepas juga dari Simanteki Kuta, Bapa aron dan nande aron serta Masyarakat yang ikut serta
menari pada acara tersebut.
1. Inte raksi dalam adu Parkolong-kolong
Pada acara Kerja Tahun di Masyarakat Karo khusunya di desa Tigabinanga, Perkolong–kolong sangat berperan aktif dalam kegiatan tersebut, mereka menghibur Masyarakat dengan menyanyi dan menari.
Perkolong-kolong juga dapat menghibur dengan
lawakan berupa Pantun berisi penghormatan kepada Masyarakat sebelum melaksanakan acara. Pantun-Pantun yang mereka sampaikan berkisah tentang kehidupan, tentang percintaan, ataupun Pantun yang berupa sindiran.
Tahun diawali dengan adu, pada bagian pertengahan dan akhir bisa dilakukan
adu sesuai dengan permintaan dari
peserta yang mengikuti Kerja Tahun. Namun pada umumnya adu dalam
Perkolong-kolong dilakukan pada awal
dan akhir.
a. Perkolong-kolong adu pada awal acara
Dalam upacara Kerja Tahun kegiatan yang pertama yang dilaksanakan adalah adu
Perkolong-kolong hal ini bertujuan sebagai
pengundang minat Masyarakat agar beramai-ramai datang ke Jambur dan sebagai isyarat bahwa acara Kerja Tahun sudah dimulai. Perkolong-kolong berintraksi melalui Pantung yang berisi penghormatan kepada orangtua, dan Masyarakat, adapun contoh Pantun tesebut adalah:
Tabel 4. 5. Pantun pembukaan yang berisi hormat Pantun dalam bahasa Karo Arti Pantun dalam bahasa Indonesia Berastagi kubandar baru Sarinembah sinuan buluh
Ersentabi kita lebe man nande bapa Rikut nembah jari-jari sepuluh Berastagi ke bandarbaru Sarinembah yang memanam bambu Terlebih dahulu saya minta maaf kepada ibu,bapa dan semuanya Ikut dengan kesepuluh jari sebagai tanda hormat kami
b. kolong-kolong adu pada pertngahan acara
Pada pertengahan acara adu Perkolong-kolong ini dilakksanakan sesuai dengan permintaan panitia dan juga Masyarakat, hal ini dilakukan untuk menghindari rasa bosan, rasa jenuh Masyarakat yang ada diJambur selain itu juga agar acara tidak monoton namun tetap meriah. Di penampilan ini
Perkolong-kolong akan menyanyi sekaligus menari selain itu
Perkolong-kolong juga melawak dengan berPantun, disini Pantunnya berbeda dengan Pantun pada awal acara melainkan pada adu ini
Perkolong-kolong akan berPantun dengan Pantun
percintaan, ejakan atau sindiran. Adapun contoh Pantun percintaan itu adalah:
Table.4.6 Pantun percintaan Pantun percintaan dalam bahasa Karo Arti dalam bahasa Indonesia Matawari sipukul siwah Deleng sinabung mbue kertahna Sada wari kena lakuidah Timbang setahun kuakap dekahna Ketika matahari menunjukan pukul Sembilan gunung sinanbung banyak belerangnya, Satu hari tidak ketumu dengan kamu
Serasa setahun lamanya bagiku Contoh Pantun yang berisi ejekan/ sindiran
Table.4. 6 Pantun sindiran/e jekan
Pantun dalam bahasa Karo
Arti dalam bahasa Indonesia Kugule nangka Saya memamasak
kubaba ku deli tua
Labo man kadeku pe bagi kena tua-tua
Adi kudat singuda-nguda
sayur nangka lalu saya bawa ke deli tua…
Untuk apa saya orang yang sudah tua
Karna saya akan mendapat anak gadis.
c. kolong-kolong adu pada akhir acara Pada bagian ini Perkolong-kolong juga akan adu sebagai penutup acara di sini Perkolong-kolong akan menyanyi sekaligus menari serta berpantun. Isi
pantunnya sama dengan Pantun pada pertengahan acara yaitu Pantun yang berisi sendiran dan Pantun percintaan, dalam acara ini Perkolong-kolong
menari bebas, kata bebas ini artinya sopan dan tidak terlepas dari adat isti adat Karo karna ini adalah puncak acara biasanya Perkolong-kolong akan menyanyi lagu pop Karo yang agak kocak