• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam. perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makroekonomi dalam jangka panjang yang dapat diukur berdasarkan kemampuan suatu negara untuk menghasilkan barang dan jasa dari satu periode ke periode lainnya. Kemampuan tersebut disebabkan adanya faktor – faktor produksi yang akan mengalami pertambahan dalam jumlah dan kualitasnya.

Pertumbuhan ekonomi merupakan kunci dari tujuan ekonomi makro. Hal ini didasari oleh tiga alasan. Pertama, penduduk selalu bertambah. Bertambahnya jumlah penduduk ini berarti angkatan kerja juga akan bertambah. Pertumbuhan ekonomi akan mampu menyediakan lapangan kerja bagi angkatan kerja. Jika pertumbuhan ekonomi yang mampu diciptakan lebih kecil daripada pertumbuhan angkatan kerja akan mendorong terjadinya pengangguran. Kedua, selama keinginan dan kebutuhan tidak terbatas perekonomian harus mampu memproduksi lebih banyak barang dan jasa untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan tersebut. Ketiga, usaha menciptakan kemerataan ekonomi (economic stability) melalui retribusi pendapatan (income redistribution) akan lebih mudah dicapai dalam periode pertumbuhan ekonomi yang tinggi.

(2)

2.1 Definisi Tenaga Kerja

Secara garis besar, penduduk dibedakan menjadi dua golongan yaitu tenaga kerja dan bukan tenaga kerja. Yang tergolong tenaga kerja adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan oleh batas usia kerja. Batas usia kerja berbeda – beda antara negara yang satu dengan negara lain. Perbedaan tersebut dibuat berdasarkan situasi tenaga kerja di masing – masing negara. Misalnya, di India batas usia kerja adalah 14 – 60 tahun, di Amerika Serikat batas usia kerja 16 tahun ke atas, versi Bank Dunia batas usia kerja adalah 15 – 64 tahun. Namun, di Indonesia sendiri batas usia kerja adalah 10 tahun ke atas (sejak tahun 1971 sampai pada tahun 1999). Pemilihan umur 10 tahun sebagai batas umur minimum didasari oleh kenyataan bahwa dalam batas umur tersebut sudah banyak penduduk Indonesia terutama di pedesaan sudah bekerja atau mencari pekerjaan. Namun semenjak dilaksanakan Sakernas 2001, batas usia kerja yang semula 10 tahun diubah menjadi 15 tahun atau lebih mengikuti definisi yang dianjurkan oleh International Labour Organization (ILO).

Tujuan dari pemilihan batas umur tersebut adalah supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin dapat menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Berdasarkan pemilihan batas umur di atas, dapat dilihat bahwa batas umur maksimum tenaga kerja tidak ada. Dengan demikian, hanya sebagian saja penduduk Indonesia yang merasakan tunjangan di hari tua akibat tidak adanya batas umur maksimum bekerja. Penduduk yang merasakan tunjangan adalah pegawai negeri dan hanya sebagian kecil pegawai dari perusahaan swasta. Untuk

(3)

golongan inipun, kadang kala pendapatan yang mereka terima tidak mencukupi kebutuhan sehari – hari sehingga kebanyakan tenaga kerja yang telah mencapai usia pensiun tetap masih harus bekerja. Oleh sebab itu, di Indonesia tidak menganut sistem batas umur maksimum.

Menurut UU No.14 tahun 1969 tentang ketentuan pokok ketenagakerjaan disebutkan bahwa tenaga kerja adalah tiap – tiap orang yang mampu melakukan pekerjaan baik didalam maupun diluar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

Dengan adanya penambahan kegiatan di sektor pendidikan, maka jumlah penduduk dalam usia sekolah yang melakukan kegiatan ekonomi akan berkurang. Bila program wajib sekolah 9 tahun diterapkan, maka anak – anak sampai dengan umur 14 tahun akan berada di sekolah. Dengan kata lain, jumlah penduduk yang bekerja di bawah batas usia kerja akan sangat kecil.

Atas dasar pertimbangan tersebut, Undang – Undang No.25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan telah menetapkan batas usia kerja menjadi 15 tahun. Dengan kata lain, sesuai dengan berlakunya undang – undang ini, mulai tanggal 1 Oktober 1998 tenaga kerja didefenisikan sebagai penduduk umur 15 tahun atau lebih.

Tenaga kerja (man power) adalah penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan – kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga (Payaman Simanjuntak, 1998:3). Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja (labor force) terdiri dari golongan yang bekerja, golongan yang menganggur dan golongan yang mencari pekerjaan. Kelompok bukan angkatan kerja terdiri dari

(4)

golongan yang bersekolah, golongan yang mengurus rumah tangga, dan golongan lain – lain atau penerima pendapatan. Ketiga golongan dalam kelompok bukan angkatan kerja sewaktu – waktu dapat menawarkan jasanya untuk bekerja. Oleh sebab itu, kelompok ini sering disebut sebagai potential labor force. Konsep pemilah – milahan penduduk tersebut disebut pendekatan angkatan kerja yang diperkenalkan oleh International Labor Organization (ILO).

Angkatan kerja dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu pekerja dan penganggur. Yang dimaksud dengan pekerja adalah orang – orang yang mempunyai pekerjaan dan sedang bekerja serta orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu tidak bekerja (misalnya wanita karir yang sedang hamil).

Badan Pusat Statistik mendefinisikan bekerja dalah melakukan pekerjaan dengan maksud memperoleh upah atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan dan lamanya bekerja paling sedikit satu jam secara berkelanjutan dalam seminggu yang lalu (mengacu pada tanggal pencacahan), termasuk pekerja keluarga tanpa upah yang membantu dalam satu usaha atau kegiatan ekonomi.

Penduduk yang termasuk dalam kategori pengangguran adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan, yang sedang mempersiapkan usaha, yang tidak mencari pekerjaan karena merasa sudah tidak mungkin mendapatkan pekerjaan, dan penduduk yang sudah mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.

(5)

Gambar 2.1 Diagram Ketenagakerjaan (BPS) 2.2 Definisi Penyerapan Tenaga Kerja

Di negara yang sedang berkembang, masalah pengangguran merupakan masalah yang sulit diatasi hingga saat ini. Hal ini dikarenakan masalah pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Demikan juga halnya di Indonesia, untuk dapat mengatasi pengangguran pemerintah mengupayakan jalan keluar secara lambat laun baik di desa maupun di kota seperti pembinaan dan pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Penyerapan tenaga kerja dapat diartikan secara luas yakni menyerap tenaga kerja dalam arti menghimpun orang atau tenaga kerja di suatu lapangan usaha. Kesempatan kerja didefinisikan sebagai keadaan yang mencerminkan seberapa jumlah dari total angkatan kerja yang dapat diserap atau dapat ikut serta secara aktif dalam kegiatan perekonomian suatu negara. Dengan kata lain,

Penduduk

Bukan Usia Kerja Usia Kerja 15thn

Bukan angkatan kerja Angkatan kerja Mengurus RT Sekolah Lainnya Pengangguran Sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja Mempersiapkan Usaha

Putus Asa: Merasa tidak mungkin

mendapat pekerjaan

Bekerja Mencari Pekerjaan

Sementara Tidak Bekerja Sedang Bekerja Setengah pengangguran ( 35jam)

Jam kerja normal

( jam)

Pengangguran kritis ( jam)

(6)

kesempatan kerja merupakan jumlah penduduk yang bekerja atau telah mendapatkan pekerjaan. Ahli ekonomi klasik mendefinisikan kesempatan kerja sebagai suatu keadaan dimana semua pekerja yang ingin bekerja pada suatu tingkat upah tertentu akan dengan mudah mendapat pekerjaan.

Dalam ilmu ekonomi, salah satu faktor produksi yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi adalah tenaga kerja. Tenaga kerja yang dimaksud adalah tenaga kerja yang memiliki keahlian dan keterampilan yang sering disebut dengan sumber daya manusia (SDM) yang merupakan modal utama untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang baik.

Sumber daya manusia dan kekayaan alam melimpah ternyata tidak ada artinya tanpa dikelola manusia dengan baik. Artinya, sumber daya lainnya dan kekayaan alam akan menjadi modal yang berharga apabila digunakan oleh manusia, tidak hanya bagi kepentingan diri sendiri tetapi demi kepentingan kesejahteraan masyarakat secara langsung.

Masalah akan timbul jika lapangan usaha yang ada tidak mampu menyerap tenaga kerja dalam kondisi yang tidak siap pakai. Oleh sebab itu, diperlukan peranan pemerintah dalam upaya mengatasi problema tersebut melalui pembinaan dan pengembangan industri kecil yang nantinya dapat memberikan hasil yang diharapkan. Selain itu, dapat juga melalui peningkatan bantuan lunak untuk meningkatkan motivasi, pengetahuan, keterampilan, wawasan dan pandangan yang luas sehingga lebih mempermudah proses penyerapan tenaga kerja. Apabila semakin luas lapangan usaha berarti semakin luas pula kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Kesempatan kerja yang luas dapat meningkatkan penyerapan tenaga kerja.

(7)

2.3 Definisi Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat (Sadono Sukirno, 1994:10). Pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan GDP (Gross

Domestic Bruto) tanpa memandang bahwa kenaikan itu lebih besar atau lebih

kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur ekonominya.

Pertumbuhan ekonomi adalah sebagian dari perkembangan kesejahteraan masyarakat yang diukur dengan besarnya produk domestik regional bruto perkapita (PDRB per kapita). Samuelson (1995:436) mendefinisikan bahwa pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya perluasan atau peningkatan dari GDP (Gross Domestic Product) potensial dari suatu negara. Ada 4 faktor yang menyebabkan pertumbuhan ekonomi:

a. Sumber daya manusia

Kualitas input tenaga kerja atau sumber daya manusia merupakan faktor terpenting bagi keberhasilan ekonomi. Hampir semua faktor produksi lainnya yakni barang modal, bahan mentah, serta teknologi dapat dibeli atau dipinjam dari negara lain tetapi penerapan teknik – teknik produktivitas tinggi atas kondisi lokal selalu menuntut tersedianya manajemen, keterampilan produksi, dan keahlian yang hanya bisa diperoleh melelui angkatan kerja terampil yang terdidik.

(8)

b. Sumber daya alam

Faktor produksi kedua adalah tanah. Tanah yang dapat ditanami merupakan faktor yang paling berharga. Sealin tanah, sumber daya alam yang penting antara lain minyak, gas, hutan, air, dan bahan – bahan mineral lainnya.

c. Pembentukan modal

Untuk pembentukan modal, diperlukan pengorbanan berupa pengurangan konsumsi yang mungkin berlangsung selama beberapa puluh tahun. Pembentukan modal dan investasi ini sangat dibutuhkan untuk kemajuan di bidang ekonomi.

d. Perubahan teknologi dan inovasi

Salah satu kunci pembangunan ekonomi adalah memacu semangat kewiraswastaan. Perekonomian akan sulit untuk maju apabila tidak memiliki para wiraswastawan yang bersedia menanggung resiko usaha dengan mendirikan berbagai pabrik atau fasilitas produksi, menerapkan teknologi baru, menghadapi berbagai hambatan usaha sehingga mengimpor berbagai cara dan teknik usaha yang lebih maju.

Menurut Boediono (1992:9), pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari kenaikan output perkapita dalam jangka panjang. Pertumbuhan ekonomi yang dimaksud meliputi 3 aspek yaitu:

a. Pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses (aspek ekonomis) suatu perekonomian berkembang, berubah dari waktu ke waktu.

b. Pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan adanya kenaikan output perkapita, dimana ada dua aspek penting yaitu output total dan jumlah penduduk.

(9)

c. Pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan perspektif waktu jangka panjang (5 tahun) mengalami kenaikan.

Menurut Simon Kuznets (1996), definisi pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka panjang dalam kemampuan suatu negara dalam menyediakan semakin banyak jenis barang kepada penduduknya, kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan serta ideologis yang diperlukannya.

Definisi tersebut memiliki 3(tiga) komponen, yaitu :

1. Pertumbuhan ekonomi negara terlihat dari meningkatnya persediaan barang secara terus – menerus.

2. Teknologi maju merupakan faktor penting dalam menentukan derajat pertumbuhan dalam menyediakan aneka macam barang kepada penduduk. 3. Penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan adanya

penyesuaian dibidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang dihasilkan oleh ilmu pengetahuan dapat dimanfaatkan secara tepat.

Perkembangan teknologi merupakan dasar bagi berlangsungnya suatu pertumbuhan ekonomi secara berkesinambungan ditambah dengan faktor – faktor lain. Untuk mewujudkan potensi yang terkandung didalam teknologi, maka perlu diadakan penyesuaian kelembagaan, sikap, dan teknologi (Michael Todaro, 2000:144).

Istilah pertumbuhan ekonomi sering didefinisikan oleh para ahli dengan istilah pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi adalah usaha – usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang sering diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan perkapita. Istilah pertumbuhan ekonomi biasanya

(10)

digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara – negara maju. Sedangkan istilah pembangunan ekonomi digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara – negara berkembang. Apabila pendapatan perkapita menunjukkan kecenderungan meningkat dalam jangka panjang, tidak berarti kenaikan terjadi secara terus – menerus. Suatu perekonomian dapat mengalami penurunan apabila terjadi resesi ekonomi, kekacauan politik, dan penurunan ekspor. Namun, keadaan ekonomi yang demikian hanya bersifat sementara. Jika kegiatan ekonominya meningkat secara rata – rata dari tahun ke tahun, maka masyarakat tersebut dapat dikatakan mengalami pembangunan ekonomi.

Sadono Sukirno (2006:10) menggunakan ungkapan tentang pembangunan ekonomi yaitu “Pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan”. Artinya, ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada suatu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan dalam infrastruktur yang tersedia dan peningkatan dalam pendapatan dan kemakmuran masyarakat.

Pembangunan ekonomi mengandung arti yang lebih luas serta mencakup perubahan pada susunan ekonomi masyarakat secara menyeluruh. Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil perkapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang

(11)

yang disertai oleh perbaikan sistem kelembagaan. Dari definisi tersebut jelas bahwa pembangunan ekonomi mempunyai pengertian:

a. Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus – menerus. b. Usaha untuk menaikkan pendapatan perkapita.

c. Kenaikan pendapatan perkapita harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

d. Perbaikan sistem kelembagaan di segala bidang (misalnya ekonomi, politik, hukum, sosial dan budaya). Sistem ini bisa ditinjau dari 2 aspek yaitu aspek perbaikan di bidang organisasi (institusi) dan perbaikan di bidang regulasi (baik legal maupun informal).

2.4 Elastisitas Kesempatan Kerja

Secara makro, laju pertumbuhan kesempatan kerja dapat dikaitkan dengan laju pertumbuhan ekonomi. Hubungan antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui elastisitas kesempatan kerja. Jika elastisitas kesempatan kerja semakin tinggi berarti laju pertumbuhan ekonomi mampu menciptakan kesempatan kerja yang lebih luas. Tingkat elastisitas kesempatan kerja dapat dihitung dengan cara membandingkan antara laju pertumbuhan kesempatan kerja dengan laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), dengan rumusan:

Dimana:

E = Elastisitas kesempatan kerja N = kesempatan kerja

(12)

Y = pertumbuhan ekonomi

= persentase perubahan kesempatan kerja

= persentase perubahab pertumbuhan ekonomi

2.5 Hubungan Antara Penyerapan Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi

Salah satu indikator pertumbuhan ekonomi adalah PDB yang menunjukkan kenaikan tingkat ouput total yang dihasilkan oleh negara tersebut. Peningkatan output bisa dilakukan melalui peningkatan kesempatan kerja. Kesempatan kerja meningkat akan berpengaruh pada peningkatan daya beli masyarakat dan akhirnya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan angkatan kerja secara tradisional dianggap sebagai faktor yang positif dalam memacu pertumbuhan ekonomi. Jumlah tenaga kerja yang lebih besar berarti menambah jumlah tenaga produktif dan pertumbuhan penduduk yang lebih besar berarti semakin besar ukuran pasar domestiknya.

Hubungan antara pertumbuhan ekonomi dan kesempatan kerja dapat dilihat berdasarkan rasio kesempatan kerja dengan output. Teori rasio kesempatan kerja-output dikenalkan oleh seorang ekonom bernama Arthur Okun. Menurutnya, tingkat pengangguran minimal (4% per tahun) akan tercapai bila seluruh kapasitas produksi terpakai (kesempatan kerja penuh atau full employment). Dalam teorinya, Okun terfokus pada pentingnya menjaga perekonomian agar berada dalam keadaan kesempatan kerja penuh.

(13)

Secara sistematik, dapat dirumuskan sebagai berikut: L = cQ

Dimana: L= kesempatan kerja Q= tingkat output

c= hubungan proporsional

Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa untuk menambah kesempatan kerja, output harus bertumbuh. Hal ini disebabkan setiap satu unit pertambahan output akan menambah kesempatan kerja sebanyak c unit. Makin besar nilai c, maka jumlah kesempatan kerja yang tersedia akibat bertambahnya 1 unit output akan semakin besar. Besar kecilnya nilai c sangat tergantung pada teknik produksi (tingkat teknologi) yang digunakan dan tingkat efisiensi. Teknik produksi yang padat karya cenderung memperbesar nilai c dan sebaliknya akan memperkecil nilai c dengan produksi yang padat modal.

Selain Arthur Okun, para ekonom aliran klasik juga meneliti tentang hubungan antara tenaga kerja dengan pertumbuhan ekonomi. Di negara sedang berkembang, tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat dominan. Pertumbuhan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output. Akan tetapi, permasalahannya adalah sampai berapa banyak penambahan tenaga kerja akan terus meningkatkan output. Hal itu tergantung dari seberapa cepat terjadinya The Law of Diminishing Return (TLDR). Sedangkan cepat atu lambatnya proses TLDR ditentukan oleh kualias Sumber Daya Manusia (SDM) dan keterkaitannya dengan kemajuan teknologi produksi. Dengan kata lain,

(14)

akan memacu pertumbuhan ekonomi. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri jumlah tenaga kerja yang dapat dilibatkan dalam proses produksi akan semakin sedikit bila teknologi yang digunakan semakin tinggi (Rahardja, 2004:125).

Kesimpulan dari teori klasik ini adalah berlakunya TLDR menyebakan tdak semua penduduk dapat dilibatkan dalam proses produksi. Jika terlalu dipaksakan, maka akan menurunkan tingkat output perekonomian, seperti pada gambar di bawah ini:

Gambar 2.5 Diagram Jumlah Penduduk Optimal

Dalam diagram di atas, kurva TP1 menunjukkan hubungan antara jumlah

tenaga kerja dengan tingkat output (fungsi produksi). Kondisi optimal akan tercapai jika jumlah penduduk (tenaga kerja) yang terlibat dalam proses produksi adalah L1 dengan jumlah output (PDB) adalah Q1. Jika jumlah tenaga kerja

ditambah menjadi L2, PDB justru akan berkurang menjadi Q2. Hal ini disebabkan

cepat terjadinya TLDR. Penambahan tenaga kerja ke L2 dapat meningkatkan

output (Q3) bila dilkukan investasi fisik (barang modal) dan SDM yang menunda

terjadinya gejala TLDR sekaligus dapat menimbulkan sinerji. Jika hal itu terjadi,

TP2 TP1 L2 L1 0 Q2 Q1 Q3

total produksi (output)

(15)

maka fungsi produksi membaik yang terlihat dari bergesernya kurva produksi ke TP2. Dengan demikian, penambahan tenaga kerja akan meningkatkan output

(PDB).

2.6 Penelitian Sebelumnya

Hubungan jangka panjang dan timbal balik antara penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi adalah satu topik yang menarik untuk diteliti. Dari beberapa hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan variabel penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa tidak selamanya ada hubungan jangka panjang antara kedua variabel tersebut. Berikut ini adalah beberapa hasil penelitian dengan studi kasus yang berbeda.

Ronny (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Peranan Perdagangan Internasional Sebagai Salah Satu Sumber Pertumbuhan Ekonomi Indonesia” mengungkapkan bahwa dalam jangka panjang ekspor, impor, nilai tukar real, jumlah pekerja dan krisis berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Berdasarkan temuan dengan menggunakan metode Bounds Testing Cointegration tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa koefisien tenaga kerja bertanda positif dan signifikan pada α = 1%, yang artinya ada hubungan jangka panjang pertumbuhan tenaga kerja terhadap laju pertumbuhan ekonomi. Signifikan dan bernilai positifnya variabel jumlah tenaga kerja ini menunjukan bahwa faktor produksi yang dominan di Indonesia adalah tenaga kerja atau dengan kata lain Indonesia adalah negara dengan Labor Intensive.

Badthara (2008), dalam “Analisis Kausalitas Antara Penyerapan Tenaga Kerja Dengan Pertumbuhan Ekonomi Di Jawa Tengah Tahun 1980 – 2005” menemukan adanya hubungan timbal balik (kausalitas) antara penyerapan tenaga

(16)

kerja dengan pertumbuhan ekonomi di Jawa Tengah dengan menggunakan metode final prediction error (FPE).

Sementara itu, hasil penelitian yang dilakukan Arif Winarko (2007) yang berjudul “Analisis Pengaruh Tingkat Investasi, Pendapatan Asli Daerah Dan Tenaga Kerja Terhadap PDRB Jawa Tengah”, memperlihatkan bahwa tingkat investasi, pendapatan asli daerah dan tenaga kerja secara bersama – sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap perumbuhan ekonomi Jawa Tengah. Namun, dalam hubungan jangka panjang pertumbuhan penduduk (bertambahnya angkatan kerja) dapat menurunkan kembali pembangunan ke tahap yang rendah. Dalam penelitian ini tenaga kerja tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah dalam jangka panjang.

2.7 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi objek penelitian dimana tingkat kebenarannya masih perlu diuji. Berdasarkan permasalahan di atas, maka hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

1. Terdapat hubungan kointegrasi antara penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

2. Terdapat hubungan kausalitas antara penyerapan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

Gambar

Gambar 2.1 Diagram Ketenagakerjaan (BPS)  2.2   Definisi Penyerapan Tenaga Kerja
Gambar 2.5 Diagram Jumlah Penduduk Optimal

Referensi

Dokumen terkait

Kebiasaan Konsumsi Natrium Dan Kalium Sebagai Faktor Risiko Kejadian Hipertensi Pada Wanita Lanjut Usia..

Sebagai seorang ketua Sekretariat kongres Maria Ullfah dengan tegas mengatakan kepada organisasi perempuan yang masuk ke dalam Gerakan Massa untuk memilih Kongres

Wajib retribusi dapat mengajukan permohonan kepada Walikota melalui Kepala OPD yang diberikan kewenangan pengelolaan Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah sebagaimana

dari pihak luar. 4) kemiskinan struktural: situasi miskin yang disebabkan karena rendahnya akses terhadap sumber daya yang terjadi dalam suatu sistem sosial

Sedangkan faktor internal yang akan mempengaruhi perekonomian Kabupaten Samosir untuk Tahun 2012 diperkirakan adalah Pertama, persentase belanja Tidak Langsung terhadap

Mendeskripsikan dampak positif dan negatif penerapan teknologi di sekitar tempat tinggal peserta didik terhadap lingkungan.. Merumuskan ide atau saran untuk mengatasi dampak

Jadi, yang tadi saya pegang Kartu Indonesia Sehat, kalau sakit, baik sakitnya batuk-batuk maupun sakitnya flu jangan ke dok... jangan ke rumah sakit tapi ke

Sejalan dengan penelitian Elkington (2006) tersebut, Ntim dan Soobaroyen (2013) menyatakan bahwa keputusan untuk terlibat dalam kegiatan tanggung jawab sosial