• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan belaka. Mereka memadang sumbangan kepada masyarakat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. mencari keuntungan belaka. Mereka memadang sumbangan kepada masyarakat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang mencari keuntungan belaka. Mereka memadang sumbangan kepada masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak kepada Negara. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukan, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial. Karena, selain terdapat ketimpangan ekonomi antara pelaku usaha dengan masyarakat disekitarnya, kegiatan oprasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya lingkungan disekitar oprasi perusahaan (Wibisono, 2007: 3).

Berbagai peristiwa negatif yang menimpa sejumlah perusahaan, terutama setelah reformasi, seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi para pemilik dan manajemen perusahaan untuk memberikan perhatian dan tanggung jawab yang lebih baik kepada masyarakat, khususnya disekitar lokasi perusahaan. Hal ini disebabkan kelangsungan suatu usaha tidak hanya ditentukan oleh tingkat keuntungan, tetapi juga tanggung jawab sosial perusahaan kepada masyarakat. Peristiwa ini dapat kita lihat dari banyaknya perusahaan yang didemo, dihujat bahkan dirusak oleh masyarakat sekitar lokasi pabrik.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya perhatian dan tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat maupun lingkungan disekitar loksai perusahaan. Investor hanya mengeruk dan mengeksploitasi sumber daya alam yang ada didaerah

(2)

tersebut, tanpa memperhatikan faktor lingkungan. Selain itu, hampir sedikit atau bahkan tidak ada keuntungan perusahaan yang dikembalikan kepada masyarakat, justru yang banyak terjadi masyarakat malah termaginalkan, didaerah sendiri(http://www.republika.co.iddiakses pada tanggal 28 Februari 2014 pukul 14.15).

Sebagai contoh, kasus pencemaran limbah industri di Rancaekek Kabupaten Bandung 400 hektare tidak bisa ditanami. Kesepakatan antara perwakilan warga dengan pihak pengusaha hanya tertuju pada proses ganti rugi, bukan mencari solusi bagaimana caranya agar pencemaran tidak terjadi lagi. Menurut anggota Komisi C DPRD Kabupaten Bandung, H. Daud Burhanudin di Soreang, Senin (7/7), masalah pencemaran limbah di Rancaekek yang berasal dari industri-industri di Kabupaten Sumedang sudah berlangsung belasan tahun, namun tidak pernah ditemukan solusinya.

Hampir sekitar 1.000 hektare tanah milik petani tercemar dan 400 hektare di antaranya sudah tidak bisa dimanfaatkan untuk bercocok tanam. Warga sudah mengeluhkan kondisi tersebut. Menurutnya, perwakilan warga empat desa di Kecamatan Rancaekek telah melakukan kesepakatan dengan dua perusahaan besar, yaitu PT Kahatex dan PT Insan Sandang Internusa. Menanggapi masalah ini, kedua perusahaan besar tersebut hanya memberikan bantuan sebagai community

development/corporate social responsibility (CD/ CSR).

Hasil kesepakatan yang ditandatangani pada 11 Juni 2013 lalu oleh empat kepala desa serta direktur dua perusahaan tersebut hanya tentang bantuan berupa uang kompensasi per bulan, bantuan pinjaman modal serta bantuan mesin jahit. Sedangkan masalah penyelamatan lingkungan tidak dibahas dan dijelaskan secara konkret.Anggota Komisi C lainnya, Triska Hendriawan, S.T. mengatakan, masalah

(3)

CD sudah jelas diatur dalam Undang-undang (UU) Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (PT), jadi ada tidaknya pencemaran sebuah perusahaan harus menjalankan fungsi CD sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan kepada lingkungan sekitar. Ia menambahkan, yang terpenting adalah menuntaskan masalah pencemaran di kawasan tersebut. Setelah kesepakatan itu dibuat, perusahaan masih membuang limbahnya ke sungai tanpa proses pengolahan terlebih dahulu. Itu hasil pengamatan ke lapangan.

Anggota Komisi C DPRD Kab. Bandung dari Partai Bulan Bintang, Ir. Abdurrachim Santosa menegaskan, usulan Komisi C agar Sungai Cikijing dibendung adalah untuk memisahkan masalah pencemaran dan mencari siapa yang bertanggung jawab.Karena, pencemaran terjadi antara perbatasan wilayah Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Bandun, kadang terjadi saling menyalahkan. Agar tidak terjadi seperti itu, masing-masing daerah melihat dimana sumber pencemaran itu jadi kita ibaratkan bendung saja dulu.

Akibat pencemaran yang sudah berlangsung lama, lanjut Abdurrachim, warga Kabupaten Bandung terkena imbasnya untuk itu, masing-masing daerah harus tegas. Pemprov Jabar diharapkan memfasilitasinya sehingga diharapkan mampu menuntaskan masalah tersebut(http://www.bandungkab.go.id/arsip/1095/ pencemaran–limbah–industri-di-rancaekek-400-hektare-tidak-bisa-ditanami,diakses pada tanggal 15 maret 2014 pukul 15.27).

Beberapa contoh kasus lainnya yang terkait mengenai permasalahan yang muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial disekitarnya, hususnya perusahaan yang aktivitasnya berkaitan dengan pengelolaan sumber daya alam (ekstraktif). Sebagai contoh, PT. Freeport Indonesia salah satu perusahaan tambang terbesar di

(4)

Indonesia yang berlokasi di Papua, yang memulai operasinya sejak tahun 1969, sampai dengan saat ini tidak lepas dari konflik berkepanjangan dengan masyarakat lokal, baik terkait dengan tanah ulayat, pelanggaran adat, maupun kesenjangan sosial dan ekonomi yang terjadi (Wibisono: 2007). Kasus Pencemaran Teluk Buyat, yaitu pembuangan tailing ke dasar laut laut yang mengakibatkan tercemarnya laut sehingga berkurangnya tangkapan ikan dan menurunnya kualitas kesehatan masyarakat lokal akibat operasional PT Newmon Minahasia Raya (NMR) tidak hanya menjadi masalah nasional melainkan internasional. Begitupula konflik hingga tindak kekerasan terjadi akibat pencemaran lingkungan dan masalah sosial terkait operasional PT Caltex Pacific Indonesia (CPI) di wilayah Duri Provinsi Riau, dimana masyarakat menuntut kompensasi hingga tingkat DPR pusat terkait dampak negatif operasional perusahaan tersebut terhadap kondisi ekonomi, kesehatan dan lingkungan yang semakin memburuk (http://www.rahmatullah.net/2010/05/masalah-pengelolaan-program-corporate.html. Diakses pada tanggal 15 maret 2014 pukul 16.29).

Berdasarkan masalah yang telah diuraikan, CSR sangat penting untuk menjebatani dan memperkecil jurang antara lapisan masyarakat kaya dan miskin diberbagai pelosok dunia. Teorinya sederhana, bahwa tidak ada perusahaan yang dapat maju apabila berada ditengah masyarakat miskin atau lingkungan yang tidak menunjang ekstistensinya. Karena CSR bukan sekedar urusan kepedulian sosial, melainkan upaya perusahaan secara sadar meningkatkan potensi masyarakat serta lingkungan tempat ia beroperasi demi menunjangeksistensinya.Perencanaan CSR yang strategis akan mampu menjadikan program ini sebagai investasi sosial untuk memperdayakan masyarakat, agar mereka mampu seutuhnya menopang kehidupan

(5)

sosial, ekonomi secara mandiri secara bertahap dan berkelanjutan(Untung, 2009: 35-40).

Seiring pesatnya perkembangan pembangunan, pertumbuhan ekonomi dan teknologi sekarang mengakibatkan adanya kesenjangan serta ketidakadilan dalam kesejahteraan masyarakat. Hal ini pula yang mendorong pemerintah untuk melakukan upaya penentasan kemiskinan antara lain bantuan langsung tunai (BLT), program peningkatan kesejahteraan dan sebagainya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin per September 2013 di Indonesia mencapai 28,55 juta orang, bertambah 480 ribu orang dibandingkan angka yang tercatat pada Maret 2013.Pada Maret 2013 tercatat jumlah penduduk miskin sebesar 28,07 juta orang atau 11,37 persen, jadi ada kenaikan sebanyak 480 ribu orang miskin," dari peningkatan jumlah penduduk miskin 480 ribu orang tersebut selama periode Maret-September 2013, sebanyak 300 ribu terjadi di daerah perkotaan dan sebanyak 180 ribu terjadi didaerah pedesaan.

Faktor yang menjadi penyebab kenaikan penduduk miskin adalah terjadinya inflasi tinggi hingga 5,02 persen karena kenaikan harga BBM pada Juni 2013 dan harga beras secara nasional yang mengalami kenaikan.Badan Pusat Statistik juga mencatat selama periode Maret-September 2013, Garis Kemiskinan naik sebesar 7,85 persen, yaitu dari Rp. 271.626 per kapita per bulan pada Maret menjadi Rp.292.951 per kapita per bulan pada September(http: //www.antaranews.com/berita /412182/bps-jumlah-penduduk-miskin-2855-juta-orang. Diakses pada tanggal 26 Maret 2014 pukul 16.45).

Melalui kegiatan dan pertumbuhan ekonomi serta terciptanya pemerataan pembangunan dengan perluasan lapangan kerja dan kesempatan berusaha, melalui peraturan pemerintah Nomor 3 tahun 1983 tentang tata cara pembinaan dan

(6)

pengawasan Perjan, Perum, dan Persero, BUMN diwajibkan melakukan pembinaan terhadap usaha kecil sehingga menjadi usaha yang tangguh dan mandiri.Berkembangnya usaha kecil yang dibina BUMN diharapkan dapat memberikan efek berupa menigkatnya taraf hidup masyarakat serta mendorong tumbuhnya kemitraan antara BUMN denga usaha kecil. Adapun dana pembinaan dimaksud bersumber dari penyisihan laba BUMN. Berdasarkan Undang Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara, disamping melakukan pembinaan masyarakat sekitar BUMN. Kegiatan pembinaan usaha kecil dan masyarakat sekitar melalui penyisihan laba dilaksanakan BUMN melalui Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (PKBL).

Setiap BUMN yang melaksanakan Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (disebut BUMN Pembina) wajib membentuk unit organisasi yang khusus mengelola Program Kemitaan dan Program Bina Lingkungan. Unit organisasi ini disebut unit PBKL. Unit PKBL merupakan bagian dari organisasi BUMN Pembina yang berada dibawah pengawasan seorang direksi.

Selain unit yang khusus menangani Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan, BUMN Pembina wajib pula melakukan pembukuan atas pelaksanaan program tersebut. Selama ini, pembukuan yang diselenggarakan pada beberapa unit PKBL masih menggunakan tata buku tunggal berbasis kas (cash basis single entry). Adapun BUMN Pembina yang belum memiliki kebijakan akuntasi atau pedoman akuntansi yang memadai sehingga praktik akuntasnsi antara satu unit PKBL dengan unit PKBL lainnya menjadi berbeda-beda sesuai dengan kebijakan masing-masing BUMN Pembina (Telkom Indonesia PKBL, 2008: 1).

PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk (Telkom) adalah salah satu Badan Usaha Milik Negara memiliki komitmen untuk menjalankan peran Good Corporate

(7)

Citizenship melalui penyelenggaraan Program Kemitraan dengan usaha kecil dan

Program Bina Lingkungan. Program Kemitraan dengan usaha kecil bertujuan untuk mendorong kegiatan dan pertumbuhan ekonomi, terciptanya lapangan kerja serta kesempatan berusaha untuk masyarakat. Sedangkan Program Bina Lingkungan mempunyai tujuan untuk memberdayakan dan mengembangkan kondisi sosial masyarakat dan lingkungan di sekitar wilayah usaha Perusahaan.

Performa Program Kemitraan Telkom selama tiga tahun terakhir terus mengalami peningkatan dari segi besaran nominal bantuan, pemberian pinjaman dan penerimaan angsuran, dan pada tahun 2012 ini, Telkom telah menyalurkan dana melalui Program Kemitraan sebesar Rp. 343,8 miliar untuk 9.346 Mitra Binaan, Program Pembinaan sebesar Rp. 9,9 miliar dengan tingkat kolektabilitas pengembalian pinjaman Mitra Binaan sebesar Rp. 308,2 miliar. Sejak Tahun 2001 sampai dengan 31 Desember 2012 Program Kemitraan Telkom telah menyalurkan bantuan pinjaman kepada 89.773 Mitra Binaan di seluruh Indonesia dengan total penyaluran sebesarRp. 1,88 triliun. Realisasi tersebut didistribusikan untuk sektor Industri, Jasa, Perdagangan, Peternakan, Perikanan, Pertanian, Perkebunan dan Jasa lainnya. Selain memberikan bantuan pinjaman, Telkom juga memberikan pembinaan kepada Mitra Binaan kami melalui program pelatihan, pemagangan, pendampingan dan promosi, pameran. Pada tahun buku 2012 Telkom telah menyalurkan dana Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 43,5 miliar dalam bentuk bantuan terhadap: korban bencana alam, pendidikan dan atau pelatihan, peningkatan kesehatan masyarakat, pengembangan prasarana dan sarana umum, peningkatan sarana ibadah, dan pelestarian alam (belum termasuk bantuan BUMN Peduli sebesar Rp. 48,6 miliar). Telkom Tahun 2003 sampai dengan 2012 telah menyalurkan dana bantuan Program Bina Lingkungan sebesar Rp. 288,8 miliar.

(8)

Pelaksanaan Program Kemitraan, Community Development Center berpedoman kepada:

1. PER-05/MBU/2007 tanggal 27 April 2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara Dengan Usaha Kecil Dan Program Bina Lingkungan.

2. Keputusan Direksi PT.Telekomunikasi Indonesia, Tbk Nomor KD.12/PS150/COP-B0030000/2006 tanggal 13 September 2006, tentang Pembentukan Organisasi Pusat Pengelola Program Kemitraan dan Program Bina Lingkungan (Community Development Center).

Program Kemitraan BUMN Dengan Usaha Kecil yang selanjutnya disebut Program Kemitraan adalah program untuk meningkatkan kemampuan usaha kecil agar menjadi tangguh dan mandiri melalui pemanfaatan dana dari bagian laba BUMN. Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam keputusan ini. Mitra Binaan adalah Usaha Kecil yang mendapatkan pinjaman dari Program Kemitraan.

Strategi dan kebijakan Telkom CSR terintegrasi dalam satu Keputusan Direksi Nomor. 41/PR000/SDM-20/2006. Keputusan ini menjadi landasan bagi pengelolaan CSR di Telkom, yang memastikan bahwa implementasinya sejalan dengan visi dan misi perusahaan dan mematuhi peraturan perundang-undangan yang berlaku khususnya Undang-Undang Nomor. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 74 Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan, dan konsisten dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat.

Kebijakan strategi jangka panjang dan pengelolaan untuk Telkom CSR telah ditetapkan dalam Skenario Strategi Korporasi dan juga telah dijelaskan dalam bentuk rencana tahunan di dalam Rencana Kerja dan Anggaran (RKA), yang kemudian

(9)

dijelaskan lebih lanjut di dalam Kontrak Pengelolaan untuk setiap kantor perusahaan, unit usaha, anak perusahaan dan perusahaan afiliasi (www://pkbl-telkom.co.id diakses pada tanggal 25 februari 2014 pukul 10.30).

Berbagai kegiatan yang dijalankan dalam program kemitraan ditujukan untuk memicu pertumbuhan dan perkembangan potensi ekonomi masyarakat. Adapun sasaran dari pelaksanaan program ini adalah kegiatan-kegiatan ekonomi masyarakat baik yang berkaitan langsung maupun tidak langsung dengan bisnis utama Telkom. Telkom berharap berbagai kegiatan yang dilaksanakan dapat semakin memberdayakan seluruh lapisan masyarakat, diharapkan masyarakat mampu mandiri dan pada akhirnya akan membantu program pemerintah dalam upaya mengurangi tingkat kemiskinan di seluruh Indonesia.

Telkom memiliki dua bentuk kegiatan utama yang diselenggarakan selama tahun 2011, yang pertama Pelatihan kewirausahaan dan pemberian dana pinjaman bergulir kepada wirausahaan binaan dalam skema program kemitraan, dan yang kedua adalah Program kreatifitas dalam skema pengembangan masyarakat. Selain berpedoman pada Peraturan Menteri BUMN yang mengatur mengenai PKBL, pelaksanaan program ini juga mempertimbangkan keselarasan dengan potensi lingkungan masyarakat penerima program. Sasaran dari pelaksanaan program ini adalah para pelaku usaha kecil dan menengah.

Adapun sektor kegiatan usaha mereka meliputi industri, perdagangan, pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, jasa dan sektor lainnya. Program pelatihan dan pemberian pinjaman bergulir diberikan berdasarkan spesifikasi yang dibutuhkan dan disesuaikan dengan perkembangan dan potensi setempat pada kedelapan sektor tersebut.

(10)

Telkom telah menyelenggarakan pelatihan kewirausahaan yang berlangsung di seluruh Indonesia pada tahun 2011. Pelatihan kewirausahaan diikuti calon mitra binaan maupun mitra binaan peserta dengan total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 17,7 miliar. Pada periode yang sama, Telkom juga menyalurkan pinjaman bergulir untuk para pelaku UKM yang menjadi mitra binaan. Total dana yang disalurkan mencapai Rp. 302,7 miliar dengan jumlah mitra binaan sebanyak 9.189 unit usaha.

Telkom menindaklanjuti penyaluran pinjaman bergulir dengan melakukan pemantauan atas penggunaan, pengelolaan maupun tingkat pengembaliannya. Dalam upaya memotivasi seluruh mitra binaan agar berusaha dengan sungguh-sungguh dan mengembalikan dana pinjaman tepat waktu, secara periodik dilakukan penilaian disertai pemberian penghargaan kepada mereka yang berprestasi (http://www.telkom.co.id/UHI/UHI2011/ID/1002_mitra.html, diakses pada tanggal 26 Februari 2014, pukul 10.15).

Khusus untuk wilayah kerja Telkom Sub Area Medan yang wilayah kerjanya meliputi Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai, telah menjalankan Program Kemitraan dengan total 1.212 Mitra Binaan terhitung dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012. Penyaluran dana pinjaman bergulir yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan bertujuan untuk memberikan bantuan pencarian modal bagi para pelaku usaha kecil yang kesulitan dalam hal finansial.

Dana program kemitraan ini dimaksudkan untuk merangsang pertumbuhan usaha kecil sehingga para pelaku usaha kecil mempunyai fondasi yang kuat dan mandiri dalam menjalankan usahanya. Ketangguhan dan kemandirian yang ada dari para pelaku usaha kecil ini, maka diharapkan timbulnya daya saing dengan usaha lainnya, sehingga usaha kecil yang pada umumnya dipandang sebagai usaha marjinal

(11)

dapat meningkatkan pendapatan usahanya dan meningkatkan peran usaha kecil dalam pembentukan produk nasional, dengan terpenuhinya modal yang dimiliki, para pelaku usaha kecil akan dapat mengembangkan usahanyadan berkembangnya usaha tersebut secara otomatis akan menyerap tenaga kerja baru sehingga tercipta perluasan lapangan pekerjaan.

Pembiayaan yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan pada program kemitraan dengan penyaluran dana pinjaman melalui penyisihan laba Telkom kepada pelaku usaha kecil bertujuan untuk memberi kemudahan kepada pengusaha kecil dalam meningkatkan peroduktivitas usahanya baik untuk modal usaha ataupun pengembangan usaha dengan sistem yang sederhana dan tidak rumit. Sehingga mendorong pertumbuhan iklim usaha pada sektor usaha kecil yang pada tahap berikutnya akan terjadi peningkatan dan pemerataan pendapatan serta memperkokoh struktur perekonomian nasional.

Pelatihan dan promosi yang dilakukan oleh Telkom Sub Area Medan terhadap usaha kecil sesuai dengan yang diamanatkan dalam Pasal 18 Undang-Undang UMKM yang menyebutkan bahwa pengembangan dalam bidang pemasaran dilakukan dengan cara menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha Mikro dan Kecil. Pada Pasal 19 yang menyatakan bahwa pengembangan sumber daya manusia dilakukan dengan cara membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru. Sebagai BUMN Pembina, Telkom Sub Area Medan juga memberikan penghargaan kepada mitra binaannya. Penghargaan yang diberikan berdasarkan atas kemajuan dan perkembangan usaha yang dimiliki masing-masing mitra binaan.

(12)

Penghargaan ini diberikan untuk merangsang mitra binaan agar lebih gigih dan disiplin dalam menjalankan usahanya.

Melihat besarnya peranan kemitraan terutama Telkom Sub Area Medan dalam membangun perekonomian nasional khususnya di wilayah Deli Serdang, Kabupaten Langkat, dan sebagian Kabupaten Serdang Bedagai, dalam penyaluran pinjaman lunak melalui program kemitraan dan BUMN kepada masyarakat khususnya kalangan pengusaha kecil, dengan dasar ini lah penulis tertarik untuk meneliti dampak program kemitraan yang merupakan salah satu program tanggung jawab sosial perusahaan Telkom sebagai judul penelitian saya yang hasilnya akan di tuangkan ke dalam skripsi dengan judul “Dampak Program Kemitraan Terhadap Sosial Ekonomi Mitra Binaan PT.Telekominukasi Indonesia, Tbk Sub Area Medan”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:“apakah ada dampak program kemitraaan terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan”

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui program kemitraan tersebut berdampak terhadap sosial ekonomi mitra binaan PT.Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan.

(13)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan serta pengetahuan mengenai apa dampak dari program kemitraan melalui pemberian penyaluran pinjaman dan penyaluran dana pembinaan kemitraan yang diterapkan oleh Telkom dibidang sosial ekonomi mitra binaan perusahaan.

1.5. Sistematika Penulisan

Sitematika penulisan secara garis besarnya dikelompokkan dalam enam bab, dengan urutan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisikan mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah,tinjauan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian. BAB II :TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisikan tentang teori teori yang mendukung dalam penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi oprasional.

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, serta teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah singkat PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk, Sub Area Medan. Juga gambaran umum lokasi penelitian dan data–data lain yang turut memperkaya karya ilmiah ini.

(14)

BAB V : ANALISIS DATA

Bab ini berisikaan tentang uraian data yang di peroleh dari hasil penelitian serta analisis pembahasannya.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari hasil penelitian dan saran–saran yang bermanfaat.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk kepentingan pelaksanaan kuasa ini, penerima kuasa berhak baik sendiri-sendiri atau bersama-sama menghadap di muka sidang pengadilan, melakukan

Ponamon, Irene Fransisca, 2014, ” Pengaruh Pengawasan Internal, Pemahaman Sistem Akuntansi Keuangan, Dan Kapasitas Sumber Daya Manusia Terhadap Kualitas Informasi

Maka, persoalan yang diteliti dalam hal ini adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan hukum waris adat Tapanuli Selatan, mekanisme penyelesaian sengketa

Penelitian yang dilakukan peneliti sekarang adalah “Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Treffinger Berbantuan LKS dan Motivasi Belajar Terhadap Hasil Belajar

[r]

Pengalihan Bentuk Perusahaan Aspal Negara menjadi Perusahaan Perseroan (PERSERO) Pemindahan Ibukota Kabupaten Dati II Tegal dari Wilayah Kotamadya Dati II Tegal ke Kota. Slawi

Pada manajemen tradisional pembuatan laporan dan pemberian informasi persediaan barang yang dibuat dengan tata buku terkadang tidak sama dengan yang ada di gudang karena

Bahwa Direktorat Jenderal Kelembagaan Iptek dan Dikti Kemenristekdikti sudah menyediakan berbagai informasi dan aplikasi terkait perizinan mahasiswa asing, perizinan