• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN STATUS MENTAL DENGAN KEMANDIRIAN

AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANJUT USIA DI KELURAHAN

BANJARDOWO GENUK SEMARANG

Manuscript

Disusun oleh :

NINA SETYAWATI

G2A008096

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMADIYAH SEMARANG

2012

(2)

Abstrak

Permasalahan yang sering terjadi pada lanjut usia adalah berkaitan dengan aktivitas dasar sehari-hari atau mobilisasi. Kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas dasar secara mandiri dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam diri meliputi umur, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikologis, stress. Tujuan penelitian aalah mengetahui hubungan status mental dengan kemandirian aktivitas sehari-hari pada lanjut usia di Kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Desain penelitian adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang sebanyak 90 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah studi populasi. Hasil penelitian mendapatkan status mental lanjut usia sebagian besar dalam kategori baik (65,6%), sebagian besar lanjut usia masih mandiri penuh (85,6%). Terdapat hubungan yang bermakna antara status mental lanjut usia dengan kemandirian lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Berdasarkan hasil tersebut di atas maka lanjut usia diharapkan dapat bersosialisasi dengan banyak teman dan tetangga untuk menjaga status mentalnya serta demgan memperbanyak pergaulan, bertemu dengan banyak masyarakat, sering membaca untuk menambah wawasan dan menjaga kestabilan intelektualitasnya.

Kata Kunci : Status mental, kemandirian aktivitas sehari-hari

The correlation of mental status with the independence of activities of daily living in elderly in the Banjardowo village Genuk Semarang

Abstract

Problems that often occur in the elderly were related to basic activities of daily or mobilization. The ability of elderly to perform basic activities independently was influenced by internal and external factors. Factor of the self include age, physiological health, cognitive functioning, psychological functioning, stress. The objective of research was to know the correlation of mental status with independence in activities of daily living of elderly in the Banjardowo village Genuk Semarang. The study design was descriptive correlation with cross-sectional approach. The population were elderly who lived in the Banjardowo Village Genuk District Semarang as many as 90 people. Sampling technique used was the study population. The results of mental status of elder get most good category (65.6%), most of the elderly were fully independent (85.6%). There was a significant correlation between mental status with the independence of elderly to perform daily activities in the Banjardowo village Genuk Semarang. Based on the results mentioned above, the elderly were expected to socialize with friends and neighbors to keep his mental status and by reproduce the association, met with many people, often read to broaden and maintain stability and development

(3)

PENDAHULUAN

Dampak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama di bidang kedokteran, termasuk penemuan obat-obatan seperti antibiotika yang mampu mengobati berbagai penyakit infeksi berhasil mengurangi angka kematian bayi dan anak dan mampu memperlambat kematian, memperbaiki gizi dan sanitasi sehingga kualitas dan umur harapan hidup meningkat. Akibatnya jumlah penduduk lanjut usia bertambah banyak dan cenderung berlangsung lebih cepat dan pesat (Nugroho, 2008).

Pada saat ini jumlah penduduk lanjut usia di seluruh dunia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa dan pada tahun 2025 diperkirakan akan mencapai 1,2 milyar. Berdasrakan sensus di Indonesia sejak tahun 1971 diketahui penduduk lanjut usia mencapai 5,3 juta jiwa (4,5%), tahun 1980 meningkat menjadi 8 juta jiwa (5,5%), tahun 1990 meningkat menjadi 11,3 juta jiwa (6,4%), tahun 2005 meningkat menjadi 18,3 juta jiwa (8,5%) dan tahun berikutnya lagi menjadi 19,3% juta jiwa (9%). Tahun 2020-2025 diperkirakan jumlah penduduk lanjut usia Indonesia menempati peringkat ke empat setelah RRC, India dan Amerika Serikat (Nugroho, 2008).

Lanjut usia merupakan suatu anugerah dimana menjadi tua dengan segenap keterbatasan pasti akan dialami oleh seseorang bila dirinya mengalami panjang umur. Pada masa lanjut usia ini akan terjadi penurunan kondisi fisik, kondisi psikologis serta perubahan kondisi sosial. Masyarakat akan menganggap seakan-akan tugas seorang yang lanjut usia telah usai dan mengundurkan diri dari pergaulan masyarakat (Noorkasiani, 2009).

Permasalahan yang sering terjadi pada lanjut usia adalah berkaitan dengan aktivitas dasar sehari-hari atau mobilisasi. Mobilitas merupakan pergerakan yang memberikan kebebasan dan kemandirian bagi seseorang, yang jenisnya berubah-ubah sesuai dengan rentang kehidupan manusia. Mempertahankan kemampuan

(4)

mobilisasi optimal sangat penting untuk kesehatan mental dan fisik semua lanjut usia (Stanley dan Beare, 2007).

Seseorang yang mengalami proses penuaan secara alamiah akan menimbulkan masalah fisik, mental, social, ekonomi, psikologis dan kejiwaan. The National Od

Peoples Welfore Council mengemukakan bahwa penyakit atau gangguan umum

pada lanjut usia ada 12 macam yakni depresi mental, gangguan pendengaran, bronchitis kronis, gangguan pada tungkai/sikap berjalan, gangguan pada koksa/sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, kecemasan, dekompensasi kordis, diabetes mellitus, osteomalasia dan hipoteriodisme serta gangguan defekasi (Nugroho, 2008).

Keletihan dan kelemahan menjadi penyebab paling umum yang sering terjadi dan menjadi keluhan bagi lanjut usia. Sekitar 43% lanjut usia telah diidentifikasi memiliki gaya hidup kurang gerak yang turut berperan terhadap intoleransi akivitas fisik dan penyakit, sekitar 50% penurunan fungsional pada lanjut usia dikaitkan dengan kejadian penyakit (Stanley dan Beare, 2007). Penelitian yang telah dilakukan oleh Sumirta (2008) menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kemampuan aktivitas dasar sehari-hari yang dilakukan dengan depresi pada lanjut usia.

Kemampuan lansia untuk melakukan aktivitas dasar secara mandiri dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor dari dalam diri meliputi umur, kesehatan fisiologis, fungsi kognitif, fungsi psikologis, stress (Potter, 2005). Depresi pada lanjut usia ini sendiri muncul disebabkan oleh beberapa faktor seperti stress psikososial dan keparahan penyakit. Terganggunya melaksanakan aktivitas sehari-hari yang dialami oleh lanjut usia disebabkan karena penurunan kondisi fisik sehingga mengakibatkan mereka menjadi ketergantungan kepada orang lain. Sementara menurut Hadiwinoto dan Setiabudi (1999) menyebutkan bahwa depresi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan ADL pada lanjut usia.

(5)

Berdasarkan penyakit atau gangguan umum tersebut pada lanjut usia diketahui bahwa tidak hanya masalah fisik yang akan dialami lanjut usia, tetapi juga berpengaruh terhadap kondisi mental atau psikologisnya. Akibatnya proses penuaan pada lanjut usia kemungkinan besar berakibat pada gangguan mobilitas fisik yang akan membatasi kemampuan lanjut usia dalam melakukan aktifitas sehari-hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Jauhari (2003) menujukkan bahwa lanjut usia banyak mengalami gangguan mental seperti terjadinya stres sebanyak 83,3%, perasaaan kesepian sebanyak 46,7% dan perasaan sedih sebanyak 61,7%. Permasalahan-permasalahan status mental tersebut secara lambat laun memberikan pengaruh terhadap kemampuan aktivitas sehari-hari pada lanjut usia. Status mental yang dihadapi oleh lanjut usia merupakan kondisi lanjut usia berkaitan dengan gangguan mental yang dihadapi. Gangguan mental tersebut meliputi agresi, marah, kecemasan, kekacauan mental, penolakan, ketergantungan, depresi, ketakutan, rasa sakit dan sebagainya. Gangguan-gagguan mental seperti ini dapat mempengaruhi lanjut usia terhadap kemandiriannya dalam melakukan aktivitas sehari-hari (Nugroho, 2008).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang mendapatkan berdasarkan wawancara yang dilakukan terhadap 10 orang lanjut usia menyatakan semuanya merasa adanya kekhawatiran terhadap kondisinya yang semakin menua dan hanya menjadi beban bagi keluarganya. Lanjut usia menunjukkan adanya gangguan-gangguan mental seperti sedih, rasa takut, kecewa, merasa tertekan dan bahkan merasa tersiksa dengan penyakit penuaan yang dirasakan. Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa 6 dari 10 lanjut usia tersebut terhadap beberapa hal seperti melakukan perjalanan jauh, mencuci, dan merawat diri sering membutuhkan bantuan dari anggota keluarga yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian lanjut usia di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang membutuhkan bantuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Berkaitan dengan hal tersebut maka

(6)

peneliti berkeinginan untuk melakukan penelitian dengan judul “Hubungan status mental dengan tingkat kemandirian dalam aktivitas sehari-hari pada lanjut usia di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang”.

METODE PENELITIAN

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasi yaitu penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel satu dengan variabel lain. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional yaitu melalui pengukuran data variabel bebas dan variabel terikat dilakukan pada penentuan waktu secara bersama. Populasi dalam penelitian ini pada lanjut usia yang tinggal di Kelurahan Banjardowo Kecamatan Genuk Semarang sebanyak 90 orang. Teknik sampling yang digunakan adalah studi populasi.

HASIL PENELITIAN

Tabel 1

Distribusi frekuensi responden berdasarkan status mental lanjut usia di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang

Status mental Frekuensi Persentase (%) Gangguan berat

Gangguan intelek sedang Gangguan intelek ringan Baik 4 2 25 59 4,4 2,2 27,8 65,6 Jumlah 90 100

Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa status mental lanjut usia sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 59 orang (65,6%), yang mengalami gangguan intelek ringan sebanyak 25 orang (27,8%), yang mengalami gangguan intelek sedang sebanyak 2 orang (2,2%) dan yang mengalami gangguan intelek berat sebanyak 4 orang (4,4%).

(7)

Tabel 2

Distribusi frekuensi responden berdasarkan kemandirian lanjut usia di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang

Kemandirian Frekuensi Persentase (%) Bantuan penuh Bantuan sebagian Mandiri penuh 6 7 77 6,7 7,8 85,6 Jumlah 90 100

Berdasarkan Tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar lanjut usia yang menjadi responden penelitian masih mandiri penuh yaitu sebanyak 77 orang (85,6%), yang membutuhkan bantuan sebagian sebanyak 7 orang (7,8%) dan yang membutuhkan bantuan penuh sebanyak 6 orang (6,7%).

Status mental 10 8 6 4 2 0 -2 Kemandi ri an akti vi tas sehar i 100 80 60 40 20 0 Gambar 1

Hubungan antara status mental dengan kemandirian lanjut usia

Berdasarkan hasil korelasi Rank Spearman didapatkan nilai p = 0,000 (o<0,05) dengan nilai r sebesar 0,476. Nilai p > 0,05 maka dinyatakan ada hubungan yang bermakna. Berdasarkan hasil tersebut maka dapat dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara status mental lanjut usia dengan kemandirian lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang. Berdasarkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,476 menunjukkan bahwa kekuatan

(8)

hubungan tersebut masuk dalam kategori hubungan sedang. Bentuk hubungan berdasarkan grafik scater didapatkan garis linier bergerak dari bawah ke atas dengan demikian hubungan dinyatakan positif.

PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan bahwa sebagian besar status mental lanjut usia dalam kategori baik, namun demikian hasil penelitian ini juga menemukan status mental lanjut usia dalam kateori gangguan berat yaitu sebanyak 4,4%. Hal ini menunjukkan bahwa lanjut usia yang menjadi responden ada yang mengalami gangguan secara mental yang berdasarkan pengukuran MMSE memiliki nilai kesalahan lebih dari 8 point, yang artinya banyak pertanyaan berdasarkan alat ukur MMSE yang tidak mampu dijawab oleh responden penelitian.

Kategori status mental dalam kategori berat ini terutama berkaitan dengan pertanyaan tentang perintah menghitung mundur 3-3 mulai dari 20 yaitu terdapat 91,1% jawabannya salah, pertanyaan tentang tanggal dilahirkan terdapat 80,0% jawabannya salah, dan pertanyaan tentang tanggal berapa hari ini terdapat 81,1% jawabannya salah. Pertanyaan-pertanyaan di atas berkaitan dengan kemampuan intelektual lanjut usia yang jawabannya sebagian besar banyak yang salah. Banyaknya jawaban salah ini dapat dikarenakan tingkat intelektualitas serta kemampuan memorinya yang sudah melemah sehingga jika diberikan pertanyaan yang berkaitan dengan kemampuan mengingat atau berkaitan dengan kecerdasan menjadi sangat rendah. Tingkat intelektualitas lanjut usia ditunjukkan dengan kemampuannya berhitung terutama dalam tes adalah berhitung mundur dari angka 20 dikurangkan dengan 3 dan berlanjut hingga mencapai angka 0. Setelah melalui tes intelegensi ini ternyata banyak lanjut usia yang tidak mampu menyelesaikan soail ini. Kemampuan memori juga ditunjukkan dari kemampuan mengingat tanggal lahir atau kemampuan mengingat kejadian masa lampau yang lainnya seperti nama kepala desa periode yang lalu ternyata banyak lanjut usia yang tidak mampu mengingatnya.

(9)

Status mental lanjut usia ini sangat berkaitan dengan kemampuan intelektualitas lanjut usia yang sudah mengalami penurunan yang sangat drastis. Sebagaimana diketahui bahwa masa tua adalah masa dimana terjadinya berbagai macam perubahan terutama perubahan fisik dan datangnya penyakit. Penyebabnya antara lain rasa kesepian karena ruang lingkup yang menyempit, rutinitas kehidupan yang statis dan tidak variatif. Berkaitan dengan hal tersebut lansia yang nampak lesu, tidak bergairah, merasa tidak dihargai, serta merasa tidak bermakna akan lebih mempercepat penuaan, sementara seseorang akan terus merasa muda jika lingkup pergaulannya luas, memiliki banyak teman, intelektualitasnya selalu terasa, aktif dan menjalankan kehidupan secara dinamis. Model kehidupan seperti ini yang menyebabkan awet muda, gembira dan sikap positif yang menunjukkan seorang lansia berada pada status mental yang baik.

Status mental pada lanjut usia dapat dilihat berdasarkan kemampuan intelegensianya yaitu kemampuan individu dalam menyelesaikan konflik diri dengan menggunakan berbagai upaya koping yang sesuai untuk mengurangi ketegangan menuju keseimbangan kontinum. Kemampuan berbahasa, individu dapat mengurangi ketegangan psikis dengan kemampuanya menguraikan atau menyusaikan diri dengan lingkungan. Pengalaman masa lalu, bagi individu kesehatan mental dapat dihubungkan dengan pengalaman masa lalu yang menyenangkan ataupun menyakitkan misalnya peristiwa kehilangan. Konsep diri, bagaimana kesusuaikan atau persepsi terhadap diri, yang meliputi gambaran diri, peran diri, ideal diri, harga diri, dan identitas diri. Motivasi, bagaimana motivasi diri dalam menghadapi tantangan dan dinamika hidup apakah motivasi tinggi motivasi rendah.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa kemandirian lanjut usia sebagian besar dalam kategori kemandirian penuh, namun dalam penelitian ini juga ditemukan responden dengan bantuan sebagian dan bantuan penuh. Responden yang memiliki kemandirian dalam kategori bantuan penuh ini didasarkan pada

(10)

hasil kuesioner kemandirian terutama berkaitan dengan penggunaan telepon, bepergian dengan berkendaraan, bersih-bersih rumah sampai pada pengaturan keuangan.

Kemampuan aktivitas sehari-hari yang banyak membutuhkan bantuan dari orang lain baik bantuan secara penuh maupun bantuan sebagian adalah berkaitan dengan penggunaan telepon yaitu terdapat 91,1% yang perlu bantuan penuh, aktivitas bepergian dengan kendaraan terdapat 61,1% yang memerlukan bantuan penuh, serta aktivitas tentang pemenuhan gizi terdapat 30,0% yang memerlukan bantuan sebagian. Aktivitas-aktivitas di atas sangat memerlukan kemampuan intelektual dan keterampilan fisik yang baik sehingga hal ini sangat sulit dilakukan oleh lanjut usia secara mandiri, dimana dengan usia yang semakin menua menyebabkan kondisi responden semakin melemah dan kesulitan melakukan berbagai aktivitas tersebut di atas. Lanjut usia yang menjadi responden penelitian ini tidak mampu menggunakan telepon secara mandiri dimana responden tidak memahami cara penggunaan telepon yang ada. Kemampuan lain yang membutuhkan bantuan berkaitan dengan aktivitas bepergian sendiri dengan kendaraan dimana lanjut usia merasa takut menggunakan kendaraan sendiri karena merasa tubuhnya sudah tidak selincah sewaktu muda dan memiliki rasa takut jika berpapasan dengan kendaraan lain dan merasa kemampuannya untuk mengendarai kendaraan sendiri sudah berkurang.

Aktivitas sehari-hari lanjut usia ini sebenarnya adalah berkaitan dengan kegiatan yang dilakukan oleh lanjut usia setiap hari. Aktivitas ini dilakukan tidak melalui upaya atau usaha keras. Aktifitas tersebut dapat berupa mandi, berpakaian, makan, atau melakukan mobilisasi dan sebagainya. Kendala yang ada adalah seiring dengan proses penuaan maka terjadi berbagai kemunduruan kemampuan dalam beraktifitas karena adanya kemunduran kemampuan fisik, penglihatan dan pendengaran sehingga terkadang seorang lanjut usia membutuhkan alat bantu untuk mempermudah dalam melakukan berbagai aktivitas sehari-hari tersebut.

(11)

Aktifitas dasar sehari-hari bagi lanjut usia sebenarnya meliputi tugas-tugas perawatan pribadi setiap harinya yang berkaitan dengan kebersihan diri, nutrisi dan aktivitas-aktivitas lain yang terbatas. Agar tetap dapat menjaga kebugaran dan dapat melakukan aktivitas dasar maka lanjut usia perlu melakukan latihan fisik seperti olah raga. Latihan aktifitas fisik sangat penting bagi orang lanjut tua untuk menjaga kesehatan, mempertahankan kemampuan untuk melakukan ADL, dan meningkatkan kualitas kehidupan (Luekenotte (2000).

Hasil penelitian dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman mendapatkan nilai r sebesar 0,476 dengan nilai p = 0,000, karena nilai p <0,05 maka hasil penelitian dapat dinyatakan terdapat hubungan yang bermakna antara status mental dengan kemandirian aktivitas sehari-hari pada lanjut usia di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang.

Tabulasi silang menunjukkan bahwa lanjut usia yang status mentalnya dalam kategori gangguan berat dan sedang sebagian besar kemandiriannya dalam kategori bantuan penuh dan bantuan sebagian yaitu sebanyak 100%, sedangkan lanjut usia yang status mentalnya baik dan gangguan ringan sebagian besar kemandiriannya dalam kategori mandiri penuh yaitu sebanyak 91,7%. Hal ini menunjukkan bahwa pada responden yang memiliki status mental yang baik ada kencederungan kemampuan aktivitas sehari-harinya lebih mandiri. Lanjut usia yang memiliki status mental yang baik yaitu yang mempunyai tingkat intelegensi dan memori yang baik diimbangi dengan kondisi fisik yang masih bugar sehingga setiap aktivitas dapat dikerjakan sendiri tanpa harus meminta bantuan dari orang lain. Status mental yang baik pada lanjut usia ternyata dapat menopang kondisi fisiknya sehingga tidak terlihat renta. Lanjut usia yang memiliki memori yang baik juga mampu mengingat setiap rencana kegiatan yang harus dilaluinya sehingga lanjut usia yang memiliki memori yang baik ini tahu betul apa yang harus dilakukannya sehingga tidak perlu diingatkan oleh orang lain.

(12)

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sumirta (2008) diketahui bahwa kemandirian lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari berhubungan dengan depresinya dimana didapatkan nilai p sebesar 0,009. Penelitian Sumirta sedikit berbeda dengan penelitian ini dimana kondisi mental lanjut usia dalam penelitian sumirta lebih ditekankan pada depresi namun dalam penelitian ini penekanan kondisi psikologis lebih ditekankan pada status mental lanjut usia.

Berdasarkan hasil penelitian ini maka peneliti berpendapat bahwa status mental lanjut usia menjadi salah satu faktor penentu terhadap kemandirian lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari. Lanjut usia yang mengalami kemunduran fisik yang drastis berpengaruh terhadap status mentalnya terutama berkaitan dengan tingkat intelegensinya serta memori yang dimiliki. Kemampuan daya ingat ini terkait dengan kemampuan lanjut usia mengingat masa lalunya serta kejadian yang telah lampau dan kemampuan intelegensi berkait dengan kemampuan lansia membuat kalkulasi terhadap suatu hal seperti berhitung dan sebagainya. Kemunduruan-kemunduran ini pada akhirnya berakibat pada kemunduran kemampuan lanjut usia untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

Keterbatasan penelitian ini adalah responden penelitian yaitu lanjut usia dimana peneliti mendapatkan sebagian responden yang tidak tamat SD sehingga banyak pertanyaan dalam MMSE yang memang sulit untuk dipahami oleh mereka. Peneliti juga menemukan kendala yaitu banyaknya keengganan lanjut usia untuk menjadi responden penelitian karena takut, namun setelah peneliti berikan penjelasan akhirnya mereka bersedia.

KESIMPULAN

Beradasarkan analisis hasil penelitian dan pembahasan, maka disimpulkan bahwa Status mental lanjut usia sebagian besar dalam kategori baik yaitu sebanyak 59 orang (65,6%). Sebagian besar lanjut usia yang menjadi responden penelitian masih mandiri penuh yaitu sebanyak 77 orang (85,6%). Terdapat hubungan yang bermakna antara status mental dengan kemandirian aktivitas sehari-hari pada

(13)

lanjut usia di kelurahan Banjardowo Genuk Semarang dengan nilai p sebesar 0,000 (<0,05).

Hasil penelitian menemukan bahwa status mental berhubungan dengan kemandirian lanjut usia dimana status mental yang terbanyak mengalami kemunduruan adalah berkaitan dengan kemampuan intelektual yang tinggi seperti berhitung, mengingat tanggal dan sebagai yang hal ini ada kaitannya dengan kecerdasan intelektual dan memori atau kemampuan mengingat, oleh karena itu institusi pendidikan dapat bekerja sama langsung dengan masyarakat terutama keluarga yang memiliki lanjut usia untuk menjaga kebugaran lanjut usia dengan melakukan olah raga bersama serta melatih status mentalnya dengan memberi pelatihan-pelatihan yang melatih kemampuan intelektual lanjut usia seperti berhitung, membaca atau bercerita masa lalu sehingga dan melatih kemampuan daya ingatnya.

1 Nina Setyawati : Mahasiswa Program Studi S1 Keperawatan Fikkes Universitas Muhammadiyah Semarang

2.

Heryanto Adi Nugroho, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom. : Dosen Kelompok Keilmuan

Keperawatan Komunitas Fakultas Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

3.

Ali Rosidi, SKM, M.Si. : Dosen Kelompok Keilmuan Teknologi Pangan Fakultas

Keperawatan dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Semarang

KEPUSTAKAAN

Hadiwinoto dan Setiabudi .(1999). Panduan gerontologi tinjauan dari berbagai

aspek. Jakarta : Penerbit PT Gramedia Pustaka Jakarta Utama

Jauhari, M. (2003). Status gizi, kesehatan dan kondisi mental lansia di Panti

Social Tresna Werdha Budi Mulia Jakarta.

Nugroho, W. (2008). Kepeawatan gerontik & Geriatrik. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Potter, P.A., & Perry, A.G. (2005). Keperawatan Dasar: Konsep, Proses dan

(14)

Stanley, M. dan Patricia G. Beare, (2007). Buku ajar keperawatan gerontik. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Sumirta, I. N. (2008). Hubungan antara aktivitas fisik dengan depresi pada lansia

di Panti Pelayanan Lanjut Usia “Wana Seraya” Denpasar. Jurnal Ilmiah

Keperawatan Vol. 2. No 1. Juni 2009. .

PERNYATAAN PERSETUJUAN MANUSCRIPT DENGAN JUDUL

(15)

HUBUNGAN STATUS MENTAL DENGAN KEMANDIRIAN

AKTIVITAS SEHARI-HARI PADA LANJUT USIA DI

KELURAHAN BANJARDOWO GENUK SEMARANG

Telah diperiksa dan disetujui untuk dipublikasikan

Semarang, September 2012

Pembimbing I

Heryanto Adi Nugroho, S.Kp, M.Kep, Sp.Kom.

Pembimbing II

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA WORK-FAMILY CONFLICT DENGAN KEPUASAN HIDUP PADA PERAWAT PEREMPUAN BAGIAN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM (RSU) “ A ” KOTA CIMAHI Universitas Pendidikan

Kesimpulan penelitian adalah terdapat hubungan yang positif antara efikasi diri atau self-efficacy dengan intensi berwirausaha atau entrepreneurial intention pada

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan rumah tangga nelayan obor bersumber dari kegiatan penangkapan ikan serta aktivitas

Sedangkan adanya hasil reaksi PCR DNA genom M tuberculosis hasil isolasi langsung dari sputum yang memperlihatkan PCR negatif (50,9%) lebih tinggi persentasenya dari

Budaya organisasi akan berdampak positif terhadap prilaku para karyawan termasuk kesadaran untuk mening- katkan kinerjanya (Safitri, 2018). Berdasarkan

Meski sebagian besar anggota keluarga Bani Ma’shum memiliki modal budaya dan habitus yang sama, yaitu memiliki basis pendidikan agama Islam yaitu santri lulusan

Beton pracetak adalah teknologi konstruksi struktur beton dengan komponen-komponen penyusun yang dicetak terlebih dahulu pada suatu tempat khusus ( off site

Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya, dan menjadi salah satu tolak ukur