• Tidak ada hasil yang ditemukan

Case Luka Bakar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Case Luka Bakar"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN KASUS

LAPORAN KASUS

COMBUSTIO

COMBUSTIO

DIsusun oleh : DIsusun oleh : dr. Gina Ariani dr. Gina Ariani INTERNSHIP INTERNSHIP RSUD H.M.

RSUD H.M. RYACUDU KOTABUMIRYACUDU KOTABUMI 2012

(2)

BAB I BAB I ILUSTRASI KASUS ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PASIEN  Nama  Nama :: Tn. ATn. A U Ussiiaa :: 330 0 ttaahhuunn A

Allaammaatt :: CCaannddi i MMaass A

Aggaammaa :: IIssllaamm P

Peekkeerrjjaaaann :: ppeekkeerrjja a wwaarruunngg P

Peennddiiddiikkaann :: ttaammaat t SSDD S

Sttaattuuss :: MMeenniikkaahh M

Maassuuk k RRSS : 9 : 9 AAgguussttuus s 22001122

ANAMNESIS ANAMNESIS Dil

Dilakuakukan kan autautoanoanamneamnesis sis dan dan alloalloanaanamnemnesis sis padpada a tangtanggal gal 11 11 AguAgustus stus 2012012 2 pukpukul ul 09.09.3030 WIB di bangsal rawat inap bedah RS Ryacudu

WIB di bangsal rawat inap bedah RS Ryacudu

Keluhan utama Keluhan utama

Kulit wajah, badan belakang sebelah kanan, kedua lengan, dan kaki melepuh karena terkena Kulit wajah, badan belakang sebelah kanan, kedua lengan, dan kaki melepuh karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan Tambahan Keluhan Tambahan Tidak ada

Tidak ada

Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang Del

Delapan apan jam jam SMRSMRS, S, pasipasien en sedsedang ang melmelayaayani ni pempembeli beli di di warwarungungnya. nya. TibTiba-tiba-tiba a komkompor por  minyak tanah dari dalam warung meledak dan menyambar bensin yang juga dijual di warung minyak tanah dari dalam warung meledak dan menyambar bensin yang juga dijual di warung tersebut. Pada saat api mulai menyambar warung, pasien berusaha keluar warung sambil tersebut. Pada saat api mulai menyambar warung, pasien berusaha keluar warung sambil  berlari.

 berlari. Namun Namun pasien pasien tetap tetap tersambtersambar ar api api walaupuwalaupun n sangat sangat sebentsebentar. ar. TerkuTerkurung rung dalamdalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)

(-), mual (-), muntah (-)

Pasien kemudian dibawa ke RS Ryacudu dan diberi perawatan luka. Pasien kemudian dibawa ke RS Ryacudu dan diberi perawatan luka.

(3)

BAB I BAB I ILUSTRASI KASUS ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN IDENTITAS PASIEN  Nama  Nama :: Tn. ATn. A U Ussiiaa :: 330 0 ttaahhuunn A

Allaammaatt :: CCaannddi i MMaass A

Aggaammaa :: IIssllaamm P

Peekkeerrjjaaaann :: ppeekkeerrjja a wwaarruunngg P

Peennddiiddiikkaann :: ttaammaat t SSDD S

Sttaattuuss :: MMeenniikkaahh M

Maassuuk k RRSS : 9 : 9 AAgguussttuus s 22001122

ANAMNESIS ANAMNESIS Dil

Dilakuakukan kan autautoanoanamneamnesis sis dan dan alloalloanaanamnemnesis sis padpada a tangtanggal gal 11 11 AguAgustus stus 2012012 2 pukpukul ul 09.09.3030 WIB di bangsal rawat inap bedah RS Ryacudu

WIB di bangsal rawat inap bedah RS Ryacudu

Keluhan utama Keluhan utama

Kulit wajah, badan belakang sebelah kanan, kedua lengan, dan kaki melepuh karena terkena Kulit wajah, badan belakang sebelah kanan, kedua lengan, dan kaki melepuh karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

Keluhan Tambahan Keluhan Tambahan Tidak ada

Tidak ada

Riwayat penyakit sekarang Riwayat penyakit sekarang Del

Delapan apan jam jam SMRSMRS, S, pasipasien en sedsedang ang melmelayaayani ni pempembeli beli di di warwarungungnya. nya. TibTiba-tiba-tiba a komkompor por  minyak tanah dari dalam warung meledak dan menyambar bensin yang juga dijual di warung minyak tanah dari dalam warung meledak dan menyambar bensin yang juga dijual di warung tersebut. Pada saat api mulai menyambar warung, pasien berusaha keluar warung sambil tersebut. Pada saat api mulai menyambar warung, pasien berusaha keluar warung sambil  berlari.

 berlari. Namun Namun pasien pasien tetap tetap tersambtersambar ar api api walaupuwalaupun n sangat sangat sebentsebentar. ar. TerkuTerkurung rung dalamdalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)

(-), mual (-), muntah (-)

Pasien kemudian dibawa ke RS Ryacudu dan diberi perawatan luka. Pasien kemudian dibawa ke RS Ryacudu dan diberi perawatan luka.

(4)

Riwayat Penyakit Dahulu : Riwayat Penyakit Dahulu : -- RiRiwawayayat Hipt Hiperertentensi (-)si (-) -- RiRiwawayayat mat maag ag (-(-)) -- RiRiwawayayat Dt DM (M (-)-) -- RiRiwawayayat at alerlergi gi (-)(-)

Riwayat Penyakit Keluarga : Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat : Tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat :

Hipertensi (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-), Diabetes Melitus (-) Hipertensi (-), Asma (-), Penyakit Jantung (-), Diabetes Melitus (-)

PEMERIKSAAN FISIK  PEMERIKSAAN FISIK 

Primary survey Primary survey A

A : Be: Bebabas, bus, bulu hilu hidudung tng tididak teak terbrbakakar ar  B

B : Spon: Spontan, fretan, frekuekuensi nafansi nafas 20x/ms 20x/menitenit, regul, reguler, keder, kedalamalaman cukan cukupup C

C : Akral : Akral hangathangat, CRT , CRT < 2”, tek< 2”, tekanan daraanan darah 100h 100/80 mm/80 mmHg, freHg, frekuensi kuensi nadi 1nadi 110x/me10x/menit,nit, suhu afebris suhu afebris D D : : GGCCS S 1155, , EE44MM66VV55 Secondary survey Secondary survey A

A.. SSttaattuus s GGeenneerralalisis

• KKeeaaddaaaan n uummuumm ::TTaammppaak k ssaakkiit t sseeddaanngg •

• Kesadaran Kesadaran :Compos mentis:Compos mentis

-- TTaanndda a VViittaall ::TTDD ::110000//880 0 mmmmHHgg N N ::11110 0 xx//mmeenniitt R RRR ::222 2 xx//mm S S ::3377,,0000CC BB BB : : 55 55 kgkg Kepala Kepala

-- BBeennttukuk : : NNoorrmmoocecephphaalli, i, ssimimeetrtrisis

-- RaRambmbutut : : HiHitatam, m, lulurusrus, , pepenynyebebaraaran n memeratrata, a, tidtidak ak mumudadah h didicacabubutt

(5)

- Mata : Kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka, konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, lensa jernih, pupil isokor, reflek cahaya (+/+)

- Hidung : Nafas cuping hidung -/- , septum deviasi (-), sekret -/-, mukosa hiperemis(-)

- Mulut : Bibir kering (+), edema (+), bibir sianosis (-), lidah kotor (-), faring tidak hiperemis (-)

- Leher 

- Bentuk : Simetris

- Trakea : Di tengah

- KGB : Tidak ada pembesaran

- JVP : 5+2 cmHg

- Thoraks Paru

- Inpeksi : Bentuk dada normal, pergerakan nafas kanan kiri simetris - Palpasi : simetris kanan kiri pada kedua lapang paru

- Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

- Auskultasi : Suara nafas vesikuler pada seluruh lapang paru, wheezing , ronki

-/-Jantung

- Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat

- Palpasi : Iktus kordis teraba di ICS V 2 cm medial dari linea midklavikula sinistra - Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra

Batas kanan : ICS IV linea parasternalis dextra

Batas kiri : ICS V 1 cm medial dari linea midklavikularis sinistra - Auskultasi: Bunyi jantung I - II reguler murni, murmur (-), gallop (-)

- Abdomen

- Inspeksi : Perut datar, simetris

- Palpasi : Supel, asites (-), nyeri tekan (+) epigastrium, hepar dan lien tidak teraba - Perkusi : Timpani, shifting dullness (-)

(6)

- Ekstremitas

- Superior : Oedem -/-, sianosis -/-, akral dingin -/-, palmar manus pucat (-)

- Inferior : Pitting oedem , sianosis , akral dingin

-/-- Lihat status lokalis

Status lokalis

Kepala dan leher : 4 % Trunkus anterior : 5 %

Esktremitas atas kanan: 4 % Ekstremitas atas kiri : 3 % Ekstremitas bawah kanan : 6% Ekstremitas bawah kiri : 4 % Genitalia : 0 % + Total : 26 % PEMERIKSAAN PENUNJANG RUTIN Hemoglobin : 13,3 g/dL (L:13,2-17,3 P : 11,7-15,5) Hematokrit : 40 % (L:40-52% P:35-47%) Leukosit : 16700/µL (L:3,8-10,6 P:3,6-11) Trombosit : 343.000/µL (150-440 rb) KIMIA DARAH Ureum : 23 mg/dl (20-50 mg/dl) Creatinin : 0,8 mg/dL (L: 0,62-1,1 P:0,45-0,75) SGOT : 21 U/L (<50 U/L)

edema

(7)

SGPT : 17 U/L (<50 U/L) GDS : 105 mg/dl

DIAGNOSIS KERJA

Combustio grade II 26 % et causa api

TATALAKSANA - Tirah baring - Diet TKTP - IVFD RL 20 tpm - Cefotaxim 2x1 gr  - Ketorolac 3x 1 ampul - Burnazin - Kompres Rivanol - Pro nekrotomi - Rehabilitasi - Fisioterapi PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam Quo ad Functionam : Bonam Quo ad Sanactionam : Bonam

(8)

FORMAT PORTOFOLIO Kasus

Topik:Combustio grade II

Tanggal (kasus): 10 Agustus 2012 Persenter: dr. Gina Ariani

Tangal presentasi: Agustus 2012 Pendamping: dr. Jan Markus, Sp.B

Tempat presentasi: RS Ryacudu, Lampung Utara Obyektif presentasi:

□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa

□Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil □ Deskripsi:

□ Tujuan:

Bahan bahasan: □ Tinjauan pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit Cara membahas: □ Diskusi □ Presentasi dan diskusi □ E

mail □ Pos Data pasien:  Nama: Tn. A No registrasi: 100213

 Nama RSUD: RS Ryacudu Telp: - Terdaftar sejak: 9 Agustus 2012

Data utama untuk bahan diskusi:

1. Diagnosis/ Gambaran Klinis: Combustio grade II

2. Riwayat kesehatan/ Penyakit: Kulit wajah, badan belakang sebelah kanan, kedua lengan, dan kaki melepuh karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit.

3. Riwayat keluarga/ masyarakat: di keluarga tidak ada yang mengalami gejala serupa 4. Riwayat pekerjaan: Pemilik Warung

Daftar Pustaka:

1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W, editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005. h. 73-5.

2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

3. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery. 8th ed. USA:

The McGraw-Hill Companies; 2007.

(9)

Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari: http://www.emedicine health .com. 28 Agusuts 2009.

5. Split & Full Thickness Skin Grafting. Diunduh dari http://www.burnsurvivorsttw.org/burns/grafts.html . 30 Agustus 2009 Hasil pembelajaran: 1. Klasifikasi Combustio 2. Diagnosis Combustio 3. Penatalaksanaan Combustio 4. Prognosis Combustio Subyektif 

Kulit wajah, badan belakang sebelah kanan, kedua lengan, dan kaki melepuh karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit. Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-),  pusing (-), mual (-), muntah (-). Pasien kemudian dibawa ke RS Ryacudu dan diberi  perawatan luka.

Obyektif 

•Pada pemeriksaan fisik didapatkan :

Keadaan umum : Tampak sakit sedang Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital : TD : 110/80 mmHg  N : 110 x/menit, reguler, isi cukup, equal

RR : 22 x/menit, tipe abdominotorakal

Tampak bula pada sisi kiri wajah, kelopak atas mata kiri edema (+), luka bakar pada  badan bagian belakang sebelah kanan, kedua tangan dan kaki.

•Pemeriksaan penunjang didapatkan :

(10)

“Assessment” Diagnosis : - Combustio grade II “Plan” Penatalaksanaan: 1. Tirah baring 2. Medikamentosa - IVFD RL 20 tpm - Cefotaxim 2x1 gr  - Ketorolac 3x 1 ampul - Burnazin - Kompres Rivanol 3. Diet TKTP 4. Pro nekrotomi 5. Rehabilitasi 6. Fisioterapi BAB II PEMBAHASAN KASUS

Tn. A, usia 32 tahun datang dengan keluhan kulit wajah, badan  belakang sebelah kanan, kedua lengan, dan kaki melepuh karena terkena api sejak 

delapan jam sebelum masuk rumah sakit. Kulit yang melepuh diakibatkan tersambar api dari kompor minyak tanah yang tiba-tiba meledak dan menyambar bensin. Pasien tersambar api dalam jangka waktu yang sangat sebentar. Pasien tidak terkurung dalam ruangan. Tidak ada keluhan sesak nafas, pusing, mual, maupun muntah.

(11)

Pasien datang masih dalam fase akut luka bakar. Maka perlu diperhatikan ABCD dari pasien. Dari pemeriksaan umum tidak ditemukan bulu hidung yang terbakar. Hal ini dapat menyingkirkan adanya cedera inhalasi. Pernapasan normal dan tidak ada eskar melingkar yang dapat menghalangi pergerakan pernapasan. Tekanan darah pasien sedikit menurun yaitu 100/80 mmHg dengan frekuensi nadi yang meningkat yaitu 110x/menit. Hal ini dapat menunjukkan adanya gangguan pada sistem kardiovaskular akibat terjadinya hipovolemik yang diakibatkan penguapan berlebih dan keluarnya cairan intravaskular.

Pada tubuh ditemukan luka bakar di wajah sebelah kiri (4%), badan  bagian belakang (5%), lengan kanan (4%), lengan kiri (3%), kaki kanan (6%) dan kaki kiri (4%). Luas luka ditentukan menurut diagram rules of nine dari Wallace. Total luas luka bakar mencapai 26% dengan kedalaman derajat II.

Luka bakar pada pasien ini digolongkan derajat II sebab kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis yang terlihat dari reaksi inflamasi akut dan  proses eksudasi, ditemukan bula, dasar luka berwarna merah atau pucat dan nyeri akibat

iritasi ujung saraf sensorik. Luka bakar pada pasien tidak digolongkan dalam derajat I sebab pada luka bakar derajat I kelainannya hanya berupa eritema, kulit kering, nyeri tanpa disertai eksudasi. Luka bakar juga tidak digolongkan dalam derajat III sebab  pada luka bakar derajat III dijumpai kulit terbakar berwarna abu-abu dan pucat, letaknya lebih rendah (cekung) dibandingkan kulit sekitar dan tidak dijumpai rasa nyeri/hilang sensasi akibat kerusakan total ujung serabut saraf sensoris.

Dari pemeriksaan laboratorium darah tepi ditemukan peningkatan leukosit. Peningkatan leukosit ini disebabkan oleh reaksi inflamasi pada fase akut luka  bakar.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah resusitasi cairan. Dengan cara Baxter dapat dihitung kebutuhan cairan pasien yaitu:

4 x BB x % luka bakar = 4 x 55 x 26% = 5720 mL / 24 jam

Pada 8 jam pertama pasien diberikan 2860 mL. Kemudian pada 16  jam kemudian diberikan cairan sebanyak 2860 mL. Pada hari kedua diberikan cairan sebanyak setengah cairan pertama yaitu 2860 mL/24 jam. Pada hari ketiga jumlah cairan kembali dikurangi setengahnya menjadi 1430 mL/24 jam. Jumlah cairan dapat dikurangi bahkan dihentikan bila diuresis pasien memuaskan dan pasien dapat minum tanpa kesulitan.

(12)

Setelah itu dilakukan perawatan luka bakar. Luka bakar dibersihkan dengan air hangat yang mengalir. Hal ini merupakan cara terbaik untuk menurunkan suhu di daerah cedera, sehingga dapat menghentikan proses kombusio pada jaringan. Untuk menutup luka, digunakan kasa lembab steril menggunakan cairan RL atau salep untuk mencegah penguapan. Balutan dinilai dalam waktu 24-48 jam. Bula yang luas dengan akumulasi transudat, akan menyebabkan penarikan cairan ke dalam bula sehinggamenyebabkan gangguan keseimbangan cairan. Oleh karena itu perlu dilakukan insisi. Insisi ini bertujuan untuk mengeluarkan cairan transudat tanpa membuang epidermis yang terlepas. Tutup luka dengan kasa lembab selama 2-3 hari, kemudian diberikan salep antibiotik sampai terjadinya epitelisasi.

Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit ini sudah didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa. Prognosis ad functionam pada pasien ini adalah bonam karena sesuai dengan luas dan kedalaman luka, penyembuhan dapat terjadi secara spontan dan telah dilakukan terapi pengobatan yang adekuat terhadap luka bakar. Prognosis ad sanactionam pada pasien ini adalah bonam karena faktor   penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka rekurensi.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI DAN ETIOLOGI

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi. Luka

(13)

 bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai fase lanjut.

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung maupun tidak  langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:

• Paparan api

o  Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka, dan

menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat membakar   pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat alami memiliki

kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera tambahan berupa cedera kontak.

o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan benda panas.

Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

• Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.

• Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator mobil. Uap  panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang tinggi dari uap serta

dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.

(14)

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan oklusi jalan nafas akibat edema.

• Aliran listrik 

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh. Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan luka bakar tambahan.

• Zat kimia (asam atau basa) • Radiasi

• Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

KLASIFIKASI LUKA BAKAR 

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung menjilat tubuh,  baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju yang paling aman adalah

yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar.

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka bakar  derajat I, II, atau III:

 Derajat I

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak jaringan untuk  dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar  derajat I adalah sunburn.

(15)

 Derajat II

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi. Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat” tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri. Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik, dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga cedera  berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

 Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel yang dapat menjadi

(16)

dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit. Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun  bula, karena pada dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah

tidak intak.

BERAT DAN LUAS LUKA BAKAR 

Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan kesehatan  pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya trauma inhalasi juga akan

mempengaruhi berat luka bakar.

Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC. Luasnya

kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak. Luka bakar  menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan suhu jaringan lunak,  permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan cairan, dan viskositas plasma

meningkat dengan resultan pembentukan mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok, tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

• Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien. Luas telapak 

tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas luka bakar hanya dihitung  pada pasien dengan derajat luka II atau III.

(17)

• Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada, punggung,  pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas kiri, paha kanan, paha

kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang dewasa.

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan kepala anak   jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil. Karena perbandingan

luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

(18)

• Metode Lund dan Browder 

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh di kepala  pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas permukaan tubuh pada anak  dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan disesuaikan dengan usia:

o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai 14%. Torso

dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap tungkai dan

(19)

 Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body surface area affected by burns in children.

PEMBAGIAN LUKA BAKAR  1. Luka bakar berat (major burn)

a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas usia 50 tahun

 b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir pertama c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan luas luka  bakar 

e. Luka bakar listrik tegangan tinggi f. Disertai trauma lainnya

g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi 2. Luka bakar sedang (moderate burn)

a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

(20)

 b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa > 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang tidak  mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

3. Luka bakar ringan

a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

 b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR 

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan. Pembuluh kapiler  yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan  berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh masih  bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala

yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang. Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada keracunan yang  berat terjadi koma. Bila lebih dari 60% hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi mobilisasi serta  penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini ditandai dengan meningkatnya

(21)

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal,  pembuluh ini membawa sistem pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman penyebab infeksi  pada luka bakar, selain berasal dari dari kulit penderita sendiri, juga dari kontaminasi kuman saluran napas atas dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit. Infeksi nosokomial ini  biasanya sangat berbahaya karena kumannya banyak yang sudah resisten terhadap berbagai

antibiotik.

Pada awalnya, infeksi biasanya disebabkan oleh kokus Gram positif yang berasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat terjadi invasi kuman Gram negatif,  Pseudomonas aeruginosa yang dapat menghasilkan eksotoksin protease dari toksin lain yang berbahaya, terkenal sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi  pseudomonas dapat dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar. Kuman memproduksi enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh jaringan granulasi membentuk nanah.

Infeksi ringan dan noninvasif ditandai dengan keropeng yang mudah terlepas dengan nanah yang banyak. Infeksi yang invasif ditandai dengan keropeng yang kering dengan  perubahan jaringan di tepi keropeng yang mula-mula sehat menadi nekrotik; akibatnya, luka  bakar yang mula-mula derajat II menjadi derajat III. Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis  pada pembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis sehingga  jaringan yang didarahinya nanti.

Bila luka bakar dibiopsi dan eksudatnya dibiak, biasanya ditemukan kuman dan terlihat invasi kuman tersebut ke jaringan sekelilingnya. Luka bakar demikian disebut luka  bakar septik. Bila penyebabnya kuman Gram positif, seperti stafilokokus atau basil Gram

negatif lainnya, dapat terjadi penyebaran kuman lewat darah (bakteremia) yang dapat menimbulkan fokus infeksi di usus. Syok sepsis dan kematian dapat terjadi karena toksin kuman yang menyebar di darah.

Bila penderita dapat mengatasi infeksi, luka bakar derajat II dapat sembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut. Penyembuhan ini dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar sebasea, sel basal, sel kelenjar keringat, atau sel pangkal rambut. Luka bakar derajat II yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal, kaku dan secara estetik jelek. Luka bakar derajat III yang dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi sendi dapat berkurang

(22)

Pada luka bakar berat dapat ditemukan ileus paralitik. Pada fase akut, peristalsis usus menurun atau berhenti karena syok, sedangkan pada fase mobilisasi, peristalsis dapat menurun karena kekurangan ion kalium.

Stres atau badan faali yang terjadi pada penderita luka bakar berat dapat menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang sama dengan gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal sebagai tukak Curling .

Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme sehingga keseimbangan protein menjadi negatif. Protein tubuh banyak hilang karena eksudasi, metabolisme tinggi dan infeksi. Penguapan berlebihan dari kulit yang rusak juga memerluka kalori tambahan. Tenaga yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein dari otot skelet. Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot mengecil, dan berat badan menurun. Dengan demikian, korban luka bakar menderita penyakit berat yang disebut  penyakit luka bakar. Bila luka bakar menyebabkan cacat, terutama bila luka mengenai wajah sehingga rusak berat, penderita mungkin mengalami beban kejiwaan berat. Jadi prognosis luka bakar ditentukan oleh luasnya luka bakar.

FASE PADA LUKA BAKAR 

Dalam perjalanan penyakit, dapat dibedakan menjadi tiga fase pada luka bakar, yaitu: 1. Fase awal, fase akut, fase syok 

Pada fase ini, masalah utama berkisar pada gangguan yang terjadi pada saluran nafas yaitu gangguan mekanisme bernafas, hal ini dikarenakan adanya eskar melingkar di dada atau trauma multipel di rongga toraks; dan gangguan sirkulasi seperti keseimbangan cairan elektrolit, syok hipovolemia.

2. Fase setelah syok berakhir, fase sub akut

Masalah utama pada fase ini adalah Systemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS) dan Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS) dan sepsis. Hal ini merupakan dampak dan atau perkembangan masalah yang timbul pada fase pertama dan masalah yang bermula dari kerusakan jaringan (luka dan sepsis luka)

3. Fase lanjut

Fase ini berlangsung setelah penutupan luka sampai terjadinya maturasi jaringan. Masalah yang dihadapi adalah penyulit dari luka bakar seperti parut hipertrofik,

(23)

kontraktur dan deformitas lain yang terjadi akibat kerapuhan jaringan atau struktur  tertentu akibat proses inflamasi yang hebat dan berlangsung lama

Pembagian zona kerusakan jaringan: 1. Zona koagulasi, zona nekrosis

Merupakan daerah yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat  pengaruh cedera termis, hampir dapat dipastikan jaringan ini mengalami nekrosis  beberapa saat setelah kontak. Oleh karena itulah disebut juga sebagai zona nekrosis. 2. Zona statis

Merupakan daerah yang langsung berada di luar/di sekitar zona koagulasi. Di daerah ini terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguam perfusi (no flow phenomena), diikuti perubahan  permeabilitas kapilar dan respon inflamasi lokal. Proses ini berlangsung selama

12-24 jam pasca cedera dan mungkin berakhir dengan nekrosis jaringan. 3. Zona hiperemi

Merupakan daerah di luar zona statis, ikut mengalami reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Tergantung keadaan umum dan terapi yang diberikan, zona ketiga dapat mengalami penyembuhan spontan, atau berubah menjadi zona kedua bahkan zona pertama.

INDIKASI RAWAT INAP PASIEN LUKA BAKAR 

Menurut American Burn Association, seorang pasien diindikasikan untuk dirawat inap bila:

1. Luka bakar derajat III > 5% 2. Luka bakar derajat II > 10%

3. Luka bakar derajat II atau III yang melibatkan area kritis (wajah, tangan, kaki, genitalia, perineum, kulit di atas sendi utama)  risiko signifikan untuk masalah kosmetik dan kecacatan fungsi

4. Luka bakar sirkumferensial di thoraks atau ekstremitas

5. Luka bakar signifikan akibat bahan kimia, listrik, petir, adanya trauma mayor  lainnya, atau adanya kondisi medik signifikan yang telah ada sebelumnya

(24)

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan: 1. Pemeriksaan darah rutin dan kimia darah 2. Urinalisis

3. Pemeriksaan keseimbangan elektrolit 4. Analisis gas darah

5. Radiologi – jika ada indikasi ARDS

6. Pemeriksaan lain yang dibutuhkan untuk menegakkan diagnosis SIRS dan MODS

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR 

Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak  dilakukan bila telah terjadi edema luka bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal yang tidak  dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada pasien luka bakar  menimbulkan kecurigaan adanya jejas ‘tersembunyi’. Oleh karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka  bermanfaat untuk mencari trauma terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi

riwayat penyakit dahulu, penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal. Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai. Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.

Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi. Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan, melepas dari eskar yang mengkonstriksi.

Tatalaksana resusitasi luka bakar a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas: 1. Intubasi

(25)

Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan sebagai fasilitas  pemelliharaan jalan nafas.

2. Krikotiroidotomi

Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan  pasien dapat berbicara jika dibanding dengan intubasi.

3. Pemberian oksigen 100%

Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian oksigen dosis besar  karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator sepsis.

4. Perawatan jalan nafas

5. Penghisapan sekret (secara berkala) 6. Pemberian terapi inhalasi

Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan. Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9% ditambah dengan bronkodilator bila  perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-zat dengan khasiat tertentu seperti atropin

sulfat (menurunkan produksi sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih kontroversial)

7. Bilasan bronkoalveolar 

8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki kompliansi  paru

 b. Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia jaringan tidak  terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan agar dapat meminimalisasi

(26)

komposisi intravaskular untuk menjamin survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi fisiologik dalam  persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

 Cara Evans

1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam 2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam 3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

 Cara Baxter 

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua.

c. Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya dilakukan sejak  dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus. Dengan demikian diharapkan pemberian nutrisi sejak awal dapat membantu mencegah terjadinya SIRS dan MODS.

(27)

Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan ‘maintenance’ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2 mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada  juga yang menyatakan pemberian methadone (5-10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam

merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang bagus untuk semua pasien luka bakar  dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri walau dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan benzodiazepine sebagai tambahan.

Terapi pembedahan pada luka bakar  1. Eksisi dini

Eksisi dini adalah tindakan pembuangan jaringan nekrosis dan debris (debridement ) yang dilakukan dalam waktu kurang dari 7 hari (biasanya hari ke 5-7) pasca cedera termis. Dasar dari tindakan ini adalah:

a. Mengupayakan proses penyembuhan berlangsung lebih cepat. Dengan dibuangnya jaringan nekrosis, debris dan eskar, proses inflamasi tidak akan  berlangsung lebih lama dan segera dilanjutkan proses fibroplasia. Pada daerah sekitar luka bakar umumnya terjadi edema, hal ini akan menghambat aliran darah dari arteri yang dapat mengakibatkan terjadinya iskemi pada jaringan tersebut ataupun menghambat proses penyembuhan dari luka tersebut. Dengan semakin lama waktu terlepasnya eskar, semakin lama juga waktu yang diperlukan untuk   penyembuhan.

 b. Memutus rantai proses inflamasi yang dapat berlanjut menjadi komplikasi –  komplikasi luka bakar (seperti SIRS). Hal ini didasarkan atas jaringan nekrosis yang melepaskan “burn toxic” (lipid protein complex) yang menginduksi dilepasnya mediator-mediator inflamasi.

c. Semakin lama penundaan tindakan eksisi, semakin banyaknya proses angiogenesis yang terjadi dan vasodilatasi di sekitar luka. Hal ini mengakibatkan  banyaknya darah keluar saat dilakukan tindakan operasi. Selain itu, penundaan eksisi akan meningkatkan resiko kolonisasi mikro – organisme patogen yang akan menghambat pemulihan  graft  dan juga eskar yang melembut membuat tindakan eksisi semakin sulit.

Tindakan ini disertai anestesi baik lokal maupun general dan pemberian cairan melalui infus. Tindakan ini digunakan untuk mengatasi kasus luka bakar derajat II dalam

(28)

(dianjurkan “ split thickness skin grafting ”). Tindakan ini juga tidak akan mengurangi mortalitas pada pasien luka bakar yang luas. Kriteria penatalaksanaan eksisi dini ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu:

- Kasus luka bakar dalam yang diperkirakan mengalami penyembuhan lebih dari 3

minggu.

- Kondisi fisik yang memungkinkan untuk menjalani operasi besar. - Tidak ada masalah dengan proses pembekuan darah.

- Tersedia donor yang cukup untuk menutupi permukaan terbuka yang timbul.

Eksisi dini diutamakan dilakukan pada daerah luka sekitar batang tubuh  posterior. Eksisi dini terdiri dari eksisi tangensial dan eksisi fasial.

Eksisi tangensial adalah suatu teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka lapis demi lapis sampai dijumpai permukaan yang mengeluarkan darah (endpoint ). Adapun alat-alat yang digunakan dapat bermacam-macam, yaitu pisau Goulian atau Humbly yang digunakan pada luka bakar dengan luas permukaan luka yang kecil, sedangkan  pisau Watson maupun mesin yang dapat memotong jaringan kulit perlapis (dermatom)

digunakan untuk luka bakar yang luas. Permukaan kulit yang dilakukan tindakan ini tidak boleh melebihi 25% dari seluruh luas permukaan tubuh. Untuk memperkecil  perdarahan dapat dilakukan hemostasis, yaitu dengan tourniquet  sebelum dilakukan eksisi atau pemberian larutan epinephrine 1:100.000 pada daerah yang dieksisi. Setelah dilakukan hal-hal tersebut, baru dilakukan “ skin graft ”. Keuntungan dari teknik ini adalah didapatnya fungsi optimal dari kulit dan keuntungan dari segi kosmetik. Kerugian dari teknik adalah perdarahan dengan jumlah yang banyak dan endpoint bedah yang sulit ditentukan.

Eksisi fasial adalah teknik yang mengeksisi jaringan yang terluka sampai lapisan fascia. Teknik ini digunakan pada kasus luka bakar dengan ketebalan penuh ( full  thickness) yang sangat luas atau luka bakar yang sangat dalam. Alat yang digunakan  pada teknik ini adalah pisau scalpel, mesin pemotong “electrocautery”. Adapun

keuntungan dan kerugian dari teknik ini adalah:

- Keuntungan : lebih mudah dikerjakan, cepat, perdarahan tidak banyak, endpoint 

yang lebih mudah ditentukan

- Kerugian : kerugian bidang kosmetik, peningkatan resiko cedera pada saraf-saraf 

superfisial dan tendon sekitar, edema pada bagian distal dari eksisi

(29)

Skin grafting  adalah metode penutupan luka sederhana. Tujuan dari metode ini adalah:

a. Menghentikan evaporate heat loss

 b. Mengupayakan agar proses penyembuhan terjadi sesuai dengan waktu c. Melindungi jaringan yang terbuka

Skin grafting  harus dilakukan secepatnya setelah dilakukan eksisi pada luka bakar   pasien. Kulit yang digunakan dapat berupa kulit produk sintesis, kulit manusia yang  berasal dari tubuh manusia lain yang telah diproses maupun berasal dari permukaan tubuh lain dari pasien (autograft). Daerah tubuh yang biasa digunakan sebagai daerah donor autograft adalah paha, bokong dan perut. Teknik mendapatkan kulit pasien secara autograft dapat dilakukan secara  split thickness skin graft atau full thickness skin graft . Bedanya dari teknik – teknik tersebut adalah lapisan-lapisan kulit yang diambil sebagai donor. Untuk memaksimalkan penggunaan kulit donor tersebut, kulit donor tersebut dapat direnggangkan dan dibuat lubang – lubang pada kulit donor (seperti jaring-jaring dengan perbandingan tertentu, sekitar 1 : 1 sampai 1 : 6) dengan mesin. Metode ini disebut mess grafting . Ketebalan dari kulit donor tergantung dari lokasi luka yang akan dilakukan  grafting , usia pasien, keparahan luka dan telah dilakukannya pengambilan kulit donor sebelumnya. Pengambilan kulit donor ini dapat dilakukan dengan mesin ‘dermatome’ ataupun dengan manual dengan pisau Humbly atau Goulian. Sebelum dilakukan pengambilan donor diberikan juga vasokonstriktor (larutan epinefrin) dan juga anestesi.

Prosedur operasi skin grafting sering menjumpai masalah yang dihasilkan dari eksisi luka bakar pasien, dimana terdapat perdarahan dan hematom setelah dilakukan eksisi, sehingga pelekatan kulit donor juga terhambat. Oleh karenanya, pengendalian  perdarahan sangat diperlukan. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan  penyatuan kulit donor dengan jaringan yang mau dilakukan grafting adalah:

- Kulit donor setipis mungkin

- Pastikan kontak antara kulit donor dengan bed (jaringan yang dilakukan

grafting), hal ini dapat dilakukan dengan cara :

o Cegah gerakan geser, baik dengan pembalut elastik (balut tekan) o Drainase yang baik 

(30)

PROGNOSIS

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan luasnya  permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan. Selain itu faktor 

letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.

Penyulit juga mempengaruhi prognosis pasien. Penyulit yang timbul pada luka bakar  antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis, serta parut hipertrofik dan kontraktur.

KOMPLIKASI

Sistemic Inflammatory Response Syndrome (SIRS),  Multi-system Organ Dysfunction Syndrome (MODS),dan Sepsis

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian upaya legislasi Pelaksanaan Syari’at Islam sebagaimana diatur dalam Qanun ini adalah dalam upaya membina, menjaga, memelihara dan melindungi aqidah orang

Bapak Pimpinan PT HUTAHAEAN yang telah membantu penulis memberikan data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini, terkhusus untuk Indra Juanda Sibuea yang telah

Pembukaan konsentrasi Pariwisata Perhotelan ini karena ada beberapa kajian pemikiran yaitu ; (1) diprediksi satu waktu tidak akan ada lagi calon mahasiswa yang akan masuk

Nilai loncat latu latu dan kurva tegangan terhadap waktu untuk pengenal tegangan/tegangan pengenal/voltage ratings lainnya dengan desain yang sama seperti yang ditentukan

Sesuatu yang bersifat problematis (mengandung masalah dengan tingkat kesulitan tertentu), akan merangsang seseorang untuk berpikir dalam memecahkannya. Semakin sulit

Berdasarkan data yang diperoleh dari guru kelas, terdapat 9 dari 32 siswa yang tuntas KKM sebesar 70. Selain itu, aktivitas belajar siswa kategori baik juga rendah, terdapat

Peta kompetensi guru tersebut dikelompokkan menjadi 10 (sepuluh) kelompok kompetensi. Tindak lanjut pelaksanaan UKG diwujudkan dalam bentuk pelatihan guru paska UKG

Penerapan Teori Stimulus-Organisme-Respon dengan penelitian mengenai pengaruh penyuluhan pertanian terhadap sikap petani dalam penerapan teknologi pertanian di Desa