• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Minat Baca dan Gemar Membaca

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan Minat Baca dan Gemar Membaca"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Peningkatan Minat Baca dan Gemar Membaca

Disampaikan Pada Bimbingan Teknis

Pengelola Perpustakaan Sekolah Tingkat SD/MI dan SLTP/MTs Se-Kabupaten Sidoarjo

Oleh : Ani Sistarina PENDAHULUAN

Permasalahan yang terus menjadi pembahasan dari tahun ketahun dan tiada habisnya adalah minat baca masyarakat Indonesia yang rendah. Telah banyak survey yang dilakukan oleh lembaga-lembaga baik pemerintah maupun independen, yang menghasilkan data yang menujukkan betapa rendahnya minat baca masyarakat Indonesia. Berbagai upaya dilakukan untuk mendongkrak rendahnya minat baca masyarakat tersebut. Banyak kegiatan yang digagas dan dijalankan sebagai upaya meningkatan tersebut.

Rendahnya minat baca ini merupakan tanggung jawab dari berbagi pihak mulai dari lingkungan terkecil hingga tataran Pemerintahan. Siapa saja pihak-pihak yang memiliki tanggung jawab tersebut ?. Lingkungan terkecil dari masyarakat adalah keluarga, karena keluarga merupakan madrasah atau sekolah pertama bagi anak. Kedua adalah masyarakat dan juga sekolah yang merupakan lembaga pendidik kedua setelah keluarga dan terakhir adalah Pemerintah sebagai lembaga terbesar yang menaungi masyarakat (Sistarina, 2014).

Perpustakaan bagi lembaga Pendidikan adalah sebuah jantung yang memompa kehidupan, begitupun bagi sekolah yang notabene adalah sebuah lembaga pendidikan. Namun, semua itu hanya akan menjadi dilema, manakala perpustakaan Sekolah tidak dikelola dengan baik.

PENGERTIAN MINAT BACA

Minat baca dapat diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi kepada sesuatu sumber bacaan tertentu. Sedangkan budaya baca adalah suatu sikap dan tindakan atau perbuatan untuk membaca yang dilakukan secara teratur dan berkelanjutan. Seseorang yang mempunyai budaya baca adalah orang yang telah terbiasa dalam waktu yang lama di dalam hidupnya selalu menggunakan sebagian waktunya untuk membaca (Sutarno, 2003). Seperti yang dikatakan Gleen Dooman (1991:19) dalam bukunya “How to Teach Your Baby to Read” menyatakan bahwa membaca merupakan salah satu fungsi yang paling penting dalam hidup, bahwa semua proses belajar didasarkan pada kemampuan

(2)

membaca. Sesungguhnya orang Indonesia bukannya tidak bisa membaca melainkan tidak biasa membaca. Untuk itu, perlu merubah pola pikir dari tidak suka menjadi masyarakat yang gemar membaca guna menuju pada tataran masyarakat belajar.

MENUMBUHKAN MINAT BACA

Minat baca memang suatu hal yang tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Minat ini harus di rangsang atau perlu stimulus dalam melejitkanya. Lantas siapakah yang paling berperan dalam melejitkan minat tersebut. Dalam memulai kehidupan ini, sejak anak dilahirkan kedunia ada beberapa lingkungan atau pilar kehidupan yang memiliki andil dalam mendidik anak. Pertama adalah lingkungan keluarga, dimana dalam lingkungan ini anak mengenal pengajaran pertama kali, sehingga keluarga sering juga disebut sebagai madrasah pertama bagi anak-anaknya. Kedua adalah lingkungan pendidikan, dimana lingkungan pendidikan yang dimaksud adalah jenjang pendidikan yang ditempuh oleh anak-anak kita. Ketiga adalah lingkungan masyarakat dan juga pemerintah.

Dalam menumbuhkan minat baca, ketiga lingkungan yang dijabarkan diatas memiliki peran masing-masing. Peran-peran tersebut meliputi:

1. Peran Keluarga

Keluarga dalam hal ini adalah keluarga inti merupakan madrasah pertama bagi anak-anak mereka, keluarga memiliki peranan mendasar dalam menanamkan kebiasaan membaca. Kebiasaan apapun hendaknya dilakukan sedini mungkin, Membaca juga harus menjadi sebuah kebiasaan bagi anak-anak dan keluarga. Banyak cara yang bisa dilakukan oleh orang tua dan keluarga dalam menumbuhkan minat baca. Anak adalah peniru yang ulung, akan lebih mudah menanamkan kebiasaan membaca apabila anak terbiasa melihat orang tua atau anggota keluarga yang lain membaca, baik buku ataupun sumber bacaan lain. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk melejitkan minat membaca pada anak adalah :

a. Membiasakan diri membaca di depan anak

Anak adalah peniru yang ulung, anak akan meniru apa yang sering di lihat oleh orang terdekatnya. Sifat anak yang demikian dapat kita manfaatkan, agar anak juga meniru kebiasaan kita dalam membaca. Keterbiasaan anak yang brgelut dengan buku dan bacaan membuat anak tertarik untuk membaca.

b. Membacakan cerita kepada anak menjelang tidur

(3)

c. Rutin mengunjungi toko buku dan book fair sebagai alternatif rekreasi.

Mengunjungi toko buku atau pameran buku bagi sebagian orang hanya dilakukan apabila membutuhkan atau ketika ingin membeli buku. Rubah kebiasaan yang seperti ini, buatlah acara mengunjungi toko buku atau pameran sebagai kegiatan rutin sehingga anak menjadi terbiasa dengan buku. Kebiasaan seperti ini secara tidak langsung membuat anak mencintai buku dan kemudian menjadi suka membaca.

d. Memberikan buku sebagai hadiah

Memberikan hadiah kepada anak ketika meraih prestasi perlu untuk memotivasi anak agar lebih baik lagi.

e. Matikan TV dan Membaca

Menonton televisi menjadi hal yang biasa bagi masarakat saat ini, meskipun tayangan yang ditrampilkan jauh dari pendidikan yang baik. Membatasi anak untuk menonton Tv terbukti efektif meningkatkan minat baca anak, seperti yang telah penulis lakukan dan amati kepada beberapa anak, ketika tidak ada lagi waktu untuk menonton televisi maka anak akan beralih mencari kegiatan lain selain belajar maka anak akan cenderung memilih buku sebagai pengisi waktu. Akan tetapi hal ini tentu tidak dengan sendirinya terbentuk, dibutuhkan stimulasi dan dorongan-dorongan dari orang tua.

2. Peran Masyarakat dan Sekolah

Masyarakat sebagai lingkungan terdekat anak setelah orang tua dan keluarga memiliki peran yang cukup besar pula dalam meningkatkan minat baca anak. Banyaknya taman baca masyarakat baik dibalai RW ataupun di mall-mall juga memiliki peran yang cukup baik. Kegiatan yang dilakukan taman baca seperti lomba mewarnai, platihan ketrampilan dan kegiatan-kegiatan lain sedikit banyak merangsang anak untuk mengunjungi taman baca dan kemudian menjadi tertarik untuk membaca. Sudut baca yang di prakarsai oleh Agnes Warsiati misalnya, sudut baca yang bermula dari ruang PKK kelurahan ini memiliki andil yang cukup besar untuk memupuk kecintaan membaca, mereka tidak membantasi siapa saja yang boleh mengakses informasi disudut baca ini. Hal yang menarik bagi sudut baca ini, mereka juga terkadang menerima anak-anak pemulung yang ditinggal orang tuanya “berdinas”. Sudut baca inipun juga memberikan les gratis kepada anak-anak dengan syarat bahwa mereka harus membaca buku terlebih dahulu. Metode ini berhasil menyebarkan virus

(4)

membaca kepada ibu-ibu yang semula hanya mengantar anaknya les hingga mereka juga ikut membaca. (Jawa Pos, Kamis 3 April 2014)

Jika saja sudut-sudut baca seperti ini bertebaran di semua lapisan masyarakat, bukan tidak mungkin dalam waktu yang relatif singkat Indonesia akan semakin maju karena generasi mudanya gemar membaca.

Sekolah sebagai bagian dari masyarakat tidak luput pula, memiliki andil yang sangat besar dalam pengembangan minat baca. Pengembangan minat baca di sekolah terutama dibebankan pada pelajaran membaca yang merupakan bagian integral dari pelajaran Bahasa Indonesia. Melalui pelajaran membaca, siswa diharapkan memiliki keterampilan membaca yang memadai. Di samping itu, pelajaran membaca juga memiliki tujuan untuk menumbuhkan sikap yang positif terhadap membaca, dan memupuk kecintaan siswa terhadap membaca. Dengan kata lain, melalui pelajaran membaca, juga diharapkan terbinanya minat baca siswa (Sudiana, 2004).

Permasalahan yang sering dihadapi adalah bagaimana caranya mengembangkan minat baca melalui pelajaran membaca. Menurut Harris dan Sipay dalam Sudiana, 2004, pada prinsipnya, usaha pengembangan minat baca yang sukses terdiri atas dua unsur, yaitu daya pikat dan jenjang. Prinsip yang pertama mengisyaratkan perlunya usaha yang dapat memikat siswa untuk mulai menyenangi membaca. Dalam hal ini, guru diharapkan dapat memilih strategi pembelajaran yang dapat membuat siswa tertarik dengan membaca. Prinsip yang kedua mengisyaratkan perlunya pemberian materi bacaan yang sesuai yang dapat memperkuat minat siswa dalam membaca, dan yang dapat mendorong siswa maju secara bertahap menuju kegiatan membaca materi yang berkualitas. Sesuai dengan prinsip tersebut, usaha peningkatan minat baca dapat ditempuh dengan cara seperti berikut.

1. Memilihkan materi bacaan yang menarik. Dalam hal ini, materi bacaan yang digunakan dalam pelajaran membaca haruslah menarik dan sesuai dengan minat siswa. Materi bacaan yang demikian akan memotivasi siswa untuk membacanya lebih seksama dan penuh perhatian. Agar dapat memilih materi bacaan yang menarik, guru perlu mengetahui topik-topik bacaan yang disukai oleh siswa. Hal ini dapat dilakukan, misalnya, dengan wawancara dan pemberian kuesioner kepada siswa (Harris dan Smith, 1986; Harris dan Sipay, 1980). Di samping itu, pemilihan bacaan yang menarik dapat dilakukan dengan cara mengadakan diskusi dengan siswa. Siswa dimintai pendapat mengenai materi bacaan apa saja yang menarik baginya. 2. Memilih cara pembelajaran yang menarik. Cara pembelajaran yang menarik adalah cara

pembelajaran yang membuat siswa tetap tertarik untuk mengikuti proses belajar-mengajar membaca di kelas. Dengan menggunakan cara pembelajaran yang menarik, akan tercipta iklim kelas yang kondusif bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar secara efektif. Penciptaan iklim kelas yang kondusif ini merupakan salah satu untuk meningkatkan minat baca

(5)

siswa (Harris dan Smith, 1986). Demikian pula, dengan menggunakan cara pembelajaran yang menarik akan dapat mendorong siswa untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran tersebut dan dapat menumbuhkan sikap yang positif terhadap pengajaran membaca dan membaca itu sendiri. Salah satu sikap positif siswa tersebut adalah kecintaannya terhadap membaca. Adanya kecintaan terhadap membaca ini merupakan indikator berkembangnya minat baca tersebut.

3. Memberikan kemudahan memperoleh berbagai macam bahan bacaan yang menarik dan yang sesuai dengan kebutuhannya. Kemudahan semacam ini sangat diperlukan dalam rangka pengembangan minat dan kebiasaan membaca. Ketersediaan buku sangat menentukan tercapainya kebiasaan membaca (Harris dan Smith, 1986). Bila tidak ada kemudahan semacam itu, keinginan untuk membaca menjadi menurun. Oleh karena itu, peran perpustakaan sekolah sangat penting. Perpustakaan sekolah harus dikelola secara profesional dan memiliki koleksi bacaan yang menarik dan sesuai dengan kebutuhan siswa. Bila memungkinkan, pada setiap kelas ada pojok membaca (book corner). Dengan adanya penyediaan pojok membaca ini, siswa lebih mudah memperoleh bahan bacaan.

4. Memberi kesempatan membaca bebas. Dalam hal ini, siswa diberi kesempatan membaca bacaan yang sesuai dengan pilihannya. Untuk itu, tampaknya di sekolah perlu dikembangkan program membaca bebas. Salah satu program membaca bebas yang banyak diterapkan di negara-negara barat adalah Sustained Silent Reading (SSR). Program ini berdampak positif terhadap pengembangan minat dan kemampuan membaca siswa (Harris dan Smith, 1986). Pada program membaca bebas ini, setiap hari siswa diwajibkan membaca dalam hati di kelas selama 10 sampai 15 menit. Siswa diberi kebebasan untuk memilih bacaan sendiri. Pada saat siswa membaca, guru juga ikut membaca dalam hati. Setelah waktu yang ditentukan habis, siswa dan guru berhenti membaca. Setelah itu, pelajaran dilanjutkan sesuai dengan jadwal pelajaran pada hari tersebut. Program membaca bebas yang lainnya yang bisa dikembangkan adalah pelaporan buku (book report). Dengan program ini, guru menugaskan siswa membuat laporan buku yang dibacanya di rumah. Laporan buku ini biasanya berisi mengenai: judul buku, topik/isi, dan respon siswa. Siswa kemudian diminta untuk melaporkannya secara lisan di kelas. Dengan cara demikian, akan terjadi saling memberi informasi. Kegiatan ini bisa dilanjutkan dengan diskusi kelas. Dengan demikian, pelajaran menjadi menarik dan membuat siswa terlibat secara aktif.

5. Menanamkan kesadaran pentingnya membaca dalam kehidupan, terutama untuk mencapai keberhasilan di sekolah. Dengan menyadari pentingnya membaca tersebut, siswa akan terdorong untuk melakukan kegiatan membaca sesering mungkin. Dalam diri siswa, akan muncul motivasi membaca karena dia menyadari membaca bersifat fungsional-intrumental,

(6)

yakni berfungsi sebagai alat untuk mencapai keberhasilan sekolah, di samping untuk memperoleh hiburan .

Sementara itu secara lebih detai Ernaningsih (2007) menjelaskan Empat hal yang perlu diperhatikan dalam membina minat baca melalui pelayanan perpustakaan sekolah, yaitu :

1. Usaha untuk menarik pembaca

Untuk menarik pembaca agar datng ke Perpustakaan dan memiliki kegemaran membaca hendaknya dilakukan oleh pustakwan dengan cara :

a) Kunjungan Perpustakaan Dengan kunjungan ini diharapkan pengunjung perpustakaan memperoleh informasi dengan melihat sendiri dan mengamati secara teratur sehingga mengetahui koleksi Perpustakaan dan menimbulkan rasa ingin membaca atau meminjam buku di perpustakaan.

b) Publikasi Perlu adanya wadah untuk memberitahukan pada pemakai. Perpustakaan tentang adanya buku-buku baru dan buku referensi baru. Hal ini bisa dilakukan melalui tulisan, petunjuk brosur dan tulisan lain.

c) Pameran Pameran dilakukan untuk memperkenalkan koleksi yang tersedia di perpustakaan. Ada dua macam jenis pameran :

- Pameran berkala, yaitu pameran yang diadakan secara periodik di perpustakaan. Buku-buku yang dipamerkan harus diganti secara teratur biar tidak membosankan. - Pameran sementara, yaitu pameran yang diadakan untuk sementara waktu. Pameran

ini pada umumnya penyelenggaraannya dikatkan dengan peristiwa- peristiwa khusus seperti konggres, seminar, hari nasional, dan sebagainya.

d) Rangsangan kegiatan membaca

Untuk merangsang kegiatan membaca di sekolah perlu diadakan diskusi, kegiatan ilmiah remaja, ceramah, pembacaan puisi atau prosa, dan sebagainya.

2. Bimbingan membaca

Ada beberapa kegiatan yang perludiberikan dalam rangka menggiatkan minat baca antara lain : a) Pemakaian Perpustakaan

Dalam hal ini pustakawan perlu memperkenalkan macam-macam bahan pustaka dengan menerangkan bahwa tiap-tiap bacaan mempunyai informasi yang berbeda tujuan dan fungsinya.

(7)

b) Cara membaca yang baik dan membuat laporan

Dalam melakukan kegiatan ini ada dua cara yang perlu diperhatikan yaitu : - Cara membaca untuk mengerti, memakai dan membaca cepat.

- Cara membaca dilihat dari gerak mata, posisi badan, dan arah sinar yang baik. c) Perlunya digiatkan pelajaran mengarang dan bercerita

Jika siswa-siswa diberi tugas mengarang oleh guru bahasa mereka pasti mereka akan mencari bahan yang berhubungan dengan tugas yang diberikan oleh guru.

d) Membuat kliping

Pembuatan kliping ini dapat membantu merangsang minat baca siswa Karena dengan membuat kliping mau tidak mau siswa harus membaca untuk mengelompokkan kliping tersebut sesuai dengan subyeknya

e) Pembuatan majalah dinding

Di sekolah perlu diadakan majalah dinding agar siswa dapat berkreasi, suka membaca dan menulis.

f) Jam buka Perpustakaan

Jam buka Perpustakaan ini perlu ditetapkan untuk membiasakan siswa mengunjungi Perpustakaan.

g) Adanya pelayanan referral

Pelayanan referral ini dilakukan dengan mengadakan hubungan kerjasama dengan Perpustakaan lain. Jika siswa tidak dapat menemukan informasi di Perpustakaan setempat maka bias mencari di Perpustakaan lain.

h) Pembuatan karya tulis untuk kelas 3 SMU

Penulisan karya tulis ini perlu diupayakan secara terus-menerus. 3. Petugas Perpustakaan (Pustakawan)

Pustakwan hendaknya bersikap ramah, mempunyai disiplin kerja yang tinggi, terbuka, suka menolong dan menyenangkan pembaca.

4. Fasilitas Perpustakaan

Perpustakaan yang mempunyai fasilitas yang cukup memadai akan membawa pengaruh yang baik terhadap pemakainya. Adapun fasilitas-fasilitas tersebut antara lain : koleksi buku yang cukup memadai, perabot, penerangan yang cukup baik, sirkulasi udara yang cukup baik, adanya ruang diskusi/ceramah, ruang pandang dengar, toilet, dan sebagainya.

(8)

3. Peran Pemerintah

Pemerintah sebagai pemegang kebijakan, sangat berperan dalam pengembangan minat baca. Pengembangan minat baca di sekolah atau masyarakat serta d keluarga tidak lepas dari peran pemerintah. Kebijakan pemerintah ini berpengaruh terhadap pengadaan buku baik untuk perpustakaan umum, sudut baca ataupun perpustakaan sekolah, hal ini penting karena nyawa dari perpustakaan adalah buku dan informasi tanpa itu semua mustahil akan terbentuk perpustakaan.

Sedikit melihat kebijakan pemerintah jepang dalam meningkatkan minat baca yaitu bermula dengan mengambil kebijakan peningkatan taraf pendidikan masyarakat jepang dengan memotivasi masyarakat Jepang untuk kembali ke sekolah (Kikosushijo) pada tahun 1962. Kebijakan ini mendorong pemerintah Jepang dari pusat sampai ke daerah-daerah untuk antara lain menyediakan secara gratis buku-buku bacaan, membeli lahan untuk pembangunan sekolah dengan sistem pendidikan bermutu, tak ketinggalan mengirim guru-guru untuk bersekolah di luar negeri pada berbagai universitas ternama. Akhirnya Sejarah pun mencatat bahwa keunggulan manusia Jepang, yang ditandai lejitan ke peringkat-peringkat atas persaingan global, dicapai melalui kerja keras. Visi Jepang cerah juga melalui pelembagaan budaya baca. http://www.hi-techmall.org/space-ht/ckids/blog/menengok-budaya-membaca-masyarakat-jepang

Lain halnya dengan Negara Finlandia yang terkenal dengan pendidikannya yang sangat maju, dan juga terkenal dengan budaya bacanya yang tinggi. Berikut ini budaya yang terjadi di Finlandia menurut yang ditulis Gamermar ( 2008 ) : http://annysykriya.wordpress.com/2012/09/18/belajar-dari-budaya-membaca-penduduk-finlandia/

1. Orang tua yang baru melahirkan bayi diberi paket pertumbuhan anak dari pemerintah, termasuk buku.

2. Terdapat perpustakaan di mal-mal .Terdapat bus-bus keliling yang selalu membuat masyarakat berebutan untuk meminjam buku .

3. Sekolah dimulai pada usia tujuh tahun.

4. Disana guru mendapat kebebasan dalam merancang pelajaran untuk menyesuaikan dengan kebutuhan siswa. Di Finlandia guru ibarat seorang pengusaha

(9)

Di Dalam negeri sendiri juga mulai ada suatu gerakan peningkatan minat baca yang dilakukan oleh Pemerintah kota Surabaya melalui Badan Arsip dan Perpustakaan kota Surabaya. Mereka melakukan gerakan yang sangat bagus, yaitu pengadaan taman dan sudut baca yang tersebar sekitar 485 titik di daerah-daerah Surabaya pada tahun 2013. Termasuk lima taman baca (kebun bibit, taman bungkul, taman prestasi, taman ekspresi dan taman mundu), tujuh lokasi sudut baca di beberapa kecamatan, tida di terminal (Purabaya, Dinas Pertanian Kota), 67 mobil keliling, 50 panti asuhan dan banyak lainnya. Penyebaran taman baca ini membuat minat baca masyarakat Surabaya pada tahun 2013 meningkat sebanyak 20 % dibandingkan tahun 2012 (http://beritajatim.com). Berdasar kepada kenyataan diatas, jelas sudah bahwa kebijakan pemerintah penting adanya bagi peningkatan minat baca pada masyarakat. Semoga gebrakan yang dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya dapat diikuti oleh pemerintah kota lainnya atau bahkan bida menjadi kebijakan nasional dan membuat bangsa Indonesia adalah bangsa yang bermatabat dengan gemar membaca.

DAFTAR PUSTAKA

Darmono; Perpustakaan Sekolah : Pendekatan aspek manajemen dan tata kerja; Grasindo; Jakarta; 2007 Ernaningsih, Dwi Novita; Pembinaan Minat Baca Bagi Siswa Sekolah Dasar; Malang; disampaikan pada pelatihan

perpustakaan sekolah, 2007

Sistarina, Ani; Tiga Pilar Penyangga Minat Baca Masyarakat; Jurnal Perpustakaan Universitas Airlangga. Vol 4 No. 1 Januari- Juni 2014

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian adalah ada beberapa cara untuk mengembangkan kreativitas anak dengan media menggambar yaitu, dengan cara memperkaya kemampuan mengambar,

Gudang Produksi Penagihan Data Barang Tagihan Piutang Supplier Pelanggan Faktur Jual Tagihan Piutang Retur Jual Penjualan Pelunasan Piutang Pemesanan Barang Tagihan Utang Faktur

Dalam struktur organisasi pada Klinik Puri Asih memiliki tugas dan fungsi masing- masing, antara lain sebagai berikut :..

pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket

Bebek Bebek Motor cowo pernah, tapi tidak pernah pergi jauh Bebek (Smash) Kelengkapan kendaraan - Spion - Lampu sign - Lampu rem Masih dalam keadaan lengkap dan

Dengan demikian maka lelang Pengadaan Jasa Konsultan Penyusunan Kajian Rencana Stretegis dan Model Bisnis BPDP Kelapa Sawit dinyatakan Gagal (penyedia jasa yang lulus

In conclusion, this research find that among 14 project type that proposed in Pozible as crowdfunding platform, only Video Games has a significant factor to influence

sebuah aksi atau kegiatan aktif yang dilakukan manusia terhadap obyek lain, berupa. pengorbanan diri, empati, perhatian, memberikan kasih sayang, membantu,