1
HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN STATUS GIZI DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA DI BAGIAN LOINING PT. SINAR PURE FOODS INTERNASIONAL BITUNG
Nio Salasa*, Febi Kolibu*, Maureen Punuh*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Sam Ratulangi Manado
ABSTRAK
Kelelahan kerja merupakan kejadian yang sering ditemui di lingkungan para pekerja. Kelelahan kerja dapat disebabkan oleh berbagai faktor dan diantarnya seperti umur, masa kerja dan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara umur, masa kerja, dan status gizi dengan kelelahan pada pekerja di bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International. Penelitian ini merupakan penelitian survey analitik dengan desain cross sectional study. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai Juli 2017. Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 75 orang yang bekerja di bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International, dengan menggunakan rumus Slovin dan teknik sampling yang digunakan ialah simple random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner 30 item gejala kelelahan umum diadopsi dari IFRC (International Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health). Data dianalisa menggunakan uji korelasi Spearman. Berdasarkan hasil uji analisis yang diperoleh dari hubungan antara umur dengan kelelahan kerja p = 0,001, hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja p = 0,374, dan hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja p = 0,000. Hal ini menunjukkan jika p value < 0,05 berarti terdapat hubungan yang signifikan, sehingga terdapat hubungan antara umur dan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung. Tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian loining PT. Sinar Pure Foods International
Kata Kunci : Umur, Masa Kerja, Status Gizi, Kelelahan Kerja
ABSTRACT
Work fatigue was occurrence often found in the workers. Work fatigue can be caused by various factors such as age, period of employment and nutritional status. This study aimed to understand the relationship between age, period of employment, and nutritional status with work fatigue in the Loining section PT. Sinar Pure Food International. The research was an analytic survey research with cross sectional study design. The research was conducted from April to July 2017. Slovin formula was used to calculate the sample size. Simple random sampling technique was carried out and 75 people from Lioning section were selected as sample. The research instrument used a questionnaire of 30 items common fatigue symptoms adopted from the IFRC (International Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health). Data were analyzed using Spearman certification test. The test result showed relationship between age and work fatigue p = 0,001, relationship between period of employment with work fatigue p = 0,374, and relationship between nutritional status with work fatigue p = 0,000. The test result p <0.05 indicates a significant relationship, so it was found a relationship between age and nutritional status with the work fatigue on workers in loining section PT. Sinar Pure Food International Bitung. There was no relationship found between the employment period and the work fatigue on workers in the loining section of PT. Sinar Pure Food International Bitung.
2 PENDAHULUAN
Manusia terdorong untuk mengerahkan seluruh potensi dirinya untuk mengembangkan diri dan memanfaatkan seluruh fasilitas yang ada serta sumber daya untuk dapat mencukupi kebutuhan hidup baik secara fisik maupun mental dalam melakukan pekerjaan (Susetyo, 2014).
Data International Labour Organization (ILO) tahun 2013 dalam Arini (2015) menyatakan bahwa angka kematian akibat kecelakaan dan penyakit akibat kerja berjumlah 2 Juta kasus setiap tahunnya dan diantaranya disebabkan oleh kelelahan yang mencapai 32,8%. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa model kesehatan yang dibentuk sampai tahun 2020 memprediksi gangguan psikis berupa perasaan lelah yang berat dan dapat berakibat depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua didunia setelah penyakit jantung. Kementrian tanaga kerja dijepang melakukan penelitian di 12.000 perusahaan yang melibatkan 16.000 pekerja di negara tersebut yang dipilih secara acak dan menghasilkan 65% pekerja mengeluhkan kelelahan fisik akibat kerja rutin, 28% mengeluhkan kelelahan mental dan sekitar 7% pekerja mengeluh stress berat dan merasa tersisihkan (Irma, 2014).
Menurut Depnakertrans di Indonesia tercatat angka kecelakaan kerja terjadi setiap harinya berkisar 414 kecelakaan kerja, kelelahan kerja mencapai angka 27,8 dan diantaranya sekitar 9,5% (39 orang) mengalami kecacatan (Atiqoh, 2014).
Berdasarkan observasi awal di PT. Sinar Pure Foods International, para tenaga kerja di bagian loining bekerja dari pukul 07.00-15.00 atau 7 jam kerja dan 1 jam istirahat tanpa shift kerja. Berdasarkan wawancara kepada petugas klinik yaitu pada bulan Februari 2017 terdapat keluhan pekerja untuk sakit badan berjumlah 83 orang dan keluhan sakit kepala berjumlah 36 orang akibat kelelahan kerja dan saat melakukan wawancara kepada beberapa pekerja, yaitu mereka sering merasa kelelahan dan ingin segera beristirahat. PT. Sinar Pure Foods International merupakan pabrik yang menghasilkan ikan tuna dalam kaleng dengan beberapa macam rasa khas daerah dan sasaran utama pemasarannya adalah ekspor (Amerika Serikat dan negara-negara Eropa), pada tahun 2013 sudah diproduksi penjualan pasar lokal untuk memenuhi permintaan pasar lokal. Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti hubungan Umur, Masa Kerja, dan Status Gizi dengan Kelelahan
3 Kerja pada pekerja di Bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian Survei Analitik dengan desain Cross Sectional study atau studi potong lintang yaitu mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini menggunakan lembar kuesioner sebagai instrumen penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di PT. Sinar Pure Foods International Bitung pada bagian Loining pada April - Juli 2017. Sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan metode Slovin yaitu berjumlah 75 pekerja yang bekerja di bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International. Pengumpulan data kelelahan kerja menggunakan Kuesioner 30 item gejala kelelahan subjektif, untuk umur, masa kerja dan status gizi menggunakan kuesioner identitas diri. Analisis yang digunakan adalah korelasi spearman.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam Penelitian ini adalah pekerja di bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung, terdapat 305 pekerja dan di ambil sampel yang berjumlah 75
pekerja menggunakan rumus Slovin. Berdasarkan hasil penelitian ini pekerja yang berjenis kelamin perempuan berjumlah 67 pekerja (89,3%) dan yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 8 pekerja (10,7%). Berdasarkan kategori umur dibagi menjadi 4 kategori yaitu remaja akhir yang berjumlah 6 pekerja (8,0%), dewasa awal yang berjumlah 23 pekerja (30,0%), dewasa akhir yang berjumlah 34 pekerja (45,3%), dan lansia akhir berjumlah 12 pekerja (16,0%). Berdasarkan kategori masa kerja dibagi 4 kategori yaitu pekerja yang bekerja selama <5 tahun berjumlah 33 pekerja (44,0%), pekerja yang bekerja selama ≥5 Tahun - <10 tahun berjumlah 21 pekerja (28,0%), pekerja yang bekerja selama ≥10 Tahun - <15 tahun berjumlah 15 pekerja (20,0%), dan yang bekerja selama ≥15 tahun berjumlah 6 pekerja (8,0%). Berdasarkan kategori status gizi pekerja yaitu, pekerja dengan status gizi kurus tidak ada, pekerja dengan status gizi normal berjumlah 41 pekerja (54,7%), pekerja dengan status gizi berat badan lebih berjumlah 14 peke rja (18,7%), pekerja dengan status gizi obesitas berjumlah 20 pekerja (26,7%).
Ada tiga indikasi terjadinya kelelahan terjadinya kelelahan yaitu pelemahan aktifitas, pelemahan motivasi kerja dan kelelahan kerja fisik. Penelitian ini dilakukan pada 75 pekerja di bagian
4 loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung untuk mengetahui kelelahan kerja menggunakan kuesioner 30 item gejala kelelahan umum dari IFRC (International Fatigue Research Committee of Japanese Association of Industrial Health) untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif yang terdiri dari 30 daftar pertanyaan. Dari hasil penelitian yang dilakukan terhadap 75 pekerja di bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung didapatkan pekerja yang mengalami kelelahan pada kategori rendah berjumlah 27 pekerja (36,0%) yang mengindikasikan bahwa pekerja tidak mengalami kelelahan kerja. Pekerja yang mengalami kelelahan pada kategori sedang berjumlah 39 pekerja (52,0%), pekerja yang mengalami kelelahan pada kategori tinggi berjumlah 8 pekerja (10,7%), dan pekerja yang mengalami kelelahan pada kategori sangat tinggi berjumlah 1 pekerja (1,3%) sehinga mengindikasikan dari kategori sedang, tinggi, dan sangat tinggi bahwa pekerja mengalami kelelahan kerja.
Hubungan antara Umur dengan
Kelelahan Kerja pada Pekerja di Bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada kategori umur untuk pekerja dewasa akhir dengan total pekerja tertinggi
berjumlah 34 pekerja (45,3%), untuk pekerja dewasa awal dengan total pekerja berjumlah 23 pekerja (30,3%), untuk pekerja lansia awal dengan total pekerja berjumlah 12 pekerja (16,0%), dan untuk pekerja remaja akhir dengan total pekerja terendah berjumlah 6 orang (8,0%). Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa nilai p value 0,001 < 0,05 dan nilai r = 0,391 maka dapat dinyatakan ada hubungan yang lemah antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Malonda (2015) tentang hubungan antara umur, waktu kerja dan status gizi dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian produksi PT. Sari Usaha Bitung yang menunjukkan hasil p = 0,012 ( p < 0,05) yang artinya umur dengan kelelahan kerja memiliki hubungan yang signifikan.
Hasil penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Irma (2014) tentang faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada inti produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar yang menunjukkan nilai p = 0,000. Peneliti berasumsi bahwa, hal ini dikarenakan pada pekerja dengan kategori umur dewasa akhir telah mengalami perubahan jaringan pada tubuh, sehingga semakin bertambahnya
5 umur seorang pekerja maka akan semakin berkurang kekuatan tubuh yang berakibat cepat mengalami kelelahan kerja. Menurut Suma’mur (2014) proses menjadi tua disertai kurangnya kemampuan untuk bekerja oleh karena perubahan-perubahan pada organ tubuh, sistem kardio-vaskuler, hormonal, dan lainnya.
Faktor umur berpengaruh terhadap adanya perasaan kelelahan kerja maupun perubahan waktu reaksi seorang pekerja. Pada umur sekitar 50-60 tahun (masuk dalam kategori lansia awal) kekuatan otot menurun sekitar 15-25% walaupun kematangan mental pekerja tersebut meningkat (Maurits, 2010). Peneliti berasumsi bahwa, umur yang semakin bertambah menjadi salah satu faktor yang dapat menimbulkan masalah kelelahan dalam bekerja, selain fungsi organ – organ dalam tubuh menurun, individu dalam hal ini seorang pekerja dapat menjadi sensitif dan menjadi kurang produktif dalam pekerjaan.
Berbeda dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Pratiwik (2014) tentang hubungan antara faktor individu dengan kelelahan kerja pada pekerja penyadap karet di PT. Perkebunan nusantara IX (persero) afdeling beji barat kelurahan balong kembang jepara tahun 2014 hasilnya p = 0,307 yang berarti tidak ada hubungan antara umur dengan kelelahan kerja.
Peneliti berpendapat bahwa, hal ini dikarenakan pekerja senior atau yang lebih tua cenderung lebih puas dengan pekerjaannya karena lebih mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan berdasarkan pengalaman, cenderung lebih stabil emosinya sehingga secara keseluruhan dapat bekerja lebih lancar, terampil dan tepat.
Hubungan antara Masa Kerja dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di Bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada kategori masa kerja < 5 tahun dengan total pekerja tertinggi berjumlah 22 pekerja (29,3%), untuk kategori masa kerja ≥5 - <10 tahun berjumlah 19 pekerja (25,3%), untuk kategori masa kerja ≥10 - <15 tahun berjumlah 12 pekerja (16,0%), dan untuk kategori masa kerja ≥ 15 dengan total pekerja terendah berjumlah 9 orang. Hasil penelitian menunjukkan pekerja yang mengalami kelelahan kerja pada kategori sedang yaitu berjumlah 39 pekerja dari setiap kategori masa kerja. Pada kelelahan kerja kategori sangat tinggi berjumlah 1 pekerja dengan masa kerjanya ≥10 - <15 Tahun. Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa nilai p Value 0,374 > 0,05 dan nilai r = 0,104 maka dapat dinyatakan tidak ada hubungan antara masa dengan kelelahan kerja pada
6 pekerja di bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sulistioningsih (2013) tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada tenaga kerja di bagian food production 1 (FPI) / masako packing hasilnya tidak ada hubungan masa kerja dengan kelelahan kerja yaitu nilai p = 0,513. Penelitian ini juga selaras dengan Karundeng (2017) tentang analisis faktor ekternal dan perbedaan tingkat kelelahan kerja perawat di ruang rawat inap RSU Pancaran Kasih Gmim dan RS TKT III R.W. Monginsidi Kota Manado yang hasilnya nilai p = 0,934. Peneliti berasumsi bahwa hal ini dikarenakan masa kerja hanya menggambarkan berapa lama kerja yang telah dilewati selama bertahun-tahun. Lain halnya dengan waktu kerja yang menggambarkan lama kerja seseorang pada hari kerja, seperti lembur dalam bekerja yang beresiko terhadap terjadinya kelelahan kerja dalam bekerja.
Menurut Faiz (2014) masa kerja adalah pengumpulan dari waktu saat pekerja melakukan pekerjaannya, sehingga semakin banyak yang pekerja itu lakukan maka informasi yang pekerja itu dapatkan untuk disimpan, maka akan semakin banyak keterampilan dan kemampuan yang didapatnya. Pada penelitian ini, peneliti
berasumsi bahwa pekerja yang sudah lama bekerja selama waktu yang ditentukan seperti dalam penelitian ini pekerja biasanya bekerja selama 8 jam dalam sehari yakni 7 jam bekerja dan 1 jam beristirahat, hal ini apabila diulangi secara rutin akan menjadi suatu kebiasaan yang terarah, dan tidak menjadi alasan masalah kelelahan dapat terjadi dalam pekerjaan.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Mentari (2012) tentang hubungan karakteristik pekerja dan cara kerja dengan kelelahan kerja pada pemanen kelapa sawit di PT. Perkebunan nusantara IV (persero) unit usaha adolina tahun 2012 diperoleh nilai p = 0,023 yang berarti ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja. Dari hasil penelitiannya peneliti berpendapat bahwa semakin lama masa kerja seseorang maka semakin tinggi tingkat kelelahan, ini disebabkan karena semakin lama seseorang bekerja maka perasaan jenuh akibat pekerjaan yang monoton tersebut akan berpengaruh terhadap tingkat kelelahan yang dialaminya.
Hubungan antara Status Gizi dengan Kelelahan Kerja pada Pekerja di Bagian Loining PT. Sinar Pure Foods International Bitung
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada kategori normal dengan total pekerja tertinggi berjumlah 41 pekerja (54,7%), untuk kategori obesitas berjumlah 20
7 pekerja (26,7%), dan untuk kategori BB lebih dengan total pekerja terendah berjumlah 14 pekerja (18,7%). Hasil penelitian menunjukkan pekerja yang mengalami kelelahan kerja pada kategori sedang berjumlah 21 pekerja yang memiliki status gizi normal, 8 pekerja yang memiliki status gizi BB lebih, dan 10 pekerja yang memiliki status gizi obesitas. Kelelahan kerja pada kategori tinggi terdapat 1 pekerja yang memiliki status gizi normal dan 7 pekerja yang memiliki status gizi obesitas. Kelelahan kerja pada kategori sangat tinggi terdapat 1 pekerja dengan status gizi Obesitas. Berdasarkan hasil uji Korelasi Spearman menunjukkan bahwa nilai p Value 0,000 < 0,05 dan nilai r = 0,409, maka dapat dinyatakan ada hubungan yang sedang antara status gizi dengan kelalahan kerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kaunang (2016) hubungan antara karakteristik pekerja dengan kelelahan kerja pada pekerja bagian shelling dan paring di PT. Dimembe nyiur agripro tetey minahasa utara, yang menyatakan ada hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja dengan nilai p = 0,000.
Penelitian ini juga selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Herliani (2012) tentang hubungan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja industry pembuatan gamelan di daerah wirun
sukoharjo, hasil yang didapatnya p = 0,039 maka ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengna kelelahan kerja. Seorang pekerja dengan keadaan gizi yang baik akan memiliki kapasitas kerja dan ketahanan tubuh yang lebih baik dibandingkan dengan pekerja yang berstatus gizi kurang dan lebih. Peneliti berpendapat bahwa, kerja memerlukan makanan yang bergizi untuk pemeliharaan tubuh untuk perbaikan sel-sel dan jaringan, pertumbuhan sampai masa-masa tertentu dan untuk melakukan kegiatan-kegiatan termasuk pekerjaan. Makanan dibutuhkan tubuh manusia untuk digunakan sebagai sumber tenaga, sumber protein, serta sumber vitamin dan mineral.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Melati (2013) tentang hubungan antara umur, masa kerja dan status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja mebel di Cv. Mercusuar dan Cv. Mariska desa leilem kecamatan sonder kabupaten minahasa diperoleh nilai p = 0,303 yang berarti tidak ada hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja. Hal itu disebabkan karena rata-rata status gizi pekerja dalam keadaan normal. Meskipun status gizi tidak berhubungan kelelahan kerja, akan tetapi orang yang gizinya normal dinyatakan positif mengalami kelelahan kerja baik kelelahan kerja tingkat ringan sedang dan berat.
8 KESIMPULAN
1. Terdapat hubungan antara umur dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian loining PT. Sinar Pure Foods International.
2. Tidak terdapat hubungan antara masa kerja dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian loining PT. Sinar Pure Foods International.
3. Terdapat hubungan antara status gizi dengan kelelahan kerja pada pekerja di bagian loining PT. Sinar Pure Foods International.
SARAN
1. Bagi Perusahaan, untuk mencegah kelelahan akibat umur dan status gizi, perlu mengadakan kegiatan olahraga seperti kebugaran atau senam fisik untuk menjaga kesehatan dan stamina, serta pemberian informasi pada pekerja mengenai permasalahan gizi dan upaya pemenuhannya sangat diperlukan. 2. Bagi pekerja, disarankan untuk
mengonsumsi makanan secukupnya, hindari makanan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang lebih, rutinlah berolahraga.
3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode lain dalam mengukur kelelahan kerja, menggunakan variabel-variabel yang lainnya, seperti lama kerja, shift kerja,
jenis kelamin, beban kerja dan diharapkan menggunakan jumlah sampel yang lebih besar. Sehingga memungkinkan ditemukannya hubungan kelelahan kerja menjadi lebih besar.
DAFTAR PUSTAKA
Atiqoh. 2014. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Konveksi Bagian Penjahitan Di CV. Aneka Garment Gunugnpati Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat UNDIP Volume 2 Nomor 2 (ejournal-s1.undip.ac.id diakses 6 maret 2017)
Herliani. 2012. Hubungan Status Gizi Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Industry Pembuatan Gamelan di Daerah Wirun Sukoharjo. Skripsi Fakultas Kedokteran UNS (digilib.uns.ac.id diakses 27 juni 2017)
Irma. 2014. Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja Pada Unit Produksi Paving Block CV. Sumber Galian Kecamatan Biringkanaya Kota Makassar. Jurnal FKM Universitas Hasanuddin. (repository.unhas.ac.id diakses 6 maret 2017)
9 Karundeng. 2017. Analisis Faktor Eksternal
dan Perbedaan Tingkat Kelelahan Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSU Pancaran Kasih Gmin dan RS TKT III R. W. Monginsidi Kota Manado. Tesis Pasca Sarjana FKM Unsrat
Malonda, 2015. Hubungan Antara Umur, Waktu Kerja dan Status Gizi dengan Kelelahan Kerja Pada Tenaga Kerja di Bagian Produksi PT. Sari Usaha Mandiri Bitung.
Jurnal FKM Unsrat
(fkm.unsrat.ac.id di akses 27 Juni 2017)
Maurits. 2010. Selintas Tentang Kelelahan Kerja. Yogyakarta : Amara books Melati. 2013. Hubungan Antara Umur,
Masa Kerja, Dan Status Gzi Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Mebel di CV. Mercusuar dan CV. Mariska Desa Leilem Kecematan Sonder Kabupaten Minahasa. Jurnal FKM Unsrat ( fkm.unsrat.ac.id di akses 15 Maret 2017)
Mentari. 2012. Hubungan Karakteristik Pekerja Dan Cara Kerja Dengan Kelelahan Kerja Pada Pemanen Kelapa Sawit Di PT. Perkebunan
Nusantara IV (Persero) Unit Usaha Adolina Tahun 2012. Jurnal FKM Universitas Sumatera Utara (jurnal.usu.ac.id diakses 27 juni 2017)
Pratiwik. 2014. Hubungan Antara Faktor Individu Dengan Kelelahan Kerja Pada Pekerja Penyadap Karet di PT. Perkebunan Nusantara IX (Persero) Afdeling Beji Barat Kelurahan Balong Kembang Jepara Tahun 2014. Jurnal Fakultas
Kesehatan UDINUS
(mahasiswa.dinus.ac.id diakses 15 maret 2017)
Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta : Kemenkes RI
Sulistioningsih. 2013. Faktor-Faktor Yang berhubungan dengan kelelahan kerja pada tenaga ekrja di bagian food production 1 (FP1) / Masako Packing. Jurnal Medica Majapahit. Vol 5. No. 1, Maret 2013
Suma’mur. 2014. Hygiene Perusahaan dan kesehatan kerja (HIPERKES). Jakarta : CV. sagung seto