• Tidak ada hasil yang ditemukan

ragafi dan dilanjutkan dengan pengujian nitai tengah menggunakan Uji Duncan pada taraf nyatal%o.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ragafi dan dilanjutkan dengan pengujian nitai tengah menggunakan Uji Duncan pada taraf nyatal%o."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

!

Purnomo: Pengaruh abamektin terhadap kelimpahan lalat pengorok daun kentang dan parasitoidnya l9

Dsember

2000. Perlakuan disusun dalam rancangan

a;ak

ketompok

(RAK), terdiri

atas

lima

perlakuan

H;msi

rylikasi

dan

empat

ulangan.

Frekuensi

+hliad

insektisida berbahan

aktif

abamektin

melipffii:

(t)

tmpa

aplikasi (kontrol),

(2)

dua kali

rylikasi

pada tananan berumur

7

dan

9

minggu

-telah

trnam

(mst),

(3)

tiga

kali

aplikasi pada rytikasi pada tanaman berumur

7,8,

g, dan

l0

mst, dan

(5

)

enam

kali

aplikasi pada tanaman kentang hernmur 5-

6-7.8,

9, dan l0 mst.

Untuk

percobaan

ini

diperlukan

20

petak percotraan^ masing-masing

berukuran

4

m

x

5

m. Pada setiry petak percobaan ditanam benih kentang

den

r jarak

tanam

75 cm

x

30

cm.

Dengan

dmikiaa

terdapat 75 tanaman atau rumpun kentang

unmli setiap petak percobaan.

Pemmaman benih kentang dilakukan pada lahan

ymg

telah diolah dan diberi pupuk kandang den$n dosis satu kg per lubang tanam. pada umur 4

mqt diberi pupuk buatan dengan dosis 4 g

ure4

15 g

Z{-

l0

g SP, den 10 g KCI per lubang tanam. pada

nmur

4

mst

tersebut

juga

dilakukan pembubunan

t*naman )'ang pertama sehingga tanaman kentang

terlihat

ssperti tumbuh

di

guludan.

pembubunan

fd*

dilak-ukan pada tanarnan berumur 7 rnst, yakni

Fr*r""

dengan pengikata-n tanaman dengan ajir. Selama masa pertumbuharury4 tanaman kentang juga dis€mprot dengan fungisida bila telah terlihat

ia*yu

bercak s€f,angan Phytoph thora pada daunnya.

Perlaf-uan

penyemprotan

insektisida

menggunakan insektisida bermerek dagang -{grimec

l8 EC.

Konsentrasi yang

digunak*

uAduf,

0-=.

d

I dengm dosis 500

ll

h4

atau

I

liter untuk 20

m--Pengamatail kerusakan tanaman dilakukan

eede

srxrrr tf,nfiman berumur

5,7,

dan

9

mst.

Fengmffin

dilakukan dengan cara mengamati dan

seluruh daun yang terdapat pada satu

FrT*

Setiap

daun diamati,

apakah terdapat

i*xn\e

lana

atau

tidak.

Daun

yang

terkoiok

+"gt"p

s€bagai

daun

rusak

dan

ditentukan

pcrspse

kerusakmya

dengan plastik transparan

!q

lrr.h

&b€ri gads s€eerti kertas milimeter blok.

Dergn

cra

p€ngmarm

ini

selain dapat ditentukan

pctscrfes

darn

rusak,

dapat

juga

ditentukan

hqehrya krokm p€r

teamao.

pengamatan

herdm

rrtrnm

ditakuka

terhadap lima tanaman

mrrt

ser;ap

p**

percobaalr Intensitas kerusakan

dfriEmg aerrgrr

rumus

intensitas kerusakan seperti

heriLm

persentase kerusakan daun pada satu tanaman

tr-tK - --- ){'l}}yo

X daun pada satu tanaman

Pengamatan

terhadap

kemunculan

parasitoid dilakukan pada tanaman kentang yang

berumur

5

mst hingga 10

mst.

pengamatan

dilakukan

dengan mengumpulkan daun tanaman kentang yang terkorok oleh larva

L.

huidobrensis pada masing-masing cawan (diameter

6 cm

dan

tinggi

5

cm)

yang tertutup rapat.

Untuk

setiap

petak percobaan

diambil

20

daun tanaman yang

terkorok larva instar

2

atau

3.

Sebelumnya, selembar kertas tissu telah diletakkan pada bagian alas

cawan

dengan maksud

untuk

menyerap air

yang

menguap

dari

daun.

Dengan

cara

ini

diharapkan

daun

tidak

cepat

membusuk.

Banyaknya imago

lalat

yang muncul, jumlah

pupa

yang

gagal,

dan

jenis

serta

banyaknya imago parasitoid yang muncul diamati dicatat.

Data yang diperoleh dianalisis dengan sidik

ragafi

dan dilanjutkan dengan pengujian nitai tengah menggunakan Uji Duncan pada taraf nyatal%o.

HASIL

DAN PEMBAHASAN

Kerusakan tanaman kentang karena korokan larva L. huidobrensis pada mulanya rendah kemudian

rneningkat bersamaan semakin fuanya urnur tanamall.

HaI

itu

ditunjukkan oleh persentase kerusakan daun

dan banyalurya korokan per tanaman (Tabel

l).

pada tabel tersebut juga terlihat bahwa aplikasi insektisida

abamektin mampu menekan kerusakan tanaman. Intensitas kerusakan tanaman pada awal

masa pertumbuhan tanaman kentang umumnya

selalu

rendah karena rendahnya

populasi

larva.

Cisneros dan

Mujica

(1999)

berpendapat bahwa

kegagalan menetasnya

telur

Liriomyza

biasa

drjumpai pada daun-daun tanaman

kentang

yang

masih

muda.

Ekstrusi

telur

merupakan penyebab utama

te{adinya

kegagalan penetasan telur.

Aplikasi insektisida abametdn dimulai ketika tanaman kentang berumur

5

mst.

Oleh karena itrq

kerusakan tanarnan pada

5

mst belum terpengaruh

oleh

perlakuan insektisida abamektin.

pada

saat

tanaman kentang berumur 7

ms!

kerusakan tanaman tertinggi terjadi pada tanaman yang tidak mendapat

(3)

Jumlah korokan Per tanaman urnur tanaman (mst 2,10

a

50,85

b

87,55 bc 3.16

a

41.00

ab

73,75 abc 0,60

a

35,70

ab

55,35 ab 1,50

a

22,30

a

38,55 a 4,70

a

31,85

a

39,40 a

0,16

0,02 _____ i,09

20

J. Hama dan Penyaki! Tumbuhan Tropika 4(1), Maret 20M

Tabel

1.

Pengaruh aplikasi abamektin terhadap jumlah korokan dan persentase daun rusak

Persentase daun rusak Per tanaman Aplikasi Abamektin 0 kali (kontrol)

2kali

(7; 9 rnst) 3 kali (5; 7; 9 mst) 4 kali (7

-

10 mst) 6 kali

5-10

Nilai F umur tanaman (mst 1,13

ab

13,80 b 1.47

ab

I1,53 ab 0,44

a

10,84 ab 1,26

ab

7,76 a 20.98 b 18.79 b 14.82 a 11,38 a

h huruf yang sama pada arah vertikal

-

beibeda nyata rnenurut uji Duncan padataraf 5o/o '

Tabel

2.

Pengaruh aplikasi abamektin terhadap tingkat parasitisasi

Tingkat parasitisasi (%)

3,02b

10,62

ab

ll'73

a 12,96 0,27 0,00 tidak umur tanarnan (mst 10

0,00 27,96 34,50 36,81 40,30

27 ,47

8,56

28,64

30,09 29,53 43,90

26,39

5,88 26,49 21,62 25,31 43,03

27 ,91

3.,7s 27,78 38,48 26,95 44,23

27.66

4,17

26

,57

3 1 ,3

1

3 5

,92

41,7

5

29 ,43 0.08 0,11 0,09 Aplikasi Abamektin 0 kali (kontrol)

2kali

(7;9 mst) 3 kali (5; 7;9 mst) 4 kali (7

-

10 mst) 6 kali

5-10mst

Nilai F

Nilai P I

o,oa o,gg o,6o

0,.+o

- qrgq

o,g9

Edaf. aaa perUeOaan antar-perlakuan (arah vertikal) pada Keterangan:

-semua pengamatan padataraf nyata 5%o

I

I

I

I

I

I

I

(4)

H.. varicornls (ekor)

pada umur tananan (rnst)

Opius sp.(ekor) a ufilur tanaman (mst 7 5 6

8910

s

6

7 8

9

l0

0 kali (kontrol) 2kali (7; 9 mst)

i

kali (5;7;9 mst) 4 kali (7

-

l0 mst) 6 kali (5

-

10 mst)

0.00

8.00

6.00

6.00

1.50

0.00

2,00

9,50

1.15

2.-\0

i,00

1.2-s

1,00

12.75

7.25

i.7_s

0,00

1.25

0,7,5

7.15

10.25

i.,io l,7s

0.50

1.50

7.0 9.50

2.15

2.50

0.75

c.00

0.50

4.00 6,15 8.50

t.1:

0.00

0,75

1,25 6.25 9,50

6.75

0.00

0.00

0,00 5,00

I

1,75

7 .5t)

0.00

0

00

1,75

5,25 e.25

5.25

0,00

0,00

0,00 8,50 9.75

5.50 Nilai F Nilai P

0,83

0.95

0,39 0,61

1.77

0,36

0,53

0.46

0,81

0,66

0,

19

0,84

0,77 0,79

0,37 0,61

0,99

0,56 0,55

0,83 0,66

0.44 : -.- .,tno. Pengaruh abamektin terhadap kelimpahan lalat pengorok daun kentang dan parasitoidnya Zl

-::3.

i

Pengaruh aplikasi abarnektin terhadap tnunculnya lmago H. vqfic:ornis dan Opius sp.

Keterangan:

-

tidak ada perbedaan antar-perlakuan (arah vertikal) pada semua pengamatan

pada taraf nyata sYo

perlaliuan insektisida. Pada9 rns! kerusakan tanarnan

dengan aplikasi 6,

4,

dan 3 kali tidak berbeda nyat4 tetapi berbeda dengan aplikasi

2

kali

dan kontrol. Kenvataan-kenyataan

ini

rnenunjukkan betapa pun

kcilny4

insektisida abarnektin berperan

bagi

peacegahan peningkatan intensitas kerusakan tanaman ke araha yang lebih

tinggi.

Insektisida abamektin

menryakan racun

perut

(Mrozik,

1997).

Melalui

aplilrasi pada daun,

insektisida tersebut

akan

mematikan serangga yang memakannya Kontak fisik

mttra

serangga dengan abamektin dilaporkan kurang

eHtif

dalm

mematikan serangga. Cox et ol. (1995)

m€m-rrakan

bahwa

abamekrin

lebih

efektif

'rr=ntxmuh larr.a daripada imago L. triJblii.

Hasl

penelitian Trumble (1985) menunjukkan

n*rra

rylikasi

avermektin

dapat

memrrmkan

r-i'mrfalrrn

t"

tri.falii

pada perlanaman seledri di

+sfl.r

serika-

Be,grfu pula penelitian Weintraub

&

[i.r.=r.ru

,i918

I

mendapatkan bahwa serangan dan

t

lnr?irh

n L

huidobrensis

lebih

rendah

pada

pErran

sdedri ymg diaplikasi dengan abamektin.

Fenekna

dmgan

hril

-vang sama dilaporkan pada

pEnrm

kr.ung

di

Isael

(Weinnaub, 2001).

Sclrilt

rrsn*-kzr

lmz

dalxm daun, pengujian di

l*illrim

menuujul*an

bahwa

abamektin

nrernperlihatkan sifat repelensi pada lalat

I'.

trilblii

(Parrella e t al.. l98B).

Perbedaan

frekuensi

aplikasi

abarnektin

ternyata

tidak

berpengaruh

terhadap

tingkat

parasitisasi parasitoid L. huidobrensrs (Tabel

2).

Pada

tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat parasifisasi

tertinggi

ditemukan pada tanaman kentang yar.g

berumur 9 mst.

Imago

parasitoid

yang muncul

dari

daun terkorok larva L. huidobrensis adalah parasitoid larva

Hemiptarsenus

varicornis

(Gfuault (Hymenoptera: Eulophidae)

dan

parasitoid larva-pupa

Opius

sp.

(Hymenoptera: Braconidae). Pada Tabel

3

di

bawah

ini

dapat dilihat kemunculan imago

parasitoid

H.

varicornis

dan

Opius sp.

dari

daun

contoh pada berbagar perlakuan aplikasi abamektin.

Beberapa peneliti

di

luar negeri ada juga yang

melaporkan

bahwa insektisida

abamektin

atau homolognya

tidak

berpengaruh

buruk

terhadap

atdivitas parasitoid

lalat

pengorok. Trumble (1985)

mendapatkan bahwa

di

antara avermektin, siromazin, dan metomil, hanya jenis yang disebut pertana yang

tidak

berpengaruh

buruk

terhadap parasitoid lalat

pengorok

daun.

Sementara

Weintraub

(2001) melaporkan bahwa populasi parasitoid pada petakm

I

I

I

r

I

I

I

I

r

I

r

I

I

t^.

(5)

22

J. Hama dan Penyakit Tumhuhan Tropika 4{1), Maret 2004

kentang

segera

pulih

setelah mendapaf aplikasi abamektin. Namun, Weintraub dan Horowitz (1998) melaporkan bahwa insektisida translamin4 termasuk

abamektin, menurunkm kelimpahan'

prasitoid

lalat

pengorok

daun

pada tanaman

seledri.

Adanya

perbedaan

hasil-hasil penelitian

tadi

mungkin berhubungan dengan perbedaan kerentanan antar

spesies parasitoid.

SIMPULAN

Aplikasi insektisida berbahan

aktif

abamektin

pada saat dan frekuensi yang tepat terbukti mampu

menekan

serangan

lalat

pengorok

daun

L.

huitlobrensis.

Aktivitas dua spesies parasitoid fL

taricornis

dan Opius sp.

terhadap

L-

huidobrensis

tidak terpengaruh oleh aplikasi insektisida abamektirL

oleh

karenanya insektisida abamektin berpeluang dimanfaatkan dalam PHT lalat pengorok daun.

SATIWACANA

Penulis mengucapkan terima

kasih

kepada

Prof. Dr. Aunu Rauf (IPB) yang telah turut mendanai

kegiatan penelitian

ini.

Data pada tulisan

ini,

yang

disajikan dalam bentuk lain, merupakan sebagian dari disertasi penulis dengan ketua komisi pembimbing Prof. Dr. Aunu Rauf.

DAF'TAR PUSTAKA

Cox

D.L.,

D.

Remiclq

J.A

Lasot4

&

R.A.

Dybas.

1995.

Toxicity

of

avermectin

to

Liriomyza

trfolii

(Diptera:

Agromyzidae)

larvae

and adults. J. Econ. Entomol- 88(5): 1415

-

1419. Cisneros, F.

&

N.

Mujica

1999. The leafininer

fly

in

potato: plant reaction and natural e,nemies as

natural mortality

factors.

Di

dalam: CIP, ed.

Impact on Changing

World,

Program report

1997

-

1998. Lima Peru: International Potato

Centre. hlm:129 - AA

Jansson,

R.K.

&

R.A

Dybas. 1997.

Avermectin: Biochemical mode of action, biological activity and agricultural importance.

Di

dalam: Isaac Ishaay4 Danny Degheelg

eds.

Insecticides

with novel modes of action. Springer.

Macdonald,

O.C.

1991. Responses

of

the alien leaf

miners Liriomyza

trifolii

and

Liriomyza

huidobr?nsis (Diptera: Agromyzidae)

to

some

pesticides scheduled for their control in the UK. Crop Protecr. 10: 509-513.

Mrozilq

H.

1997.

Advances

in

research and

development of avermectins.

Di

dalam: Briggs

GG, ed. Advances

in

the chertistry o/- Insect Control

IIl.

Saffron Walden Essex

UK:

Agr. Evo. UK

Ltd.

hlm: 54

-7l.

Parrell4

M.P.

L987. Biology

of

Liriomyza. Annu. Rev. Entomol. 32: 201 - 224

Parrell4

M.P.,

K.L.

Robb.

&

J.K.

Virzi.

1988.

Analysis

of

the

impact

of

abamektin on

Liriomyza

trifolii

(Burgess)

(Diptera: Agromyzidae). Can Ent. 120: 831

-

837. Rauf,

A., B.M.

Shepard,

&

M.W.

Johnson. '2000.

Leafniner

in

vegetables, ornamental plants and weeds

in

lndonesia: surveys

of

host

crops, species composition and parasitoids.

Int.

J.

Pest Manage. 46

$):257

-266.

Shepard,8.M., A. Braun,

&

A.Rauf.

1998. Seasonal incidence

of

Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae) and its parasitoids on vegetables in Indonesia.

1nL

J.

Pest Manage. 44:43

-47.

Trumble,

J.T.

1985. Integrated pest management

of

Liriomyza

trifolii:

Influence

of

avsrmectin, cyromazine,

ffid

methomyl

on

leafininer ecology

in

celery.

Agric.

Ecosys. Environ. 12:

l8l-r88.

Weintraub,

P.G.

2001. Effects

of

cyromazine and abamectin

on

the

pea

leafrniner Liriomyza huidobrensis (Diptera: Agromyzidae)

and

its

parasitoid Diglyphus

isaea

(Hymenoptera:

Eulophidae) in potatoes. Crop Protect.

20:207-213.

Weintraub, P.G.

&

A.R.

Horowiu.

1998. Effects

of

translaminar versus conve,ntional insecticides on

Liri omyza huidobrens is (Diptera: Agromyzidae)

and

Diglyphus

isaea

(Hyrnenoptera:

Eulophidae) population

in

celery.

J.

Econ. Entomol.9l (5): 1180 -1185.

I

t

I

I

I

t

I

I

I

I

I

t

I

I

I

I

I

1

I

Referensi

Dokumen terkait

7. Proposatzen den neurketa metodologia balioztatzeko erabili diren neurtutako gainazalen topografia. irudian ikus daitekeen moduan, diamantaketa aitzinapen ezberdinak

Informan dalam penelitian ini terdiri dari 4 (Empat) informan yang terdiri dari Kepala Puskesmas Sario, Penanggung Jawab Gudang Obat di Puskesmas Sario,

Menurut Handoko (dalam Damayanthi, 2012) menyatakan bahwa efektivitas SIA merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran sejauh mana target dapat dicapai dari suatu kumpulan

Berdasarkan perumusan masalah, peneliti menggunakan model CTL (Contextual Teaching and Learning) menggunakan CD interaktif dalam upaya memecahkan permasalahan tentang

Hasil analisis regresi berganda menunjukkan bahwa kinerja modal intelektual jenis industri keuangan lebih tinggi dibandingkan kinerja modal intelektual jenis industri

Tidak / salah dalam membuat bidang yang lain (segitiga kedua dst) sesuai dengan ukuran yang diperintahkan. Tidak / salah menuliskan panjang masing-masing rusuk. Tidak / salah

Penelitian ini membandingkan kondisi strategi perusahaan yang digunakan saat ini yaitu dengan menggunakan jumlah karyawan yang tetap, dibandingkan dengan usulan

$QDOLVLV NHOD\DNDQ ILQDQVLDO SHQJHPEDQJDQ XVDKD SDGL \DQJ EHULQWHJUDVL GHQJDQ VDSL SRWRQJ OD\DN XQWXN GLXVDKDNDQ GHQJDQ DGDQ\D ULVLNR SURGXNVL GDQ KDUJD RXWSXW SDGD SDGL GL