• Tidak ada hasil yang ditemukan

SMARTPHONE DAN JARAK SOSIAL (STUDI INTERAKSI SOSIAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA DI KELURAHAN PALATTAE KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SMARTPHONE DAN JARAK SOSIAL (STUDI INTERAKSI SOSIAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA DI KELURAHAN PALATTAE KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

SMARTPHONE DAN JARAK SOSIAL (STUDI INTERAKSI SOSIAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA DI KELURAHAN PALATTAE

KECAMATAN KAHU KABUPATEN BONE)

SKRIPSI Oleh :

Firda Efrilia Herdayani Nim: 105381107816

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sosiologi

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SOSIOLOGI 2021

(2)
(3)
(4)

SURAT PERJANJIAN Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Firda Efrilia Herdayani

Stambuk : 105381107816

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai skripsi ini, saya akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)

2. Dalam penyusunan skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakan (plagiat) dalam menyusun skripsi. 4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1.2 dan 3 saya

bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Januari 2021 Yang Membuat Perjanjian

Firda Efrilia Herdayani

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Sosiologi

Drs. H. Nurdin, M.Pd. NBM: 575 474

(5)

SURAT PERYATAAN Mahasiswa yang bersangkutan:

Nama : Firda Efrilia Herdayani

Stambuk : 105381107816

Jurusan : Pendidikan Sosiologi

DenganJudul : Smartphone dan Jarak Sosial (Studi Interaksi Sosial Antar Anggota Keluarga di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone)

Dengan menyatakan bahwa Skripsi yang saya ajukan di depan Tim Penguji adalah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan oleh siapapun. Demikian peryataan ini saya buat da saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Januari 2021 Yang Menbuat Peryataan

(6)

MOTTO

Jangan menyerah dikala rasa sakit memenuhi ruang hati, jangan jatuh disaat hidup tetap mengecewakan, dan ingat bahwa Tuhan selalu mengawasi dan mencintai

setiap insannya.

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini sebagai darma baktiku untuk Ayahanda tercinta dan Ibunda tercinta serta saudari dan seluruh keluarga tersayang yang tak

(7)

KATA PENGANTAR ِمي ِح هرلا ِنَمْح هرلا ِ هاللَّ ِمْسِب

Alhamdullillahi rabbil Alamin, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan seluruh makhluk dan alam semesta, yang mewajibkan manusia untuk berusaha dan belajar demi mencari ridha-nya. Shalawat dan Salam tak lupa penulis hanturkan kepada junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW yang telah mengantarkan manusia dari era jahilia menuju era kecerdasan akal, emosi dan spiritual. Atas segala limpahan rahmat, taufik dan hidayah-nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ” Smartphone dan Jarak Sosial (Studi Interaksi Sosial Antar Anggota Keluarga di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone)”. Skripsi ini merupakan hasil penelitian sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidkian Universitas Muhammadiyah Makassar.

Penyelesaian skripsi ini tentu saja atas berbagai bantuan yang penulis terima baik langsung maupun tidak langsung, karena dalam kesempatan ini, penulis hanturkan rasa hormat dan penghargaan yang tulus untuk kedua orangtua Ayah Zakaria dan Ibu Ida Fitriani yang tercinta yang selalu memberikan motivasi yang tak hentinya dan melantungkan doa untuk keberhasilan anaknya, untuk menyelesaikan studi dari jenjang pendidikan dasar sampai saat ini. Kepada seluruh keluarga besar, atas dorongan dan motivasinya selama ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan semua pembaca pada umumnya. Namun demikian, sebagai manusia biasa yang tidak

(8)

lepas dari kekeliruan, kekurangan, dan keterbatasan, penulis memohon maaf kepada semua pihak apabila dalam skripsi ini terdapat kekurangan. Selanjutnya kritik dan saran yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.

Pada kesempatan ini pula penulis menyampaikan rasa hormat, terima kasih yang sebesar-besarnya Kepada: Prof. Dr. H. Ambo Asse, M, Ag Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimbah ilmu pengetahuan di perguruan tinggi.

Erwin Akib, M.Pd., Ph.D Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar yang dengan berbagai kebijakannya, penulis bisa mengikuti kegiatan akademik hingga proses penyelesaian studi. Drs. H. Nurdin, M.Pd ketua program studi Pendidikan Sosiologi Universitas Muhammadiyah Makassar,

Kaharuddin. M.Pd, Ph.D Sekretaris program studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan dan Dr. Hidayah Quraisy, M.Pd dosen pembimbing 1 dan Dr. Jamaluddin Arifin,M.Pd dosen pembimbing 2, yang sering terganggu dan tersisa waktunya oleh kedatangan mahasiswa khususnya penulis untuk berkonsultasi tentang persetujuan judul dan penetapan dosen pembimbing penulis skripsi, namun beliau tidak pernah mengeluh dalam menjalani tugas yang diamanahkan kepadanya untuk melayani mahasiswa yang membutuhkan arahan dan bimbingan terkait dengan penyusunan proposal sampai penyusunan skripsi. Seluruh Dosen di lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, khususnya Dosen pada Jurusan Pendidikan Sosiologi yang selama ini telah mendidik, mengajar dan membimbing penulis menjelajahi dunia keilmuan serta memberikan ilmu kepada penulis. Seluruh karyawan dan karyawati dalam

(9)

lingkungan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, atas segala bantuan, khususnya dalam pelayanan administrasi akademik yang diberikan selama penulis menjalani perkuliahan hingga proses penyelesaian studi penulis. Pelayanan yang diberikan tersebut sangat membantu penulis dalam proses penyelesaian studi. Buat saudara-saudara saya Khususnya Agus Trisnawati, Yuni Siswati, Memey Herusiana dan Esha Apriliani yang telah memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis sehingga bisa menyelesaikan skripsi ini. Teman-Teman Kampus yang berada di kota Makassar, yang sering membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Buat sahabat Vivin Vitrina Asnur dan Sry Wahyuni yang dari semester awal sampai sekarang masih bersama, dan teman-teman saya di team zeyeng Kasmawati, Riska, Nurul Hasanah, Nur Annisa Sobrina serta teman-teman satu kelas saya Pendidikan sosologi kelas B yang tidak dapat saya sebut namanya satu persatu. Semoga segala bantuan, bimbingan dan motivasi yang diberikan kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapat Ridho dari Allah SWT, Aamiin ya Rabbal aa‟lamiin

Makassar, 04 Januari 2021

(10)
(11)

ABSTRAK

Firda Efrilia Herdayani. 2020. Smartphone Dan Jarak Sosial (Studi Interaksi Sosial Antar Anggota Keluarga Di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone). Program Studi Pendidikan Sosiologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing oleh Pembimbing I Hidayah Quraisy dan Pembimbing II Jamaluddin Arifin.

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pola penggunaan smartphone setiap anggota keluarga dan menjelaskan dampak sosial terhadap interaksi sosial penggunaan smartphone di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data yang diolah merupakan sumber data primer dan data sekunder.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan smartphone yang dilakukan setiap anggota keluarga memakan waktu yang cukup panjang dalam kesehariannya dan dampak yang dihasilkan dari penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial di lingkup keluarga berupa dampak positif dan dampak negatif, yaitu dampak positif yang dihasilkan memanfaatkan smartphone sebagai alat komunikasi dengan keluarga jauh sehhingga tatap terjalin interaksi secara tidak langsung, namun dampak negatif dari penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial di lingkup keluarga terjadinya jarak sosial yang mengurangi inetraksi secara langsung dan menimbulkan kurangnya perhatian yang diberikan ke satu sama lain, namun melihat adanya dampak negatif ini upaya yang dilakukan oleh keluarga Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone meberikan batasan-batasan penggunaan smartphone di lungkup keluarga. Sehingga penggunaan smartphone dan jarak sosial terhadap interaksi soasial di lingkup keluarga dapat dikatakan cukup efektif

(12)

ABSTRACT

Firda Efrilia Herdayani. 2020. Smartphones and Social Distance (Study of Social Interaction between Family Members in the Palattae Village, Kahu District, Bone Regency). Sociology Education Study Program. Teacher Training and Education Faculty, Muhammadiyah University of Makassar. Supervised by Advisor I Hidayah Quraisy and Advisor II Jamaluddin Arifin.

This study aims to analyze the pattern of smartphone use in each family member in the Palattae Village, Kahu District, Bone Regency. This type of research used in research is descreptive qualitative with a phenomenological approach. The data sources that are processed are primary data sources and secondary data.

The results show that the use of smartphones by each family member takes quite a long time in their daily lives and the impact resulting from the use of smartphones on social interactions in the family environment is in the form of positive and negative impacts, namely the positive impact generated by using smartphones as a means of communication with families. far so that face-to-face interaction is established indirectly, but the negative impact of smartphone use on social interactions in the family sphere is social distancing which reduces direct interaction and causes a lack of attention given to one another, but seeing this negative impact the efforts made by the family of the Palattae Village, Kahu Subdistrict, Bone Regency, gave restrictions on the use of smartphones in the family environment. So that the use of smartphones and social distance to social interactions within the family can be said to be quite effective

(13)

Daftar Isi Halaman Judul ... i Kata Pengantar... ii Abstrak ... iv Abstract ... v Daftar Isi ... vi Daftar Tabel ... Daftar Gambar ... Daftar Lampiran ... BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 10 C. Tujuan Penelitian ... 10 D. Manfaat Penelitian ... 10 E. Defenisi Operasional ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA KONSEP A. Kajian Pustaka ... 13

1. Teknologi Smartphone ... 13

2. Konsep Jarak Sosial ... 15

3. Teori Interaksi Sosial ... 17

B. Penelitian Relevan ... 18

C. Kerangka Pikir ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Pendekatan Penelitian ... 20

B. Lokasi Dan Waktu Penelitian... 20

C. Fokus penelitian ... 20

D. Informan Penelitian ... 20

(14)

F. Instrumen Penelitian... 21

G. Teknik Pengumpulan Data ... 22

H. Analisis Data ... 23

I. Uji Keabsahan Data... 24

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Lokasi Penelitian ... 26

B. Keadaan Sosial ... 27

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

1. Anggota Keluarga Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone ... 29

2. Pola Penggunaan Smartphone Setiap Anggota Keluarga Di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone ... 30

3. Dampak Sosial Pola Penggunaan Smartphone Terhadap Interaksi Sosial Anggota Keluarga Dikelurahan Pallatae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone ... 33

B. Pembahasan penelitian ... 40

1. Anggota Keluarga Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone ... 40

2. Pola Penggunaan Smartphone Setiap Anggota Keluarga Di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone ... 41

3. Dampak Sosial Pola Penggunaan Smartphone Terhadap Interaksi Sosial Anggota Keluarga Dikelurahan Pallatae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone ... 43

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 49

B. Saran ... 49 DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...

(15)

PEDOMAN OBSERVASI ... RIWAYAT HIDUP ...

(16)

DAFTAR TABEL

No Halaman 4.1 Data Pekerjaan Masyarakat Kelurahan Palattae ... 27 4.2 Jenjang Pendidikan Masyarakat Kelurahan Palattae ... 28

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 2.1 Kerangka Pikir ... 19

(18)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia adalah makhluk sosial yang harus senantiasa berkomunikasi dengan manusia lainnya. Komunikasi berasal dari bahasa Latin yaitu kata communis yang berarti “membuat kebersamaan” atau “membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih”. Akar kata communis adalah communico, yang artinya “berbagi”. Dalam hal ini, yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. Komunikasi dalam bahasa inggris adalah communicate yang berarti komunikasi berguna untuk bertukar pikiran, perasaan, dan informasi yang menjadikan pelaku komunikasi menjadi paham akan suatu hal dan dapat membuat persepsi yang sama sehingga terbentuklah sebuah hubungan yang simpatik. Jadi, secara umum komunikasi dapat didefinisikan sebagai suatu usaha penyampaian pikiran, perasaan, dan informasi antar manusia (Nurani, 2016:55-57)

Komunikasi pada hakikatnya adalah utama yang digunakan manusia untuk bisa hidup, sampai saat ini. Komunikasi adalah cara agar kita saling mengerti dan saling memahami apa yang diinginkan oleh orang lain dan begitupun sebaliknya. Pada awalnya sebelum mengenal bahasa komunikasi manusia berupa suara teriakan yang digunakan untuk saling memanggil dan saling mengenali, setelah itu berkembang dengan adanya alat, sehingga komunikasi menggunakan media seperti kentungan, bedug atau hal-hal yang bisa didengar banyak orang, setelah itu muncullah bahasa sehingga orang bisa berkomunikasidengan menggunakan bahasa. Komunikasi dengan bahasa ini

(19)

dilakukan secara verbal dan digunakan oleh hampir semua orang diseluruh dunia dan dilakukan dalam waktu yang cukup lama dibandingkan dengan fase sebelumnya (Bungin,2009). Komunikasi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan sosial yang digunakan bersifat multidispliner karena pendekatan-pendekatan yang digunakan berasal dari berbagai displin ilmu lainnya, seperti sosiologi, psikologi, antropologi, linguistic, dan politik (Syukriadi,2015:32).

Rogers dan D.Lawrence Kincaid dalam buku Nurudin (2017: 37) melahirkan suatu definisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba saling pengertian yang mendalam. Sedangkan Harold D.laswell dalam buku Nurudin (2017: 37) mengatakan bahwa komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan : Siapa? Mengatakan apa? Dengan saluran apa? Kepada siapa? Efeknya apa? ( Who? Says what? In Which Channel?To whom?With what effect? ).

Seiring dengan perkembangan zaman, alat komunikasi yang diciptakan semakin canggih, salah satu kecanggihannya yaitu adanya teknologi komunikasi yang berupa handphone. Namun pada masa sekarang ini sudah mengalami perubahan teknologi yang cepat yaitu berubah menjadi smartphone. Peralihan menuju smartphone sendiri memberikan banyak kelebihan daripada handphone jenis biasa atau model lama. Smartphone atau ponsel pintar ini seolah menjawab semua kebutuhan manusia.Smartphone memiliki fitur-fitur yang bisa dinikmati oleh siapa saja. Fitur dari smarthphone berupa media komunikasi, media sosial, browser, game online,

(20)

video, youtube. Media komunikasi dalam smarthphone berupa blackberry messenger, line, whatsApp messenger, messaging, dll. Selain media komunikasi, dalam smarthphone juga terdapat media hiburan berupa game. Game dalam smarth phone ada dua jenis yaitu offline dan online.

Dengan Kemajuan teknologi saat ini terlebih lagi adanya smarthphone membuat kita seakan dimanjakan dengan kemudahan-kemudahan yang ada, karena teknologi memang dibuat untuk membantu aktivitas manusia, yang diharapkan akan memberikan hal positif bagi kita, namun saat ini teknologi telah beralih fungsi menjadi kebutuhan pokok dan tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Seiring dengan arus globalisasi yang memiliki tuntutan kebutuhan pertukaran informasi yang cepat, peran teknologi ini menjadi sangat penting, bahkan smartphone sekarang ini telah menjadi teknologi yang merakyat. Penggunaan smartphone sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata, melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka. Dalam komunikasi, kemajuan teknologi komunikasi yang kemudian diterapkan dalam berbagai media massa jelas tidak bisa menggantikan komunikasi sosial. Dengan kata lain, tidak otomatis membuat komunikasi tatap muka menjadi tidak penting (Syukriadi, 2015: 33-34).

Teknologi komunikasi yang berupa smartphone ini merupakan fenomena yang sangat unik dalam penggunaannya. Pengguna smartphone tidak memandang usia, mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Penggunaan smartphonemenjadi kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan saat ini.smartphone memiliki dampak positif bagi penggunanya. Dampak positif dari smartphone yaitu ibarat dunia berada digenggaman.

(21)

Informasi mudah didapat dengan melalui smartphone. Smartphone dapat digunakan untuk mengakses segala informasi yang ada didunia. Informasi yang didapat tidak hanya berasal dari Indonesia saja, melainkan juga dari luar negeri. Smartphone juga bisa membantu pekerjaan, seperti mengirim e-mail lewat smartphone. Smartphone juga bisa digunakan melihat peta karena terdapat aplikasi google maps dan masih banyak hal lainnya yang didapatkan dari smartphone. Selain memiliki dampak positif, smartphone juga memiliki dampak negatif bagi penggunanya.Beberapa dampak negatif pengguna smartphone diantaranya yaitu menyebabkan kecanduan hingga membuat orang menjadi malas.

Kenyamanan dan kemudahan yang ada pada smartphone, dapat menjadi masalah apabila smartphone tersebut digunakan secara berlebihan, salah satunya yaitu kecanduan smartphone.Menurut Paramita (2016) kecanduan smartphone adalah ketergantungan individu dalam menggunakan smartphone untuk mengakses internet secara terus menerus tanpa menghiraukan dampak negatifnya. Penelitian Leung (2008) menjelaskan bahwa individu yang mengalami kecanduan smartphone akan merasa cemas, sedih, mengalami penurunan produktivitas dan merasa kehilangan ketika tidak menggunakan smartphone. Kini semakin banyak orangyang menghabiskan waktunya sendirian dengan gadget, internet dan e-mail membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri (Badjuri,2010).

Pada awalnya smartphone yang berfungsi memudahkan upaya interaksi antar individu kini mulai berdampak sebaliknya.Pengguna smartphone lebih banyak menghabiskan waktunya dengan smartphone nya daripada bercengkrama atau sekedar menghabiskan waktu mengobrol bersama dengan

(22)

anggota keluarga. Penggunaan smartphone yang tidak terkontrol seperti inilah yang dapat mengganggu proses interaksi sosial hingga membuat adanya jarak sosial antar keluarga atau bahkan bisa jadi terisolasi dari lingkungan sosialnya,termasuk didalam lingkungan keluarganya. Pengguna smartphone sekarang bukan hanya sebagai alat komunikasi semata,melainkan juga mendorong terbentuknya interaksi yang sama sekali berbeda dengan interaksi tatap muka.

Keluarga adalah sekelompok orang yang diikat oleh perkawinan atau darah,biasanya meliputi ayah,ibu,dan anak.Keluarga merupakan kelompok sosial yang pertama dalam kehidupan manusia,tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya (W.A Gerungan,200:194).Keluarga merupaka pranata sosial yang sangat penting bagi kehidupan sosial dalam masyarakat. Seseorang individu paling banyak menghabiskan waktu dalam keluarga dibandingkan tempat yang lainnya.Keluarga merupakan wadah dimana sejak dini seorang individu dikondisikan dan dipersiapkan untuk kelak dapat melakukan peran-perannya dalam kehidupan masyarakat luas.

Dalam sistem sosial, kedudukan keluarga sebagai intistusi elementer dalam masyarakat. Kedudukan tersebut terlihat dari beberapa indikator yang pertama, keluarga merupakan institusi sosial dasar yang universal, menjadi lembaga sosial pertama yang dibutuhkan bagi pembentukan kepribadian individu, kedua keluarga menjadi pusat penting bagi keberfungsian institusosial lain dalam masyarakat, ketiga keluarga sebagai elemen sosial paling penting dan prima bagi anggotanya, selain karena ikatan emosional yang intim dan interaksi yang intensif. Keempat, keluarga merupakan

(23)

system yang terkait secara fungsional dengan elemen lain dan fondasi sosial bagi terbentuknya masyarakat berada (Samsudin,2016:3).

Dalam keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak terdapat hubungan timbal balik dari masing-masing anggota keluarga tersebut.Dalam keluarga juga diatur hubungan antara anggota keluarga, sehingga tiap anggota mempunyai peran dan fungsi yang jelas.Contohnya fungsi dari peran sebagai seorang ayah yaitu bertanggung jawab memberi nafkah pada anggota keluarga.Ibu sebagai pengatur, pengurus, dan pendidik anak-anak.Sedangkan anak harus membantu kedua orangtuanya.

Penggunaan Smartphone di kalangan keluarga bisa mempengaruhi keseluruhan interaksi sosial dalam keluarga. Interaksi yang biasanya dilakukan antara orang tua pada anaknya sebagai bentuk pengasuhan dan komunikasi untuk menciptakan kekuhuan keluarga akan terganggu, hal tersebut dikarenakan keluarga merupakan kesatuan sistem yang utuh, bila salah satu anggota keluarga mengalami kesulitan dalam melakukan interaksi secara langsung, hal tersebut membuat keluarga secara sadar atau tidak akan mengurangi atau melakukan perubahan dalam pola interaksi sosialnya.

Interaksi yang pada awalnya dilakukan secara langsung (tatap muka juga kini mulai digantikan menjadi interaksi dengan smartphone. Perubahan dalam pola interaksi sosial dan keluarga tersebut menghasilkan pola sikap yang menjadi lebih individualis. Sebab perubahan interaksi langsung menjadi interaksi yang lebih sering dilakukan dengan smartphone memiliki perbedaan.Bentuk interaksi sosial dalam keluarga yang dipengaruhi oleh smartphone dapat mengubah fungsi dari keluarga itu sendiri. Perilaku antar orangtua, atau orangtua kepada anak dalam pengasuhannya tidak terjalin

(24)

secara utuh, komunikasi, kedekatan, dukungan maupun keterlibatan orangtua tidak lagi dirasakan atau dilakukan dengan maksimal.

Smartphone yang pada awalnya diperuntukkan sebagai alat berkomunikasi, lambat laun berkembang fungsinya sebagai alat hiburan.Kehadiran smartphone pada kebanyakan rumah tangga telah mengubah pola interaksi keluarga.Aplikasi yang ada didalam smartphone membuat orang asyik dengan kehidupannya sendiri.Semakin banyak orang yang menghabiskan waktunya sendirian dengan smartphone.Hal ini lah yang dapat membuat masalah didalam keluarga seperti masalah yang dihadapi oleh orangtua dalam keluarga pengguna smartphone yaitu kesulitan berkomunikasi dengan anak, merasa anak sulit diarahkan, dan sulit memahami anak.Begitu pula masalah yang dihadapi oleh anak kepada orangtuanya, yaitu orang tua jarang meluangkan waktu dengan anak, orangtua asyik dengan smartphonenya dan anak sulit berkomunikasi dengan orangtua.

Jika disetiap anggota keluarga menggunakan smartphone yang berlebihan atau sudah tidak terkontrol lagi maka bisa jadi fungsi dan tugas dari suatu keluarga tidak berjalan dengan semulanya. Yang seharusnya seorang ayah bertanggung jawab mencari atau memberi nafkah malah menyibukkan diri dengan smartphone nya, sehingga tugasnya diabaikan. Seorang ibu yang seharusnya mengatur atau mengurus suami dan juga anaknya malah menjadi asik dengan smartphonenya sehingga tugasnya sebagai seorang ibu juga diabaikan, kemudian beralih dengan anak yang seharusnya membantu orangtua nya sudah menjadi malas karena mengasyikkan diri dengan smartphonenya.Sehingga dari hal ini membuat

(25)

adanya jarak sosial disetiap anggota keluarga karena adanya pihak ketiga (smartphone)

Dari hasil observasi awal yang saya lakukan, beberapa anggota keluarga di kelurahan palattae kecamatan kahu kabupaten bone menggunakan smartphone secara berlebihan atau durasi yang digunakan terlalu lama sehingga menjadikan interaksi yang terjadi secara langsung berkurang. Serta menjadikan fungsi dan tugas dari suatu keluarga tidak berjalan dengan semulanya. Seperti seorang ayah yang bertanggung jawab mencari atau memberi nafkah malah menyibukkan diri dengan smartphone nya, sehingga tugasnya diabaikan. Seorang ibu yang seharusnya mengatur atau mengurus suami dan juga anaknya malah menjadi asik dengan smartphonenya sehingga tugasnya sebagai seorang ibu juga diabaikan. Sehingga hal ini menyebabkan kurangnya kontrol orangtua terhadap anaknya. Begitupula dengan seorang anak yang seharusnya membantu orangtua nya sudah menjadi malas karena mengasyikkan diri dengan smartphonenya.

Penelitian ini bukanlah satu-satunya penelitian, sebelumnya ada beberapa penelitian yang mengkaji tentang smartphone. Peneliti mengambil empat penelitian terdahulu yang relevan. Yang pertama dari Lestari, Inda Riana, Agus wahyudi, (2015) dalam penelitiannya “Pengaruh Gadget Pada Interaksi Sosial Dalam Keluarga”, penggunaan smartphone dilakukan oleh keluarga dikarenakan smarrphone dijadikan sebagai alat untuk melakukan komunikasi kepada keluarga yang jauh dan juga sebagai alat bantu dalam menyelasaikan pekerjaan sekolah, rumah tangga, dan pekerjaan kantor. Yang kedua dari Shite dan Hedriana, (2019) yang berjudul “Pemanfaatan Smartphone Pada Interaksi Remaja Dalam Keluarga Di Desa Lembak

(26)

Kecamatan Lembak Kabupaten Muara Enim” yang menyatakan dalam hasil penelitiannnya pola penggunaan smartphone di kalangan remaja dalam keluarga dimanfaatkan untuk memperoleh teman yang lebih banyak dan juga sebagai media untuk membantu pekerjaan-pekerjaan sekolah. Kemudian, yang ketiga dari A‟Limah dan Dyah Latifatullah, (2020) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Lingkungan Dan Penggunaan Smartphone Sebagai Media Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa SMA Negeri 1 Sambit Pponorogo”. Hasil penelitiannya menunjukkan dampak positif yang dihasilkan oleh penggunaan smartphone dalam media belajar mampu meningkatkan pengetahuan dari siswa, namun dampak negatifnya kurangnya interaksi terhadap lingkungan sekitarnya di akibatkan penggunaan smartphone. Yang terakhir penelitian dari Marsal Arif dan Fitri Hidayati, (2019) dalam peelitiannya yang berjudul “Pengaruh Smartphone Terhadap Pola Interaksi Sosial Pada Anak Balita Di Lingkungan Keluarga Pegawai UIN Sultan Syarif Kasim Riau”, hasil penelitiannya menunjukka dengan penggunaan smartphone membuat jarak sosial yang mengakibatkan kurangnya perhatian yang diberikann kepada anak mereka.

Berdasarkan penelitian terdahulu yang relevan, maka muncul motivasi peneliti dan telah mengkaji terkait “Smartphone dan Jarak Sosial (Studi Interaksi Sosial Antar Anggota Keluarga Di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone)”.

B. RumusanMasalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan terlebih dahulu maka adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah :

(27)

1. Bagaimana pola penggunaan smartphone setiap anggota keluarga di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone

2. Bagaimana dampak sosial pola penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial anggota keluarga diKelurahan Pallatae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone

C. Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah penelitian tersebut di atas maka adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Dapat menjelaskan pola penggunaan smartphone disetiap anggota keluarga di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone

2. Dapat menjelaskan dampak sosial pola penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial anggota keluarga di Kelurahan Palattae Kecamatan Kahu Kabupaten Bone

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap kiranya hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat semaksimal mungkin, antara lain :

1. Secara Teoritis

Sebagai referensi bagi setiap peneliti, dosen maupun masyarakat terkait penggunaan smartphone di dalam keluarga

2. Secara Praktis

Menjadi rujukan bagi masyarakat dan pemerintah dalam menangani dampak negatif penggunaan smartphone

(28)

Smartphone atau ponsel pintar merupakan salah satu kecanggihan dari teknologi. Smartphone memiliki banyak fungsi salah satunya dapat memudahkan komunikasi, menghubungkan antara individu ke individu lainnya tanpa bertemu langsung. Smartphone tentu memiliki dampak positif dan negatif namun tergantung pada orang yang menggunakannya. Dengan melihat dampak yang ditimbulkan oleh smartphone, terutama bagi pengguna smartphone dikalangan keluarga interaksi antara orang tua dan anak sangat penting, interaksi antara orang tua dan anak dibutuhkan komunikasi yang intens untuk mengendalikan dampak penggunaan smartphone bagi keluarga. Sedangkan Jarak sosial yang dimaksudkan disini adalah jarak yang terjadi antar anggota keluarga terkait penggunaan smartphone yang menyebabkan adanya dampak dari penggunaan smartphone itu sendiri, baik dampak positif ataupun dampak negatif.

(29)

13 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Konsep

1. Teknologi Komunikasi SmartPhone a. Teknologi Komunikasi

Menurut Kamus Sosial Edisi Baru, istilah Teknologi yaitu : (1) Penerapan ilmu pengetahuan; (2) Pola praktek menggunakan semua sumber daya untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu; serta (3) Semua ciri untuk mencapai tujuan organisasi. Setiap langkah kemajuan teknologi menyebabkan serangkaian perubahan yang berinteraksi dengan perubahan lainnya yang timbul dari sistem teknologi secara keseluruhan. Menurut Gouzali Sayda.

Menurut Gouzali Saydam (2005), teknologi komunikasi pada hakikatnya adalah penyaluran informasi dari satu tempat ke tempat lain melalui perangkat telekomunikasi (kawat, radio atau perangkat elektromagnetik lainnya). Informasi tersebut dapat berbentuk suara (telepon), tulisan dan gambar (telegraf), data (komputer), dan sebagainya. Sedangkan Shiroth dan Amin (1998) mengemukakan teknologi komunikasi merupakan teknologi yang cepat berkembang, seiring dengan berkembangnya industri elektronika dan komputer. Trend teknologi ini semakin kearah teknologi wireless (tanpa kabel).

(30)

Bentuk-bentuk teknologi komunikasi menurut Kadir dan Triwahyuni (2003) mencangkup telepon, radio, dan televisi.Sedangkan dalam buku Human Communication (Tubbs dan Moss, 2001), bentuk-bentuk teknologi komunikasi ditampilkan dalam tingkat antar personal, kelompok, organisasional, dan publik.Pada tingkat antar personal yaitu telepon, telepon genggam (handphone), surat elektronik, dan voicegram. Pada tingkat kelompok yaitu konferensi telepon, telekomunikasi komputer, dan surat elektronik. Pada tingkat organisasional yaitu interkom, konferensi telepon, surat elektronik, manajemen dengan bantuan komputer, sistem informasi, dan faksimili. Sedangkan pada tingkat publik yaitu televisi, radio, film, videotape, vidoedisc, TV kabel, TV satelit langsung, video dengan teks, teleteks, dan sistem informasi digital.

Pada saat ini telepon merupakan alat komunikasi yang banyak ditemukan dalam dunia bisnis.Bahkan setiap hari sekitar lebih dari 500 juta panggilan telepon dilakukan diseluruh dunia (Morey, 2004). Menurut Gouzali Saydam (2005), istilah telepon pada awalnya merupakan suara dari jarak jauh. Selain itu keberadaan telepon itu sendiri dibagi menjadi dua, yaitu telepon biasa (fix telephone) dan telepon bergerak.

b. Perkembangan Smartphone

Smartphone atau bisa juga disebut Handphone (telepon genggam atau telepon seluler) merupakan telepon yang termasuk dalam sambungan telepon bergerak, dimana yang menghubungkan antar sesama smartphone

(31)

tersebut adalah gelombang-gelombang radio yang dilewatkan dari pesawat ke BTS (Base Tranceiver Station) dan MSC (Mobile Switching Center) yang bertebaran di sepanjang jalur perhubungan kemudian diteruskan ke pesawat yang dipanggil (Gouzali Saydam, 2005). Smartphone merupakan bentuk yang dianggap paling fenomenal dan juga unik. Dalam pemakaian smartphone, besarnya tagihan bergantung pada lama waktu percakapan serta jarak atau zona jangkau (SLJJ) percakapan yang telah dilakukan dalam percakapan. Terdapat tiga hal penting mengenai biaya yang dikeluarkan bagi pelanggan smartphone, yaitu biaya airtime, biaya bulanan dan biaya pulsa atau pemakaian (Kadir dan Triwahyuni, 2003).

Semakin maraknya penggunaan smartphone saat ini, muncul ide untuk menciptakan ketergantungan pemilik smartphone tersebut pada kartu telepon prabayar (voucher). Perkembangan produk kartu prabayar dalam waktu yang singkat dapat menyaingi penggunaan sistem abonemen (pascabayar). Salah satu yang paling menarik pada prabayar adalah layanan transfer pulsa. Layanan ini. menyediakan solusi bagi para pengguna prabayar yang membutuhkan pulsa dalam waktu cepat atau berada dalam keadaan darurat serta kesulitan mencari pulsa isi ulang. Sekarang ini terdapat beberapa orang yang menggunakan 2 (dua) smartphone, dimana yang satu pada umumnya merupakan smartphone CDMA.Kartu-kartu CDMA ini antara lain StarOne, Esia,Flexi dan Fren. Para pemakai smartphone yang menggunakan kartu prabayar biasanya digolongkan pada konsumen „konsumen kelas dua‟, sedangkan „konsumen

(32)

kelas satu‟ di mata operator penyelenggara smartphone adalah mereka yang menjadi pelanggan tetap jaringan smartphone.

c. Fasilitas Pada Smartphone

Disamping berfungsi sebagai alat komunikasi yang personal, smartphone juga berpotensi sebagai sarana bisnis yang efektif. Smartphone sangat bervariasi tergantung pada modelnya, yang seiring dengan perkembangan teknologi mempunyai fungsi-fungsi antara lain (Fiati, 2005) :

1.Penyimpan informasi

2.Pembuat daftar pekerjaan atau perencanaan kerja 3.Reminder (pengingat waktu) atau appointment 4.Alat perhitungan (kalkulator)

5.Pengiriman atau penerimaan e-mail 6.Permainan (games)

7.Integrasi ke peralatan lain seperti PDA, MP3 8.Chatting dan Browsing internet

9.Video

Mengenai fitur-fitur lain dalam smartphone terdapat beberapa macam, antara lain : profile, voice mail, caller ID, memory, numeric paging dan text messaging (SMS)/multimedia messaging (MMS), tones, locking/unlocking, call waiting, call forwarding, three-way calling, calling history, one-touch emergency dialing dan lain-lain.

(33)

Diantara sekian banyak fitur tersebut, mungkin yang paling menarik untuk dibahas adalah SMS, MMS dan kamera. SMS (Short message service) adalah layanan langsung dalam dua arah yang mampu mengirimkan pesan singkat 160 karakter yang bisa disimpan dan direkam oleh pengelola smartphone. Selain itu SMS juga dapat digunakan dalam mode cell broadcast guna mengirim berita-berita terbaru dan pemberitahuan penting penting lain yang bersifat massal (Fiati, 2005). Sedangkan MMS (multimedia message service) disebut juga sebagai sms multimedia, yang memiliki daya angkut data yang besar. MMS memberikan layanan pengiriman berbasis teks menuju pesan multimedia (gambar, suara, video) dan dapat juga memberikan layanan berupa gambar diam berupa kartu, peta, kartu nama, layer saver (untuk PC).

Fitur lainnya yang saat ini sedang gencarnya ditonjolkan oleh smartphone yaitu kamera, mulai dari jenis kamera opsional atau terpisah hingga kamera yang builtin yang sudah menyatu dengan smartphonenya. Mengenai kecanggihan teknologi, smartphone juga memiliki beberapa keunggulan seperti adanya teknologi Infrared dan Bluetooth. Bluetooth merupakan teknologi nirkabel yang dapat menyambungkan beberapa perangkat melalui gelombang radio berfrekuensi rendah (daya jangkau maksimal 50 meter) tanpa dihubungkan dengan kabel.Sedangkan pada infrared kedua perangkat harus dibuat berhadapan (Fiati, 2005). Mengenai media hiburan, MP3 pada smartphone sudah menggunakan teknologi yang lebih canggih lagi saat ini.Telah dibuat suatu pengembangan yang lebih

(34)

lanjut, dinamakan MP3 Surround. MP3 Surround atau bisa disebut suara keliling ini pada dasarnya akan memberikan ilusi suara pada pendengarnya seolah-olah berada dalam sebuah lingkungan tertentu. Selain itu, teknologi pada smartphone yang paling terbaru saat ini yaitu menyaksikan televisi melalui layar smartphone tersebut. Smartphone seperti ini termasuk dalam smartphone generasi ketiga, atau disebut dengan 3G.

d. Dampak Penggunaan Smartphone

Menurut Badwilan (2004), penggunaan smartphone dapat membawa dampak-dampak tertentu. Dampak-dampak tersebut dibagi pada aspek psikologis, sosial, keuangan dan kesehatan atau keselamatan jiwa seseorang. Tetapi yang akan dijelaskan disini adalah pada aspek psikologis dan sosial (Badwilan, 2004) :

1. Aspek Psikologis Banyaknya pesan melalui SMS yang berisi ajakan-ajakan bersifat rasisme dapat mempengaruhi kondisi psikologis seseorang. Contohnya yang marak ditemukan adalah pesan yang berisi pemboikotan barang produksi Amerika. Selain itu juga terdapat peredaran pesan teks, gambar, maupun video yang bersifat pornografi. Mudahnya akses keluar-masuk pesan tersebut melalui smartphone membawa dampak negatif, terutama untuk generasi muda sekarang ini. 2. Aspek Sosial Salah satu hal yang sering terjadi adalah tindakan seseorang yang membiarkan smartphone miliknya tetap dalam keadaan hidup atau aktif sehingga mengeluarkan bunyi yang nyaring. Hal ini jelas mengganggu konsentrasi serta mengejutkan orang-orang

(35)

disekitarnya. Seperti ketika sedang rapat bisnis, di rumah sakit, sedang di tempat-tempat ibadah, dan lain-lain. Selain itu penggunaan smartphone sebagai media komunikasi tidak langsung dapat menurunkan kualitas dan kuantitas dari komunikasi secara langsung (tatap muka). Sering terjadi kesalah pahaman dalam pemaknaan pesan melalui komunikasi secara tidak langsung.

2. Konsep jarak sosial

Konsep jarak sosial menurut Edward T. Hall dalam (Suanarto:2004) merupakan suatu jarak orang berinteraksi antara satu dengan yang lain, dapat berbicara tetapi tidak saling menyentuh. Jarak sosial lebih menekankan pada pengukuran dekat-jauhnya suasana psikologis antara satu individu yang diklasifikasikan ke dalam sebuah kelompok tertentu dengan individu-individu kelompok yang lain. Pada hakikatnya, teori sosial memandang sebuah pertikaian sebagai gejala yang tidak mungkin dihindari dalam bermasyarakat. Teori jarak sosial dikembangkan oleh Bogardus dalam praktik penelitian. Bogardus mengembangkan konsep ini ke dalam social distance, yaitu sebuah skala untuk mengukur bagaimana tingkat kedekatan atau jarak yang dirasakan orang-orang yang berbeda etnik atau ras. Skala jarak sosial bogardus tidak hanya digunakan untuk mengukur hubungan antar etnik atau antar ras, tetapi juga dikembangkan untuk mengetahui interaksi dalam sebuah keluarga, organisasi, politik dan lain-lain

.

(36)

Menurut Doob dalam (liliweri: 2005:213) Jarak sosial adalah perasaan tertentu yang memisahkan individu atau kelompok dari kelompok lain dengan suatu tingkat penerimaan tertentu terhadap atribut-atribut yang melekat pada kelompok lain. Semakin sempit jarak sosial seorang komunikator dari suatu etnik tertentu dengan komunikan dari etnik lain, maka komunikasi yang terjalin di antara mereka semakin efektif. Sebaliknya, apabila semakin lebar jarak sosial yang terjadi antara komunikator suatu etnik dengan seorang komunikan dari lain etnik maka komunikasi yang terjalin tidak efektif. Jarak sosial dapat dilihat dari perilaku seseorang yang menjauhi kelompok lain, perilaku berteman dan bergaul hanya dengan anggota kelompok mereka sendiri. Jarak sosial merupakan orang yang berinteraksi masih dapat berbicara secara wajar tetapi tidak saling menyentuh. Interaksi dalam sebuah rapat termasuk dalam jarak sosial. Dalam masyarakat yang heterogen, kemungkinan besar jarak sosial terjadi karena terdapat beragam kelompok yang memiliki kepentingan dan fungsi yang berbeda. Jarak sosial dipengaruhi oleh beberapa factor, di antaranya kelompok primer. Kelompok primer dalam jarak sosial merupakan suatu hubungan anggotanya saling mengenal serta adanya kerjasama yang erat.

Jarak sosial mendeskripsikan jarak antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan bukan merupakan jarak (lokasi). Jarak sosial (social distance) memiliki arti jarak sosial yang menekankan makna “sosial” menjadi “status sosial individu” misalnya antara kalangan ekonomi kelas atas dan bawah atau persahabatan antara dua orang. Salah satu yang mempengaruhi social

(37)

distance ialah kepercayaan. Misal Jika kedua individu bersahabat maka mereka saling memiliki kepercayaan yang tinggi.

Dalam sosiologi sastra, jarak sosial memiliki beberapa pendekatan sebagai berikut.

a. Jarak sosial afektif: salah satu pendekatan jarak sosial yang berfokus pada afektivitas. Menurut pendekatan ini, jarak sosial berkaitan dengan afektivitas jarak, yaitu seberapa bersimpati anggota sebuah kelompok terhadap kelompok lain. Emory Bogardus, pencipta "Skala jarak sosial Bogardus" membuat teori skalanya berdasarkan konsep jarak sosial subjektif-afektif. “Jarak sosial mempelajari reaksi perasaan seseorang terhadap orang lain maupun terhadap kelompok lain."

b. Jarak sosial normatif : pendekatan kedua ini menitik beratkan jarak sosial sebagai pandangan normatif. Jarak sosial normatif mengacu pada penerimaan kesepakatan bersama dan pernyataan tentang norma-norma yang menganggap seseorang sebagai "orang dalam" atau merupakan "orang luar/asing." Norma-norma tersebut, dengan kata lain, menentukan perbedaan antara "kita" dan "mereka" Oleh karena itu, jarak sosial normatif berbeda dari jarak sosial afektif. Contoh dari konsep ini dapat ditemukan di beberapa karya dari para sosiolog seperti Georg Simmel, Emile Durkheim dan Robert Park.

c. Jarak sosial interaktif: pendekatan yang ketiga berpendapat bahwa jarak sosial berfokus pada frekuensi dan intensitas interaksi antara dua kelompok, mengklaim bahwa semakin banyak anggota dari dua kelompok berinteraksi, maka mereka akan semakin dekat secara sosial. Konsep ini mirip dengan

(38)

pendekatan teori sosiologi jaringan, bahwa frekuensi interaksi antara dua pihak digunakan sebagai ukuran dari "kekuatan" dari ikatan sosial di antara mereka.

Ketiga pendekatan tersebut dapat dipandang sebagai kemungkinan dimensi dari konsep jarak sosial yang tidak saling tumpang tindih satu sama lain. Anggota dari dua kelompok yang berbeda mungkin cukup sering berinteraksi satu sama lain, namun tidak selalu berarti bahwa mereka akan merasa "dekat" dengan satu sama lain. Secara normatif mereka akan menganggap satu sama lain sebagai anggota kelompok yang sama. Dengan kata lain, jarak sosial dari dimensi interaktif, normatif dan afektif tidak selalu terkait secara linear. Jarak sosial juga diinterpretasikan dengan lain oleh seorang antropologis dan peneliti lintas budaya bernama Edward T. Hall, yang menggambarkan jarak psikologis seperti binatang yang dapat merasa cemas apabila berjarak jauh dari kawanannya. Fenomena ini berlaku pada bayi dan balita yang berjalan atau merangkak menjauh dari orangtuanya atau pengasuhnya kemudian merasa cemas dan sesaat kemudian akan kembali lagi ke zona amannya. Jarak sosial yang dimiliki bayi sangatlah sederhana.

3. Perspektif Sosiologi Tentang Interaksi Sosial a. Pengertian Interaksi Sosial (Gillin dan Gillin)

Interaksi sosial menurut gillin dan gillin (Soekanto,2006) merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang-perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia. Apabila dua orang bertemu,

(39)

interaksi sosial dimulai pada saat itu. Mereka saling menegur, bejabat tangan, saling berbicara atau bahkan mungkin berkelahi. Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk-bentuk interaksi sosial. Walaupun orang-orang yang bertemu muka tersebut tidak saling berbicara atau tidak saling menukar tanda-tanda, interaksi sosial terlah terjadi, karena masing-masing sadar akan adanya pihak lain yang menyebabkan perubahan-perubahan dalam perasaan maupun syaraf orang-orang yang bersangkutan, yang disebabkan oleh misalnya bau keringat, minyak wangi, suara berjalan, dan sebagainya. Semuanya itu menimbulkan kesan di dalam pikiran seseorang, yang kemudian menentukan tindakan apa yang akan dilakukannya.

b. Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk interaksi sosial menurut gillin dan gillin ada dua yaitu : 1. Proses yang asosiatif (akomodasi, asimilasi, dan akulturasi)

a. Akomodasi merupakan suatu pengertian yang digunakan oleh para sosiolog untuk menggambarkan suatu proses dalam hubungan-hubungan sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi (adaptation) yang dipergunakan oleh ahli biologi untuk menunjuk pada suatu proses di mana makhluk-makhluk hidup menyesuaikan dirinya dengan alam sekitarnya. b. Asimilasi merupakan proses sosial dalam taraf lanjut. Ia ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok-kelompok manusia dan juga meliputi usaha-usaha untuk mempertinggi kesatuan tindak, sikap dan

(40)

proses-proses mental dengan menperhatikan kepentingan-kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.

c. Akulturasi merupakan proses dimana masyarakat- masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada percampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.

2. Proses Yang Disosiatif (persaingan, pertentangan)

a. Persaingan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok-keompok manusia yang bersaing mencari keuntungan mealui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum (baik perseorangan maupun kelompok manusia) dengan cara menarik perhatian public atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

b. Pertentangan yang dimaksudkan adalah pribadi maupun kelompok yang menyadari adanya perbedaan-perbedaan misalnya dalam ciri-ciri badaniyah, emosi, unsur-unsur kebudayaan, pola-pola perilaku, dan seterusnya dengan pihak lain. Ciri tersebut dapat mempertajam perbedaan yang ada hingga menjadi suatu pertentangan atau pertikaian.

(41)

C. Kerangka fikir Kelurahan Palattae Anggota Keluarga Pengguna Smartphone Dampak Penggunaan Smartphone Pola Penggunaan Smartphone

Penggunaan smartphone oleh anggota keluarga kelurahan palattae kecamatan kahu kabupaten bone memakan durasi yang cukup panjang dalam kesehariannya

Dampak positif : Sebagai alat komunikasi saat berjauhan Dampak negatif : Terjadinya jarak sosial yang mengurangi interaksi secara langsung

(42)
(43)
(44)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologi untuk mendapatkan data secara mudah sebagaimana dalam creswell (1998) , penelitian kualitatif adalah sebagai gambaran kompleks, meneliti kata kata laporan terinci dari pandangan responden dan melakukan studi pada situasi yang alami.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian‟

Lokasi dan waktu penelitian dilaksanakan di kelurahan palattae kecamatan kahu kabupaten bone. Penelitian ini berlangsung selama kurang lebih dua bulan.

C. Fokus Penelitian

Fokus dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan masalah yaitu, pola penggunaan smartphone antar keluarga di kelurahan palattae kecamatan kahu kabupaten bone dan dampak penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial antar keluarga dikelurahan palattae kecamatan kahu kabupaten bone

D. Informan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menggunakan teknik snowball sampling. Menurut sugiyono (2014) snowball sampling merupakan teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Peneliti memilih snowball sampling karena dalam penentuan sampel, peneliti

(45)

pertama-tama hanya menentukan satu atau dua orang saja tetapi karena data yang didapat dirasa belum lengkap maka peneliti mencari orang lain yang untuk melengkapi. Adapun informan yang di maksud adalah :

1) Informan kunci adalah ayah (kepala keluarga) berjumlah tiga orang dari tiga keluarga.

2) Informan tambahan yaitu Ibu (3 orang) dan Anak (3 orang) yang terdiri dari tiga keluarga

E. Jenis dan Sumber Data

Adapun sumber data yang dikumpulkan peneliti adalah, sebagai berikut: 1. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini ialah ayah (kepala keluarga) yang peneliti anggap lebih faham terkait fokus penelitian

2. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini ialah ibu dan anak yang peneliti anggap mampu memberikan informasi tambahan terkait fokus penelitian

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menggali data di lapangan. Fungsi instrumen penelitian adalah untuk memperoleh data yang diperlukan ketika peneliti menginjak pada langkah pengumpulan informasi di lapangan. Adapun instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(46)

1. Peneliti sebagai pengamat penuh dan statusnya diketahui oleh informan. Peneliti sebagai instrumen dapat berhubungan langsung dengan responden dan mampu memahami serta menilai berbagai bentuk interaksi di lapangan. 2. Pedoman wawancara, yaitu lembar acuan yang berisi pertanyaan-pertanyaan yang dirancang oleh peneliti untuk mengetahui bagaimana pola penggunaan smartphone setiap anggota keluarga dan bagaimana dampak sosial pola penggunaan smartphone terhadap interaksi sosial di kelurahan palattae kecamatan kahu kabupaten bone (terlampir)

3. Pedoman observasi, yaitu lembar acuan yang berisi kegiatan-kegiatan yang diamati di lapangan. (terlampir)

4. Dokumen yang ditelaah (terlampir)

5. Buku catatan dan alat tulis, digunakan untuk mencatat semua percakapan yang diperoleh dari sumber data.

6. Kamera dan Recorder. Kamera digunakan untuk mengumpulkan dokumentasi setiap kegiatan, sedangkan recorder digunakan untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan dengan informan, karena ditakutkan data yang dicatat kurang akurat sehingga rekaman dapat digunakan sebagai penyempurna.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan teknik atau cara-cara yang dilakukan periset untuk mendapatkan data yang mendukung penelitiannya.

(47)

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi ditempat penelitian selama kurang lebih satu bulan. Di minggu pertama peneliti mengamati situasi atau kondisi tempat penelitian. Di minggu kedua peneliti mulai mendatangi rumah warga untuk mengakrabkan diri dengan mengajak ngobrol agar lebih dekat, sehingga ketika peneliti melakukan wawancara, informan tidak ragu atau tidak kaku dan lebih terbuka. Di minggu ketiga, peneliti mulai mengamati kegiatan-kegiatan informan ketika menggunakan smartphone, cara berinteraksi sesama angggota keluarga, durasi penggunaan smartphone serta peneliti juga mengamati bahasa tubuh informan ketika menjawab pertanyaan.

2. Wawancara.

Dalam wawancara, yang pertama peneliti meminta keterangannya yaitu ayah yang sebagai kepala keluarga, kemudian informan selanjutnya adalah ibu, lalu anak sebagai informan tambahan. Selama wawancara peneliti memegang selembar kertas yang berisi pedoman wawancara, dan buku lainnya serta pulpen untuk mencatat hal-hal penting apa yang peneliti simak, dan peneliti menggunakan hp untuk merekam suara informan.

3. Dokumentasi.

Menurut Sugiyono (2015: 329) dokumentasi adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan

(48)

yang dapat mendukung penelitian. Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data kemudian ditelaah.

H. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan data. Metode analisis data yang digunakan peneliti adalah analisis kualitatif. Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Milles dan Huberman mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Karakteristik penelitian kualitatif menurut Lexi J Moleong adalah deskripsi yang dikumpulkan berupa kata-kata gambaran bukan berupa angka-angka.

Data yang diperoleh di lapangan kemudian diolah secara kualitatif dengan melalui tiga tahap reduksi data, yaitu:

1. Reduksi data

Peneliti merangkum data dari hasil observasi dan wawancara dan memilih hal-hal pokok, yang peneliti anggap penting agar data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas sehingga mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

(49)

2. Penyajian data

Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya yang peneliti lakukan adalah penyajian data. Sehingga melalui penyajian data ini maka data dapat terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan,agar semakin mudah dipahami.

3. Penarikan kesimpulan

Setelah melakukan penyajian data, langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan, hal ini dilakukan secara konduktif, kesimpulan yang diambil kemudian diverifikasi dengan jalan meninjau ulang catatan lapangan dan mendiskusikannya guna mendapatkan kesepakatan intersubjektif, hingga dapat diperoleh kesimpulan yang kokoh.

I. Teknik Keabsahan Data

Sugiyono (2012:369-371), dalam penelitian ini, teknik keabsahan data yang digunakan adalah triangulasi (peer debriefing). Triangulasi dalam pemeriksaan keabsahan data diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Trianggulasi merupakan teknik yang digunakan untuk menguji kepercayaan data (memeriksa keabsahan data atau verifikasi data) atau istilah lain dikenal dengan trustworthhinnes, yang digunakan untuk keperluan mengadakan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data yang telah dikumpulkan.

a. Trianggulasi Sumber

Untuk menguji kreadibilitas data, peneliti mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber, agar apabila data yang diterima dari

(50)

satu sumber adalah meragukan, maka peneliti harus mengecek kembali ke sumber lain, tetapi sumber data tersebut harus setara sederajatnya. Kemudian peneliti menganalisis data tersebut sehingga menghasilkan suatu kesimpulan dan dimintakan kesempatan dengan sumber-sumber data tersebut.

b. Trianggulasi Teknik

Peneliti menguji kredibilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data hasil lapangan kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu yang awalnya menggunakan teknik observasi, maka dilakukan lagi teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara kepada sumber data yang sama dan juga melakukan teknik dokumentasi.

c. Trianggulasi Waktu

Peneliti melakukan pengujian data yang telah dikumpulkan dengan memverifikasi kembali data melalui informan yang sama pada waktu yang berbeda.

(51)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Deskripsi Umum Kabupaten Bone Sebagai Daerah Penelitian 1. Sejarah Kabupaten Bone

Kabupaten Bone adalah salah satu daerah otonom di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di kota Watampone dengan luas wilayah Kabupaten Bone sekitar 4.559 km2 persegi, rata-rata tingkat kepadatan penduduk Kabupaten Bone adalah 162 jiwa per km2.

Kabupaten Bone sebagai salah satu daerah yang berada di pesisir timur Sulawesi Selatan memiliki posisi strategis dalam perdagangan barang dan jasa di kawasan Timur Indonesia yang secara administrative terdiri dari 27 kecamatan, 328 desa dan 44 kelurahan. Kabupaten ini terletak 174 km kea rah timur Kota Makassar, berada pada posisi 4ᵒ13‟- 5ᵒ6 LS dan antara 119ᵒ42‟ - 120ᵒ30 BT. Luas wilayah Kabupaten Bone 4.559 km² dengan rincian lahan berikut

1) Persawahaan: 88.449 Ha 2) Tegalan/Ladang: 120.524 3) Tambak/Empang: 11.148 Ha

4) Perkebunan Negara/Swasta: 43.052,97 5) Hutan: 145.052,97 Ha

6) Padang rumput dan lainnya: 10.503,48 Ha

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kabupaten Bone, Jumlah penduduk Kabupaten Bone adalah 738.515 jiwa, terdiri atas 352.081 laki-laki dan

(52)

386.434 perempuan. Dengan luas wilayah Kabupaten sekitar 4559 km² persegi, rata-rata tingkat penduduk kabupaten Bone 162 jiwa/km.

Kerajaan Tanah Bone dahulu terbentuk pada awal abad ke- IV atau pada tahun 1330, namun sebelum Kerajaan Bone terbentuk sudah ada kelompok-kelompok dan pimpinannya digelar mata silompo-e kalula dengan datangnya la ubbi yang digelar to manurung (manurungge ri matajang) atau mata silompo-e. Maka terjadilah penggabungan kelompok-kelompok tersebut termasuk Cina, Barebbo, Awangpone dan Palakka. Pada saat pengangkatan to manurungmata silompo- e menjadi Raja Bone, terjadilah kontrak pemerintahan berupa sumpah setia antara rakyat Bone dalam hal ini diwakili oleh penguasa Cina dengan 10 manurung, sebagai tanda serta lambang kesetiaan kepada Rajanya sekaligus merupakan pencerminan corak pemerintahan Kerajaan Bone diawal berdirinya.

Di samping penyerahan diri kepada Sang Raja juga terpatri pengharapan rakyat agar supaya menjadi kewajiban Raja untuk menciptakan keamanan, kemakmuran, serta terjaminnya penegakan hukum dan keadilan bagi rakyat. Adapun teks sumpah yang diucapkan oleh penguasa Cina mewakili rakyat Bone berbunyi sebagai berikut: ”Angikko kuraukkaju riyaaomi’ri riyakkeng kutappalireng elomu elo rikkeng adammukkuwa mattampako kilao maliko kisawe. millauko ki abbere. mudongirikeng temma tippang. muamppipirikkeng temmakere musalimurikeng” temmadinging. terjemahan: “Engkau angin dan kami daun kayu, kemana berhembus kesitu kami menurut kemauan dan kata-katamu yang jadi dan berlaku atas kami, apabila engkau mengundang kami menyambut dan apabila engkau meminta kami memberi, walaupun anak istri kami jika tuan tidak

(53)

senangi kamipun tidak menyenanginya, tetapi engkau menjaga kami agar tentram, engkau berlaku adil melindungi agar kami makmur dan sejatera engkau selimuti kami agar tidak kedinginan“.

Budaya masyarakat Bone demikian Tinggi mengenai sistem norma atau adat berdasarkan Lima unsur pokok masing-masing : ade’, bicara, rapang, wari danSara yang terjalin satu sama lain, sebagai satu kesatuan organis dalam pikiranmasyarakat yang memberi rasa harga diri serta martabat dari pribadi masing-masing. Kesemuanya itu terkandung dalam satu konsep yang disebut “siri” merupakan integral dari ke Lima unsur pokok tersebut diatas yakni pangadereng ( norma adat), untuk mewujudkan nilai pangadereng maka rakyat Bone memiliki sekaligus mengamalkan semangat budaya.

a. Sipakatau, artinya saling memanusiakan, menghormati atau menghargai harkat dan martabat kemanusiaan seseorang sebagai mahluk ciptaan Allah SWT tanpa membeda - bedakan, siapa saja orangnya harus patuh dan taat terhadap norma adat atau hukum yang berlaku.

b. Sipakalebbi, artinya saling memuliakan posisi dan fungsi masing-masing dalam struktur kemasyarakatan dan pemerintahan, senantiasa berprilaku yang baik sesuai dengan adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat.

c. Sipakainge, artinya saling mengingatkan satu sama lain, menghargai nasehat, pendapat orang lain, manerima saran dan kritikan positif dan siapapun atas dasar kesadaran bahwa sebagai manusia biasa tidak luput dari kekhilafan. Dengan berpegang dan berpijak pada nilai budaya tersebut diatas, maka sistem pemerintahan Kerajaan Bone adalah berdasarkan musyawarah mufakat. Hal ini

(54)

dibuktikan dimana waktu itu kedudukan ketujuh ketua kaum (matoa anang) dalam satu majelis dimana Menurunge sebagai ketuanya ketujuh kaum itu diikat dalam satu ikatan persekutuan yang disebut kawerang, artinya Ikatan Persekutuan Tana Bone. Sistem Kawerang ini berlangsung sejak ManurungE sebagai Raja Bone pertama hingga Raja Bone ke IX yaitu Lapttawe Matinroe Ri Bettung pada akhir abad ke XVI.

Pada tahun 1605 Agama Islam masuk di Kerajaan Bone dimasa pemerintahan Raja Bone ke X Latenri Tuppu Matinroe Ri Sidendreng. Pada masa itu pula sebuatan Matoa Pitu diubah menjadi ade pitu ( hadat tujuh ), sekaligus sebutan Matoa mengalami pula perubahan menjadi Arung. Arung misalnya Matua Ujung disebut Arung Ujung dan seterusnya. Demikian perjalanan panjang Kerajaan Bone, maka pada bulan Mei 1950 untuk pertama kalinya selama Kerajaan Bone terbentuk dan berdiri diawal abad ke XIV atau tahun 1330 hingga memasuki masa kemerdekaan terjadi suatu demonstrasi rakyat dikota Watampone yaitu menuntut dibubarkannya Negara Indonesia Timur, serta dihapuskannya pemerintahan Kerajaan dan menyatakan berdiri dibelakang pemerintah Republik Indonesia Beberapa hari kemudian para anggota Hadat Tujuh mengajukan permohonan berhenti.

Disusul pula beberapa tahun kemudian terjadi perubahan nama distrik atau onder distrik menjadi Kecamatan sebagaimana berlaku saat ini. Pada tanggal 6 April 1330 melalui rumusan hasil seminar yang diadakan pada tahun 1989 di Watampone dengan diperkuat Peraturan Daerah Kabupaten Dati II Bone No.1

(55)

Tahun 1990 Seri C, maka ditetapkanlah tanggal 6 April 1330 sebagai hari jadi Kabupaten Bone dan diperingati setiap tahun.

Sejarah mencatat bahwa Bone dahulu merupakan salah satu kerajaan besar

di Nusantara pada masa lalu. Kerajaan Bone dalam catatan sejarah didirikan oleh

Raja Bone ke-1 yaitu Manurunge ri Matajang pada tahun 1330 M, mencapai

puncak kejayaannya pada masa pemerintahan La Tenritatta Arung Palakka

pertengahan abad ke-17. Kebesaran kerajaan Bone tersebut dapat memberi

pelajaran dan hikmah yang bagi masyarakat Bone saat ini dalam rangka menjawab

dinamika pembangunan dan perubahan-perubahan sosial, perubahan ekonomi,

pergeseran budaya serta dalam menghadapi kecenderungan yang bersifat global.

Belajar dan mengambil hikmah dari sejarah kerajaan Bone pada masa lalu

minimal terdapat tiga hal yang bersifat mendasar untuk diaktualisasikan dan

dihidupkan kembali karena memiliki persesuaian dengan kebutuhan masyarakat

Bone dalam upaya menata kehidupan ke arah yang lebih baik. Ketiga hal yang

dimaksud adalah :

Pertama, pelajaran dan hikmah dalam bidang politik dan tata

pemerintahan. Dalam hubungannya dengan bidang ini, sistem kerajaan Bone pada

masa lalu sangat menjunjung tinggi kedaulatan rakyat atau dalam terminologi

politik modern dikenal dengan istilah demokrasi. Ini dibuktikan dengan penerapan

representasi kepentingan rakyat melalui lembaga perwakilan mereka di dalam

dewan adat yang disebut “Ade Pitue”, yaitu tujuh orang pejabat adat yang

(56)

dimusyawarahkan oleh Ade’ Pitue dan hasil keputusan musyawarah disampaikan

kepada raja untuk dilaksanakan.

Ade Pitu merupakan lembaga pembantu utama pemerintahan Kerajaan

Bone yang bertugas mengawasi dan membantu pemerintahan kerajaan Bone yang

terdiri dari 7 (tujuh) orang yaitu :

1. Arung Ujung, bertugas Mengepalai Urusan Penerangan Kerajaan Bone

2. Arung Ponceng, bertugas Mengepalai Urusan Kepolisian/Kejaksaan dan

Pemerintahan

3. Arung Ta, Bertugas Bertugas Mengepalai Urusan Pendidikan dan Urusan

Perkara Sipil

4. Arung Tibojong, Bertugas Mengepalai Urusan Perkara / Pengadilan

Landschap/ Hadat Besar dan Mengawasi Urusan Perkara Pengadilan

Distrik.

5. Arung Tanete Riattang, Bertugas Mengepalai Memegang Kas Kerajaan,

Mengatur Pajak dan Mengawasi Keuangan

6. Arung Tanete Riawang, Bertugas Mengepalai Pekerjaan Negeri

(Landsahap Werken – LW) Pajak Jalan Pengawas Opzichter.

7. Arung Macege, Bertugas Mengepalai Pemerintahan Umum Dan

Perekonomian.

Selain itu di dalam penyelanggaraan pemerintahan sangat mengedepankan

asas kemanusiaan dan musyawarah. Prinsip ini berasal dari pesan Kajaolaliddong

(57)

pemerintahan Raja Bone ke-7 Latenri Rawe Bongkangnge. Kajao lalliddong

berpesan kepada Raja bahwa terdapat empat faktor yang membesarkan kerajaan

yaitu:

1. Seuwani, Temmatinroi matanna Arung Mangkau’E mitai munrinna

gau’e(Mata Raja tak terpejam memikirkan akibat segala perbuatan).

2. Maduanna, Maccapi Arung Mangkau’E duppai ada’(Raja harus pintar

menjawab kata-kata).

3. Matellunna, Maccapi Arung MangkauE mpinru ada’(Raja harus pintar

membuat kata-kata atau jawaban).

4. Maeppa’na, Tettakalupai surona mpawa ada tongeng(Duta tidak lupa

menyampaikan kata-kata yang benar).

Pesan Kajaolaliddong ini antara lain dapat diinterpretasikan ke dalam

pemaknaan yang mendalam bagi seorang raja betapa pentingnya perasaan, pikiran

dan kehendak rakyat dipahami dan disikapi.

Kedua, yang menjadi pelajaran dan hikmah dari sejarah Bone terletak pada

pandangan yang meletakkan kerjasama dengan daerah lain, dan pendekatan

diplomasi sebagai bagian penting dari usaha membangun negeri agar menjadi

lebih baik. Urgensi terhadap pandangan seperti itu tampak jelas ketika kita

menelusuri puncak-puncak kejayaan Bone dimasa lalu. Dan sebagai bentuk

monumental dari pandangan ini di kenal dalam sejarah akan perjanjian dan ikrar

bersama kerajaan Bone, Wajo, dan Soppeng yang melahirkan Tellumpoccoe atau

Referensi

Dokumen terkait

• Access to Centres of Excellence through hub and spoke system and Tele- medicine 3 2 1 Siloam’s Integrated Healthcare Delivery Model Primary Secondary

Dependent-independent clause adalah kalimat majemuk yang terdiri dari induk kalimat sebagai independent clause (dapat berdiri sendiri) dan anak kalimat sebagai

Penelitian ini adalah penelitian lanjutan (research development). Penelitian bermula dengan melakukan telaah pada permasalahan yang akan diselesaikan kemudian melakukan

konsumen, secarn tidak langsung gaya hidup yang khas dari individu akan muncul. dalam perilaku membeli dimana hal ini ditujukan untuk

Latar belakang dari permasalahan ini adalah Bagaimana kondisi sarana dan prasarana, bagaimana sistem pembelajaran agama, apa yang mempengaruhi minat masyarakat untuk

the Little Prince means by saying that water is gladden heart. The Little Prince also tells the Aviator that on earth people do not know what. they are looking for while the

terhadap beberapa produk cookies hard dough – semi sweet dengan bahan dasar tepung. terigu dan tepung

Persen ekstraksi mangan yang terjadi sebagai fungsi waktu pada percobaan pelindian bijih mangan menggunakan molases sebagai agen pereduksinya dengan variasi persen