• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET DAN BERMASALAH DI BANK SUMUT CABANG GUNUNGSITOLI. Eliagus Telaumbanua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET DAN BERMASALAH DI BANK SUMUT CABANG GUNUNGSITOLI. Eliagus Telaumbanua"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

JAM PEMBNAS

JURNAL AKUNTANSI DAN MANAJEMEN PEMBNAS http://ejournal.stiepembnas.ac.id

e-ISSN : 2684-8694 p-ISSN : 2087-1384

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KREDIT MACET DAN

BERMASALAH DI BANK SUMUT CABANG GUNUNGSITOLI

Eliagus Telaumbanua

Email : eliagus.tel@gmail.com

Suka’aro Waruwu

Email :

sukawaruwu414@gmail.com

Abstract

In this study, researchers took a sample of 6 (six) people to be interviewed from 24 employees of Bank SUMUT Gunungsitoli Branch. Then the types of data used by researchers in this study are primary data and secondary data. Both types of data can be obtained by means of observation and. Furthermore, the data that has been obtained from the object of research, then the researcher will analyze with qualitative descriptive data analysis techniques.

Based on the theoretical indicators of the study, the authors propose the results of the analysis and discussion as follows: 1. From the results of the interview as many as 30 items of questions the author obtained information about internal

factors and external factors that affect non-performing loans at Bank SUMUT Gunungsitoli Branch. 2. For internal factors this is due to employees who are less professional in handling credit.

3. For external factors apart from customer default, non-performing loans are also caused by natural disasters and fire. 4. The solution made by the Gunungsitoli Branch of Bank SUMUT in handling non-performing loans is very good. 5. Bank SUMUT Gunungsitoli Branch is categorized as Healthy Bank as evidenced by data on credit problems not

exceeding the 10% threshold according to the provisions. Keywords: Non Performing Credit and Bank Functions

Abstrak

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil sampel sebanyak 6 (enam) orang untuk diwawancarai dari 24 orang seluruh karyawan Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli. Kemudian jenis data yang digunakan peneliti dalam penelitian ini yaitu data primer dan data sekunder. Kedua jenis data ini dapat diperoleh dengan cara observasi dan. Seterusnya, data yang sudah diperoleh dari objek penelitian, maka selanjutnya peneliti akan menganalisa dengan teknik analisa data deskriptif kualitatif.

Berdasarkan indikator teoritis dari penelitian maka penulis mengemukakan hasil analisis dan pembahasannya sebagai berikut:

1. Dari hasil wawancara sebanyak 30 item pertanyaan penulis memperoleh informasi tentang faktor internal dan faktor ekternal yang mempengaruhi kredit bermasalah di Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli.

2. Untuk faktor intenal hal ini disebabkan masalah profesionalisme dalam menangani kredit.

3. Untuk faktor eksternal selain dari faktor kelalaian nasabah kredit bermasalah juga disebabkan oleh faktor bencana alam dan juga kebakaran.

4. Solusi yang dilakukan Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli dalam menangani kredit bermasalah sudah sangat baik.

5. Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli termasuk kategori Bank Sehat dibuktikan dengan data permasalahan kredit tidak melebihi ambang batas 10% sesuai ketentuan.

(2)

PENDAHULUAN

Bank merupakan lembaga keuangan yang bekerja berdasarkan kepercayaan terhadap masyarakat, dalam kegiatan operasional Bank menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali kepada masyarakat dalam bentuk kredit . Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998 pasal 1 ayat 11 tentang perBankan menjelaskan bahwa “penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan pinjam meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga”

Hal ini menyebabkan masyarakat memerlukan bantuan untuk meningkatkan usaha berupa modal dari Bank dengan cara kredit. Secara otomatis akan terwujud adanya suatu hubungan hukum berupa perjanjian kredit dimana pihak Bank berkedudukan sebagai kreditur sedangkan para nasabahnya berkedudukan sebagai debitur. Bank merupakan salah satu sumber penyedia dana yang diantaranya dalam bentuk perkreditan bagi masyarakat atau perorangan dan badan usaha guna memenuhi kebutuhan konsumsi atau untuk meningkatkan produksi.

Penyaluran kredit berperan penting dalam perBankan karena selain menyejahterakan masyarakat, Bank juga akan mendapatkan laba yang merupakan sumber utama pendapatannya. Kredit yang diberikan oleh Bank nantinya akan menjadi sumber pendapatan karena adanya bunga atas

pinjaman kredit yang wajib dibayarkan secara rutin oleh para debitur dalam kurun waktu tertentu.

Pemberian kredit yang berjalan lancar akan mengembangkan dan meningkatkan kegiatan ekonomi suatu negara. Kedudukan Bank sangat rentan dengan adanya pemberian kredit yang di dalamnya mengandung ”Degree Of Risk” yang tidak menutup kemungkinan terjadinya suatu kredit macet (Astuti, 2009: 10).

Penelitian tentang pengaruh Non Performing Loan (NPL) terhadap kredit menghasilkan hasil yang bervariasi. Kredit bermasalah atau non performing loan dapat diartikan juga sebagai pinjaman yang mengalami kesulitan pelunasan akibat adanya faktor kesengajaan atau karena faktor eksternal di luar kemampuan debitur yang dapat diukur dari kolektibilitasnya (Kasmir, 2010:106).

Peningkatan atau penurunan NPL tersebut dapat mempengaruhi penyaluran kredit secara negatif dan signifikan. Non Performing Loan memiliki pengaruh negatif terhadap penyaluran kredit Bank karena semakin besar kredit bermasalah maka kredit yang disalurkan oleh Bank akan turun. Semakin tinggi NPL maka akan mendorong penurunan jumlah penyaluran kredit, dan begitu pula sebaliknya demikian halnya yang terjadi pada Bank Sumut Cabang Gunungsitoli.

Menurut pengamatan awal penulis pengurangan risiko kredit bermasalah dapat di upayakan dengan meneliti faktor-faktor penyebab terjadinya kredit bermasalah. Contohnya pinjaman kredit yang mengalami kemacetan karena ketidakmampuan peminjam mengembalikan pinjaman kredit sehingga kredit tidak dapat ditagih dan menimbulkan kerugian

(3)

sehingga pihak Bank harus melakukan penyitaan dan pelelangan terhadap agunan yang dijadikan jaminan oleh peminjam kredit. Menurut pengamatan penulis peningkatan kredit bermasalah ini menjadi satu landasan faktor-faktor yang mempengaruhi kredit macet dan bermasalah pada Bank Sumut Cabang Gunungsitoli.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul penelitian “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kredit Macet Dan Bermasalah Pada Bank Sumut Cabang Gunungsitoli”.

STUDI PUSTAKA

Kredit mengandung pengertian adanya suatu kepercayaan dari seseorang atau suatu badan yang diberikan kepada seseorang atau badan lainnya yaitu bahwa yang bersangkutan pada masa yang akan datang akan memenuhi segala sesuatu kewajiban yang telah diperjanjikan terlebih dahulu. Dalam pemberian kredit terdapat dua pihak yang terlibat secara langsung, yaitu pihak yang memberikan kredit (kreditur) dan pihak yang memerlukan kredit atau penerima kredit (debitur).

Menurut Kasmir (2013:81) kredit adalah yaitu “Kredit dalam bahasa sehari-hari diartikan memperoleh barang dengan membayar dengan cicilan atau angsuran dikemudian hari atau memperoleh pinjaman uang yang pembayarannya dilakukan dikemudian hari dengan cicilan atau angsuran sesuai dengan perjanjian”.

Pengertian kredit di atas ditegaskan oleh Sembiring (2014 : 149), bahwa yang dimaksud

dengan kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.”

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa kredit adalah penyerahan uang atau tagihan atau barang yang dapat menimbulkan tagihan kepada pihak lain. Dengan memberikan pinjaman ini Bank berharap akan memperoleh tambahan nilai dari pokok pinjaman yang berupa bunga sebagai pendapatan bagi Bank yang bersangkutan.

Dalam mengevaluasi kredit, Bank melakukan penilaian terhadap calon debitur dengan prinsip 5C, yaitu keyakinan Bank terhadap aspek character, capital, capacity, collateral, dan condition of economic, serta colleteral, yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Character (Watak)

Penilaian Bank atas karakter calon debitur sehingga Bank dapat menyimpulkan bahwa debitur tersebut jujur, beriktikad baik, dan tidak akan menyulitkan Bank di kemudian hari. Sebelum memberikan kredit, Bank harus mengenal terlebih dahulu calon debitur, terutama karakternya. Kajian mengenai karakter dapat dilakukan dengan cara berikut.

a. Bank checking melalui Sistem Informasi Debitur (SID) pada Bank Indonesia (BI). SID menyediakan informasi kredit yang terkait nasabah, antara lain informasi mengenai Bank pemberi kredit, nilai fasilita kredit yang telah diperoleh, kelancaran pembayaran, dan informasi lain yang terkait dengan fasilitas kredit tersebut.

(4)

b. Mengupayakan trade chacking pada supplier dan pelanggan debitur, untuk meneliti reputasi nasabah dilingkungan para stakeholders.

c. Mengupayakan informasi kepada asosisi usaha dimana calon debitur terdaftar.

2. Capacity (Kemampuan)

Penilaian Bank atas kemampuan calon debitur dalam bidang usahanya dan atu kemampuan manajemen debitur sehingga Bank yakin bahwa usaha yang akan di biayai dengan kredit tersebut dikelola oleh orang-orang yang tepat/benar. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam menilai capacity nasabah, antara lain a. Pendekatan historis, yaitu menilai kinerja

nasabah pada masa lalu (past performance); b. Pendekatan finansial, yaitu menilai

kemampuan keuangan calon debitur;

c. Pendekatan yuridis, yaitu melihat secara yuridis personel yang berwenang mewakili

calon debitur dalam melakukan

penandatanganan perjanjian kredit dengan Bank;

d. Pendekatan manajerial, yaitu menilai kemampuan nasabah melaksanakan fungsi manajemen dalam pemimpin perusahaan; e. Pendekatan teknis, yaitu menilai kemampuan

calon debitur terkait teknis produksi, seperti tenaga kerja, sumber bahan baku, peralatan, administrasi, keuangan, dan lain-lain.

3. Capital (Modal)

Penilaian Bank atas posisi keuangan calon debitur secara keseluruhan, termasuk aliran kas

debitur, baik masalalu maupun proyeksi yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan debitur dalam menunjang pembiayaan proyek atau usaha debitur yang bersangkutan. Secara umum jika modal sendiri besar, akan mendorong kesungguhan nasabah untuk menjalankan usaha dan menyelesaikan kewajibannya. Hal ini karena nasabah ikut menanggung risiko apabila usahanya mengalami kegagalan. Kecukupan modal bervariasi untuk masing-masing industri bersekala besar tentunya membutuhkan modal yang lebih besar pula.

4. Condition of Economic (Kondisi Perekonomian) Yaitu penilaian Bank atas kondisi pasar di dalam nergi maupun luar negri, baik masa lalu mauoun masa yang akan datang, sehingga dapat diketahui prospek pemasaran dari hasil usaha debitur yang dibiayai dengan kredit dari Bank. Beberapa hal yang dapat digunakan dalam melakukan analisis condiion of economy, antara lain.

a. Peraturan pemerintah pusat dan daerah;

b. Situasi politik dan perekonomian dunia serta domestik;

c. Kondisi lain yang mempengaruhi peasaran; 5. Collateral (Agunan)

Yaitu penilaian Bank terhadap agunan yang dimiliki oleh calon debitur. Agunan merupakan benda berwujud dan/atau tidak berwujud yang diserahkan hak dan kekuasaannya oleh calon debitur kepada Bank guna menjamin pelunasan utang debitur, apabila kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang diperjanjikan dalam perjanjian kredit atau addendum-nya. Agunan tersebut sangat

(5)

penting sebagai jalan terakhir untuk penyelesaian kredit, apabila debitur tidak mampu memenuhi kewajiban membayar pokok dan bunga.

Menurut Hermansyah (2013: 103) prinsip kredit penilaian dengan 7P kredit adalah sebagai berikut 1. Personality (Kepribadian)

Yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya, atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap, emosi, tingkah laku, dan tindakan nasabah dalam menghadapi sutu masalah. Personality hampir sama dengan character dari 5C.

2. Party

Yaitu mengklasifikasi nasabah kedalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas, serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas kredit yang berbeda pula dari Bank. Kredit untuk pengusaha lemah sangat berbeda dengan kredit untuk kredit pengusaha yang kuat modalnya, baik dari segi jumlah, bunga, dan persyaratan lainnya.

3. Purpose (Tujuan)

Yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam apakah untuk tujuan konsumtif, produktif, atau perdagangan. 4. Propect (Porspek Perusahaan)

Yaitu untuk menilai usaha nasabah dimasa yang akan datang apkah menguntungkan atu tidak, atau dengan kata lain mempunyai prospek atau

sebaliknya. Hal ini penting mengingat jika suatu fasilitas kredit yang dibiayi tanpa mempunyai porspek, bukan hanya Bank yang rugi, tetapi juga nasabah.

5. Payment (Pembayaran)

Merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana aja dana untuk pengembalian kredit yang diperolehnya. Semakin banyak sumber penghasilan debitur, akan semakin baik sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagimana kemampuan nasabah dalam mencari laba. Profitability diukur dari periode ke priode apakah akan tetap sama atau semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan di perolehnya dari Bank.

7. Protection

Tujuannya adalah bagaimana menjaga kredit yang dikucurkan oleh Bank, tetapi melalui suatu perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang jaminan asuransi.

Berkaitan dengan prinsip pemberian kredit diatas, pada dasarnya pembrian kredit oleh Bank kepada nasabah debitur berpedoman kepada dua prinsip, yaitu 1. Prinsip Kepercayaan

Dalam hal ini dapat dikaitkan bahwa pemberian kredit oleh Bank kepada nasabah debitur selalu didasarkan kepada kepercayaan. Bank mempunyai kepercayaan bahwa kredit yang diberikannya bermanfaat bagi nasabah debitur sesuai dengan pruntukannya, dan terutama sekali Bank percaya

(6)

nasabah debitur yang bersangkutan mampu melunasi utang kredit beserta bunga dalam jangka waktu yang telah ditentukan.

2. Prinsip Kehati-Hatian (Prudential Principle) Bank dalam menjalankan kegiatan usahanya, termasuk pemberian kredit kepada nasabah debitur harus selalu berpedoman dan menerapkan prinsip kehati-hatian. Prinsip ini antara lain diwujudkan dalam bentuk penerapan secara konsisten berdasarkan iktikad baik terhadap semua persyaratan dan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pemberian oleh Bank yang bersangkutan.

Di samping penilaian dengan 5C dan 7P, prinsip penilaian kredit dapat pula dilakukan dengan studi kelayakan, terutama untuk kredit dalam jumlah yang relatif besar. Adapun penilaian kredit dengan studi kelayakan meliputi sebagi berikut.

1. Aspek Hukum

Merupakan aspek untuk menilai keabsahan dan keaslian dokumen-dokumen atau surat-surat yang dimiliki oleh calon debitur seperti akt notaris, izin usaha atau sertifikat tanah, dan dokumen atu surat lainnya.

2. Aspek Pasar dan Pemasaran

Yaitu aspek untuk menilai porspek usaha nasabah sekarang dan masa yang akan datang. 3. Aspek Keuangan

Merupakan aspek untuk menilai kemampuan calon nasabah dalam membiayai dan mengelola usahanya. Dari aspek ini akan tergambar berapa besar biaya dan pendapatan yang akan

dikeluarkan dan diperolehnya. Penilaian aspek ini dengan menggunakan rasio-rasio keuangan.

4. Aspek Operasi/Teknis

Merupakan aspek untuk menilai tata letak ruangan, lokasi usaha, dan kapsitas produksi suatu usaha yang tercermin dari sarna dn prasarna yang dimilikinya.

5. Aspek Manajemen

Merupakan aspek untuk menilai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahan, baik dari segi kuantitas maupun segi kualitas.

6. Aspek Ekonomi/Sosial

Merupakam aspek untuk menilai dampak ekonomi dan sosial yang ditimbulkan dengan adanya suatu usaha terutama terhadap masyarakat, apakah lebih banyak benefit atau cost atau sebaliknya.

7. Aspek AMDAL

Merupakan aspek yang menilai dampak lingkungan yang akan timbul dengan adanya sutu usaha, kemudian cara-cara pencegahan terhadap dampak tersebut.

Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai tujuan tertentu. Tujuan Pemberian kredit tersebut tidak akan terlepas dari misi Bank tersebut didirikan. Adapun tujuan utama pemberian suatu kredit menurut Kasmir (2013 : 94), adalah:

1. Mencari Keuntungan

Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hasil tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh Bank sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibeBankan kepada nasabah.

(7)

Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana, baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. 3. Membantu Pemerintah

Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perBankan maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan pembangunan di berbagai sektor.

Kemudian disamping tujuan di atas suatu fasilitas kredit memiliki fungsi diantaranya adalah 1. Untuk meningkatkan daya guna uang

2. Untuk meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

3. Untuk meningkatkan daya guna barang 4. Meningkatkan peredaran uang

5. Sebagai alat stabilitas ekonomi

6. Untuk meningkatkan kegairahan usaha 7. Untuk meningkatkan pemerataan pendapatan 8. Untuk meningkatkan hubungan internasional

Kredit bermasalah adalah pemberian suatu fasilitas kredit mengandung risiko kemacetan. Akibatnya, kredit tidak dapat ditagih, sehingga menimbulkan kerugian.

Definisi kredit bermasalah menurut para ahli Mahmoeddin, (2002:2). Kredit bermasalah adalah kredit dimana debiturnya tidak dapat memenuhi persyaratan yang telah diperjanjikan sebelumnya, misalnya persyaratan mengenai pembayaran bunga, pengambilan pokok pinjaman, peningkatan margin deposit, pengikatan dan peningkatan agunan, dan sebagainya.

Mantayborbir, et al, (2002:23) suatu kredit

dikatakan bermasalah karena debitur manprestasi atau ingkar janji atau tidak menyelesaikan kewajibannya sesuai dengan perjanjian baik jumlah maupun waktu, misalnya pembayaran atas perhitungan bunga maupun utang pokok.

Joyosumarno, edisi No.47, (1994:13.). Kredit bermasalah adalah yang angsuran pokok dan bunganya tidak dapat dilunasi selama lebih dari 2 masa angsuran ditambah 21 bulan, atau penyelesaian kredit telah diserahkan kepada prengadilan atau badan urusan piutang lelang negara atau telah diajukan ganti rugi kepada perusahaan angsuransi kredit.

Menurut Iswi (2010 : 35) bahwa “Kredit bermasalah juga dapat diartikan kredit yang tergolong kredit kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet”. Kasmir, (2013:109) menguraikan bahwa dalam prateknya kemacetan suatu kredit atau kredit dianggap bermasalah disebabkan oleh 2 unsur sebagai berikut 1. Dari pihak perBankan

Artinya dalam melakukan analisisnya, pihak analisis kurang teliti, sehingga apa yang seharusnya terjadi, tidak diprediksi sebelumnya atau mungkin salah dalam melakukan perhitungan. Dapat pula terjadi akibat kolusi dari pihak analisis kredit dengan pihak debitur sehingga dalam analisisnya dilakukan secara subjektif.

2. Dari pihak nasabah

Dari pihak nasabah kemacetan kredit dapat dilakukan akibat 2 hal yaitu

a. Adanya unsur kesengajaan. Dalam hal ini nasabah sengaja untuk tidak membayar kewajibanya kepada Bank sehingga kredit yang diberikan macet. Dapat diakatan adanya unsur

(8)

kemauan untuk membayar.

b. Adanya unsur tidak sengaja. Artinya si debitur mau membayar akan tetapi tidak mampu. Contohnya kredit yang dibiayai mengalami musibah seperti kebakaran, hama, kebanjiran dan sebagainya. Sehingga kemampuan untuk membayar kredit tidak ada.

Dalam hal kredit bermasalah atau macet pihak Bank perlu melakukan penyelamatan, sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan yang dilakukan apakah dengan memberikan keringanan berupa jangka waktu atau angsuran terutama bagi kredit terkena musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar. Terhadap kredit yang mengalami kemacetan sebaiknya dilakukan penyelamatan sehingga Bank tidak mengalami kerugian.

Menurut Ismail, (2010:12) Dalam penyaluran kredit, tidak selamanya kredit yang diberikan Bank kepada debitur akan berjalan dengan lancar sesuai dengan yang diharapkan di dalam perjanjian kredit. Secara umum ada dua faktor yang menyebabkan kredit bermasalah, yaitu faktor internal Bank dan faktor eksternal Bank.

1. Faktor Intern Bank

a. Analisis kurang tepat, sehingga tidak dapat memprediksi apa yang akan terjadi dalam kurun waktu selama jangka waktu kredit. Misalnya, kredit diberikan tidak sesuai dengan kebutuhan, sehingga nasabah tidak mampu membayar angsuran yang melebihi kemampuan.

b. Adanya kolusi antara pejabat Bank yang menangani kredit dan nasabah, sehingga Bank memutuskan kredit yang tidak seharusnya diberikan. Misalnya, Bank melakukan over taksasi terhadap nilai agunan.

c. Keterbatasan pengetahuan pejabat Bank terhadap jenis usaha debitur, sehingga tidak dapat melakukan analisis dengan tepat dan akurat. d. Campur tangan terlalu besar dari pihak terkait,

misalnya komisaris, direktur Bank sehingga petugas tidak independen dalam memutuskan kredit.

e. Kelemahan dalam melakukan pembinaan dan monitoring kredit debitur; dan sebagainya. 2. Faktor Ekstern Bank

a) Unsur kesengajaan yang dilakukan oleh nasabah 1) Nasabah sengaja untuk tidak melakukan

pembayaran angsuran kepada Bank, karena nasabah tidak memiliki kemauan dalam memenuhi kewajibannya;

2) Debitur melakukan ekspansi terlalu besar, sehingga dana yang dibutuhkan terlalu besar. Hal ini akan memiliki dampak terhadap keuangan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal kerja;

3) Penyelewengan yang dilakukan nasabah dengan menggunakan dana kredit tersebut tidak sesuai dengan tujuan penggunaan (side streaming). Misalnya, dalam pengajuan kredit, disebutkan kredit untuk investasi, ternyata dalam praktiknya setelah dana kredit dicairkan, digunakan untuk modal kerja; dan sebagainya.

(9)

b) Unsur ketidaksengajaan

1) Debitur mau melaksanakan kewajiban sesuai perjanjian, akan tetapi kemampuan perusahaan sangat terbatas, sehingga tidak dapat membayar angsuran;

2) Perusahaannya tidak dapat bersaing dengan pasar, sehingga volume penjualan menurun dan perusahaan rugi;

3) Perubahan kebijakan dan peraturan pemerintah yang berdampak pada usaha debitur;

4) Bencana alam yang dapat menyebabkan kerugian debitur.

Menurut (Ismail, 2010). Baik faktor intern maupun faktor extern menimbulkan beberapa dampak jika kredit yang disalurkan oleh Bank, antara lain

1) Laba/Rugi Bank menurun Penurunan Laba tersebut diakibatkan adanya penurunan pendapatan bunga kredit.

2) Bad Debt Ratio menjadi lebih besar Rasio aktiva produktif menjadi lebih rendah.

3) Biaya pencadangan penghapusan kredit meningkat. Bank perlu membentuk pencadangan atas kredit bermasalah yang lebih besar. Biaya pencadangan penghapusan kredit akan berpengaruh pada penurunan keuntungan Bank. 4) Return On Assets (ROA) dan Return On Equity

(ROE) menurun Penurunan laba akan memiliki dampak pada penurunan Return On Assets, karena Return turun, maka ROA dan ROE akan menurun.

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian merupakan suatu proses kegiatan dalam rangka mencari, pengetahui, dengan tujuan agar menemukan ilmu pengetahuan dengan cara yang ilmiah dan tersusun secara sistematis. Menurut Sugiyono (2011:13), Penelitian kualitatif adalah penelitian yang datanya adalah data kualitatif sehingga analisisnya juga analisis kualitatif (deskriptif). Data kualitatif adalah data dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Oleh sebab itu penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif menekankan analisis proses dari proses berpikir secara induktif yang berkaitan dengan dinamika hubungan antar fenomena yang diamati,dan senantiasa

menggunakan logika ilmiah. Gunawan (2014 : 80). Populasi dalam penelitian ini adalah pegawai

Bank Sumut Cabang Gunungsitoli, yang berjumlah 24 orang sudah termasuk pegawai bagian kredit 4 (empat) orang. Karena jumlah subjeknya kurang dari 100 orang, maka dengan demikian sampel penelitian yang digunakan penulis adalah dari 24 orang pegawai Bank Sumut Cabang Gunungsitoli, maka yang diwawancarai terkait judul penelitian berjumlah 6 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Menurut Sunyoto (2016:21), mengatakan bahwa “Data primer adalah data asli yang dikumpulkan sendiri oleh peneliti untuk menjawab masalah penelitiannya, sedangkan data sekunder adalah yang bersumber dari catatan yang ada pada tempat penelitian, dan dari sumber lainnya yaitu dengan mengadakan studi kepustakaan dengan mempelajari buku-buku yang ada hubungannya dengan objek penelitian”.

Menurut Sugiyono (2013:225), menyatakan bahwa: “teknik pengumpulan data dapat dilakukan

(10)

dengan pengamatan (observation), wawancara (interview), angket (kuesioner), dokumentasi, dan gabungan keempatnya”.

Berdasarkan pendapat di atas, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, yakni

a. Wawancara (Interniewer), teknik pengumpulan data dengan wawancara tidak terstruktur bersifat luwes dan terbuka. Wawancara tidak terstruktur dalam pelaksanaannya lebih bebas dibandingkan dengan wawancara terstruktur karena dalam melakukan wawancara dilakukan secara alamiah untuk menggali ide dan gagasan informan secara terbuka dan tidak menggunakan pedoman wawancara. Sugiyono (dalam Gunawan, 2014:163).

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis interaktif. Model ini ada tiga tahapan yang harus dikerjakan dalam menganalisis data penelitian kualitatif. Langkah-langkah analisis data menurut Miles et. al. (dalam Gunawan, 2014 : 310-211), adalah sebagai berikut

1. Reduksi data (data reduction), yaitu merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dan mencari tema dan polanya.

2. Paparan data (data display), yaitu pemaparan data sebagai sekumpulan informasi tersusun, dan memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulanan pengambilan tindakan.

3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi (conclusion drawing/verifying) yaitu merupakan hasil penelitian yang menjawab fokus

penelitian berdasarkan analisis data. Simpulan disajikan dalam bentuk deskriptif objek penelitian dengan berpedoman pada kajian penelitian. Berdasarkan model analisis interaktif, kegiatan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan /verifikasi merupakan proses siklus dan interaktif.

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli beralamat di jalan Hatta No. 1, Kelurahan Pasar Kecamatan Gunungsitoli Kota Gunungsitoli., Sumatera Utara. Pada sejarahnya Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara disingkat BPDSU di didirikan di Medan pada tanggal 04 November 1961 dalam bentuk Perusahaan Daerah (PD) berdasarkan Akta Notaris Rusli Nomor 22 dengan sebutan BPDSU. Pada tahun 1962 tentang ketentuan pokok Bank pembangunan daerah dan sesuai dengan peraturan daerah tingkat 1 Sumatera Utara Nomor 5 Tahun 1965 bentuk usaha diubah menjadi Badan Usaha Milik Daerah (BUMD). Modal dasar pada saat itu sebesar 100 juta dan sahamnya dimiliki oleh daerah tingkat I Sumatera Utara dan pemerintah daerah tingkat II Sumatera Utara. Sejalan dengan program rekapitulasi bentuk hukum BPDSU tersebut harus diubah dari Perusahaan Daerah menjadi Perseroan Terbatas (PT) agar saham Pemerintah Pusat dapat masuk untuk mengembangkan dan di kemudian hari saham pihak ketiga dimungkinkan dapat masuk atas persetujuan DPRD tingkat I Sumatera Utara sehingga berdasarkan hal tersebut maka pada tahun 1999 bentuk hukum BPDSU dirubah menjadi Perseroan Terbatas dengan nama PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera

(11)

Utara atau disingkat PT Bank SUMUT yang berkedudukan dan berkantor pusat di Medan Jalan Imam Bonjol No. 18 Medan.

Perubahan tersebut dituangkan dalam akta pendirian Alina Hanum Nasution, S.H. dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Kehakiman Republik Indonesia dibawah nomor C- 8224 HT.0 1.01.99, serta diumumkan dalam berita Negara Republik Indonesia Nomor 54 tanggal 6 Juli 1999. Modal dasar pada saat itu menjadi 400 miliar rupiah yang selanjutnya dengan pertimbangan kebutuhan proyeksi pertumbuhan Bank di tahun yang sama modal dasar kembali ditingkatkan menjadi 500 miliar. Sesuai dengan akta Nomor 39, tanggal 10 Juni 2008 yang dimuat dihadapan H. Marwansyah Nasution, S.H. notaris di Medan berkaitan dengan akta penegasan Nomor 05, tanggal 10 November 2008 dan telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Surat Keputusan Nomor AHU- 87927. AH.01.02 tahun 2008 tanggal 20 November 2008 dan telah beberapa kali mengalami perubahan. Hal ini telah diumumkan dalam tambahan berita Negara Republik Indonesia Nomor 10, tanggal 3 Februari 2009, maka modal dasar ditambahkan dari 500 miliar menjadi Rp. 1 triliun anggaran dasar terakhir sesuai dengan Akta Nomor 16, tanggal 29 Oktober 2010, Akta Notaris No. 03, tanggal 6 Desember 2010 mengenai pernyataan keputusan rapat yang dibuat dihadapan Afrizal Arsyad Hakim, S.H. notaris di Medan yang telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor AHU-AH 01-043350,

tanggal 10 Februari 2011. Anggaran Dasar terakhir sesuai dengan akta Nomor 12, tanggal 18 Mei 2011 dari notaris Afrizal Arsyad Hakim, S.H. mengenai pernyataan keputusan rapat PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Utara perubahan anggaran dasar ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia sebagaimana dinyatakan dalam Surat Keputusan Nomor AHU-33566, AHU.01.02 tahun 2011 tanggal 5 Juli 2011 dimana modal dasar mengalami perubahan dari Rp. 1 triliun menjadi Rp. 2 triliun.

PT Bank SUMUT awalnya merupakan Bank Non Devisa yang kantor pusatnya pertama kali beralamatkan di Jalan Palang Merah No. 6, menyewakan ruko milik Sultan Negara pada tahun 1962 namun Bank SUMUT berdasarkan persetujuan Bank Indonesia telah meningkatkan status menjadi Bank Umum Devisa yang diresmikan (launching) pada tanggal 7 September 2012 oleh pelaksana tugas gubernur Sumatera Utara di gedung kantor pusat Bank SUMUT. Dari tahun ke tahun PT Bank SUMUT mengalami peningkatan aset sehingga untuk per 31 Desember 2013 aset PT Bank SUMUT adalah sebesar Rp. 21.495 miliar.

Hasil analisis data dalam penelitian kualitatif teknik analisis interaktif dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data-data yang diperoleh langsung dengan bantuan form interview dan recorded. Rentang waktu wawancara 06 Juni - 07 Juli 2020 di kantor PT Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli.

Pertanyaan: (1, 2, 3, dan 4) Siapakah yang berhak

mengajukan kredit, menjadi nasabah kredit, yang diprioritaskan untuk mendapatkan pelayanan kredit dan yang mendominasi pengambilan pinjaman kredit di

(12)

Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli?

Berlian (Analisis Kredit Angsuran Lainnya) “bahwa nasabah kredit adalah setiap orang yang telah cakap hukum dan setiap orang yang telah memiliki usaha penghasilan tetap yang akan dijadikan sumber pengembalian kredit. Baik pengusaha wiraswasta atau pegawai swasta dapat mengajukan peminjaman kredit dan semua nasabah diperlakukan sama meskipun yang menjadi nasabah kredit di Bank SUMUT saat ini lebih didominasi oleh PNS.

Pertanyaan: (5, 6, 7, dan 8) Seputar agunan yang

digunakan sebagai jaminan dalam peminjaman kredit dan jangka waktu serta alasan penolakan kredit oleh pihak Bank SUMUT

Risno (Analisis Kredit Usaha Rakyat) “alasan pihak Bank SUMUT menolak pengajuan kredit dari calon nasabah apabila usaha tidak layak, karakter calon nasabah tidak baik, pernah mempunyai kredit macet, agunan yang digunakan tidak cukup memadai atau tidak memiliki nilai dan lokasi nasabah susah dijangkau.”

Pertanyaan : (9, 10, 11, 12, 13, 14, dan 15) Seputar

bagaimana proses penagihan kredit kendala penyebab kredit bermasalah dan nasabah yang lebih dominan mengalami kredit bermasalah dan penanganannya di oleh Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli.

Dian (Analisis Kredit Permaisuri) “penyebab kredit bermasalah jika angsuran nasabah tidak terbayar maka terkadang pihak Bank mengalami kesulitan untuk meminta angsuran kepada pihak nasabah karena suatu hal. Biasanya ini didominasi oleh Non-PNS sebab pengusaha wiraswasta terkadang tidak mendapatkan keuntungan dalam penjualannya sehingga menjadi penghambat untuk menutupi angsuran kreditnya setiap bulan, PNS ada juga yang mengalami kredit bermasalah dan pihak Bank SUMUT tentu dapat mengatasi kredit bermasalah karena setiap perBankan pasti punya cara atau solusi masing-masing untuk menyelesaikan yang namanya kredit bermasalah.”

Risno (Analisis Kredit Usaha Rakyat) “proses

penagihan kredit bermasalah maka pihak Bank SUMUT melakukan pendekatan persuasif, kunjungan rutin memberikan surat peringatan, memasang plang pada objek agunan dan terakhir melelang agunan sedangkan kendala yang dihadapi seperti tidak ditemukan di lokasi, dan nasabah yang tidak kooperatif dan pihak Bank juga sering mendapat masalah dan sering mengalami contohnya masalah pemahaman tentang kredit, masalah ketidaklayakan usaha, masalah kebutuhan yang tidak sesuai, masalah lokasi nasabah, dan lain-lain. Kredit bermasalah ini biasanya non PNS walaupun ada juga PNS karena meninggal dunia, PHK kasus hukum dan yang non PNS biasanya karena menurunnya omset usaha.”

Darni (Karyawan) “proses penagihan kredit bagi nasabah yang memiliki kredit bermasalah yakni melalui kunjungan melalui surat pemberitahuan dan via telepon. Setiap melakukan penagihan pihak Bank SUMUT juga mendapat kendala dan masalah hal ini terjadi karena usaha nasabah tidak berkembang dan ini lebih dominan adalah yang non PNS sedangkan PNS ada juga sebagian dan penanganan oleh pihak Bank berbeda-beda.”

Pertanyaan: (16, 17, 18, 19, 20 dan 21) Seputar sanksi

tunggakan kredit pelunasan hutang, sistem penghapusan dan penyitaan oleh Bank SUMUT cabang Gunungsitoli.

Risno (Analisis Kredit Usaha Rakyat) “bagi PNS bila menunggak diberikan surat peringatan sedangkan non PNS dibuat palang agunan sampai dilelang, asuransi tidak semua nasabah diberlakukan misalnya kalau PNS wajib diasuransikan sedangkan non PNS tidak wajib bila yang bersangkutan meninggal dunia bagi PNS dianggap lunas. Apabila segala persyaratan dipenuhi tepat waktu sedangkan untuk non PNS apabila di awal perjanjian diasuransikan dan persyaratan dipenuhi tepat waktu bila kredit tidak dilunaskan pada saat jatuh tempo maka pihak Bank akan melakukan pelelangan agunan dan apabila sudah dilakukan pelelangan agunan maka hutang atau kredit nasabah otomatis dianggap lunas.” Berlian (Analisis Kredit Angsuran Lainnya) “bagi keterlambatan pembayaran angsuran kredit tentunya dikenakan sanksi berupa denda dan untuk klaim asuransi berbeda-beda tergantung fasilitas kredit yang diterima, pelelangan dilakukan apabila sudah masuk pada tahap kredit macet dan sistem penghapusan

(13)

kreditnya dilakukan dengan cara lelang dengan demikian kewajiban nasabah telah terpenuhi maka kredit nasabah akan ditutup.”

Pertanyaan : (22, 23, 24, 25 dan 26) Dampak kredit

bermasalah penyelesaiannya penyebab konkrit dari kredit bermasalah di Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli.

Ferry (Seksi Pemasaran) “dalam proses kredit pemeriksaan berkas pengajuan kredit terlebih dahulu diperiksa dan diteliti oleh pihak analisis kredit. Bagi PNS lebih mudah pengurusannya. Masalah risiko Bank tidak berpengaruh pada bencana alam atau kebakaran, kreditur tersebut harus melunasi pinjamannya di Bank tidak ada toleransi kecuali ada kebijakan pusat dengan pemerintah contoh waktu gempa di Nias maka ada kebijakan dari pemerintah pusat bahwa Nias dan Aceh dihapus semua utang APR-nya dan itu biasanya harus dilihat dulu bila itu dilakukan apakah tidak berimbas pada keuangan Bank, dan sekarang ada asuransi kebakaran sedangkan bencana alam tidak ada biasanya itu opsional tidak ada paksaan dan nasabah yang mengalami kredit bermasalah atau kredit macet kita hanya mencapai 7% tidak sampai 50% kalau sudah sampai 50% berarti Bank tidak sehat, memang ada juga beranggapan kalau 5% uangnya tidak sehat kredit bermasalah 7% ini bisa diatasi karena manajemen risiko nya jalan dengan adanya asuransi. Unsur kelalaian dan kesengajaan dari nasabah ada juga sehingga kredit yang bersangkutan tertunda misalnya pindah instansi tapi tidak melapor sehingga yang bersangkutan menerima gaji penuh di tabungannya dampak kredit macet tidak berpengaruh pada modal tetapi berpengaruh pada laba karena laba tergerus, ambang batas nya tidak boleh lebih dari 10% dan itu yang berlaku di Bank SUMUT.

Hasil pembahasan faktor-faktor yang mempengaruhi kredit bermasalah pada Bank SUMUT Cabang Gunungsitoli.

A. Faktor Internal

1. Analisis kurang tepat

Nasabah kredit di Bank SUMUT cabang

Gunungsitoli adalah CPNS/PNS dan non PNS, wiraswasta dan pengusaha juga dapat mengajukan kredit apabila telah memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku. Nasabah peminjam kredit saat ini lebih didominasi oleh PNS. Dalam melakukan analisis kredit Bank SUMUT memiliki 4 orang karyawan analisis kredit yang melakukan analisis terhadap setiap masalah nasabah yang hendak melakukan peminjaman kredit sesuai dengan jenis kredit yang dibutuhkan.

2. Kolusi

Setiap pengajuan kredit khususnya swasta atau pengusaha, pihak Bank SUMUT selalu melakukan survei sebelum memutuskan pencairan kredit kepada nasabah dan terkadang ada oknum pegawai Bank yang tidak profesional menjalankan tugasnya sehingga banyak usaha yang tidak wajar atau tidak layak untuk mendapatkan pinjaman kredit namun diloloskan untuk mendapatkan kredit. Agunan kredit berdasarkan jenis pinjaman yang diajukan dan jangka waktu tergantung keinginan dari nasabah agunan dapat berupa SK pegawai bagi CPNS atau PNS dan pegawai swasta, sertifikat hak milik atas tanah dan bangunan. Pihak Bank dapat menolak pengajuan kredit apabila tidak ada jaminan kredit dari nasabah atau usaha yang tidak layak, pada dasarnya calon debitur harus memenuhi persyaratan dan ketentuan dari pihak Bank SUMUT dalam mengajukan dalam mengajukan pinjaman kredit.

(14)

Dampak kerugian bukan pada perputaran modal melainkan pada laba yang terkuras akibat kredit bermasalah dan setelah melalui beberapa fase keputusan akhir dalam mengatasi kredit bermasalah ini yaitu dengan melakukan penyitaan atau pelelangan terhadap aset yang dijadikan agunan oleh nasabah pada saat melakukan perjanjian kredit dengan pihak Bank SUMUT.

4. Intervensi

Pihak Bank SUMUT memberikan sanksi berupa denda dan sanksi administrasi melalui proses kunjungan surat peringatan dan konfirmasi via telepon untuk mengingatkan nasabah dalam pembayaran angsuran kredit yang masih menunggak intervensi kadang terjadi bila antara kreditur dan debitur ada hubungan kekeluargaan misalnya kreditur mengizinkan debitur untuk melakukan penunggakan pembayaran atau dengan pemberian dispensasi bunga.

5. Kelemahan monitoring

Dampak dari kredit bermasalah berimbas pada kerugian Bank dan terkadang penyelesaian ditempuh melalui jalur hukum monitoring tetap dilakukan dengan adanya kontrol internet maka pengawasan pada bagian kredit dapat diperketat.

B. Faktor Eksternal

1. Unsur kesengajaan

Yang lebih dominan mengalami kredit bermasalah adalah non PNS atau wiraswasta (pengusaha). Hal ini

disebabkan karena kegagalan dalam mengembangkan usaha atau mengalami kebangkrutan sedangkan untuk PNS adanya kredit bermasalah karena kelalaian atau terlibat dalam kasus hukum misalnya kasus korupsi dan kriminalitas lainnya dan ada juga karena tidak melaporkan diri pada saat mutasi atau pindah instansi kerja

2. Unsur ketidaksengajaan

Di sisi lain penyebab kredit bermasalah karena kelalaian nasabah melunasi pinjamannya dan ada juga karena faktor bencana alam atau kebakaran namun hal ini bisa diantisipasi dengan adanya asuransi, hanya saja tidak semua nasabah khususnya wiraswasta atau pengusaha mau diasuransikan sedangkan bagi CPNS atau PNS wajib diasuransikan sesuai ketentuan yang berlaku.

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1.

Secara umum Bank SUMUT sudah melakukan survey dalam setiap proses pengajuan kredit oleh nasabah berdasarkan Standar Operasi Prosedur yang berlaku. Hal ini lebih ditekankan bagi wiraswasta atau pengusaha.

2.

Kredit bermasalah pada Bank SUMUT pernah mencapai 7% namun tidak melebihi ambang batas 10%, sesuai dengan ketentuan Bank SUMUT masih dalam kategori Bank Sehat.

3.

Pada dasamya faktor internal penyebab kredit

macet karena adanya pegawai yang kurang profesional dalam melakukan survey maupun

(15)

dalam menganalisa calon debitur (nasabah).

4.

Faktor external penyebab kredit bermasalah

adalah bencana alam dan kebakaran dan juga faktor kelalaian atau unsur kesengajaan dari pihak debitur itu sendiri.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, maka dapat diberikan saran-saran berikut

1.

Pihak Bank SUMUT disarankan melakukan survey misalnya kondisi keuangan yang bersangkutan apakah mampu untuk membayar angsuran tiap bulannya atau tidak.

2.

Baiknya pihak Bank SUMUT dalam menentukan agunan diupayakan melihat kondisi dan kemampuan ekonomi pihak debitur sehingga pinjaman yang diberikan tidak melebihi batas kewajaran yang membuat debitur akhimya tidak mampu membayar angsuran kreditnya.

3.

Melihat kondisi kredit bermasalah sampai 7% mendekati 10% ada baiknya pihak Bank SUMUT berupaya menimalisir ada kredit bermasalah sehingga dampaknya pada laba tidak terguras.

4.

Untuk mengantisipasi kerugian yang

diakibatkan oleh bencana alam ataupun kebakaran khususnya bangunan atau barang berharga lainnya yang dijadikan jaminan kredit oleh debitur ada baiknya pihak Bank SUMUT tetap menawarkan atau bahkan mewajibkan Debitur untuk ikut asuransi setidaknya agunannya diasuransikan.

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Anita. 2009. Analisis Kredit Macet pada PT,BPR Restu Klaten Makmur. Skripsi. Fakultas Ekonomi: Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Gunawan, Imam. 2014. Metode Penelitian Kualitatif. Teori dan Praktek. Bumi Aksara, Jakarta.

Hermansyah.2013. Hukum PerBankan Nasional Indonesia. Kencana Prenada Media Grup. Jakarta.

Ikatan Bankir Indonesia, 2015. Bisnis Kredit PerBankan. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Ismail. 2010. Manajemen PerBankan : Dari Teori Menuju Aplikasi.: Kencana. Jakarta.

Iswi Hariyani. 2010. Restrukturisasi & Penghapusan Kredit Macet, PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Joyosumarno Subarjo, 1994. Upaya-upaya kreditur Indonesia dan perBankan dalam menyelesaikan kredit bermasalah. Majalah pengembangan perBankan. edisi No.47

Kasmir. 2013. Dasar-Dasar PerBankan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Mahmoeddin, 2002. Melacak kredit bermasalah. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Mantayborbir, S. et al, 2002. Hukum Piutang Dan Lelang Negara Di Indonesia. Pustaka Bangsa. Medan.

Sembiring, Sentosa, 2014. Hukum Asuransi, Nuansa Mulia, Bandung,

Sugiyono,2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Penerbit Alfa Beta, Bandung.

---,2011. Metode Penelitian Administrasi dilengkapi dengan Metode R&D. Penerbit Alfa Beta, Bandung.

Sunyoto Danang, 2016. Metodologi Penelitian Akuntansi, Cetakan Kedua. Maret 2016. Penerbit PT. Refika Aditama, Bandung.

(16)

Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 1998

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Article 290 of the Treaty while the procedure to adopt implementing acts is set out in comitology regulation ( European Parliament and Council Regulation 182/2011 ).. Delegated

In this context, MONDIS provides an example of information system aimed at converging specialised knowledge in the field of cultural heritage protection under a

Kelompok aset dan liabilitas yang diukur pada nilai wajar melalui laba rugi terdiri dari aset dan liabilitas keuangan yang diperoleh atau dimiliki Bank terutama

Dari hasil penelitian yang dilakukan kepada ibu yang tinggal di Kelurahan Tiga Balata memiliki sikap tidak baik yaitu tentang ketepatan pemberian MP-ASI, seperti masih banyak ibu

digunakan untuk memilih dan menampilkan kelas yang akan dilakukan perubahan dalam nilai tugas ataupun absensi sesuai dengan kelas dan pelajaran yang diajarkan oleh dosen

Pada rancangan jaringan pada Gambar 6 mekanisme koneksi dapat dijelaskan sebagai berikut, Router berfungsi mengatur lalu lintas koneksidari core layer, Server

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang