• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNIK PEMIJAHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Bonne) DI PT. ESAPUTLii PRAKARSA UTAMA BARRU SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TEKNIK PEMIJAHAN UDANG VANAME (Litopenaeus vannamei Bonne) DI PT. ESAPUTLii PRAKARSA UTAMA BARRU SULAWESI SELATAN TUGAS AKHIR."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

1

TEKNIK PEMIJAHAN UDANG VANAME

(Litopenaeus vannamei Bonne)

DI PT. ESAPUTLii PRAKARSA UTAMA

BARRU SULAWESI SELATAN

TUGAS AKHIR

Oleh:

DOMINGGUS

1622010322

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERIKANAN

JURUSAN BUDIDAYA PERIKANAN

POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP

2019

(2)
(3)
(4)

4

HALAMAN PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir/skripsi tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperole gelar sarjana disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan di dalam daftar pustaka.

Pangkep Juni, 2019 Yang menyatakan,

(5)

5

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan Rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun Tugas akhir ini tepat pada waktunya.

Penulisan laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat terakhir dalam proses pendidikan di Perguruan Tinggi Negeri, guna untuk mendapatkan gelar Ahli Madya Perikanan ( A.Md.Pi ) Pada Program Studi Budidaya Perikanan. Ucapan terima kasih kepada Ayahanda Pampang Langi’ dan Ibunda Martina (Almarhum) yang telah memberi Doa, materi dan semangat kepada penulis mulai dari awal pendidikan sampai kepada penyusunan laporan ini,

Dengan selesainya penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dari berbagai pihak, karena itu penulis mengucapkan banyak Terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Darmawan, MP selaku Direktur Politeknik Pertanian Negeri Pangkep

2. Ir. Rimal Hamal, M.P selaku ketua Jurusan Budidaya Perikanan dan Dr.Andriani. S.Pi, M.Si selaku Ketua Program Studi Jurusan Budidaya Perikanan Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

3. Ir. Ratnasari, M.P. selaku pembimbing pertama dan Dr. Ir. Dahlia, M.P. selaku pembimbing kedua.

4. Dosen serta pegawai dan teknisi jurusan Budidaya Perikanan.

5. Sahabat dan teman-teman dari jurusan Budidaya Perikanan dan seluruh mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Pangkep.

(6)

6 Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masi jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat di harapkan demi kesempurnaan laporan ini. Sehingga pada saat penulisan selanjutnya laporan ini bisa menjadi lebih baik.- Akhirnya penulis berharap semoga apa yang telah penulis selesaikan bermanfaat bagi kita semua .

Pangkep, Juni, 2019

(7)

7

DAFTAR ISI

Hal.

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix DAFTAR GAMBAR ... x DAFTAR LAMPIRAN ... xi ABSTRAK ... xii BAB I. PENDAHULUAN

1.

1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan dan Mamfaat ... 2

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname ... 3

2.2 Habitat dan Siklus Hidup Udang Vaname ... 6

2.3 Sistem Reproduksi Udang Vaname ... 8

2.4 Makanan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname ... 8

2.5 Pengelolaan dan Proses Pematangan Gonad Udang Vaname .. 9

2.6 Pemijahan Induk Udang Vaname ... 10

BAB II. METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat... 13

3.2 Alat dan Bahan ... 13

(8)

8

3.2.2 Bahan ... 14

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 14

3.3.1 Data Primer ... 14

3.3.2 Data Sekunder ... 15

3.4 Metode Pelaksanan ... 15

3.4.1 Persiapan Pemijahan ... 16

3.5 Parameter yang diamati dan Analisis Data ... 17

3.5.1 Parameter yang diamati ... 17

3.5.2 Analisis Data ... 18

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Proses Pematangan Gonad Induk ... 19

4.1.1 Persiapan Air ... 19 4.1.2 Persiapan Wadah ... 19 4.1.3 Persiapan Induk ... 20 4.2 Pematangan Gonad ... 20 4.2.1 Ablasi ... 20 4.2.2 Pengelolaan Pakan ... 21

4.2.3 Pengelolaan Kualitas Air ... 21

4.3 Pemijahan ... 24

4.3.1 Pengamatan Jumlah Kawin dan Memijah ... 24

BAB V KESIMPULA DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 27

5.2 Saran ... 27

DAFTAR PUSTAKA ... 28

LAMPIRAN ... 30

(9)

9

DAFTAR TABEL

Hal.

Tabel 3.1 Alat yang digunakan untuk Pemijahan Udang Vaname ... 13

Tabel 3.2 Bahan yang digunakan untuk Pemijahan Udang Vaname ... 14

Tabel 4.1 Jumlah Induk yang Kawin dan Memijah ... 22

(10)

10

DAFTAR GAMBAR

Hal.

Gambar 2.1 Morfologi Udang Vaname ... 6

Gambar 2.2 Siklus Hidup Udang Vaname ... 7

Gambar 2.3 Proses Pemijahan Udang Vaname... 11

(11)

11

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Lampiran 1. Dena Lokasi ... 31 Lampiran 2

.

Gambar Kegiatan Lapangan ... 32

(12)

12 ABSTRAK

DOMINGGUS, 1622010322. Teknik Pemijahan Udang Vaname (Litopenaeus

vannamei Bonne) di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru, Sulawesi Selatan. (Di bawah Bimbingan RATNASARI dan DAHLIA).

Udang vaname (L. vanammei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir ini banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan seperti relatif tahan penyakit, produktivitas tinggi, waktu pemeliharaan relatif singkat, tingkat

kelangsungan hidup (survival rate) selama masa pemeliharaan tinggi dan permintaan pasar terus meningkat dimana proses budidaya udang meliputi tahap pembenihan hingga pembesaran. Kegiatan pembenihan udang vaname tidak terlepas dari ketersediaan benur yang berkualitas

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui teknik pemijahan udang vaname (L.vannamei) yang dilaksanakan di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan dan keterampilan serta bahan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat dalam teknik pemijahan udang vaname (L.vannamei) yang baik.

Data yang akan digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir diperoleh dari hasil PKPM. data yang dikumpulkan berupa data partisipasi aktif, wawancara dan sumber Literaur.

Tahapan-tahapan teknik pemijahan udang vaname yaitu persiapan pemijahan (persiapan air, persiapan wadah dan persiapan induk), pematangan gonad (ablasi, pengelolaan pakan dan pengelolaan kualitas air) dan pemijahan (pengamatan jumlah kawin dan memijah, fekunditas).

Induk udang yang ada di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru berasal dari Hawaii. Metode percepat pematangan gonad dilakukan dengan cara ablasi, dan metode ini terbukti memberikan hasil yang baik. Rata Rata jumlah induk yang matang gonad dalam sehari adalah 43 ekor, sedangkan jumlah induk yang berhasil kawin dan memija adalah 40 ekor.

(13)

13 I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Udang vaname (Litopenaeus vannamei) merupakan salah satu jenis udang introduksi yang akhir ini banyak diminati, karena memiliki banyak keunggulan seperti relatif tahan penyakit, produktivitas tinggi, waktu pemeliharaan relatif singkat, tingkat kelangsungan hidup (survival rate) selama masa pemeliharaan tinggi dan permintaan pasar terus meningkat dimana proses budidaya udang meliputi tahap pembenihan hingga pembesaran. Kegiatan pembenihan udang vaname tidak terlepas dari ketersediaan benur yang berkualitas (Hendrajat, 2007). Kendala dalam kegiatan pembenihan udang vaname adalah kurang stok induk udang yang berkualitas, makanan yang kurang cocok, teknik pemeliharaan larva dan pengelolaan yang belum memadai, hal ini menyebabkan produksi benih yang kualitasnya masih rendah. Salah satu upaya untuk mendapatkan benur berkualitas baik yaitu selalu mengupayakan agar media pembenihan selalu optimal untuk pemeliharaan larva, misalnya dengan melakukan pengelolaan air media larva, pengelolaan pakan dan pengendalian penyakit sebaik mungkin.

Pmijahan pada udang vaname salah satu bentuk unit pengembangbiakan udang. pemijahan adalah salah satu titik awal untuk mulai budidaya, udang yang dibudidayakan setidaknya bisa tumbuh dan berkembang biak, agar kontinuitas produksi pemijahan dan pembenihan udang dapat terjadi secara berkelanjutan, oleh karena itu sesunggunya pemijahan menuntut suatu kepastian untuk menjaga keamanan kelangsungan hidup keturunannya. Perkawinan udang terjadi secara spontan sesudah induk jantan dan betina disatukan dalam sebuah bak pemijahan.

(14)

14 1.2 Tujuan dan Manfaat

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk mengetahui teknik pemijahan udang vaname (L.vannamei) yang dilaksanakan di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru Sulawesi Selatan.

Manfaat dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk memperluas wawasan dan keterampilan serta bahan informasi bagi mahasiswa dan masyarakat dalam teknik pemijahan udang vaname (L.vannamei) yang baik.

(15)

15 II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Klasifikasi dan Morfologi Udang Vaname

Menurut Haliman (2006), klasifikasi udang vaname adalah sebagai berikut:

Kingdom : Animalia Sub kingdom : Metazoa Filum : Arthropoda Subfilum : Crustacea Kelas : Malacostraca Subkelas : Eumalacostraca Superordo : Eucarida Ordo : Decapoda Subordo : Dendrobrachiata Familia : Penaeidae Sub genus : Litopenaeus

Spesies : Litopenaeus vannamei

Haliman dan Adijaya (2004), menjelaskan bahwa udang putih memiliki tubuh berbuku-buku dan aktivitas berganti kulit luar (eksoskeleton) secara periodik (moulting). Bagian tubuh udang putih sudah mengalami modifikasi sehingga dapat digunakan untuk keperluan makan, bergerak, dan membenamkan diri ke dalam lumpur (burrowing), dan memiliki organ sensor, seperti pada antenna dan antenula.

Udang putih vaname sama halnya seperti udang penaid lainnya, binatang air yang ruas-ruas dimana pada tiap ruasnya terdapat sepasang anggota badan. Anggota ini pada umumnya bercabang dua atau biramus. Tubuh udang secara morfologis dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu cepalothorax atau bagian kepala dan dada serta bagian abdomen atau perut. Bagian cephalothorax terlindungi oleh kulit chitin yang tebal yang disebut carapace. Secara anatomi

(16)

16 cephalotorax dan abdomen, terdiri dari segmen-segmen atau ruas-ruas. Masing-masing segmen memiliki anggota badan yang mempunyai fungsi sendiri-sendiri (Elovaara, 2001).

Kulit kitin pada udang penaidae akan mengelupas (ganti kulit) setiap kali tubuhnya akan membesar, setelah itu kulitnya mengeras kembali (Martosudarmo dan Ranumiharjo, 1980; Tricahyo 1995; Suyanto dan Mujiman, 1990).

Menurut Martosudarmo et a.,l (1983), tubuh udang penaeid terdiri dari tiga bagian yaitu:

a. Kepala

Kepala terdiri dari enam ruas, pada ruas kepala pertama terdapat mata majemuk yang bertangkai, beberapa ahli berpendapat bahwa mata bertangkai ini bukan suatu anggota badan seperti pada ruas-ruas yang lain, sehingga ruas kepala dianggap berjumlah lima buah. Pada ruas kedua terdapat antena I atau antenules yang mempunyai dua buah flagella pendek yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Ruas ketiga yaitu antena II atau antennae mempunyai dua buah cabang yaitu cabang pertama (exopodite) yang berbentuk pipih dan tidak beruas dinamakan prosertama. Sedangkan yang lain (Endopodite) berupa cambuk yang panjang yang berfungsi sebagai alat perasa dan peraba. Tiga ruas terakhir dari bagian kepala mempunyai anggota badan yang berfungsi sebagai pembantu yaitu sepasang mandibula yang bertugas menghancurkan makanan yang keras dan dua pasang maxilla yang berfungsi sebagai pembawa makanan ke mandibula. Ketiga pasang anggota badan ini letaknya berdekatan satu dengan lainnya sehingga terjadi kerjasama yang harmonis antara ketiganya.

(17)

17 b. Dada

Bagian dada terdiri dari delapan ruas yang masing-masing ruas mempunyai sepasang anggota badan yang disebut Thoracopoda. Thoracopoda pertama sampai dengan ketiga dinamakan maxilliped yang berfungsi sebagai pelengkap bagian mulut dalam memegang makanan. Thoracopoda lainnya (ke-5 s/d ke-8) berfungsi sebagai kaki jalan yang disebut pereipoda. Pereipoda pertama sampai dengan ketiga memiliki capit kecil yang merupakan ciri khas dari jenis udang penaeid.

c. Perut

Bagian perut atau abdomen terdiri dari enam ruas. Ruas yang pertama sampai dengan ruas kelima masing-masing memiliki sepasang anggota badan yang dinamakan pleopoda. Pleopoda berfungsi sebagai alat untuk berenang oleh karena itu bentuknya pendek dan kedua ujungnya pipih dan berbulu (setae) pada ruas yang keenam pleopoda berubah bentuk menjadi pipih dan melebar yang dinamakan uropoda, yang bersama-sama dengan telson berfungsi sebagai kemudi. Warna dari udang Vaname ini putih transparan dengan warna biru yang terdapat dekat dengan bagian telson dan uropoda (Lightner, 1996).

Alat kelamin udang jantan disebut petasma, yang terletak pada pangkal kaki renang pertama. Sedangkan alat kelamin udang betina disebut juga dengan thelicum terbuka yang terletak diantara pangkal kaki jalan ke empat dan ke lima (Tricahyo 1995; Wyban dan Sweeney, 1991).

Pada stadia larva, udang putih mamiliki enam stadia naupli, tiga stadia zoea, dan tiga stadia mysis dalam daur hidupnya (Elovaara, 2001). Setelah perkawinan induk betina mengeluarkan telur-telurnya (spawning), yang segera di

(18)

18 buahi sperma tersebut, selesai terjadi pembuahan, induk betina segera ganti kulit (moulting). Pada pagi harinya dapat dilihat kulit-kulit dari betina yang selesai memijah. Cara ini berbeda dengan udang windu yang merupakan close telikum, dimana perkawinan terjadi sebelum gonad udang betina berkembang atau matang. Adapun morfologi udang vaname dilihat pada Gambar 2.1

Gambar 2.1. Morfologi Udang Vaname (Haliman dan Adijaya, 2005) 2.2 Habitat dan Siklus Hidup Udang Vaname

Udang vaname adalah jenis udang laut yang habitat aslinya di daerah dasar dengan kedalaman 72 meter. Udang vaname dapat ditemukan di perairan atau lautan Pasifik mulai dari Mexico, Amerika Tengah dan Selatan. Habitat udang vaname berbeda-beda tergantung dari jenis dan persyaratan hidup dari tingkatan-tingkatan dalam daur hidupnya. Umumnya udang vaname bersifat bentik dan hidup pada permukaan dasar laut. Adapun habitat yang disukai oleh udang vaname adalah dasar laut berlumpur dan berpasir (Haliman dan Adijaya, 2006).

Menurut Haliman dan Adijaya (2006), bahwa induk udang vaname ditemukan di perairan lepas pantai dengan kedalaman berkisar antara 70-72 meter (235 kaki). Udang ini menyukai daerah yang dasar perairannya berlumpur. Sifat hidup dari udang vaname adalah katadramos atau dua lingkungan, dimana udang

(19)

19 dewasa akan memijah di laut terbuka. Setelah menetas, larva dan yuwana udang vaname akan bermigrasi kedaerah pesisir pantai atau mangrove yang biasa disebut daerah estuarine tempat nurseri groundnya, dan setelah dewasa akan bermigrasi kembali ke laut untuk melakukan kegiatan pemijahan seperti pematangan gonad (maturasi) dan perkawinan (Wyban dan Sweeney, 1991).

Menurut Haliman dan Adijaya (2006), perkembangan Siklus hidup udang vaname adalah dari pembuahan telur berkembang menjadi naupli, mysis, post

larva, juvenil, dan terakhir berkembang menjadi udang dewasa. Udang dewasa 9

memijah secara seksual di air laut dalam. Masuk ke stadia larva dari stadia naupli sampai pada stadia juvenil berpindah ke perairan yang lebih dangkal dimana terdapat banyak vegetasi yang dapat berfungsi sebagai tempat pemeliharaan. Setelah mencapai remaja, mereka kembali ke laut lepas menjadi dewasa dan siklus hidup berlanjut kembali. Habitat dan siklus hidup udang vannamei dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Gambar 2.2 Siklus Hidup Udang Vaname (Wyban and Sweeney, 1991)

2.3 Sistem Reproduksi Udang Vaname

Organ reproduksi udang vaname betina terdiri dari sepasang ovarium, oviduk, lubang genital, dan telikum. Oogonia diproduksi secara mitosis dari

(20)

20 epitelium germinal selama kehidupan reproduktif dari udang betina. Oogonia mengalami meiosis, berdiferensiasi menjadi oosit, dan dikelilingi oleh sel-sel folikel. Oosit yang dihasilkan akan menyerap material kuning telur (yolk) dari darah induk melalui sel-sel folikel (Wyban et al., 1991).

Organ reproduksi utama dari udang jantan adalah testes, vasa derefensia, petasma, dan apendiks maskulina. Sperma udang memiliki nukleus yang tidak terkondensasi dan bersifat non motil karena tidak memiliki flagela. Selama perjalanan melalui vas deferens, sperma yang berdiferensiasi dikumpulkan dalam (cairan fluid) dan melingkupinya dalam sebuah chitinous spermatophore (Wyban

et al 1991). Leung-Trujillo, (1990), menemukan bahwa jumlah spermatozoa

berhubungan langsung dengan ukuran tubuh jantan. 2.4 Makanan dan Kebiasaan Makan Udang Vaname

Makanan udang vaname terdiri dari crustacea dan molusca yang terdapat 85% didalam pencernaan makanan dan 15% terdiri dari invertebrata benthis kecil, mikroorganisme penyusun detritus, udang putih demikian juga di alam merupakan omnivora dan scavenger (pemakan bangkai). Makanannya biasanya berupa crustacea kecil, amphipouda dan plychacetes atau cacing laut (Wyban dan Sweeney, 1991). Lebih lanjut dikatakan dalam pemeliharaan induk udang putih, pemberian pakan udang putih 16% dari berat total dengan pemberian pakan empat kali perhari.

Udang mempunyai pergerakan yang hanya terbatas dalam mencari makanan dan mempunyai sifat dapat menyesuaikan diri terhadap makanan yang tersedia lingkungannya. Di alam larva udang biasanya memakan zooplankton

(21)

21 yang terdiri dari trochophora, balanos, veliger, copepoda, dan larva polychaeta (Tricahyo, 1995). Udang putih termasuk golongan udang penaeid. Maka sifatnya antara lain bersifat nocturnal artinya aktif mencari makan pada malam hari atau apabila intensitas cahaya berkurang. Sedangkan pada siang hari yang cerah lebih banyak pasif, diam pada rumpon yang terdapat dalam air atau membenamkan diri dalam lumpur.

2.5 Pengelolaan dan Proses Pematangan Gonad Induk Udang Vaname Ukuran calon induk betina yang baik untuk diablasi adalah lebih besar dari 40 gram dan untuk udang jantan di atas 35 gram. Udang putih betina yang ideal untuk dipergunakan dalam pembenihan adalah yang berukuran antara 40-50 gr (Wyban dan Sweeney, 1991).

Ukuran panjang tubuh udang putih betina yang termasuk kriteria produktif antara 20 hingga 25 cm (diukur mulai dari ujung telson hingga pangkal mata atau panjang standar). Sedangkan untuk pemilih calon induk udang putih jantan sebaiknya berukuran sedang, yang memiliki panjang tubuh antara 15 hingga 20 cm (Wyban dan Sweeney, 1991).

Sebelum ditebar kantong pengangkutan induk dimasukkan ke dalam bak yang telah diisi air dan diaerasi selama kurang lebih 30 menit, setelah itu suhu air kantong ataupun suhu air bak diperiksa. Apabila sudah tidak ada perbedaan suhu atau perbedaannya hanya 1 – 20C, maka induk dapat dilepaskan dalam bak. Begitupun untuk salinitas, apabila perbedaan salinitas antara air dalam kantong dengan air dalam bak kurang dari 5 ppt maka induk sudah dapat ditebar (Sunaryanto 1986).

(22)

22 Pematangan gonad pada induk betina adalah proses perkembangan telur (Oogenisis) di dalam ovary. Udang Vaname betina mempunyai sistem telikum terbuka. Seperti halnya udang penaeid lainnya, hormon pengontrol reproduksi atau X organ terletak di mata. Sehingga untuk mendorong berkembangnya ovary, hormon penghambat Gonad Inhibiting Hormon (GIH) yang terletak di X organ harus dihilangkan yaitu dengan cara ablasi mata. Dengan ablasi mata tersebut diharapkan release Gonad Stimulating Hormon (GSH) segera terjadi, sehingga merangsang perkembangan ovary (Dikjenkan, 2006).

Induk udang putih akan mulai matang gonad sekitar 5-6 hari setelah proses pengablasian dilakukan, untuk mempercepat pematangan gonad ini biasanya induk udang diberi pakan segar lebih banyak menurut (Lightner et al., 1996, Wyban dan Sweeney, 1991).

2.6 Pemijahan Induk Udang Vaname

Udang vaname melakukan perkawinan (mating) apabila udang betina telah matang telur yang ditandai dengan warna orange pada punggungnya, udang jantan selanjutnya memburu akibat rangsangan feromon yang dikeluarkan oleh betina dan terjadilah mating. Dari hasil mating tersebut sperma akan ditempelkan pada telikum, 4-5 jam kemudian induk betina tersebut akan mengeluarkan telur (spawning) dan terjadilah pembuahan (Wyban and Sweeney, 1991). Pemijahan udang vaname dapat dilihat pada Gambar 2.3.

(23)

23 Gambar 2.3. Proses Pemijahan Induk Udang Vaname (Wyban dan Sweeney

1991). Keterangan : A. Pendekatan, B. Pengejaran, C.Perangkakan, D. Mating

Induk yang telah memijah, ditandai dengan adanya penempelan sperma pada telikum, selanjutnya dipindahkan ke dalam bak spawning /pemijahan dengan kepadatan 4 ekor /m2. Kemudian induk akan melepaskan telurnya setelah 1-2 jam (Ditjenkan, 2006).

Peneluran terjadi saat udang betina mengeluarkan telurnya yang sudah matang. Proses tersebut berlangsung kurang lebih selama dua menit. Udang

vaname biasa bertelur di malam hari atau beberapa jam setelah kawin. Telur-telur

dikeluarkan dan difertilisasi secara eksternal di dalam air. Derajat pembuahan dan penetasan sangat ditentukan oleh kualitas sperma dan kemampuan penempelan pada telikum serta media penetasan (suhu dan salinitas). Beberapa kegagalan yang mungkin terjadi adalah tidak terjadinya pembuahan yang disebabkan induk betina belum matang telur atau rusaknya spermatofor (Djunaidah, 1986).

Seekor udang betina mampu menghasilkan 500.000-1.000.000 butir setiap satu kali bertelur. Dalam waktu 13-14 jam, telur kecil tersebut berkembang dan

(24)

24 akan menetas menjadi naupli dalam waktu 12-16 jam yang berukuran mikroskopik (Perry, 2008). Tahap nauplii tersebut memakan kuning telur yang tersimpan dalam tubuhnya lalu mengalami metamorfosis menjadi zoea. Dimana telur udang vaname akan menetas pada kisaran suhu 28 – 300C.

(25)

25 III METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan data hasil kegiatan Pengalaman Kerja Praktik Mahasiswa (PKPM) yang dilaksanakan 17 Januari sampai 17 Maret 2019, di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Alat

Alat yang digunakan untuk pemijahan udang vaname di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1. Alat yang di gunakan untuk pemijahan udang vaname No Alat Spesifikasi Fungsi

1 Seser Jaring Digunakan untuk menangkap induk udang 2 Ember Bahan plastic Wadah penampungan induk udang

pada saat pemijahan 3 Senter kepala

Digunakan sebagai penerang untuk mempermuda menangkap induk yang matang gonat

4 Bak pemeliharaan Kapasitas 20 Ton Wada pemeliharaan induk jantan dan betina 5 Waring hitam Jaring Digunakan untuk menampung

induk yang sudah memijah 6 Bak penetasan telur Kapasitas 20 Ton

Sebagai wadah penampungan telur sekaligus wadah penetasan telur

7 Handrefraktometer Multiparameter Mengukur salinitas 8 PH Meter Multiparameter Mengukur PH 9 Thermometer Multiparameter Mengukur suhu Sumber : Data Primer 2019

(26)

26 3.2.2 Bahan

Bahan yang digunakan untuk pemijahan udang vaname di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan dapat dilihat pada Tabel 3.2

Tabel 3.2. Bahan yang di gunakan untuk pemijahan udang vaname No Bahan Spesifikasi Fungsi

1 Induk Udang Vaname Untuk menghasilkan telur dan sperma 2 Air Laut Sebagai media udang yang di pelihara 3 Pakan induk Sumber energi dan materi bagi

pertumbuhan

4 EDTA Untuk mengikat logam-logam berat

Sumber : Data Primer 2019

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang akan digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir diperoleh dari hasil PKPM. Data yang dikumpulkan berupa data partisipasi aktif, wawancara dan sumber Literaur. Data tersebut diperoleh dengan cara sebagai berikut :

3.3.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari hasil kegiatan Pemijahan udang secara langsung selama kegiatan PKPM Di PT. Esaputlii Prakarsa Utama Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

3.3.2 Data Sekunder

Data sekunder didapatkan berdasarkan hasil konsultasi dengan Pembimbing Lapangan serta berbagai literatur yang berkaitan dengan kegiatan melalui penelusuran Pustaka.

(27)

27 3.4 Metode Pelaksanaan

Semua kegiatan yang dilakukan dalam pemijahan udang vaname, dimulai dari persiapan sampai pemijahan.

3.4.1 Persiapan Pemijahan 3.4.1.1Persiapan Air

Kualitas air yang baik memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan dipembenihan. Penyakit yang ditimbulkan oleh komponen bakteri, fungal, parasiter dapat bersumber dari air. Penerapan sistem filterisasi air, perlakuan ozonisasi, penyinaran ultraviolet dapat menjadi komponen penunjang yang dapat menghindari wabah penyakit pada kegiatan pembenihan. Melalui pengelolaan akualitas air secara benar, maka kebutuhan akan obat – obatan dan antibiotik dapat dikurangi.

Pada unit pembenihan PT. Esaputlii Prakarsa Utama Barru pengadaan air laut menggunakan pompa dan pipa, agar kebersihan air laut yang dihisap terjamin dilakukan pengambilan air laut dengan jarak dari garis pantai ± 300 meter dan diujung pipa pengisap dilengkapi dengan penyaring kotoran.

Adapun cara untuk memperoleh air Laut yang bersi yaitu pengambilan air laut dibantu menggunakan dua pompa bermesin diesel dengan merk EBARA 1 phase 4 inch melalui filter preassure kemudian di masukkan ke dalam tandon bervolume 200 m3 dipompa ke resevoir melalui filter gravitasi di dalam bak reservoir volume 100 m3 di lakukan tritmen air dilakukan dengan cara memberikan larutan kaporit 60% sebanyak 10-15 ppm selama 8 jam dan diberi aerasi kuat. Menetralkan air terhadap kaporit diberikan Natrium thiosulfat sebanyak 3-5 ppm dan didiamkan selama 2-3 jam setelah mencapai waktu yang

(28)

28 telah ditentukan, dilakukan pengujian untuk mengetahui tingkat kenetralan air terhadap kaporit menggunakan ortolidine.

3.4.1.2 Persiapan Wadah Pemijahan

Persiapan wadah dilakukan untuk mensterilkan bak dari bakteri atau penyakit lainnya. Persiapan wadah pemeliharaan merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting dalam unit pembenihan udang, untuk persaiapan wadah pemijahan dan penetasan telur ini dilakukan dengan menyiram seluruh permuakan dinding wadah dengan air tawar hal ini bertujuan untuk membunuh organisme patogen yang hidup pada air laut kemudian dilakukan pengosokan dinding bak dengan scoring pad dan deterjen untuk lebih mensterilkan wadah pemijahan dan penetasan telur lalu bilas kembali dengan air tawar dan wadah dikeringkan sebelum digunakan

3.4.1.3 Persiapan Induk

Induk yang dipelihara sebagai star awal produksi sebayak 879 induk udang dengan jumlah jantan 435 ekor dan betina 444 ekor yang dipelihara secara terpisah, induk tersebut telah diablasi sebelumnya untuk pematangan gonad selain ablasi pematangan gonad juga dipacu dengan pemberian pakan yang sesuai dengan dosis dan kebutuhan protein dan lemak untuk induk yang dipelihara, pakan induk udang vaname terbagi atas dua yaitu pakan segar dan pakan buatan, pakan segar yang digunakan berupa cumi – cumi dan cacing laut, untuk pakan buatan berupa pellet .

Setelah pemeberian pakan yang sesuai maka induk yang dipelihara tersebut akan mencapai matang gonad lama matang gonad setelah ablasi ± 5 hari, induk yang telah mencapai TKG 3 sudah dapat dipijahkan,untuk tetap menjaga induk yang

(29)

29 dipelihara tetap sehat dilakukan pengelolaan kualitas air dengan sistem flow trow dan penyiponan sisa pakan dan kotoran.

3.4.1.4 Pemijahan Induk

Induk yang telah mencapai TKG 3 ditandai dengan warna kuning keemasan pada bagian toraks sudah dapat dipijahkan. Cara pemijahan induk udang vaname ini yaitu dengan memindahkan induk betina ke dalam kolam pemeliharaan jantan dengan menggunakan seser secara perlahan pemijahan berlangsung 4 – 5 jam dan satu induk betina hanya dapat dipijahkan oleh satu induk jantan pada kolam pemeliharaan jantan. Induk yang telah memijah ditandai melekatnya sperma pada telikum betina, induk tersebut kemudian dipindahkan ke bak peneluran dengan menggunakan seser secara perlahan.

Semua kegiatan yang akan dilakukan berkaitan dengan penyusunan proposal kegiatan PKPM tentang pembenihan udang vaname, akan dilakukan sesuai dengan standar operasional presedur (SOP) yang dijalankan di Esaputli Prakarsa Utama Kabupaten Barru Provinsi Sulawesi Selatan.

3.5 Parameter yang Diamati dan Analisa Data 3.5.1 Parameter yang Diamati

Parameter yang diamati pada kegiatan teknik pemijahan udang vanname diantaranya: Persiapan pemijahan meliputi (persiapan air, persiapan wadah dan persipan induk), Pematangan gonad meliputi (ablasi, pengelolaan pakan dan pengelolaan kualitas air), dan Pemijahan meliputi (pengamaan jumlah kawin dan memijah).

(30)

30 3.5.2 Analisis Data

Data yang digunakan adalah metode deskriptif yang bersumber pada data primer dan data sekunder yang didapatkan selama kegiatan praktik dilapangan.

Gambar

Gambar 2.1. Morfologi Udang Vaname (Haliman dan Adijaya, 2005)  2.2  Habitat dan Siklus Hidup Udang Vaname
Gambar 2.2  Siklus Hidup Udang Vaname (Wyban and Sweeney, 1991)
Tabel 3.1. Alat yang di gunakan untuk pemijahan udang vaname
Tabel 3.2. Bahan yang di gunakan untuk pemijahan udang vaname  No  Bahan  Spesifikasi  Fungsi

Referensi

Dokumen terkait

Proses perkawinan atau pemijahan pada udang vaname ( Litopenaeus vannamei ) di IPU Gelung, dilakukan setelah proses sampling induk betina yang matang gonad dimasukan ke

Maka dari itu diperlukan penanganan yang baik agar mutu udang dapat dipertahankan sampai udang dikonsumsi oleh konsumen, salah satu cara yaitu dengan

Udang akan tumbuh dengan baik pada lingkungan budidaya yang kualitas airnya baik, kualitas air media budidaya berpengaruh langsung terhadap kehidupan udang yang

Hasil tugas akhir ini menunjukkan bahwa penerapan fungsi-fungsi manajemen dalam proses pemberian pakan larva udang Vannamei adalah Fungsi perencanaan, menetapkan

Pakan alami dari jenis zooplakton yang diberikan pada larva udang vaname adalah Artemia salina dengan cara dilakukan pengkulturan selama 24 jam dalam wadah berupa galon

Air tanah yang saat ini digunakan untuk kegiatan budidaya dapat diperoleh melalui cara pengeboran tanah dengan kedalaman tertentu sampai diperoleh titik sumber air

Hasil dari kegiatan pemijahan ikan mas adalah bahwa induk yang digunakan sudah memenuhi kriteria induk yang baik dengan umur induk jantan punten dan induk betina punten

Esaputlii Prakarsa Utama berasal dari Hawai, Amerika Serikat karena induk yang berasal dari daerah tersebut memiliki kualitas yang terbaik dan mampu bersaing dengan induk dari negara