• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN MEDIA MAKET TERHADAP HASIL BELAJAR IPS MURID KELAS IV SDN 4 LAKKADING KABUPATEN MAJENE

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN MEDIA MAKET TERHADAP HASIL BELAJAR IPS MURID KELAS IV SDN 4 LAKKADING KABUPATEN MAJENE"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGARUH MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN MEDIA MAKET TERHADAP HASIL BELAJAR IPS

MURID KELAS IV SDN 4 LAKKADING KABUPATEN MAJENE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

Oleh: FETTY AMRIA

105401114116

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

(2)
(3)
(4)

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : FETTY AMRIA

NIM : 10540 11141 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Judul Skripsi : Pengaruh Model Student Facilitator and Explaining

Berbantuan Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim

Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau

dibuatkan oleh siapapun.

Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2020

Yang Membuat Pernyataan

(5)

Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132

\

v

SURAT PERJANJIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : FETTY AMRIA

NIM : 10540 11141 16

Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya

akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan

pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.

4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia

menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.

Makassar, Oktober 2020 Yang Membuat Perjanjian

(6)

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Laa yukallifullahu nafsaan illaa wus‘ahaa

“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”

(QS. Al Baqarah: 286)

“Dalam menggapai suatu impian, kita akan melewati banyaknya rintangan dan hambatan, percayalah,

rintangan dan hambatan tersebut akan menjadi jembatan dalam menuju mimpimu”

Ku persembahkan karya sederhana ini kepada: Kedua orang tuaku, keluarga tercintaku, dan sahabat-sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.

(7)

vii ABSTRAK

FETTY AMRIA. 2020, Pengaruh Model Student Facilitator and Explaining

berbantuan media maket terhadap hasil belajar IPS Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar

(PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hidayah Quraisy dan pembimbing II Ade Irma Suriani.

Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh model

student facilitator and explaining berbantuan media maket terhadap hasil belajar

IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading kab. Majene. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model student facilitator and explaining berbantuan media maket terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading kab. Majene. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen dan menggunakan desain penelitian one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas IV SDN 4 Lakkading kabupaten Majene yang berjumlah 18 orang dan diambil sampel sebanyak 18 orang dengan teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknis analisis statistik deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hasil belajar murid pada saat sebelum diberi perlakuan (pretest) yang tuntas secara individual dari 18 murid hanya 4 murid atau 22,22% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau berada pada kategori rendah. Sedangkan setelah diberi perlakuan (posttest) dimana dari 18 murid terdapat 16 murid atau 88,89% telah memenuhi KKM atau berada dalam kategori tinggi.Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol (𝐻0)

ditolak dan hipotesis alternatif (𝐻1) diterima. Sehingga hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan model student facilitator and explaining berbantuan media maket terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading kabupaten Majene.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas

segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas anugerah pada

detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang

Khalik.

Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Student Facilitator and

Explaining Berbantuan Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Berbekal dari kekuatan dan ridho dari Allah swt semata, maka penulisan

skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak

sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat

menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Oleh sebab

itu hanya dari pertolongan Allah swt, yang hadir lewat uluran tangan serta

dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih yang

tiada terhingga atas segala bantuan modal dan spritual yang diberikan dalam

menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa selama menjadi mahasiswa jurusan Pendidikan

Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar sejak 2016

(9)

ix

semua pihak hingga studi penulis dapat selesai. Oleh karena itu ucapan terima kasih

dan penghargaan yang teristimewa dengan segenap cinta dan hormat ananda

haturkan kepada kedua orang tua H. Amiruddin S.Ag. dan Hj. Masdaria atas pengorbanan, kesabaran, do’a, cinta dan kasih sayang yang tak pernah terputus

tercurah sejak penulis berada dalam kandungan, detik ini hingga kapan pun.

Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga dan sahabat-sahabat

yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu setia menemani penulis, kepada

Dr. Hj. Hidayah Quraisy, M.Pd. pembimbing I dan Ade Irma Suriani, S.Pd., M.Pd

pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan

bimbingan, motivasi, arahan, dan semangat kepada penulis sejak penyusunan

proposal dan sampai pada selesainya skripsi ini. Penulis belajar banyak dari ibu.

Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D Dekan FKIP Universitas

Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd Ketua Program Studi

Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas

Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik mulai dari semester

awal hingga penulis menyelesaikan studinya di perguruan tinggi ini.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, guru, dan

staf SDN 4 Lakkading kabupaten Majene yang telah memberikan izin dan bantuan

selama melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada

(10)

x

khususnya 16D terima kasih atas kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya

kepada penulis yang telah memberikan warna dalam perjalanan menuju sarjana.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan

kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis

yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan.

Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri

pribadi penulis. Aamiin.

Billahifisabililhaq fastabiqulkhaerat

WassalamuAlaikum Wr. Wb.

Makassar, September 2020

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL……… i

HALAMAN PENGESAHAN……….. ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. iii

SURAT PERNYATAAN………. iv

SURAT PERJANJIAN……… v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. vi

ABSTRAK……… vii

KATA PENGANTAR………. viii

DAFTAR ISI………... xi

DAFTAR TABEL……… xiii

DAFTAR GAMBAR……… xiv

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang……….. 1

B. Rumusan Masalah………. 5

C. Tujuan Penelitian………..… 5

D. Manfaat Penelitian……… 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS……….. 7

A. Kajian Teori……….. 7

1. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining…...… 7

2. Media Maket………..`13

3. Model Student Facilitator and Explaining berbantuan media Maket………. 16

4. Hasil Belajar………... 18

5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)………... 21

6. Hasil Penelitian Relevan………. 24

B. Kerangka Pikir Penelitian……….. 26

C. Hipotesis Penelitian……….. 28

BAB III METODE PENELITIAN……… 29

A. Rancangan Penelitian………. 29

1. Jenis Penelitian……… 29

2. Desain Penelitian………. 29

B. Populasi dan Sampel………. 30

1. Populasi……… 30

2. Sampel ……….31

(12)

xii

D. Instrumen Penelitian……….. 31

E. Teknik Pengumpulan Data……… 32

F. Teknik Analisis Data………. 34

1. Analisis Statistik Deskriptif………. 34

2. Analisis Statistik Inferensial……… 36

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 39

A. Hasil Penelitian……….. 39

B. Pembahasan………51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. 59

A. Simpulan……… 59

B. Saran……….. 59

DAFTAR PUSTAKA……….. 60 LAMPIRAN

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 kegiatan guru dan murid dalam model Student Facilitator

and Explaining berbantuan media maket……….. 17

Tabel 3.1 Jumlah murid kelas IV SDN 4 Lakkading……… 30

Tabel 3.2 Standar ketuntasan hasil belajar IPS SDN 4 Lakkading…... 35

Tabel 4.1 Skor nilai pretest……… 39

Tabel 4.2 Mean (rata-rata) nilai pretest………. 40

Tabel 4.3 Tingkat penguasaan materi pretest……… 41

Tabel 4.4 Deskripsi ketuntasan hasil belajar IPS (pretest)……… 42

Tabel 4.5 Skor nilai posttest………... 43

Tabel 4.6 Mean (rata-rata) nilai posttest……… 43

Tabel 4.7 Tingkat penguasaan materi posttest………... 45

Tabel 4.8 Deskripsi ketuntasan hasil belajar IPS (posttest)………….. 45

Tabel 4.9 Hasil analisis data observasi aktivitas murid………. 46

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

Gambar 2.1 Kerangka pikir………... 27

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan

manusia. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan baik agar

kelak dapat berguna bagi kehidupan yang akan datang. Nur’aeni, dkk. (2012: 9)

menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata Educare, yang berarti menarik

keluar atau mengembangkan potensi murid.

Coser at all (Sukmara, dkk., 2017: 286) mengungkapkan bahwa “Education

is the deliberate, formal transfer of knowledge, skill, and value from person to another”. Pendidikan merupakan pendewasaan murid agar dapat mengembangkan

bakat, potensi, dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan.

Dewasa ini, pendidikan sangatlah diperlukan bagi anak-anak maupun orang

dewasa. Sebagian masyarakat saat ini menyadari betapa pentingnya pendidikan

dalam membentuk karakter dan menata masa depan murid. Oleh karena itu, setiap

Negara termasuk di Indonesia senantiasa berusaha meningkatkan mutu pendidikan.

Peningkatan mutu pendidikan sangat bergantung pada kehadiran guru yang

bermutu. Oleh karena itu, sudah seharusnya para guru untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga para murid merasa senang dan

tertarik ketika proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu proses

yang mengandung serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh guru dan murid yang

(16)

Interaksi yang dilakukan guru dan murid akan menghasilkan suatu pengetahuan

baru yang bermanfaat bagi proses pembelajaran.

Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan kurikulum 2013. Salah satu

muatan dalam kurikulum 2013 adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).

Pembelajaran IPS memiliki tujuan, yaitu untuk memahami dan mengembangkan

pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa,

konsep, dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat,

bangsa, dan Negara. Lebih lanjut menurut Maryani (Susanto, 2014: 2) menjelaskan

bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk: (1) mengembangkan ilmu-ilmu dasar

tentang ilmu sosial; (2) mengembangkan kemampuan berpikir inquiry, pemecahan

masalah, dan keterampilan sosial; (3) membangun komitmen dan kesadaran diri

tentang kemanusiaan; (4) meningkatkan kemampuan berkompetensi dan

bekerjasama dalam lingkungan masyarakat.

Melalui pengamatan awal penulis di SDN 4 Lakkading Kab. Majene pada

bulan Agustus 2020, diperoleh data dari guru kelas IV SDN 4 Lakkading bahwa

hasil belajar yang terjadi pada murid kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene pada

mata pelajaran IPS masih dikategorikan rendah, hal ini dapat dilihat dari data awal

murid dengan nilai rata-rata kelas murid masih jauh dari Kriteria Ketuntasan

Minimal, dari 18 murid, hanya ada 5 murid yang mendapatkan nilai 70 ke atas.

Dengan demikian, tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,

oleh karena nilai 70 sebagai batas KKM belum tercapai.

Berdasarkan pengamatan awal penulis di SDN 4 Lakkading, menunjukkan

bahwa rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh aspek guru dan aspek murid.

(17)

pada murid saat mengajar, (2) guru kurang memancing murid dalam bertanya, (3)

guru masih jarang menggunakan media saat mengajar. Sementara dari aspek murid,

yaitu: (1) banyak murid berkeliaran saat proses pembelajaran berlangsung, (2)

sebagian besar murid tidak memperhatikan selama pelajaran berlangsung, (3)

beberapa murid melakukan aktivitas lain pada saat guru menjelaskan, (4) sebagian

besar murid mengaku bosan dan tidak mempunyai motivasi dalam belajar.

Mengatasi kondisi seperti itu, sangat diperlukan model dan media

pembelajaran yang efektif dan efisien untuk lebih membantu murid dalam

memfokuskan diri dalam belajar, menumbuhkan motivasi murid, dan membuat

murid menguasai kompetensi yang ingin dicapai. Model pembelajaran merupakan

pedoman bagi guru dan murid dalam pelaksanaan proses pembelajaran. model

pembelajaran merupakan suatu rancangan atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing

pengajaran di kelas atau yang lain.

Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran

adalah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Model Student

Facilitator and Explaining merupakan suatu model dimana murid

mempersentasikan ide atau pendapat pada murid lainnya. Model Student Facilitator

and Explaining menjadikan murid sebagai fasilitator dan diajak berpikir sehingga

menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta

menimbulkan rasa percaya diri pada murid.

Menurut Shoimin (2017: 183) model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekan pada

(18)

memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. Dalam model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining murid lebih aktif dalam proses

pembelajaran karena adanya interaksi antara guru dengan murid dan murid dengan

murid. Dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and

Explaining dapat melatih murid untuk lebih mandiri dan kreatif dalam proses

pembelajaran serta murid tidak mudah untuk melupakan materi pelajaran yang

diajarkan.

Selain menerapkan model pembelajaran yang inovatif, penggunaan media

pembelajaran juga diperlukan untuk mendapatkan peningkatan kualitas

pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat membantu adalah media

maket. Menurut Sani (2019: 333) Maket merupakan sebuah model yang merupakan

tiruan tiga dimensi dari benda sebenarnya. Sebagai media visual konkret, maket

dapat digunakan sebagai media pembelajaran. media maket akan menarik perhatian

murid, karena meletakkan dasar-dasar yang konkret, selain itu media maket juga

dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket

murid dapat menemukan jawaban dari suatu permasalahan.

Proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar seharusnya lebih

mengedepankan keaktifan murid dalam belajar, karena hal tersebut dapat

meningkatkan pemahaman dan daya ingat murid, bahkan murid dapat termotivasi

dalam belajar, karena murid lebih aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,

guru dituntut memiliki keterampilan dalam memilih dan menerapkan model dan

media pembelajaran yang lebih menekankan keaktifan murid, sementara guru

(19)

model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang berbantuan media

maket.

Berdasarkan uraian di atas, penulis terinspirasi mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Student Facilitator and Explaining Berbantuan

Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dirumuskan masalah pokok dari penelitian ini, yaitu “Bagaimana Pengaruh Penggunaan Model Student

Facilitator and Explaining Berbantuan Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS

Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene ?”.

C. Tujuan Penelitian

Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Pengaruh Model Student

Facilitator and Explaining Berbantuan Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS

Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene”.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapat dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1) Manfaat secara Teoretis

Memberikan wawasan secara nyata dalam dunia pendidikan bahwa

penerapan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket dapat

(20)

2) Manfaat secara Praktis

a. Bagi murid, Memberikan pengalaman kegiatan belajar murid yang

menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar murid melalui model

pembelajaran Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket.

b. Bagi guru, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru

melalui model pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan

murid dan untuk meningkatkan kinerja guru serta mempermudah dalam

penyampaian materi IPS.

c. Bagi sekolah, Menjadi kontribusi positif untuk meningkatkan mutu pendidikan

di SDN 4 Lakkading kab. Majene.

d. Bagi peneliti, Dapat menambah pengetahuan peneliti, menambah wawasan

serta pengalaman peneliti dalam penelitian eksperimen dan pembelajaran

(21)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka

1. Model Student Facilitator and Explaining a. Pengertian Model Pembelajaran

Menurut Isrok’atun dan Rosmala (2018: 36) model pembelajaran

merupakan suatu pola rancangan pembelajaran yang menggambarkan proses

interaksi murid dengan guru, yang mengacu pada sintak pembelajaran mulai dari

awal sampai dengan akhir dengan menerapkan berbagai macam metode belajar

mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Menurut afandi, dkk. (2013: 15) model pembelajaran adalah tata cara atau

pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan

pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media, dan alat

penilaian pembelajaran.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau kerangka

sistematis yang menjadi acuan atau pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan

pembelajaran.

b. Pembelajaran Kooperatif

Salah satu landasan teoretis pertama tentang belajar kelompok ini berasal

dari pandangan konstruktivis sosial. Vygotsky (Huda, 2017: 24) mengemukakan bahwa “mental murid pertama kali berkembang pada level interpersonal dimana

(22)

mereka belajar menginternalisasikan dan mentransformasikan interaksi

interpersonal mereka dengan orang lain, lalu pada level intra-personal dimana ini”.

Huda (2017: 25) menjelaskan landasan teoretis lain tentang belajar

kelompok kecil juga berasal dari teori Piaget tentang konflik sosiokognitif. “konflik

ini menurut Piaget muncul ketika murid mulai merumuskan kembali

pemahamannya akan suatu masalah yang bertentangan dengan pemahaman orang lain yang tengah berinteraksi dengannya”. Landasan teoretis inilah yang menjadi

alasan mengapa murid perlu diajak untuk belajar berinteraksi bersama orang

dewasa atau temannya yang lebih mampu sehingga mereka bisa menyelesaikan

tugas-tugas yang tidak bisa mereka selesaikan sendiri.

Istilah Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) berasal dari kata

Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling

membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Susanto

(2014: 201) Cooperative Learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan

kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan murid bekerja bersama

untuk memaksimalkan belajar setiap anggota dalam kelompok.

Menurut Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 53) pembelajaran kooperatif

merupakan model pembelajaran yang menerapkan konsep bekerja dalam

kelompok-kelompok kecil yang kolaboratif dan anggotanya terdiri dari empat

hingga lima orang secara heterogen.

Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan, maka penulis dapat

menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang

menerapkan konsep kerja sama dengan saling membantu satu sama lainnya di

(23)

Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana murid dapat bekerja sama

dengan kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif

merupakan bagian dari murid untuk mencapai tujuan kelompok, murid harus

merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka murid lain dalam

kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap

kooperatif dengan sesama anggota kelompok.

Pembelajaran kooperatif dapat dipahami sebagai suatu model belajar yang

menekankan pada kerjasama kelompok. Menurut Susanto (2014: 222) secara umum

langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:

1) Guru merancang rencana program pembelajaran (RPP), dengan menetapkan

tujuan yang akan dicapai, baik ranah kognitif, afektif atau sikap, maupun

psikomotorik atau keterampilan sosial yang dapat dikembangkan oleh murid

baik secara individu maupun kelompok.

2) Saat menyampaikan materi, guru hanya menyampaikan pokok-pokok

materinya saja, karena pendalaman materi akan dibahas oleh murid melalui

belajar kelompok.

3) Pada saat murid melaksanakan kegiatan diskusi, guru harus dapat membimbing

dan mengarahkan murid baik secara individual maupun kelompok, agar

pembahasan dalam diskusi tidak keluar dari materi pembelajaran.

c. Student Facilitator and Explaining (SFE)

Menurut Huda (2015: 228) model Student Facilitator and Explaining

merupakan proses penyajian materi yang dimulai dari penjelasan materi dari guru,

kemudian murid diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada rekan-rekannya, dan

(24)

Menurut Shoimin (2017: 183) “model Student Facilitator and Explaining

merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekan pada struktur

khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi murid dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi”.

Menurut Agus (Seruni, 2017: 37) Student Facilitator and Explaining

merupakan model pembelajaran yang menjadikan murid mampu membuat peta

konsep maupun bagan untuk meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar murid.

Adapun perbedaan model Student Facilitator and Explaining dengan metode

diskusi terletak pada cara pertukaran pikiran antar murid. Dimana pada model

Student Facilitator and Explaining murid dapat menerangkan dengan bantuan

media bagan maupun konsep.

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan

bahwa model Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar

mempresentasikan ide atau pendapat kepada murid lainnya.

Shoimin (2017: 184) menjelaskan ada enam langkah dalam pelaksanaan

model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining yaitu:

1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menjelaskan

kompetensi sesuai dengan indikator pembelajaran.

2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi. Guru menyajikan materi

dengan bantuan alat peraga atau sumber belajar lainnya, dan murid

memperhatikan dengan seksama. Setelah menyampaikan materi, guru

membagi murid kedalam beberapa kelompok, kemudian guru memberi contoh

(25)

mencatat apa yang telah mereka ketahui atau yang bisa dilakukan, berkaitan

dengan aspek apapun yang berkaitan dengan materi tersebut. Guru juga bisa

meminta murid untuk saling bertukar pikiran dengan teman kelompoknya agar

murid dapat lebih percaya diri.

3) Memberi kesempatan kepada murid untuk menjelaskan kepada murid lainnya

misalnya menggunakan bantuan bagan/peta konsep.

4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari murid. Ketika murid menjelaskan di

depan kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali. Informasi

yang tidak akurat, ide yang kurang tepat, atau yang hanya dijelaskan separuh,

bagian yang hilang, hal ini bisa ditangani langsung sehingga murid tidak

membentuk kesan yang salah, atau murid dapat membuat dasar dari rencana

pembelajaran yang telah diperbaiki untuk beberapa pelajaran berikutnya. Guru

menerangkan semua materi yang diterangkan saat itu.

5) Guru menjelaskan kembali keseluruhan dari materi agar murid lebih

memahami dan tidak salah persepsi terhadap materi yang dibahas saat itu.

6) Penutup.

Menurut Shoimin (2017: 184) terdapat beberapa kelebihan dari penggunaan

model Student Facilitator and Explaining, yaitu:

1) Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkret.

2) Dapat meningkatkan daya serap murid karena pembelajaran dilakukan dengan

demonstrasi.

3) Melatih murid untuk menjadi guru, karena murid diberikan kesempatan untuk

(26)

4) Memacu motivasi murid untuk menjadi yang terbaik dalam menyampaikan

materi.

5) Mengetahui kemampuan murid dalam menyampaikan ide atau gagasan.

Adapun menurut Shoimin (2017: 185) terdapat beberapa kelemahan model

Student Facilitator and Explaining, yaitu:

1) Murid yang malu, tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh

guru kepadanya atau banyak murid yang kurang aktif.

2) Tidak semua murid memiliki kesempatan yang sama untuk memaparkan atau

menjelaskan kembali materi kepada teman-temannya karena adanya

keterbatasan waktu pelajaran.

3) Adanya pendapat yang sama, sehingga hanya sebagian saja yang tampil.

4) Tidak mudah bagi murid untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi

ajar secara ringkas.

Guru sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam

proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar, guru dituntut untuk

menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian yang dimiliki guru

yaitu kemampuan menyampaikan pelajaran. Agar penyampaian pelajaran tepat

pada tujuan pembelajaran maka harus memilih model pembelajaran yang inovatif

dan tidak monoton. Pemilihan model pembelajaran pada mata pelajaran IPS

misalnya dengan model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining yang

melibatkan keaktifan murid dan menuntut murid untuk menemukan konsep sendiri,

(27)

2. Media Maket

a. Hakikat Media Pembelajaran

Menurut Susanto (2014: 311) media pembelajaran adalah alat bantu yang

digunakan dalam proses pembelajaran yang dimaksudkan untuk memudahkan,

memperlancar komunikasi antara guru dan murid sehingga proses pembelajaran

berlangsung efektif dan berhasil dengan baik. Sedangkan menurut Sani (2019: 321)

mendefinisikan media pembelajaran sebagai alat atau cara yang digunakan oleh

pendidik untuk dapat digunakan oleh murid dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat penulis simpulkan media

pembelajaran merupakan suatu alat/peraga yang digunakan guru untuk dapat

mempermudah proses kegiatan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan

pembelajaran.

Penggunaan dari setiap alat/media yang dapat membantu pembelajaran

didalam penerapan model penelitian ini sangat dibutuhkan, tentunya sebelum

mengetahui segala macam penggunaan media kita lebih dahulu mengkaji berbagai

manfaat dari media. Kemp dan Dayton (Susanto, 2014: 321) mengemukakan

beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media

pembelajaran di kelas, yaitu sebagai berikut:

1) Penyampaian pelajaran tidak kaku

2) Pembelajaran bisa lebih menarik

3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan

prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi sisa, umpan

(28)

4) Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat, karena kebanyakan media hanya

memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan isi pelajaran

dalam jumlah yang cukup banyak, dan kemungkinan dapat diserap oleh murid

lebih besar

5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila integritasi kata dan gambar

sebagai media pembelajaran dapat mengomunikasikan elemen-elemen

pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas.

6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan atau

diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan

secara individu

7) Sikap positif murid terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses

belajar dapat ditingkatkan

8) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif.

b. Media Maket

Menurut Susanto (2014: 327) media pembelajaran berbasis visual adalah

visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada murid

dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi,

sketsa/gambar grafis. Grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih.

Menurut Sani (2019: 333) maket merupakan sebuah model. Model merupakan

tiruan tiga dimensi dari benda sebenarnya. Menurut Amran (Meylasari, 2014: 4)

media maket adalah media bentuk tiruan tentang sesuatu dalam ukuran kecil.

Sebagai media visual konkret, maket dapat digunakan sebagai media

pembelajaran. Media maket akan menarik perhatian murid, karena meletakkan

(29)

keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket murid dapat menemukan

jawaban dari suatu permalasahan yang dihadapi dalam pembelajaran. maket yang

didesain dengan baik akan memberikan makna yang hamper sama dengan benda

aslinya, dengan melihat benda yang hampir sama dengan aslinya diharapkan akan

memudahkan murid dalam mengingat, menambah wawasan murid, dapat

menguatkan konsep murid serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir

murid.

Penggunaan media maket dalam pembelajaran IPS, dipilih karena beberapa

aspek:

1) Menumbuhkan minat belajar murid karena pelajaran menjadi lebih menarik.

2) Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga murid lebih mudah

memahaminya.

3) Membuat murid lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran seperti

mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan sebagainya.

Media maket termasuk media tiga dimensi yang juga memiliki beberapa

kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari media maket, antara lain:

1) Bentuknya yang dibuat tiga dimensi seperti aslinya.

2) Pemberian warna secara realistik, membuat media lebih menarik.

3) Memberikan pengalaman secara langsung.

4) Penyajian secara konkret.

5) Menunjukkan objek secara utuh.

6) Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas dan dapat menunjukkan

alur suatu proses secara jelas, maka dari itu diharapkan dapat meningkatkan

(30)

Adapun beberapa kelemahan media maket, antara lain:

1) Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar.

2) Penyimpannya memerlukan ruang serta perawatannya yang rumit.

3) Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan media ini cukup besar.

4) Anak yang mengalami gangguan penglihatan akan kesulitan dalam

penggunaan media ini.

Media maket sebagai pembelajaran tiga dimensi dapat memanipulasi objek

nyata yang sebenarnya. Dengan menggunakan media maket ini dapat memperoleh

pengalaman pembelajaran semi konkret melalui penggunaan media maket dalam

pembelajaran IPS. Melalui penggunaan media maket ini murid juga dapat secara

langsung melihat dan memperagakan komponen benda tiruan dalam bentuk media

maket sehingga lebih banyak pengalaman belajar yang diperoleh murid.

Penyampaian informasi dan pesan juga dapat diperjelas melalui penggunaan media

maket ini sehingga dapat memengrauhi hasil belajar yang diperoleh.

3. Model Student Facilitator and Explaining Berbantuan Media Maket Model Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang

memberikan kesempatan kepada murid untuk berlatih menjelaskan kembali materi

yang telah dipelajari dan disampaikan oleh guru dengan menggunakan media maket

dalam pembelajaran di kelas.

Langkah-langkah model Student Facilitator and Explaining berbantuan

(31)

Table 2.1 kegiatan guru dan murid dalam model Student Facilitator and

Explaining berbantuan media maket.

Kegiatan guru Kegiatan murid

1. Menyampaikan kompetensi yang

ingin dicapai sesuai dengan

indikator pembelajaran.

1. Mempersiapkan diri untuk

menerima pelajaran, dan menyimak kompetensi yang disampaikan oleh guru.

2. Menyajikan garis-garis besar materi pelajaran.

2. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru tentang garis-garis besar materi pelajaran.

3. Membagi murid menjadi kelompok kecil.

3. Berdiskusi dan bertukar informasi

atau pikiran dengan teman

kelompoknya yang berkaitan

dengan materi yang disampaikan oleh guru.

4. Memberi kesempatan dan

mengarahkan murid untuk

menjelaskan kepada murid lainnya menggunakan media maket.

4. Menjelaskan hasil pengetahuan yang didapat dari hasil tukar pikiran dengan teman kelompoknya di depan kelas menggunakan media maket secara individu.

5. Guru menyimpulkan pendapat

murid kemudian menerangkan

kembali materi dengan bantuan media maket jika terjadi kesalahan

persepsi dengan materi yang

dibahas oleh murid.

5. memperhatikan penjelasan dari

guru, dan bertanya jika ada materi yang kurang dipahami.

(32)

4. Hasil Belajar a. Belajar

Menurut Susanto (2014: 1) “belajar merupakan suatu proses dalam

membentuk dan mengarahkan kepriadian manusia. Perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas seseorang”. Adapun belajar

menurut Sardiman (Afandi, dkk., 2013: 1) “belajar merupakan perubahan tingkah

laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”.

Berdasarkan hasil penyelidikannya, Gagne (Kurniawan. 2014: 4)

memandang belajar sebagai proses internal dan melibatkan unsur kognitif. Dimana

unsur internal ini berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi

perubahan pada diri setiap individu.

Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah

perubahan tingkah laku maupun penampilan yang dialami oleh individu secara

keseluruhan setelah mendapat suatu ilmu atau pelajaran dari suatu pengalaman

yang sudah dialaminya.

Prinsip belajar adalah suatu keadaan yang selalu ada dalam setiap proses

belajar. Dikutip dari Kurniawan (2014: 17) prinsip-prinsip belajar dari berbagai

teori belajar yang mendasarinya, yang telah terungkap dan dianggap sudah berlaku

umum. Prinsip-prinsip belajar itu terdiri dari:

1) Prinsip perhatian dan motivasi (teori pengolahan informasi dan operant

conditioning), pengajar harus bisa membangkitkan perhatian dan motivasi

(33)

2) Prinsip keaktifan (teori kognitif dan Thorndike), guru harus bisa

membangkitkan keaktifan murid dalam proses pembelajaran.

3) Prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman (teori kognitif, Edgardale dan

Dewey), guru harus bisa merekayasa suatu pengalaman belajar yang efektif,

berkesan, dan menyenangkan.

4) Pengulangan (teori psikologi daya, psikologi asosiasi, dan psikologi

conditioning), memberikan latihan atau pengulangan kepada murid dalam

proses pembelajaran.

5) Tantangan (teori medan), guru perlu mengkreasi situasi dan kondisi yang bisa

mengembangkan afeksi disiplin, daya tahan, dan kesabaran murid.

6) Balikan dan penguatan (operant conditioning-skinner), berfungsi untuk

memperkuat perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak

diinginkan.

7) Perbedaan individual (Gardner), guru harus mampu melayani perbedaan

individual muridnya dengan menggunakan variasi metode dan media dalam

proses pembelajaran.

b. Hasil Belajar

Interaksi antara pendidik dengan murid yang dilakukan secara sadar,

terencana, baik didalam maupun diluar ruangan untuk meningkatkan kemampuan

murid ditentukan oleh hasil belajar. Menurut Sudjana (Darmawan, 2018: 22) hasil

belajar merupakan komptensi-kompetensi yang harus dicapai oleh murid setelah

melalui proses pembelajaran. kompetensi murid merupakan penampilan spesifik

(34)

kemampuan yang dibutuhkan oleh tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan

yang telah diterapkan dengan penuh keberhasilan.

Menurut Susanto (2013: 5) secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil

belajar murid adalah kemampuan yang diperoleh murid setelah melalui proses

pembelajaran. Karena belajar merupakan yang dapat membawa perubahan perilaku

murid yang relatif melekat.

Adapun hasil belajar menurut Bloom (Afandi, dkk., 2013: 6) yang

menggolongkan kedalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam proses belajar

mengajar. Tiga ranah teresebut adalah ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.

Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan,

pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Ranah afektif mencakup hasil belajar

yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat. Ranah psikomotor

mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak

yang ditunjang oleh kemampuan psikis. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat

disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu keberhasilan murid baik itu dari aspek

afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diperoleh murid setelah menerima suatu

proses pembelajaran.

Kualitas proses belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut

Syah (Kurniawan, 2014: 22) dengan merujuk pada teori belajar kognitif, bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu dikelompokkan kedalam tiga kategori,

yaitu:

1) Faktor internal, faktor internal terdiri atas unusr jasmaniah (fisiologis) dan

rohaniah (psikologis). Unsur jasmaniah yaitu kondisi umum sistem otot dan

(35)

diantaranya yang paling menonjol adalah tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap,

bakat, minat, dan motivasi.

2) Faktor eksternal. Yaitu faktor-faktor yang ada di lingkungan diri pebelajar yang

meliputi lingkungan sosial dan non sosial.

3) Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar murid

yang meliputi strategi dan metode yang digunakan murid untuk melakukan

kegiatan mempelajari materi pelajaran.

5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari cabang ilmu-ilmu

sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.

Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang

mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang

ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS

atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi

materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,

politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.

Menurut Marsh (Trianto, 2017: 172) istilah pendidikan IPS dalam

menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan.

Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat”. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913

mengadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS.

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan

(36)

1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungan.

2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inquiry, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan kompetisi dalam

masyarakat yang majemuk di tingkat local, nasional, dan global.

Sementara itu, menurut Mutaqin (Trianto, 2017: 176) tujuan dari

pembelajaran IPS, yaitu:

1) Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya.

2) Mengetahui dan memahami konsep dasar serta mampu mengadaptasi metode

yang diadaptasi dari ilmu-ulmu sosial dan kemudian menggunakannya untuk

memecahkan masalah.

3) Mampu mengambil keputusan atas masalah yang terjadi di masyarakat.

4) Menaruh perhatian terhadap isu dan masalah sosial di masyarakat.

5) Mampu mengembangkan diri sendiri dan bertanggungjawab dalam

masyarakat.

6) Memotivasi seseorang agar bertindak berdasarkan moral.

7) Menjadi fasilitator dalam lingkungan dan tidak menghakimi.

8) Mempersiapkan murid menjadi warga Negara yang baik.

9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat, penerimaan atau penolakan murid

(37)

b. Pembelajaran IPS di SD 1) IPS SD

Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep dari ilmu sosial untuk

membentuk murid menjadi warga Negara yang baik. Menurut Susanto (2014: 13)

ada tiga kajian utama berkenaan dengan tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu: (1)

pengembangan kemampuan berpikir murid tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah

kemasyarakatan; (2) pengembangan nilai etika dan sosial; (3) pengembangan

tanggung jawab dan partisipasi sosial dalam masyarakat. Dalam standar isi mata

pelajaran SD/MI menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD agar murid

mempunyai kemampuan sebagai berikut:

a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,

inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan kehidupan sosial.

c) Mempunyai komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

Sehubungan dengan tujuan pendidikan IPS di atas, Stahl (Susanto, 2014:

37) menyatakan ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam pembelajaran

IPS, yaitu:

a) Menerapkan pembelajaran bermakna (meaningful learning).

b) Pembelajaran yang terintegasi.

(38)

d) Pembelajaran yang menantang.

e) Pembelajaran yang aktif.

Apabila kelima prinsip tersebut dilaksanakan dengan baik, maka tujuan dari

pendidikan IPS di SD akan tercapai dan mendapatkan hasil yang baik.

2) Pembelajaran tematik

Rambu-rambu pembelajaran tematik menurut tim Puskur (Uyun, 2013: 58)

antara lain:

a) Tidak semua mata pelajaran harus dikaitkan/dipadukan.

b) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan jangan dipaksakan dipadukan.

c) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan.

d) Untuk murid kelas I dan II kegiatan ditekankan pada kemampuan membaca,

menulis, dan berhitung, serta penanaman nilai-nilai moral.

e) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik, minat, dan

lingkungan murid.

Dari rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran tematik di atas, dapat

disimpulkan bahwa dalam memilih tema maupun kompetensi dasar yang tercakup

dalam tema tersebut haruslah sesuai dengan karakteristik murid dan bersifat

fleksibel, artinya tidak boleh dipaksakan.

6. Hasil Penelitian Relevan

1) Skripsi Hajiah (2014). “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Pada Murid Kelas V SDN No. 66 Kajang Kabupaten Takalar”. Dengan kesimpulan bahwa

pembelajaran IPA dengan menggunakan model Student Facilitator and

(39)

Kajang Kabupaten Takalar. Hal ini dapat dilhat dari skor rata-rata siklus I

sebesar 64.14 meningkat pada siklus II menjadi 74.8 sedangkan persentase

ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 45.7% meningkat pada siklus II menjadi

85.71%. Persamaan penelitian tersebut pada penelitian ini adalah sama-sama

menggunakan model Student Facilitator and Explaining dan juga variabel Y

yaitu hasil belajar. Adapun perbedaannya terletak pada tingkatan kelas dan

mata pelajaran.

2) Skripsi Renaldy Pangasean S. (2016). “Penerapan Model Pembelajaran

Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Untuk Meningkatkan

Sikap Nasionalisme dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VA SD Negeri 2 Kesumadadi Lampung Tengah”. Dengan kesimpulan bahwa

penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE dalam pembelajaran IPS

dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif, dan

psikomotor. Pada siklus I nilai hasil belajar siswa berada pada kategori “Cukup Baik” dan persentase ketuntasan menunjukkan kategori “Cukup Baik”.

Kemudian pada siklus II nilai hasil belajar siswa berada pada kategori “Baik”,

dan persentase ketuntasan menunjukkan kategori “Baik”. Hal itu menunjukkan

bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus

II. Adapun persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu

sama-sama menggunakan model SFAE dan mata pelajaran IPS, sedangkan

perbedaannya terletak pada tingkatan kelas dan penggunaan media

pembelajaran.

3) Skripsi Nurhalima (2017). “Pengaruh Penggunaan Model Student Facilitator

(40)

Bontosunggu Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”. Dengan kesimpulan

terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA pada peserta didik

kelas V MIN Bontosunggu Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa pada

penggunaan model Student Facilitator and Explaining karena t hitung = 6,683

dengan nilai sign sebesar 0,857 < 0,05. Persamaan penelitian tersebut dengan

penelitian ini yaitu terletak pada penggunaan model dan variabel Y yaitu hasil

belajar. Sedangkan perbedaannya terletak pada mata pelajaran dan tingkatan

kelas.

Ketiga penelitian tersebut di atas, menunjukkan adanya pengaruh yang

signifikan pada model Student Facilitator and Explaining terhadap hasil belajar

IPS. Sehingga penulis yakin bahwa model Student Facilitator and Explaining

berbantuan media maket berpengaruh terhadap hasil belajar, karena penelitian ini

sudah pernah dilakukan oleh peneliti Hajiah (2014), Renaldy Pangasean S.,

(2016) dan Nurhalima (2017).

B. Kerangka Pikir Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam pembelajaran dengan

menggunakan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket.

Untuk dapat mengetahui berhasil tidaknya murid pada pelajaran yang berlangsung

dalam kelas yang diteliti dengan menggunakan pengamatan langsung sebagai alat

ukur tingkat keberhasilan murid dalam memahami materi pelajarannya.

Hal yang terlebih dahulu dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan

tes awal kepada subjek yang diteliti sebelum memberikan perlakuan dengan

menggunakan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket

(41)

posttest kepada subjek yang akan diteliti. Kemudian dilakukan analisis data untuk

mengetahui bagaimana pengaruh penerapan model Student Facilitator and

Explaining berbantuan media maket terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN

4 Lakkading Kab. Majene.

BAGAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN

Gambar 2.1. kerangka pikir penelitian. Pembelajaran IPS di

Kelas IV SDN 4 Lakkading

Sebelum menggunakan model Student Facilitator

and Explaining berbantuan media maket

Setelah menggunakan model Student Facilitator and

Explaining berbantuan media maket Pretest

Postest

Hasil Belajar

Analisis

(42)

C. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2019: 99) “hipotesis merupakan jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.

Jawaban sementara yang disajikan penulis dirumuskan dalam hipotesis

penelitian. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis

penelitian yang diajukan adalah: “Terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan

setelah penerapan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media

(43)

29 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen. Eksperimen berarti mencoba,

mencari, dan mengkonfirmasi/membuktikan. Sukmadinata (2017: 194)

menyatakan bahwa “penelitian experimen (experimental research), merupakan

pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua

persyaratan untuk menguji hubungan sebab-akibat”. Menurut Sugiyono (2019: 110) “metode penelitian eksperimen merupakan salah satu metode kuantitatif,

digunakan terutama apabila peneliti ingin melakukan percobaan untuk mencari

pengaruh variabel independen/treatment/perlakuan tertentu terhadap variabel

dependen/hasil/output dalam kondisi yang terkendalikan”.

2. Desain Penelitian

Peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen Pre Experimental. Pre

Experimental terdiri dari tiga bentuk yaitu One Shot Case Study, One Group Pretest-Postest, dan Intac Group Comparison. Adapun jenis desain yang dipilih

dalam penelitian ini yaitu One Group Pretest-Postest. Objek penelitian ini adalah

pengaruh model Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket (X)

terhadap hasil belajar IPS (Y). Sugiyono (2019: 114) bahwa One-Group

Pretest-Postest digambarkan sebagai berikut:

(44)

𝐎

𝟏

𝐗 𝐎

𝟐

Gambar 3.1 Desain Penelitian one grup preetest-postest

Keterangan:

X : Perlakuan model Student Facilitator and Explaining

berbantuan media maket

O1 : nilai Pre-test (sebelum diberi perlakuan)

O2 : nilai Post-test (setelah diberi perlakuan)

Berdasarkan gambar 3.1 di atas, mengilustrasikan bahwa pada desain ini

terdapat suatu kelompok diberi pretest, kemudian diberi treatment/perlakuan, dan

selanjutnya diobservasi (O) hasilnya (treatment adalah sebagai variabel

independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen), dengan cara

membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.

B. Populasi dan Sampel

Peneletian ini dilaksanakan di SDN 4 Lakkading Kecamatan Sendana

Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat.

1. Populasi

Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian

ini adalah seluruh murid kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene tahun

pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 18 orang murid

Tabel 3.1. Jumlah murid kelas IV SDN 4 Lakkading

No. Kelas

Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Perempuan

1 IV 10 8 18

(45)

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh.

Alasan penulis menggunakan sampel jenuh adalah karena populasi dalam penelitian

ini < 20 orang. Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 18 orang.

C. Defenisi Operasional Variabel

Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini secara operasional

didefeniskan sebagai berikut.

1. Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket, adalah model

pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada murid untuk menjelaskan

kembali materi yang telah dipelajari dengan bantuan media maket. Guru hanya

perlu menyampaikan garis-garis besar dari materi yang akan dipelajari,

kemudian murid sendiri yang akan mengembangkan materi tersebut dan

dijelaskan kembali kepada murid lainnya menggunakan media maket.

2. Hasil belajar IPS adalah nilai yang diperoleh murid dari hasil evaluasi yang

dilakukan setelah melalui proses pembelajaran IPS di Sekolah. Hasil belajar

dalam penelitian ini dibatasi hanya pada ranah kognitif, dalam penelitian ini

hasil belajar diperoleh berdasarkan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur

objek yang akan diteliti. Untuk mempermudah penelitian ini, penulis menggunakan

instrumen penelitian dalam mencari atau mengumpulkan data informasi yang

berhubungan dengan objek penelitian. Adapun instrument yang digunakan dalam

(46)

1. Lembar Observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati perubahan murid selama

penelitian berlangsung.

2. Butir-butir Soal

Butir-butir soal diberikan dalam bentuk tes, butir-butir soal ini digunakan

untuk mengukur tingkat penguasaan domain kognitif murid setelah dan sebelum

murid diberi perlakuan.

Instrument ini disusun oleh peneliti yang disetujui oleh guru dengan

berpedoman pada standar kompetensi IPS di SD. Dalam penelitian ini, jumlah soal

yang digunakan adalah 20 butir soal yang berbentuk pilihan ganda.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting yang harus

diperhatikan oleh seorang peneliti. Sebab data yang terkumpul akan digunakan

sebagai bahan analisis dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Oleh karena

itu pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah, dan sesuai dengan

masalah penelitian.

Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam

penelitian, karena tujuan utama dari p enelitian adalah mendapatkan data subjek

penelitian. tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

(47)

1. Observasi

Hadi (Sugiyono. 2019:203), mengemukakan bahwa, observasi merupakan

suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses

biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses

pengamatan dan ingatan.

Peneliti mengumpulkan data-data dengan mengamati secara langsung pada

suatu proses pembelajaran berlangsung di kelas dan mencatat secara sistematis

gejala-gejala yang diselidiki untuk memperoleh data yang diperlukan.

2. Tes

Tes adalah instrument atau alat untuk mengumpulkan data tentang

kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran. Arikunto (2013: 67)

mengemukakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk

mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan

yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan adalah:

a. Pre-test, yaitu tes awal yang dilakukan sebelum pemberian perlakuan. Tes awal

dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh murid sebelum

diterapkannya model Student Facilitator and Explaining berbantuan media

maket pada pembelajaran IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene.

b. post-test, yaitu untuk mengetahui hasil belajar IPS setelah diterapkannya model

Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket pada murid kelas

(48)

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul maka

dilakukan analisis data. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Analisis Statistik Deskriptif

Perhitungan hasil belajar menggunakan statistik deskriptif adalah statistik

yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau

menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud

membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penyajian data

dilakukan dengan menampilkan table perhitungan mean hasil belajar kognitif antara

pretest dan posttest. Dalam hal ini akan dilakukan kegiatan membandingkan kedua

nilai yang dapat dilakukan dengan mencari perbedaan rata-rata antara dua hasil tes tersebut (O1 dengan O2). untuk memperoleh data hasil tes maka akan dilakukan perhitungan sebagai berikut.

Nilai statistik yang dimaksud meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai

rata-rata dan nilai standar deviasi.

a. Menghitung nilai rata-rata murid

Berikut penentuan nilai rata-rata murid (mean).

(Ananda dan Fadhli 2018 : 172)

Keterangan:

𝑥̅ = Rata-rata (Mean)

𝑓𝑖 = frekuensi masing-masing nilai𝑥𝑖 𝑥𝑖 = titik tengah.

𝑥̅ =

∑ 𝑓

𝑖

. 𝑥

𝑖

∑ 𝑓

𝑖

(49)

b. Penentuan distribusi persentase ketuntasan

Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) murid kelas IV SDN 4 Lakkading

Kab. Majene untuk pembelajaran IPS yang telah ditetapkan adalah 70 dan skor

idealnya adalah 100.

Tabel 3.2 Standar Ketuntasan Hasil Belajar SDN 4 Lakkading kab. Majene

Nilai Kriteria 0-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

(Penilaian hasil belajar murid kelas IV SDN 4 Lakkading 2020)

Dari tabel 3.2 standar ketuntasan hasil belajar IPS murid yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau melebihi nilai KKM (70) ≥75% dapat disimpulkan hasil

belajar murid kelas IV SDN 4 Lakkading kabupaten Majene sudah memenuhi

kriteria hasil belajar.

Persentase ketuntasan belajar dapat diperoleh dengan rumus berikut.

𝑃 = 𝑓

𝑁 × 100%

(Sudijono 2015 : 43)

keterangan:

P = Angka Persentase

f = frekuensi yang dicari persentasenya N = Banyaknya sampel

(50)

b. Analisis Statistik Inferensial

Analisis data selanjutnya menggunakan teknik analisis inferensial

digunakan dan ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan.

Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan.

Apabila analisis data dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan data

sebelum dengan data sesudah perlakuan dari satu kelompok sampel, maka dapat

dilakukan dengan menggunakan rumus:

𝑡 =

𝑀

𝑑

∑ 𝑥

2

𝑑

𝑛 (𝑛 − 1)

Sumber : Ananda dan Fadhli (2018: 282)

Keterangan:

d = selisih skor sesudah dengan skor sebelum dari setiap subjek (i). 𝑀𝑑 = rerata dari gain (d)

𝑋𝑑 = deviasi skor gain terhadap reratanya (𝑋𝑑 = 𝑑𝑖− 𝑀𝑑)

𝑥

2

𝑑

=

kuadrat deviasi skor gain terhadap reratanya

n = banyanknya sampel (subjek penelitian)

Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:

1) Mencari nilai “Md” dengan rumus:

𝑀𝑑 = ∑ 𝑑 𝑁 Keterangan:

Md =Mean dari perbedaan Preetest dengan Posttest.

Σd = jumlah dari gain (Posttest – Preetest).

(51)

2) Mencari nilai “Σx²d” dengan rumus:

∑ 𝑥2𝑑 = ∑ 𝑑² −(∑ 𝑑)

2

𝑁

Keterangan:

Σx²d = jumlah kuadrat deviasi

Σd = jumlah dari gain (Posttest – pretest)

N = Banyaknya sampel (subjek penelitian).

3) Mencari harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan rumus:

𝑡 =

𝑀

𝑑

∑ 𝑥

2

𝑑

𝑛 (𝑛 − 1)

Keterangan:

d = selisih skor sesudah dengan skor sebelum dari setiap subjek (i). 𝑀𝑑 = rerata dari gain (d)

𝑋𝑑 = deviasi skor gain terhadap reratanya (𝑋𝑑 = 𝑑𝑖− 𝑀𝑑)

𝑥

2

𝑑

=

kuadrat deviasi skor gain terhadap reratanya

n = banyanknya sampel (subjek penelitian)

4) menentukan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan mencari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 menggunakan table distribusi t

dengan taraf signifikan α = 0,05 dan dk= N – 1.

5) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan.

Adapun kaidah pengujian signifikan, yaitu:

𝐻0 : tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan model

Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket terhadap hasil

belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading kab. Majene.

𝐻1 : terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan model

Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket terhadap hasil

(52)

a) Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. b) Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak.

6) Membuat kesimpulan apakah terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan

setelah penerapan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media

maket terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading Kab.

(53)

39 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Hasil belajar (Pretest) IPS kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene Sebelum Menggunakan Model Student Facilitator and Explaining Berbantuan Media Maket

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN 4

Lakkading kabupaten Majene, maka diperoleh data hasil belajar IPS murid kelas

IV SDN 4 Lakkading kabupaten Majene yang dikumpulkan melalui instrument tes

sebelum menggunakan model Student Facilitator and Explaining Berbantuan

Media Maket.

Data perolehan skor hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading

kabupaten Majene dapat diketahui sebagai berikut.

Tabel 4.1 Skor Nilai Pretest

No. Nama Murid Nilai

1. Abd. Rifai 55

2. Akifah Naila 55

3. Amelia Hasian Pasaribu 65

4. Andi Sastra 50

5. Ibnu Amru Azhari 60

6. Muh. Anwar 55

7. Muh. Rifad 65

8. Muh. Risq Saputra 55

9. Muh. Sulfian Nur 70

Gambar

Gambar  halaman
Table 2.1 kegiatan guru dan murid dalam model Student Facilitator and  Explaining berbantuan media maket
Gambar 2.1. kerangka pikir penelitian.
Gambar 3.1 Desain Penelitian one grup preetest-postest  Keterangan:
+7

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Razia Gabun gan PELANGGA RAN LALU PENINDAKAN OLEH PIHAK KEPOLISIAN PERINGA TAN/ TEGURA PENILAN GAN PENULISAN PADA BLANKO PENANDATANGA NAN BLANKO TILANG OLEH TIDAK BERSEDIA

[r]

“ Manajemen pemasaran adalah pertukaran produk yang dilakukan melalui aktivitas dari bauran pemasaran, yaitu product, price,.. promotion

Terdapat tiga kegiatan utama dalam penelitian ini yang terhubung yaitu transformasi untuk mengetahui efektifitas ekspresi gen GUS, pada metode peletakan embrio

Menurut hasil wawancara mengenaisosialisasi K3 bahwa sosialisasi mengenai K3 yang dilakukan untuk karyawan rumah sakit dilakukan oleh tim K3RS pada saat apel

Manajemen K3 RSUD Muko-Muko berada satu tingkat di bawah direktur dan termasuk ke dalam bidang pelayanan medis dimana anggotanya inti berasal dari Instalasi

(Anggraini, 2011) Selain itu perusahaan juga melakukan pelatihan tentang housekeeping maupun K3 bagi petugas kebersihan. Pihak rumah sakit telah memberikan himbauan

Dengan sifat-sifat yang dimilikinya, zeolit mampu untuk secara selektif menyerap air dan gas N 2 , sebagai penukar ion misalnya NH 4 + dan K + , sehingga dapat berfungsi