i
PENGARUH MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING BERBANTUAN MEDIA MAKET TERHADAP HASIL BELAJAR IPS
MURID KELAS IV SDN 4 LAKKADING KABUPATEN MAJENE
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh: FETTY AMRIA
105401114116
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
iv
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama : FETTY AMRIA
NIM : 10540 11141 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Judul Skripsi : Pengaruh Model Student Facilitator and Explaining
Berbantuan Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya ajukan di depan Tim
Penguji adalah hasil karya saya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau
dibuatkan oleh siapapun.
Demikianlah pernyataan ini saya buat dan saya bersedia menerima sanksi
apabila pernyataan ini tidak benar.
Makassar, Oktober 2020
Yang Membuat Pernyataan
Kantor: Jl. Sultan Alauddin No. 259, Telp. (0411)-866132, Fax. (0411)-860132
\
v
SURAT PERJANJIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : FETTY AMRIA
NIM : 10540 11141 16
Jurusan : Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini, saya
akan menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun).
2. Dalam menyusun skripsi, saya akan selalu melakukan konsultasi dengan
pembimbing yang telah ditetapkan oleh pemimpin fakultas.
3. Saya tidak akan melakukan penjiplakkan (plagiat) dalam penyusunan skripsi.
4. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3, saya bersedia
menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran.
Makassar, Oktober 2020 Yang Membuat Perjanjian
vi
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Laa yukallifullahu nafsaan illaa wus‘ahaa
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai kesanggupannya”
(QS. Al Baqarah: 286)
“Dalam menggapai suatu impian, kita akan melewati banyaknya rintangan dan hambatan, percayalah,
rintangan dan hambatan tersebut akan menjadi jembatan dalam menuju mimpimu”
Ku persembahkan karya sederhana ini kepada: Kedua orang tuaku, keluarga tercintaku, dan sahabat-sahabatku, atas keikhlasan dan doanya dalam mendukung penulis mewujudkan harapan menjadi kenyataan.
vii ABSTRAK
FETTY AMRIA. 2020, Pengaruh Model Student Facilitator and Explaining
berbantuan media maket terhadap hasil belajar IPS Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
(PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Makassar. Pembimbing I Hidayah Quraisy dan pembimbing II Ade Irma Suriani.
Masalah utama dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengaruh model
student facilitator and explaining berbantuan media maket terhadap hasil belajar
IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading kab. Majene. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh model student facilitator and explaining berbantuan media maket terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading kab. Majene. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian eksperimen dan menggunakan desain penelitian one group pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh murid kelas IV SDN 4 Lakkading kabupaten Majene yang berjumlah 18 orang dan diambil sampel sebanyak 18 orang dengan teknik sampling jenuh. Teknik pengumpulan data meliputi observasi dan tes. Teknik analisis data menggunakan teknis analisis statistik deskriptif dan teknik analisis statistik inferensial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai hasil belajar murid pada saat sebelum diberi perlakuan (pretest) yang tuntas secara individual dari 18 murid hanya 4 murid atau 22,22% yang memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau berada pada kategori rendah. Sedangkan setelah diberi perlakuan (posttest) dimana dari 18 murid terdapat 16 murid atau 88,89% telah memenuhi KKM atau berada dalam kategori tinggi.Berdasarkan hasil penelitian tersebut di atas, diperoleh 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙. Hal ini berarti bahwa hipotesis nol (𝐻0)
ditolak dan hipotesis alternatif (𝐻1) diterima. Sehingga hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan model student facilitator and explaining berbantuan media maket terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading kabupaten Majene.
viii
KATA PENGANTAR
Allah Maha Penyayang dan Pengasih, demikian kata untuk mewakili atas
segala karunia dan nikmat-Nya. Jiwa ini takkan henti bertauhid atas anugerah pada
detik waktu, denyut jantung, gerak langkah, serta rasa dan rasio pada-Mu, Sang
Khalik.
Skripsi dengan judul “Pengaruh Model Student Facilitator and
Explaining Berbantuan Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene” diajukan sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada program studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Muhammadiyah Makassar.
Berbekal dari kekuatan dan ridho dari Allah swt semata, maka penulisan
skripsi ini dapat terselesaikan meski dalam bentuk yang sangat sederhana. Tidak
sedikit hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, akan tetapi penulis sangat
menyadari sepenuhnya bahwa tidak ada keberhasilan tanpa kegagalan. Oleh sebab
itu hanya dari pertolongan Allah swt, yang hadir lewat uluran tangan serta
dukungan dari berbagai pihak. Karenanya, penulis menghaturkan terima kasih yang
tiada terhingga atas segala bantuan modal dan spritual yang diberikan dalam
menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa selama menjadi mahasiswa jurusan Pendidikan
Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar sejak 2016
ix
semua pihak hingga studi penulis dapat selesai. Oleh karena itu ucapan terima kasih
dan penghargaan yang teristimewa dengan segenap cinta dan hormat ananda
haturkan kepada kedua orang tua H. Amiruddin S.Ag. dan Hj. Masdaria atas pengorbanan, kesabaran, do’a, cinta dan kasih sayang yang tak pernah terputus
tercurah sejak penulis berada dalam kandungan, detik ini hingga kapan pun.
Demikian pula, penulis mengucapkan kepada para keluarga dan sahabat-sahabat
yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu setia menemani penulis, kepada
Dr. Hj. Hidayah Quraisy, M.Pd. pembimbing I dan Ade Irma Suriani, S.Pd., M.Pd
pembimbing II yang telah banyak meluangkan waktunya dalam memberikan
bimbingan, motivasi, arahan, dan semangat kepada penulis sejak penyusunan
proposal dan sampai pada selesainya skripsi ini. Penulis belajar banyak dari ibu.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Rektor Universitas
Muhammadiyah Makassar. Erwin Akib, M.Pd., Ph.D Dekan FKIP Universitas
Muhammadiyah Makassar. Aliem Bahri, S.Pd., M.Pd Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.
Bapak dan Ibu dosen Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Universitas
Muhammadiyah Makassar yang telah mengajar dan mendidik mulai dari semester
awal hingga penulis menyelesaikan studinya di perguruan tinggi ini.
Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada Kepala Sekolah, guru, dan
staf SDN 4 Lakkading kabupaten Majene yang telah memberikan izin dan bantuan
selama melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
x
khususnya 16D terima kasih atas kebersamaan, motivasi, saran dan bantuannya
kepada penulis yang telah memberikan warna dalam perjalanan menuju sarjana.
Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan
kritikan dan saran dari berbagai pihak yang sifatnya membangun karena penulis
yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan.
Mudah-mudahan dapat memberi manfaat bagi para pembaca, terutama bagi diri
pribadi penulis. Aamiin.
Billahifisabililhaq fastabiqulkhaerat
WassalamuAlaikum Wr. Wb.
Makassar, September 2020
xi DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PENGESAHAN……….. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING……….. iii
SURAT PERNYATAAN………. iv
SURAT PERJANJIAN……… v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. vi
ABSTRAK……… vii
KATA PENGANTAR………. viii
DAFTAR ISI………... xi
DAFTAR TABEL……… xiii
DAFTAR GAMBAR……… xiv
BAB I PENDAHULUAN……… 1
A. Latar Belakang……….. 1
B. Rumusan Masalah………. 5
C. Tujuan Penelitian………..… 5
D. Manfaat Penelitian……… 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS……….. 7
A. Kajian Teori……….. 7
1. Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining…...… 7
2. Media Maket………..`13
3. Model Student Facilitator and Explaining berbantuan media Maket………. 16
4. Hasil Belajar………... 18
5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)………... 21
6. Hasil Penelitian Relevan………. 24
B. Kerangka Pikir Penelitian……….. 26
C. Hipotesis Penelitian……….. 28
BAB III METODE PENELITIAN……… 29
A. Rancangan Penelitian………. 29
1. Jenis Penelitian……… 29
2. Desain Penelitian………. 29
B. Populasi dan Sampel………. 30
1. Populasi……… 30
2. Sampel ……….31
xii
D. Instrumen Penelitian……….. 31
E. Teknik Pengumpulan Data……… 32
F. Teknik Analisis Data………. 34
1. Analisis Statistik Deskriptif………. 34
2. Analisis Statistik Inferensial……… 36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………... 39
A. Hasil Penelitian……….. 39
B. Pembahasan………51
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………. 59
A. Simpulan……… 59
B. Saran……….. 59
DAFTAR PUSTAKA……….. 60 LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
Tabel 2.1 kegiatan guru dan murid dalam model Student Facilitator
and Explaining berbantuan media maket……….. 17
Tabel 3.1 Jumlah murid kelas IV SDN 4 Lakkading……… 30
Tabel 3.2 Standar ketuntasan hasil belajar IPS SDN 4 Lakkading…... 35
Tabel 4.1 Skor nilai pretest……… 39
Tabel 4.2 Mean (rata-rata) nilai pretest………. 40
Tabel 4.3 Tingkat penguasaan materi pretest……… 41
Tabel 4.4 Deskripsi ketuntasan hasil belajar IPS (pretest)……… 42
Tabel 4.5 Skor nilai posttest………... 43
Tabel 4.6 Mean (rata-rata) nilai posttest……… 43
Tabel 4.7 Tingkat penguasaan materi posttest………... 45
Tabel 4.8 Deskripsi ketuntasan hasil belajar IPS (posttest)………….. 45
Tabel 4.9 Hasil analisis data observasi aktivitas murid………. 46
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar halaman
Gambar 2.1 Kerangka pikir………... 27
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia. Semua orang berhak mendapatkan pendidikan yang layak dan baik agar
kelak dapat berguna bagi kehidupan yang akan datang. Nur’aeni, dkk. (2012: 9)
menjelaskan bahwa pendidikan berasal dari kata Educare, yang berarti menarik
keluar atau mengembangkan potensi murid.
Coser at all (Sukmara, dkk., 2017: 286) mengungkapkan bahwa “Education
is the deliberate, formal transfer of knowledge, skill, and value from person to another”. Pendidikan merupakan pendewasaan murid agar dapat mengembangkan
bakat, potensi, dan keterampilan yang dimiliki dalam menjalani kehidupan.
Dewasa ini, pendidikan sangatlah diperlukan bagi anak-anak maupun orang
dewasa. Sebagian masyarakat saat ini menyadari betapa pentingnya pendidikan
dalam membentuk karakter dan menata masa depan murid. Oleh karena itu, setiap
Negara termasuk di Indonesia senantiasa berusaha meningkatkan mutu pendidikan.
Peningkatan mutu pendidikan sangat bergantung pada kehadiran guru yang
bermutu. Oleh karena itu, sudah seharusnya para guru untuk menciptakan suasana
pembelajaran yang efektif dan efisien sehingga para murid merasa senang dan
tertarik ketika proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu proses
yang mengandung serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh guru dan murid yang
Interaksi yang dilakukan guru dan murid akan menghasilkan suatu pengetahuan
baru yang bermanfaat bagi proses pembelajaran.
Proses pembelajaran dilakukan berdasarkan kurikulum 2013. Salah satu
muatan dalam kurikulum 2013 adalah Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS).
Pembelajaran IPS memiliki tujuan, yaitu untuk memahami dan mengembangkan
pengetahuan, nilai, sikap, keterampilan sosial, kewarganegaraan, fakta, peristiwa,
konsep, dan generalisasi serta mampu merefleksikan dalam kehidupan masyarakat,
bangsa, dan Negara. Lebih lanjut menurut Maryani (Susanto, 2014: 2) menjelaskan
bahwa tujuan pembelajaran IPS adalah untuk: (1) mengembangkan ilmu-ilmu dasar
tentang ilmu sosial; (2) mengembangkan kemampuan berpikir inquiry, pemecahan
masalah, dan keterampilan sosial; (3) membangun komitmen dan kesadaran diri
tentang kemanusiaan; (4) meningkatkan kemampuan berkompetensi dan
bekerjasama dalam lingkungan masyarakat.
Melalui pengamatan awal penulis di SDN 4 Lakkading Kab. Majene pada
bulan Agustus 2020, diperoleh data dari guru kelas IV SDN 4 Lakkading bahwa
hasil belajar yang terjadi pada murid kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene pada
mata pelajaran IPS masih dikategorikan rendah, hal ini dapat dilihat dari data awal
murid dengan nilai rata-rata kelas murid masih jauh dari Kriteria Ketuntasan
Minimal, dari 18 murid, hanya ada 5 murid yang mendapatkan nilai 70 ke atas.
Dengan demikian, tujuan pembelajaran tidak sesuai dengan apa yang diharapkan,
oleh karena nilai 70 sebagai batas KKM belum tercapai.
Berdasarkan pengamatan awal penulis di SDN 4 Lakkading, menunjukkan
bahwa rendahnya hasil belajar IPS disebabkan oleh aspek guru dan aspek murid.
pada murid saat mengajar, (2) guru kurang memancing murid dalam bertanya, (3)
guru masih jarang menggunakan media saat mengajar. Sementara dari aspek murid,
yaitu: (1) banyak murid berkeliaran saat proses pembelajaran berlangsung, (2)
sebagian besar murid tidak memperhatikan selama pelajaran berlangsung, (3)
beberapa murid melakukan aktivitas lain pada saat guru menjelaskan, (4) sebagian
besar murid mengaku bosan dan tidak mempunyai motivasi dalam belajar.
Mengatasi kondisi seperti itu, sangat diperlukan model dan media
pembelajaran yang efektif dan efisien untuk lebih membantu murid dalam
memfokuskan diri dalam belajar, menumbuhkan motivasi murid, dan membuat
murid menguasai kompetensi yang ingin dicapai. Model pembelajaran merupakan
pedoman bagi guru dan murid dalam pelaksanaan proses pembelajaran. model
pembelajaran merupakan suatu rancangan atau pola yang dapat digunakan untuk
membentuk kurikulum, merancang bahan-bahan pengajaran, dan membimbing
pengajaran di kelas atau yang lain.
Salah satu model pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran
adalah model pembelajaran Student Facilitator and Explaining. Model Student
Facilitator and Explaining merupakan suatu model dimana murid
mempersentasikan ide atau pendapat pada murid lainnya. Model Student Facilitator
and Explaining menjadikan murid sebagai fasilitator dan diajak berpikir sehingga
menghasilkan pertukaran informasi yang lebih mendalam dan lebih menarik serta
menimbulkan rasa percaya diri pada murid.
Menurut Shoimin (2017: 183) model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekan pada
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. Dalam model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining murid lebih aktif dalam proses
pembelajaran karena adanya interaksi antara guru dengan murid dan murid dengan
murid. Dengan menerapkan model pembelajaran Student Facilitator and
Explaining dapat melatih murid untuk lebih mandiri dan kreatif dalam proses
pembelajaran serta murid tidak mudah untuk melupakan materi pelajaran yang
diajarkan.
Selain menerapkan model pembelajaran yang inovatif, penggunaan media
pembelajaran juga diperlukan untuk mendapatkan peningkatan kualitas
pembelajaran. Salah satu media pembelajaran yang dapat membantu adalah media
maket. Menurut Sani (2019: 333) Maket merupakan sebuah model yang merupakan
tiruan tiga dimensi dari benda sebenarnya. Sebagai media visual konkret, maket
dapat digunakan sebagai media pembelajaran. media maket akan menarik perhatian
murid, karena meletakkan dasar-dasar yang konkret, selain itu media maket juga
dapat menumbuhkan keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket
murid dapat menemukan jawaban dari suatu permasalahan.
Proses pembelajaran IPS di Sekolah Dasar seharusnya lebih
mengedepankan keaktifan murid dalam belajar, karena hal tersebut dapat
meningkatkan pemahaman dan daya ingat murid, bahkan murid dapat termotivasi
dalam belajar, karena murid lebih aktif dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
guru dituntut memiliki keterampilan dalam memilih dan menerapkan model dan
media pembelajaran yang lebih menekankan keaktifan murid, sementara guru
model pembelajaran Student Facilitator and Explaining yang berbantuan media
maket.
Berdasarkan uraian di atas, penulis terinspirasi mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Model Student Facilitator and Explaining Berbantuan
Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang maka dirumuskan masalah pokok dari penelitian ini, yaitu “Bagaimana Pengaruh Penggunaan Model Student
Facilitator and Explaining Berbantuan Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS
Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene ?”.
C. Tujuan Penelitian
Sehubungan dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah “Untuk Mengetahui Pengaruh Model Student
Facilitator and Explaining Berbantuan Media Maket Terhadap Hasil Belajar IPS
Murid Kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene”.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari pelaksanaan penelitian ini adalah:
1) Manfaat secara Teoretis
Memberikan wawasan secara nyata dalam dunia pendidikan bahwa
penerapan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket dapat
2) Manfaat secara Praktis
a. Bagi murid, Memberikan pengalaman kegiatan belajar murid yang
menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar murid melalui model
pembelajaran Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket.
b. Bagi guru, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan guru
melalui model pembelajaran sehingga dapat mengoptimalkan kemampuan
murid dan untuk meningkatkan kinerja guru serta mempermudah dalam
penyampaian materi IPS.
c. Bagi sekolah, Menjadi kontribusi positif untuk meningkatkan mutu pendidikan
di SDN 4 Lakkading kab. Majene.
d. Bagi peneliti, Dapat menambah pengetahuan peneliti, menambah wawasan
serta pengalaman peneliti dalam penelitian eksperimen dan pembelajaran
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1. Model Student Facilitator and Explaining a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Isrok’atun dan Rosmala (2018: 36) model pembelajaran
merupakan suatu pola rancangan pembelajaran yang menggambarkan proses
interaksi murid dengan guru, yang mengacu pada sintak pembelajaran mulai dari
awal sampai dengan akhir dengan menerapkan berbagai macam metode belajar
mengajar untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Menurut afandi, dkk. (2013: 15) model pembelajaran adalah tata cara atau
pola sistematis yang digunakan sebagai pedoman untuk mencapai tujuan
pembelajaran didalamnya terdapat strategi, teknik, metode, bahan, media, dan alat
penilaian pembelajaran.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu rancangan atau kerangka
sistematis yang menjadi acuan atau pedoman guru dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran.
b. Pembelajaran Kooperatif
Salah satu landasan teoretis pertama tentang belajar kelompok ini berasal
dari pandangan konstruktivis sosial. Vygotsky (Huda, 2017: 24) mengemukakan bahwa “mental murid pertama kali berkembang pada level interpersonal dimana
mereka belajar menginternalisasikan dan mentransformasikan interaksi
interpersonal mereka dengan orang lain, lalu pada level intra-personal dimana ini”.
Huda (2017: 25) menjelaskan landasan teoretis lain tentang belajar
kelompok kecil juga berasal dari teori Piaget tentang konflik sosiokognitif. “konflik
ini menurut Piaget muncul ketika murid mulai merumuskan kembali
pemahamannya akan suatu masalah yang bertentangan dengan pemahaman orang lain yang tengah berinteraksi dengannya”. Landasan teoretis inilah yang menjadi
alasan mengapa murid perlu diajak untuk belajar berinteraksi bersama orang
dewasa atau temannya yang lebih mampu sehingga mereka bisa menyelesaikan
tugas-tugas yang tidak bisa mereka selesaikan sendiri.
Istilah Cooperative Learning (pembelajaran kooperatif) berasal dari kata
Cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Menurut Susanto
(2014: 201) Cooperative Learning adalah pembelajaran yang memanfaatkan
kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan murid bekerja bersama
untuk memaksimalkan belajar setiap anggota dalam kelompok.
Menurut Nurdyansyah dan Fahyuni (2016: 53) pembelajaran kooperatif
merupakan model pembelajaran yang menerapkan konsep bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang kolaboratif dan anggotanya terdiri dari empat
hingga lima orang secara heterogen.
Berdasarkan pendapat yang telah dipaparkan, maka penulis dapat
menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang
menerapkan konsep kerja sama dengan saling membantu satu sama lainnya di
Pembelajaran kooperatif mewadahi bagaimana murid dapat bekerja sama
dengan kelompok, tujuan kelompok adalah tujuan bersama. Situasi kooperatif
merupakan bagian dari murid untuk mencapai tujuan kelompok, murid harus
merasakan bahwa mereka akan mencapai tujuan, maka murid lain dalam
kelompoknya memiliki kebersamaan, artinya tiap anggota kelompok bersikap
kooperatif dengan sesama anggota kelompok.
Pembelajaran kooperatif dapat dipahami sebagai suatu model belajar yang
menekankan pada kerjasama kelompok. Menurut Susanto (2014: 222) secara umum
langkah-langkah yang harus dilakukan guru dalam pembelajaran kooperatif, yaitu:
1) Guru merancang rencana program pembelajaran (RPP), dengan menetapkan
tujuan yang akan dicapai, baik ranah kognitif, afektif atau sikap, maupun
psikomotorik atau keterampilan sosial yang dapat dikembangkan oleh murid
baik secara individu maupun kelompok.
2) Saat menyampaikan materi, guru hanya menyampaikan pokok-pokok
materinya saja, karena pendalaman materi akan dibahas oleh murid melalui
belajar kelompok.
3) Pada saat murid melaksanakan kegiatan diskusi, guru harus dapat membimbing
dan mengarahkan murid baik secara individual maupun kelompok, agar
pembahasan dalam diskusi tidak keluar dari materi pembelajaran.
c. Student Facilitator and Explaining (SFE)
Menurut Huda (2015: 228) model Student Facilitator and Explaining
merupakan proses penyajian materi yang dimulai dari penjelasan materi dari guru,
kemudian murid diberi kesempatan untuk menjelaskan kepada rekan-rekannya, dan
Menurut Shoimin (2017: 183) “model Student Facilitator and Explaining
merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekan pada struktur
khusus yang dirancang untuk memengaruhi pola interaksi murid dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi”.
Menurut Agus (Seruni, 2017: 37) Student Facilitator and Explaining
merupakan model pembelajaran yang menjadikan murid mampu membuat peta
konsep maupun bagan untuk meningkatkan keaktifan serta prestasi belajar murid.
Adapun perbedaan model Student Facilitator and Explaining dengan metode
diskusi terletak pada cara pertukaran pikiran antar murid. Dimana pada model
Student Facilitator and Explaining murid dapat menerangkan dengan bantuan
media bagan maupun konsep.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, maka dapat diambil kesimpulan
bahwa model Student Facilitator and Explaining (SFE) merupakan model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar
mempresentasikan ide atau pendapat kepada murid lainnya.
Shoimin (2017: 184) menjelaskan ada enam langkah dalam pelaksanaan
model pembelajaran kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining yaitu:
1) Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai. Guru menjelaskan
kompetensi sesuai dengan indikator pembelajaran.
2) Guru mendemonstrasikan atau menyajikan materi. Guru menyajikan materi
dengan bantuan alat peraga atau sumber belajar lainnya, dan murid
memperhatikan dengan seksama. Setelah menyampaikan materi, guru
membagi murid kedalam beberapa kelompok, kemudian guru memberi contoh
mencatat apa yang telah mereka ketahui atau yang bisa dilakukan, berkaitan
dengan aspek apapun yang berkaitan dengan materi tersebut. Guru juga bisa
meminta murid untuk saling bertukar pikiran dengan teman kelompoknya agar
murid dapat lebih percaya diri.
3) Memberi kesempatan kepada murid untuk menjelaskan kepada murid lainnya
misalnya menggunakan bantuan bagan/peta konsep.
4) Guru menyimpulkan ide/pendapat dari murid. Ketika murid menjelaskan di
depan kelas, guru mencatat poin-poin penting untuk diulas kembali. Informasi
yang tidak akurat, ide yang kurang tepat, atau yang hanya dijelaskan separuh,
bagian yang hilang, hal ini bisa ditangani langsung sehingga murid tidak
membentuk kesan yang salah, atau murid dapat membuat dasar dari rencana
pembelajaran yang telah diperbaiki untuk beberapa pelajaran berikutnya. Guru
menerangkan semua materi yang diterangkan saat itu.
5) Guru menjelaskan kembali keseluruhan dari materi agar murid lebih
memahami dan tidak salah persepsi terhadap materi yang dibahas saat itu.
6) Penutup.
Menurut Shoimin (2017: 184) terdapat beberapa kelebihan dari penggunaan
model Student Facilitator and Explaining, yaitu:
1) Materi yang disampaikan lebih jelas dan konkret.
2) Dapat meningkatkan daya serap murid karena pembelajaran dilakukan dengan
demonstrasi.
3) Melatih murid untuk menjadi guru, karena murid diberikan kesempatan untuk
4) Memacu motivasi murid untuk menjadi yang terbaik dalam menyampaikan
materi.
5) Mengetahui kemampuan murid dalam menyampaikan ide atau gagasan.
Adapun menurut Shoimin (2017: 185) terdapat beberapa kelemahan model
Student Facilitator and Explaining, yaitu:
1) Murid yang malu, tidak mau mendemonstrasikan apa yang diperintahkan oleh
guru kepadanya atau banyak murid yang kurang aktif.
2) Tidak semua murid memiliki kesempatan yang sama untuk memaparkan atau
menjelaskan kembali materi kepada teman-temannya karena adanya
keterbatasan waktu pelajaran.
3) Adanya pendapat yang sama, sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
4) Tidak mudah bagi murid untuk membuat peta konsep atau menerangkan materi
ajar secara ringkas.
Guru sebagai pendidik memegang peranan yang sangat penting dalam
proses belajar mengajar. Melalui proses belajar mengajar, guru dituntut untuk
menampilkan keahliannya di depan kelas. Salah satu keahlian yang dimiliki guru
yaitu kemampuan menyampaikan pelajaran. Agar penyampaian pelajaran tepat
pada tujuan pembelajaran maka harus memilih model pembelajaran yang inovatif
dan tidak monoton. Pemilihan model pembelajaran pada mata pelajaran IPS
misalnya dengan model kooperatif tipe Student Facilitator and Explaining yang
melibatkan keaktifan murid dan menuntut murid untuk menemukan konsep sendiri,
2. Media Maket
a. Hakikat Media Pembelajaran
Menurut Susanto (2014: 311) media pembelajaran adalah alat bantu yang
digunakan dalam proses pembelajaran yang dimaksudkan untuk memudahkan,
memperlancar komunikasi antara guru dan murid sehingga proses pembelajaran
berlangsung efektif dan berhasil dengan baik. Sedangkan menurut Sani (2019: 321)
mendefinisikan media pembelajaran sebagai alat atau cara yang digunakan oleh
pendidik untuk dapat digunakan oleh murid dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat penulis simpulkan media
pembelajaran merupakan suatu alat/peraga yang digunakan guru untuk dapat
mempermudah proses kegiatan pembelajaran sehingga dapat mencapai tujuan
pembelajaran.
Penggunaan dari setiap alat/media yang dapat membantu pembelajaran
didalam penerapan model penelitian ini sangat dibutuhkan, tentunya sebelum
mengetahui segala macam penggunaan media kita lebih dahulu mengkaji berbagai
manfaat dari media. Kemp dan Dayton (Susanto, 2014: 321) mengemukakan
beberapa hasil penelitian yang menunjukkan dampak positif dari penggunaan media
pembelajaran di kelas, yaitu sebagai berikut:
1) Penyampaian pelajaran tidak kaku
2) Pembelajaran bisa lebih menarik
3) Pembelajaran menjadi lebih interaktif dengan diterapkannya teori belajar dan
prinsip-prinsip psikologis yang diterima dalam hal partisipasi sisa, umpan
4) Lama waktu pembelajaran dapat dipersingkat, karena kebanyakan media hanya
memerlukan waktu singkat untuk mengantarkan pesan-pesan isi pelajaran
dalam jumlah yang cukup banyak, dan kemungkinan dapat diserap oleh murid
lebih besar
5) Kualitas hasil belajar dapat ditingkatkan bila integritasi kata dan gambar
sebagai media pembelajaran dapat mengomunikasikan elemen-elemen
pengetahuan dengan cara yang terorganisasi dengan baik, spesifik dan jelas.
6) Pembelajaran dapat diberikan kapan dan dimana saja diinginkan atau
diperlukan, terutama jika media pembelajaran dirancang untuk penggunaan
secara individu
7) Sikap positif murid terhadap apa yang mereka pelajari dan terhadap proses
belajar dapat ditingkatkan
8) Peran guru dapat berubah kearah yang lebih positif.
b. Media Maket
Menurut Susanto (2014: 327) media pembelajaran berbasis visual adalah
visualisasi pesan, informasi, atau konsep yang ingin disampaikan kepada murid
dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, seperti foto, gambar/ilustrasi,
sketsa/gambar grafis. Grafik, bagan, chart, dan gabungan dari dua bentuk atau lebih.
Menurut Sani (2019: 333) maket merupakan sebuah model. Model merupakan
tiruan tiga dimensi dari benda sebenarnya. Menurut Amran (Meylasari, 2014: 4)
media maket adalah media bentuk tiruan tentang sesuatu dalam ukuran kecil.
Sebagai media visual konkret, maket dapat digunakan sebagai media
pembelajaran. Media maket akan menarik perhatian murid, karena meletakkan
keterampilan berpikir kritis karena melalui media maket murid dapat menemukan
jawaban dari suatu permalasahan yang dihadapi dalam pembelajaran. maket yang
didesain dengan baik akan memberikan makna yang hamper sama dengan benda
aslinya, dengan melihat benda yang hampir sama dengan aslinya diharapkan akan
memudahkan murid dalam mengingat, menambah wawasan murid, dapat
menguatkan konsep murid serta dapat mengembangkan kemampuan berpikir
murid.
Penggunaan media maket dalam pembelajaran IPS, dipilih karena beberapa
aspek:
1) Menumbuhkan minat belajar murid karena pelajaran menjadi lebih menarik.
2) Memperjelas makna bahan pelajaran sehingga murid lebih mudah
memahaminya.
3) Membuat murid lebih aktif melakukan kegiatan pembelajaran seperti
mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, dan sebagainya.
Media maket termasuk media tiga dimensi yang juga memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan. Adapun kelebihan dari media maket, antara lain:
1) Bentuknya yang dibuat tiga dimensi seperti aslinya.
2) Pemberian warna secara realistik, membuat media lebih menarik.
3) Memberikan pengalaman secara langsung.
4) Penyajian secara konkret.
5) Menunjukkan objek secara utuh.
6) Dapat memperlihatkan struktur organisasi secara jelas dan dapat menunjukkan
alur suatu proses secara jelas, maka dari itu diharapkan dapat meningkatkan
Adapun beberapa kelemahan media maket, antara lain:
1) Tidak bisa menjangkau sasaran dalam jumlah yang besar.
2) Penyimpannya memerlukan ruang serta perawatannya yang rumit.
3) Biaya yang dibutuhkan dalam pembuatan media ini cukup besar.
4) Anak yang mengalami gangguan penglihatan akan kesulitan dalam
penggunaan media ini.
Media maket sebagai pembelajaran tiga dimensi dapat memanipulasi objek
nyata yang sebenarnya. Dengan menggunakan media maket ini dapat memperoleh
pengalaman pembelajaran semi konkret melalui penggunaan media maket dalam
pembelajaran IPS. Melalui penggunaan media maket ini murid juga dapat secara
langsung melihat dan memperagakan komponen benda tiruan dalam bentuk media
maket sehingga lebih banyak pengalaman belajar yang diperoleh murid.
Penyampaian informasi dan pesan juga dapat diperjelas melalui penggunaan media
maket ini sehingga dapat memengrauhi hasil belajar yang diperoleh.
3. Model Student Facilitator and Explaining Berbantuan Media Maket Model Student Facilitator and Explaining adalah model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada murid untuk berlatih menjelaskan kembali materi
yang telah dipelajari dan disampaikan oleh guru dengan menggunakan media maket
dalam pembelajaran di kelas.
Langkah-langkah model Student Facilitator and Explaining berbantuan
Table 2.1 kegiatan guru dan murid dalam model Student Facilitator and
Explaining berbantuan media maket.
Kegiatan guru Kegiatan murid
1. Menyampaikan kompetensi yang
ingin dicapai sesuai dengan
indikator pembelajaran.
1. Mempersiapkan diri untuk
menerima pelajaran, dan menyimak kompetensi yang disampaikan oleh guru.
2. Menyajikan garis-garis besar materi pelajaran.
2. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan dari guru tentang garis-garis besar materi pelajaran.
3. Membagi murid menjadi kelompok kecil.
3. Berdiskusi dan bertukar informasi
atau pikiran dengan teman
kelompoknya yang berkaitan
dengan materi yang disampaikan oleh guru.
4. Memberi kesempatan dan
mengarahkan murid untuk
menjelaskan kepada murid lainnya menggunakan media maket.
4. Menjelaskan hasil pengetahuan yang didapat dari hasil tukar pikiran dengan teman kelompoknya di depan kelas menggunakan media maket secara individu.
5. Guru menyimpulkan pendapat
murid kemudian menerangkan
kembali materi dengan bantuan media maket jika terjadi kesalahan
persepsi dengan materi yang
dibahas oleh murid.
5. memperhatikan penjelasan dari
guru, dan bertanya jika ada materi yang kurang dipahami.
4. Hasil Belajar a. Belajar
Menurut Susanto (2014: 1) “belajar merupakan suatu proses dalam
membentuk dan mengarahkan kepriadian manusia. Perubahan tersebut ditempatkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas seseorang”. Adapun belajar
menurut Sardiman (Afandi, dkk., 2013: 1) “belajar merupakan perubahan tingkah
laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”.
Berdasarkan hasil penyelidikannya, Gagne (Kurniawan. 2014: 4)
memandang belajar sebagai proses internal dan melibatkan unsur kognitif. Dimana
unsur internal ini berinteraksi dengan lingkungan eksternal sehingga terjadi
perubahan pada diri setiap individu.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
perubahan tingkah laku maupun penampilan yang dialami oleh individu secara
keseluruhan setelah mendapat suatu ilmu atau pelajaran dari suatu pengalaman
yang sudah dialaminya.
Prinsip belajar adalah suatu keadaan yang selalu ada dalam setiap proses
belajar. Dikutip dari Kurniawan (2014: 17) prinsip-prinsip belajar dari berbagai
teori belajar yang mendasarinya, yang telah terungkap dan dianggap sudah berlaku
umum. Prinsip-prinsip belajar itu terdiri dari:
1) Prinsip perhatian dan motivasi (teori pengolahan informasi dan operant
conditioning), pengajar harus bisa membangkitkan perhatian dan motivasi
2) Prinsip keaktifan (teori kognitif dan Thorndike), guru harus bisa
membangkitkan keaktifan murid dalam proses pembelajaran.
3) Prinsip keterlibatan langsung/berpengalaman (teori kognitif, Edgardale dan
Dewey), guru harus bisa merekayasa suatu pengalaman belajar yang efektif,
berkesan, dan menyenangkan.
4) Pengulangan (teori psikologi daya, psikologi asosiasi, dan psikologi
conditioning), memberikan latihan atau pengulangan kepada murid dalam
proses pembelajaran.
5) Tantangan (teori medan), guru perlu mengkreasi situasi dan kondisi yang bisa
mengembangkan afeksi disiplin, daya tahan, dan kesabaran murid.
6) Balikan dan penguatan (operant conditioning-skinner), berfungsi untuk
memperkuat perilaku yang diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak
diinginkan.
7) Perbedaan individual (Gardner), guru harus mampu melayani perbedaan
individual muridnya dengan menggunakan variasi metode dan media dalam
proses pembelajaran.
b. Hasil Belajar
Interaksi antara pendidik dengan murid yang dilakukan secara sadar,
terencana, baik didalam maupun diluar ruangan untuk meningkatkan kemampuan
murid ditentukan oleh hasil belajar. Menurut Sudjana (Darmawan, 2018: 22) hasil
belajar merupakan komptensi-kompetensi yang harus dicapai oleh murid setelah
melalui proses pembelajaran. kompetensi murid merupakan penampilan spesifik
kemampuan yang dibutuhkan oleh tugas pekerjaan untuk mencapai tujuan-tujuan
yang telah diterapkan dengan penuh keberhasilan.
Menurut Susanto (2013: 5) secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil
belajar murid adalah kemampuan yang diperoleh murid setelah melalui proses
pembelajaran. Karena belajar merupakan yang dapat membawa perubahan perilaku
murid yang relatif melekat.
Adapun hasil belajar menurut Bloom (Afandi, dkk., 2013: 6) yang
menggolongkan kedalam tiga ranah yang perlu diperhatikan dalam proses belajar
mengajar. Tiga ranah teresebut adalah ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan ingatan,
pengetahuan, dan kemampuan intelektual. Ranah afektif mencakup hasil belajar
yang berhubungan dengan sikap, nilai-nilai, perasaan, dan minat. Ranah psikomotor
mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan keterampilan fisik atau gerak
yang ditunjang oleh kemampuan psikis. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu keberhasilan murid baik itu dari aspek
afektif, kognitif, dan psikomotorik yang diperoleh murid setelah menerima suatu
proses pembelajaran.
Kualitas proses belajar seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor. Menurut
Syah (Kurniawan, 2014: 22) dengan merujuk pada teori belajar kognitif, bahwa
faktor-faktor yang mempengaruhi belajar itu dikelompokkan kedalam tiga kategori,
yaitu:
1) Faktor internal, faktor internal terdiri atas unusr jasmaniah (fisiologis) dan
rohaniah (psikologis). Unsur jasmaniah yaitu kondisi umum sistem otot dan
diantaranya yang paling menonjol adalah tingkat kecerdasan/intelegensi, sikap,
bakat, minat, dan motivasi.
2) Faktor eksternal. Yaitu faktor-faktor yang ada di lingkungan diri pebelajar yang
meliputi lingkungan sosial dan non sosial.
3) Faktor pendekatan belajar. Pendekatan belajar yaitu jenis upaya belajar murid
yang meliputi strategi dan metode yang digunakan murid untuk melakukan
kegiatan mempelajari materi pelajaran.
5. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
a. Hakikat Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari cabang ilmu-ilmu
sosial, seperti sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya.
Ilmu Pengetahuan Sosial dirumuskan atas dasar realitas dan fenomena sosial yang
mewujudkan satu pendekatan interdisipliner dari aspek dan cabang-cabang
ilmu-ilmu sosial (sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan budaya). IPS
atau studi sosial merupakan bagian dari kurikulum sekolah yang diturunkan dari isi
materi cabang-cabang ilmu-ilmu sosial: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi,
politik, antropologi, filsafat, dan psikologi sosial.
Menurut Marsh (Trianto, 2017: 172) istilah pendidikan IPS dalam
menyelenggarakan pendidikan di Indonesia masih relatif baru digunakan.
Pendidikan IPS merupakan padanan dari social studies dalam konteks kurikulum di Amerika Serikat”. Istilah tersebut pertama kali digunakan di AS pada tahun 1913
mengadopsi nama lembaga Social Studies yang mengembangkan kurikulum di AS.
Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyebutkan
1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungan.
2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inquiry, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.
4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan kompetisi dalam
masyarakat yang majemuk di tingkat local, nasional, dan global.
Sementara itu, menurut Mutaqin (Trianto, 2017: 176) tujuan dari
pembelajaran IPS, yaitu:
1) Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya.
2) Mengetahui dan memahami konsep dasar serta mampu mengadaptasi metode
yang diadaptasi dari ilmu-ulmu sosial dan kemudian menggunakannya untuk
memecahkan masalah.
3) Mampu mengambil keputusan atas masalah yang terjadi di masyarakat.
4) Menaruh perhatian terhadap isu dan masalah sosial di masyarakat.
5) Mampu mengembangkan diri sendiri dan bertanggungjawab dalam
masyarakat.
6) Memotivasi seseorang agar bertindak berdasarkan moral.
7) Menjadi fasilitator dalam lingkungan dan tidak menghakimi.
8) Mempersiapkan murid menjadi warga Negara yang baik.
9) Menekankan perasaan, emosi, dan derajat, penerimaan atau penolakan murid
b. Pembelajaran IPS di SD 1) IPS SD
Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep dari ilmu sosial untuk
membentuk murid menjadi warga Negara yang baik. Menurut Susanto (2014: 13)
ada tiga kajian utama berkenaan dengan tujuan pembelajaran IPS di SD, yaitu: (1)
pengembangan kemampuan berpikir murid tentang ilmu-ilmu sosial dan masalah
kemasyarakatan; (2) pengembangan nilai etika dan sosial; (3) pengembangan
tanggung jawab dan partisipasi sosial dalam masyarakat. Dalam standar isi mata
pelajaran SD/MI menyebutkan bahwa tujuan pembelajaran IPS di SD agar murid
mempunyai kemampuan sebagai berikut:
a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan
lingkungannya.
b) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan kehidupan sosial.
c) Mempunyai komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama, dan berkompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.
Sehubungan dengan tujuan pendidikan IPS di atas, Stahl (Susanto, 2014:
37) menyatakan ada beberapa prinsip yang harus dipedomani dalam pembelajaran
IPS, yaitu:
a) Menerapkan pembelajaran bermakna (meaningful learning).
b) Pembelajaran yang terintegasi.
d) Pembelajaran yang menantang.
e) Pembelajaran yang aktif.
Apabila kelima prinsip tersebut dilaksanakan dengan baik, maka tujuan dari
pendidikan IPS di SD akan tercapai dan mendapatkan hasil yang baik.
2) Pembelajaran tematik
Rambu-rambu pembelajaran tematik menurut tim Puskur (Uyun, 2013: 58)
antara lain:
a) Tidak semua mata pelajaran harus dikaitkan/dipadukan.
b) Kompetensi dasar yang tidak dapat dipadukan jangan dipaksakan dipadukan.
c) Kompetensi dasar yang tidak tercakup pada tema tertentu harus tetap diajarkan.
d) Untuk murid kelas I dan II kegiatan ditekankan pada kemampuan membaca,
menulis, dan berhitung, serta penanaman nilai-nilai moral.
e) Tema-tema yang dipilih disesuaikan dengan karakteristik, minat, dan
lingkungan murid.
Dari rambu-rambu pelaksanaan pembelajaran tematik di atas, dapat
disimpulkan bahwa dalam memilih tema maupun kompetensi dasar yang tercakup
dalam tema tersebut haruslah sesuai dengan karakteristik murid dan bersifat
fleksibel, artinya tidak boleh dipaksakan.
6. Hasil Penelitian Relevan
1) Skripsi Hajiah (2014). “Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Pada Murid Kelas V SDN No. 66 Kajang Kabupaten Takalar”. Dengan kesimpulan bahwa
pembelajaran IPA dengan menggunakan model Student Facilitator and
Kajang Kabupaten Takalar. Hal ini dapat dilhat dari skor rata-rata siklus I
sebesar 64.14 meningkat pada siklus II menjadi 74.8 sedangkan persentase
ketuntasan belajar pada siklus I yaitu 45.7% meningkat pada siklus II menjadi
85.71%. Persamaan penelitian tersebut pada penelitian ini adalah sama-sama
menggunakan model Student Facilitator and Explaining dan juga variabel Y
yaitu hasil belajar. Adapun perbedaannya terletak pada tingkatan kelas dan
mata pelajaran.
2) Skripsi Renaldy Pangasean S. (2016). “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Student Facilitator and Explaining Untuk Meningkatkan
Sikap Nasionalisme dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPS Kelas VA SD Negeri 2 Kesumadadi Lampung Tengah”. Dengan kesimpulan bahwa
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe SFAE dalam pembelajaran IPS
dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik dalam ranah kognitif, afektif, dan
psikomotor. Pada siklus I nilai hasil belajar siswa berada pada kategori “Cukup Baik” dan persentase ketuntasan menunjukkan kategori “Cukup Baik”.
Kemudian pada siklus II nilai hasil belajar siswa berada pada kategori “Baik”,
dan persentase ketuntasan menunjukkan kategori “Baik”. Hal itu menunjukkan
bahwa terjadi peningkatan persentase ketuntasan belajar dari siklus I ke siklus
II. Adapun persamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini yaitu
sama-sama menggunakan model SFAE dan mata pelajaran IPS, sedangkan
perbedaannya terletak pada tingkatan kelas dan penggunaan media
pembelajaran.
3) Skripsi Nurhalima (2017). “Pengaruh Penggunaan Model Student Facilitator
Bontosunggu Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa”. Dengan kesimpulan
terdapat pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar IPA pada peserta didik
kelas V MIN Bontosunggu Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa pada
penggunaan model Student Facilitator and Explaining karena t hitung = 6,683
dengan nilai sign sebesar 0,857 < 0,05. Persamaan penelitian tersebut dengan
penelitian ini yaitu terletak pada penggunaan model dan variabel Y yaitu hasil
belajar. Sedangkan perbedaannya terletak pada mata pelajaran dan tingkatan
kelas.
Ketiga penelitian tersebut di atas, menunjukkan adanya pengaruh yang
signifikan pada model Student Facilitator and Explaining terhadap hasil belajar
IPS. Sehingga penulis yakin bahwa model Student Facilitator and Explaining
berbantuan media maket berpengaruh terhadap hasil belajar, karena penelitian ini
sudah pernah dilakukan oleh peneliti Hajiah (2014), Renaldy Pangasean S.,
(2016) dan Nurhalima (2017).
B. Kerangka Pikir Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dalam pembelajaran dengan
menggunakan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket.
Untuk dapat mengetahui berhasil tidaknya murid pada pelajaran yang berlangsung
dalam kelas yang diteliti dengan menggunakan pengamatan langsung sebagai alat
ukur tingkat keberhasilan murid dalam memahami materi pelajarannya.
Hal yang terlebih dahulu dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan
tes awal kepada subjek yang diteliti sebelum memberikan perlakuan dengan
menggunakan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket
posttest kepada subjek yang akan diteliti. Kemudian dilakukan analisis data untuk
mengetahui bagaimana pengaruh penerapan model Student Facilitator and
Explaining berbantuan media maket terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN
4 Lakkading Kab. Majene.
BAGAN KERANGKA PIKIR PENELITIAN
Gambar 2.1. kerangka pikir penelitian. Pembelajaran IPS di
Kelas IV SDN 4 Lakkading
Sebelum menggunakan model Student Facilitator
and Explaining berbantuan media maket
Setelah menggunakan model Student Facilitator and
Explaining berbantuan media maket Pretest
Postest
Hasil Belajar
Analisis
C. Hipotesis Penelitian
Menurut Sugiyono (2019: 99) “hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan”.
Jawaban sementara yang disajikan penulis dirumuskan dalam hipotesis
penelitian. Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir di atas, maka hipotesis
penelitian yang diajukan adalah: “Terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan
setelah penerapan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian 1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah penelitian eksperimen. Eksperimen berarti mencoba,
mencari, dan mengkonfirmasi/membuktikan. Sukmadinata (2017: 194)
menyatakan bahwa “penelitian experimen (experimental research), merupakan
pendekatan penelitian kuantitatif yang paling penuh, dalam arti memenuhi semua
persyaratan untuk menguji hubungan sebab-akibat”. Menurut Sugiyono (2019: 110) “metode penelitian eksperimen merupakan salah satu metode kuantitatif,
digunakan terutama apabila peneliti ingin melakukan percobaan untuk mencari
pengaruh variabel independen/treatment/perlakuan tertentu terhadap variabel
dependen/hasil/output dalam kondisi yang terkendalikan”.
2. Desain Penelitian
Peneliti menggunakan metode penelitian eksperimen Pre Experimental. Pre
Experimental terdiri dari tiga bentuk yaitu One Shot Case Study, One Group Pretest-Postest, dan Intac Group Comparison. Adapun jenis desain yang dipilih
dalam penelitian ini yaitu One Group Pretest-Postest. Objek penelitian ini adalah
pengaruh model Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket (X)
terhadap hasil belajar IPS (Y). Sugiyono (2019: 114) bahwa One-Group
Pretest-Postest digambarkan sebagai berikut:
𝐎
𝟏𝐗 𝐎
𝟐Gambar 3.1 Desain Penelitian one grup preetest-postest
Keterangan:
X : Perlakuan model Student Facilitator and Explaining
berbantuan media maket
O1 : nilai Pre-test (sebelum diberi perlakuan)
O2 : nilai Post-test (setelah diberi perlakuan)
Berdasarkan gambar 3.1 di atas, mengilustrasikan bahwa pada desain ini
terdapat suatu kelompok diberi pretest, kemudian diberi treatment/perlakuan, dan
selanjutnya diobservasi (O) hasilnya (treatment adalah sebagai variabel
independen, dan hasil adalah sebagai variabel dependen), dengan cara
membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan.
B. Populasi dan Sampel
Peneletian ini dilaksanakan di SDN 4 Lakkading Kecamatan Sendana
Kabupaten Majene Provinsi Sulawesi Barat.
1. Populasi
Berdasarkan uraian tersebut maka yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh murid kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene tahun
pelajaran 2020/2021 yang terdiri dari 18 orang murid
Tabel 3.1. Jumlah murid kelas IV SDN 4 Lakkading
No. Kelas
Jenis Kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1 IV 10 8 18
2. Sampel
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah Sampling Jenuh.
Alasan penulis menggunakan sampel jenuh adalah karena populasi dalam penelitian
ini < 20 orang. Jadi, sampel dalam penelitian ini berjumlah 18 orang.
C. Defenisi Operasional Variabel
Variabel yang dilakukan dalam penelitian ini secara operasional
didefeniskan sebagai berikut.
1. Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket, adalah model
pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada murid untuk menjelaskan
kembali materi yang telah dipelajari dengan bantuan media maket. Guru hanya
perlu menyampaikan garis-garis besar dari materi yang akan dipelajari,
kemudian murid sendiri yang akan mengembangkan materi tersebut dan
dijelaskan kembali kepada murid lainnya menggunakan media maket.
2. Hasil belajar IPS adalah nilai yang diperoleh murid dari hasil evaluasi yang
dilakukan setelah melalui proses pembelajaran IPS di Sekolah. Hasil belajar
dalam penelitian ini dibatasi hanya pada ranah kognitif, dalam penelitian ini
hasil belajar diperoleh berdasarkan tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest).
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur
objek yang akan diteliti. Untuk mempermudah penelitian ini, penulis menggunakan
instrumen penelitian dalam mencari atau mengumpulkan data informasi yang
berhubungan dengan objek penelitian. Adapun instrument yang digunakan dalam
1. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengamati perubahan murid selama
penelitian berlangsung.
2. Butir-butir Soal
Butir-butir soal diberikan dalam bentuk tes, butir-butir soal ini digunakan
untuk mengukur tingkat penguasaan domain kognitif murid setelah dan sebelum
murid diberi perlakuan.
Instrument ini disusun oleh peneliti yang disetujui oleh guru dengan
berpedoman pada standar kompetensi IPS di SD. Dalam penelitian ini, jumlah soal
yang digunakan adalah 20 butir soal yang berbentuk pilihan ganda.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan faktor yang sangat penting yang harus
diperhatikan oleh seorang peneliti. Sebab data yang terkumpul akan digunakan
sebagai bahan analisis dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan. Oleh karena
itu pengumpulan data harus dilakukan dengan sistematis, terarah, dan sesuai dengan
masalah penelitian.
Teknik pengumpulan data merupakan langkah paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari p enelitian adalah mendapatkan data subjek
penelitian. tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.
Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
1. Observasi
Hadi (Sugiyono. 2019:203), mengemukakan bahwa, observasi merupakan
suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari berbagai proses
biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses
pengamatan dan ingatan.
Peneliti mengumpulkan data-data dengan mengamati secara langsung pada
suatu proses pembelajaran berlangsung di kelas dan mencatat secara sistematis
gejala-gejala yang diselidiki untuk memperoleh data yang diperlukan.
2. Tes
Tes adalah instrument atau alat untuk mengumpulkan data tentang
kemampuan subjek penelitian dengan cara pengukuran. Arikunto (2013: 67)
mengemukakan bahwa tes merupakan alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan
yang sudah ditentukan. Tes yang digunakan adalah:
a. Pre-test, yaitu tes awal yang dilakukan sebelum pemberian perlakuan. Tes awal
dilakukan untuk mengetahui kemampuan yang dimiliki oleh murid sebelum
diterapkannya model Student Facilitator and Explaining berbantuan media
maket pada pembelajaran IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading Kab. Majene.
b. post-test, yaitu untuk mengetahui hasil belajar IPS setelah diterapkannya model
Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket pada murid kelas
F. Teknik Analisis Data
Setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul maka
dilakukan analisis data. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Analisis Statistik Deskriptif
Perhitungan hasil belajar menggunakan statistik deskriptif adalah statistik
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penyajian data
dilakukan dengan menampilkan table perhitungan mean hasil belajar kognitif antara
pretest dan posttest. Dalam hal ini akan dilakukan kegiatan membandingkan kedua
nilai yang dapat dilakukan dengan mencari perbedaan rata-rata antara dua hasil tes tersebut (O1 dengan O2). untuk memperoleh data hasil tes maka akan dilakukan perhitungan sebagai berikut.
Nilai statistik yang dimaksud meliputi nilai tertinggi, nilai terendah, nilai
rata-rata dan nilai standar deviasi.
a. Menghitung nilai rata-rata murid
Berikut penentuan nilai rata-rata murid (mean).
(Ananda dan Fadhli 2018 : 172)
Keterangan:
𝑥̅ = Rata-rata (Mean)
𝑓𝑖 = frekuensi masing-masing nilai𝑥𝑖 𝑥𝑖 = titik tengah.
𝑥̅ =
∑ 𝑓
𝑖. 𝑥
𝑖∑ 𝑓
𝑖b. Penentuan distribusi persentase ketuntasan
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) murid kelas IV SDN 4 Lakkading
Kab. Majene untuk pembelajaran IPS yang telah ditetapkan adalah 70 dan skor
idealnya adalah 100.
Tabel 3.2 Standar Ketuntasan Hasil Belajar SDN 4 Lakkading kab. Majene
Nilai Kriteria 0-59 60-69 70-79 80-89 90-100 Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi
(Penilaian hasil belajar murid kelas IV SDN 4 Lakkading 2020)
Dari tabel 3.2 standar ketuntasan hasil belajar IPS murid yaitu jika jumlah murid yang mencapai atau melebihi nilai KKM (70) ≥75% dapat disimpulkan hasil
belajar murid kelas IV SDN 4 Lakkading kabupaten Majene sudah memenuhi
kriteria hasil belajar.
Persentase ketuntasan belajar dapat diperoleh dengan rumus berikut.
𝑃 = 𝑓
𝑁 × 100%
(Sudijono 2015 : 43)
keterangan:
P = Angka Persentase
f = frekuensi yang dicari persentasenya N = Banyaknya sampel
b. Analisis Statistik Inferensial
Analisis data selanjutnya menggunakan teknik analisis inferensial
digunakan dan ditujukan untuk menguji hipotesis penelitian yang telah ditetapkan.
Pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjawab hipotesis yang telah diajukan.
Apabila analisis data dalam penelitian dilakukan dengan cara membandingkan data
sebelum dengan data sesudah perlakuan dari satu kelompok sampel, maka dapat
dilakukan dengan menggunakan rumus:
𝑡 =
𝑀
𝑑√
∑ 𝑥
2
𝑑
𝑛 (𝑛 − 1)
Sumber : Ananda dan Fadhli (2018: 282)
Keterangan:
d = selisih skor sesudah dengan skor sebelum dari setiap subjek (i). 𝑀𝑑 = rerata dari gain (d)
𝑋𝑑 = deviasi skor gain terhadap reratanya (𝑋𝑑 = 𝑑𝑖− 𝑀𝑑)
𝑥
2𝑑
=
kuadrat deviasi skor gain terhadap reratanyan = banyanknya sampel (subjek penelitian)
Langkah-langkah dalam pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1) Mencari nilai “Md” dengan rumus:
𝑀𝑑 = ∑ 𝑑 𝑁 Keterangan:
Md =Mean dari perbedaan Preetest dengan Posttest.
Σd = jumlah dari gain (Posttest – Preetest).
2) Mencari nilai “Σx²d” dengan rumus:
∑ 𝑥2𝑑 = ∑ 𝑑² −(∑ 𝑑)
2
𝑁
Keterangan:
Σx²d = jumlah kuadrat deviasi
Σd = jumlah dari gain (Posttest – pretest)
N = Banyaknya sampel (subjek penelitian).
3) Mencari harga 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 dengan rumus:
𝑡 =
𝑀
𝑑√
∑ 𝑥
2𝑑
𝑛 (𝑛 − 1)
Keterangan:
d = selisih skor sesudah dengan skor sebelum dari setiap subjek (i). 𝑀𝑑 = rerata dari gain (d)
𝑋𝑑 = deviasi skor gain terhadap reratanya (𝑋𝑑 = 𝑑𝑖− 𝑀𝑑)
𝑥
2𝑑
=
kuadrat deviasi skor gain terhadap reratanyan = banyanknya sampel (subjek penelitian)
4) menentukan nilai 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 dengan mencari 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 menggunakan table distribusi t
dengan taraf signifikan α = 0,05 dan dk= N – 1.
5) Menentukan aturan pengambilan keputusan atau kriteria yang signifikan.
Adapun kaidah pengujian signifikan, yaitu:
𝐻0 : tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan model
Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket terhadap hasil
belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading kab. Majene.
𝐻1 : terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan setelah penerapan model
Student Facilitator and Explaining berbantuan media maket terhadap hasil
a) Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 > 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 ditolak dan 𝐻1 diterima. b) Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 < 𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka 𝐻0 diterima dan 𝐻1 ditolak.
6) Membuat kesimpulan apakah terdapat perbedaan yang signifikan sebelum dan
setelah penerapan model Student Facilitator and Explaining berbantuan media
maket terhadap hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading Kab.
39 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Deskripsi Hasil belajar (Pretest) IPS kelas IV SDN 4 Lakkading Kabupaten Majene Sebelum Menggunakan Model Student Facilitator and Explaining Berbantuan Media Maket
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di SDN 4
Lakkading kabupaten Majene, maka diperoleh data hasil belajar IPS murid kelas
IV SDN 4 Lakkading kabupaten Majene yang dikumpulkan melalui instrument tes
sebelum menggunakan model Student Facilitator and Explaining Berbantuan
Media Maket.
Data perolehan skor hasil belajar IPS murid kelas IV SDN 4 Lakkading
kabupaten Majene dapat diketahui sebagai berikut.
Tabel 4.1 Skor Nilai Pretest
No. Nama Murid Nilai
1. Abd. Rifai 55
2. Akifah Naila 55
3. Amelia Hasian Pasaribu 65
4. Andi Sastra 50
5. Ibnu Amru Azhari 60
6. Muh. Anwar 55
7. Muh. Rifad 65
8. Muh. Risq Saputra 55
9. Muh. Sulfian Nur 70