1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN TPS (THINK PAIR
SHARE) BERBANTUAN QUESTION CARD TERHADAP
KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA
Ni Putu Ida Handayani
1, Made Putra
2, I Ketut Ardana
31,2,3
Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Universitas Pendidikan Ganesha
Singaraja, Indonesia
e-mail: [email protected]
1, [email protected]
2,
[email protected]
3Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran TPS berbantuan question card dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik tahun ajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian semu dengan desain kelompok
Non-Ekuivalen. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah
Jelantik tahun ajaran 2016/2017 sebanyak 168 siswa. Penentuan sampel dilakukan dengan teknik random sampling. Sehingga diperoleh dua kelas yaitu kelas V SD Negeri 17 Dangin Puri berjumlah 39 siswa sebagai kelompok eksperimen dan kelas VA SD Negeri 28 Dangin Puri berjumlah 36 siswa sebagai kelompok kontrol. Data tentang kompetensi pengetahuan IPA dikumpulkan melalui metode tes dengan menggunakan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa. Selanjutnya data dianalisis dengan uji-t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol (75,80 > 68,56). Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen termasuk ke dalam kategori baik dan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol termasuk ke dalam kategori cukup. Berdasarkan hasil pengujian normalitas dan homogenitas terhadap data yang didapat dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan homogen. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis dengan uji-t dan menunjukkan thitung = 3,584 dan ttabel = 1,980 dengan db = 73 dan taraf
signifikansi 5%. Berdasarkan kriteria pengujian, thitung > ttabel (3,584 > 1,980), maka Ho
ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran TPS berbantuan
question card dengan kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran
konvensional. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) berbantuan question card berpengaruh terhadap kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik tahun ajaran 2016/2017.
Kata kunci: model pembelajaran TPS, question card, kompetensi pengetahuan IPA.
Abstract
This study aimed to determine the significant differences in science knowledge competence between groups of students who are taught a model of learning TPS assisted question card with a group of students who were taught conventional learning in grade V students SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik academic year 2016/2017. This research type is quasi research with Non-Equivalent group design. The population of this study are students of grade V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik academic year 2016/2017 as many as 168 students. Sample determination was done by random
2
sampling technique. So that obtained two classes of grade V SD Negeri 17 Dangin Puri amounted to 39 students as experimental group and grade VA SD Negeri 28 Dangin Puri amounted to 36 students as a control group. Data on the knowledge competence of IPA are collected through the test method using an ordinary double-choice objective test. Furthermore, the data were analyzed by t-test. The results showed that the average science knowledge competence of the experimental group was higher than the average knowledge competence of control group IPA (75,80> 68,56). The average value of science knowledge competence of the experimental group is included in the good category and the average score of science knowledge competence of the control group is included in the sufficient category. Based on the normality and homogeneity test on the data obtained from the experimental group and the control group is normal and homogenous distribution. The hypothesis test is then tested by t-test and shows thitung = 3,584 and ttable = 1,980 with db = 73 and significance level 5%. Based on the test criteria, t count> t table (3,584> 1,980), then Ho is rejected. This means that there is a significant difference in science knowledge competence between the groups of students who are taught through the learning model of TPS with the help of question cards with groups of students who are taught conventional learning. Based on the result of this research, it can be concluded that the cooperative learning model of TPS (Think Pair Share) with the help of question card influences the knowledge competence of science students of grade V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik academic year 2016/2017.
Keywords: TPS learning model, question card, science knowledge.
PENDAHULUAN
Pendidikan mempunyai peranan utama dalam peningkatan kualitas Sumber daya manusia. Pendidikan dapat membangun masyarakat yang cerdas, damai, terbuka dan demokratis. Seperti yang tercantum dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.
Kurniasih dan Sani (2014), menyatakan “Pengelolaan pendidikan diharapkan dapat berorientasi pada perubahan ke arah yang lebih baik”. Salah satu upaya yang ditempuh oleh pemerintah untuk memperbaiki kualitas mutu pendidikan yaitu melalui pengembangan kurikulum. Kurikulum yang diterapkan saat ini di Indonesia adalah Kurikulum 2013.
Pengembangan kurikulum 2013 ini melanjutkan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004. Kurikulum 2013 dirumuskan dan dikembangkan dengan suatu optimisme yang tinggi untuk menghasilkan lulusan sekolah yang lebih cerdas, kreatif, inovatif, memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebagai individu maupun sebagai bangsa, serta toleran terhadap segala perbedaan yang ada. Pada hakikatnya pengembangan kurikulum 2013 merupakan upaya yang dilakukan melalui salah satu elemen pendidikan, yaitu kurikulum untuk memperbaiki kualitas hidup dan kondisi sosial bangsa Indonesia secara lebih luas (Kurniasih dan Sani, 2014).
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang sekolah dasar. Susanto (2013:167) mengemukakan IPA adalah “usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat pada sasaran, serta
3 menggunakan prosedur dan dijelaskan dengan penalaran sehingga mendapatkan suatu kesimpulan”. Dalam pelaksanaannya proses pembelajaran IPA diharuskan dapat menyajikan materi pembelajaran yang relevan dan dapat mendorong siswa untuk memunculkan alternatif pemecahan masalah. Pembelajaran IPA yang dikemas secara menarik dapat membuat siswa merasa senang dan tidak cepat bosan dalam mempelajarinya.
Pada kenyataannya pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami oleh sebagian siswa, sehingga siswa menjadi kurang tertarik untuk mempelajarinya. Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada hari jumat 25 Desember 2016 pada siswa kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara dilihat dari nilai ulangan umum semester I, siswa kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara, sebagaian besar hasil kompetensi pengetahuan IPA siswanya belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan yakni 70,00 (Sumber: Informasi dari masing-masing wali kelas V di SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara). Berkaitan dengan hal ini banyak faktor yang mempengaruhi hal tersebut, setelah melaksanakan observasi teridentifikasi masalah-masalah yang berkaitan dengan rendahnya hasil kompetensi pengetahuan siswa seperti : a) siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran, b) siswa hanya berperan sebagai penerima informasi sehingga pemahaman yang didapat siswa terbatas hanya dari apa yang mereka dengar, c) kurangnya partisipasi siswa dalam mengemukakan pendapat baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas. Dari beberapa permasalah yang dijumpai maka seorang guru diharapkan dapat merancang pembelajaran yang inovatif, kreatif, dan menyenangkan dengan cara mengaplikasikan model pembelajaran dan media pembelajaran yang cocok dengan materi sehingga proses pembelajaran dapat berjalan lancar dan lebih efektif serta siswa lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran dan lebih cepat memahami materi pelajaran IPA.
Berdasarkan permasalahan tersebut dipandang perlu adanya inovasi dalam
pembelajaran yakni dengan menerapkan variasi model pembelajaran yang sesuai dengan materi dan konsep-konsep pengetahuan IPA sehingga dapat menciptakan partisipasi dan keaktifan siswa secara merata. Model pembelajaran mempunyai peran yang sangat penting yaitu dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Al-Tabani (2015:23) menyatakan model pembelajaran “adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku, computer, kurikulum dan lain-lain”. Model pembelajaran TPS (Think Pair Share) menjadi salah satu inovasi dalam pembelajaran. Model Pembelajaran TPS merupakan salah satu bagian dari model Kooperatif. Model Pembelajaran TPS adalah “suatu model pembelajaran kooperatif yang memberikan siswa waktu untuk berpikir dan merespon serta saling bantu satu sama lain” (Shoimin, 2014: 208). Model ini memperkenalkan ide waktu berpikir dan waktu tunggu yang menjadi faktor kuat dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam merespon pertanyaan. Menurut Al-Tabani (2015) adapun langkah-langkah model pembelajaran TPS yaitu. Langkah 1, Berpikir aplikasiannya yaitu (1) Guru membagikan question card (kartu soal) kepada setiap kelompok, dalam kartu tersebut terdapat pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran. (2) Guru meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. (3) Siswa membutuhkan penjelasan bahwa berbicara atau mengerjakan bukan bagian berpikir. Langkah 2, Berpasanganaplikasiannya yaitu (1) Guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. (2) Secara normal guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan. Langkah 3, Berbagi aplikasiannya yaitu (1) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-
4 pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. (2) Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan kepasangan dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan. Adapun kelebihan model pembelajaran TPS menurut Kurniasih dan Sani (2016:58) yaitu (1) Model ini dengan sendirinya memberikan kesempatan yang banyak kepada siswa untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain. (2) Dapat meningkatkan partisipasi siswa dalam proses pembelajaran. (3) Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok. (3) Adanya kemudahan interaksi sesama siswa dan lebih cepat dalam membentuk kelompoknya. (4) Antara sesama siswa dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk didiskusikan sebelum disampaiakan di depan kelas. (5) Siswa dapat mengembangkan ketrampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil. (6) Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang dibentuk tidak gemuk, dan masing-masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapat mereka. (7) Hasil belajar lebih mendalam, karena dengan model pembelajaran TPS siswa dapat diidentifikasi secara bertahap mengenai materi yang diberikan, sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
Penggunaan media juga menentukan keberhasilan kegiatan pembelajaran di SD. Media pembelajaran merupakan alat bantu untuk menciptakan proses pembelajaran yang efektif karena media pembelajaran dapat mempermudah berjalannya proses penyampaian materi atau konsep pada siswa. Salah satu media pembelajaran yang cocok untuk diaplikasikan dengan model pembelajaran TPS adalah media question
card (kartu soal). Question card terdiri dari
dua kata yaitu question (pertanyaan) dan
card (kartu). Jadi question card adalah kartu
yang berisi pertanyaan/soal. Media pembelajaran question card adalah salah satu jenis dari media pembelajaran visual diam. Media pembelajaran question card atau kartu soal merupakan media visual yang berupa kertas berukuran 10 x 10 cm,
isi dari kartu ini adalah soal-soal yang berkaitan dengan materi pelajaran yang dibahas (Ardani, 2014). Siswa ditugaskan menjawab pertanyaan yang terdapat dalam kartu soal. Dalam menjawab pertanyaan tersebut siswa diberikan waktu untuk berdiskusi dengan kelompoknya. Dengan menggunakan media question card
memungkinkan siswa belajar menjadi lebih rileks serta dapat menumbuhkan rasa tanggung jawab, rasa ingin tahu, kerjasama, persaingan sehat, dan aktif dalam menyalurkan pendapatnya.
Jadi pembelajaran TPS berbantuan
question card adalah suatu pembelajaran
yang efektif karena guru dapat mengubah pola diskusi kelas atau diskusi kelompok besar menjadi kelompok kecil yang terdiri dari 2 orang siswa, sehingga memungkinkan siswa untuk dapat bertukar pikiran dan saling berbagi pendapat dengan leluasa serta dapat meningkatkan rasa tanggung jawab setiap siswa.
Berdasarkan dari uraian diatas, maka adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu (1) untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran TPS berbantuan Question Card pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017, (2) untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017, (3) untuk mengetahui perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA antara kelompok siswa yang dibelajarkan melalui Model Pembelajaran TPS berbantuan
Question Card dengan kelompok siswa
yang dibelajarkan melalui Pembelajaran Konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara tahun ajaran 2016/2017.
METODE
Penelitian ini dilaksanakan di kelas V SD Negeri Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara. Adapun waktu penelitian dari penyusunan proposal, pengumpulan data, pemberian perlakuan sebanyak 6 kali
5 di kelompok eksperimen dan 6 kal di kelompok kontrol sampai penyusunan skripsi dilaksanakan pada bulan Desember sampai bulan Mei.
Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan desain eksperimental yaitu quasi
eksperiment (Eksperimen Semu). Desain ini
memiliki kelompok kontrol, tetapi tidak bisa sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2014:114).
Pre-test diberikan untuk kelompok
kontrol dan kelompok eksperimen. Setelah itu peneliti memberikan perlakuan, yaitu dengan memberikan model pembelajaran TPS berbantuan question card kepada kelompok eksperimen. Kemudian setelah diberikan perlakuan, dilakukan post-test untuk mengetahui kompetensi pengetahuan IPA.
Menurut Sugiyono (2014:80) Populasi adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Dipertegas oleh Setyosari (2015:221) populasi merupakan “keseluruhan objek, orang, peristiwa, atau sejenisnya yang menjadi perhatian dan kajian dalam penelitian”. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa populasi adalah keseluruhan objek yang berkualitas dan memiliki karakteristik tertentu yang dijadikan kajian penelitian untuk kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V (lima) SD Negeri Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara tahun ajaran 2016/2017, yang terdiri dari 5 kelas dalam 3 sekolah dasar. Jumlah populasi dari penelitian ini adalah 168 orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Random
Sampling atau sampel acak. Dalam teknik ini
setiap kelas memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk dijadikan subjek penelitian. Untuk menentukan sampel, cara yang digunakan adalah dengan cara pengundian. Setiap anggota populasi diberi nomor terlebih dahulu dan kemudian diundi. Dalam penelitian ini, setiap kelas memperoleh hak yang sama dan mendapat kesempatan dipilih menjadi sampel yang
dilakukan dua kali pengundian. Pengundian tahap pertama untuk memilih dua kelas yang dijadikan sampel penelitian. Setelah kedua kelas yang terpilih maka akan dilakukan uji kesetaran untuk mengetahui tingkat kesetaraan kedua kelas yang akan dijadikan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Apabila kedua kelas sudah setara maka dilakukan pengundian tahap kedua untuk menentukkan kelas eksperimen dan kelas kontrol. Setelah diundi terpilih kelas V SD Negeri 17 Dangin Puri sebagai kelas eksperimen yang diberikan perlakuan model pembelajaran TPS berbantuan question card sedangkan yang terpilih sebagai kelas kontrol yaitu kelas VA SD Negeri 28 Dangin
Puri yang menggunakan model
pembelajaran konvensional.
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes. Metode tes dalam kaitannya dengan penelitian menurut Agung (2012:66) ialah “cara memperoleh data yang berbentuk suatu tugas yang dilakukan atau dikerjakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang di tes dan dari hasil tes tersebut dapat menghasilkan suatu data berupa skor”. Tes yang akan digunakan untuk mengukur kompetensi pengetahuan berupa tes objektif dalam bentuk pilihan ganda biasa dilakukan pengujian instrumen yaitu uji validitas, reliabilitas, daya beda dan indeks kesukaran. Tes pilihan ganda biasa ini meliputi 4 pilihan jawaban (a, b, c atau d) dengan jumlah pertanyaan yaitu 50 butir soal. Sebagai alat ukur, data yang dihasilkan melalui tes adalah berupa angka-angka.
Untuk penskoran yaitu 0-100. Skor 0 untuk siswa yang menjawab salah dan skor 1 untuk siswa yang menjawab benar pada setiap item butir soal. Jadi skor setiap jawaban dijumlahkan dan dibagi dengan skor maksimal dikalikan 100 sehingga didapan nilai kompetensi pengetahuan IPA yang bergerak dari kisaran 0 sampai 100.setelah uji coba soal tersebut dianalisis banyaknya butir soal yang memenuhi syarat pada uji coba sebanyak 32 butir soal dari 50 butir soal.
Sugiyono (2014:207) menyatakan bahwa, “Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk
6 umum atau generalisasi”. Sedangkan, Metode analisis statistik inferensial adalah “suatu cara pengolahan data yang dilakukan dengan jalan menerapkan rumus statistik inferensial untuk menguji suatu hipotesis penelitian yang diajukan peneliti, dan kesimpulan ditarik berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis” (Agung, 2014:110). Jika data yang diperoleh sudah memenuhi prasyarat uji normalitas dan homogenitas maka analisis yang digunakan adalah statistik parametris. Analisis statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah uji beda mean (uji t). Uji Hipotesis menggunakan uji-t dengan rumus
polled varians. Rumus uji-t dengan rumus
polled varians digunakan bila jumlah
anggota sampel sama n1=n2 dan varians
homogen.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil perhitungan, pengelompokan distribusi frekuensi untuk kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok eksperimen diperoleh skor rata-rata 75,80; standar deviasi 8,04; varian 64,61; nilai maksimum 96,87; nilai minimum 62,5 dan rata-rata persentase kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen, M% = 75,80%. Rata-rata persentase kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen berada berada pada kategori baik. Frekuensi nilai akhir kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen dapat dilihat pada histogram berikut.
Gambar 1 Diagram Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelompok Eksperimen
Sedangkan hasil perhitungan pengelompokan distribusi frekuensi untuk kompetensi pengetahuan IPA pada kelompok kontrol diperoleh skor rata-rata 68,56; standar deviasi 10,03; varian 100,54; nilai maksimum 90,62; nilai minimum 50 dan rata-rata persentase kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol, M% = 68,56%. Rata-rata persentase kompetensi pengetahuan IPA tersebut kemudian dikonversikan pada tabel PAP skala lima, sehingga dapat diketahui kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen berada berada pada kategori cukup. Frekuensi nilai akhir kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol dapat dilihat pada histogram berikut.
0 2 4 6 8 10 12
7 Gambar 2 Diagram Kompetensi
Pengetahuan IPA Siswa Kelompok Kontrol Sesuai dengan analisis data IPA menunjukkan bahwa rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen lebih dari rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok kontrol.
Sebelum dilakukan uji hipotesis statistic dengan menggunakan analisis uji-t, terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat yang meliputi uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians. Dari hasil perhitungan diketahui bahwa sebaran data hasil post-test
pada kedua kelompok berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogen.
Uji normalitas data kompetensi pengetahuan IPA siswa mempergunakan rumus Chi-Kuadrat dengan ketentuan harga (𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 ) yang diperoleh
dibandingkan dengan harga (𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒 𝑙2 ) dengan derajat kebebasan (db) = (jumlah klasifikasi – 1) = (6 – 1) = 5 dan taraf signifikansi 5% = 11,07.
Berdasarkan hasil uji normalitas harga 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 yang diperoleh dari kelompok
eksperimen adalah 8,39. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 = 11,07, karena 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 kurang dari
𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 (8,39 < 11,07) maka Ho diterima. Ini
berarti sebaran data kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen berdistribusi normal. Untuk kelompok kontrol, terlihat bahwa harga 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 yang diperoleh dari kelompok kontrol adalah 10,77. Harga tersebut kemudian dibandingkan dengan harga 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 = 2,70,
karena 𝑋ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔2 kurang dari 𝑋𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 2 (2,70 <
11,07) maka Ho diterima. Ini berarti sebaran
data kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol berdistribusi normal. Berdasarkan analisis uji normalitas data, dibawah ini disajikan ringkasan hasil uji normalitas untuk kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan menggunakan rumus Chi-Kuadrat.
Tabel 1. Hasil Uji Normalitas Kelompok Eksperimen Dan Kelompok Kontrol
No Sampel X2 hitung X2tabel Keterangan
1 Kelompok Eksperimen 8,39 11,07 Normal
2 Kelompok Kontrol 2,70 11,07 Normal
Setelah data berdistribusi normal langkah selanjutnya uji homogenitas. Pengujian homogenitas varians dalam penelitian ini menggunakan uji F pada taraf signifikansi 5%. Dari hasil penghitungan diperoleh Fhitung = 1,56. Harga tersebut
kemudian dibandingkan dengan harga Ftabel
yang diperoleh dari tabel nilai-nilai dalam distribusi F dengan dk = 73 pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi F diperoleh Ftabel
sebesar 1,72. Berdasarkan hasil penghitungan diperoleh harga Fhitung kurang
dari Ftabel (1,56 < 1,72) maka Ho diterima.
Ini berarti varians data kompetensi pengetahuan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sama atau homogen.
Berdasarkan hasil uji normalitas dan hasil uji homgenitas varians dapat diketahui bahwa data yang diperoleh dari kelompok eksperimen dan kelompok kontrol berdistribusi normal dan memiliki varians yang homogeny. Karena data telah memenuhi semua prasyarat, uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis 0 1 2 3 4 5 6 7 8 50 53,12 56,25 59,37 65,62 68,75 71,87 75 78,12 81,25 90,62
8 uji-t. Uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikansi 5% dengan kaidah hipotesis Ho
ditolak jika thitung lebih dari ttabel. Dan Ho
diterima jika thitung kurang dari ttabel.
Berdasarkan hasil analisis uji-t dari data kompetensi pengetahuan IPA siswa diperoleh sebagai berikut.
Tabel 2. Hasil Analisis Uji-T Kompetensi Pengetahuan IPA
Sampel thitung ttabel Keterangan
Kelompok Eksperimen
3,584 2,000 Ho ditolak
Kelompok Kontrol
Berdasarkan hasil analisis data diperoleh thitung sebesar 3,584. Harga
tersebut kemudian dibandingkan dengan harga ttabel. Harga ttabel diperoleh dari tabel
nilai-nilai dalam distribusi t dengan derajat kebebasan (dk = 39 + 36 – 2 = 73), pada taraf signifikansi 5%. Berdasarkan tabel nilai-nilai dalam distribusi t diperoleh harga ttabel sebesar 2,000. Karena thitung lebih dari
ttabel (3,584> 2,000) maka Ho ditolak. Hal ini
berarti terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
Berdasarkan penelitian tersebut, dapat diketahui bahwa kegiatan pembelajaran menggunakan model pembelajaran TPS berbantuan question
card memiliki pengaruh pada kompetensi
pengetahuan IPA. Dengan demikian, model pembelajaran TPS berbantuan
question card dapat direkomendasikan
dalam membelajarkan siswa khususnya pada kegiatan pembelajaran yang berisi muatan materi IPA selain model pembelajaran konvensional.
Hal tersebut disebabkan karena model Pembelajaran TPS menggunakan metode diskusi berpasangan yang dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana mengutarakan pendapat, bekerja sama, saling membantu, dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap mengacu pada materi atau tujuan pembelajaran. Pembelajaran IPS yang dilakukan dengan mengikuti langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe TPS yaitu Tahap (1) pendahuluan (kegiatan awal), Tahap (2)
Think/berpikir, Tahap (3)
Pairing/berpasangan atau berkelompok
dan Tahap (4) Sharing/berbagi (perwakilan kelompok berbagi hasil diskusinya), Tahap (5) pemberian penghargaan (kegiatan inti pada konfirmasi) dapat memberikan pengaruh pola interaksi siswa dan cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas yang memiliki prosedur ditetapkan secara eksplisit memberikan waktu lebih banyak kepada siswa untuk memikirkan secara mendalam tentang apa yang telah dijelaskan atau dialami (berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain) sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan. Keaktifan siswa akan meningkat, karena kelompok yang dibentuk tidak gemuk, dan masing- masing siswa dapat dengan leluasa mengeluarkan pendapat mereka.
Penelitian ini juga didukung hasil penelitian yang relevan oleh Laksmi Dewi yaitu hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran kooperatif tipe TPS berbantuan media lingkungan dengan siswa yang belajar secara konvensional. Dan penelitian yang dilakukan oleh Evi Sutarminingsih yaitu hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar IPA antara siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran TPS dengan siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran konvensional.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan maka dapat disimpulkan, (1) Kompetensi pengetahuan IPA kelompok
9 siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran TPS berbantuan question
card pada siswa kelas V SD Negeri Gugus
I Gusti Ngurah Jelantik tahun ajaran 2016/2017 diperoleh rata-rata sebesar 75,80. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok eksperimen termasuk ke dalam kategori baik. (2) Kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Negeri Gugus I Gusti Ngurah Jelantik tahun ajaran 2016/2017 diperoleh rata-rata sebesar 68,56. Nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA kelompok kontrol termasuk ke dalam kategori cukup. (3) Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, diperoleh thitung = 3,584 dan dalam taraf signifikansi
5% dengan dk = 39 + 36 – 2 = 73 diperoleh ttabel = 2,000. Dengan membandingkan
hasil thitung dan ttabel yaitu (3,584 > 2,000)
dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak yang berarti “terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran TPS berbantuan question
card dengan kelompok siswa yang
dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Tahun Ajaran 2016/2017” Jadi berdasarkan hasil perhitungan uji-t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan kompetensi pengetahuan IPA kelompok siswa yang dibelajarkan melalui model pembelajaran TPS berbantuan question
card dengan kelompok siswa yang
dibelajarkan melalui model pembelajaran konvensional pada siswa kelas V SD Gugus I Gusti Ngurah Jelantik Denpasar Utara Tahun Ajaran 2016/2017 sehingga model pembelajaran TPS berbantuan
question card berpengaruh terhadap
kompetensi pengetahuan IPA siswa.
Saran
Adapun saran yang dapat disampaikan adalah sebagai berikut. (1) kepada guru, guru hendaknya dapat menambah wawasannya mengenai inovasi
pembelajaran sehingga mampu
menerapkan ataupun mengembangkan pembelajaran di kelas secara lebih inovatif
dan bervariasi agar dapat memberikan dampak positif dalam meningkatkan kompetensi pengetahuan siswa. (2) kepada kepala sekolah, sekolah hendaknya dapat berkontribusi penuh dalam meningkatkan kualitas serta mengoptimalkan proses pembelajaran, sehingga berdampak positif pada kompetensi pengetahuan siswa khususnya di sekolah dasar. (3) kepada peneliti lain, peneliti lain agar dapat mengembangkan berbagai model pembelajaran lain pada subjek penelitian yang berbeda sehingga proses pembelajaran IPA dapat berlangsung optimal dan memberikan dampak positif bagi kompetensi pengetahuan IPA siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Agung, 2014. Metodologi Penelitian
Pendidikan. Yogyakarta: Aditya
Media Publishing.
Agung, 2016. Statistika Dasar untuk
Pendidikan. Yogyakarta: Deepublish. Al-Tabani. 2014. Mendesain Model
Pembelajaran Inovatif-Progresif,
Konsep, Landasan, dan
Implementasinya pada Kurikulum 2013 Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Ardani, Ni Pt Mita. 2014. Pengaruh Model Kooperatif Tgt Berbantuan Media
Question Card Terhadap Hasil
Belajar IPS Siswa Kelas V. Jurnal
Mimbar PGSD Universitas
Pendidikan Ganesha bolume 2 nomor 1 tahun2014.
Dewi, Laksmi. 2014. Pengaruh Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS
Berbantuan Media Lingkungan
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Gugus III Gianyar. E-journal Jurusan Pendidikan Guru
Sekolah Dasar FIP Undiksha, Vol 2, No 1.
Kurniasih, dan Sani. 2014. Sukses
Mengimplementasikan Kurikulum
10 Permendikbud. 2014. Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor Nomor
103 tentang Pendekatan Saintifik.
Jakarta: Permendikbud.
Sudijono, Anas. 2013. Pengantar Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
Sugiyono. 2014. Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Penerbit Alfabeta.
Sukiman. 2012. Pengembangan Media
Pembelajaran. Yogyakarta:
Pedagogia
Sutarminingsih, Evi. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Think Pair Share (TPS) Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas V SD Negeri
Kubutambahan Kecamatan
Kubutambahan. E-journal Jurusan
Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, Vol 2, No 1.
Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar
Pembelajaran di Sekolah Dasar.
Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Widhy, Purwanti. 2013. Langkah Pengembangan Pembelajaran IPA pada Implementasi Kurikulum 2013.
Yogyakarta: Diklat Penyusunan Worksheet Integrated Science Process Skills. E-journal Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar FIP Undiksha, Vol 2, No 1.
Yusuf, Muri. 2015. Asesmen dan Evaluasi
Pendidikan. Jakarta: Prenadamedia