• Tidak ada hasil yang ditemukan

: SIYAMI NIM : X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan ": SIYAMI NIM : X"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR GUNA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA PERMULAAN DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA

INDONESIA SISWA TUNA GRAHITA KELAS I SLB – C YPALB KARANGANYAR

TAHUN PELAJARAN 2008/2009

SKRIPSI

Ditulis dan diajukan untuk memenuhi persyaratan

mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Jurusan

Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Khusus

Oleh :

SIYAMI NIM : X5107599

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KHUSUS JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, membaca mempunyai peranan penting. Dengan membaca seseorang akan memperoleh pengetahuan dan pengalaman-pengalaman baru. Untuk itu ketrampilan membaca harus dikuasai oleh anak sejak kelas I SD umumnya dan kelas I SLB pada khususnya. Namun kenyataanya disetiap SD / SLB masih banyak anak kelas I yang belum bisa membaca. Hal tersebut dapat dilihat banyaknya anak yang mengulang di kelas I SD / SLB dikarenakan mengalami kesulitan dalam membaca terutama membaca permulaan.

Mengenai masalah kesulitan dalam hal membaca permulaan, menurut pengamatan peneliti disebabkan :

1. Motivasi belajar permulaan yang masih rendah.

2. Kurang atau rendahnya kemampuan belajar membaca permulaan. 3. Siswa yang kurang memperhatikan pada waktu belajar membaca. 4. Siswa merasa bosan atau jenuh dengan mata pelajaran bahasa

(3)

Sehingga berdasarkan daftar nilai siswa tuna grahita kelas I SLB – C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008 / 2009 hasil dari prestasi belajar membaca permulaan ( Bahasa Indonesia ) kurang menyenangkan.

Membaca merupakan salah satu jenis ketrampilan dalam bahasa lisan. Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang utuh (Spodek dan Saracho, 1994).

Ada dua cara yang bisa ditempuh dalam membaca untuk memperoleh makna dari barang cetak, yaitu:

1. Secara langsung, yakni menghubungkan ciri penanda visual dari tulisan dengan maknanya.

2. Secara tidak langsung, yakni mengidentifikasikan bunyi dalam kata dan menghubungkan dengan maknanya (menirukan bunyi-bunyi).

Cara pertama digunakan oleh pembaca lanjut dan cara kedua digunakan oleh pembaca permulaan. Pembelajaran membaca permulaan siswa kelas I SD/SLB itu merupakan pembelajaran membaca tahap awal. Kemampuan membaca yang diperoleh siswa kelas I SD/SLB tersebut akan menjadi dasar pembelajaran membaca di kelas-kelas berikutnya. Melalui contoh pembelajaran membaca, guru dapat mengembangkan nilai-nilai moral. Kemampuan bernalar dan kreatifitas anak didik (Akhadiah, 1992 : 29).

Untuk itu pembelajaran membaca mempunyai peranan yang penting karena dapat meningkatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotor.

Peningkatan prestasi belajar membaca permulaan melalui media gambar yang merupakan salah satu cara yang dapat digunakan, karena menurut tahap perkembangan Piaget, anak kelas I SD memasuki tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun) (Zuhdi, 2001 : 7).

(4)

Media pendidikan sebagai salah satu alat belajar untuk menyalurkan pesan yang berbeda. Membantu mengatasi hambatan geografis dapat diatasi dengan pemanfaatan media pendidikan.

Oleh karena itu untuk peningkatan motivasi belajar membaca permulaan agar prestasinya meningkat (dalam hal ini mata pelajaran Bahasa Indonesia) diperlukan media gambar agar dapat membantu siswa lebih mudah dan berhasil dalam belajar membaca permulaan di kelas I SD/SLB.

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Penggunaan Media Gambar Guna Meningkatkan Ketrampilan Membaca Permulaan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Tuna Grahita Kelas I – SLB-C YPALB Karanganyar Tahun Pelajaran 200 /2009”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka disusun perumusan masalah sebagai berikut : “Dapatkah Penggunaan Media Gambar Meningkatkan Ketrampilan Membaca Permulaan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Tuna Grahita Kelas I SLB-C YPALB Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan media gambar dalam meningkatkan ketrampilan membaca permulaan siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009.

(5)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat teoritis

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan hal yang sejalan. b. Menambah khasanah ilmu tentang penggunaan media gambar dalam

pembelajaran ketrampilan membaca permulaan. 2. Manfaat praktis

a. Bagi siswa

1). Membantu meningkatkan kualitas ketrampilan berbahasa siswa dalam menerapkan media gambar dalam proses belajar dan mengajar di sekolah.

2). Dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan kreatifitas dan imajinasi serta melatih daya ingat siswa sehingga kemampuan siswa dalam membaca, menulis, menyimak dan berbicara dapat meningkat.

b. Bagi guru

1). Dapat dipergunakan sebagai media alternatif bagi guru di sekolah dalam menyampaikan materi ketrampilan berbahasa khususnya membaca yang lebih menyenangkan hati siswa.

2). Membantu guru menemukan solusi yang tepat dalam pembelajaran bahasa Indonesia yaitu dengan menggunakan media gambar yang

(6)

menuangkan ide-ide kreatif, daya ingat serta kemampuan siswa dalam bernalar sehingga kualitas ketrampilan berbahasa meningkat.

c. Bagi peneliti

Peneliti menemukan fakta dengan menggunakan media gambar dalam pembelajaran bahasa Indonesia dapat meningkatkan kualitas ketrampilan berbahasa siswa. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Tuna Grahita

a. Pengertian Anak Tuna Grahita

Anak Tuna Grahita merupakan anak yang tergolong terbelakang mental. Terbelakang mental disini bukan karena penyakit tertentu yang menular tetapi merupakan keadaan di bawah normal atau rata-rata baik intelegensi mental dan sosialnya menjadi terganggu atau mengalami hambatan.

(7)

Untuk mengetahui tentang pengertian anak tuna grahita disini penulis kemukakan beberapa pendapat sebagai berikut :

1) Menurut Suparlan yang dikutip oleh Tien Supartinah (1995), memberi pengertian tuna mental adalah :

“Keadaan gangguan maupun hambatan dalam perkembangan mental sedemikian rupa sehingga seseorang tidak dapat mengambil manfaat sebagaimana mestinya dari pendidikan dan pengalaman biasa”. (h. 48).

2) Menurut Bratanata yang dikutip oleh Tien Supartinah (1995) memberi arti tuna mental sebagai :

“Keterbelakangan intelegensi sedemikian rupa sehingga membutuhkan program pendidikan khusus” (h.48).

Dari beberapa pengertian anak tuna grahita tersebut di atas dapat penulis simpulkan bahwa anak tuna grahita adalah keadaan gangguan atau hambatan dalam perkembangan mental sedemikian rupa yang disebabkan karena keterbelakangan intelegensi, sehingga tidak dapat mengambil manfaat pendidikan dan pengalaman sebagaimana mestinya sehinga membutuhkan program pendidikan khusus.

Agar mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal maka diberikan pelayanan khusus di lembaga pendidikan luar biasa seperti di SLB-C , SLB-C1, SDLB, sekolah terpadu, guru kunjung dan sebagainya. b. Klasifikasi Anak Tuna Grahita

(8)

Terdapat bermacam-macam klasifikasi untuk anak tuna grahita. Hal ini tergantung dari masing-masing ahli dalam memberikan sudut pandanganya.

Tjutju Sutjihati Soemantri (1995) mengelompokkan anak tuna grahita berdasarkan pada taraf intelegensinya, yang terdiri dari keterbelakanganya adalah ringan, sedang dan berat. Kemampuan intelegensi anak tuna grahita kebanyakan diukur dengan test Stan Ford Binet dan Skala Weschaler (WISC).

1). Anak tuna grahita ringan

Anak tuna grahita ringan ini masih dapat dididik dan dilatih di SLB-C. Mereka pada umumnya dapat mengikuti pelajaran berhitung, membaca dan menulis. Serta dapat dilatih untuk melakukan ketrampilan-ketrampilan tertentu yang menunjang anak dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri. Anak tuna grahita ringan biasanya mempunyai I.Q antara 50 – 75.

2). Anak tuna grahita sedang

Anak tuna grahita sedang ini dididik dan dilatih di SLB-C mereka memiliki tingkat kecerdasan antara 25 – 50. Bagaimanapun mereka yang termasuk kategori ini masih dapat dilatih untuk mengurus dirinya sendiri.

3). Anak tuna grahita berat

Anak tuna grahita berat ini kecenderunganya sangat rendah. Sehingga mereka tidak pernah dapat belajar bicara dan biasanya tidak mampu mengurus kepentingan dan kebutuhanya sendiri. Anak tuna grahita berat ini memerlukan perawatan dan pengawasan secara terus menerus. Anak tuna grahita berat ini juga disebut idiot dan biasanya memiliki IQ 0 – 25 (hal. 161).

Munzayanah (1977) mengemukakan klasifikasi anak tuna grahita menurut tingkat intelegensi atau kecacatanya sebagai berikut : a). Idiot IQ = 0 – 20/25

b). Imbisil IQ 20 / 25 – 40/50 c). Moron IQ 50 – 70

d). Borderline Child IQ 70 – 80/85.

(9)

Dari pengklasifikasian-pengklasifikasian anak tuna grahita tersebut di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya pembagian anak tuna grahita umumnya menggunakan dasar tingkat intelegensi.

c. Karakteristik Anak Tuna Grahita

Tuna grahita atau terbelakang mental merupakan kondisi dimana perkembangan kecerdasanya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik umum tuna grahita :

Munzayanah (1977) mengemukakan beberapa karakteristik yang nampak bagi beberapa jenis cacat grahita antara lain :

1). Mengalami kelainan atau kelambatan dalam bicara, sehingga sulit diajak berkomunikasi.

2). Sulit mengadakan sosialisasi.

3). Mempunyai kemampuan yang terbatas dalam bidang intelektual sehingga hanya mampu dilatih untuk membaca, menulis dan berhitung pada batas-batas tertentu bagi cacat grahita yang tergolong ringan.

4). Dapat dilatih ketrampilan-ketrampilan bina diri atau ketrampilan yang sifatnya ringan (h. 24 a).

Tjutju Sutjihati Soemantri (1995) mengemukakan karakteristik anak tuna grahita sebagai berikut :

1). Keterbatasan intelegensi. 2). Keterbatasan sosial.

3). Keterbatasan fungsi-fungsi mental lainya (h.159).

Dari karakteristik-karakteristik tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa anak tuna grahita pada dasarnya mengalami

(10)

a. Hakekat Bahasa Indonesia

Kedudukan Bahasa Indonesia sebagai bahasa negara berfungsi sebagai bahasa pengantar di lembaga-lembaga pendidikan, pengembangan kebudayaan serta sebagai alat penghubung dalam kepentingan pemerintahan dan kenegaraan.

Sedangkan fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional yaitu sebagai lambang kebanggaan nasional, sebagai alat pemersatu berbagai suku bangsa serta sebagai alat perhubungan dalam kepentingan pemerintah dan kenegaraan (Slamet, 2007 : 5).

Dengan demikian bahasa Indonesia mempunyai kedududkan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.

b. Pembelajaran Bahasa Indonesia

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia menggunakan empat komponen ketrampilan berbahasa yaitu ketrampilan menyimak, berbicara, membaca dan menulis (Tarigan, 1994 : 1).

c. Fungsi Komunikasi

Fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi seseorang, anak belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhanya untuk berkomunikasi dengan orang-orang yang disekitarnya (Slamet, 2007 : 6).

Jadi fungsi bahasa yang utama adalah sebagai alat komunikasi. 3. Hakekat Pembelajaran Ketrampilan Membaca

(11)

Hakekat membaca menurut A.S Broto (dalam Abdurrahman, 2003 : 200) dikemukakan bahwa:

“membaca bukan hanya mengungkapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan. Dengan demikian, membaca pada hakekatnya merupakan bentuk komunikasi tulis”,.

Soedarso (dalam Abdurrahman, 2003 : 4) mengemukakan bahwa: “membaca membaca merupakan aktifitas kompleks yang memerlukan sejumlah besar tindakan terpisah-pisah, mencakup penggunaan pengertian, khayalan, pengamatan dan ingatan. Manusia tidak mungkin dapat membaca tanpa menggerakkan mata dan menggunakan pikiran”.

Bond (dalam Abdurrahman 2003 : 200) mengemukakan bahwa :

“Membaca merupakan pengenalan simbul-simbul bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses mengingat tentang apa yang dibaca, untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang telah dimiliki”.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan aktifitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktifitas yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktifitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf-huruf dengan jelas, mampu menggerakkan mata dengan lincah, mengingat simbul-simbul bahasa dengan tepat dan memiliki penalaran yang cukup untuk memahami

(12)

Membaca permulaan sering disebut membaca tugas atau membaca dalam tingkat elementer. Kegiatan dalam tingkat ini belum sampai pada pemahaman secara kompleks. Materi yang dibicarakan masih sangat sederhana, meliputi sekitar pengalaman anak serta aktifitas kehidupan sehari-hari dalam keluarga ataupun lingkungan keluarga dan sebagainya. Membaca permulaan termasuk membaca teknik (Tarigan, 1993 : 23-25), berpendapat untuk membaca teknik dengan baik, diperlukan ketrampilan-ketrampilan sebagai berikut :

1). Mempergunakan ucapan yang tepat.

2). Mempergunakan frase yang tepat, maksudnya bukan kata demi kata. 3). Mempergunakan intonasi yang wajar biar makna dapat dipelajari. 4). Menguasai tanda baca yang sederhana, misalnya : titik, koma, tanda

tanya dan tanda seru.

5). Memiliki sikap dan mampu merawat buku dengan baik.

Membaca permulaan adalah membaca yang hanya terbatas pada pembunyian lambang-lambang tertulis dan pelafalan kata-kata tanpa keharusan memahami naskah (Mujianto, 1995 : 46).

Jadi, membaca permulaan adalah menyuarakan lambang-lambang dan kata-kata sederhana yang meliputi sekitar pengalaman anak dan aktifitas dalam kehidupan sehari-hari baik dalam keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat.

3. Ketrampilan Membaca Permulaan a. Tujuan membaca permulaan

Tujuan membaca permulaan di kelas I SD adalah sebagai berikut :

(13)

1). Siswa mengenal sifat-sifat dan watak yang baik melalui bacaan, cerita, percakapan dan kegiatan sehari-hari (bangun pagi, rajin, jujur, disiplin, bersih, sopan santun, hormat dan taat kepada orang tua).

2). Siswa mampu memahami bermacam-macam cerita.

3). Siswa melafalkan kata-kata dalam bait-bait puisi yang sesuai dengan anak.

4). Siswa mampu menceritakan tentang benda-benda yang dikenal. b. Materi membaca permulaan

Materi pembelajaran membaca permulaan di kelas I SD meliputi :

1). Menirukan / membaca nyaring kata, kalimat sederhana dengan lafal dan intonasi yang wajar.

2). Membaca kata-kata sederhana dengan menggunakan huruf yang sudah dikenal menjadi kata baru yang bermakna.

3). Melagukan puisi yang sesuai untuk anak.

4). Bermain kartu huruf untuk membentuk kata dan kalimat sederhana. 5). Menceritakan gambar secara sederhana dengan bimbingan guru. 6). Memjawab pertanyaan secara lisan atau tertulis denagn bacaan. c. Kesulitan dalam membaca permulaan

Kesulitan berbahasa sangat banyak ditemukan pada anak-anak berkesulitan belajar membaca permulaan di kelas I SD. Anak tidak

(14)

dapat berbicara, tidak dapat merespon suatu perintah atau pernyataan verbal seperti dilakukan anak-anak.

Faktor penyebab kesulitan belajar membaca permulaan menurut Kirk dan Gallager (dalam Abdurrahman 2003 : 10) adalah: faktor kondisi fisik lingkungan, motivasi, sikap dan faktor psikologis. Kesulitan belajar adalah kurangnya persepsi ketidak mampuan kognitif lamban dalam membaca, semua dapat menyebabkan terjadinya kesulitan dalam bidang akademik.

4. Hakekat Media a. Pengertian Media

Ada beberapa batasan tentang media, adalah sebagai berikut : 1). Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari

kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan.

2). AECT (Association For Education and Communication Technology) membatasi media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyalurkan pesan atau informasi.

3). Menurut Gagne media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.

4). Menurut Briggs media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta merangsang siswa untuk belajar.

5). Menurut NEA (National Education Association) media adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun audio visual serta peralatanya.

(15)

Dari batasan-batasan tersebut, terdapat adanya persamaan yaitu bahwa media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat siswa sehingga proses belajar terjadi.

b. Jenis-jenis media pembelajaran

Jenis-jenis media pembelajaran dapat diklasifikasikan menurut beberapa pendapat :

1). Menurut Willbur Schram (1997) media pendidikan diklasifikasikan berdasarkan :

“kerumitan dan besarnya beaya, lingkup sarana yang diliputi dan kemudahan kontrol oleh pemakainya”.

2). Menurut Oemar Hamalik (1980 : 85) alat audio visual diklasifikasikan menjadi lima jenis yaitu :

a). Alat – visual yang dilihat, misalnya : film strip, papan tulis, peta dan poster.

b). Alat audio yang didengar, misalnya : radio, rekaman dan tape recorder.

c). Alat audio visual yang dapat di dengar dan dilihat, misalnya : TV, video.

d). Benda-benda tiga dimensi, misalnya : model, bak pasir, koleksi.. e). Dramatisasi, misalnya : sandiwara boneka, pantomim, demonstrasi,

drama.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa klasifikasi media pendidikan adalah media visual, audio visual, benda tiga dimensi, media gerak.

(16)

Secara khusus media pengajaran digunakan dengan tujuan sebagai berikut :

1). Memberikan kemudahan kepada pesera didik untuk lebih memahami konsep, prinsip, sikap dan ketrampilan tertentu dengan menggunakan media yang paling tepat menurut karakteristik bahan.

2). Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.

3). Menumbuhkan sikap dan ketrampilan tertentu dalam teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengoperasikan.

4). Menciptakan situasi belajar yang tidak dapat dilupakan peserta didik. 5). Untuk memberikan dasar yang konkrit dalam berfikir guna

menghindari pengertian yang abstrak. d. Manfaat media dalam pendidikan

Manfaat media menurut Rukidi (1996 : 16) adalah:

(1) Membantu guru dalam menyampaikan pesan dibidang pengajaran. (2) Memudahkan guru dalam memberi materi pelajaran.

(3) Mempercepat murid mengatasi dan menangkap pelajaran. (4) Membantu proses berfikir anak secara sederhana.

(5) Pelajaran yang diberikan lebih konkrid dan tercapai. (6) Dapat menjelaskan pengertian yang lebih luas.

(7) Menarik minat belajar anak dan mencegah verbalisme. e. Media gambar

Media gambar adalah media yang paling umum dipakai. Sifat universal adalah mudah dimengerti melewati batasan bahasa verbal (Ngadino, 2002 : 31).

Di samping itu alat peraga gambar mudah didapat dan murah harganya, dapat dinikmati.

(17)

Salah satu kelebihan media gambar yaitu dapat meningkatkan ketrampilan membaca permulaan sangat erat. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia terutama dalam hal membaca jika disertai dengan media gambar maka akan dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar membaca sehingga ketrampilam membaca permulaan meningkat.

B. Kerangka Pemikiran

Membaca merupakan salah satu jenis ketrampilan dalam berbahasa, membaca bukan hanya sekedar mengungkapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menggapai dan memahami isi tulisan.

Dalam pembelajaran bahasa, khususnya membaca permulaan kegiatan ini belum sampai pada pemahaman secara kompleks, materi yang dibicarakan masih sangat sederhana meliputi sekitar pengalaman anak serta aktifitas kehidupan sehari-hari.

Sebagian besar siswa menganggap bahwa bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang sulit dipahami. Hal itu dikarenakan cara mengajar guru dalam mengajar mata pelajaran bahasa Indonesia menurut siswa kurang menarik dan membosankan. Disisi lain dari pihak guru sendiri mengalami kesulitan dalam mengajarkan materi pelajaran bahasa Indonesia kepada siswa dikarenakan beberapa hal. Salah satu adalah fasilitas yang kurang memadai, hal ini menyebabkan siswa kurang aktif dalam proses pembelajaran. Akibatnya kualitas ketrampilan berbahasa Idonesia siswa menjadi rendah.

(18)

Oleh sebab itu peneliti berusaha umencari solusi atau jalan keluar yang dapat dipahami untuk mengajarkan mata pelajaran bahasa Indonesia kepada siswa di sekolah agar siswa tertarik untuk mengikuti dan bersemangat dalam proses pembelajaran ketrampilan berbahasa di dalam kelas. Selain itu penulis juga bekerja sama dengan guru kelas untuk mencari cara yang tepat untuk digunakan dalam mengajar ketrampilan berbahasa (membaca permulaan).

Cara atau solusi yang dipilih penulis yaitu dengan menggunakan media gambar sebagai media pembelajaran. Cara ini dipilih dengan pertimbangan bahwa dalam pembelajaran ketrampilan berbahasa (membaca permulaan), minat siswa terhadap ketrampilan berbahasa rendah. Walaupun tidak semua siswa mempunyai minat yang rendah terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia, namun hasil yang diperoleh siswa dapat dikatakan belum berhasil untuk meningkatkan kualitas terhadap mata pelajaran bahasa Indonesia khususnya ketrampilan membaca.

Pemilihan media gambar dengan pertimbangan media gambar adalah yang paling umum digunakan, media gambar harganya cenderung terjangkau dan tidak memakan tempat. Selain itu media gambar adalah media dengan penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan sebagai sarana perhubungan kehidupan sehari-hari , misalnya yang menyangkut manusia, peristiwa benda-benda, tempat dan sebagainya. Media gambar adalah media yang mengkomunikasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat. Melalui kombinasi pengungkapan kata-kata , gambar-gambar, media gambar mempunyai manfaat yang sangat besar bagi siswa karena dapat membantu siswa dalam mengingat nama-nama benda atau orang yang mereka lihat, membantu mempercepat siswa

(19)

dalam memahami materi, dan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep dari materi pelajaran dengan lebih konkrit.

Adapun gambar dari alur kerangka berpikir dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

MEMBACA PERMULAAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA

Tidak menggunakan Menggunakan media gambar media gambar

(20)

Kurangnya motivasi Motivasi siswa semakin

siswa dalam belajar meningkat dalam belajar membaca permulaan membaca permulaan

Ketrampilan membaca Meningkatkan ketrampilam Kurang, sehingga prestasinya membaca permulaan Di bawah rata-rata

C. Perumusan Hipotesis

Setelah mengkaji teori yang berkaitan dengan masalah di atas, maka penulis mengajukan hipotesis penelitian sebagai berikut “Penggunaan Media Gambar Dapat Meningkatkan Ketrampilan Membaca Permulaan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Tuna Grahita Kelas I SLB-C YPALB Karanganyar Tahun Pelajaran 2008/2009.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini berlokasi di SLB-C YPALB Karanganyar, Kecamatan Karanganyar, Kabupaten Karanganyar, atau lebih tepatnya di Jl Lawu No: 80 B Karanganyar. Sekolah ini di bawah pimpinan Ibu Ambar Setyowati Sri H, S.Pd. M.Pd, yang membawahi 22 tenaga guru serta siswa

(21)

yang terdiri dari siswa TKLB 9 siswa, SDLB 63 siswa, SMPLB 12 siswa, SMALB 8 siswa dan siswa autis 10 siswa. Sekolah ini memiliki 23 ruang kelas, ruang guru, ruang kepala sekolah, mushola, ruang ketrampilan, ruang dapur, kamar mandi, aula dan halaman yang luas untuk bermain anak-anak. 2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2008/2009 yaitu mulai bulan Februari sampai bulan Juni 2009.

B. Subjek Penelitian

Sebagai subjek penelitian adalah siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 pada semester II (genap) yang berjumlah 5 siswa.

C. Sumber Data

Data atau informasi yang penting untuk dikumpulkan dan dikaji dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Informasi tersebut akan digali dari berbagai sumber data dan jenis data yang dimanfaatkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009.

2. Hasil pengamatan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

(22)

Sesuai dengan bentuk penelitian juga sumber data yang dimanfaatkan , maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Observasi

Observasi yang dilakukan peneliti selama proses pembelajaran berlangsung adalah observasi partisipatif agar hasilnya seobyektif mungkin. Observasi ini untuk mengamati siswa mengenai motivasi, kemampuan, prestasi dalam belajar membaca dengan menggunakan alat media gambar. Serta mengamati guru pada waktu menyampaikan materi pelajaran Bahasa Indonesia (membaca permulaan).

2. Wawancara

Wawancara jenis ini bersifat terbuka, tidak terstruktur ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat dilakukan berulang-ulang pada informasi yang sama. Dengan wawancara yang mendalam peneliti akan memperoleh informasi yang rinci dan mendalam. Teknik wawancara ini akan dilaksanakan pada semua informan.

3. Tes

Untuk mengetahui adanya peningkatan ketrampilan membaca dalam pembelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh siswa. Tes bahasa diberikan pada awal penelitian untuk mengidentifikasi kekurangan atau kelemahan siswa dalam membaca dan setiap akhir siklus. Dengan perkataan lain tes disusun dan dilakukan untuk mengetahui tingkat perkembangan kemampuan membaca siswa sesuai dengan siklus yang ada.

(23)

E. Validitas Data

Untuk menjamin dan mengembangkan validasi data yang akan dikumpulkan dalam penelitian, teknik pengembangan validasi data yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif yaitu teknik trianggulasi. Adapun teknik trianggulasi yang digunakan peneliti adalah : Trianggulasi data (sumber) yaitu mengumpulkan data yang sejenis dari sumber data yang berbeda. Teknik trianggulasi data diharapkan dapat memberikan inspirasi yang lebih tepat sesuai keadaan siswa.

Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan data dengan memanfaatkan sarana di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau pembandingan data itu. (Lexy J. Moleong, 1995:178).

F. Teknik Analisis Data

Agar hasil penelitian dapat terwujud sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dalam menganalisis data penelitian ini menggunakan analisis model interaktif.

Kegiatan pokok analisa model ini meliputi : Reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan atau verifikasi data (Milles dan Huberman, 2000 : 20).

Adapun rincian model tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1. Reduksi data

Data-data penelitian yang telah dikumpulkan selanjutnya direduksi. Reduksi data yaitu proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

(24)

mengorganisasikan data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverikasi” (Milles dan Huberman, 2000 : 16)

2. Penyajian data

Setelah data direduksi langkah selanjutnya yaitu diadakan penyajian data. Penyajian data yaitu sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pemgambilan tindakan. 3. Penarikan kesimpulan

Setelah penyajian data langkah selanjutnya yaitu penarikan kesimpulan. Berdasarkan sekumpulan informasi yang diperoleh, kemudian data-data tersebut diambil suatu kesimpulanya kemudian menentukan suatu pengambilan tindakan yang sesuai dengan data yang disimpulkan tadi.

G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja adalah target yang akan dicapai dalam penelitian ini. 1. Motivasi anak dalam belajar membaca permulaan dapat meningkat dari

sebelumya. Semua itu dikarenakan adanya penggunaan media gambar. 2. Meminimalisasikan kesulitan siswa dalam belajar membaca.

3. Prestasi belajar membaca siswa meningkat khususnya pelajaran bahasa Indonesia dalam ketrampilan membaca permulaan dengan daya serap 50 %.

H. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini menggunakan siklus. Dalam setiap siklus tersebut meliputi perencanaa, pelaksanaan, observasi dan refleksi dalam setiap siklus.

Secara rinci prosedur penelitian tindakan kelas ini dapat dijabarkan dalam uraian sebagai berikut :

1. Tahap Perencanaan

(25)

b. Merencanakan pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa tuna grahita kelas I SLB-C dengan menggunakan media gambar, yaitu gambar balon, bola, bolu, baju, ibu.

c. Menyusun lembar observasi sebagai panduan pengamatan dalam mengamati pelaksanaan proses pembelajaran.

2. Tahap Pelaksanaan

a. Guru menerapkan pembelajaran bahasa Indonesia dalam ketrampilan membaca dengan media gambar di kelas I SLB-C. b. Siswa belajar ketrampilan membaca permulaan disertai dengan

gambar yang menarik perhatian siswa.

3. Tahap Observasi

a. Guru mengamati siswa selama proses pembelajaran bahasa Indonesia.

b. Guru menilai hasil prestasi dalam pembelajaran bahasa Indonesia. c. Guru mencatat kekurangan-kekurangan yang terdapat dalam

pembelajaran tersebut. 4. Tahap Refleksi

Di dalam kegiatan refleksi, kegiatan yang dilakukan digunakan untuk mengkaji semua temuan, baik kekurangan maupun kelebihan proses perbaikan.

(26)

Bila hasil dalam siklus I sudah menunjukkan adanya peningkatan prestasi belajar bahasa Indonesia, maka tidak perlu dilanjutkan dengan siklus II. Namun apabila belum memperlihatkan prestasi belajar bahasa Indonesia maka dilanjutkan pada siklus II dan seterusnya sampai prestasi belajar bahasa Indonesia dalam hal membaca meningkat.

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dapat digambarkan sebagai berikut :

Rencana 1 Rencana 2

(27)

Refleksi 1 Tindakan 1 Refleksi 2 Tindakan 2

Observasi Observasi

Siklus I Siklus II

Sumber : Kurt Lewin (2003 : 17)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Persiapan pelaksanaan penelitian diawali dengan observasi kepada siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar sebanyak 5 siswa, diantaranya 4 siswa tuna grahita ringan dan 1 siswa tuna grahita sedang. Mereka menjadi satu kelas.

Untuk memperoleh hasil penelitian, perlu pengumpulan data dari beberapa pihak, dalam penelitian ini peneliti dibantu oleh rekan untuk pengamatan

(28)

terhadap guru ketika melaksanakan KBM di kelas maupun kinerja siswa selama proses belajar berlangsung.

Dalam penelitian direncanakan ada 3 siklus, dan setiap siklus ada beberapa pertemuan (3 x pertemuan setiap pertemuan 60 menit). Pada setiap siklus ada penilaian terhadap pembelajaran membaca, yaitu penilaian terhadap proses membaca dan pada tes membaca. Sehingga akan lebih mudah diketahui sampai dimana siswa menguasai materi pelajaran membaca. Adapun tahapan pada siklus sebagai berikut.

1. Siklus I

Pembelajaran siklus I dilaksanakan selama 60 menit (1x pertemuan). Adapun tahapan pada siklus I adalah:

a. Perencanaan Tindakan

Pada tahapan ini dilakukan observasi tahap awal untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi siswa yang diperoleh sebagai data awal. Subjek penelitian sebanyak 5 siswa tuna grahita kelas I, masih ada beberapa siswa yang mendapat nilai rendah atau kurang dalam mata pelajaran bahasa Indonesia. Setelah dilakukan pengecekkan oleh penulis ternyata masih ada sebagian siswa yang belum bisa membaca, bahkan mengenal huruf serta siswa kurang motivasinya dalam belajar membaca. Sehingga dalam pembelajaran bahasa Indonesia guru perlu memilih dan menggunakan alat peraga yang sesuai dengan materi pembelajaran yakni alat peraga gambar. Dalam kegiatan pembelajaran guru menunjukkan gambar, dan di bawah gambar tertulis bunyi

(29)

bacaan gambar. Misalnya “Ini balon adik”. Kemudian siswa disuruh mengamati gambar serta tulisan di bawah gambar, guru mengenalkan huruf huruf yang digunakan dalam bacaan di bawah gambar itu, “i”, “n”, “b”, “a”, “l”, “o”, “d”, dan “k”. Guru membacakan huruf-huruf tadi dan siswa menirukan. Setelah siswa paham tentang huruf-hurufnya, guru melanjutkan membaca penggabungan suku kata. Dari membaca huruf dan membaca suku kata hasilnya selalu dinilai guru. Siswa yang mengalami kesulitan guru memberikan bantuan. Sedangkan siswa yang membaca huruf, suku kata dengan benar guru memberikan penguatan (Rain forcement). Sehingga siswa lebih senang dan semangat.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap 5 siswa tuna grahita dalam pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan media gambar.

1). Agar bersemangat sebelumnya anak-anak diajak beryanyi dahulu (dengan lagu anak-anak).

2). Guru menunjukkan gambar dan siswa mengamati.

3). Guru memberikan tulisan di bawah gambar dan menunjuk huruf-huruf agar siswa lebih jelas kemudian siswa disuruh membaca dengan menunjuk huruf-huruf itu.

4). Guru memberi bantuan kepada siswa yang belum bisa membaca dan menunjuk huruf dengan benar.

(30)

5). Guru menjelaskan cara membaca misalnya : “Baju baru” di atasnya ada gambar baju. Tulisan tersebut diucapkan sesuai dengan abjad atau dieja sehingga menjadi “be-a – ba, je-u – ju, be-a – ba, er-u – ru menjadi ba – ju ba – ru. Guru dan siswa membaca secara bersama-sama dan berulang-ulang.

6). Guru menyuruh siswa satu per satu mendemonstrasikan untuk mengeja membaca satu per satu sambil memberikan motivasi dan membantu siswa yang mengalami kesulitan membaca.

7). Guru memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar serta selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam belajar membaca. c. Observasi

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap siswa pada waktu pembelajaran secara langsung. Sehingga dapat diketahui apakah siswa sudah bisa membaca huruf atau tulisan yang disampaikan, dan apakah siswa memperhatikan pada waktu belajar membaca.

d. Pengolahan Data

Pada tahap ini penulis melakukan pengolahan data dalam membaca permulaan pada subjek penelitian berdasarkan hasil pengamatan selama pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa yang memperoleh nilai di atas rata-rata pada nilai proses membaca ada 2 orang (40%) dari 5 siswa yaitu siswa nomor 4 dan 5, masing-masing nilai rata-ratanya adalah 6 (enam). Serta nilai pada test membaca yang mendapat nilai di atas rata-rata ada 2 (40%) dari 5 siswa yaitu siswa nomor 4 dan 5 masing-masing nilai rata-ratanya 7 dan 6 atau lebih

(31)

jelasnya lihat pada tabel 1. Melihat hasil tersebut belum memenuhi target sehingga perlu dilanjutkan pada siklus berikutnya.

TABEL I

Rekapitulasi nilai proses membaca dan nilai tes membaca siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar

tahun pelajaran 2008/2009 pada siklus I

Nilai Proses Membaca Nilai Tes Membaca

No Penilaian I Penilaian II Rata-rata Penilaian I Penilaian II Rata-rata

1. 4 4 4 6 4 5

2. 2 2 2 4 2 3

3. 4 4 4 6 4 5

4. 6 6 6 8 6 7

(32)

Nilai hasil belajar membaca permulaan pada siswa tuana grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 pada siklus I dapat digambarkan

dengan histogram sebagai berikut

Grafik I : Nilai hasil belajar membaca permulaan siswa pada siklus I Keterangan : 4 5 2 3 4 5 6 7 6 6 0 1 2 3 4 5 6 7 N IL A I R A T A -R A T A

F

SM

ST

K

A

INISIAL ANAK

(33)

= Nilai Proses Membaca = Nilai Tes Membaca

Berdasarkan pengolahan data tersebut dipakai sebagai dasar analisis peningkatan prestasi belajar membaca untuk melakukan tindak lanjut menuju siklus berikutnya.

2. Siklus II

Dalam siklus II ini merupakan kelanjutan dari siklus I yang dilaksanakan selama 60 menit (1x pertemuan). Adapun tahapan pada siklus II adalah sebagai berikut :

a. Perencanaan Tindakan

Dalam tindakan siklus II merupakan kelanjutan dari siklus I dengan melaksanakan proses pembelajaran yang menggunakan media gambar dalam belajar membaca permulaan. Dalam tindakan sebelumnya, materi yang disampaikan guru adalah menggabungkan huruf menjadi suku kata. Penulis memantau dan mencatat perkembangan siswa dalam belajar membaca yaitu merangkaikan suku kata menjadi kata.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahapan ini dilaksanakan tindakan kelas terhadap 5 siswa tuna grahita dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penggunaan alat peraga

(34)

1). Guru menyuruh siswa yang sudah lancar membaca untuk memberikan contoh kepada teman yang lain cara merangkaikan suku kata menjadi kata. Kemudian siswa membaca bersama-sama dan berulang-ulang.

Misalnya : “Main bola” dieja menjadi (diucapakan sesuai abjad) em-a – ma, i-en – in, be-0 – bo, el-a – la sehingga menjadi ma – in bo – la. 2). Guru selalu memberikan motivasi kepada siswa dalam belajar membaca. 3). Guru menyuruh siswa yang lain ke depan kelas untuk membaca seperti

yang dicontohkan temanya. Sampai semua siswa mendapat giliran untuk membaca satu persatu.

4). Guru memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam membaca dan memberikan pemahaman agar lebih banyak latihan membaca, sehingga mendapatkan nilai yang lebih baik.

5). Guru selalu mengamati perkembangan dan kemajuan siswa dalam membaca.

c. 0bservasi

Pada tahap ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan mengunakan media gambar yang sesuai dengan materi atau pokok bahasan. Setiap akhir pembelajaran diadakan evaluasi atau tes membaca. Hasil atau nilai yang dicapai siswa dicatat oleh guru digunakan untuk menganalisis perkembangan atau kemajuan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

(35)

Pada tahap ini guru melakukan pengolahan data berdasarkan observasi selama pembelajaran untuk evaluasi tindakan yang telah dilakukan. Hasil pengolahan data tersebut dapat memberikan masukan yang digunakan sebagai dasar melakukan tindakan pada pertemuan pembelajaran berikutnya. Dari hasil nilai siklus II ada murid yang mendapat nilai di atas rata-rata pada proses membaca 3 siswa (60%) dan pada test membaca 4 siswa (80%). Sehingga pada siklus ini ada peningkatan prestasi dan peningkatan kemampuan belajar membaca permulaan. Lebih jelasnya lihat tabel II.

TABEL II

Rekapitulasi nilai proses membaca dan nilai tes membaca siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar

tahun pelajaran 2008/2009 pada siklus II

Nolai Proses Membaca Nilai Tes Membaca

No Penilaian I Penilaian II Rata-rata Penilaian I Penilaian II Rata-rata

1. 6 6 6 8 6 7 2. 4 4 4 6 4 5 3. 4 6 5 6 6 6 4. 6 8 7 8 6 7 5. 6 8 7 8 8 8 Rata- 5,2 6,4 5,8 7,2 6 6,6 0 2 4 6 8 N IL A I R A T A -R A T A F SM ST K A INISIAL ANAK

Nilai proses membaca

Nilai tes membaca

(36)

Nilai hasil belajar membaca permulaan pada siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 pada siklus II dapat

digambarkan dengan histogram sebagai berikut

Grafik II : Nilai hasil belajar membaca permulaan siswa pada siklus II Keterangan :

= Nilai Proses Membaca 6 7 4 5 5 6 7 7 7 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 N IL A I R A T A -R A T A F SM ST K A INISIAL ANAK

(37)

= Nilai Tes Membaca

3. Siklus III

Pada tahap ini dilaksanakan pembelajaran selama 60 menit (1x pertemuan). Adapun pada siklus III sebagai berikut :

a. Perencanaan Tindakan

Tahap perencanaan siklus III merupakan kelanjutan dari siklus II yaitu melanjutkan membaca atau merangkaikan kata menjadi kalimat. Hasil dari siklus II diamati dan dicatat oleh guru untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan belajar siswa kata demi kata. Pada tahap ini guru memberikan tugas kepada siswa yang sudah lancar membaca untuk memberikan contoh kepada teman-temanya.

b. Pelaksanaan

Pada tahap ini dilaksanakan tindkan kelas terhadap 5 siswa tuna grahita dalam pembelajaran bahasa Indonesia melalui penggunaan media gambar. Langkah-langkah pelaksanaan tindakan siklus III adalah sebagai berikut :

(38)

1). Guru menyuruh siswa yang sudah lancar membaca untuk memberikan contoh kepada teman yang lain cara membaca secara bergantian dan berulang-ulang.

2). Guru memberikan penguatan kepada sisswa yang sudah bisa membaca. 3). Guru memberikan bantuan kepada siswa jika masih ada yang mengalami

kesulitan dalam membaca.

4). Guru memberikan motivasi kepada semua siswa agar lebih giat lagi dalam belajar membaca sehingga bias mencapai hasil yang lebih baik.

5). Guru bersama siswa membaca kalimat secara berulang-ulang sampai siswa bisa membaca kalimat dengan benar.

c. Observasi

Pada tahap ini guru melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan media gambar yang disesuaikan dengan materi atau pokok bahasan. Setiap akhir pembelajaran selallu diadakan evaluasi atau tes membaca dan nilai dicatat oleh guru digunakan untuk menganalisa perkembangan atau kemajuan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia.

d. Pengolahan Data

Pada tahap ini guru melaksanakan pengolahan data berdasarkan observasi selama pembelajaran berlangsung untuk evaluasi tindakan yang telah dilaksanakan. Pada setiap akhir pembelajaran selalu diadakan evaluasi atau tes membaca dan dinilai oleh guru untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah dicapai siswa selama pembelajaran bahasa Indonesia dengan

(39)

menggunakan media gambar. Dalam pembelajaran, data yang diperoleh pada siklus III bahwa motivasi kemampuan dan prestasi siswa meningkat meskipun dalam perolehan nilai di atas rata-rata tetap 3 (60%) dari 5 siswa, namun pada nilai rata-rata kelas ada peningkatan. Sehingga hasil pada siklus III telah memenuhi target yang diinginkan dengan hasil cukup.

TABEL III

Rekapitulasi nilai proses membaca dan nilai tes membaca siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar

tahun pelajaran 2008/2009 pada siklus III

Nilai Proses Membaca Nilai Tes Membaca

No Penilaian I Penilaian II Rata-rata Penilaian I Penilaian II Rata-rata

1. 8 6 7 8 6 7 2. 6 4 5 6 6 6 3. 6 6 6 6 6 6 4. 8 8 8 8 8 8 5. 8 8 8 8 8 8 Rata-rata 7,2 6,4 6,8 7,2 7,2 7

(40)

Nilai hasil belajar membaca permulaan siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009 pada siklus III dapat digambarkan dengan

histogram sebagai berikut

7 7 5 6 6 6 8 8 8 8 0 1 2 3 4 5 6 7 8 N IL A I R A T A R A T A F SM ST K A INISIAL ANAK

(41)

Grafik II : Nilai hasil belajar membaca permulaan siswa pada siklus II Keterangan :

= Nilai Proses Membaca = Nilai Tes Membaca

B. Hasil Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini didasarkan pada penggunakan alat peraga gambar untuk meningkatkan ketrampilan membaca ketrampilan dalam pembelajaran bahasa Indonesia. Model yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah model proses, yang setiap model dilaksanakan tiga tindakan atau siklus. Setiap siklus tindakan terdiri empat tahapan yaitu perencanaan tindakan (planning), pelaksanaan tindakan ( acting), observasi (observing) dan pengolahan data ( reflecting). Pada siklus I siswa mengamati gambar dan membaca tulisan di bawah gambar, membaca huruf dan suku kata (penggabungan huruf menjadi suku kata). Siklus ke II membaca dengan menggabungakan suku kata menjadi kata dan siklus ke III menggabungkan kata menjadi kalimat. Setiap siklus diadakan penilaian proses dan penilaian hasil belajar. Kegiatan ini dilakukan terus berkelanjutan dan berulang-ulang sampai ketrampilan membaca meningkat.

(42)

pembelajaran bahasa Indonesia siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar semester II tahun pelajaran 2008 / 2009. Dengan demikian penelitian tindakan kelas ini semakin baik berkelanjutan dan berkesinambungan penerapanya guna membantu guru guna menghadapi permasalahan siswa dalam membaca serta untuk mempertahankan dan meningkatkan prestasi belajar siswa dalam belajar.

Model pembelajaran ini digunakan oleh guru terutama dalam menghadapi masalah atau mengatasi masalah peningkatan ketrampilan ataupun prestasi belajar membaca. Dalam penggunaan media gambar ada kendala yaitu karena terbatasnya sarana atau alat peraga tersebut dan bagi siswa yang sudah lancar membaca akan mengalami kejenuhan. Oleh sebab itu guru hendaknya kreatif dan aktif sehingga dapat menumbuhkan motivasi dan simpati / rasa senang pada siswa dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan alat peraga gambar. Pada akhirnya prestasi belajar membaca siswa tuna grahita kelas I menjadi optimal.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pelaksanaan tindakan pada siklus I, II dan III dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan prestasi belajar ketrampilan membaca dengan menggunakan media gambar dari siklus I ke siklus berikutnya.

Dari pencapaian hasil penelitian tindakan kelas tersebut dapat dilihat hasil perkembangan dan kemajuan kemampuan siswa dalam belajar membaca permulaan dengan menggunakan media gambar, serta peningkatan prestasi belajar

(43)

bahasa Indonesia pada siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar semester II tahun pelajaran 2008/2009 untuk 5 subjek penelitian tindakan kelas pada siklus I, siklus II, dan siklus III yang telah dilaksanakan guru dapat diperoleh data pada tabel sebagai berikut.

TABEL IV

Rekapitulasi nilai rata-rata proses membaca siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009

pada siklus I, II, dan III

No Siklus I Siklus II Siklus III

1. 4 6 7 2. 2 4 5 3. 4 5 6 4. 6 7 8 5. 6 7 8 TABEL V

(44)

pada siklus I, II, dan III

No Siklus I Siklus II Siklus III

1. 5 7 7

2. 3 5 6

3. 5 6 6

4. 7 7 8

5. 6 8 8

Nilai peningkatan proses membaca permulaan siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009

dari siklus I, II, dan III

Grafik IV : Nilai peningkatan proses membaca siswa pada siklus I, II, dan III Keterangan :

4

6

7

2

4

5

4

5

6

6

7

8

6

7

8

0

1

2

3

4

5

6

7

8

N IL A I R A T A R A T A

F

SM

ST

K

A

INISIAL ANAK

(45)

= siklus I = siklus II = siklus III

Nilai peningkatan tes membaca permulaan siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar tahun pelajaran 2008/2009

dari siklus I, II, dan III

5

7 7

3

5

6

5

6 6

7 7

8

6

8 8

0

1

2

3

4

5

6

7

8

N IL A I R A T A R A T A

F

SM

ST

K

A

INISIAL ANAK

(46)

Keterangan : = siklus I = siklus II = siklus III

TABEL VI

Rekapitulasi hasil nilai rata-rata peningkatan prestasi belajar membaca permulaan dari siklus I, II, dan III pada siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB

Karanganyar semester II tahun pelajaran 2008/2009

siklus Rata-rata hasil proses membaca Rata-rata hasil tes membaca

I 4,4 5,2

II 5,8 6,6

III 6,8 7

(47)

Rekapitulasi perkembangan persentase peningkatan prestasi belajar membaca permulaan dari siklus I, II, dan III pada siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB

Karanganyar semester II tahun pelajaran 2008/2009 siklus Jumlah siswa yang

mendapat nilai rata-rata dalam proses

membaca

Persentase %

Jumlah siswa yang mendapat nilai

rata-rata dalam tes membaca Persentase % I 2 40 % 2 40 % II 3 60% 3 60 % III 3 60% 3 60 %

Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat adanya peningkatan prestasi belajar membaca dari 5 subjek penelitian sewaktu pembelajaran bahasa Indonesia siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB Karanganyar semester II tahun pelajran 2008/2009.

Pada siklus I hasil pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan alat peraga gambar, yaitu mengamati gambar, membaca huruf, membaca suku kata, diperoleh data peningkatan prestasi dalam hasil proses membaca mencapai rata-rata sebesar 4,4. Sedang hasil tes membaca mencapai rata-rata sebesar 5,0. Apabila dilihat dalam persentase yang mengalami perkembangan dalam menggabungkan huruf menjadi suku kata dari 5 siswa ada 2 (40 %) dalam hasil proses membaca, dan 2 (40 %) dalam hasil tes membaca.

Pada siklus II hasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan alat peraga gambar, yaitu membaca suku kata menjadi kata

(48)

dan hasil tes membaca mencapai rata-rata sebesar 6,6. Apabila dilihat dalam persentase yang mengalami perkembangan dalam penggabungan suku kata menjadi kata dari 5 siswa ada 3 (60 %) dalam proses membaca, sedangkan dalam tes membaca ada 3 (60 %). Dan dari siklus I ke siklus II, sudah ada peningkatan walaupun peningkatan tersebut belum maksimal. Berdasarkan refleksi tersebut , guru merencanakan tindakan selanjutnya yaitu siklus III dengan menggunakan media gambar dalam materi pemebelajaran membaca permulaan supaya dapat mencapai kriteria keberhasilan.

Pada siklus III hasil dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan menggunakan alat peraga gambar, yaitu membaca kata digabungkan menjadi kalimat diperoleh data peningkatan prestasi dalam hasil proses membaca rata-rata sebesar 6,8 dan hasil tes membaca mencapai rata-rata sebesar 7,0. Jika dilihat dalam persentase hasil yang dicapai dengan hasil di atas rata-rata ada 3 siswa (60 %) hal ini berhasil dengan kriteria cukup.

TABEL VIII

Kriteria Peningkatan Keberhasilan

Kriteria Nilai sangat kurang 0 – 20 % 50 kurang 21 – 40 % 60 cukup 41 – 60 % 70 baik 61 – 80 % 80

(49)

sangat baik 81 – 100 %

90

TABEL IX

Persentase peningkatan perolehan nilai proses dan nilai tes membaca dari siklus I,II, dan III pada siswa tuna grahita kelas I SLB-C YPALB

Karanganyar semester II tahun pelajaran 2008/2009

Siklus Persentase siswa yang mengalami peningkatan

I 40 % 40 %

II 60 % 60 %

III 60 % 60 %

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan berdasarkan data peningkatan prestasi belajar membaca dari siklus I, II dan III telah memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan yaitu di atas 50 %.

(50)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan pada siswa tuna grahita kelas I SLB – C YPALB Karanganyar ini dilakukan dalam 3 siklus. Setiap siklus meliputi 4 tahap yaitu (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, (4) pengolahan data.

Simpulan hasil penelitian ini adalah terdapat peningkatan kualitas ketrampilan membaca dengan menggunakan media gambar pada siswa tuna grahita kelas I SLB – C YPALB Karanganyar. Peningkatan kualitas ketrampilan membaca permulaan terjadi setelah guru melakukan beberapa upaya antara lain: 1. Penerapan media gambar sebagai media pembelajaran.

(51)

2. Guru menyampaikan materi pelajaran ketrampilan membaca permulaan dengan menggunakan media gambar.

3. Guru mengunakan gambara sebagai stimulan bagi siswa untuk lebih kreatif. 4. Guru membuat inovasi baru dengan pembelajaran ketrampilan membaca

dengan menggunakan media gambar.

5. Guru memberikan motivasi kepada siswa supaya siswa tidak takut atau malu membaca.

6. Guru mengajak siswa untuk bernyanyi bersama-sama untuk menyegarkan suasana.

Upaya yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan media gambar terbukti dapat meningkatkan kualitas pembelajaran ketrampilan membaca permulaan (bahasa Indonesia) baik hasil maupun proses pada siswa tuna grahita kelas I. Hal tersebut dapat terlihat dari kesimpulan hasil penelitian sebagai berikut :

1. Siswa bersemangat pada saat mengikuti pelajaran bahasa Indonesia. 2. Siswa tertarik dengan gambar-gambar yang ditunjukkan oleh guru. 3. Siswa terlihat aktif memperhatikan pelajaran yang disampaikan guru. 4. Siswa tidak takut atau malu lagi ke depan kelas untuk membaca.

5. Siswa sudah mampu memahami materi ketrampilam membaca permulaan. 6. Kemampuan siswa dalam ketrampilan membaca menjadi meningkat. Hal ini

(52)

B. Saran

Dalam rangka untuk meningkatkan prestasi atau ketrampilan membaca siswa tuna grahita sewaktu pemebelajaran bahasa Indonesia, maka penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk guru

a. Hendaknya lebih inovatif dalam menerapkan metode-metode yang tepat untuk digunakan dalam pembelajaran.

b. Agar lebih sabar membimbing siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia (khususnya membaca permulaan).

c. Menerapkan penggunaan media gambar, dapat mencoba menerapkan metode tersebut dalam pembelajaran bahasa Indonesia agar ketrampilan berbahasa siswa dapat meningkat.

d. Memberikan motivasi kepada semua siswa dan memberikan penguatan kepada siswa yang sudah lancar sehingga siswa dapat menunjukkan kinerja yang lebih baik.

2. Untuk para peneliti

Kepada peneliti lainya, hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk melakukan penelitian lebih lanjut untuk menentukan faktor-faktor lain yang

dapat mendukung peningkatan prestasi belajar membaca (pembelajaran bahasa Indonesia).

(53)

Arikunto, Suharsimi. Pengelolaan Siswa dan Kelas. Rajawali Pers.

Broto, A.S. 1975. Membaca. Jakarta: Bina Aksara.

Darmiyati, Zuchdi dan Budiarti. 2001. Pendidikan bahasa dan Sastra

Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: Pas.

Hasan, Alwi. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta:

Depdikbud.

Kasbulah, E.S dan Kasihani. 1998. Penelitian Tindakan Kelas.

Malang: Universitas Malang.

Munzayanah. 1997. Tuna Grahita. Surakarta: FKIP UNS.

Nasution, M.A. Dikdaktik Azas-azas Mengajar. Bumi Aksara.

Slamet, S.T.Y. 2007. Dasar-dasar Pembelajran dan Sastra Indonesia

di Sekolah Dasar. Surakarta: UNS.

Subarti, Akhadiah dkk. 1991. Bahasa Indonesia.

Suwandi, Sarwiji. 2008. Modul Penelitian Tindakan Kelas dan

Penulis Karya Ilmiah Guru Rayon 13 Surakarta.

Tim Penyusun Kamus. 1990. Kamus Besar Bahsa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Gambar

Grafik I      : Nilai hasil belajar membaca permulaan siswa pada siklus I            Keterangan : 4 5 2 3 4 5 6 7 6 601234567NILAI RATA-RATA  FSMSTKA     INISIAL ANAK
TABEL II
Grafik II : Nilai hasil belajar membaca permulaan siswa pada siklus II            Keterangan :
TABEL III
+6

Referensi

Dokumen terkait

Penyerahan mahasiswa PPL dilakukan oleh pihak UNY yang diwakili oleh Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kepada pihak sekolah yang dijadikan tempat kegiatan PPL. Penyerahan

Borneo, penulis dapat mengambil beberapa kesimpulan bahwa penyediaan data inventory bertujuan untuk memudahkan administrasi gudang dalam melakukan proses input

Untuk mengetahui pengaruh variabel karakteristik sosial ekonomi dan persepsi masyarakat terhadap pengambilan keputusan masyarakat untuk ikut serta dalam kegiatan HTR (Y1)

ANALISIS KETAHANAN HIDUP PASIEN CEDERA KEPALA MENURUT JENIS PERDARAHAN OTAK DI RSUD PROF..

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa persepsi responden mengenai faktor pembentuk budaya keselamatan yang terdiri dari komitmen manajemen, peraturan dan prosedur,

Dalam simulasi perancangan pengaturan putaran motor satu fasa digunakan untuk merancang rangkaian penyearah gelombang penuh, osilator astable, inverter thyristor,

study showed that picture series improved students writing ability by giving.. knowledge and model in five

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk menjelaskan apakah prosedur pelaksanaan pelelangan di lingkungan sekretariat Provinsi Sumatera Utara (Provsu) telah menerapkan