• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unsyiah Vol.1 No.2 November 2016:"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

455

PENGARUH PRODUKSI BERAS, HARGA BERAS DALAM NEGERI DAN PRODUK DOMESTIK BRUTO TERHADAP IMPOR BERAS INDONESIA

Desi Armaini1*, Eddy Gunawan2

1) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

e-mail: desiarmaini@gmail.com

2) Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Syiah Kuala Banda Aceh

e-mail: egunawan@unsyiah.ac.id

Abstrak

This research aimed to analyze the impact of rice production, domestic rice price and gross domestic product on import of rice in Indonesia. This research was using secondary yearly data from 2000 to 2014 period. The analysis model is used multiple linear regression model with Ordinary Least Square (OLS) method. The result showed that domestic rice price have a significant positive impact on import of rice in Indonesia. Then, Gross Domestic Product (GDP) have a significant negative impact on import of rice in Indonesia. Yet rice production have an insignificant negative impact on import of rice in Indonesia.

Keywords: Rice Import, Rice Production, Domestic Rice Price, Gross Domestic Product

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto terhadap impor beras di Indonesia. Penelitian ini menggunakan data sekunder periode 2000-2014. Model analisis menggunakan model regresi linear berganda dengan metode Ordinary least Square (OLS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga beras dalam negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Begitu pula dengan Produk Domestik Bruto (PDB) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia. Namun produksi beras berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia.

Kata Kunci: Impor Beras, Produksi Beras, Harga Beras Dalam Negeri, Produk Domestik Bruto PENDAHULUAN

Perdagangan internasional merupakan salah satu aspek penting dalam perekonomian setiap negara di dunia. Melalui perdagangan internasional akan tercipta suatu hubungan ekonomi yang saling mempengaruhi antara satu negara dengan negara lainnya. Adanya perdagangan internasional dapat membuka peluang bagi produk pasar dalam negeri ke pasar internasional secara kompetitif, sebaliknya juga akan membuka peluang masuknya produk-produk global ke pasar domestik.

Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan sektor pertanian sebagai sumber mata pencaharian dari mayoritas penduduknya. Dengan demikian, sebagian besar penduduk Indonesia menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian (Husodo, 2004). Dalam kebutuhan pangan, sektor pertanian berperan untuk memproduksi beras yang merupakan makanan pokok yang wajib dikonsumsi masyarakat Indonesia setiap harinya. Berkaitan dengan produksi beras, hingga saat ini pulau Jawa masih memegang peranan penting dalam memasok beras meskipun beberapa pulau di luar pulau Jawa seperti Sumatera, Sulawesi dan Kalimantan

(2)

456

sebagai daerah produksi beras. Akan tetapi, tingkat produksi beras yang dihasilkan pulau-pulau tersebut tidak sebanding/lebih rendah dibandingkan pulau Jawa.

Produksi beras dalam negeri diharapkan mampu memenuhi semua kebutuhan masyarakat Indonesia akan beras, karena dengan berhasilnya pemenuhan beras dalam negeri pemerintah tidak memerlukan lagi tindakan mengimpor beras dari negara lain. Namun pada kenyataannya, untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri pemerintah masih bergantung pada impor beras dari negara lain. Besarnya impor yang dilakukan pemerintah tidak terlepas dari besarnya kebutuhan beras di Indonesia dan juga dipengaruhi oleh harga beras dalam negeri. Harga beras dalam negeri dianggap terlalu mahal apabila dibandingkan dengan harga beras dunia yang saat ini berkisar Rp.6500/kg – Rp.7500/kg. Sedangkan harga beras dalam negeri (Indonesia) mencapai Rp.7000/kg – Rp.8500/kg.

Beras dalam negeri yang pada dasarnya belum mampu berdaya saing tinggi harus menghadapi beras impor yang harganya lebih murah. Hal ini menyebabkan hasil produksi beras dalam negeri menjadi kurang diminati. Semakin rendah harga beras impor maka semakin besar pula pemerintah melakukan impor. Hal ini dikarenakan pendapatan masyarakat yang meningkat sehingga kecenderungan untuk mengkonsumsi barang dan jasa juga akan meningkat. Apabila harga beras dalam negeri mengalami kenaikan, maka konsumen akan mengganti barang tersebut dengan barang impor yang harganya relatif murah.

Semakin besar impor yang dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumen juga akan berdampak pada pendapatan nasional. Dimana biaya yang dikeluarkan untuk mengimpor barang dari negara lain berasal dari pendapatan nasional. Semakin tinggi tingkat pendapatan menyebabkan pola konsumsi juga akan meningkat. Namun apabila tidak diiringi dengan tingkat produksi yang meningkat, maka semakin besar kemungkinan untuk melakukan impor dan semakin banyak terdapat “kebocoran” dalam pendapatan nasional.

TINJAUAN PUSTAKA Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional dapat diartikan sebagai transaksi dagang antara subyek ekonomi negara yang satu dengan subyek ekonomi negara yang lain, baik mengenai barang maupun jasa-jasa. Adapun subyek ekonomi yang dimaksud adalah penduduk yang terdiri dari warga negara biasa, perusahaan ekspor, perusahaan impor, perusahaan industri, perusahaan negara ataupun departemen pemerintah yang dapat dilihat dari neraca perdagangan (Sobri, 2000)

Menurut Sukirno (2004) faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, yaitu: faktor alam atau potensi alam untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri; keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara; perbedaan penguasaan iptek dalam mengolah sumber daya ekonomi; adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk tersebut; adanya kesamaan selera terhadap suatu barang, keinginan membuka kerjasama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain; dan terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

(3)

457

Teori Permintaan

Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada berbagai tingkat harga selama periode tertentu. Teori permintaan menerangkan tentang ciri hubungan antara jumlah permintaan dan harga. Dalam menganalisa permintaan perlu dibedakan antara permintaan dan jumlah barang yang diminta. Permintaan menggambarkan keadaan keseluruhan hubungan antara harga dan jumlah permintaan pada tingkat harga tertentu. Hubungan antara jumlah permintaan dan harga ini menimbulkan adanya hukum permintaan. Hukum permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu barang maka semakin banyak permintaan atas barang tersebut, begitupun sebaliknya (Adetama, 2011).

Menurut Sukirno (1994) ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi permintaan, yaitu: pendapatan konsumen; jumlah penduduk; harga barang lain; selera konsumen dan ramalan mengenai masa depan.

Teori Impor

Impor adalah perdagangan dengan cara memasukkan barang dari luar ke dalam wilayah pabean Indonesia dengan memenuhi ketentuan yang berlaku. Setiap barang yang dimasukkan ke daerah pabean Indonesia untuk tujuan impor wajib mempergunakan Pemberitahuan Impor Barang (PIB), sedangkan pembayarannya dapat dilakukan dengan cara pembukaan Letter of

Credit (L/C) dan non L/C (Rinaldy dan Rahardjo, 2011).

Berdasarkan laporan indikator Indonesia, komposisi impor menurut golongan penggunaan barang ekonomi dapat dibedakan atas tiga kelompok, yaitu:

1. Impor barang-barang konsumsi, terutama untuk barang-barang yang belum dapat dihasilkan di dalam negeri atau untuk memenuhi tambahan permintaan yang belum mencukupi dari produksi dalam negeri, yang meliputi makanan dan minuman untuk rumah tangga, bahan bakar dari pelumas olahan, alat angkut bukan industri, barang tahan lama, barang setengah tahan lama serta barang tidak tahan lama.

2. Impor bahan baku dan barang penolong, yang meliputi makanan dan minuman untuk industri, bahan baku untuk industri, bahan bakar dan pelumas serta suku cadang dan perlengkapan. 3. Impor barang modal, yang meliputi barang modal selain alat angkut, mobil penumpang dan

alat angkut untuk industri. Teori Produksi

Produksi bisa mempunyai pengertian teknis dan ekonomis. Secara teknis produksi berarti proses mengkombinasikan barang-barang dan tenaga yang ada. Secara ekonomis produksi berarti suatu proses yang menciptakan atau menambah nilai, guna atau manfaat baru (Soeratno dkk, 2009).

Fungsi produksi menetapkan bahwa suatu perusahaan tidak bisa mencapai suatu output yang lebih tinggi tanpa menggunakan input yang lebih banyak dan suatu perusahaan tidak bisa menggunakan input lebih sedikit tanpa mengurangi tingkat outputnya. Maka fungsi produksi adalah hubungan teknis antara input dengan output ( Joerson dan Fathorrozi, 2003).

Menurut Joerson dan Fathorrozi (2003) fungsi hubungan antara jumlah output (Q) dengan sejumlah input yang digunakan dalam proses produksi (X1 X2 X3 X4…..Xn) dapat ditulis sebagai

(4)

458 Q = f (X1 X2 X3 X4….Xn)……… (1) Keterangan: Q = Output X = Input

Fungsi produksi pada hakikatnya terletak antara kelangkaan dan tindakan ekonomi. Kelangkaan yang menimbulkan masalah ekonomi dan tindakan sebagai upaya untuk memecahkannya. Masalah ekonomi timbul karena kebutuhan manusia tidak terbatas sementara alat pemuas kebutuhan manusia relatif sangat terbatas. Karena adanya masalah ini kemudian timbul tindakan, yakni tindakan memilih berbagai alternatif yang mungkin dapat memenuhi kebutuhan yang tidak terbatas tadi. Karena adanya kelangkaan tadi maka manusia berpikir bagaimana menggunakan input yang terbatas adanya agar dapat menghasilkan output yang optimal (Joerson dan Fathorrozi, 2003).

Produk Domestik Bruto (PDB)

Produk Domestik Bruto atau GDP (Gross Domestic Product) merupakan statistika perekonomian yang paling diperhatikan karena dianggap sebagai ukuran tunggal terbaik mengenai kesejahteraan masyarakat. Hal yang mendasarinya karena PDB mengukur dua hal pada saat bersamaan, yaitu total pendapatan semua orang dalam perekonomian dan total pembelanjaan negara untuk membeli barang dan jasa hasil dari perekonomian. Alasan PDB dapat melakukan pengukuran total pendapatan dan pengeluaran dikarenakan untuk suatu perekonomian secara keseluruhan, pendapatan pasti sama dengan pengeluaran (Mankiw, 2006).

Menurut Maulidi (2012) terdapat tiga macam pendekatan yang biasa dipergunakan dalam penghitungan pendapatan nasional suatu negara, yaitu:

1. Output approach (Pendekatan produksi)

Pendapatan nasional sebagai penjumlahan dari seluruh nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh semua sektor ekonomi masyarakat dalam periode tertentu.

2. Income approach (Pendekatan pendapatan)

Pendapatan nasional sebagai jumlah pendapatan yang diterima oleh pemilik faktor-faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. 3. Expenditure approach (Pendekatan pengeluaran)

Pendapatan nasional sebagai jumlah pengeluaran secara nasional untuk membeli barang dan jasa dalam suatu tahun tertentu. yaitu:

Menurut Mankiw (2007) ada dua jenis PDB,

1. PDB dengan harga berlaku atau PDB nominal, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. 2. PDB dengan harga tetap atau PDB riil, yaitu nilai barang dan jasa yang dihasilkan suatu

negara dalam suatu tahun dinilai menurut harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun lain. Teori Harga

Menurut Dolan dan Simon (1996), harga merupakan sejumlah uang atau jasa atau barang yang ditukar pembeli untuk beraneka produk atau jasa yang disediakan penjual. Sedangkan menurut Monroe (1990) menyatakan bahwa harga merupakan pengorbanan ekonomis yang dilakukan pelanggan untuk memperoleh produk atau jasa.

(5)

459

Menurut Nagie dan Holden (1995), konsumen menggunakan harga sebagai indikator kualitas dengan kondisi sebagai berikut:

1. Konsumen percaya ada perbedaan kualitas diantara berbagai merek dalam satu produk kategori.

2. Konsumen percaya kualitas yang rendah dapat membawa resiko yang lebih besar.

3. Konsumen tidak memiliki informasi lain kecuali merek terkenal sebagai referensi dalam mengevaluasi kualitas sebelum melakukan pembelian.

Menurut Zeithaml dan Bitner (1996) pengertian harga terhadap nilai dari sisi konsumen dapat dikelompokkan menjadi empat, yaitu:

1. Value is low price

Kelompok konsumen ini menganggap bahwa harga murah merupakan value yang paling penting buat mereka sedangkan kualitas sebagai value dengan tingkat kepentingan yang lebih rendah.

2. Value is whatever I want in a product or services

Bagi konsumen dalam kelompok ini, value diartikan sebagai manfaat/kualitas yang diterima bukan hanya harga saja atau value adalah sesuatu yang dapat memuaskan keinginan.

3. Value is the quality I get for the price I pay

Konsumen pada kelompok ini mempertimbangkan value adalah sesuatu manfaat/kualitas yang diterima sesuai dengan besaran harga yang dibayarkan.

4. Value is what I get for what I give

Konsumen menilai value berdasarkan besarnya manfaat yang diterima dibandingkan dengan pengorbanan yang dikeluarkan baik dalam bentuk besarnya uang yang dikeluarkan, waktu dan usahanya.

Berdasarkan landasan teoritis dan penelitian sebelumnya, adapun kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1 berikut:

Gambar 1. Kerangka pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, adapun hipotesis dalam penelitian ini diduga produksi beras dan produk domestik bruto berpengaruh negatif terhadap impor beras di Indonesia sedangkan harga beras dalam negeri berpengaruh positif terhadap impor beras di Indonesia. Impor Beras Produksi Beras Harga Beras Dalam Negeri Produk Domestik Bruto (PDB)

(6)

460

METODE PENELITIAN Model Analisis

Analisis data yang digunakan untuk mengetahui pengaruh produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto terhadap impor beras Indonesia tahun 2000-2014 menggunakan analisis regresi linear berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least

Square (OLS) dimana persamaannya menurut Gujarati (1999) yaitu:

Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + et

Dalam penelitian ini, model diatas di implementasikan sebagai berikut:

LMB = β0 + β1LQB + β2HB + β3LPDB + et………...….. (2)

Dimana:

LMB : Log Impor Beras

β0 : Konstanta

β1 β2 β3 : Koefisien Regresi

LQB : Log Produksi Beras

HB : Harga Beras Dalam Negeri LPDB : Log Produk Domestik Bruto Metode Analisis

Dalam penelitian ini, model analisis dilakukan dengan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan bantuan pengolah data sekunder menggunakan program Shazam 10.0

Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel dependen dan variabel independen keduanya memiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2009).

2. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas diperlukan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model yang dapat menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat kuat antara satu variabel independen dengan variabel independen lainnya (Sari, 2014).

3. Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas merupakan masalah regresi yang faktor gangguan tidak memiliki varian yang sama atau variannya tidak konstan. Hal ini memunculkan berbagai permasalahan yaitu penaksir OLS yang bias sehingga varian dari koefisien OLS akan salah (Kurniyawan, 2013). 4. Uji Autokorelasi

Autokorelasi menunjukkan adanya korelasi antara anggota serangkaian observasi. Jika model mempunyai korelasi, parameter yang di estimasi menjadi bias dan variasinya tidak lagi minimum dan model menjadi tidak efisien (Kurniyawan, 2013).

Uji Statistik

(7)

461

Uji signifikansi parameter individual (uji t) dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen secara individual dan menganggap variabel lain konstan (Sari, 2014).

2. Uji F (Pengujian secara simultan)

Uji F merupakan pengujian untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama (Kurniyawan, 2013).

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi digunakan untuk menjelaskan dan mengetahui seberapa besar variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh variasi variabel independen (Gujarati, 1997).

HASIL PEMBAHASAN Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat dan variabel bebas keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat p-value Jarque Bera pada tabel berikut ini:

Tabel 1. Uji Normalitas

Sumber: Hasil pengolahan data, Shazam 10.0 (2016)

Berdasarkan output estimasi menggunakan Shazam 10.0 dapat disimpulkan bahwa

p-value Jarque Bera Normality Test sebesar 0,463 (46,3 persen) lebih besar dari 0,05 (5 persen)

menyatakan H0 diterima dan Ha ditolak maka error term terdistribusi secara normal. Oleh karena

itu, berdasarkan uji normalitas analisis regresi layak digunakan. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu model regresi linear terdapat korelasi. Uji autokorelasi dilihat dari Durbin-Watson dengan hasil pengujiannya yaitu sebesar 1,76224 masih berada diantara 1,55 – 2,46 yang merupakan syarat sebuah model regresi dikatakan terbebas dari autokorelasi. Maka hipotesis yang diambil adalah H0 diterima dan Ha

ditolak. Hal ini berarti model regresi dalam penelitian ini tidak terdapat serial korelasi (no

autocorrelation).

Uji Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah adanya ketidaksamaan varian dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Uji heteroskedastisitas dilakukan untuk mengetahui adanya penyimpangan dari syarat-syarat asumsi klasik pada model regresi, dimana dalam model regresi harus dipenuhi syarat agar tidak adanya gejala heteroskedastisitas.

Normality Test P-value

(8)

462

Tabel 2. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedasticity Tests P-value

E**2 ON LAG (E**) ARCH TEST 0,12857

Sumber: Hasil pengolahan data, Shazam 10.0 (2016)

Dalam penelitian ini, nilai heteroskedastisitasnya dilihat berdasarkan p-value pada Arch

Test lebih besar dari 0,05. Dalam penelitian ini p-value pada Arch Test sebesar 0,12857 (12,86

persen) maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dengan kata lain model regresi dalam penelitian ini

tidak terdapat heteroskedastisitas atau homoskedastisitas. Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas bertujuan untuk melihat ada atau tidak adanya korelasi antara variabel-variabel bebas dalam model regresi linear berganda. Jika terdapat korelasi diantara variabel-variabel bebasnya, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat menjadi terganggu.

Uji multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat nilai Correlation Matrix of

Coefficients pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Uji Multikolinearitas Correlation Matrix of Coefficients

LQB 1.0000

HB -0.3547 1.0000

LPDB -0.3173 -0.4652 1.0000

CONSTANT -0.8177 0.82247 -0.2865 1.0000

LQB HB LPDB CONSTANT

Sumber: Hasil pengolahan data, Shazam 10.0 (2016)

Pada tabel 3 diatas dapat dilihat bahwa model regresi tidak terdapat gangguan/gejala multikolinearitas. Hal ini dapat dibuktikan dengan nilai korelasi antar variabel bebas dibawah 0,8 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat multikolinearitas (H0 diterima) antar variabel

bebas dalam model regresi. Hasil Regresi

Untuk mengetahui berapa besar pengaruh produksi beras (QB), harga beras dalam negeri (HB) dan produk domestik bruto (PDB) terhadap impor beras di Indonesia dapat diteliti dengan menggunakan model analisis regresi linear berganda yang diproses dengan mengunakan Shazam 10.0. Berdasarkan model analisis tersebut, maka diperoleh hasil perhitungan seperti tabel 4 berikut:

(9)

463

Tabel 4. Hasil Regresi Pengaruh Produksi Beras, Harga Beras Dalam Negeri dan Produk Domestik Bruto terhadap Impor Beras di Indonesia

Variable

Name Coefficient Estimated Standard Error T-Ratio 11 Df P-value

LQB -66,690 7,228 0,9226 0,376 HB 0,0018021 0,0005244 3,437 0,006*** LPDB -15,360 5,477 -2,805 0,017** Constant 345,59 126,1 2,740 0,019** R2 = 0,5206 Ttabel = 1,796 Adj. R2 = 0,3899 Fhitung = 3,982 D-W = 1,7622 Ftabel = 1529,586

Sumber: Hasil data output Shazam 10.0, Juni 2016 Catatan:

***Signifikan pada 0,000 atau 1 persen ** Signifikan pada 0,05 atau 5 persen

Adapun persamaan linear hasil regresi diatas adalah:

LMB = 345,59 – 6,6690(LQB) + 0,0018021 (HB) – 15,360(LPDB)

Berdasarkan hasil tabel diatas, pengaruh dari masing-masing variabel terhadap impor beras antara lain sebagai berikut:

1. Uji Koefisien Determinasi (Adj. R2)

Uji ini untuk melihat kesesuaian model atau seberapa besar kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan varians variabel terikatnya. Dalam penelitian ini Adj. R2 sebesar 0,3899

menunjukkan kemampuan variabel bebas cukup ketepatannya dalam menjelaskan varians variabel terikat sebesar 38,99 persen. Sisanya 61,01 persen ditentukan oleh variabel-variabel lain yang tidak disertakan di dalam penelitian ini.

2. Uji F (Uji simultan)

Pengujian ini dilakukan untuk menguji pengaruh dari seluruh variabel bebas yaitu produksi beras (QB), harga beras dalam negeri (HB) dan produk domestik bruto (PDB) secara simultan terhadap variabel terikat yaitu impor beras (MB). Dalam penelitian ini, Fhitung sebesar 3,982

sedangkan Ftabel sebesar 1529,586 dengan nilai tersebut dapat kita lihat bahwa Fhitung > Ftabell

(3,982 > 1529,586) dimana tingkat signifikan sebesar 0,038 sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel bebas (produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto) secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (impor beras). Dengan demikian, hipotesis dalam penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan ada pengaruh secara signifikan antara produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto terhadap impor beras di Indonesia.

3. Konstanta (β0) sebesar 345,59 menjelaskan apabila seluruh variabel yakni produksi beras,

harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto dianggap konstan atau nol maka jumlah impor beras sebesar 345,59 persen.

4. Koefisien (β1) sebesar -6,6690 menjelaskan jika terjadi peningkatan produksi beras dalam

negeri sebesar 10 ton maka volume impor beras menurun sebanyak 66,69 persen. Secara statistik berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan ditandai dengan p-value sebesar 0,376 > 0,05.

(10)

464

5. Koefisien (β2) yakni 0,001802 menjelaskan peningkatan harga beras dalam negeri sebesar

1000 Rp/kg menyebabkan penambahan volume impor beras sebesar 1,8021 persen. Secara statistik berpengaruh positif dan signifikan ditandai dengan p-value sebesar 0,006 < 0,05. 6. Koefisien (β3) adalah -15,360 menunjukkan apabila terjadi kenaikan produk domestik bruto

sebesar 1 miliar rupiah maka volume impor beras menurun sebesar 15,36 persen dimana secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan yang ditandai dengan p-value sebesar 0,017 < 0,05.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Adapun kesimpulan dalam penelitian ini adalah:

1. Uji F (uji simultan) dengan Fhitung sebesar 3,982 dengan taraf signifikansi sebesar 0,038

menunjukkan bahwa variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Dengan demikian hipotesis dalam ini penelitian ini menyatakan bahwa secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara produksi beras, harga beras dalam negeri dan produk domestik bruto terhadap impor beras di Indonesia.

2. Pengujian dengan uji-t (uji parsial) menunjukkan bahwa: (a) variabel produksi beras berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap impor beras di Indonesia, berarti pemerintah melakukan impor beras setiap tahunnya bukan dikarenakan kurangnya pangan (beras) di dalam negeri. Hal ini ditandai dengan tingkat produksi beras dalam negeri yang setiap tahunnya relatif meningkat. Alasan pemerintah melakukan tindakan mengimpor beras adalah untuk stok tertentu atau kondisi tertentu; (b) variabel harga beras dalam negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia, berarti ketika harga beras dalam negeri meningkat dan pada saat itu pula harga beras dunia menurun, maka konsumen lebih memilih membeli beras impor yang harganya relatif murah dibandingkan beras dalam negeri yang mahal sehingga permintaan terhadap beras impor meningkat sedangkan permintaan beras dalam negeri menurun; dan (c) variabel produk domestik bruto berpengaruh negatif dan signifikan terhadap impor beras di Indonesia, PDB berpengaruh negatif dikarenakan kontribusi terbesar PDB Indonesia saat ini salah satunya masih berada di sektor pertanian setelah sektor industri dan sektor perdagangan. Hal ini ditandai ketika produksi pangan (beras) dalam negeri meningkat, maka kontribusi sektor pertanian terhadap PDB juga akan meningkat. Ketika produksi pangan (beras) dalam negeri meningkat secara otomatis volume impor akan menurun..

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, adapun saran yang dapat penulis kemukakan diantaranya sebagai berikut:

1. Melihat hasil penelitian menunjukkan bahwa produksi beras berpengaruh negatif terhadap impor beras, pemerintah harus memproteksi produk beras impor. Misalnya dengan lebih memaksimalkan penyerapan beras dari petani lokal sehingga pasar dapat didominasi oleh produk beras lokal. Dengan demikian tidak diperlukan lagi tindakan mengimpor beras dari negara lain untuk memenuhi kebutuhan beras dalam negeri dan dengan adanya kebijakan memproteksi tersebut, dampaknya tidak hanya untuk meningkatkan produksi pertanian dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan pangan tetapi juga untuk meningkatkan pendapatan petani lokal.

(11)

465

2. Keterbatasan yang terdapat didalam penelitian ini, diharapkan bagi peneliti selanjutnya dapat menambahkan variabel lain selain ketiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Misalnya dapat menggunakan variabel kurs, harga beras internasional, jumlah penduduk dan faktor-faktor lainnya yang mempengaruhi impor beras di Indonesia. Diperlukan juga penambahan kurun waktu sampai data terbaru diterbitkan dan menggunakan metode yang lebih lengkap sehingga dapat dijadikan bahan perbandingan dan pertimbangan.

DAFTAR PUSTAKA

Adetama, D. S. (2011). Analisis Permintaan Kedelai di Indonesia Periode 1978-2008. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.

Dolan, R. J., & Simon, H. (1996). Power Pricing: How Managing Price Transform the Bottom

Line. The Free Press.

Ghozali, I. (2009). Ekonometrika: Teori, Konsep dan Aplikasi dengan SPSS 17. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Gujarati, D. (1997). Ekonometrika Dasar. (S. Zain, Trans.) Jakarta: Erlangga. Gujarati, D. (1999). Ekonometrika Dasar. (S. Zain, Trans.) Jakarta: Erlangga.

Husodo, S. Y. (2004). Pertanian Mandiri: Pandangan Strategis Para Pakar untuk Kemajuan

Pertanian Indonesia. Jakarta : Penebar Swadaya.

Joerson, T. S., & Fathorrozi, M. (2003). Teori Ekonomi Mikro: Dilengkapi Beberapa Bentuk

Fungsi Produksi. Jakarta: Salemba Empat.

Kurniyawan, H. (2013). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impor Beras di Indonesia Tahun

1980-2009. Skripsi. Semarang: Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang .

Mankiw, N. G. (2006). Principles of Economics. Jakarta: Salemba Empat. Mankiw, N. G. (2007). Makroekonomi (6 ed.). Jakarta: Erlangga.

Maulidi, C. (2012). Penghitungan Pendapatan Nasional., (pp. 10-16). Monroe, K. (1990). Pricing: Making Profitable Decision. McGraw-Hill.

Nagie, T. T., & Holden, R. K. (1995). The Strategy and Tacties of Pricing. Prentice Hall International Inc.

Rinaldy, Y., & Rahardjo, S. N. (2011). Pengaruh Pengungkapan Corporate Social Responsibility terhadap kepemilikan Institusional pada Perusahaan Berkategori High-Profile yang Listing di Bursa Efek. Jurnal Fakultas Ekonomi dan Bisnis .

Sari, R. K. (2014). Analisis Impor Beras di Indonesia. Economics Development Analysis

Journal, 3 (2).

Sobri. (2000). Ekonomi Internasional: Teori Masalah dan Kebijaksanaannya. Yogyakarta: BPFE-UI.

(12)

466

Soeratno., Marlina, Y., & Nasution. (2009). Analisis Faktor-faktor Penentu Nilai Produksi: Studi

Kasus Industri Kecil Keramik Kasongan di Kabupaten Bantul 2007. Universitas Gajah

Mada.

Sukirno, S. (1994). Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sukirno, S. (2004). Makroekonomi: Teori Pengantar (3 ed.). Jakarta: PT. Raja Grafindo Perkasa. Zeithaml, V. A., & Bitner, M. J. (1996). Service Marketing. Mc Graw Hill Inc.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pemikiran
Tabel 2. Uji Heteroskedastisitas
Tabel 4. Hasil Regresi Pengaruh Produksi Beras, Harga Beras Dalam Negeri dan Produk Domestik Bruto  terhadap Impor Beras di Indonesia

Referensi

Dokumen terkait

Jadi secara konsep basis data atau database adalah kumpulan dari data-data yang membentuk suatu berkas (file) yang saling berhubungan (relation) dengan tatcara yang tertentu

Variabel akses informasi yang diukur dalam penelitian ini adalah : sumber informasi yang diperoleh pemberi persetujuan untuk mendapatkan penjelasan tentang tindakan medik yang

Terdapat dua aliran teori belajar, yakni aliran teori belajar tingkah laku (behavioristic) dan teori belajar kognitif. Teori belajar behavioristik.. Didalamnya terdapat

memenuhi SNP. Pendidikan berbasis keunggulan lokal dapat diperoleh peserta didik dari satuan pendidikan yang bersangkutan atau dari satuan pendidikan nonformal yang

Sumber-sumber burnout yang terjadi pada pelayan restoran kapal pesiar diantaranya berkaitan dengan karakteristik individu, lingkungan kerja dan keterlibatan emosional

Hubungan koefisien alat dan kapasitas produksi kapasitas produksi Koefisien alat adalah waktu yang diperlukan (dalam satuan jam) oleh suatu alat Koefisien alat adalah waktu

Dalam suatu perjanjian jika ada kesalahan akibat wanprestasi yang timbul dalam proses jual beli tanah, salah satu pihak boleh mengajukan pembatalan perjanjian

Mengajukan pertanyaan yang ada keterkaitan dengan tema yang akan dibelajarkan (pertanyaan penggunaan link pada halaman web