• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Masyarakat

Dalam menanggulangi masalah kemiskinan perlu adanya suatu proses pengembangan atau pemberdayaan terhadap sumber daya manusia dalam menggali potensi yang ada pada masyarakat tersebut. Menurut Soetomo (2010:79), komunitas pengembangan (community development) merupakan suatu proses serta usaha yang dilakukan oleh masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas yang lebih optimal bagi kemajuan nasional. Komunitas pengembangan masyarakat sebenarnya telah ada sejak masa koloni Inggris, namun dalam perkembangannya penerapan community development ini banyak dilakukan oleh negara-negara berkembang guna mengentaskan masalah kemiskinan.

Dilihat sebagai suatu proses perubahan dan pembaharuan, dua unsur yang dianggap paling hakiki dan diharapkan saling mendukung dalam community development adalah partisipasi masyarakat dalam memperbaiki taraf hidupnya sedapat mungkin berdasarkan prakarsa sendiri dan pelayanan teknis atau bentuk pelayanan lainnya untuk mendorong prakarsa dan partisipasi (Soetomo, 2010:99). Dalam hal ini komunitas perempuan sebagai kelompok pengembangan berusaha melakukan penyadaran pengapasitasan, dan pendayaan terhadap masyarakat agar

(2)

mereka mampu untuk memanfaatkan potensi-potensi modal sosial yang mereka miliki untuk memperbaiki taraf hidupnya dan keluarganya. Komunitas perempuan dalam hal ini hanya sebagai fasilitator yang berusaha menggali potensi-potensi yang ada pada masyarakat guna melakukan pemberdayaan.

Dalam melakukan pemberdayaan, ada dua konsep dalam membangun suatu masyarakat, yaitu yang pertama dengan menggunakan konsep kepercayaan (Trust) yang ada pada masyarakat seperti yang dikemukakan oleh Fukuyama (2002:36), bahwa kepercayaan merupakan tali pengikat antara satu sama lain sehingga tercipta suatu dukungan yang solid dan tahan lama. Trust juga merupakan suatu pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas untuk dapat berperilaku jujur, dan kooperatif. Kemudian yang kedua dengan cara membangun suatu jaringan sosial yang dapat mendukung program pemberdayaan pada masyarakat, sehingga terciptanya suatu pola-pola tertentu. Menurut Damsar (2002:157), jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk formal maupun bentuk informal. Hubungan sosial adalah gambaran atau cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal.

Ungkapan “Perempuan dalam Pembangunan” dan singkatnya diterima, WID (Women In Development), sedikit banyak menyimpulkan ungkapan pemikiran pertama mengenai peran perempuan dalam pembangunan dan pendekatan yang telah kita cakup sebegitu jauh. Ungkapan itu diciptakan pada awal 1970an oleh Women’s Committee of the Washington D.C. Chapter of the

(3)

Society for International Development sebagai bagian dari strategi cermat untuk membawa pemikiran baru Boserup dan lain-lainnya agar menjadi perhatian para pembuat kebijakan Amerika. Sejak itu, WID digunakan sebagai steno bagi pendekatan terhadap isu perempuan dan pembangunan yang sebagian besar didasarkan kepada paradigma modernisasi. Pendekatan WID di fokuskan kepada inisiatif seperti pengembangan teknologi yang lebih baik, yang tepat, yang akan meringankan beban kerja perempuan. WID bertujuan untuk benar-benar menekan sisi produktif kerja dan tenaga perempuan khususnya penghasil pendapatan dengan mengabaikan sisi reproduktifnya, dan di sini pendekatan itu memperlihatkan asalnya dari kaum liberal Utara pada 1970-an dan 1980-an Mosse (2002:205).

Dalam hal ini komunitas perempuan sebagai suatu agen perubahan yang berupaya menyejajarkan posisi perempuan dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi guna meningkatkan posisi tawar mereka. Cara yang mereka tempuh dengan membuat berbagai program-program pelatihan, salah satunya melalui pelatihan keterampilan, penyuluhan kesehatan, pemberantasan penyakit masyarakat (judi dan narkoba), program arisan, program paud gratis dan penerapan sistem koperasi simpan pinjam (credit union).

Menurut Mosse (2002:210) pendekatan Gender and Development (GAD) melihat pemberdayaan perempuan lebih terkait dengan pendekatan dari bawah ke atas (bottom-up) dari pada pendekatan atas ke bawah (top-down), dan kebanyakan pemikiran tentang pemberdayaan datang dari tulisan feminis dan gerakan perempuan yang muncul di selatan. Sesungguhnya pendekatan ini lebih merupakan pendekatan perempuan selatan terhadap pembangunan, ketimbang

(4)

pendekatan laki-laki kulit putih Utara. Pendekatan ini melacak akar-akar subordinasi dalam ras, kelas, sejarah kolonial, dan posisi negara-negara Selatan dalam tata ekonomi internasional. Pendekatan ini juga memahami tujuan pembangunan bagi perempuan dalam pengertian kemandirian dan kekuatan internal, dan sedikit banyak lebih menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan kesamaan antara laki-laki dan perempuan daripada pemberdayaan perempuan itu sendiri untuk berusaha mengubah dan mentransformasikan struktur yang sangat bertentangan dengan mereka seperti undang-undang perburuhan, kontrol laki-laki atas tubuh dan hak reproduktif perempuan, undang-undang sipil, dan hak atas kekayaan.

Dalam hal ini komunitas perempuan memiliki sebuah paradigma bahwa dalam membangun kemandirian dan kekuatan intelektual bagi kaum perempuan terlebih dahulu harus ada kesetaraan gender, dimana perempuan dan laki-laki berada dalam posisi yang sama dalam proses pengambilan keputusan. Dengan kemandirian tadi maka kaum perempuan akan mampu melakukan perubahan dalam struktur kemasyarakatan yang masih menganut budaya patriarki. Dalam mencapai tujuan tadi perlu adanya proses penyadaran bagi kaum perempuan melalui pemberdayaan sehingga mereka memiliki kesadaran secara politik.

Perempuan dan pembangunan atau Woman and Development (WAD) merupakan satu pendekatan feminis neo-Marxis, yang muncul dalam paruh terakhir 1970an yang berasal dari suatu kepedulian terhadap keterbatasan teori modernisasi. Bukannya menitikberatkan kepada strategi untuk “mengintegrasikan perempuan dalam pembangunan”, pendekatan ini justru menunjukkan bahwa perempuan selalu penting secara ekonomi, dan kerja yang dilakukannya dalam

(5)

rumah tangga dan komunitasnya sangat mendasar untuk mempertahankan masyarakat mereka. WAD mengakui bahwa laki-laki miskin juga menjadi korban dari proses pembangunan yang mengabaikan mereka, tetapi proses itu cenderung mengelompokkan perempuan tanpa menganalisis pembagian kelas, ras dan etnis di antara mereka secara memadai. Pendekatan WAD berasumsi bahwa posisi perempuan akan lebih baik selama dan ketika struktur internasional menjadi lebih adil, dan dalam hal ini, pendekatan itu cenderung kurang mengindahkan sifat penindasan gender khusus perempuan. Posisi perempuan dilihat sebagai bagian dari struktur internasional dan ketidakadilan kelas, ketimbang sebagai akibat dari ideologi dan struktur patriarki. Pendekatan WAD cenderung menitikberatkan kepada kegiatan yang mendatangkan pendapatan dan kurang mengindahkan tenaga perempuan yang disumbangkan dalam mempertahankan keluarga dan rumah tangga (Mosse,2002:208).

Dalam hal ini komunitas perempuan berfungsi sebagai wadah bagi perempuan untuk menyalurkan berbagai aspirasinya dalam berjuang melawan kemiskinan, penindasan, dan ketidakadilan hidup, yang pada akhirnya akan melahirkan perempuan-perempuan yang mampu mengambil keputusan politik. Baik politik formal maupun informal.

2.2. Komunitas/Kelompok Sosial

Kelompok sosial merupakan suatu gejala yang sangat penting dalam kehidupan manusia, karena sebagian besar kegiatan manusia berlangsung di dalamnya. Kelompok didefinisikan sebagai dua individu atau lebih, yang berinteraksi dan saling bergantung, yang saling bergabung untuk mencapai sasaran-sasaran tertentu. Kelompok dapat bersifat formal dan informal di dalam

(6)

sistem sosial. Kelompok formal adalah kelompok yang didefinisikan sebagai struktur organisasi dengan pembagian kerja yang jelas. Sedangkan kelompok informal adalah kelompok yang didefinisikan sebagai aliansi yang tidak terstruktur secara formal atau tidak ditetapkan secara organisasi. Kelompok informal ini terbentuk secara alamiah dalam suasana kerja yang muncul sebagai tanggapan terhadap kebutuhan akan kontak sosial.

Robert Biersted, dalam (Kamanto, 2004:126) mengklasifikasikan jenis-jenis kelompok dengan menggunakan indikator atau kriteria untuk membedakan jenis kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Organisasi

2. Hubungan sosial diantara anggota kelompok 3. Kesadaran jenis

Berdasarkan ketiga kriteria atau indikator tersebut Biersted, dalam (Kamanto, 2004:126) kemudian membedakan ada empat jenis-jenis kelompok, yaitu sebagai berikut:

1. Kelompok statistik (statistical group)

2. Kelompok kemasyarakatan (societal group) 3. Kelompok sosial (social group)

4. Kelompok asosiasi (associational group)

Dalam hal ini komunitas perempuan merupakan sebuah kelompok sosial yang memiliki struktur organisasi yang jelas. Komunitas perempuan juga sebuah kelompok sosial yang memiliki kesadaran bersama bahwa perempuan merupakan bagian dari masyarakat yang mampu membawa perubahan bagi dirinya,

(7)

keluarganya, serta masyarakat yang ada disekitarnya. Melalui berbagai kegiatan pemberdayaan yang berbasis pada kelompok itu sendiri.

Soekanto (2002:115) mengemukakan beberapa persyaratan sebuah kelompok sosial adalah sebagai berikut :

1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan sebagian dari kelompok yang bersangkutan.

2. Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan yang lainnya. 3. Ada suatu faktor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka

bertambah erat. Faktor tadi dapat merupakan nasib yang sama, ideologi politik yang sama dan lain-lain. Tentunya faktor mempunyai musuh bersama misalnya dan dapat pula menjadi faktor pengikat atau pemersatu diantara mereka.

4. Berstruktur , berkaidah dan mempunyai pola perilaku.

Menurut summer masyarakat manusia terdiri dari in-groups dan out-groups atau we-out-groups dan other-out-groups yang artinya kelompok dalam dan kelompok luar atau kelompok kami dan kelompok mereka (kamanto, 2004:130). Seseorang itu termasuk kedalam beberapa kelompok yang baginya adalah kelompok dalam, dan selebihnya baginya adalah kelompok luar. Dalam in-group terdapat perasaan persaudaraan, sedangkan out-group terdapat perasaan yang lebih dingin. Anggota dalam in-group menunjukan adanya kerja sama, hubungan yang baik (good will), saling membantu, dan saling menghormati. Mereka mempunyai perasaan solidaritas, kesetiaan terhadap kelompoknya dan kesediaan berkorban demi kelompoknya.

(8)

Tetapi sikap mereka terhadap orang lain atau luar kelompoknya selalu menunjukan kebencian, perasaan menghina, dan permusuhan.

Pada awalnya komunitas Serikat Perempuan Independen Desa Marindal II merupakan kelompok ibu-ibu PKK yang mendapatkan pelatihan dari Komunitas Serikat Perempuan Independen yang berada di Kabupaten Deli Serdang. Kemudian komunitas tersebut melakukan berbagai kegiatan pemberdayaan yang pada awalnya bersifat domestikasi dengan memulainya dari kelompok ibu-ibu PKK yang ada di Desa Marindal II sebagai sasaran utama. Pada akhirnya melalui kegiatan-kegiatan tersebut komunitas perempuan mulai melakukan penyadaran kepada anggota kelompoknya bahwa kaum perempuan merupakan bagian dari kehidupan masyarakat yang mampu berperan sebagai agen sosial yang mampu melakukan perubahan. Dan nantinya komunitas ini diharapkan dapat menciptakan kaum perempuan yang aktif dalam mengambil keputusan dalam berbagai bidang kehidupan, serta menciptakan kesetaraan gender dalam kehidupan masyarakat.

2.3. Peran Sosial Ekonomi Perempuan

Pada hakikatnya, baik laki-laki maupun perempuan dilahirkan ke dunia ini dalam kondisi yang sama (Listiani, dkk, 2002:iv). Namun, dikarenakan adanya konstruksi sosial yang dibentuk oleh masyarakat mengakibatkan munculnya perbedaan peran antara laki-laki dan perempuan dalam kehidupan bermasyarakat. Dimana laki-laki dikonstruksikan secara sosial sebagai individu yang maskulin dan memiliki peran sebagai kepala keluarga yang memiliki kewajiban untuk menafkahi keluarga dan bekerja di luar rumah. Sedangkan perempuan

(9)

dikonstruksikan secara sosial sebagai individu yang feminim dan memiliki peran serta aktifitasnya di dalam mengurus berbagai pekerjaan rumah tangga.

Sedangkan konsep lain juga menyatakan bahwa gender merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural. Misalnya, perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, dan keibuan. Sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa. Dan masing-masing ciri dari sifat-sifat tersebut dapat dipertukarkan (Fakih, 2002:8). Namun bukan hanya konsep gender saja yang di konstruksikan secara sosio-kultural akan tetapi peran yang harus dijalankan dari masing-masing gender pun berbeda. Dalam perspektif pembagian kerja gender tradisional (gender base division of labour) menempatkan pembagian kerja perempuan di rumah (sektor domestik) dan laki-laki bekerja di luar rumah (sektor publik). Di mana kegiatan memasak, mencuci, dan mengasuh anak merupakan tugas perempuan (sektor domestik) yang dilakukan di dalam rumah. Sedangkan bekerja di luar rumah (sektor publik) merupakan tugas yang harus dilakukan laki-laki untuk menghasilkan materi dalam hal ini uang, yang diartikan sebagai nilai tukar pada masyarakat kapitalis.

(http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php/jf/article/viewFile/29/25, Diakses 5 Februari 2012 pukul 20.05 wib).

Dalam perkembangannya perempuan juga memiliki peran ganda (multiple role), yaitu peran yang harus dimainkan oleh seorang perempuan dalam waktu bersamaan. Peran ini umumnya mengenai peran domestik (sebagai ibu rumah tangga) dan peran publik (pasar tenaga kerja) dalam membantu suami mencari nafkah bagi keluarganya.

(10)

Menurut Yuarsi dalam (Tukiran, dkk,2007:232-236), ketika perempuan memutuskan untuk bekerja, setidaknya terdapat tiga alasan yaitu sebagai bentuk aktualisasi diri, sebagai pengisi waktu dan upaya keluar dari rutinitas mengurus rumah tangga, dan sebagai upaya mencari nafkah. Pada kenyataannya, seorang perempuan memutuskan untuk bekerja karena dua atau tiga alasan sekaligus. Dua alasan pertama dapat dilakukan ketika perempuan ketika perempuan telah mampu mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, baik atas usahanya sendiri ataupun atas dukungan orang lain, sedangkan perempuan bekerja dengan alasan ketiga relatif tidak mempunyai pilihan lain. Jika mereka tidak bekerja, akan semakin sulit untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Kesulitan hidup yang dialami sering kali memaksa perempuan mencari alternatif pekerjaan lain agar dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga. Tanpa disadari, dalam kondisi yang sulit sebagian perempuan terpaksa menjadi pencari nafkah utama bagi keluarga. Selain harus mencari berbagai pekerjaan, mereka juga harus melakukan berbagai strategi agar penghasilan yang diperoeh dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari. Meskipun dalam kondisi sulit, peran dan sumbangan perempuan untuk rumah tangga cukup nyata. Akan tetapi, hal ini tidak secara otomatis meningkatkan posisi tawar perempuan.

Laporan tahun 2008 mengenai tren perkembangan kesempatan kerja bagi wanita di dunia dari International Labour Office (ILO) menunjukkan bahwa sebagian besar dari wilayah-wilayah di dunia membuat kemajuan besar dalam peningkatan jumlah wanita yang memiliki pekerjaan yang baik, tetapi kesamaan gender sepenuhnya dalam akses ke pasar tenaga kerja dan kondisi-kondisi dari kesempatan kerja/berusaha belum sepenuhnya tercapai. Menurut laporan tersebut,

(11)

pemberdayaan ekonomi bagi kaum wanita sangat berhubungan dengan kemampuan atau ketidakmampuan mereka untuk berpartisipasi di dalam pasar-pasar tenaga kerja dan dengan kondisi-kondisi dari kesempatan kerja/berusaha yang dihadapi setelah berhasil mendapatkan pekerjaan, seperti lamanya atau tuntutan jam kerja, persaingan yang ketat antar pegawai di dalam pekerjaan, tempat atau jenis pekerjaan yang tidak terlalu aman atau nyaman bagi wanita, dan lain-lain (Tambunan, 2009:126).

2.4. Pemberdayaan Masyarakat Dalam Aspek Sosial Ekonomi

Pemberdayaan adalah suatu isu yang muncul dalam pendekatan pembangunan ketika masyarakat marginal memerlukan bantuan proses penguatan ekonomi dan sosial dalam konteks kesejahteraan hidup masyarakat. Istilah pemberdayaan kini telah populer sebagai suatu pendekatan yang dilakukan pemerintah maupun LSM. Di Indonesia istilah pemberdayaan pada mulanya digunakan oleh LSM untuk memperkuat kehidupan sosial, ekonomi dan politik masyarakat agar dapat merubah dan memperbaiki posisi mereka ketika berhadapan dengan kelompok yang kuat secara sosial. Inti dari pemberdayaan adalah bagaimana masyarakat tertentu mempunyai posisi tawar sehingga menjadi pelaku proses pembangunan yang partisipatif dan aktif dan bukan hanya sebagai objek pembangunan (Daulay, 2007:91).

Organisasi perempuan dalam hal ini menawarkan kemungkinan pemberdayaan dan perubahan pribadi, dan juga memberikan konteks bagi transformasi pribadi menuju aksi politik. Sedangkan kelompok perempuan yang paling berhasil adalah kelompok-kelompok yang bergerak di sekitar kebutuhan khusus, misalnya bidang sosial, ekonomi, kesehatan atau pekerjaan, dan kemudian

(12)

terus berjuang demi isu-isu jangka panjang. Oleh karena itu, disini komunitas perempuan tidak hanya sebagai sebuah organisasi yang memiliki berbagai program atau kegiatan pemberdayaan, akan tetapi juga berfungsi sebagai sosial agen yang akan membantu masyarakat keluar dari kemiskinan.

Di dalam kehidupan masyarakat tidak sedikit dari kegiatan atau aktifitas yang secara tradisional dipandang sebagai pengembangan masyarakat seperti pekerjaan sosial, pekerjaan kepemudaan, pendidikan, dan profesi kesehatan yang dapat dipahami sebagai kegiatan pengembangan sosial. Meskipun terdapat banyak variasi dalam aktivitas yang merupakan pengembangan sosial, aktifitas tersebut dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu pengembangan pelayanan, balai masyarakat, perencanaan sosial dan semangat sosial (Ife dan Frank,2008:412). Dalam hal ini komunitas perempuan merupakan suatu organisasi yang memiliki berbagai kegiatan pemberdayaan sosial seperti, program penyuluhan kesehatan dan perobatan gratis, bekerjasama dengan pemerintah desa dalam memberantas beberapa “penyakit masyarakat” seperti memberantas judi, narkoba, dan minuman keras, mengadakan program perwiridan akbar dan bulanan, dan program keagamaan lainnya, serta telah mencanangkan program pendidikan gratis bagi anak usia dini.

Di tengah krisis global yang sedang terjadi saat ini sebagian masyarakat yang hidup dibawah garis kemiskinan sangat menggantungkan hidupnya pada ekonomi kerakyatan. Swasono dalam (Jayadinata dan Pramandika,2006:16) mengatakan bahwa ekonomi rakyat dalam kenyataannya merupakan tulang punggung perekonomian nasional, yang di dalamnya tercakup usaha informal, usaha kecil, dan menengah. Diantaranya pertanian rakyat, perkebunan rakyat,

(13)

perikanan rakyat, tambak rakyat, peternakan rakyat, pasar rakyat, tenaga kerja rakyat, industri rakyat, kerajinan rakyat, pertukangan rakyat, tambang rakyat, aneka jasa rakyat, dan lain-lain. Pembangunan perekonomian rakyat meningkatkan daya beli rakyat yang kemudian akan menjadi energi rakyat untuk lebih mampu membangun dirinya sendiri (self-empowering) sehingga rakyat mampu meraih nilai tambah ekonomi sekaligus “nilai tambah sosial”. Dalam melakukan pemberdayaan ekonomi terhadap masyarakat hendaknya para pengembang mampu untuk berupaya memperbaiki sistem ekonomi masyarakat yang telah ada. Agar dapat berfungsi secara efektif dalam membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dalam hal ini komunitas perempuan memiliki berbagai program yang dapat membantu masyarakat untuk keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan. Misalnya melalui program arisan pesta, arisan anggota, koperasi simpan pinjam (credit union).

Komunitas perempuan juga bukan merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki berbagai macam aktifitas maupun program-program pemberdayaan serta menjunjung tinggi kesetaraan gender. Organisasi Bitra Indonesia juga merupakan salah satu organisasi yang berpihak kepada masyarakat miskin, lemah, kurang mampu, serta kurang beruntung. Sejak tahun 1986, BITRA Indonesia sudah mulai melaksanakan kegiatan-kegiatan pengembangan sumber daya manusia pedesaan di Sumatera Utara terutama di Kabupaten Deli Serdang. BITRA Indonesia memiliki visi dan misi untuk mewujudkan kesadaran kritis masyarakat yang terorganisir dalam bidang sosial, ekonomi dan politik yang demokratis, berkeadilan gender, berwawasan lingkungan dan menghargai pluralitas.

(14)

Menurut Listiani, dkk, (2002:7-10). Organisasi ini mengelola berbagai program pemberdayaan yang terdiri dari empat program umum, meliputi program Advokasi yang memfasilitasi berbagai kasus yang ada di masyarakat, program Usaha Kecil dan Mikro (SMEs) yang memfasilitasi usaha kecil mikro, program Mikro Kredit guna memfasilitasi kredit untuk individu, program Mahasiswa Marginal dikhususkan bagi mahasiswa yang kuliah sambil berusaha, program Kredit Tanggung Renteng yang diperuntukkan bagi kelompok usaha kecil mikro, program pertanian guna memfasilitasi para petani dalam hal pengadaan peralatan pertanian. Organisasi ini juga memiliki kelompok dampingan yang tinggal di pedesaan dan jumlahnya lebih banyak menyebar di Deli Serdang dan Langkat.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam bentuk yang sederhana sentrifus terdiri dari sebuah rotor de ngan lubang- lubang untuk meletakkan wadah/tabung yang berisi cairan dan sebuah motor atau alat lain yang

perubahan-perubahan dengan mengetahui informasi dari pengakuan konsumen perihal kualitas produk, harga, promosi dan kinerja, sehingga diharapkan kepuasan pelanggan akan terus

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa suhu air yang paling baik bagi sintasan dan pertumbuhan benih ikan betutu yang dipelihara dengan sistem resirkulasi adalah kondisi suhu

Dan dari keterangan pada bab sebelumnya dapat dianalisis bahwasanya dengan deposito mudharabah yang ada di Bank Syariah Mandiri Cabang Semarang ini dapat memberikan

Famili yang paling banyak ditemukan pada lokasi penelitian yaitu Hypnaceae sebanyak enam jenis, diikuti Polytrichaceae , Dicranaceae , sebanyak lima jenis,

Pictogram has some advantages in the daily activity according to Ismagilova. Pictograms are the more quickly and accurately interpreted than words. By using

Hortimart Agro Center yang terletak pada lahan 25 hektar,merupakan perkebunan yang menyuplai sayuran organik yang salah satu nya adalah sawi sendok Hortimart Agro

Tujuan dari penelitian ini adalah menemukan elektroda yang tepat digunakan untuk proses pengelasan kaki pulsator agar hasil lasan tersebut dapat memberikan