• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN SOPPENG"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

1

BAB II

GAMBARAN UMUM

KABUPATEN SOPPENG

2.1. BATAS ADMINISTRATIF

Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang secara administratif dibagi menjadi 8 kecamatan, 21 kelurahan, 49 desa, 39 Lingkungan, 124 Dusun, 438 Rukun Kampung, dan 1.163 Rukun Tetangga dengan batas wilayah :

a. Sebelah Utara : Kabupaten Sidenreng Rappang dan Kabupaten Wajo b. Sebelah Timur : Kebupaten Wajo dan Kabupaten Bone

c. Sebelah Selatan : Kabupaten Bone d. Sebelah Barat : Kabupaten Barru

Gambar 2.1

(2)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

2

KECAMATAN LUAS (km2) PERSE NTASE (%) BANYAKNYA DESA/KELURAHAN DESA KELURAHAN JUMLAH

Marioriwawo 300 20.00 11 2 13 Lalabata 278 18.50 3 7 10 Liliriaja 96 6.40 5 3 8 Ganra 57 3.80 4 - 4 Citta 40 2.70 4 - 4 Lilirilau 187 12.50 8 4 12 Donri-donri 222 14.80 9 - 9 Marioriawa 320 21.30 5 5 10 JUMLAH 1500 100 49 21 70 Tabel 2.1

Luas daerah dan pembagian daerah administrasi Kab. Soppeng

Sumber: Buku Soppeng Dalam Angka tahun 2011

Gambar 2.2

(3)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

3

2.2. KONDISI DEMOGRAFIS

Penduduk Kabupaten Soppeng pada tahun 2011 tercatat sebanyak 223.826 jiwa yang terdiri dari laki-laki 105.436 jiwa dan perempuan 118.390 jiwa. Penduduk tersebut tersebar diseluruh desa/kelurahan dalam wilayah Kabupaten Soppeng dengan kepadatan 149 jiwa/km2. Kecamatan terpadat adalah Kecamatan Liliriaja yaitu sekitar 280 jiwa/km2 dan yang terjarang penduduknya adalah Kecamatan Marioriawa sekitar 87 jiwa/km2.

Dilihat dari perkembangan jumlah penduduk dalam kurun waktu 5 (lima) tahun terakhir yaitu periode 2007-2011 terdapat penurunan jumlah penduduk sebesar 1.54 %. Pada tahun 2007 berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik Kabupaten Soppeng jumlah penduduk yang tercatat sebanyak 227.273 jiwa Penduduk Kabupaten Soppeng yang terdiri dari laki-laki 106.923 jiwa dan perempuan 120.350 jiwa. Penurunan tersebut disebabkan disamping berhasilnya program pemerintah dalam menekan angka kelahiran juga disebabkan oleh semakin meningkatnya kualitas pendidikan di Kabupaten Soppeng yang mengakibatkan terjadinya perpindahan penduduk dalam pencarian kapangan pekerjaan di daerah lain

(4)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

4

KECAMATAN LUAS (km2) JUMLAH PENDUDUK KEPADATAN PENDUDUK PER KM2 Marioriwawo 300 44.310 147 Lalabata 278 44.269 159 Liliriaja 96 26.964 280 Ganra 57 11.301 198 Citta 40 7.999 199 Lilirilau 187 38.202 204 Donri-donri 222 22.920 103 Marioriawa 320 27.861 87 JUMLAH 2011 1500 223.826 149 2010 1500 230.774 154 2009 1500 229.502 153 2008 1500 228.181 152 2007 1500 227.273 151

Sumber: Buku Soppeng Dalam Angka tahun 2011

Tabel 2.2

Jumlah Penduduk perkecamatan dan rata-rata kepadatannya

Gambar 2.4

(5)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

5

KECAMATAN

JENIS KELAMIN RATIO JENIS

KELAMIN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH

Marioriwawo 20.701 23.609 44.310 87 Lalabata 21.287 22.982 44.269 92 Liliriaja 12.659 14.305 26.964 88 Ganra 5.190 6.111 11.301 84 Citta 3.615 4.384 7.999 82 Lilirilau 17.952 20.250 38.202 88 Donri-donri 10.700 12.220 22.920 87 Marioriawa 13.332 14.529 27.861 91 JUMLAH 2011 105.436 118.390 223.829 89 2010 108.115 122.629 230.744 88 2009 106.806 122.696 229.502 87 2008 107.350 120.831 228.181 89 2007 106.923 120.350 227.273 89 KECAMATAN TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 Marioriwawo 44.959 45.138 45.402 45.646 44.310 Lalabata 42.229 42.398 42.636 42.865 44.269 Liliriaja 35.787 26.773 26.931 27.074 26.964 Ganra 11.604 11.650 11.721 11.800 11.301 Citta - 9.157 9.211 9.259 7.999 Lilirilau 40.138 40.298 40.531 40.748 38.202 Donri-donri 24.441 24.540 24.682 24.813 22.920 Marioriawa 28.115 28.227 28.388 28.539 27.861 JUMLAH 227.273 228.181 229.502 230.744 223.826

Sumber: Buku Soppeng Dalam Angka tahun 2011

Tabel 2.3

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Ratio Jenis Kelamin

Sumber: Buku Soppeng Dalam Angka tahun 2011

Tabel 2.4

(6)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

6

Gambar 2.5

Peta Daerah Aliran Sungai Kabupaten Soppeng

2.3. KONDISI GEOGRAFIS DANTOPOGRAFI

Kabupaten Soppeng merupakan salah satu bagian dari Provinsi Sulawesi Selatan yang terletak antara 40 06’ Lintang Selatan dan 40 32’ Lintang Selatan dan antara 1190 47’ 18” Bujur Timur dan 1200

06’ 13” Bujur Timur. Letak Kabupaten Soppeng di depresiasi Sungai Walanae yang terdiri dari daratan dan perbukitan. Dengan luas daratan 700 km2 berada pada ketinggian rata-rata kurang lebih

60 m di atas permukaan laut. Perbukitan yang luasnya 800 km2 berada pada ketinggian rata-rata 200

m di atas permukaan laut. Ibukota kabupaten Soppeng yaitu Kota Watansoppeng berada pada ketinggian 120 m di atas permukaan laut. Gunung yang tertinggi yang di dalam wilayah Kabupaten Soppeng yaitu gunung Nene Conang dengan ketinggian 1.463 m. Puluhan sungai-sungai yang terletak di Kabupaten Soppeng yang cukup banyak berpotensi untuk mengairi tanah-tanah pertanian di sekitarnya. Sungai-sungai tersebut antara lain :

Sungai Langkemme, berhulu di Gunung Lapacu bermuara di Sungai walannae, sungai tersebut melalui Dusun Umpungeng, Dusun Langkemme, Dusun Cenranae, dusun Soga ke Sungai Walannae.

Jenis-jenis tanah yang terdapat di Kabupaten Soppeng antara lain Litosol, Gromusol, Mediteran Coklat, Regusol, Alluvial, Litosol Coklat Tua; dengan variasi penyebaran jenis tanah pada setiap kecamatan.

(7)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

7

Gambar 2.6

Peta Tata Guna Tanah di Kabupaten Soppeng

No. NAMA DAS LUAS (Ha) DEBIT (m3/det)

Maksimum Minimum 1 Walanae 25.568,67 110 80.5 2 Batu-batu 13.018,42 30 22 3 Pising 6,68 1,3 0,9 4 Kiru-kiru 855,63 2,5 0,5 5 Padangang 18.654,92 43 35 6 Lawo 14.188,03 56 40 7 Mario-Walanae 12.206,59 51 32 8 Malanroe 18.236,49 1,5 0,5 9 Langkemme 8.071,69 50 30

Daerah Aliran Sunga (DAS) di Wilayah Kabupaten Soppeng

(8)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

8

2.4. KEUANGAN DAN PEREKONOMIAN DAERAH

2.4.1 Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pendapatan Daerah merupakan seluruh penerimaan yang berasal dari daerah itu sendiri dan alokasi dari pemerintah pusat sebagai hak pemerintah daerah yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

2.4.1.1 Pendapatan Asli Daerah.

Salah satu sumber pendapatan daerah adalah Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah. Dalam kurun waktu 2007-2010, PAD mengalami kenaikan rata-rata 4,64 persen per tahun dan mengalami peningkatan sangat signifikan tahun 2011 yang mencapai 30.3 %. Retribusi daerah masih merupakan penyumbang terbesar terhadap PAD dengan kontribusi yang mencapai rata-rata 49,75 persen selama periode 2007-2011 dan bertumbuh rata-rata 17,62 persen per tahun.

2.4.1.2 Dana Perimbangan

Pendapatan daerah yang berasal dari Dana Perimbangan sangat tergantung dari kebijakan pemerintah pusat. Dalam kurun waktu 2007-2010 pendapatan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan mengalami kenaikan rata-rata 3,01 persen dan meningkat sebesar 12,7 % tahun 2011. Meskipun pertumbuhannya lebih lambat dibandingkan dengan PAD, namun kontribusinya terhadap total pendapatan daerah jauh lebih besar dibandingkan dengan PAD. Kontribusi Dana Perimbangan mencapai angka rata-rata 86,34 persen per tahun selama lima tahun terakhir, sementara PAD hanya penyumbang sebesar 4,07 persen, selebihnya bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah.

Gambar 2.7

(9)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

9

2.4.1.3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah

Pendapatan daerah yang bersumber dari Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah terdiri atas Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya, Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus, dan Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya. Realisasi pendapatan dari Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah dalam kurun waktu 2006-2011 menunjukkan kenaikan yang signifikan, dengan rata-rata kenaikan mencapai 113,9 %.

2.4.2 Pengelolaan Belanja Daerah

Belanja daerah sebagai salah satu instrumen penting dalam mewujudkan visi misi yang telah ditetapkan oleh pemerintah, olehnya itu tentu saja kebijakan yang terkait dengan pengelolaan belanja daerah diarahkan pada upaya pemenuhan pelaksanaan kebijakan strategis dan program-program prioritas yang menunjang pencapaian visi, misi dan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.

2.4.2.1 Belanja Tidak Langsung

Belanja tidak langsung diarahkan pada upaya pemenuhan belanja pegawai, belanja bunga, belanja hibah, belanja bantuan sosial, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa, belanja bantuan Keuangan kepada Provinsi/ Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa dan belanja tidak terduga. Rata-rata pertumbuhan realisasi belanja tidak langsung kurun waktu 2007-2011, menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan yakni 11,50 persen.

2.4.2.2 Belanja Langsung

Komposisi belanja langsung yang terdiri dari belanja pegawai, belanja barang dan jasa dan belanja modal yaitu belanja yang diperuntukkan bagi pelaksanaan program-program pembangunan dan mencerminkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi SKPD lingkup pemerintah Kabupaten Soppeng. Tabel 3.2 diatas menunjukkan rata-rata pertumbuhan realisasi belanja langsung dari 2007 s/d 2011 mengalami pertumbuhan yang negatif dengan rincian untuk belanja pegawai dengan rata-rata pertumbuhan realisasi 6,94 persen, untuk belanja barang dan jasa dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,07 persen sedangkan pada belanja modal turun rata-rata 8,52 persen.

(10)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

10

NO. ANGGARAN 2006 2007 2008 2009 2010 2011

A Pendapatan

1 Pendapatan asli daerah

(PAD) 11,266,106,312 15,821,801,661 17,460,780,983 16,104,247,623 16,531,437,645 21,551,766,287 2 Dana Perimbangan 325,463,397,877 364,303,221,066 392,132,343,171 401,071,742,260 397,522,593,650 448,094,072,116 3 Lain-lain pendapatan yang sah 5,389,408,621 8,358,266,957 38,657,223,368 51,633,764,936 90,618,295,232 129,677,629,811 Jumlah Pendapatan 342,118,912,810 388,483,289,684 448,250,347,522 468,809,754,819 504,672,326,527 599,323,468,214 B Belanja

1 Belanja Tidak Langsung 203,994,054,595 178,505,541,850 246,185,947,840 276,687,811,369 335,503,653,462 365,245,404,957

2 Belanja Langsung 116,934,840,863 185,901,920,707 218,156,302,426 226,990,251,654 159,354,010,744 209,075,848,225

Jumlah Belanja 320,928,895,458 364,407,462,557 464,342,250,266 503,678,063,023 494,857,664,206 574,321,253,182

Surplus/Defisit

Anggaran 21,190,017,352 24,075,827,127 (16,091,902,744) (34,868,308,204) 9,814,662,321 25,002,215,032

2.4.3 Pengalokasian Anggaran Sanitasi

Pengalokasian anggaran untuk kegiatan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan dasar sanitasi yang terdiri dari drainase, pengelolaan limbah dan persampahan di Kabupaten Soppeng selama 5 tahun terakhir memiliki proporsi yang hanya bekisar di 1,24 %. Tahun 2007, proposi anggaran sanitasi terhadap belanja total di Kabupaten Soppeng hanya berkisar di angka 1,55 %. Begitu pula di tahun 2008 hanya berkisar pada angka 1,26 %. Pada tahun 2009, proporsinya menurun di angka 0,94 % . Proporsi tersebut sangat menurun di Tahun 2010 yang hanya mencapai 0.46 % dari total belanja dengan pengalokasian anggaran terbesar di dinas PU sebesar 61,2 % dari total penganggaran sanitasi di tahun 2010. Proporsi tersebut meningkat di tahun 2011 dengan capaian 1,98 % dari total belanja dan ini adalah persentase tertinggi dari proporsi belanja sanitasi terhadap belanja total. Peningkatan tersebut diakibatkan adanya pembangunan peningkatan sarana TPA dan juga pembangunan IPAL pada Rumah Sakit Kabupaten Soppeng.

Tabel 2.6

Ringkasan Realisasi APBD 6 Tahun Terakhir

(11)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

11

NO SUBSEKTOR/SKPD TAHUN 2007 2008 2009 2010 2011 A AIR LIMBAH 1 PU 808,725,000 965,030,000 1,405,720,000 2 Lingkungan Hidup 166,827,000 455,757,500 62,880,000 136,620,000 263,847,000 3 Kebersihan 570,820,000 225,000,000 165,000,000 165,000,000 4 Dinas Kesehatan 1,648,907,700 B PERSAMPAHAN 1 PU 881,720,000 546,500,000 250,000,000 4,533,900,000 2 Lingkungan Hidup 45,252,000 12,978,000 59,700,000 3 Kebersihan 1,518,030,000 1,102,030,000 449,100,000 1,587,951,000 C DRAINASE 1 PU 4,464,731,900 2,602,910,000 2,137,216,572 438,417,750 1,631,092,400 D ASPEK PHBS (pelatihan, sosialisasi, pendampingan, komunikasi) 1 PU 2 Dinas Kesehatan 117,256,000 148,649,500 114,602,150 128,947,200 78,835,000 3 BPMD 4 Humas SETDA 5 Bappeda

TOTAL BELANJA MODAL

SANITASI 5,630,534,900 5,842,667,000 4,745,705,722 2,296,092,950 11,374,953,100

TOTAL BELANJA MODAL SANITASI DARI APBD MURNI (bukan pendamping)

4,340,471,000 4,801,614,091 3,585,955,723 1,418,792,953 3,710,747,700

TOTAL BELANJA APBD

364,407,462,557 464,342,250,266 503,678,063,023 494,857,664,206 574,321,253,182

PROPORSI BELANJA MODAL SANITASI TERHADAP BELANJA TOTAL (%)

1.55 1.26 0.94 0.46 1.98

JUMLAH PENDUDUK

228,181 229,502 230,744 223,825 226,079

BELANJA MODAL SANITASI PER

PENDUDUK (Rp) 24,675.74 25,458.02 20,566.97 10,258.43 50,314.06

Ringkasan Anggaran Sanitasi dan Belanja Modal Sanitasi per Penduduk 6 Tahun Terakhir

(12)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

12

SKPD APBD II (Rp) APBD I (Rp) DAK (Rp) APBN (Rp)

PU 3,498,238,000.00 100,000,000.00 1,290,063,900.00 KLH 166,827,000.00 DINKES 117,256,000.00 DKP 458,150,000.00 SUBSEKTOR NILAI (Rp) DRAINASE 4,464,731,900.00 AIR LIMBAH 378,612,000.00 PERSAMPAHAN 669,935,000.00 PROMOSI PHBS 117,256,000.00

SKPD APBD II (Rp) APBD I (Rp) DAK (Rp) APBN (Rp) PU 2,201,022,091.00 248,500,000.00 474,090,910.00 225,797,000.00 KLH 114,592,500.00 341,165,000.00 DINKES 148,649,500.00 DKP 2,088,850,000.00 SUBSEKTOR NILAI (Rp) DRAINASE 2,602,910,000.00 AIR LIMBAH 1,051,577,500.00 PERSAMPAHAN 2,039,530,001.00 PROMOSI PHBS 148,649,500.00

SKPD APBD II (Rp) APBD I (Rp) DAK (Rp) APBN (Rp) PU 1,888,696,573.00 147,495,000.00 689,749,999.00 470,000,000.00 KLH 108,132,000.00 DINKES 114,602,150.00 DKP 1,327,030,000.00 SUBSEKTOR NILAI (Rp) DRAINASE 2,137,216,572.00 AIR LIMBAH 1,121,605,000.00 PERSAMPAHAN 1,372,282,000.00 PROMOSI PHBS 114,602,150.00 Tabel 2.8

Anggaran Belanja Modal Sanitasi Tahun 2007

Tabel 2.9

Anggaran Belanja Modal Sanitasi Tahun 2008

Tabel 2.10

(13)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

13

SKPD APBD II (Rp) APBD I (Rp) DAK (Rp) APBN (Rp)

PU 526,147,753.00 877,299,997.00 KLH 149,598,000.00 DINKES 128,947,200.00 DKP 614,100,000.00 SUBSEKTOR NILAI (Rp) DRAINASE 438,417,750.00 AIR LIMBAH 1,271,670,000.00 PERSAMPAHAN 427,078,000.00 PROMOSI PHBS 158,927,200.00

SKPD APBD II (Rp) APBD I (Rp) DAK (Rp) APBN (Rp)

PU 1,202,844,000.00 270,800,000.00 1,155,200,000.00 4,941,868,400.00 KLH 255,417,000.00 68,130,000.00 DINKES 228,735,700.00 1,499,007,000.00 DKP 1,752,951,000.00 SUBSEKTOR NILAI (Rp) DRAINASE 1,631,092,400.00 AIR LIMBAH 3,518,474,700.00 PERSAMPAHAN 6,146,551,000.00 PROMOSI PHBS 78,835,000.00

Anggaran Belanja Modal Sanitasi Tahun 2010

Tabel 2.12

(14)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

14

2.4.4 Pengelolaan Keuangan Daerah

Peningkatan efektifitas pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Soppeng adalah sebuah tuntutan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah dirumuskan dalam periode 2011-2015. Pengelolaan keuangan daerah yang dimaksud meliputi pengelolaan pendapatan, pengelolaan belanja dan pengelolaan penerimaan. Untuk menghasilkan pengelolaan keuangan yang lebih efisien dan efektif terutama terkait dengan proyeksi peningkatan pendapatan daerah, belanja pemerintah, dan defisit anggaran yang tidak melampaui ambang batas sesuai dengan peraturan yang ada. Penetapan asumsi-asumsi yang mendasari rencana pengelolaan keuangan daerah menjadi prasyarat yang harus dipenuhi.

Kondisi pengelolaan keuangan daerah selama periode 2006-2011 ditunjukkan pada Tabel 2.8. Kondisi dimaksud sekaligus juga menjadi angka berbagai indikator ekonomi makro daerah dan pokok-pokok kebijakan fiskal Kabupaten Soppeng.

NO. ANGGARAN 2006 2007 2008 2009 2010 2011

1

PDRB Harga Konstan

(dalam juta rupiah) 953,606.76 1,004,853.08 1,082,806.02 1,156,498.05 1,207,984.42

1,304,050.64

(angka sementara)

2

Pendapatan Perkapita Penduduk

Kabupaten 6,131,382 6,972,591 8,718,841 10,359,683 12,189,646 14,195,790

(angka sementara)

3 Upah Minimum Regional Kab. (Rp./bulan) 612,200 672,300 740,520 905,000 1,000,000 1,100,000

4 Inflasi (%) baru dihitung oleh BPS pada tahun 2012

5 Pertumbuhan Ekonomi (%) 6.63 5.37 7.76 6.81 4.45

7.95

(angka sementara)

Tabel 2.13

Data Perekonomian Umum Daerah 6 Tahun Terakhir

(15)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

15

TAHUN INDEKS KEMAMPUAN FISKAL/RUANG FISKAL DAERAH (IRFD)

2006 10,875,973.09 2007 16,933,689.34 2008 7,893,140.61 2009 8,426,401.03 2010 7,260,458.07 2011 10,403,469.48

Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Soppeng bertumbuh pada kisaran di atas 4 - 7 persen per tahun selama 6 tahun terakhir. Proyeksi pertumbuhan ekonomi tercapai melalui dua sisi, yaitu sisi penawaran (supply side) dan sisi permintaan (demand side). Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomidicapai melalui peningkatan sektor keuangan, sektor bangunan dan konstruksi, sektor perdagangan, sektor listrik, gas dan air bersih, dan sektor pertambangan dan penggalian. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi bersumber dari peningkatan investasi pemerintah khususnya di bidang infrastruktur, pembentukan modal domestik bruto, dan konsumsi masyarakat.

2.5. TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN

RTRW Kabupaten Soppeng disusun dengan memperhatikan dinamika pembangunan yang berkembang antara lain tantangan globalisasi, otonomi dan aspirasi daerah, keseimbangan perkembangan antar kabupaten, kondisi fisik wilayah kabupaten yang rentan terhadap bencana alam di wilayah Kabupaten, dampak pemanasan global, dan peran teknologi dalam memanfaatkan ruang. Untuk mengantisipasi dinamika pembangunan tersebut, upaya pembangunan Kabupaten juga harus ditingkatkan melalui perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pemanfaatan ruang yang lebih baik agar seluruh pikiran dan sumber daya dapat diarahkan berhasil guna dan berdaya guna. RTRW Kabupaten Soppeng memadukan, menyerasikan tata guna tanah, tata guna udara, tata guna air, dan tata guna sumber daya alam lainnya dalam satu kesatuan tata lingkungan yang harmonis dan dinamis serta ditunjang oleh pengelolaan perkembangan kependudukan yang serasi dan disusun melalui pendekatan wilayah dengan memperhatikan sifat lingkungan alam dan lingkungan sosial. Untuk itu, penyusunan RTRW Kabupaten Soppeng ini didasarkan pada upaya untuk mewujudkan tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten, antara lain meliputi perwujudan ruang wilayah Kabupaten yang aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan serta perwujudan keseimbangan dan keserasian perkembangan antar wilayah, yang diterjemahkan dalam kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang dan pola ruang wilayah Kabupaten. Struktur ruang wilayah Kabupaten mencakup sistem pusat perkotaan Kabupaten, sistem jaringan transportasi Kabupaten, sistem jaringan energi Kabupaten, sistem jaringan telekomunikasi Kabupaten, dan

Tabel 2.14

Data Mengenai Ruang Fiskal Kabupaten 6 Tahun Terakhir

(16)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

16

sistem jaringan sumber daya air Kabupaten. Pola ruang wilayah Kabupaten mencakup kawasan lindung dan kawasan budi daya termasuk kawasan andalan dengan sektor unggulan yang prospektif dikembangkan serta kawasan strategis Kabupaten.

Selain rencana pengembangan struktur ruang dan pola ruang, RTRW kabupaten Soppeng ini juga menetapkan kriteria penetapan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan strategis Kabupaten; arahan pemanfaatan ruang yang merupakan indikasi program utama jangka menengah lima tahun; serta arahan pengendalian pemanfaatan ruang yang terdiri atas indikasi arahan, arahan insentif dan disinsentif, dan arahan sanksi.

Adapun Strategi pengembangan kawasan perdesaan dan perkotaan terdiri atas :

a. mengembangkan kawasan perdesaan dan perkotaan dengan mengacu pada karakteristik secara fisik-morfologi dan kegiatan ekonominya;

b. mengembangkan kawasan sesuai dengan potensi wilayah yang dimiliki untuk perdesaan dengan berbasis pada sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan sedangkan untuk perkotaan diarahkan berdasarkan hirarki kekotaan yakni pusat pelayanan, aksebilitas, fasilitas dan pemusatan kegiatan ekonomi wilayah;

c. mendorong kawasan perkotaan dan perdesaan serta pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan lebih efektif dalam mendorong pengembangan wilayah sekitarnya;

Strategi untuk peningkatan akses pelayanan dan pusat pertumbuhan ekonomi wilayah meliputi: a. meningkatkan interkoneksi dan akses pelayanan dengan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi

kawasan wilayah dengan wilayah sekitarnya;

b. mengembangkan pusat pertumbuhan baru di kawasan yang potensil dan belum terlayani oleh pusat pertumbuhan eksisting;

c. membangun dan mengembangkan kawasan agropolitan sebagai andalan pengembangan kawasan perdesaan; serta

d. membangun, mengembangkan dan mengintegrasikan jalur kawasan tujuan pariwisata dan daya tarik wisata secara optimal dan sinergi dengan perkembangan wilayah.

Strategi untuk peningkatan kualitas dan kapasitas infrastruktur serta jangkauan pelayanan jaringan prasarana transportasi, energi dan sumber daya air meliputi:

a. meningkatnya kualitas dan kapasitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat;

b. mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi terutama di kawasan yang masih terisolir;

c. meningkatkan jaringan energi dengan lebih menumbuh-kembangkan pemanfaatan sumber daya terbarukan yang ramah lingkungan dalam sistem kemandirian energi area mikro, dibanding pemanfaatan sumber daya yang tak terbarukan.

d. meningkatkan kualitas dan kapasitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumber daya air.

(17)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

17

Peta Pusat Pelayanan Kabupaten Soppeng

Gambar 2.9

(18)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

18

2.6. KONDISI SOSIAL BUDAYA KABUPATEN SOPPENG

Salah satu faktor utama keberhasilan pembangunan di suatu daerah adalah tersedianya sumber daya manusia yang berkualitas. Dimana sumber daya tersebut tercipta melalui tingkat pendidikan yang memadai. Di Kabupaten Soppeng jumlah sarana pendidikan tahun 2011 teerdiri dari SD Negeri sebanyak 255 buah dan swasta 2 buah, SLTP Negeri 31 buah dan swasta7 buah, SMU Negeri 8 buah dan swasta 4 buah, SMK Negeri 5 buah dan swasta 3 buah, MI Negeri 1 buah dan swasta 17 buah, MTs Negeri 1 buah dan swasta 28 buah serta Madrasah Aliyah Negeri 2 buah dan swasta 4 buah. Status pendidikan penduduk umur 5 tahun keatas di Kabupaten Soppeng tahun 2010 terdiri dari tidak pernah bersekolah 11,78% dan bersekolah 22,04% dan tidak bersekolah lagi 66,19%.

KECAMATAN TK SD SLTP SMU SMK MI MTS MA N eger i Sw asta N eger i Sw asta N eger i Sw asta N eger i Sw asta N eger i Sw asta N eger i Sw asta N eger i Sw asta N eger i Sw asta Marioriwawo - 13 51 - 5 1 1 - 1 - - 7 1 6 - - Lalabata 1 13 38 1 5 1 3 2 2 3 - 3 - 3 1 1 Liliriaja 2 7 34 - 4 1 1 1 1 - - - - 5 - 1 Ganra - 3 13 1 1 2 - - - - - 2 - 2 - 1 Citta 2 3 9 - 3 - - - - - - 2 - 3 - 1 Lilirilau - 10 52 - 5 1 1 1 - - - 2 - 3 - - Donri-donri - 8 29 - 3 1 1 - - - - 1 - 3 - - Marioriawa - 3 29 - 5 - 1 - 1 - 1 - - 3 1 - Jumlah 2011 5 60 255 2 31 7 8 4 5 3 1 17 1 28 2 4 2010 2 60 256 2 31 7 8 4 5 3 1 20 1 24 2 4

Kemiskinan merupakan permasalahan bangsa yang mendesak dan memerlukan langkah-langkah dan pendekatan yang sistematis, terpadu dan menyeluruh untuk mengurangi beban dan memenuhi hak-hak dasar warga secara layak dan bermartabat. Berdasarkan data BPS, angka kemiskinan warga Soppeng pada tahun 2008 sebesar 25.600 jiwa (11,22%), dan pada tahun 2009 mengalami

Tabel 2.15

Fasilitas Pendidikan yang tersedia di Kabupaten Soppeng

(19)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

19

penurunan menjadi 22,780 jiwa (9,95%). Penurunan tingkat kemiskinan ini dapat tercapai berkat kerjasama yang baik antara pemerintah, pelaku dunia usaha, dan masyarakat sebagai pilar dari good governance. Pada tataran operasional, pemerintah dan pemerintah daerah telah melakukan berbagai upaya penanggulangan kemiskinan paling tidak dalam 4 tahun terakhir. Terkait dengan data BPS mengenai angka kemiskinan dan berbagai bantuan dan perlindungan social yang dilaksanakan oleh pemerintah, maka pendataan program perlindungan social yang akan dilaksanakan pemerintah pada tahun ini Sangat tepat untuk dapat diperoleh hasil data terpadu rumah tangga dan keluarga sasaran yang akan dipergunakan untuk berbagai program bantuan dan perlindungan sosial yang akan dilaksanakan oleh pemerintah pada tahun 2012-2014.

Kecamatan KK miskin KK miskin KK miskin KK miskin KK miskin Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 SOPPENG 12,497 12,497 12,497 15,440 15,440 Marioriwawo 2,645 2,645 2,645 3,158 3,158 Lalabata 1,460 1,460 1,460 2,714 2,714 Liliriaja 1,512 1,512 1,512 1,840 1,840 Ganra 743 743 743 629 629 Citta 416 416 416 640 640 Lilirilau 1,877 1,877 1,877 2,198 2,198 Donri-Donri 1,921 1,921 1,921 1,879 1,879 Marioriawa 1,922 1,922 1,922 2,382 2,382 Tabel 2.16

Jumlah Penduduk Miskin Perkecamatan di Kabupaten Soppeng

(20)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

20

Kecamatan Rumah Jumlah Rumah Jumlah Rumah Jumlah Rumah Jumlah Rumah Jumlah Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 SOPPENG 55,875 55,927 57,124 60,036 61,713 Marioriwawo 10,552 10,662 11,819 11,885 11,994 Lalabata 10,385 10,385 10,805 10,885 11,376 Liliriaja 6,858 6,858 6,330 6,330 6,929 Ganra 2,746 2,757 2,806 3,365 3,372 Citta 2,211 2,124 2,205 2,205 2,205 Lilirilau 9,764 9,782 9,797 10,438 10,960 Donri-Donri 6,125 6,125 6,128 6,828 6,828 Marioriawa 7,234 7,234 7,234 8,100 8,049

2.7. KELEMBAGAAN PEMERINTAH DAERAH

Dalam hal pelaksanaan program-program yang terkait sanitasi, dari aspek kelembagaan daerah telah dibentuk beberapa Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk mendukung program dimaksud yang terdiri dari 14 Dinas, 6 Badan, 5 kantor, Sekretariat Daerah, Sekretariat DPRD dan 8 kecamatan. Dari lembaga Perangkat Daerah tersebut di dalamnya terdapat lembaga-lembaga yang terkait dengan program sanitasi antara lain:

1) Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

Badan ini merupakan leading sektor dalam setiap pelaskanaan perencanaan pembangunan di daerah dimana dalam pelaskanaan program yang berkaitan dengan sanitasi BAPPEDA merumuskan dan menyusun strategi yang mana menyatukan semua stakeholder terkit sanitasi dan menggabungkan semua kontribusi dari SKPD untuk menyelesaikan masalah sanitasi secara bersama-sama.

Tabel 2.17

Jumlah Rumah Penduduk Perkecamatan di Kabupaten Soppeng

(21)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

21

2) Dinas Pekerjaan Umum

Lembaga ini dibentuk dalam rangka membangun sarana prasarana umum. Pembangunan sarana ini juga termasuk sarana sanitasi seperti bak sampah, pengadaan kontainer sampah, TPA, IPLT, drainase dan lain-lain. Bidang yang bertanggung jawab dalam pembangunan sarana sanitasi adalah bidang keciptakaryaan

3) Dinas Kesehatan

Dians ini dalam program sanitasi berfungsi mewadahi urusan-urusan di bidang kesehatan masyarakat, sehingga dalam upaya peningkatan kesehatan lingkungan dan masyarakat dapat menjadi sarana pendukung bagi terciptanya program-program kesehatan.

4) Dinas Kebersihan

Dinas ini dalam program pengembangan sanitasi terkait dalam pengelolaan alur distribusi sampah dan limbah. Kebijakan mengenai penyaluran persampahan dari rumah-rumah ke TPA, penyedotan lumpur tinja dan kebersihan lingkungan menjadi wewenang SKPD ini.

5) Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa (BPM & PD)

Tak bisa dipungkiri, permasalahan sanitasi juga berkaitan dengan tingkat kesadaran masyarakat dalam penanganannya. Selama ini penanganan masalah sanitasi mengalami permasalahan terutama dama pengoperasionalannya dan pemeliharannya sehingga sarana yang terbangun tidak memiliki aspek keberlanjutan dalam fungsi dan kegunaannya. Perlu keterlibatan masyarakat dalam penuntasan masalah sanitasi dan untuk itu SKPD ini memiliki fungsi yang penting sebagai ujung tombak penguatan pemberdayaan dan kelembagaan masyarakat agar mendukung penyelesaian masalha sanitasi di masyarakat.

6) Kantor Lingkungan Hidup

Dalam penyusunan strategi penanganan permasalahan sanitasi, kondisi lingkungan daerah sangat memegang peran penting. Dampak lingkungan sangat terkait dengan permasalahan sanitasi. Oleh karena itu, keberadaan SKPD yang mengurusi lingkungan berperan penting pula terhadap kebijakan pembangunan sanitasi.

7) Bagian Hubungan Masyarakat SETDA Kab. Soppeng

Aspek komunikasi dan informasi menjadi penting saat permsalahan sanitasi menjadi hal yang tidak populer dimasyarakat. Dimana masalah sanitasi menjadi isu yang tidak penting dan tampak pada hasil usulan musrenbang dari masyarakat yang menempatkan usulan pembangunan sarana sanitasi sebgaia hal yang jarng diusulkan. Untuk itu SKPD ini sangat penting untuk memberikan dan menyebarluaskan informasi kepada masyarakat akan pentingnya arti sanitasi yang baik dan akibat buruk akibat sanitasi buruk.

Selain dari SKPD diatas, ada beberapa juga SKPD yang tekait dengan permasalahan sanitasi diantaranya Dinas Pendidikan yang memiliki kaitan dengan pembangunan sarana sanitai di sekolah-sekolah dan bagaimana menanamkan kpada anak sekolah-sekolah tentang pentingnya masalah sanitasi. Dinas Koperindag yang bisa menjadi penaggungjawab dalam pengembangan sektor industrin dalam pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dan pengembangan usaha yang berkaitan pengelolaan sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis. Tapi melihat dari permasalahan yang terjadi di kabupaten Soppeng, ketujuh SKPD diatas memiliki kaitan langsung dengan permasalahan sanitasi di Kabupaten Soppeng.

(22)

BUKU PUTIH SANITASI KABUPATEN SOPPENG

22

-- - - -- - -- - -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -- -Asisten Administrasi Umum STAF AHLI BUPATI WAKIL BUPATI

Dinas Tanaman Pangan & Holtikultura Dinas Peternakan dan Perikanan Dinas Kehutanan dan Perkebunan

Bagian Perundang-undangan SEKRETARIAT DPRD

SEKRETARIAT DAERAH

Bagian Persidangan, Risalah Bagian Keuangan

DPRD

Bag. Adm. Pembangunan Bag. Adm. Sumber Daya Alam Bag. Adm. Perekonomian

Bag. Hukum dan Perundang-undangan Bag. Organisasi dan Tatalaksana Bag. Keuangan Bag. Umum

Dinas PSDA Tamben Dinas Perhubungan dan Kominfo Dinas Koperindag

Dinas Dukcapil Nakertrans Dinas Kebudayaan & Pariwisata

KANTOR SATPOL PP KANTOR PEL. TERPADU KANTOR PEMBERD. PEREMPUAN & KB DINAS DAERAH

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan & Aset Daerah

LEMBAGA TEKNIS DAERAH

BADAN KESBANG, POLITIK & LINMAS KANTOR PERPUSTAKAAN & ARSIP DAEAH

KANTOR LINGKUNGAN HIDUP BAPPEDA INSPEKTORAT BKD DAERAH BPMD Dikmudora Dinas Kesehatan Dinas PU Kecamatan Kelurahan BP3KP Dinas Sosial

Dinas Kebersihan dan Pertamanan Staf Ahli Bidang

Hukum, Politik dan Pemerintahan Staf Ahli Bidang Sosial dan SDM Staf Ahli Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pembangunan

Bag. Adm. Pemerintahan Umum Bag. Adm. Kesejah- teraan Rakyat Bag. Adm. Kemasyarakatan Bag. Humas dan Protokol Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Asisten Perekonomian dan Pembangunan

Gambar 2.8

Struktur Organisasi Pemerintah Kabupaten Soppeng

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, sumber daya juga menjadi salah satu faktor utama penghambat dalam perencanaan pembangunan peternakan, dimana ini merupakan salah satu kekuatan ekonomi

Untuk itu perlu adanya peningkatan sumber daya manusia bagi Satuan Polisi Pamong Praja Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

Selain itu, Menurut Armstrong dan Taylor (2015), tujuan manajemen sumber daya manusia adalah untuk mendukung organisasi mencapai tujuannya dengan menerapkan strategi sumber

Kabupeten Kebumen yaitu: (1) sumber daya manusia sebagai faktor pendorong, dibuktikan dengan tersedianya jumlah sumber daya manusia yang mencukupi, sumber daya

Untuk menjadi sebuah perusahaan percetakan yang berkualitas, diperlukan sumber daya manusia yang sanggup bekerja secara profesional dan memiliki komitmen yang

A .Sumber Daya Manusia (SDM)Sumber daya manusia adalah salah satu faktor penentu yang sangaterat hubungannya dengan mesin bubut, dimana SDM yang berkualitas akanlebih

Wilayah Desa Nambangan memiliki jumlah tamatan SLTA sebanyak 748 orang.Pendidikan merupakan salah satu modal utama dalam pembangunan, sangat sulit rasanya untuk

Salah satu faktor penting dalam suatu proses pembangunan ekonomi di suatu negara adalah pada modal manusianya (human capital), dengan kualitas sumber daya manusia yang