commit to user
PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DIPANDU DENGAN ANIMASI DAN KOMIK DITINJAU
DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sains
Minat Utama Pendidikan Fisika
Oleh:
Ana Yuniasti Retno Wulandari S831102005
PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DIPANDU DENGAN ANIMASI DAN KOMIK DITINJAU
DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS Oleh:
ANA YUNIASTI RETNO WULANDARI S831102005
Komisi
Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal
Pembimbing I : Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001 ... ...
Pembimbing II : Dr. H. Sarwanto, M.Si. NIP. 19690901 199403 1 002
... ...
Telah dinyatakan memenuhi syarat pada tanggal ...2013
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Sains Program Pascasarjana,
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
commit to user
iii
LEMBAR PENGESAHAN
PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DIPANDU DENGAN ANIMASI DAN KOMIK DITINJAU
DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA
(Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012)
TESIS Oleh:
ANA YUNIASTI RETNO WULANDARI S831102005
Komisi
Pembimbing Nama Tanda Tangan Tanggal
Ketua Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
... ...
Sekretaris Dra. Suparmi, M.A., Ph.D. NIP. 19520915 197603 1 001
... ...
Anggota Penguji
Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd.
NIP. 19520116 198003 1 001 ... ... Dr. H. Sarwanto, M.Si.
NIP. 19690901 199403 1 002
... ...
Telah dipertahankan di depan penguji Dinyatakan telah memenuhi syarat
pada tanggal ...2013
Direktur Program Pascasarjana,
Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S. NIP. 19610717 198601 1 001
Ketua Program Studi Pendidikan Sains,
Dr. M. Masykuri, M.Si. NIP. 19681124 199403 1 001
commit to user
iv
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS
Yang menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis yang berjudul: “PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DIPANDU DENGAN ANIMASI DAN KOMIK DITINJAU DARI KEMAMPUAN VERBAL DAN GAYA BELAJAR SISWA (Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012)” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas dari plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta daftar pustaka. Apabila di kemudian hari terbukti terdaapt plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permendiknas No. 17 Tahun 2010)
2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan PPs UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Prodi Pendidikan Sains PPs-UNS. Apabila saya melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia mendapakan sanksi akademik yang berlaku.
Surakarta, 22 Januari 2013 Yang Membuat Pernyataan,
Ana Yuniasti Retno Wulandari S831102005
commit to user
v MOTTO
1. “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari satu urusan, kerjakan dengan sungguh-sungguh urusan yang lain”. (Q.S. Al Insyirah: 5-7)
2. “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain”. (Rosululloh SAW)
3. “Senyuman adalah kunci kebahagiaan. Cinta adalah pintunya; gembira adalah tamannya; iman adalah cahayanya; dan rasa aman adalah dindingnya”. (Laa Tahzan)
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Tesis ini dipersembahkan kepada:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang selalu melimpahkan doa dan kasih sayang.
2. Adikku Bella dan Tyas yang selalu memberiku semangat.
3. Sahabat-sahabatku yang selalu ada di sampingku. 4. Teman-teman SD Birrul Walidain Muhammadiyah
Sragen
5. Teman seperjuangan 6. Almamater
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini untuk memenuhi sebagian dari persyaratan guna mendapatkan gelar Magister Pendidikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan Tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., selaku pembimbing I terima kasih atas bimbingannya dalam menyelesaikan Tesis ini.
4. Dr. H. Sarwanto, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta dan sekaligus selaku pembimbing II, terima kasih atas bimbingannya dalam menyelesaikan Tesis ini.
5. Drs. H. Literzet Sobri, M.Pd., selaku validator ahli instrumen, terima kasih atas waktu, kesempatan, dan kerjasamanya.
6. Bapak Sutanto Widayat, S.Pd., selaku Kepala SMP Negeri 2 Kartasura yang telah mengijinkan penulis untuk mengadakan penelitian.
commit to user
viii
7. Ibu Mulyati, S.Pd., selaku guru mata pelajaran Fisika SMP Negeri 2 Kartasura yang telah memberikan waktu mengajar kepada penulis untuk mengadakan penelitian.
8. Siswa kelas VIII SMP N 2 Kartasura, terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya.
9. Bapak dan Ibu yang telah memberikan do’a restu, kasih sayang, dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis ini.
10. Adik-adikku yang selalu mendukung, memberi kasih sayang, semangat, dan warna dalam kehidupanku.
11. Sahabat-sahabat terbaikku yang selalu bersamaku.
12. Teman seperjuangan di Pendidikan Sains Minat Utama Fisika UNS.
Semoga amal baik semua pihak tersebut mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam Tesis ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan demi sempurnanya Tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Tesis ini bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan. Amin.
Surakarta, 22 Januari 2013
commit to user
ix
Ana Yuniasti Retno Wulandari. 2013. Pembelajaran IPA Menggunakan Metode Eksperimen Dipandu dengan Animasi dan Komik Ditinjau dari Kemampuan Verbal dan Gaya Belajar Siswa (Materi Pemantulan Cahaya Kelas VIII Semester 2 SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Pelajaran 2011/2012). TESIS. Pembimbing I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., II: Dr. Sarwanto, M.Si. Program Studi Pendidikan Sains, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
ABSTRAK
Pembelajaran IPA meliputi tiga hal yaitu produk, proses, dan sikap ilmiah. Namun, dewasa ini pembelajaran IPA belum mencakup tiga hal tersebut dan belum melibatkan siswa secara aktif dalam perolehan konsep IPA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik, kemampuan verbal, dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar IPA siswa.
Penelitian menggunakan metode kuasi eksperimen dan dilaksanakan di SMP N 2 Kartasura. Populasi semua siswa kelas VIII Tahun Ajaran 2011/2012 terdiri dari 7 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan cluster random sampling. Sampel penelitian sebanyak 4 kelas, yaitu kelas VIII A dan VIII C sebagai kelas eksperimen I mendapat perlakuan pembelajaran IPA dipandu dengan animasi dan kelas VIII E dan VIII F sebagai kelas eksperimen II mendapat perlakuan pembelajaran IPA dipandu dengan komik. Pengumpulan data menggunakan teknik angket untuk gaya belajar, teknik tes untuk prestasi belajar kognitif dan kemampuan verbal serta teknik observasi untuk prestasi belajar afektif dan psikomotorik. Teknik analisis data menggunakan anava tiga jalan dengan desain faktorial 2x2x3, dilanjutkan dengan uji lanjut metode Scheffe.
Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan: (1) ada pengaruh pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif, namun tidak ada pengaruh pada aspek afektif dan psikomotorik; (2) ada pengaruh kemampuan verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa; (3) tidak ada pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa; (4) tidak ada interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik dan kemampuan verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan psikomotorik, namun ada interaksi pada aspek afektif; (5) tidak ada interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa; (6) ada interaksi antara kemampuan verbal dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan afektif, namun tidak ada interaksi pada aspek psikomotorik; (7) tidak ada interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik, kemampuan verbal, dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa pada aspek kognitif dan psikomotorik siswa, namun ada interaksi pada aspek afektif.
.
Kata kunci : metode eksperimen, animasi, komik, kemampuan verbal, gaya belajar
commit to user
x
Ana Yuniasti Retno Wulandari. 2013. Science Learning by Using Experimental Method Through Animation and Comics Over Viewed from Students’ Verbal Skill and Learning Style (Reflection of Light Topic 8th Grade Semester II SMP N 2 Kartasura Academic Year 2011/2012). A THESIS. Advisor I: Prof. Dr. H. Widha Sunarno, M.Pd., II: Dr. Sarwanto, M.Si. Science Education, Postgraduate Program of Sebelas Maret University.
ABSTRACT
Science learning involves three aspects: products, processes/scientific method, and scientific attitude. However, this science learning does not include these three aspects nowadays and not involved students actively in the acquisition of science concepts. The aims of the research were to know the effect of science learning by using experimental method through animation and comics, verbal skill, and students’ learning style and their interaction toward students’ achievement in science.
The research used a quasi experimental method and was conducted at SMPN 2 Kartasura. The population was all students in eigth grade of SMPN 2 Kartasura in the academic year of 2011/2012, which consists of 7 classes. The employed sampling technique was cluster random sampling. The sampling consists of 4 classes, VIII A and VIII C as the experimental class I getting treatment science learning through animation and VIII E and VIII F as the experimental class II getting treatment science learning through comics. Technique of collecting data used questionnaire for students’ learning style, test for students’ cognitive achievement and verbal skill, observation for students’ affective and psychomotoric achievement. Technique of analyzing data used Anova with 2x2x3 factor design, followed by Scheffe method.
The result of the research showed that: (1) there was an effect of science learning by using experimental method through animation and comics toward students’ achievement on cognitive domain but there was no effect on affective and psychomotoric ones; (2) there was an effect of students’ verbal skill toward students’ achievement; (3) there was no effect of students’ learning style toward students’ achievement; (4) there was no interaction between science learning by using experimental method through animation and comics and verbal skill toward students’ achievement on cognitive and psychomotoric domain but there was interaction on affective one; (5) there was no interaction between science learning by using experimental method through animation and comics and students’ learning style toward students’ achievement; (6) there was interaction between students’ verbal skill and learning style toward students’ achievement on cognitive and affective domain but there was no interaction on psychomotoric one; (7) there was no interaction among science learning by using experimental method through animation and comics, students’ verbal skill, and learning style toward students’ achievement on cognitive and psychomotoric domain but there was interaction on affective one.
commit to user xi DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ... i LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
LEMBAR PENGESAHAN... iii
LEMBAR PERNYATAAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR... xvii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Identifikasi Masalah... 15
C. Pembatasan Masalah ... 18
D. Rumusan Masalah... 19
E. Tujuan Penelitian ... 20
commit to user
xii BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori... 22
1. Hakikat Belajar ... 22
2. Hakikat Mengajar ... 35
3. Proses Belajar Mengajar ... 36
4. Pembelajaran IPA ... 37
5. Pendekatan Keterampilan Proses ... 41
6. Metode Mengajar ... 48 7. Metode Eksperimen ... 48 8. Media Pembelajaran ... 52 9. Animasi ... 63 10. Komik ... 65 11. Kemampuan Verbal ... 70 12. Gaya Belajar... 72 13. Prestasi Belajar ... 76 14. Pemantulan Cahaya ... 82
B. Penelitian Yang Relevan ... 100
C. Kerangka Berpikir ... 107
D. Hipotesis... 116
BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 117
1. Tempat Penelitian ... 117
commit to user
xiii
B. Jenis Penelitian ... 118
C. Populasi dan Sampel ... 120
1. Populasi ... 120
2. Sampel Penelitian ... 120
3. Teknik Pengambilan Sampel ... 121
D. Variabel Penelitian... 121
1. Variabel Terikat ... 121
2. Variabel Bebas ... 122
3. Variabel Moderator ... 122
E. Teknik Pengumpulan Data ... 123
1. Teknik Observasi ... 123
2. Teknik Tes ... 124
3. Teknik Angket... 125
F. Instrumen Penelitian ... 125
1. Instrumen Pelaksanaan Pembelajaran ... 125
2. Instrumen Pengambilan Data ... 126
G. Uji Coba Instrumen ... 128
1. Instrumen Prestasi Belajar Kognitif ... 128
2. Instrumen Tes Kemampuan Verbal... 134
3. Instrumen Angket Gaya Belajar ... 135
H. Teknik Analisis Data ... 139
1. Uji Prasyarat Analisis ... 139
commit to user
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data ... 149
1. Data Kemampuan Verbal ... 150
2. Data Gaya Belajar ... 152
3. Data Prestasi Belajar Kognitif ... 154
4. Data Prestasi Belajar Afektif ... 157
5. Data Prestasi Belajar Psikomotorik ... 160
B. Pengujian Prasyarat Analisis ... 162
1. Uji Normalitas ... 162
2. Uji Homogenitas ... 164
C. Pengujian Hipotesis ... 164
D. Uji Lanjut ... 172
E. Pembahasan Hasil Penelitian... 173
F. Keterbatasan Penelitian ... 197
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN A. Kesimpulan... 200
B. Implikasi ... 203
C. Saran ... 205
DAFTAR PUSTAKA ... 207
commit to user xv DAFTAR TABEL Tabel No Hal Tabel 1.1. Tabel 2.1. Tabel 3.1. Tabel 3.2. Tabel 4.1. Tabel 4.2. Tabel 4.3. Tabel 4.4. Tabel 4.5. Tabel 4.6. Tabel 4.7. Tabel 4.8. Tabel 4.9. Tabel 4.10.
Rata-Rata Nilai Ujian Tengah Semester I IPA (Fisika) Kelas VIII SMP N 2 Kartasura……….. Langkah-Langkah Metode Eksperimen…...………. Jadwal Kegiatan Penelitian………... Desain Eksperimen……… Deskripsi Data Kemampuan Verbal Siswa………... Distribusi Frekuensi Kemampuan Verbal Siswa Kelompok Eksperimen I... Distribusi Frekuensi Kemampuan Verbal Siswa Kelompok Eksperimen II... Deskripsi Data Gaya Belajar Visual Siswa………... Deskripsi Data Gaya Belajar Auditorial Siswa……… Deskripsi Data Gaya Belajar Kinestetik Siswa……… Distribusi Frekuensi Gaya Belajar Siswa……….. Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif IPA Siswa Kelompok Eksperimen I... Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif IPA Siswa Kelompok Eksperimen II... Data Sebaran Prestasi Belajar Kognitif Siswa untuk Tiap Sel... 3 51 118 120 150 151 151 153 153 153 154 155 155 157 Halaman
commit to user xvi Tabel 4.11. Tabel 4.12. Tabel 4.13. Tabel 4.14. Tabel 4.15. Tabel 4.16. Tabel 4.17. Tabel 4.18. Tabel 4.19. Tabel 4.20. Tabel 4.21. Tabel 4.22.
Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelompok Eksperimen I... Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa Kelompok Eksperimen II... Data Sebaran Prestasi Belajar Afektif Siswa untuk Tiap Sel Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Psikomotorik Siswa Kelompok Eksperimen I... Distribusi Frekuensi Nilai Prestasi Belajar Psikomotorik Siswa Kelompok Eksperimen II... Data Sebaran Prestasi Belajar Psikomotorik Siswa untuk Tiap Sel... Rangkuman Uji Normalitas... Rangkuman Uji Homogenitas... Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian Prestasi Belajar Kognitif... Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian Prestasi Belajar Afektif... Rangkuman Uji Hipotesis Penelitian Prestasi Belajar Psikomotorik... Rangkuman Uji Lanjut Scheffe pada Interaksi Kemampuan dan Gaya Belajar terhadap Prestasi Belajar Kognitif...
158 158 159 160 160 162 163 164 165 165 165 172
commit to user xvii DAFTAR GAMBAR Gambar No Hal Gambar 2.1. Gambar 2.2. Gambar 2.3. Gambar 2.4. Gambar 2.5. Gambar 2.6. Gambar 2.7. Gambar 2.8. Gambar 2.9. Gambar 2.10. Gambar 2.11. Gambar 2.12. Gambar 2.13. Gambar 2.14. Gambar 2.15. Gambar 2.16. Gambar 2.17. Gambar 2.18.
Komponen-Komponen Dalam Proses Belajar Mengajar…. Kerucut Pengalaman Edgar Dale
Proses Terbentuknya Bayang - Bayang Umbra dan Penumbra……….. Pemantulan Cahaya……….. Pemantulan Teratur……….. Pemantulan Baur……….. Pembentukan Bayangan oleh Cermin Datar……… Panjang Minimum Cermin Datar yang dibutuhkan untuk Melihat Seluruh Bayangan………... Dua Buah Cermin Datar yang Saling Membentuk Sudut.... Bagian-bagian pada Cermin Cekung……… Pembagian ruang pada Cermin Cekung………... Sinar-sinar istimewa pada Cermin Cekung……….. Lukisan bayangan benda di ruang I……….. Lukisan bayangan benda di ruang II……… Lukisan bayangan benda di ruang III……….. Lukisan bayangan benda di ruang IV……….. Bayangan yang dihasilkan oleh cermin cekung ketika benda O diletakkan di luar pusat kelangkunag C…………. Sinar-sinar Istimewa pada Cermin Cembung………...
36 54 86 87 88 88 89 90 91 92 93 94 94 95 95 96 96 98 Halaman
commit to user xviii Gambar 2.19. Gambar 4.1. Gambar 4.2. Gambar 4.3. Gambar 4.4. Gambar 4.5. Gambar 4.6. Gambar 4.7. Gambar 4.8. Gambar 4.9.
Pembentukan Bayangan oleh Cermin Cembung... Histogram Kemampuan Verbal Siswa Kelompok Eksperimen I………. Histogram Kemampuan Verbal Siswa Kelompok Eksperimen II……… Histogram Gaya Belajar Siswa………. Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif IPA Siswa Kelas Eksperimen I……….. Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Kognitif IPA Siswa Kelompok Eksperimen II... Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif
Siswa Kelompok Eksperimen I………. Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar Afektif
Siswa Kelompok Eksperimen II………... Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
Psikomotorik Siswa Kelompok Eksperimen I... Histogram Distribusi Frekuensi Prestasi Belajar
Psikomotorik Siswa Kelompok Eksperimen II... 99 152 152 154 156 156 158 159 161 161
commit to user xix DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Lampiran10. Lampiran 11. Lampiran 12. Lampiran 13. Lampiran 14. Lampiran 15. Lampiran 16. Lampiran 17. Lampiran 18. Lampiran 19. Lampiran 20.
Lembar Validasi Instrumen Penelitian……… Silabus………. RPP Kelas Eksperimen I……… RPP Kelas Eksperimen II………... LKS Kelas Eksperimen I……… LKS Kelas Eksperimen II……….. Kisi-Kisi Tryout Tes Kemampuan Kognitif……… Soal Tryout Tes Kemampuan Kognitif………... Kunci Jawaban Tryout Tes Kemampuan Kognitif……….. Lembar Jawab Tryout Tes Kemampuan Kognitif………... Kisi-Kisi Tryout Angket Gaya Belajar Siswa………. Soal Tryout Angket Gaya Belajar Siswa………. Kunci Jawaban Tryout Angket Gaya Belajar Siswa……... Lembar Jawab Tryout Angket Gaya Belajar Siswa……… Kisi-Kisi Tryout Tes kemampuan Verbal………... Soal Tryout Tes kemampuan Verbal………... Kunci Jawaban Tryout Tes kemampuan Verbal…………. Lembar Jawab Tryout Tes kemampuan Verbal………….. Kisi-Kisi Tes Kemampuan Kognitif………... Soal Tes Kemampuan Kognitif………...
211 253 262 292 324 348 372 375 386 387 388 390 396 397 398 399 404 405 406 409 Halaman Lampiran No.
commit to user xx Lampiran 21. Lampiran 22. Lampiran 23. Lampiran 24. Lampiran 25. Lampiran 26. Lampiran 27. Lampiran 28. Lampiran 29. Lampiran 30. Lampiran 31. Lampiran 32. Lampiran 33. Lampiran 34. Lampiran 35. Lampiran 36. Lampiran 37. Lampiran 38. Lampiran 39.
Kunci Jawaban Tes Kemampuan Kognitif………. Lembar Jawab Tes Kemampuan Kognitif………... Kisi-Kisi Angket Gaya Belajar Siswa………. Soal Angket Gaya Belajar Siswa……… Kunci Jawaban Angket Gaya Belajar Siswa………... Lembar Jawab Angket Gaya Belajar Siswa……… Kisi-Kisi Tes kemampuan Verbal………... Soal Tes kemampuan Verbal……….. Kunci Jawaban Tes kemampuan Verbal………. Lembar Jawab Tes kemampuan Verbal……….. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Beda Soal Tryout Tes Kemampuan Kognitif……….. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran, dan Daya Beda Soal Tryout Tes Kemampuan Verbal………. Uji Validitas dan Reliabilitas Tryout Angket Gaya
Belajar Siswa………... Pedoman Observasi Kemampuan Afektif Siswa………… Lembar Observasi Kemampuan Afektif Siswa………….. Hasil Observasi Kemampuan Afektif Siswa………. Pedoman dan Lembar Observasi Penilaian Kemampuan Psikomotorik Siswa………. Hasil Observasi Kemampuan Psikomotorik Siswa……… Soal Pretest………. 417 418 419 421 426 427 428 429 434 435 436 443 449 457 458 459 463 467 471
commit to user xxi Lampiran 40. Lampiran 41. Lampiran 42. Lampiran 43. Lampiran 44. Lampiran 45. Lampiran 46. Lampiran 47. Lampiran 48. Lampiran 49. Lampiran 50. Lampiran 51. Lampiran 52. :
Soal Post test………... Data Induk Penelitian Kelas VIII SMP Negeri 2
Kartasura………. Uji Normalitas………. Uji Homogenitas………. Uji Hipotesis……… Uji Lanjut……… Definisi Media……… Surat Keterangan Validasi………... Surat Ijin Uji Coba Instrumen………. Surat Ijin Penelitian………. Surat Keterangan Melaksanakan Uji Coba Instrumen…… Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian……… Biodata Diri………. 478 485 489 492 495 497 498 510 511 512 513 514 515
commit to user
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan salah satu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada individu-individu guna menggali dan mengembangkan bakat serta kepribadian individu-individu tersebut. Sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan dalam kehidupan sehari-hari, di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional pada pasal 3 yang menyatakan:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (RI, 2003: 7).
Dari kutipan di atas diketahui bahwa untuk melaksanakan fungsi pendidikan nasional tersebut berarti dalam pendidikan perlu adanya penggalian dan pengembangan kemampuan peserta didik serta pembentukan watak peserta didik. Melalui pendidikan, diharapkan masyarakat Indonesia dapat meningkatkan pengetahuan, kemampuan, dan kreativitas terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tujuan pendidikan nasional adalah menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Salah satu perwujudannya adalah melalui
pendidikan bermutu pada setiap satuan pendidikan di Indonesia. Tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya dapat dilihat dari prestasi belajar yang didapat oleh peserta didik yang merupakan salah satu output dari proses pembelajaran.
Upaya meningkatkan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan meningkatkan kualitas pembelajaran (instructional quality). Dalam proses pembelajaran harus terdapat interaksi antara guru dan siswa sebagai peserta didik. Guru mempunyai peran penting saat berlangsungnya pembelajaran. Tugas guru tidak hanya mentransfer ilmu pengetahuan, tidak menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran melainkan sebagai subjek pembelajaran, sehingga siswa tidak pasif dan dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan bidang studi yang dipelajari. Oleh karena itu, guru harus memahami materi yang akan disampaikan kepada siswa serta dapat memilih pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran yang tepat untuk menyampaikan suatu materi.
Dalam pembelajaran aktif siswa dipandang sebagai subjek bukan objek dan belajar lebih dipentingkan daripada mengajar. Di samping itu siswa ikut berpartisipasi, ikut mencoba dan melakukan sendiri yang sedang dipelajari. Dalam pembelajaran yang mengacu pada pembelajaran aktif, fungsi guru adalah menciptakan suatu kondisi belajar yang memungkinkan siswa berkembang secara optimal.
Pada kenyataannya, selama ini guru kurang memperhatikan keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Guru hanya mentransfer ilmu pengetahuan, sehingga siswa pasif dan tidak dapat mengembangkan pengetahuan sesuai dengan
commit to user
bidang studi yang dipelajari. Guru juga belum menggunakan pendekatan, model, metode, dan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi untuk menyampaikan suatu materi. Hal ini meyebabkan prestasi yang dicapai siswa belum optimal.
Terkait dengan prestasi pendidikan di Indonesia, dari tiga kali keikutsertaan Indonesia dalam Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS), hasil yang diperoleh siswa kelas VIII SMP/MTs dalam
Matematika dan Sains masih jauh di bawah skor rata-rata yaitu 500. Contohnya hasil TIMSS pada tahun 2007, diketahui bahwa rata-rata nilai Sains di Indonesia adalah 427 (peringkat 35 dari 49 negara). Nilai ini jauh di bawah negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Singapura dengan rata-rata nilai Sains 567 serta Malaysia dan Thailand dengan rata-rata nilai Sains 471 (http://nces.ed.gov/timss/table07_3.asp).
Demikian pula prestasi belajar IPA (Fisika) di SMP N 2 Kartasura, rata-rata hasil Ujian Tengah Semester (UTS) I kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012 masih berada di bawah KKM seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1. Materi Ujian Tengah Semester 1 kelas VIII meliputi materi Gaya, Usaha, dan Energi.
Tabel 1.1. Rata-Rata Nilai Ujian Tengah Semester I IPA (Fisika) Kelas VIII SMP N 2 Kartasura
No Kelas Rata-Rata Nilai UTS
1 VIII A 71 2 VIII B 51 3 VIII C 75 4 VIII D 60 5 VIII E 63 6 VIII F 57 7 VIII G 61
“IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan” (Depdiknas, 2006: 377). Dari kutipan tersebut maka dalam mempelajari IPA, siswa harus diberi kesempatan untuk membuktikan kebenaran dari teori yang ada dan diberi kesempatan untuk menemukan sesuatu yang baru melalui eksperimen. Fisika menjadi bagian dari ilmu yang mempelajari tentang gejala-gejala alam (IPA). Oleh karena itu belajar IPA terutama Fisika harus ditampilkan dalam bentuk produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Jadi dalam pembelajaran IPA (Fisika) tenaga pendidik tidak hanya menyampaikan materi konsepsi saja, tetapi juga menekankan pada proses dan dapat menumbuhkan sikap ilmiah pada siswa. Selama ini dalam pembelajaran IPA (Fisika), guru lebih menekankan pada materi (produk kognitif) saja.
Tujuan dari pemberian mata pelajaran IPA (Fisika) adalah agar siswa memahami konsep dan hukum-hukum Fisika yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Siswa juga mampu menerapkan konsep-konsep Fisika dalam kehidupan sehari-hari dan menggunakan cara berfikir dan bekerja ilmiah dalam memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Materi pembelajaran IPA kelas VIII SMP antara lain Gaya, Energi, Tekanan, Getaran, Gelombang, Bunyi, Cahaya, dan Alat Optik. Pemantulan Cahaya merupakan salah satu konsep IPA (Fisika) yang dipelajari di SMP kelas VIII yang meliputi beberapa hal antara lain sifat-sifat cahaya, hukum pemantulan cahaya, pemantulan pada cermin datar, cekung, dan cembung. Karakteristik
commit to user
materi Pemantulan Cahaya termasuk materi konkret. Materi ini juga termasuk materi yang sulit dan sangat penting untuk pembelajaran selanjutnya (tingkat SMA dan Perguruan Tinggi). Dalam materi Pemantulan Cahaya terdapat konsep-konsep Fisika yang penerapannya ada dalam kehidupan sehari-hari. Selama ini siswa masih kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep dalam materi Pemantulan Cahaya.
Pada proses pembelajaran IPA (Fisika) di SMP N 2 Kartasura, guru belum sepenuhnya memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar siswa. Guru belum menggunakan model, metode, dan media pembelajaran yang tepat dan bervariasi. Guru juga belum mengoptimalkan fasilitas laboratorium IPA yang tersedia. Hal ini disebabkan karena guru jarang menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA dengan alasan keterbatasan waktu dan alat sehingga pembelajaran IPA (Fisika) hanya berupa penyampaian konsep, prinsip, dan hukum-hukum yang pada akhirnya hanya digunakan untuk menyelesaikan soal ulangan saja tanpa memberikan pengamalan langsung kepada siswa bagaimana konsep, prinsip, dan hukum-hukum tersebut diperoleh. Guru juga belum mengotimalkan fasilitas laboratorium komputer dalam pembelajaran IPA. Padahal dengan adanya fasilitas laboratorium komputer, pembelajaran IPA dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan menarik.
Menurut Nana Sudjana (1996: 6), “faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar di lingkungan sekolah antara lain guru, sarana belajar, kurikulum, teman sekelas, disiplin, dan sebagainya”. Dari kutipan tersebut diketahui bahwa guru, fasilitas belajar, kurikulum, teman sekelas, dan
sikap disiplin siswa mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar mengajar di sekolah. Selama ini guru kurang memberi perhatian pada faktor-faktor tersebut. Menurut pendapat Mulyasa:
Kesalahan yang sering dilakukan oleh guru dalam pembelajaran antara lain adalah mengabaikan perbedaan peserta didik. Padahal setiap peserta didik memiliki perbedaan yang unik, mereka memiliki kekuatan, kelemahan, minat, dan perhatian yang berbeda-beda. Selain itu, adanya perbedaan latar belakang keluarga, sosial, ekonomi, dan lingkungan membuat peserta didik berbeda dalam aktivitas, kreativitas, inteligensi, dan kompetensinya (2006: 27).
Dari kutipan di atas diketahui bahwa guru dalam pembelajaran masih mengabaikan perbedaan-perbedaan yang dimiliki siswa. Padahal setiap siswa memiliki karakterisktik yang berbeda-beda. Oleh karena itu, dalam pembelajaran, dari faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan kegiatan belajar-mengajar tersebut, maka hal-hal yang menghambat diusahakan untuk dihilangkan dan hal yang mendukung perlu dikembangkan, misalnya dalam pembelajaran IPA perlu mengembangkan model, metode, dan media pembelajaran yang tepat, serta memperhatikan karakteristik dan lingkungan sosial siswa.
IPA (Fisika) merupakan salah satu mata pelajaran yang ditakuti oleh siswa. Padahal mata pelajaran IPA (Fisika) itu menarik dan dekat dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini disebabkan dalam menyampaikan materi, selama ini guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional. Guru menyampaikan bahan yang telah disiapkan sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti, dan mencoba menyelesaikan soal sesuai contoh dari guru. Selain itu guru lebih mendominasi jalannya pembelajaran di kelas, mengakibatkan interaksi antara siswa dan guru kurang terjalin dengan baik, menjadikan siswa
commit to user
pasif, siswa kurang perhatian untuk belajar kreatif, dan mandiri. Sehingga dalam pembelajaran IPA khususnya Fisika terkesan terlalu banyak hafalan konsep, rumus, dan simbol matematik. Oleh karena itu, perlu penerapan metode, strategi, dan model yang bervariasi dalam pembelajaran IPA (Fisika) sehingga siswa tidak menganggap IPA (Fisika) sebagai suatu pelajaran yang perlu ditakuti. Salah satu caranya adalah melibatkan siswa dalam setiap pembelajaran karena banyak materi pembelajaran IPA (Fisika) yang tepat apabila cara penyampaiannya melibatkan keaktifan siswa antara lain materi Gerak Lurus, Fluida, Gaya, Usaha, Bunyi, Cahaya, Getaran, dan Gelombang.
Pembelajaran IPA bukan hanya menyampaikan keterampilan yang sudah dikenal, akan tetapi harus dapat meramalkan berbagai jenis keterampilan dan kemahiran yang akan datang serta sekaligus menemukan cara yang tepat dan cepat supaya dapat dikuasai oleh siswa. Adanya pendekatan yang tepat dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan mutu pendidikan dan hasil belajar. Agar siswa menguasai materi, memahami hipotesis, konsep, teori, prinsip, dan hukum yang berlaku dalam IPA (Fisika) dan dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap ilmiah, metode ilmiah, dan lain sebagainya serta dikarenakan luasnya tuntutan hasil pembelajaran ini, maka bervarisi pula cara mengerjakanya. Sehingga dikenal ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran IPA antara lain pendekatan keterampilan proses, konstruktivisme, CTL, deduktif, dan induktif. Namun, dalam pembelajaran guru belum mengembangkan pendekatan tersebut secara maksimal dan bervariasi.
Proses belajar mengajar merupakan peristiwa yang menyediakan berbagai kesempatan bagi siswa untuk terlibat aktif dalam kegiatan belajar. Proses belajar itu sendiri menyangkut perubahan aspek-aspek tingkah laku, seperti pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Suatu pembelajaran yang menggunakan pendekatan keterampilan proses berarti pembelajaran itu menempatkan keterlibatan siswa pada posisi yang penting. Siswa dipandang sebagai “seorang ilmuwan” yang harus menyadari sendiri cara siswa belajar (learn how to learn) atau cara siswa harus berubah. Dengan kata lain pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses merupakan wahana pengembangan keterampilan intelektual, sosial, emosional, dan fisik siswa yang pada prinsipnya keterampilan-keterampilan tersebut telah ada pada siswa sendiri.
Pendekatan keterampilan proses merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mampu merencanakan penelitian, mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan hasilnya. Pendekatan ini menuntut siswa untuk aktif melakukan kegiatan ilmiah sendiri, sehingga akan meningkatkan cara berpikir secara ilmiah dan cara mendapatkan pengetahuan. Namun, pendekatan ini memerlukan waktu yang banyak dan memerlukan sarana dan fasilitas yang cukup demi kelancaran proses belajar mengajar.
Dengan pendekatan keterampilan proses diharapkan siswa menguasai kemampuan dasar. Kemampuan tersebut berupa keterampilan proses yaitu keterampilan fisik dan mental yang pada dasarnya ada pada diri siswa yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, misalnya: keterampilan pengamatan, membuat
commit to user
hipotesis, merencanakan penelitian, mengendalikan variabel, menafsirkan data, menyusun kesimpulan sementara, meramalkan, dan menerapkannya.
Dalam proses belajar-mengajar, selain penggunaan pendekatan yang tepat untuk meningkatkan mutu pendidikan, guru harus memiliki strategi agar siswa dapat belajar secara efektif dan efisien, mengena pada tujuan yang diharapkan. Salah satu langkah untuk memiliki strategi tersebut, guru harus menguasai teknik-teknik penyajian atau biasanya disebut metode pembelajaran. Usaha pengembangan metode pembelajaran yang dilakukan antara lain dengan mencari relevansi metode pembelajaran. Banyak metode pembelajaran yang digunakan dalam mata pelajaran IPA (Fisika), antara lain metode eksperimen, demonstrasi, diskusi, pemberian tugas, proyek, tanya jawab, dan simulasi.
Penggunaan pendekatan keterampilan proses dapat optimal jika dikembangkan dengan metode pembelajaran yang tepat, antara lain dengan metode eksperimen. Menurut penelitian yang telah dilakukan oleh Chinwe Nwagbo, dkk (2008) menyatakan bahwa practical activity method was more effective in fostering students’ acquisition of science process skills than the
lecture method. Dari penelitian tersebut diketahui bahwa pembelajaran
menggunakan metode eksperimen lebih efektif dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa dibandingkan dengan pembelajaran menggunakan metode ceramah. Pembelajaran dengan metode eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan tentang suatu hal, menuliskan hasil percobaan, dan menganalisis hasil percobaan untuk memperoleh suatu konsep yang sedang dipelajari.
Menurut Roestiyah N.K (2001:80), “Eksperimen adalah salah satu cara mengajar, dimana siswa melakukan suatu percobaan tentang sesuatu hal: mengamati prosesnya serta menuliskan hasil percobaannya, kemudian hasil pengamatan itu disampaikan ke kelas dan dievaluasi oleh guru”. Dari kutipan tersebut, metode eksperimen dapat diartikan sebagai cara belajar mengajar yang melibatkan siswa dengan mengalami dan membuktikan sendiri proses dan hasil percobaan itu. Kegiatan eksperimen yang dilakukan siswa merupakan kesempatan meneliti yang dapat mendorong siswa mengkonstruksi pengetahuan siswa sendiri, berfikir ilmiah, dan rasional serta lebih lanjut pengalamannya itu bisa berkembang di masa datang. Namun, metode ini kurang dikembangkan para guru karena keterbatasan waktu dan alat.
Pada umumnya metode eksperimen ini berkembang dalam pembelajaran IPA sebab sesuai dengan ciri IPA itu sendiri yang berkembang atas dasar observasi dan eksperimen. Pembelajaran IPA (Fisika) merupakan pembelajaran eksperimental yang berarti bahwa pembelajaran IPA (Fisika) semakin baik bila ditunjang dengan percobaan-percobaan oleh guru atau siswa sendiri secara terbimbing. Sebagai konsekuensinya seorang guru dituntut memiliki kemampuan untuk menggunakan berbagai metode mengajar secara bervariasi.
Dalam pembelajaran untuk mendukung metode yang digunakan guru, juga diperlukan media pembelajaran. Media pembelajaran adalah seperangkat benda atau alat yang berfungsi dan digunakan sebagai pembantu, fasilitator, atau pengajar dalam komunikasi dan interaksi suatu proses pembelajaran dengan tujuan untuk mempermudah dan mempercepat proses penyampaian materi
commit to user
pembelajaran kepada siswa. Media dalam pembelajaran dapat berupa segala alat fisik maupun non fisik (software) yang dapat menyajikan materi pembelajaran serta merangsang siswa untuk belajar. Media pembelajaran digunakan dalam komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Media pembelajaran meliputi media berbasis manusia, cetak, visual, audio visual, dan komputer. Media pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah animasi dan komik yang ditampilkan melalui media komputer.
Mustafa Bakac, dkk (2011: 34-42) menyatakan bahwa CAI technique increase the academic successes of students in the subject of “Electric Current”.
Dari penelitian tersebut diketahui bahwa pembelajaran menggunakan CAI dengan simulasi dapat meningkatkan prestasi belajar siswa yang lebih baik daripada pembelajaran menggunakan metode tradisional pada materi arus listrik. Simulasi merupakan salah contoh media yang dapat digunakan untuk menarik perhatian siswa dan membantu siswa memahami materi dalam proses pembelajaran.
Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen akan lebih mudah apabila dipandu dengan media animasi dan komik yang memuat prosedur eksperimen, panduan analisa hasil eksperimen, dan latihan soal. Selama ini dalam pelaksanaan kegiatan eksperimen biasanya hanya dipandu dengan LKS dalam bentuk lembaran kertas saja. Dalam penelitian ini pelaksanaan kegiatan eksperimen akan dipandu dengan media animasi dan komik dengan maksud untuk merangsang pikiran, menarik perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong dan mempermudah siswa dalam melakukan eksperimen, serta
memahami konsep materi yang dipelajari. Hal ini disesuaikan dengan karakteristik dan perkembangan kognitif pada anak usia SMP.
Animasi berasal dari kata animate yang berarti menghidupkan. Media animasi dalam penelitian ini berarti media yang isinya dapat menghidupkan suatu objek yang diperjelas dengan grafis (gambar dan tulisan-tulisan) dan gerakan untuk dapat digunakan secara efektif dalam menyampaikan pesan atau informasi dalam hal ini berisi prosedur eksperimen, panduan analisa hasil eksperimen, dan latihan soal. Media animasi ini jarang dikembangkan guru dalam pembelajaran dengan metode eksperimen. Hal ini dikarenakan proses pembuatannya sulit dan memerlukan keterampilan khusus.
Menurut Nana Sudjana (1996: 64), komik dapat didefinisikan “suatu bentuk kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan hiburan kepada para pembaca”. Dari kutipan tersebut diketahui bahwa dalam komik memuat bentuk kartun yang berisi gambar-gambar dan memerankan cerita tertentu secara bersambung. Bedanya komik dengan kartun adalah bila kartun sangat tergantung kepada dampak penglihatan tunggal, maka komik terdiri atas berbagai situasi cerita bersambung.
“Penggunaan komik sebagai media dalam pembelajaran memiliki peranan penting untuk meningkatkan minat belajar siswa, karena penyajian komik membawa siswa ke dalam suasana yang penuh kegembiraan, sehingga menciptakan kegembiraan pula dalam belajar” (DePorter, Reardon, dan Nourie, 2008: 14). Dari kutipan tersebut diketahui bahwa penggunaan komik dalam
commit to user
pembelajaran dapat membantu meningkatkan minat siswa dalam belajar. Dengan membaca komik dapat membawa siswa ke dalam situasi kegembiraan tertentu dalam belajar. Kegembiraan dalam belajar merupakan luapan emosi yang mengaktifkan saraf otak untuk dapat merekam pelajaran dengan lebih mudah.
Media komik dalam penelitian ini berarti media yang berisi gambar kartun yang mengungkapkan karakter dan memerankan suatu cerita dalam urutan yang erat dihubungkan dengan gambar dan dirancang untuk memberikan informasi kepada siswa. Informasi tersebut berupa prosedur eksperimen, panduan analisa hasil eksperimen, dan latihan soal. Media komik ini juga jarang dikembangkan guru dalam pembelajaran dengan metode eksperimen.
Keberhasilan kegiatan belajar-mengajar selain dipengaruhi oleh faktor pemilihan model, metode, dan media pembelajaran, juga dipengaruhi oleh faktor-faktor yang berada dalam diri siswa sendiri (faktor-faktor internal siswa). Faktor-faktor-faktor internal siswa tersebut antara lain motivasi belajar, kemampuan berpikir, kemampuan analisis, kemampuan menggunakan alat ukur, kemampuan verbal, sikap ilmiah, dan gaya belajar siswa. Dalam pembelajaran guru harus memperhatikan faktor-faktor internal yang dimiliki siswa tersebut.
Menurut Winkel (1991:99) “kemampuan verbal adalah kemampuan yang dimiliki dalam menuangkan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki dalam bentuk bahasa yang memadai, sehingga dapat dikomunikasikan kepada orang lain”. Dari kutipan tersebut diketahui bahwa kemampuan verbal merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang dalam mengungkapkan ide, gagasan, pendapat, dan pikiran yang dituangkan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun
tulisan. Jadi, kemampuan verbal memiliki peran yang sangat penting dalam mengkomunikasikan pengetahuan, pengalaman, dan kecakapan yang dimiliki kepada orang lain. Selama ini guru kurang memperhatikan kemampuan verbal siswa dalam menentukan strategi, model, metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan.
Dalam pembelajaran menggunakan media, selain dipengaruhi oleh kemampuan verbal siswa yang berbeda juga dipengaruhi oleh gaya belajar siswa yang berbeda-beda. “Gaya belajar adalah kombinasi dari bagaimana seseorang menyerap dan kemudian mengatur serta mengolah informasi” (Bobbi DePorter, 2008: 112-113). Dari kutipan tersebut diketahui bahwa gaya belajar merupakan kecenderungan seseorang untuk mengolah dan menerima informasi. Selama ini dalam skenario pembelajaran guru kurang memperhatikan gaya belajar siswa. Padahal setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda diantaranya gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik. Dengan gaya belajar yang berbeda inilah yang memungkinkan adanya perbedaan tingkat pemahaman terhadap materi yang dipelajari sehingga terdapat perbedaan prestasi belajar yang dicapai siswa. Apabila guru memahami gaya belajar siswa maka dapat memudahkan guru dalam mengembangkan strategi, model, metode, dan media pembelajaran untuk mencapai prestasi belajar siswa yang optimal.
Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif berkaitan dengan kemampuan proses berpikir siswa yang meliputi kemampuan dalam mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, menilai, dan menciptakan. Aspek kognitif akan dapat tercapai secara optimal jika didukung
commit to user
aspek afektif dan psikomotorik yang baik. Aspek afektif berkaitan dengan kemampuan bersikap peserta didik yang meliputi kemampuan dalam menerima, menanggapi, menilai, mengatur diri (mengorganisasi), dan menjadikan pola hidup (karakterisasi). Aspek psikomotorik berkaitan dengan kemampuan kinerja peserta didik yang meliputi imitation, manipulation, precision, articulation, dan naturalization. Dengan demikian pembelajaran yang dilaksanakan harus bisa
mencapai ketiga aspek tersebut (kognitif, afektif, dan psikomotorik) sehingga prestasi belajar siswa dapat lebih baik. Namun, kenyataannya penilaian prestasi belajar di sekolah-sekolah belum memuat ketiga aspek tersebut. Sebagian besar hanya meninjau aspek kognitif saja.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Prestasi pendidikan di Indonesia masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari hasil TIMSS siswa kelas VIII SMP/MTs dalam Matematika dan Sains tahun 2007. 2. Prestasi belajar IPA (Fisika) kelas VIII di SMP N 2 Kartasura belum
memberikan hasil yang maksimal. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil Ujian Tengah Semester I kelas VIII tahun pelajaran 2011/2012 yang masih berada di bawah KKM.
3. Ada beberapa pendekatan dalam pembelajaran IPA antara lain pendekatan keterampilan proses, konstruktivisme, CTL, deduktif, dan induktif. Namun,
dalam pembelajaran guru belum mengembangkan pendekatan tersebut secara maksimal dan bervariasi.
4. Pendekatan keterampilan proses merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mampu merencanakan penelitian, mengamati, mengklasifikasi, menafsirkan, meramalkan, menerapkan, dan mengkomunikasikan hasilnya. Namun, guru belum mengembangkan pendekatan ini secara optimal karena pendekatan ini memerlukan banyak waktu dan sarana yang memadai demi kelancaran proses belajar mengajar.
5. Banyak metode pembelajaran yang digunakan untuk menyampaikan mata pelajaran IPA (Fisika), antara lain metode eksperimen, demonstrasi, diskusi, pemberian tugas, proyek, tanya jawab, dan simulasi. Namun, guru belum menggunakan metode pembelajaran tersebut secara tepat dan bervariasi sesuai dengan karakteristik materi maupun karakteristik siswa.
6. Metode eksperimen memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan percobaan tentang suatu hal, menuliskan hasil percobaan, dan menganalisis hasil percobaan untuk memperoleh suatu konsep yang sedang dipelajari. Namun, metode ini kurang dikembangkan para guru karena keterbatasan waktu dan alat.
7. Guru belum mengoptimalkan fasilitas laboratorium IPA yang tersedia. Hal ini disebabkan karena guru jarang menggunakan metode eksperimen dalam pembelajaran IPA dengan alasan keterbatasan waktu dan alat sehingga pembelajaran IPA (Fisika) hanya berupa penyampaian konsep, prinsip, dan
commit to user
hukum-hukum tanpa memberikan pengamalan langsung kepada siswa bagaimana konsep, prinsip, dan hukum-hukum tersebut diperoleh.
8. Guru belum mengotimalkan fasilitas laboratorium komputer dalam pembelajaran IPA. Padahal dengan adanya fasilitas laboratorium komputer, pembelajaran IPA dapat dilaksanakan dengan lebih mudah dan menarik. 9. Guru belum memanfatkan media pembelajaran secara optimal. Media
pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA antara lain animasi, komik, film pendek, charta, dan video.
10. Pelaksanaan pembelajaran IPA dengan metode eksperimen akan lebih mudah dan menarik apabila dipandu dengan media animasi dan komik. Namun media ini jarang digunakan karena proses pembuatannya yang rumit dan memerlukan keterampilan khusus.
11. Keberhasilan siswa dalam belajar IPA (Fisika) dipengaruhi oleh faktor internal siswa antara lain motivasi belajar, kemampuan berpikir, kemampuan analisis, kemampuan menggunakan alat ukur, kemampuan verbal, sikap ilmiah, dan gaya belajar siswa. Selama ini guru kurang memperhatikan faktor internal siswa dalam menentukan strategi atau model pembelajaran yang akan digunakan.
12. Siswa mempunyai kemampuan verbal yang berbeda-beda. Selama ini guru kurang memperhatikan kemampuan verbal siswa dalam menentukan strategi, model, metode, dan media pembelajaran yang akan digunakan.
13. Selama ini dalam skenario pembelajaran guru kurang memperhatikan gaya belajar siswa. Padahal setiap siswa memiliki gaya belajar yang berbeda-beda diantaranya gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik.
14. Ada tiga kemampuan yang seharusnya dinilai dalam belajar IPA, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Selama ini penilaian prestasi belajar belum memuat ke tiga aspek tersebut. Sebagian besar hanya meninjau aspek kognitif saja.
15. Materi IPA kelas VIII SMP antara lain Gaya, Energi, Tekanan, Getaran, Gelombang, Bunyi, Cahaya, dan Alat Optik. Materi-materi tersebut belum diajarkan sesuai dengan karakteristik materinya.
16. Materi Pemantulan Cahaya merupakan materi yang sulit dan sangat penting untuk pembelajaran selanjutnya (di tingkat SMA dan Perguruan Tinggi). Selama ini siswa masih kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep pada materi tersebut.
C. Pembatasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian ini dimaksudkan agar permasalahan yang disajikan lebih mendalam dan terarah. Oleh karena itu, penulis membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
1. Pembelajaran IPA dilakukan dengan pendekatan keterampilan proses.
2. Metode pembelajaran yang digunakan adalah metode eksperimen lab riil dipandu dengan media pembelajaran.
commit to user
3. Media pembelajaran yang digunakan untuk memandu pelaksanaan eksperimen lab riil adalah media animasi dan komik.
4. Gaya belajar siswa yang ditinjau adalah gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik
5. Kemampuan verbal siswa dibatasi pada kategori tinggi dan rendah
6. Indikator keberhasilan siswa dalam mempelajari IPA dilihat dari prestasi belajar siswa yaitu pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
7. Penelitian dibatasi pada materi Pemantulan Cahaya di SMP N 2 Kartasura kelas VIII semester 2.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalah dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1. Adakah pengaruh pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik terhadap prestasi belajar siswa?
2. Adakah pengaruh kemampuan verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa? 3. Adakah pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?
4. Adakah interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik dan kemampuan verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa?
5. Adakah interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?
6. Adakah interaksi antara kemampuan verbal dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?
7. Adakah interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik, kemampuan verbal, dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa?
E. Tujuan Penulisan
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Pengaruh pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik terhadap prestasi belajar siswa.
2. Pengaruh kemampuan verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa. 3. Pengaruh gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
4. Interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik dan kemampuan verbal siswa terhadap prestasi belajar siswa.
5. Interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
6. Interaksi antara kemampuan verbal dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
commit to user
7. Interaksi antara pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik, kemampuan verbal, dan gaya belajar siswa terhadap prestasi belajar siswa.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah: 1. Manfaat Praktis
a. Memberikan masukan kepada guru agar lebih memperhatikan masalah-masalah yang terkait dengan pembelajaran IPA sehingga dapat meningkatkan mutu proses belajar mengajar.
b. Memberikan alternatif pendekatan, metode, dan media pembelajaran yang efektif dan efisien untuk materi tertentu dalam bidang studi IPA.
c. Memberikan masukan kepada guru IPA (Fisika) pada umumnya dan peneliti pada khususnya untuk mengembangkan pendekatan keterampilan proses menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai bahan pertimbangan, masukan, atau acuan bagi penelitian sejenis. b. Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pembelajaran IPA
menggunakan metode eksperimen dipandu dengan animasi dan komik ditinjau dari kemampuan verbal dan gaya belajar siswa.
commit to user BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Belajar a. Pengertian Belajar
Inti pokok dari pendidikan adalah kegiatan belajar. Belajar yang dilakukan oleh manusia merupakan bagian dari hidupnya, yang berlangsung seumur hidup, kapan saja, dimana saja, baik di sekolah, di kelas, di jalanan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan sebelumnya. Namun, dalam konteks merancang sistem belajar, konsep belajar ditafsirkan berbeda. Belajar dalam hal ini harus dilakukan dengan sengaja direncanakan sebelumnya dengan struktur tertentu, maksudnya agar proses belajar dan hasil-hasil yang dicapai dapat dikontrol secara umum.
Mengingat pentingnya arti belajar bagi pendidikan maka para ahli berusaha merumuskan pengertian belajar. Sardiman (2001: 20) mengemukakan bahwa “belajar itu senantiasa merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan lain sebagainya”. Belajar akan lebih bermakna jika subjek belajar itu mengalami atau melakukannya sendiri.
Selanjutnya, Oemar Hamalik (2003: 154) mendefinisikan belajar sebagai “perubahan tingkah laku yang relatif mantap berkat latihan dan pengalaman”. Jadi dalam belajar, diperlukan latihan-latihan, pengalaman dari siswa sendiri untuk
commit to user
menemukan konsep suatu materi. Sementara itu, Nana Sudjana (1996: 5) mengungkapkan bahwa:
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan-perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan dalam berbagai bentuk, seperti berubah pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar.
Dari kutipan di atas, siswa dikatakan belajar apabila telah ada perubahan dalam diri siswa seperti bertambah pengetahuannya, keterampilan, dan muncul sikap-sikap yang baik. Slameto (1995: 2) mendefinisikan “belajar sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai pengalamannya sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”. Dari kutipan tersebut diketahui bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang terjadi secara sadar, bersifat kontinu, fungsional, bersifat positif, dan aktif. Jadi, tidak setiap perubahan dalam arti belajar.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 7), “Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri. Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses belajar”. Jadi dalam belajar siswa harus mengalami sendiri, membuktikan sendiri dalam menemukan sebuah konsep.
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang terjadi secara sadar dan bersifat kontinu sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan.
commit to user b. Teori-teori Belajar
Dalam pembelajaran IPA menggunakan metode eksperimen dilengkapi dengan animasi dan komik, teori belajar yang sesuai antara lain:
1) Teori Belajar Ausubel
Menurut pendapat Ausubel yang dikutip oleh Ratna Wilis (1989: 10), bahwa :
Belajar dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan cara informasi atau materi pelajaran yang disajikan siswa, melalui penerimaan atau penerapan. Dimensi kedua menyangkut bagaimana siswa dapat mengkaitkan itu pada struktur kognitif yang telah ada. Struktur kognitif ini adalah fakta-fakta, konsep-konsep dari generalisasi-generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa. Dari kutipan di atas, inti dari teori belajar Ausubel adalah belajar bermakna. Belajar hafalan terjadi bila siswa hanya menghafalkan informasi baru, tanpa menghubungkannya dengan konsep-konsep yang telah ada dalam struktur kognitifnya. Sedangkan belajar bermakna terjadi bila siswa menghubungkan atau mengkaitkan informasi baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
Pembelajaran IPA materi Pemantulan Cahaya sangat erat hubungannya dengan konsep pada materi Getaran dan Gelombang. Materi Pemantulan Cahaya hendaknya diajarkan jika siswa telah mempelajari materi Getaran dan Gelombang. Jadi ketika siswa mempelajari materi Pemantulan Cahaya, siswa dapat mengkaitkan dengan konsep yang telah dimiliki ketika belajar materi Getaran dan Gelombang. Konsep pada materi Pemantulan Cahaya berkaitan dengan peristiwa yang ditemukan siswa dalam kehidupan sehari-hari, sehingga setelah mempelajari materi Pemantulan Cahaya siswa dapat memanfaatkan dan mengaplikasikan
commit to user
konsep pembelajaran bermakna yang dikemukan oleh Ausubel. Selain itu agar pembelajaran lebih bermakna lagi, siswa dapat menemukan konsep sendiri melalui kegiatan eksperimen dan dipandu dengan media animasi dan komik. 2) Teori Belajar Piaget
Teori belajar Piaget sangat mempengaruhi dalam bidang pendidikan kognitif. Menurut Piaget, proses belajar akan terjadi apabila mengikuti tahap-tahap asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi merupakan proses pengintegrasian atau penyatuan informasi baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimiliki oleh individu. Proses akomodasi merupakan proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Proses ekuilibrasi merupakan proses penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Menurut pendapat Piaget setiap individu mengalami tingkat-tingkat perkembangan kognitif. Adapun tingkat-tingkat perkembangan kognitif individu menurut Piaget yang dirangkum dari Ratna Wilis (1989: 152-155) yaitu: a) tingkat sensor-motor (0-2 tahun); b) tingkat pra-operasional (2-7 tahun); c) tingkat operasional konkrit (7-12 tahun); d) tingkat operasional formal (11 tahun ke atas). Setiap tingkat perkembangan kognitif mempunyai karakteristik sendiri-sendiri. Proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap-tahap perkembangan kognitif sesuai dengan umurnya. Pola dan tahap-tahap ini bersifat hierarki, artinya harus dilalui berdasarkan urutan tertentu dan seseorang tidak dapat belajar sesuatu yang berada di luar tahap kognitifnya.
Pada tingkat sensori-motor (0-2 tahun), anak mengatur alamnya dengan panca indranya (sensori) dan tindakan-tindakannya (motor). Pada tingkat ini, perkembangan kognitif anak lebih didasarkan pada tindakan inderawi anak terhadap lingkungannya, seperti melihat, meraba, menjamah, mendengar, membau, dan lain-lain. Periode ini bayi tidak mempunyai konsepsi.
Tingkat pra-operasional (2-7 tahun) dicirikan dengan adanya fungsi semiotik, yaitu menggunakan simbol atau tanda untuk menyatakan atau menjelaskan suatu objek yang saat itu tidak berada bersama subjek. Tingkat pra-operasional ini terdiri atas dua sub tingkat. Sub tingkat pertama antara 2-4 tahun yang disebut sub-tingkat pra-logis. Sub tingkat kedua ialah antara 4-7 tahun yang disebut tingkat berpikir intuitif. Pada sub-tingkat pra-logis penalaran anak adalah transduktif yaitu menalar dari umum ke khusus.
Tingkat operasional konkret (7-11 tahun) merupakan permulaan berpikir rasional. Tingkat ini dicirikan dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan tertentu yang logis. Anak mulai mengembangkan sistem pemikiran logis untuk dapat diterapkannya dalam memecahkan masalah-masalah konkret. Jadi anak dalam periode operasional konkret memilih pengambilan keputusan logis dan bukan keputusan perseptual.
Pada tingkat operasional formal (11 tahun ke atas), anak dapat menggunakan operasi-operasi konkretnya untuk membentuk operasi-operasi yang lebih kompleks. Kemajuan anak pada periode ini adalah anak tidak perlu berpikir dengan pertolongan benda-benda atau peristiwa konkret tetapi menggunakan kemampuan berpikir abstrak. Karakteristik dari berpikir operasional formal yaitu
commit to user
anak sudah dapat merumuskan alternatif hipotesis deduktif dan induktif abstrak dalam menanggapi masalah dan mengecek data terhadap hipotesis untuk membuat keputusan.
Dari uraian di atas, inti dari teori belajar Piaget adalah sesuai dengan tingkatan perkembangan intelektual dan kemampuan berpikir anak pada usia-usia tertentu. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran untuk siswa SMP berada pada tahap operasional formal, dimana siswa sudah dapat merumuskan alternatif hipotesis dan dapat mengambil kesimpulan lepas dari apa yang diamati saat ini. Pada tahap ini juga, logika remaja mulai berkembang dan digunakan. Cara berpikir yang abstrak mulai dimengerti dan anak mulai suka membuat teori tentang segala sesuatu yang dihadapi. Pikiran anak tidak hanya terikat pada hal yang sudah dialami, tetapi juga dapat berpikir mengenai sesuatu yang akan datang karena berpikir secara hipotesis.
Pemantulan Cahaya merupakan salah satu konsep IPA (Fisika) yang dipelajari di SMP kelas VIII yang meliputi beberapa hal antara lain sifat-sifat cahaya, hukum pemantulan cahaya, pemantulan pada cermin datar, cekung, dan cembung. Karakteristik materi Pemantulan Cahaya termasuk materi konkret. Selama ini siswa masih kesulitan dalam mempelajari dan memahami konsep dalam materi Pemantulan Cahaya. Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk mempelajari materi Pemantulan Cahaya dapat dibantu dengan media animasi dan komik agar lebih menarik.
Siswa SMP kelas VIII meskipun sudah memiliki kemampuan berpikir abstrak, namun tidak semua siswa pada kenyataannya memiliki kemampuan