• Tidak ada hasil yang ditemukan

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI INSTRUMEN HUKUM EKONOMI DI ERA GLOBALISASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR) SEBAGAI INSTRUMEN HUKUM EKONOMI DI ERA GLOBALISASI"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

CORPORAT E SOCIAL RESPONSIBILIT Y (CSR)

SEBAGAI INSTRUMEN HUKUM EKONOMI DI ERA GLOBALISASI

Nur Sulistyo B Ambarini Fakul t as Hukum Universit as Bengkul u

E-mail : ambarini_nur@yahoo. com.sg

Abst ract

Gl obal i zat ion of t he wor l d have subst ant i al i nf l uence t he devel opment of t he st at e and t he count r y of Indonesia. One of t he gl obal i zat ion t r ends t hat inf l uence t he development of economi c l aw i n Indonesi a i s t he Cor por at e Soci al Responsi bi l it y (CSR). Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y (CSR) i s a concept i n economi c act ivit y associ at ed wit h t he embodi ment of t he concept of Sust ai nabl e Development . CSR ar r angement s i n legi sl at ion, ar e a r ef l ect ion of t he pr i nci pl e of gover nment i nt er vent ion. In t hi s r egar d CSR as an i nst r ument of economi c l aws i s mandat or y t o become a t ool f or cor por at e or busi ness ent it y f or achi eve sust ai nabl e devel opment and envir onment al l y sound. Thi s i s i nt ended as an ef f or t t o pr ovi de pr ot ect i on t o t he communit y, envi r onment and nat ur al r esour ces of t he busi ness pr act i ces t hat har m. In addi t i on it al so guar ant ees t he per f or mance of f i r ms in t he economy i n a bal anced way t o achi eve soci o-economi c wel f ar e of societ y.

Keywords: Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y (CSR); Economi c Law, Gl obal i zat ion.

Abst rak

Globalisasi dunia mempunyai pengaruh cukup besar perkembangan kehidupan bangsa dan negara Indonesia. Salah sat u t r end globalisasi yang berpengaruh t erhadap perkembangan hukum ekonomi di Indonesia adalah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y (CSR).

Cor por at e Soci al Responsi bi l it y CSR merupakan suat u konsep dalam kegiat an ekonomi berkait an dengan perwuj udan konsep Pembangunan Berkelanj ut an (sust ainabl e devel opment). Pengat uran CSR dalam perundang-undangan, pada prinsipnya merupakan pencerminan asas campur t angan pemerint ah. CSR sebagai inst rumen hukum ekonomi bersif at waj ib diharapkan dapat menj adi sarana bagi perusahaan at au ent it as bisnis, dalam mewuj udkan pembangunan berkelanj ut an dan berwawasan lingkungan. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya unt uk memberikan perlindungan t erhadap masyarakat , sumberdaya alam dan lingkungan dari prakt ek-prakt ek bisnis yang merugikan. Disamping it u j uga menj amin kinerj a perusahaan dalam perekonomian secara seimbang demi t ercapainya kesej aht eraan sosial ekonomi masyarakat .

Kat a Kunci: Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y (CSR); Hukum Ekonomi, Globalisasi.

Pendahuluan

Globalisasi dit andai adanya ket erbukaan dan kebebasan t elah melanda dunia, meng-akibat kan t erj adinya perubahan dalam berbagai aspek kehidupan t erut ama di negara-negara berkembang. Gelombang globalisasi yang ber-kembang merambah seluruh dunia pada abad 21 ini mengandung harapan, peluang dan t an-t angan, yang an-t idak dapaan-t dihindari an-t ean-t api harus diant isipasi dan dihadapi. Arus globalisasi yang menerapkan pendekat an ‘ pasar bebas’ t elah membawa pengaruh t erhadap kehidupan

ma-syarakat di banyak negara baik negara maj u maupun negara berkembang t ermasuk Indo-nesia.

Pada era globalisasi t elah banyak per-ubahan yang t erj adi baik di t ingkat regional, nasional maupun int ernasional. Menurut Soer-j ono Soekant o1 perubahan dalam kehidupan masyarakat adalah segala perubahan yang t er-j adi dalam inst it usi-inst it usi sosial yang mem-pengaruhi sist em sosialnya, t ermasuk di

(2)

nya nilai-nilai, sikap dan pola perilaku diant ara kelompok-kelompok dalam masyarakat t erse-but . Pengaruh globlisasi mengakibat kan t erj adi-nya perubahan t at a kehidupan masyarakat baik polit ik, ekonomi, sosial budaya, dan j uga t at a nilai hukum dan perundang-undangan sert a ber-bagai kebij akan.

Implikasi paling dominan akibat arus glo-balisasi salah sat unya adalah perubahan yang t erj adi pada aspek hukum. Hal ini sej alan de-ngan yang dikemukakan Cer er o sebagaimana adagium yang mengat akan “ubi soci et as i bi i us” , dimana ada masyarakat , di sit u ada hukum. Jadi hukum adalah bagian pent ing dari realit as kehidupan masyarakat dan hukum it u sendiri akan memberikan implikasi yang kuat pada pembaharuan yang sedang dilaksanakan dalam rangka membangun supremasi hukum. Akibat t erj adi perubahan dalam berbagai ke-hidupan masyarakat , maka perubahan hukum sangat mendesak unt uk dilakukan baik dit ingkat nasional maupun regional. Perubahan hukum mencakup pembaruan dalam cara berpikir, t ingkah laku, pola hidup yang sesuai dengan t unt ut an zaman. Dengan kat a lain, agenda ref ormasi hukum dalam menghadapi arus glo-balisasi mencakup ref ormasi kelembagaan

(i nst it usi onal r ef or m), ref ormasi perundang-undangan (inst r ument al r ef or m) dan ref ormasi budaya hukum (cul t ur r ef or m)2.

Pembangunan hukum t idak hanya t ert uj u pada at uran at au subst ansi hukum t et api j uga pada st rukt ur at au kelembagaan hukum dan pada budaya hukum3. Arah pembangunan hu-kum sebagaimana dalam Undang-undang RI No. 17 Tahun 2007 t ent ang Rencana Pembangunan Jangka Panj ang Nasional Tahun 2005-20254, ant ara lain: unt uk mendukung t erwuj udnya pert umbuhan ekonomi yang berkelanj ut an; me-ngat ur permasalahan yang berkait an dengan ekonomi, t erut ama dunia usaha dan dunia indust ri; sert a mencipt akan kepast ian invest asi,

2 Abdul Manan, 2005, Aspek-Aspek Pengubah Hukum. Jakart a: Prenada Medi a, hl m. 60.

3 Sat j i pt o Rahardj o. 1983, Hukum dan Per ubahan Sosi al. Bandung: Al umni, hl m. 231.

4 Lihat Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2007 (IV. 1. Arah Pembangunan Jangk Panj ang Tahun 2005-2025: IV. 1. 2. E. Ref or masi Hukum dan Birokrasi), hl m. 92.

t erut ama penegakan dan perlindungan hukum. Pembangunan hukum dilaksanakan melalui pembaruan mat eri hukum dengan t et ap mem-perhat ikan kemaj emukan t at anan hukum yang berlaku. Pengaruh globalisasi sebagai upaya unt uk meningkat kan kepast ian dan perlindung-an hukum, penegakperlindung-an hukum dperlindung-an HAM, ke-sadaran hukum, sert a pelayanan hukum yang berint ikan keadilan dan kebenaran, ket ert iban dan kesej aht eraan dalam rangka penyeleng-garaan Negara yang makin t ert ib, t erat ur, lancar, sert a berdaya saing global.

Menurut Sat j ipt o Rahardj o, ref ormasi hukum adalah perombakan hukum secara men-dasar yang mempunyai kualit as ‘ paradigmat ik’ . Ref ormasi hanya benar-benar berkualit as pe-rombakan, apabila t idak t erj at uh menj adi anar-ki. Oleh karena it u ref ormasi membut uhkan sasaran yang j elas5. Sement ara it u pernyat aan Mant an Ment eri Kehakiman Kabinet Ref ormasi, Muladi, menyebut kan bahwa ref ormasi hukum ekonomi merupakan salah sat u dari t iga skala priorit as di bidang hukum yang mendesak di-realisasi. Dua bidang yang lain adalah hukum yang berkait an dengan masalah-masalah polit ik dan hukum yang berkait an dengan hak asasi manusia dan budaya.6

Menghadapi berlakunya WTO (Wor l d Tr a-de Or gani zat ion) dan t erj adi perubahan pesat dalam perkembangan perekonomian global maupun regional, mau t idak mau Indonesia harus melakukan perubahan-perubahan di bidang hukum t erkait dengan hubungan ekonomi ant ar Negara. Ref ormasi hukum eko-nomi dilakukan karena pada kenyat aanya hu-kum yang ada belum mampu menj awab ber-bagai persoalan yang muncul t erkait dengan kegiat an ekonomi baik pada t ingkat nasional maupun global. Unt uk it u diperlukan hukum ekonomi yang lebih dinamis7, membuka ke-mungkinan unt uk berbagai kebut uhan masya-rakat , t idak hanya mendukung pembangunan

5 Sat j i pt o Rahar dj o. “ Kel uasan Ref ormasi Hukum” . Kompas, 8 Mei 1998.

6 Adi Sul i st iyono, 2007, Ref or masi Hukum Ekonomi Indo-nesi a. Surakart a: LPP dan UPT Penerbit an dan Pence-t akan UNS (UNS Press), hl m. 3.

(3)

ekonomi saj a t et api j uga dengan t et ap me-melihara keadilan. Menurut Adi Sulist iyono8, diperlukan pendekat an ekonomi dalam pem-bangunan hukum ekonomi. Dengan pendekat an t ersebut diharapkan ref ormasi hukum ekonomi menghasilkan t uj uan: per t ama, mencipt akan suat u sist em hukum ekonomi ‘ kekeluargaan’ at au ‘ kerakyat an’ yang punya daya penangkal dalam menyaring masuknya unsur asing yang bert ent angan dengan nilai Pancasila dan UUD Negara RI 1945; kedua, mencipt akan kegiat an ekonomi yang ef isien dan produkt if ; ket i ga, mencipt akan kepast ian hukum di lingkungan penegak hukum dan birokrat , sehingga hukum ekonomi mempunyai daya predikt abilit as yang berguna bagi para pelaku bisnis; keempat, mendorong masyarakat agar gesit menangkap dan menggunakan peluang ekonomi dan sosial yang t ransparan; kel i ma, memperlancar peme-rat aan ekonomi; keenam, mampu mencipt akan nasionalisme ekonomi; ket uj uh, hukum ekonomi yang mampu mengikut i t rend bisnis int ernasional.

Terkait dengan t rend bisnis yang sedang berkembang, adalah konsep Tanggung Jawab Sosial Perusahaan at au Cor por at e Soci al Res-ponsi bi l i t y (CSR). Dalam dunia usaha konsep CSR bukan merupakan hal baru. Beberapa per-usahaan t elah melaksanakan sebagai suat u t indakan sukarela dalam kont eks pelaksanaan et ika bisnis. Berkait an dengan penerapan prinsip-prinsip et ika dalam bisnis, menyangkut persoalan moralit as dari suat u keput usan dan akt ivit as. Dalam pelaksanaan ref ormasi hukum ekonomi, hal ini t elah menimbulkan pro dan kont ra di berbagai kalangan t erut ama di kalangan bisnis. Hal ini disebabkan konsep

Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y (CSR) t elah menj adi inst rumen hukum yang diat ur sebagai salah sat u mat eri dalam beberapa perat uran perundang-undangan yang berkait an dengan bidang ekonomi. Selanj ut nya dalam t ulisan ini membahas persoalan mengenai peran Cor po-r at e Soci al Responsi bi l it y (CSR) at au t anggung j awab sosial perusahaan sebagai inst rumen hukum ekonomi pada era globalisasi.

8

Adi Sul i st iyono, op ci t , hl m. 77.

Pembahasan

Globalisasi dan Pembangunan Hukum Eko-nomi

Arus globalisasi t elah melanda dunia yang mengakibat kan t erj adinya perubahan dalam berbagai aspek kehidupan t erut ama di negara-negara berkembang. Menurut Baharudin Darus, beberapa perubahan yang memerlukan payung hukum agar berj alan sebagaimana layaknya, adalah: (1) globalisasi inf ormasi dan komunikasi sebagai akibat kemaj uan t eknologidan sarana/ prasarana inf ormasi dengan j angkauan yang makin global, kecepat an t inggi dan kapasit as yang lebih besar unt uk menyalurkan berbagai ragam inf ormasi; (2) globalisasi ekonomi dan perdagangan bebas, globalisasi keuangan dan pemilikan kapit al, globalisasi pasar, dan gerak laj unya perusahaan t r ansnat i onal cor por at ion

di berbagai negara; (3) globalisasi gaya hidup dan pola konsumsi, globalisasi budaya, glo-balisasi persepsi dan kesadaran yang mana produk-produk ini dipasarkan keseluruh dunia; (4) globalisasi media massa dan cet ak sert a media elekt ronik, yang akan membangun opini global melalui media canggih dan mut akhir; (5) globalisasi polit ik dan wawasan. Arus global ini masuk melalui isu ant ara lain demokrasi, HAM, lingkungan hidup, dan keset araan gender. .

(4)

Selain it u bagi negara-negara yang t elah me-nandat angani kesepakat an t ersebut berkewa-j iban unt uk menyesuaikan hukum nasionalnya dengan ket ent uan-ket ent uan dalam GATT-PU. Dengan menandat angani kesepakat an GATT-PU dan menj adi anggot a WTO (Wor l d Tr ade Or gani zat ion), globalisasi ekonomi sangat ber-pengaruh pada bidang hukum di Indonesia. Semua negara yang t elah menj adi anggot a WTO dan menandat angani GATT-PU waj ib menye-suaikan hukum nasionalnya dengan ket ent uan-ket ent uan yang t erdapat dalam GATT-PU. Oleh karena it u konsekuensinya Indonesia j uga perlu melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan perkembangan yang t erj adi secara int ernasio-nal. Menurut Muladi, hukum nasional dalam era globalisasi disamping mengandung l ocal char ac-t er i sac-t i cs, sepert i ideologi bangsa, kondisi-kon-disi manusia, alam dan t rakondisi-kon-disi bangsa, j uga harus mengandung kecenderungan-kecende-rungan int ernasional (i nt er nat ional t r end) yang diakui oleh masyarakat int ernasional yang beradab9.

Beberapa t rend int ernasional berkenaan globalisasi ekonomi selain kesepakat an GATT-PU yang mempengaruhi perkembangan hukum ekonomi di Indonesia ant ara lain adalah KTT Bumi mengenai “ Lingkungan Hidup dan Pem-bangunan” (Uni t ed Nat ions Conf er ence on

Envi r onment and Development) t ahun 1992 di

Rio de Janeiro. Konf erensi Rio ini menghasilkan beberapa kesepakat an diant aranya “ Deklarasi Rio” dan “ Agenda 21” yang berisi prinsip-prin-sip menyangkut pengelolaan lingkungan dan pembangunan, t elah melahirkan suat u konsep “ Pembangunan Berkelanj ut an” (Sust ainabl e

De-velopment). Pembangunan berkelanj ut an

di-dasarkan at as perlindungan lingkungan hidup, pembangunan ekonomi dan sosial yang di-t uangkan dalam 3 (di-t iga) dokumen yang secara hukum mengikat (l egal l y bi nding) dan 3 (t iga) dokumen yang secara hukum t idak mengikat (non-l egal l y bi nding).

Legal l y bi ndi ng document s t erdiri dari t iga konvensi yait u Convent i on on Bi ologi cal Di

-ver sit y (CBD) at au Konvensi Keanekaragaman

9

Ibi d.

Hayat i; Unit ed Nat ions Convent i on on Cl i mat e

Change (UNFCCC) at au Konvensi Kerangka PBB

t ent ang Perubahan Iklim; Convent i on t o Com-bat Deser t if i cat i on (CCD) at au Konvensi t en-t ang Mengaen-t asi Degradasi lahan. Sedangkan

non- l egal l y bi ndi ng document s t erdiri dari t iga kesepakat an, yait u: Ri o Decl ar at ion (Dek-larasi Rio); For est Pr i nci pl e (Aut hor i t at ive St at ement of Pr i nci pl es f or a Gl obal Concensus on Management , Conser vat ion, and Sust ai nabl e Development of al l Types of For est) yang me-nyat akan pent ingnya hut an bagi pembangunan ekonomi, penyerap karbon at mosf er, perlin-dungan keragaman hayat i dan pengelolaan DAS; Agenda 21 (rencana komprehensif mengenai program pembangunan berkelanj ut an ket ika memasuki abad 21). Dalam implement asinya pasca KTT Rio, komit men global t ersebut belum menggembirakan. Pada t ahun 2002 (26 Agust us-6 sept ember) di Johannesburg- Af rika Selat an, PBB menyelenggarakan KTT pembangunan Ber-kelanj ut an (Wor l d Summi t on Sust ainabl e

Deve-l opment /WSSD), yang disebut dengan Konf

e-rensi Rio+10. Deklarasi Johannesburg, menggarisbawahi bahwa pembangunan berkelanj ut -an mempunyai t iga pilar yait u ekonomi, ling-kungan hidup, dan sosial. Int inya pembangunan berkelanj ut an adalah pembangunan ekonomi yang harus berwawasan lingkungan sekaligus mengusahakan pemerat aan yang seadil-adilnya. Karenanya pembangunan yang dilakukan harus bersif at holist ik agar t erj adi sinergi10

Dalam ref ormasi hukum ekonomi di Indo-nesia f akt or pent ing yang perlu diperhat ikan adalah ref ormasi hukum ekonomi waj ib mengacu pada hasil-hasil GATT-PU yang t elah disepakat i Indonesia; ref ormasi hukum ekonomi harus memberi perhat ian pada persoalan eko-nomi kerakyat an at au keadilan ekoeko-nomi seba-gaimana diamanat kan Pancasila dan Undang Dasar Negara RI 1945. Dalam Undang-undang Nomor. 17 Tahun 2007 t ent ang Rencana Pembangunan Jangka Panj ang Nasional Tahun 2005-2025 disebut kan bahwa unt uk mewuj ud-kan bangsa yang berdaya saing, pembangunan

(5)

nasional j angka panj ang diant aranya diarahkan unt uk memperkuat perekonomian domest ik dengan orient asi dan berdaya saing global, perekonomian dikembangkan dengan memper-kuat perekonomian domest ik sert a beorient asi dan berdaya saing global; unt uk it u dilakukan t ransf ormasi bert ahap dari perekonomian ber-basis keunggulan komparat if sumber daya alam menj adi perekonomian yang berkeunggulan kompet et if ; berlandaskan prinsip demokrasi ekonomi yang memperhat ikan kepent ingan na-sional sehingga t erj amin kesempat an berusaha dan bekerj a bagi seluruh masyarakat dan mendorong t ercapainya penanggulangan kemis-kinan; Pengelolaan kebij akan perekonomian perlu memerhat ikan secara cermat dinamika globalisasi, komit men nasional di berbagai f ora perj anj ian ekonomi int ernasional, dan kepen-t ingan nasional dengan mengukepen-t amakan kelom-pok lemah, sert a menj aga kemandirian dan kedaulat an ekonomi bangsa.

Pembangunan ekonomi merupakan peng-gerak ut ama pembangunan nasional. Dalam pelaksanaannya pembangunan di bidang eko-nomi harus secara menyeluruh dan t erpadu dengan lainnya unt uk saling mendukung dan memperkuat demi mencapai kemaj uan bangsa. Bidang hukum merupakan salah sat u bidang yang mempunyai hubungan t imbal balik cukup erat dengan pembangunan ekonomi. Sebagai-mana dikat akan Ismail Saleh11, ekonomi me-rupakan t ulang punggung kesej aht eraan masya-rakat , namun t idak dapat disangkal bahwa hukum j uga merupakan pranat a yang pada akhirnya menent ukan bagaimana kesej aht eraan yang dicapai dapat dinikmat i secara merat a, bagaimana keadilan sosial dapat diwuj udkan dalam kehidupan masyarakat , dan bagaimana ilmu penget ahuan dan t eknologi dapat mem-bawa kebahagiaan bagi rakyat banyak. Per-kembangan dan pert umbuhan ekonomi sangat cepat dan kompleks, yang dapat menimbulkan berbagai hubungan hukum dalam akt ivit as ekonomi at au bisnis. Baik dalam kont eks lokal, nasional maupun int ernasional. Oleh sebab it u hukum j uga harus mampu mengant isipasi dan

11 Ismail Sal eh, 1990, Hukum dan Ekonomi , Jakart a: PT Gramedia Ut ama, hl m. XXVII.

mengikut i perkembangan dalam kegiat an eko-nomi. Terlebih di era globalisasi dimana gelom-bang perubahan kehidupan t ermasuk bidang perekonomian sangat cepat t erj adi. Unt uk it u ref ormasi hukum menj adi sangat pent ing t erut ama dalam bidang hukum ekonomi. Hukum ekonomi adalah rangkaian perangkat perat uran yang mengat ur kegiat an ekonomi yang dilaku-kan oleh pelaku ekonomi. Dari bat asan t ersebut dapat diurai beberapa unsur, yait u: perangkat perat uran adalah serangkaian perat uran (dari undang-undang sampai perat uran pelaksaan-nya) yang secara subst ansial mengat ur seluruh at au sebagian kegiat an ekonomi pada umum-nya; kegiat an ekonomi yang paling ut ama adalah kegiat an produksi dan dist ribusi. Ke-giat an produksi dan dist ribusi pada dasarnya berada dalam dua ranah bidang hukum ut ama, yait u ranah hukum privat dan ranah hukum publik.12

Sej ak era ref ormasi 1997, t elah banyak perat uran perundangundangan yang dit erbit -kan dan disempurna-kan sesuai perkembangan arus globalisasi. Fungsi hukum yang diharapkan set elah diubah melalui perat uran perundang-undangan, ant ara lain: per t ama, st andar d of

conduct , yakni menj adi ukuran t ingkah laku dan

kesamaan sikap yang harus dit aat i oleh set iap orang dalam hidup bermasyarakat ; kedua, as a t ool of soci al engi neer i ng, yakni hukum harus dapat dij adikan alat unt uk menuj u kehidupan yang lebih baik sesuai dengan sit uasi dan kondisi perubahan zaman; ket i ga, as a t ool of j ust i f i cat i on, yakni hukum sebagai alat unt uk menyat akan benarnya suat u t ingkah laku yang hidup dan berkembang dalam masyarakat ;

keempat, as a t ool of cont r ol , yakni sebagai alat unt uk mengont rol pemikiran dan t ingkah laku manusia agar mereka selalu t erpelihara moralnya, t idak melakukan perbuat an yang melanggar hukum, norma susila, dan aj aran agama yang dipeluknya; kel i ma, r echt zeken

hei d yakni agar dalam set iap persoalan dan

permasalahan yang t erj adi dalam masyarakat

(6)

ada kepast ian hukum unt uk dij adikan pegangan oleh seluruh masyarakat13.

Mengacu pada kesepakat an int ernasional sebagai konsekuensi menj adi anggot a WTO, demi menyesuaikan dengan perkembangan glo-balisasi ekonomi dan perdagangan bebas, ber-bagai perat uran perundang-undangan t elah dit erbit kan dan sempurnakan. Beberapa per-at uran perundang-undangan yang dit erbit kan dan yang disempurnakan t erkait bidang eko-nomi, diant aranya adalah Undang-undang-un-dang Nomor 4 Tahun 1982 t ent ang Lingkungan Hidup (UULH) digant i dengan Undang-undang Nomor. 23 Tahun 1997 t ent ang pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH), kemudian diperba-harui lagi dengan Undang-undang Nomor 39 Ta-hun 2009 t ent ang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; Undang-undang Nomor 5 Tahun 1999 t ent ang Larangan Prakt ek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat ; Undang-undang Nomor 8 t ahun 1999 t ent ang Perlin-dungan Konsumen; Undang-undang Nomor 1 t ahun 1967 t ent ang PMA dan Undang-undang Nomor 6 Tahun 1968 t ent ang Penanaman Mo-dal Mo-dalam Negeri (PMDN) yang t elah dicabut dan digant i dengan Undang-undang Nomor. 25 Tahun 2007 t ent ang Penanaman Modal (UUPM); demikian pula Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 t ent ang Perseroan Terbat as digant i dengan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as (UUPT).

Perubahan perundangan t erut ama de-ngan disahkannya dua Undang-Undang t ersebut t erakhir yait u Undang-Undang Penanaman Modal (UUPM) dan Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as, t elah menimbulkan kont roversial dalam masyarakat khusus kalangan dunia usaha. Pro dan kont ra t erhadap undang-undang t ersebut dipicu de-ngan adanya Pasal 74 UUPT yang mewaj ibkan perusahaan yang berkait an dengan sumberdaya alam unt uk melakukan program Tanggung Ja-wab Sosial Perusahaan (Cor por at e Soci al Res-ponsi bi l i t y). Sebelumnya hal t ersebut j uga t elah diat ur dalam Pasal 15 Undang-undang Nomor 25 Tahun 2007 t ent ang Penanaman

13

Abdul Manan, op. ci t . hl m. 69.

Modal, yang mewaj ibkan perusahaan dan pe-nanaman modal yang berkait an dengan sumber-daya alam dan lingkungan hidup unt uk melaku-kan program CSR. Kont roversi t ersebut t imbul karena kewaj iban melakukan program CSR dianggap bert ent angan dengan hakekat kegiat -an suat u perusaha-an. Tuj u-an perusaha-an me-laksanakan kegiat annya, pada hakekat nya ada-lah unt uk mencari keunt ungan yang sebesar-besarnya. Selain it u t anggung j awab sosial perusahaan merupakan kewaj iban moral dan bersif at sukarela (vol unt ar y).

Corporat e Social Responsibility (CSR) sebagai Instrumen Hukum Ekonomi

Konsep t anggung j awab sosial perusahaan (Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y/ CSR) menurut

The Wor l d Business Counci l f or Sust ai nabl e

De-velopment (WBCSD) adalah “Cont i nuing

com-mi t ment by busi ness t o behave et hi cal l y and cont r i but e t o economi c devel opment whi l e i mpr ovi ng t he qual i t y of l i f e t he wor kf or ce and t heir f ami l ies as wel l as of t he local com-muni t y dan soci et y at l ar ge” (komit men dunia usaha unt uk t erus menerus bert indak secara et is, beroperasi secara legal dan berkont ribusi unt uk peningkat an ekonomi, bersamaan dengan peningkat an kualit as hidup dari karyawan dan keluarganya sekaligus peningkat an kualit as komunit as lokal dan masyarakat secara lebih luas). Menurut Sudhamek AWS (Pendiri dan CEO Garuda Food), merumuskan t anggung j awab so-sial perusahaan (Cor por at e Soci al Respon-si bi l i t y/CSR) sebagai st rat egi j angka panj ang unt uk menj aga keberlangsungan hidup per-usahaan dan pemangku kepent ingan.

Tanggung j awab sosial perusahaan at au CSR pada hakekat nya merupakan bent uk kon-t ribusi suakon-t u perusahaan, dengan kon-t uj uan akhir menempat kan ent it as bisnis unt uk ikut sert a mewuj udkan pembangunan berkelanj ut an (

sus-t ai nabl e devel opmensus-t). Pembangunan

ber-kelanj ut an sebagaimana didef inisikan WCED

(The Wor ld Commission on Envir onment and

(7)

(WCED 1987: 43).14 Pelaksanaan pembangunan suat u negara, t idak hanya menj adi t anggung j awab pemerint ah. Dalam mewuj udkan ke-sej aht eraan sosial dan peningkat an kualit as hidup masyarakat , memerlukan part isipasi segenap lapisan masyarakat t ermasuk dunia usaha. Terkait dengan hal ini, dunia usaha berperan unt uk mendorong pert umbuhan eko-nomi dengan t et ap mempert imbangkan f akt or lingkungan. Unt uk mewuj udkan hal it u maka t anggung j awab sosial harus dilakukan pada sisi dalam (i nt er nal) ent it as bisnis dan sisi luar (ekst er nal) perusahaan. Berdasarkan pokok-po-kok pikiran dalam The Handbook f or Cor por at e Act ion, yang dit erbit kan Int er nat ional Union f or Conser vat i on on Nat ur e (IUCN) t ahun 2002, perwuj udan t anggung j awab sosial perusahaan paling sedikit memenuhi empat bent uk yait u mewuj udkan Good Cor por at e Gover nance; pe-ngembangan masyarakat ; berpart isipasi dalam pembangunan berkelanj ut an; membina hubung-an denghubung-an masyarakat15.

Menurut Sat j ipt o Raharj o, secara sosio-logis hubungan ant ara indust ri dan lingkungan sebagai perwuj udan t anggung j awab sosial perusahaan adalah merupakan pola int eraksi yang waj ar. Dalam perspekt if manaj emen ber-wawasan lingkungan, maka t anggung j awab sosial ini diint ernalisasikan ke dalam proses penyusunan pl anni ng, budged, st rat egi dan pe-nyiapan sist em inf ormasinya. Sebab dalam kacamat a manaj emen ekonomi konvensional f akt or t anggung j awab sosial t erhadap ling-kungan masih sebagai f akt or luar perusahaaan.

Konsep t anggung j awab sosial perusahaan (CSR/Cor por at e Soci al Responci bi l i t y) melibat -kan t anggung j awab kemit raan ant ara peme-rint ah, lembaga sumberdaya komunit as dan komunit as set empat (lokal). Benny Sut risno (Presdir PT. Apac Int i Corpora), mengart ikan CSR (Cor por at e Soci al Responci bi l i t y) sebagi-an” budi pekert i” perusahaan. Art inya, CSR mewuj ud dalam semua aspek kegiat an

14 Susan Baker, Sust ai nabl e Devel opment . New York: Rout l edge, Reprint ed 2007, hl m. 20.

15 Hadi Sudhar t o P dan FX. Adj i Samekt o, 2007, Di mensi Li ngkungan Dal am Bi sni s: Tanggung Jaw ab Sosi al Per usahaan Pada Li ngkungan. Semar ang: Badan Pener bit UNDIP, hl m127-139.

usahaan. Kemit raan yang berkeadilan dalam mat a rant ai nilai bisnis dipandang sebagai salah sat u bent uk CSR pada aspek ekonomi. Pada aspek lingkungan, CSR mewuj ud ant ara lain pada analisis dan ant isipasi dampak lingkungan secara bert anggungj awab. Disisi et ika, CSR ber-sif at sukarela, t api t erkait dampak lingkungan CSR bersif at memaksa, diat ur hukum16.

Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y (CSR) merupakan t rend global yang digunakan sebagai alat bersaing perusahaan dalam bisnis modern. CSR dapat menj adi st rat egi bisnis perusahaan unt uk meningkat kan daya saing dan mengang-kat cit ra perusahaan sekaligus sebagai keung-gulan kompet et if yang sulit dit iru. Okt i Dama-yant i17 (Unilever peduli Foundat ion), menegas-kan bahwa CSR (Cor por at e Soci al Respon-si bi l i t y) didef inisikan sebagai cara berbisnis. Semua cakupan kegiat an bisnis harus mem-punyai dampak posit if bagi masyarakat . Sedangkan menurut Mulyadi (Pengamat CSR UGM) CSR t et ap mengandung mot if t ert ent u.18 Mot if -mot if t ersebut diant aranya menj aga keamanan f asilit as produksi, mot if memat uhi kesepakat an kont rak kerj a, dan mot if moral unt uk memberikan pelayanan sosial pada ma-syarakat lokal. Secara normat if , idealnya per-usahaan seharusnya berusaha memberdayakan masyarakat lokal dan meningkat kan kesej ah-t eraan mereka. Dan sekalipun masih sedikiah-t , t api beberapa perusahaan sudah banyak yang melakukan CSR at as mot if moral.

Sebagai salah sat u pilar Good Cor por at e Gover nance (GCG), pelaksanaan Cor por at e So-ci al Responsi bi l it y (CSR) merupakan hal yang pent ing yang harus dilakukan oleh perusahaan. CSR merupakan bent uk pert anggungj awaban sosial perusahaan kepada st akehol der s sudah menj adi t unt ut an j aman dit engah dunia bisnis yang sudah berubah. Pandangan klasik menya-t akan perusahaan sebagai insmenya-t imenya-t usi bisnis mem-punyai t uj uan ut ama mencipt akan keunt ungan

(pr of it or ient ed) bagi pemegang saham

16 Nur Hidayat i, Menyoal Budi Peker t i Per usahaan, Kompas, 18 Jul i 2008.

17 Deni Ari sandy, Demi Busi ness Sust ainabl e, Maj al ah Ma-naj emen Ri si ko St abi l i t as, edisi No. 23-okt ober 2007, hl m. 15.

18

(8)

(shar ehol der s). Namun pandangan t ersebut t e-lah berubah, dan perusahaan yang ingin ber-t ahan pada era global harus mengubah para-digma t anggungj awabnya dari shar ehol der s

menj adi t anggung j awab sosial kepada st ake-hol der s.19 Menurut Kennet h Andrews, perubah-an paradigma shar ehol der s menj adi paradima

st akehol der s t erhadap perusahaan dalam

mengelola usahanya t idak t erlepas dari 3 (t iga) aspek yait u sel f -i nt er est adalah secara personal akan memberikan st imulus kepada para ekse-kut if perusahaan yang akan mengarahkan sum-ber daya bisnis unt uk mengat asi masalah sosial; moralit as adalah nilai et ika yang mengat ur akt i-vit as perusahaan; ref ikasi perusahaan adalah nilai moral yang diyakini oleh perusahaan.20

St akehol der s, menurut def inisi RE Freed-man (1984) adalah “any gr oup or i ndivi dual who can af f ect or i s acf f ect ed by t he achi eve-ment of t he or gani zat ion’ s obj ect i ve. ” Secara bebas dit erj emahkan sebagai kelompok at au individu yang dapat mempengaruhi dan at au dipengaruhi oleh suat u pencapaian t ert ent u.21

St akehol der s dapat diart ikan sebagai seseorang at au sekelompok orang yang memiliki sat u at au lebih kepent ingan (st ake) yang berbeda dalam suat u perusahaan. Dalam hal ini st akehol der s

dapat t erpengaruh dan j uga mempengaruhi t indakan, keput usan, kebij akan at au prakt ik-prakt ik yang dilakukan perusahaan. Kepent ing-an (st ake) seseorang at au sekelompok orang t erhadap suat u perusahaan t ersebut dapat muncul karena adanya hak hukum (l egal r i ght

)dan hal moral (mor al r i ght). Menurut Sonny Keraf (1998), dalam pendekat an st akehol der s

perusahaan (kegiat an bisnis) dit unt ut dan menunt ut dirinya unt uk menj amin st akehol der s

yang t erdiri dari dua kelompok yait u kelompok primer dan sekunder. Kelompok primer (pemilik modal/ saham, kredit or, karyawan, pemasok, konsumen, penyalur, pesaing at au rekanan); Kelompok sekunder (pemerint ah set empat ,

19 Riza Irvan, Tanggungj aw ab Sosi al : Agenda Bi sni s Gl obal , Maj al ah Manaj emen Usahawan Indonesi a No. 11/ XXIX/ Nopember 2000, hl m. 15.

20 Isa Wahyudi dan Busyra Azheri , 2008, Cor por at e Soci al Responsi bi l i t y: Pr insi p, Pengat uran dan Impl ikasi , Ma-l ang: In-Trans PubMa-l ishing, Cet . 1, hMa-l m. 80.

21

Ibi d, hl m. 73.

at au asing, kelompok sosial, media massa, masyarakat set empat at au umum).

John Elkingt on dalam bukunya “ Can-ni bal s wi t h For k, t he Tr i pl e Bot t om Line of

Twet iet h Cent ur y Busi ness” mengembangkan

konsep “Tr i pl e Bot t om Li ne” dalam ist ilah eco-nomi c pr osper it y, envir onment al qual i t y dan soci al j ust i ce. Pandangan John Elkingt on me-nyat akan bahwa j ika perusahaan ingin mem-pert ahankan berkelanj ut an hidupnya haruslah memperhat ikan “ 3P” (Pr of it , Peopl e, Pl anet). Selain mengej ar keunt ungan (pr of i t), perusaha-an j uga harus memperhat ikperusaha-an dperusaha-an t erlibat pada pemenuhan kesej aht eraan masyarakat (peopl e) dan berkont ribusi dalam menj aga kelest arian lingkungan hidup (pl anet)22. Dengan kat a lain aspek ekonomi yang diref leksikan dalam kondisi keuangan saj a, j uga harus memperhat ikan as-pek sosial dan lingkungannya. Ket iga hal t er-sebut (ekonomi, sosial dan lingkungan hidup) pada dasarnya merupakan pilar dari kehasilan unt uk mewuj udkan pembangunan ber-kelanj ut an.

Keunt ungan (pr of i t) merupakan t uj uan ut ama perusahaan dalam melakukan kegiat an bisnis. Hal ini harus dilakukan unt uk menj aga keberlanj ut an ekonomi perusahaan. Keber-lanj ut an (sust ai nabi l it y) ekonomi perusahaan perlu diperhat ikan karena merupakan dasar bagi perusahaan unt uk menj aga keberlanj ut an sosial dan keberlanj ut an lingkungan.23 Selain it u sebagai konsekuensi t anggung j awab eko-nomi, perusahaan harus memenuhi t anggung-j awabnya t erhadap st akehol der s primer.

St akehol der s primer dalam hal ini pemilik mo-dal at au pemegang saham, karyawan, kredit or, mempunyai hak hukum (l egal r i ght) t erhadap perusahaan berdasarkan perj anj ian yang t elah disepakat i at au perat uan yang berlaku. Selain mempunyai t anggung j awab ekonomi, per-usahaan j uga mempunyai t anggung j awab legal t erhadap kelompok ini. St akehol der s primer merupakan uj ung t ombak berlangsungnya

22 Yusuf Wibisono, 2007, Membedah Konsep dan apl i kasi CSR (Cor por at e Soci al Resposi bi l i t y). Gresik: Fasco Publ ising, hl m. 32.

(9)

kegiat an perusahaan. Oleh karena it u pent ing dan waj ib diperhat ikan sebab menyangkut hi-dup dan mat i sert a keberhasilan perusahaan.

Keberhasilan perusahaan memperoleh keunt ungan, t idak hanya unt uk memenuhi ke-pent ingan st akehol ders primer. Di sisi lain perusahaan j uga harus memperhat ikan kepen-t ingan kelompok st akehol der s sekunder. Kelom-pok ini meliput i pemerint ah, inst it usi sipil, LSM, Pers, pesaing usaha, asosiasi pengusaha dan masyarakat pada umumnya. Kelompok ini mempunyai kepent ingan dan berpengaruh t er-hadap perusahaan, t erut ama berkait an dengan reput asi at au cit ra perusahaan. Secara lang-sung kelompok ini t idak mempunyai kepen-t ingan dengan kegiakepen-t an inkepen-t i perusahaan. Tekepen-t api kepent ingan kelompok ini at as perusahaan t imbul karena hak moral (mor al r i ght).

Masyarakat (peopl e) secara umum me-rupakan kelompok yang dapat memperoleh manf aat sekaligus dampak dari kegiat an yang dilakukan oleh perusahaan. Di sat u sisi masya-rakat adalah konsumen at au pengguna produk dari perusahaan. Di sisi lain t erut ama masya-rakat set empat (lokal) t empat dimana per-usahaan beroperasi, j uga menj adi penerima dampak baik dampak posit if maupun negat if . Dampak posit if diharapkan dapat memberikan kont ribusi bagi kemaj uan dan kesej aht eraan masyarakat set empat . Namun dampak negat if seringkali menimbulkan gej olak yang dapat mempengaruhi image at au penilaian t erhadap kinerj a perusahaan. Kegiat an perusahaan dapat berpengaruh dan dipengaruhi oleh masyarakat yang ada disekit ar lokasi perusahaan. Oleh karena it u perusahaan j uga harus menj alin dan menj aga hubungan baik dengan masyarakat set empat . Dalam hal ini perusahaan dapat me-laksanakan t anggung j awab sosialnya (Cor po-r at e Soci al Responsi bi l it y/ CSR) t erhadap komu-nit as disekit arnya. Dengan adanya perusahaan diharapkan dapat membant u meningkat kan kesej aht eraan masyarakat . Misalnya dengan perekrut an t enaga kerj a, sehingga dapat me-ningkat kan pendapat an masyarakat , sekaligus mengat asi persoalan pengangguran. Dapat j uga dengan kegiat an lain yang bersif at produkt if at aupun bert uj uan meningkat kan kualit as hidup

masyarakat dibidang pendidikan, kesehat an dan sebagainya. Dengan demikian keberlanj ut an sosial masyarakat dapat t erj aga. Hal ini t idak hanya mengunt ungkan bagi masyarakat , t et api j uga bagi perusahaan. Dengan kondisi sosial ekonomi masyarakat yang kondusif , maka kegiat an perusahaan dapat berlangsung aman dan nyaman sert a berkelanj ut an.

Beroperasinya perusahaan di suat u lokasi mempunyai konsekuensi t erhadap masyarakat dan lingkungan disekit arnya. Selain dampak sosial, j uga secara ekologi kegiat an perusahaan dapat menimbulkan permasalahan t erhadap sumber daya alam dan lingkungan hidup di se-kit arnya. Akt ivit as perusahaan cenderung di-anggap sebagai penyebab global war mi ng dan masalah-masalah lingkungan hidup lain yang t erj adi akhir-akhir ini. Lingkungan yang baik dan sehat dapat mendukung kelancaran ke-giat an perusahaan. K. Bert ens (2000) menye-but kan bahwa alam dan lingkungan hidup (pl a-net) j uga berkedudukan sebagai st akehol der s.

Oleh karena it u menj adi kewaj iban perusahaan unt uk menj aga kelest arian lingkungan hidup disekit arnya. Persoalan kelest arian alam dan lingkungan hidup merupakan hal pent ing bagi perusahaan, t erut ama yang bergerak di bidang sumber daya alam. Eksploit asi yang t idak t erkendali akan menyebabkan kerusakan/ pen-cemaran dan kelangkaan sumber daya alam. Hal demikian dapat mengganggu keberlanj ut an lingkungan. Pada akhirnya dapat berakibat mengganggu keberlangsungan kegiat an per-usahaan yang bersangkut an.

(10)

Kesadaran perusahaan melaksanakan t anggung j awab sosialnya, sekaligus dapat membant u perusahaan unt uk melaksanakan t anggung j awab legal dari perusahaan. Tang-gung j awab legal merupakan t angTang-gungj awab perusahaan sebagai badan hukum t erhadap pe-merint ah set empat unt uk memat uhi perat uran hukum yang berlaku. Secara hukum adminis-t rasi, perusahaan harus melaksanakan keadminis-t enadminis-t u-an-ket ent uan hukum yang berlaku. Sepert i misalnya ket ent uan yang dit et apkan dalam Undang-Undang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup berkait an dengan Baku Mut u Lingkungan, AMDAL, pembuangan limbah; Ke-t enKe-t uan Undang-Undang KeKe-t enagakerj aan, Un-dang-Undang Perlindungan Konsumen dan sebagainya. Demikian j uga t erhadap pihak lain unt uk melaksanakan hak dan kewaj iban yang t elah disepakat i dalam perj anj ian; maupun t erhadap t unt ut an pengadilan.

Dit inj au dari sisi regulasi, pada dasarnya implement asi Cor por at e Soci al Responci bi l it y

(CSR) sudah menj adi komit men pemerint ah. Pada perusahaan BUMN dengan Program Kemit -raan Bina Lingkungan (PKBL), merupakan per-wuj udan CSR yang bersif at waj ib. Meski sudah banyak perusahaan di Indonesia melaksanakan CSR, namun masih bersif at insident al dan be-lum t erint egrasi. Terdapat t iga t ingkat an orien-t asi pelaksanaan CSR yaiorien-t u char it y, parsial dan berorient asi pada peningkat an daya saing.24

Terlepas dari perdebat an pro dan kont ra yang berkembang dalam masyarakat bisnis, pengat uran CSR dalam Pasal 74 Undang-Undang No. 40 Tahun 2007 t ent ang Perseroan Terbat as dan Pasal 15 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 t ent ang Penanaman Modal adalah merupakan sat u bent uk progresivit as dalam ref ormasi hu-kum khususnya dalam pembangunan huhu-kum ekonomi. Pengat uran CSR dalam undang-un-dang t ersebut sebagai bent uk campur t angan pemerint ah yang mengandung nilai-nilai unt uk melindungi berbagai aspek kehidupan kemanu-siaan25. Khususnya aspek sosial, ekonomi dan

24 Draj ad Kurni awan, Masíh Jauh dar i Panggang Api , Maj al ah “ St abil it as” Edisi No. 23- Okt ober 2007, hl m. 19. 25 Sri Redj eki Hart ono, op. ci t , hl m. 13, menyebut kan: Asas-asas ut ama dar i hukum ekonomi yang ber sumber dari

lingkungan dalam kegiat an ekonomi yang di-lakukan pelaku ekonomi (perusahaan). Campur t angan pemerint ah diperlukan pada dasarnya dalam rangka menj aga keseimbangan kepen-t ingan semua pihak di dalam masyarakakepen-t . Dalam hal ini adalah kepent ingan perusahaan, masyarakat dan lingkungan hidup. Terdapat hu-bungan saling membut uhkan ant ara perusahaan sebagai produsen dan masyarakat sebagai konsumen. Demikian pula dengan alam dan lingkungan sert a masyarakat disekit ar t empat perusahaan beroperasi.

Penggant ian kedua Undang-Undang t er-sebut t idak hanya sekedar menggant i, me-nyesuaikan dengan t rend global, t et api akan merupakan perombakan hukum ekonomi secara mendasar yang mempunyai kualit as ‘ para-digmat ik’ . Selain menyelaraskan kepent ingan nasional dengan at uran-at uran int ernasional dalam GATT-PU, pengat uran CSR dalam per-at uran perundang-undangan dan penerapannya akan mencipt akan keadilan ekonomi bagi masyarakat . Perubahan Undang-Undang Per-seroan Terbat as dan Undang-Undang Penanam-an Modal dengPenanam-an penambahPenanam-an mat eri CSR di dalamnya, diharapkan dapat menj adi landasan dan mampu memandu pelaku ekonomi di In-donesia, dalam menj alan akt ivit as bisnis baik dalam skala nasional maupun global. Meski dalam Pasal 74 Undang-Undang Perseroan Terbat as (UUPT) dan Pasal 15 Undang-Undang Penanaman Modal (UUPM) hanya mewaj ibkan perusahaan dan penanaman modal yang ber-kait an dengan sumberdaya alam dan lingkungan hidup unt uk melakukan program CSR, t et api dalam implement asinya akan lebih progresif t idak hanya t erpaku pada apa yang t ercant um dalam ket ent uan perat uran perundang-un-dangan t ersebut .

Sebagaimana dalam paradigma hukum progresif26, bahwa “ Hukum adalah unt uk Manu-sia” , yang menolak unt uk mempert ahankan keadaan st at us quo dalam cara berhukum

asas-asas hukum publ ik yang pat ut di perhat ikan ant ara l ain: asas kesei mbangan kepent ingan, asas pengawasan publ ic, dan asas campur t angan Negar a t erhadap kegiat an ekonomi.

(11)

pert i cara posit ivist ik, normat if dan legalist ik, yang harus bekerj a dengan rumusan-rumusan hukum alam perundang-undangan. Hukum progresif berpegang pada paradigma “ Hukum unt uk Manusia” . Manusia disini merupakan simbol bagi kenyat aan dan dinamika kehidupan. Hukum it u memandu dan melayani masyarakat . Dengan demikian diperlukan keseimbangan ant ara “ st at ika” dan “ dinamika” , ant ara per-at uran dan ‘ j alan- yang-t erbuka’ .27

Mengacu pada paradigma t ersebut dan berpedoman pada nilai-nilai Pancasila, yait u sist em hukum yang t idak mengandalkan pada

r ul e of l aw t api lebih menaruh perhat ian pada

r ul e of mor al at au r ul e of j ust i ce28. Penerapan CSR yang pada awalnya merupakan inst rumen dalam et ika bisnis yang bersif at sukarela. Sekarang menj adi inst rumen hukum yang bersif at waj ib, t et api t idak mengurangi essensi dari konsep CSR it u sendiri. Diharapkan dalam penerapan selanj ut nya t idak hanya merupakan ref ormasi kelembagaan (i nst it usi onal r ef or m),

dan ref ormasi perundang-undangan (i nst r umen-t al r ef or m, t et api j uga merupakan ref ormasi budaya hukum (cul t ur r ef or m) t erut ama bagi para pelaku ekonomi dalam dunia bisnis. Tidak hanya kegiat an ekonomi yang t erkait dengan sumber daya alam oleh pelaku usaha besar, t et api j uga pelaku ekonomi dalam skala UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah), sert a ma-syarakat pada umumnya. Dengan demikian pe-nerapan Cor por at e Soci al Responsi bi l it y (CSR) sebagai inst rumen hukum ekonomi, dapat men-j adi media pengarusut amaan konsep pemba-ngunan berkelanj ut an dalam kegiat an ekonomi.

Penut up Simpulan

Berdasarkan uraian dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa dalam mengant isipasi dan menyesuaikan perkembangan di era glo-balisasi, ref ormasi hukum ekonomi dilakukan

27 Sat j i pt o Rahardj o, 2005, Penaf si r an Hukum yang Pr ogr esi f (Pr awacana) dal am Buku Semi ot i ka Hukumdar i Dekonst r uksi Teks menuj u Pr ogr esi vi t as Makna (Ant hon Fredi Susant a), Bandung: Ref ika Adit ama, hl m. 14. 28 Sat j i pt o Rahardj o, dikut ip ol eh Adi Sul i st i yono, 2007,

Ref or masi Hukum Ekonomi Indonesi a, Sur akart a: Penerit UNS, hl m. 74.

dengan beberapa perubahan, penyempurnaan maupun penyusunan berbagai perat uran per-undang-undangan dalam bidang ekonomi. Peng-at uran Cor por at e Soci al Responsi bi l it y (CSR) dalam perat uran perundang-undangan merupa-kan pengej awant ahan asas-asas ut ama hukum ekonomi. Pengat uran Cor por at e Soci al Respon-si bi l i t y (CSR) dalam Undang-Undang No. 25 Ta-hun 2007 dan Undang-Undang No. 40 TaTa-hun 2007, merupakan pencerminan asas campur t a-ngan pemerint ah, asas keseimbaa-ngan kepen-t ingan, pengawasan publik, dalam kegiakepen-t an ekonomi. Dalam hal ini CSR sebagai inst rumen hukum ekonomi bersif at waj ib yang dit uj ukan khusus kepada kegiat an usaha yang t erkait langsung dengan sumber daya alam dan ling-kungan oleh pelaku ekonomi dalam bent uk perseroan. Ini dimaksudkan unt uk memberikan perlindungan t erhadap masyarakat , sumber-daya alam dan lingkungan dari prakt ek-prakt ek bisnis yang merugikan. Menj amin kinerj a per-usahaan dalam perekonomian secara seimbang demi t ercapainya kesej aht eraan sosial ekonomi masyarakat . Tet api sebagai inst rumen ekonomi yang bersif at sukarela, Cor por at e Soci al Res-ponsi bi l i t y (CSR) t et ap merupakan suat u hal yang harus dilakukan oleh set iap pelaku eko-nomi (perusahaan) yang melaksanakan kegiat an usaha dalam kerangka pelaksanaan et ika bisnis. Selain it u dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi yang berkelanj ut an dan berwawasn lingkungan, seharusnya Cor por at e Soci al Res-ponci bi l i t y (CSR) t idak hanya dilaksanakan oleh kegiat an usaha (perusahaan) dalam skala besar. Pelaku usaha dalam skala kecil dan menengah pun perlu mengusahakan pelaksanaan Cor po-r at e Social Responsi bi l i t y (CSR) sebagai ben-t uk kepedulian ben-t erhadap lingkungan disekiben-t ar-nya.

DAFTAR PUSTAKA

Arisandy, Deni. “ Demi Business Sust ainable” .

Maj al ah Manaj emen Ri si ko St abi l i t as, edisi No. 23. Okt ober 2007;

Baker, Susan. 2007. Sust ai nabl e Devel opment .

(12)

Hart ono, Sunaryat i. 1982. Hukum Ekonomi

Pembangunan Indonesia. Bandung: Bina

Cipt a;

Hart ono, Sri Redj eki. 2007. Hukum Ekonomi

Indonesi a. Malang: Bayumedia Publishing;

Hidayat i, Nur. “ Menyoal Budi Pekert i Perusahaan” . Kompas. 18 Juli 2008;

Irvan, Riza. “ Tanggungj awab Sosial: Agenda Bisnis Global” , Maj al ah Manaj emen

Usa-hawan Indonesi a No. 11/ XXIX/ Nopember

2000;

Kurniawan, Draj ad. “Masíh Jauh dar i Panggang Api ” , Maj al ah St abi l i t as Edisi No. 23- Okt ober 2007;

Manan, Abdul. 2005. Aspek-Aspek Pengubah

Hukum. Jakart a: Prenada Media;

Rahardj o, Sat j ipt o. 1983. Hukum dan Per

u-bahan Sosial. Bandung: Alumni;

---. “ Keluasan Ref ormasi Hukum” . Kompas.

8 Mei 1998;

---. 2007. Bi ar kan Hukum Mengal i r . Yakart a: Penerbit Buku Kompas;

Saleh, Ismail. 1990. Hukum dan Ekonomi .

Jakart a: PT Gramedia Ut ama;

Soekant o, Soerj ono. 1999. Pokok-pokok Sosiol ogi Hukum. Jakart a: Raj a Graf indo Persada;

Sudhart o, Hadi P dan FX. Adj i Samekt o. 2007.

Di mensi Li ngkungan Dal am Bi snis:

Tanggung Jawab Sosi al Per usahaan Pada

Li ngkungan. Semarang: Badan Penerbit

UNDIP;

Sulist iyono, Adi. 2007. Ref or masi Hukum Eko-nomi Indonesi a. Surakart a: LPP dan UPT Penerbit an dan Pencet akan UNS (UNS Press);

Wahyudi, Isa dan Busyra Azheri. 2008. Cor -por at e Soci al Responsi bi l i t y: Pr i nsi p. Pengat ur an dan Impl i kasi , Cet . 1. Ma-lang: In-Trans Publishing;

Wibisono, Yusuf . 2007. Membedah Konsep dan apl i kasi CSR (Cor por at e Soci al Resposi -bi l i t y). Gresik: Fasco Publising;

Wij aya, Gunawan dan Yeremia Ardi Prat ama. 2008. Ri si ko Hukum dan Bisni s Per

u-sahaan Tanpa CSR. Cet . 1. Jakart a:

Penerbit ForumSahabat ;

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menunjukkan, (i) penulis menemukan terdapat 61 kata atau frase slang sebagai tipe slang, yaitu 25 slang sebagai percakapan rutin dan 36

Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Kerusakan pada alat.

Dan untuk mewujudkan berita yang terupdate dan dalam hitungan menit selain dari reporter detik.com publik atau masyarakat juga diperbolehkan mengirim serta menuliskan sendiri

Warna polong Merah keemasan, berubah menjadi hitam ketika matang 22.. Warna biji Cokelat tua sampai hitam mengkilat

  Dokumen  yang  telah  dievaluasi  dapat  diperbaiki  untuk  meningkatkan  nilai  dokumen...  Utamanya  sektor  pendidikan  yang  harus  mampu  menyediakan

Antara tapak- tapak arkeologi di Malaysia yang berjaya menemukan hasil produk dari Timur Tengah adalah seperti di Kampung Pengkalan Bujang dan Kampung Sungai Mas, Kedah dan

Jenis kandidiasis yang terbanyak ditemukan adalah kandidiasis oral (60%) dengan penampakan klinis bercak putih di mulut (17%) dimana kandidiasis oral merupakan

Subyek dalam penelitian ini adalah orang yang sering pergi ke tempat ibadah dan orang yang jarang pergi ke tempat ibadah yang berjumlah 80 orang dengan rincian 40 orang sering