• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVA Konsep Baru untuk Mengukur Laba Ekon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVA Konsep Baru untuk Mengukur Laba Ekon"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ECONOMIC VALUE ADDED (EVA) :

KONSEP BARU UNTUK MENGUKUR LABA EKONOMI SUATU PERUSAHAAN

LILIS PUSPITAWATI

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Unikom

EVA bukanlah konsep yang baru. Esensi dari EVA adalah pengemasan ulang dari manajemen keuangan yang dapat dipercaya dan prinsip keuangan yang sudah lama ada. Namun, EVA merupakan inovasi penting karena selain tidak hanya merumuskan konsep keuangan modern tetapi implikasi yang up to date dari konsep ini telah membantu para manajer untuk lebih memahami tu-juan keuangan dan mambantu mereka untuk mencapai tutu-juan tersebut dengan mempermudah akses bagi manajer untuk memahami aspek keuangan yang terkadang rumit untuk dipahami sehingga membentuk suatu pola berpikir sis-tematis bagi pengambilan keputusan.

PENDAHULUAN

Pada beberapa waktu sebelumnya, motivasi para investor dalam menanamkan modalnya hanya berfokus pada pengem-balian modal yang ditanamkan dalam waktu yang relatif singkat dan selanjutnya mendapatkan bagian dari laba yang dihasil-kan berdasardihasil-kan kinerja perusahaan se-cara rutin. Tetapi hal tersebut tidak lagi ber-laku untuk beberapa waktu terakhir ini di-mana dalam menempatkan modalnya, mo-tivasi para investor tidak lagi sekedar pada pengharapan untuk sesegera mungkin men-dapatkan pengembalian modalnya, me-lainkan lebih jauh lagi berharap agar inves-tasi yang ditanamkan dapat menciptakan nilai yang menambah keunggulan perusa-haan dibanding pesaingnya sehingga men-jamin posisi profitabilitas dan likuiditas pe-rusahaan secara kontinu.

Manajer puncak sebagai penang-gungjawab utama atas aktivitas di seluruh lini manajemen perusahaan menyadari ma-salah ini. Tekanan untuk selalu menghasil-kan keuntungan yang terus meningkat dalam pasar yang memiliki regulasi

ber-dasarkan kesepakatan diantara para pe-mainnya baik yang diatur secara absah maupun yang terjadi secara alamiah, telah membuat banyak perusahaan menerapkan suatu tolok ukur kinerja baru untuk catat keberhasilan manajemen dalam men-ciptakan nilai bagi pemegang saham dan memotivasi karyawan diseluruh perusahaan agar bekerja secara konsisten untuk men-capai tujuan penciptaan nilai.

Untuk menciptakan nilai bagi pe-megang saham, perusahaan harus mem-peroleh pengembalian atas modal investasi (returned on invested capital) melebihi biaya modal (cost of capital). Setiap tolok mukur mempunyai kelebihan dan kele-mahan khusus, dan masing-masing diung-kapkan dengan cara yang berbeda. Pada tingkat yang paling dasar, mereka diran-cang untuk mengukur keberhasilan mana-jemen dalam mencapai tujuan ini. banyak konsep telah lahir dalam mengakomodir kebutuhan ini dan salah satunya seperti

yang diungkapkan oleh Young dan O’Byrne

(2001) yaitu Economic Value Added (EVA) yang telah didaftarkan sebagai merek da-gang resmi oleh Stern Stewark & Company.

(2)

EVA mengukur perbedaan, dalam perspek-tif keuangan, antara pengembalian atas modal perusahaan dan biaya modal. Hal itu serupa dengan pengukuran keuntun-gan dalam akuntansi konvensional, tetapi dengan satu perbedaan penting, EVA men-gukur biaya modal. Dalam hal ini adalah yang lazim dikenal dengan biaya ekuitas (equity cost), yang sering diabaikan dalam perhitungan laba rugi yang hanya memper-timbangakan biaya modal yang mudah terlihat seperti bunga. Penaksiran biaya ekuitas yang cenderung merupakan proses subjektif akan mengungkapkan upaya menciptakan nilai yang merupakan salah satu ukuran penting dari mengukur kesuksesan perusahaan.

WHAT IS EVA, and HOW CAN IT HELP YOUR COMPANY?

Dierks dan Patel (1997) menjabar-kan EVA sebagai suatu bentuk pengu-kuran kinerja keuangan dengan meng-kombinasikan antara konsep umum pen-dapatan bersih dengan prinsip-prinsip yang ada pada keuangan modern dimana secara khusus menyatakan bahwa seluruh modal menghasilkan biaya dan penda-patan yang melebihi biaya modal (cost of capital) akan menciptakan nilai bagi para pemegang saham.

Unsur penting dari EVA adalah pen-dapatan operasional bersih setelah pajak (Net Operational Profit After Tax / NOPAT) dan capital charge – yang merupakan be-sarnya modal yang dibutuhkan untuk menghasilkan biaya modal. NOPAT adalah laba dari operasional perusahaan sesudah pajak tetapi sebelum biaya-biaya keuan-gan dan pencatatan non kas. NOPAT me-rupakan total laba yang akan dibagi kepada para investor. Modal adalah jum-lah kas bersih yang diinvestasikan ke dalam perusahaan yang dapat dihitung dari penjumlahan seluruh penempatan modal – termasuk hutang dan ekuitas atau penjumlahan dari total aktiva bersih dengan hutang lancar dikurangi penem-patan modal. Sedangkan capital charge

adalah arus kas yang dibutuhkan investor dalam penaksiran resiko dari usaha yang sesuai dengan jumlah modal yang diinves-tasikan. Pengurangan penambahan atau penyetoran modal kerja atau aktiva tetap, perlu bagi kelangsungan hidup perusa-haan sepanjang laba yang dihasilkan da-pat meningkatkan EVA.

Biaya modal adalah tarif pengem-balian modal minimum kepada investor untuk meng-antisipasi resiko, seperti: pemotongan tarif yang menciptakan nilai. Rumusnya adalah sebagai berikut:

dimana : r = rate of return; c* = cost of capital, atau beban rata-rata cost of capi-tal, sehingga :

atau

atau

Secara ringkas EVA hanyalah ben-tuk lain dari penghitungan pendapatan – penjualan dikurangi biaya operasi – den-gan penguranden-gan satu atau lebih item yang berkaitan dengan penyertaan modal. Hal ini dapat mencerminkan laba ekono-mis yang sesungguhnya dengan turut memperhitungkan biaya modal.

EVA = ( r-c*) x Capital

EVA = ( r x capital ) – ( c* x capital )

EVA = NOPAT – c* x capital

(3)

MVA (Market Value Added)

MVA adalah pengukuran kekayaan perusahaan yang diciptakan untuk inves-tor. Akibatnya MVA memperlihatkan perbe-daan antara kekayaan yang dimasukkan investor dengan apa yang mereka dapat peroleh. Perusahaan dengan EVA positif dari tahun ke tahun akan memperlihatkan kinerja MVA, ketika EVA negatif pada saat masuk dan keluar akan mempengaruhi MVA sebagai kerugian dalam persaingan pasar. Bila MVA jumlahnya positif, peruhaan akan menyebabkan pemegang sa-ham menjadi kaya. MVA yang negatif men-gindikasikan berapa banyak kekayaan pemegang saham yang hilang. Maksimisai MVA akan menjadi tujuan utama untuk setiap perusahaan bila dikonsentrasikan pada kesejahteraan pemegang saham.

Bagaimana menghitung MVA? Per-tama semua modal perusahaan ditempat-kan dalam bagian-bagian dan diidentifi-kasi meliputi equity dan hutang, hutang bank, dan laba ditahan, dan jumlah lain-nya. Kemudian di sesuaikan dengan capi-talisasi sesudah pengeluaran, seperti pengeluaran R&D, sebagai investasi jangka panjang. Penyesuaian jumlah mo-dal ini dibandingkan dengan total nilai pasar perusahaan, umumnya nilai dari saham perusahaan dan hutang untuk memperbaiki MVA atau perbedaan antara apa yang bisa diambil investor (total nilai pasar) dan jumlah yang dimasukkan inves-tor (modal investasi).

Rumus MVA dapat dihitung sebagai beri-kut :

MVA = [(kewajiban kepada pihak luar x harga saham) + nilai pasar dari saham istimewa + nilai pasar dari hutang] – total modal.

MVA cenderung untuk bergerak bersama-sama dengan nilai pasar dari saham peru-sahaan. Badan pengurus, konsultan pengembangan perusahaan dan promosi EVA dalam komunitas bisnis, isi EVA hanya

metode pengukuran yang dapat dihubung-kan dengan harga saham perusahaan.

Young dan O’Byrne (2001)

men-deskripsikan bahwa tujuan utama se-bagian besar perusahaan adalah memak-simalkan kekayaan investor. Tujuan ini jelas menguntungkan investor, tetapi juga memastikan bahwa sumber daya yang terbatas telah dialokasikan secara efisien, sehingga menguntungkan perekonomian. MVA adalah perbedaan antara nilai pasar perusahaan (termasuk ekuitas dan utang) dan modal keseluruhan yang diinvestasi-kan dalam perusahaan.

MVA = nilai pasar –modal yang diinvestasi-kan

Kekayaan investor akan maksimal dengan memaksimalkan perbedaan antara nilai pasar dan jumlah modal yang diinvestasikan.

Nilai pasar adalah nilai perusahaan, yakni jumlah nilai pasar dari semua tun-tutan modal terhadap perusahaan oleh pasar modal pada tanggal tertentu. Lebih sederhana, itu adalah jumlah nilai pasar dari utang dan ekuitas. Modal yang diin-vestasikan adalah jumlah modal yang dis-ediakan penyedia dana pada tanggal yang sama. Bagaimana kita mengetahui apakah sebuah perusahaan merupakan pencipta nilai ?

MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan tingkat pengembalian lebih besar dari pada biaya modal (MVA-Positif). Dan sebaliknya MVA berkurang apabila nilai investasi yang di-jalankan manajemen kurang dari modal yang diserahkan kepada perusahaan oleh pasar modal (MVA-Negatif). Jika MVA negative berarti kekayaan telah dimus-nahkan. Dengan demikian semakin besar MVA, maka akan semakin baik.

(4)

modal yang sudah dipercayakan kepadanya, dalam mengubahnya menjadi lebih besar. Tujuan manajer perusahaan seyogyanya menciptakan sebesar mung-kin MVA, tetapi bukan berarti untuk me-maksimalkan nilai perusahaan, yang da-pat dicapai cukup mudah dengan mengin-vestasikan jumlah modal yang selalu men-ingkat.

Contoh, jika sebuah perusahaan menaikkan modal $20 juta dan mengin-vstasikan modal pada proyek yang di-harapkan mendapatkan biaya modal, baik nilai keseluruhan maupun modal keseluru-han meningkat dengan $20 juta dan MVA tidak berubah.

MVA meningkat hanya jika modal yang diinvestasikan mendapatkan tingkat pengembalian lebih besar daripada biaya modal. Ketika modal yang baru diperoleh diinvestasikan pada proyek yang mencip-takan nilai (contoh, proyek yang memiliki nilai sekarang bersih / NPV positif), MVA meningkat. Ketika modal diinvestasikan pada proyek yang memusnahkan nilai (proyek dengan NPV negatif), MVA berkurang.

Dengan menekankan pada MVA, kita lihat pertumbuhan sendiri tidak men-ciptakan nilai. Kita dapat menumbuhkan perusahaan, tetapi pertumbuhan tidak selalu menciptakan nilai. Pertumbuhan menciptakan nilai hanya jika pertambahan nilai akibat strategi pertumbuhan melebihi pertambahan modal yang diinvestasikan. MVA secara konseptual memiliki kekuran-gan sebagai tolok ukur komulatif dari kinerja. Untuk menggambarkan masalah ini, diasumsikan bahwa sebuah perusa-haan dibentuk pada akhir tahun 1994 dengan modal ekuitas $100 juta. Perusa-haan tidak memiliki utang. Kita asumsikan biaya modal adalah 12% dan tetap diting-kat tersebut. Sekarang adalah 5 tahun kemudian, dan nilai pasar ekuitas diasum-sikan adalah $140 juta. Dengan demikian MVA perusahan ini dihitung sebagai berkut:

MVA = $140 juta – $100 juta = $40 juta.

Kesimpulan yang jelas ditarik dari angka MVA adalah perusahaan telah men-ciptakan kekayaan $40 juta untuk pe-megang sahamnya. Tetapi kita lihat jika $100 juta tersebut diinvestasikan pada proyek lain 5 tahun yang lalu, dalam peru-sahaan dengan resiko yang sebanding. Biaya ekuitas yang 12% menyatakan se-cara tidak langsung bahwa investasi seperti itu mengharapkan pendapatan 12% setahun. Ini berarti pada akhir tahun kelima, investor tersebut mengharapkan:

$100 juta x (1,12)5 = $176, 23 juta

Tetapi perusahaan kita hanya bern-ilai $140 juta. Apakah tepat mengatakan bahwa perusahaan kita adalah pencipta nilai ? Jelas tidak, khususnya jika investasi seperti itu seharusnya bernilai $176,23 juta. Intuisi kita seharusnya mengatakan bahwa daripada menciptakan kekayaan $40 juta, perusahaan sebenarnya memus-nahkan lebih dari $36 juta. Masalahnya disini adalah MVA mengabaikan kesem-patan biaya modal yang diinvestasikan dalam perusahaan.

Menghitung EVA dan MVA

Menghitung MVA

(5)

 Menghitung EVA

Sebagaimana telah disebutkan bahwa EVA sama dengan NOPAT, di-kurangi biaya modal. (NOPAT merupakan laba operasi perusahaan, setelah pajak, dan mengukur laba yang diperoleh perusa-haan dari operasi berjalan). Biaya modal sama dengan modal yang diinvestasikan perusahaan (juga disebut modal atau mo-dal yang dipakai) dikalikan rata-rata ter-timbang (weighted average) dari biaya modal (WACC). WACC sama dengan jum-lah biaya dari setiap komponen modal-utang jangka pendek, modal-utang jangka pan-jang dan ekuitas pemegang saham-ditimbang berdasarkan proporsi relatifnya dalam struktur modal perusahaan pada nilai pasar.

Modal yang diinvestasikan adalah jumlah keseluruhan keuangan perusa-haan, terlepas dari kewajiban jangka pendek, pasiva yang tidak menanggung bunga, seperti utang, upah yang akan jatuh tempo, dan pajak yang akan jatuh tempo. Modal yang diinvestasikan sama dengan jumlah ekuitas pemegang saham, seluruh utang jangka pendek dan jangka panjang yang menanggung bunga, utang dan kewajiban jangka panjang lainnya.

Pada bagian ini akan disajikan perhitun-gan EVA berdasarkan penguranperhitun-gan NOTAP dengan beban modal (capital charge) yang dikutip dari Mulyadi (2001).

Sebelum menghitung EVA lebih lan-jut maka kita terlebih dahulu dapat mem-bandingkan penghitungan laba bersih dalam laporan laba rugi tradisional den-gan perhitunden-gan Economic Value Added

dalam laporan laba rugi berbasis nilai. Tabel 1. berikut ini ditampilkan perbe-daan antara perhitungan konsep laporan keuangan konvensional dengan perhitun-gan EVA.

EVA dapat dihitung dalam lima tahapan yaitu :

1. menghitung Laba Operasional Bersih Sesudah Pajak / NOPAT

2. memperkirakan jumlah modal yang terpakai (Capital Employed)

3. memperkirakan rata-rata tertimbang biaya modal (weighted average cost of capital)

4. menghitung beban modal (Capital Charge)

5. menghitung EVA

Kritik terhadap EVA dan MVA

Permasalahan EVA adalah tidak

Tabel 1.

Perbedaan antara perhitungan konsep laporan keuangan konvensional dengan perhitungan EVA

LAPORAN LABA RUGI TRADISIONAL LAPORAN LABA RUGI BERBASIS NILAI (VALUE BASED INCOME STATEMENT) Pendapatan – Harga Pokok Penjualan =

Laba Kotor

Pendapatan – Harga Pokok Penjualan = Laba Kotor

Laba Kotor – Depresiasi + Biaya Pema-saran + Biaya Adm. dan Umum + Biaya Lain) = Laba Sebelum Bunga dan Pajak

Laba Kotor – (Depresiasi + Biaya Pema-saran + Biaya Administrasi dan umum) = Laba Sebelum Bunga dan Pajak

Laba Sebelum Bunga dan Pajak – Bunga = Laba Sebelum Pajak

Laba Sebelum Bunga dan Pajak – Pajak yang telah disesuaikan = Laba Operasi Bersih setelah Pajak (NOPAT)

Laba Sebelum Pajak – Pajak = Laba Ber-sih

Laba Operasi Bersih setelah Pajak (NOPAT) – Beban Modal (capital charge) =

(6)

melaporkan pilihan-pilihan yang nyata (kesempatan-kesempatan pertumbuhan), yang sebenarnya melekat dalam suatu keputusan investasi. Nilai pasar dari seku-ritas perusahaan mencerminkan persepsi pasar tentang nilai dari kesempatan-kesempatan pertumbuhan tersebut. Tetapi EVA tidak mencerminkan informasi yang berkenaan dengan hal tersebut. Ketika kita menggunakan EVA untuk men-ganalisis kinerja keuangan perusahaan, (perusahaan dengan asset yang besar) dengan sedikit kesempatan pertumbuhan, analis sebaiknya memfokuskan pada pe-rubahan yang terjadi pada EVA dari tahun ke tahun, walaupun kurang dapat menje-laskan perubahan-perubahan nilai perusa-haan itu. Permasalahan ini dapat dihindari dengan memfokuskan kembali nilai sekarang dari EVA yang diharapkan. Na-mun hal ini akan menyebabkan hilangnya faktor penting (seperti kemudahan dalam penggunaan), dikarenakan adanya EVA dan menginginkan NPV.

Untuk merebut kesempatan terse-but, seharusnya manajer juga memfo-kuskan pada MVA. Karena MVA dibentuk oleh nilai pasar sekuritas perusahaan, hal ini mencerminkan harapan-harapan pasar terhadap pertumbuhan dimasa yang akan datang. Penggunaan EVA dan MVA dalam mengevaluasi kinerja, membolehkan peru-sahaan untuk melaporkan perubahan-perubahan nilai, baik setiap tahunnya maupun dalam jangka panjang.

Manfaat EVA dalam perencanaan kompen-sasi

Praktisi EVA sepakat bahwa : Pelak-sanaan EVA akan berarti bila perusahaan mempunyai maksud, yang akhirnya akan mengaitkan EVA terhadap kompensasi manajemen dalam beberapa cara.

Kompensasi berdasarkan nilai berdasar-kan gagasan sederhana, dimana untuk membuat manajer memusatkan upayanya dalam menciptakan nilai pemegang sa-ham, mereka harus diberi insentif dengan

benar. Mereka harus dibayar dengan cara jumlah pembayarannya beragam, bergan-tung keberhasilan menciptakan kekayaan. Semakin banyak mereka menciptakan kekayaan bagi pemegang saham, maka semakin tinggi pula kompensasi yang mereka dapat. Dengan cara lain, manajer tidak akan menjalankan perusahaan den-gan tujuan menciptakan nilai bagi pe-megang saham, kecuali mereka dis-ediakan insentif yang tepat.

Sebuah rencana bonus yang dirancang kurang baik, walaupun berdasarkan EVA, dapat menciptakan insentif yang memak-simasi pengembalian sekarang tanpa me-mandang masa yang akan datang. Agar kompensasi untuk manajemen ini berhasil/tepat, maka harus mempertim-bangkan :

 Penjajaran (alignment)

Memberikan insentif bagi manajemen untuk memilih strategi investasi yang memaksimasi nilai pemegang saham.

 Leverage kekayaan (wealth leverage) Memberikan manajemen insentif untuk bekerja dalam waktu yang panjang, mengambil resiko dan membuat kepu-tusan yang tidak menyenangkan, dan memaksimasi nilai pemegang saham.

 Penahanan (retention)

Memberikan bagi manajer kompensasi menyeluruh untuk mempertahankan mereka, khususnya selama periode kinerja buruk yang disebabkan oleh faktor pasar atau industri.

 Biaya pemegang saham (shareholder cost)

Membatasi biaya kompensasi mana-jemen kepada tingkat yang akan me-maksimasi kekayaan dari pemegang saham sekarang.

KESIMPULAN

(7)

pengu-kuran nilai tambah ini membenarkan biaya-biaya substansi dengan menitik-beratkan pada strategi perusahaan, yang bertujuan untuk mengoptimalkan man-faat/benefit dalam penciptaan nilai. Dalam mengelola usaha/bisnisnya, maka peralihan pengukuran kinerja nilai tambah harus dimulai dari komitmen yang serius dari direktur/pimpinan dan eksekutif sen-ior.

Keberhasilan dari pengukuran kinerja nilai tambah, juga membutuhkan pemahaman yang lebih luas dan kemam-puan komunikasi dari eksekutif, manajer lini dan karyawan. Meskipun kemungkinan membutuhkan pelatihan dan biaya untuk

mendidik setiap orang “teori yang

men-dasari gagasan akan penciptaan nilai

eko-nomis”, melaksanakannya secara

terstruk-tur, akan menjadi cara yang sangat pro-duktif dalam jangka panjang.

Disadari bahwa nilai bergantung pada persepsi pasar modal mengenai ke-mampuan perusahaan untuk menghantar-kan arus kas kepada penyedia dana, den-gan harapan arus kas mendatang didisk-ontokan pada tingkat bunga yang mencer-minkan apa yang diharapkan investor jika mereka memasukkan uangnya pada peru-sahaan dengan resiko-resikonya. Untuk memastikan perusahaan berada dalam jalur menciptakan nilai bagi pemegang saham dibutuhkan ssstem pengukuran kinerja. Sistem ini dapat digunakan untuk memberi imbalan atas kinerja baik (melalui bonus, kenaikan pangkat, dan pengakuan) dan juga dapat digunakan sebagai landasan tindakan perbaikan jika kinerja di bawah standar.

Bagaimana kita memastikan bahwa sistem pengukuran kinerja sejalan dengan cara investor menilai perusahaan?. Dis-inilah manajemen berdasarkan nilai (VBM) dan nilai tambah ekonomis (EVA) memai-nkan peranannya.

Point yang penting bahwa, EVA ti-dak hanya dapat digunakan sebagai penilaian berpandangan ke muka, tetapi juga siap untuk diadaptasikan kepada pengukuran kinerja dan perluasannya,

terhadap kompensasi manajemen. Jadi salah satu kekuatan besar EVA adalah menjadi penghubung antara pen-gukuran kinerja dan penilaian pasar mo-dal, membantu memastikan bahwa kinerja manajemen dinilai dan diberikan imbalan dengan cara yang konsisten dengan teori keuangan yang dapat dipercaya.

DAFTAR PUSTAKA

Amin Wijaya Tunggal, Drs. Ak., MBA, 2001,

Memahami Konsep Economic Value Added (EVA) dan Value –Based Man-agement (VBM), Harvarindo.

Dierks, Paul A. and Ajay Patel, November 1997, What is EVA, and How Can It Help Your Company?, Management Accounting, United States of America

Hubble, William W., 1996, A CaseSstudy in Economic Value Added and Activity Based Management, Journal of Cost Management, United States of America

Mulyadi, 2001, Balanced Scorecard : Alat Manajemen Kontemporer untuk Peli-patganda Kinerja Keuangan Perusa-haan, Edisi ke-1, Penerbit Salemba Empat, Jakarta

Young, S. David & Stephen F. O’Byrne,

(8)

Gambar

Tabel 1.  Perbedaan antara perhitungan konsep laporan keuangan konvensional

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Pemberian ekstrak akar alang-alang tidak memberikan efek yang signifikan terhadap perubahan bobot badan tetapi memberikan efek negative terhadap perkembanan organ

Proses tersebut juga tidak berlaku untuk dinas luar secara tiba-tiba, dimana pada hari itu juga karyawan harus ditugaskan ke luar kantor, sehingga absensi pun

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berhasilkah komunikasi persuasif yang dilakukan oleh up-line dari grup Pride BN Oriflame, mengetahui minat menjadi

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis asistensi laporan keuangan, dan bimbingan teknis dan sosialisasi SPIP yang berpengaruh terhadap penyelesaian tindak

Praktik Pengalaman Lapangan (PPL) adalah semua kegiatan kurikuler yang harus dilakukan oleh mahasiswa praktikan, sebagai pelatihan untuk menerapkan teori yang

menunjukkan bahwa tingkat mortalitas kutu daun ( A. craccivora ) pada 24 jsp di rumah kaca menunjukkan mortalitas kutu daun dengan perlakuan ekstrak gulma siam berbeda

Namun hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Nadhiroh (2008) dan Praditaningrum (2011) juga menyatakan bahwa variabel kompleksitas tugas tidak berpengaruh secara signifikan