• Tidak ada hasil yang ditemukan

Materialitas Risiko Dan Strategi Audit A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Materialitas Risiko Dan Strategi Audit A"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

“MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI

AUDIT AWAL”

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah AUDITING 1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi

Disusun Oleh:

UFTHI AULIA MAINGAK (12.401.013)

KASMIRAWATI

(12.401.219)

HASNITA

(12.401.225)

KELOMPOK 6

Kelas: AK.5.1

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI

YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG

(2)

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami

sehingga

dapat

menyelesaikan

makalh

ini

yang

berjudul:

“MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT AWAL”

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas

dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa serta bantuan berbagai

pihak lain untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa

hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak

yang membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.

Kami juga menyadari bahwa proses penyusunan dalam

penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi

maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya

dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga

dapat terselesaikan dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah

hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna

penyempurnaan makalah ini dan juga dalam penyelesaian tugas-tugas

serta makalah berikutnya.

Kami sebagai penyusun makalah ini yang berkaitan dengan

materialitas, risiko, dan strategi audit awal, berharap dapat berguna

dikemudian hari.

(3)

DAFTAR ISI

Sampul Depan... 1

Kata Pengantar... 2

Daftar Isi... 3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 5

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penulisan... 6

BAB II PEMBAHASAN

A. M A T E R I A L I T A S... 7

A.1 Konsep Materialitas... 7

A.2 Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan? ... 7

A.3 Pertimbangan Awal tentang Materialitas... 8

A.4 Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan... 9

A.5 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun... 10

A.6 Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun... 10

B. HUBUNGAN ANTARA MATERIALS DENGAN BUKTI AUDIT... 11

C. RISIKO AUDIT... 11

C.1 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun... 11

(4)

C.3 Penggunaan Informasi Risiko Audit... 12

C.4 Hubungan antar Unsur Risiko... 13

C.5 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit... 13

D. STRATEGI AUDIT AWAL D.1 Unsur strategi Audit Awal... 14

D.2 Pendekatan Terutama Substantif... 14

D.3 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah... 14

D.4 Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut... 15

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ...16

B. Saran ...17

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kertas kerja merupakan suatu dasar dalam penerapan standar auditing terutama dalam

hal pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Pentingnya konsep materialitas yakni sebagai

pertimbangan seorang auditor dalam menjalankan tugasnya.

Definisi materialitas mengharuskan seorang auditor dalam mempertimbangkan keadaan

baik yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan

kepercayaannya.

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan

lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau

salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat

mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan

kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak

memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang

mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,

semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.

(6)

Oleh karena itu pentingnya Materialitas, risiko dan strategi audit awal guna

memeperlancar tugas seorang auditor serta sebagai bahan pertimbangannya untuk selanjutnya

akan dibahas pada bab II makalah ini.

B. RUMUSAN MASALAH

Yang menjadi rumusan masalah, yaitu :

1. Apa yang dimaksud dengan Materialitas ?

2. Bagaimana hubungan Materialitas dengan Bukti Audit ?

3. Apa Yang Dimaksud dengan Risiko Audit ?

4. Apakah yang dimaksud dengan Strategi Audit Awal ?

C. TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Audit dengan Materialitas, Konsep Materialitas,

Penggunaan Materialitas dalam mengevaluasi Bukti Audit.

2. Untuk mengetahui bagaimana resiko-resiko yang terjadi pada Audit, atar unsure Resiko

Materialitas dan Bukti Audit.

3. Untuk mengetahui tentang strategi Audit awal dan Pendekatan terutama Subtantif.

4. Sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas selaku mahasiswa/i jurusan akuntansi STIE

YPUP Makassar

BAB II

(7)

A. M A T E R I A L I T A S

Materials secara umum, yaitu sesuatu yag nyata dan terlihat. Jadi, dalam istilah akuntansi Materialitas merupakan dasar penerapan auditing secara nyata, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas Adit dalam PelaksanaanAudit mengharuskan auditor untuk mempeertimbangkan materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

A.1 Konsep Materialitas :

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.

Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja lebih rendah bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila dibandingkan dengan suatu perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1.

A.2 Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan?

Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini :

(8)

2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.

Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:

1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.

2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.

A.3 Pertimbangan Awal tentang Materialitas

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.

Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan pada pertimbangan Kuantitatif seperti:

 Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan

 Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca

. Faktor Kualitatif seperti:

 Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan

(9)

 Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang

mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat minimum tertentu.

 Adanya gangguan dalam trend laba

 Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan

Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba bersih sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3 %, auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 % memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam kisaran :

Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000

Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000 dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.

Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :

1. Untuk total aktiva dalam neraca Rp 41 juta s.d Rp 100 juta 2. Untuk aktiva lancar Rp 25 juta s.d Rp 60 juta 3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

A.4 Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu:

(10)

Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.

Contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :

1. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.

2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva.

3. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 % dari total pasiva.

A.5 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat

dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada

tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.

Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep

materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan

pemakai informasi keuangan.

A.6 Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun

Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.

Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan dikuatifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. Pengalokasian ini dapat di lakukan baik untuk akun Neraca maupun Laba Rugi.

B. HUBUNGAN ANTARA MATERIALS DENGAN BUKTI AUDIT

(11)

materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan ( hubungan terbalik ).

C. RISIKO AUDIT

Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99 %, risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya adalah 1 %.

C.1 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan (sesuai dengan definisi risiko audit yang disajikan diatas).

2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

C.2 Unsur Risiko Audit

Terdapat tiga unsur risiko audit :

1) Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.

2) Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.

3) Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.

(12)

Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu.

Dengan formula sebagai berikut :

Contoh

Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor melakukan pertimbangan:

1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun Sediaan pada tingkat 5 % ( karena risiko audit secara keseluruhan juga diterapkan sebesar 5 % ) 2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60 %, karena akun

Sediaan bersaldo besar, beberapa perhitungan rumit, frekuensi transaksi yang berkaitan dengan akun Sediaan adalah tinggi.

3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30 % karena pengendalian klien efektif berdasarkan hasil pengujian pengendalian yang dilakukan dalam audit tahun yang lalu.

Berdasarkan pertimbangan auditor diatas, risiko deteksi ditentukan sebesar :

= 0,05 0,60 x 0,30

= 0.28 atau 28%

Risiko audit individual = risiko bawaan x risiko pengendalian x risiko deteksi

(13)

C.4 Hubungan antar Unsur Risiko

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.

Semakin kecil risiko bawaan danr risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.

C.5 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai berikut :

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.

2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :

 Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit

yang dikumpulkan.

 Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas

tetap dipertahankan.

 Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas

(14)

D. STRATEGI AUDIT AWAL

D.1 Unsur strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur berikut ini :

1.Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.

2.Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.

3.Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.

4.Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat

yang cukup rendah.

D.2 Pendekatan Terutama Substantif

Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern. Keuntungannya:

o Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang

relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.

o Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan

golongan transaksi signifikan tidak efektif.

o Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi

(15)

Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap

pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

D.4 Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut

P

1. Auditor merencanakan taksiran risiko pengendalian pada tingkat maksimum atau mendekati maksimum.

(16)

2. Auditor merencanakan prosedur yang

kurang eksensif untuk memperoleh

pemahaman atas pengendalian intern

2. Auditor merencanakan prosedur yang

lebih eksensif untuk memperoleh

pemahaman atas pengendalian intern 3. Auditor merencanakan sedikit, jika ada,

pengujian, pengendalian.

3. Auditor merencanakan pengujian

pengendalian secara luas. 4. Auditor merencanakan akan melakukan

pengujian subtantif secara luas.

4. Auditor membatasi penggunaan pengujian

subtantif.

BAB III

P E N U T U P

A. KESIMPULAN

Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan

lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau

salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat

mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan

kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

(17)

keadaan yang melingkupi berubah, informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama

berlangsungnya audit. Kemudian audit yang telah dilaksanakan dapat memastikan bahwa

karena sumber pembelanjaan tersebut, solvabilitas klien dalam periode yang diaudit telah

mengalami peningkatan secara signifikan.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitataif.

Pertimbangan kuantitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu

dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu

salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena

penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut

Materialiatas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi

pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Dalam membuat generalisasi hubungan

antara materalitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material

harus tetap diperhatikan, karena semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah

bukti yang diperlukan.

dengan prinsip akuntansi berterima umum (PABU).

B. SARAN

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Mulyadi, 2002.

Auditing

edisi 6. Jakarta: Salemba Empat.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan percobaan adsorpsi pada kondisi optimum, nilai kapasitas adsorpsi Cu(II) oleh adsorben abu terbang batu bara aktivasi fisika adalah 1,443 mg/g menurut model Langmuir

Memiliki keterampilan hidup dalam aspek vocational skill dalam bidang produksi bahan bangunan berbahan pasir dengan baik. Memperoleh bekal keterampilan pengelolaan

interpersonal, komunikasi yang dilakukan antara 2 orang atau lebih,. maka penulis mengambil subjek antara interksi 2 orang saja

Setelah melihat kegiatan-kegiatan tarekat Muqtadiriyah yang biasa dilakukan oleh Khalifah Hadi beserta jamiyahnya beliau memiliki pandangan bahwa apa yang dilakukan

Salinan sesuai dengan aslinya, KEPALA BAGIAN

50/Matematik © 2018 Hak Cipta BPSBPSK TERHAD (b) Bina segitiga ABC dengan menggunakan langkah- langkah arahan yang diberi.. Construct a triangle ABC by using the steps

As was shown in chapter 4 and 5 the syntactic status is related to the other three phenomena that are under investigation in this study: (i) the position of

Dengan penggunaan teknik mind mapping pada siswa khususnya siswa kelas VII di SMPN 2 Sumbergempol Tulungagung diharapkan dapat menumbuhkan motivasi belajar matematika