“MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI
AUDIT AWAL”
Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah AUDITING 1 Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Disusun Oleh:
UFTHI AULIA MAINGAK (12.401.013)
KASMIRAWATI
(12.401.219)
HASNITA
(12.401.225)
KELOMPOK 6
Kelas: AK.5.1
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
YAYASAN PENDIDIKAN UJUNG PANDANG
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kelompok kami
sehingga
dapat
menyelesaikan
makalh
ini
yang
berjudul:
“MATERIALITAS, RISIKO, DAN STRATEGI AUDIT AWAL”
Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas
dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa serta bantuan berbagai
pihak lain untuk itu dalam kesempatan ini kami menghaturkan rasa
hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak
yang membantu dalam pembuatan dan penyusunan makalah ini.
Kami juga menyadari bahwa proses penyusunan dalam
penyelesaian makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik materi
maupun cara penulisannya. Namun demikian, kami telah berupaya
dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga
dapat terselesaikan dengan baik dan oleh karenanya, kami dengan rendah
hati dan dengan tangan terbuka menerima masukan, saran dan usul guna
penyempurnaan makalah ini dan juga dalam penyelesaian tugas-tugas
serta makalah berikutnya.
Kami sebagai penyusun makalah ini yang berkaitan dengan
materialitas, risiko, dan strategi audit awal, berharap dapat berguna
dikemudian hari.
DAFTAR ISI
Sampul Depan... 1
Kata Pengantar... 2
Daftar Isi... 3
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ... 5B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penulisan... 6
BAB II PEMBAHASAN
A. M A T E R I A L I T A S... 7A.1 Konsep Materialitas... 7
A.2 Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan? ... 7
A.3 Pertimbangan Awal tentang Materialitas... 8
A.4 Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan... 9
A.5 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun... 10
A.6 Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun... 10
B. HUBUNGAN ANTARA MATERIALS DENGAN BUKTI AUDIT... 11
C. RISIKO AUDIT... 11
C.1 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun... 11
C.3 Penggunaan Informasi Risiko Audit... 12
C.4 Hubungan antar Unsur Risiko... 13
C.5 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit... 13
D. STRATEGI AUDIT AWAL D.1 Unsur strategi Audit Awal... 14
D.2 Pendekatan Terutama Substantif... 14
D.3 Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah... 14
D.4 Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut... 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ...16B. Saran ...17
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kertas kerja merupakan suatu dasar dalam penerapan standar auditing terutama dalam
hal pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Pentingnya konsep materialitas yakni sebagai
pertimbangan seorang auditor dalam menjalankan tugasnya.
Definisi materialitas mengharuskan seorang auditor dalam mempertimbangkan keadaan
baik yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan
kepercayaannya.
Materialitas merupakan dasar penerapan standar auditing, terutama standar pekerjaan
lapangan dan standar pelaporan. Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau
salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat
mengakibatkan perubahan atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakan
kepercayaan terhadap informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya atas suatu laporan keuangan yang
mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya,
semakin rendah resiko audit yang auditor bersedia menanggung nya.
Oleh karena itu pentingnya Materialitas, risiko dan strategi audit awal guna
memeperlancar tugas seorang auditor serta sebagai bahan pertimbangannya untuk selanjutnya
akan dibahas pada bab II makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
Yang menjadi rumusan masalah, yaitu :
1. Apa yang dimaksud dengan Materialitas ?
2. Bagaimana hubungan Materialitas dengan Bukti Audit ?
3. Apa Yang Dimaksud dengan Risiko Audit ?
4. Apakah yang dimaksud dengan Strategi Audit Awal ?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui bagaimana hubungan Audit dengan Materialitas, Konsep Materialitas,
Penggunaan Materialitas dalam mengevaluasi Bukti Audit.
2. Untuk mengetahui bagaimana resiko-resiko yang terjadi pada Audit, atar unsure Resiko
Materialitas dan Bukti Audit.
3. Untuk mengetahui tentang strategi Audit awal dan Pendekatan terutama Subtantif.
4. Sebagai salah satu bentuk penyelesaian tugas selaku mahasiswa/i jurusan akuntansi STIE
YPUP Makassar
BAB II
A. M A T E R I A L I T A S
Materials secara umum, yaitu sesuatu yag nyata dan terlihat. Jadi, dalam istilah akuntansi Materialitas merupakan dasar penerapan auditing secara nyata, terutama standar pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. SA Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas Adit dalam PelaksanaanAudit mengharuskan auditor untuk mempeertimbangkan materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2) penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.
A.1 Konsep Materialitas :
Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji itu. Hal itu mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan atas laporan keuangan auditan.
Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun modal kerja lebih rendah bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila dibandingkan dengan suatu perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1.
A.2 Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan?
Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa laporan keuangan auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini :
2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.
3. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.
Ada dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:
1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji tersebut.
2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah saji material.
A.3 Pertimbangan Awal tentang Materialitas
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan auditnya yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama berlangsungnya audit.
Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.
Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah,
1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan pada pertimbangan Kuantitatif seperti:
Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan
Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca
. Faktor Kualitatif seperti:
Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan
Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank yang
mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio keuangan pada tingkat minimum tertentu.
Adanya gangguan dalam trend laba
Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan
Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba bersih sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika kombinasi salah saji kurang dari 3 %, auditor akan memandang sebagai salah saji yang tidak material, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 % memerlukan pertimbangan auditor untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba bersih sebelum pajak yang dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas materialitas (materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam kisaran :
Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000
Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000 dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.
Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :
1. Untuk total aktiva dalam neraca Rp 41 juta s.d Rp 100 juta 2. Untuk aktiva lancar Rp 25 juta s.d Rp 60 juta 3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas lapoaran sebagai keseluruhan dan tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
A.4 Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan
Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu:
Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.
Contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
1. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½ % sampai 1 % dari total aktiva.
3. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1 % dari total pasiva.
A.5 Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat
dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada
tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material.
Saldo akun material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep
materialitas berkaitan dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan
pemakai informasi keuangan.
A.6 Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun
Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk memverifikasi akun tersebut.
Bila pertimbangan awal auditor tentang materialitas laporan keuangan dikuatifikasikan, penaksiran awal tentang materialitas untuk setiap akun dapat diperoleh dengan mengalokasikan materialitas laporan keuangan ke akun secara individual. Pengalokasian ini dapat di lakukan baik untuk akun Neraca maupun Laba Rugi.
B. HUBUNGAN ANTARA MATERIALS DENGAN BUKTI AUDIT
materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan ( hubungan terbalik ).
C. RISIKO AUDIT
Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya. Jika diinginkan tingkat kepastian 99 %, risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya adalah 1 %.
C.1 Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :
1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai keseluruhan (sesuai dengan definisi risiko audit yang disajikan diatas).
2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
C.2 Unsur Risiko Audit
Terdapat tiga unsur risiko audit :
1) Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.
2) Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern entitas.
3) Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.
Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu.
Dengan formula sebagai berikut :
Contoh
Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor melakukan pertimbangan:
1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun Sediaan pada tingkat 5 % ( karena risiko audit secara keseluruhan juga diterapkan sebesar 5 % ) 2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60 %, karena akun
Sediaan bersaldo besar, beberapa perhitungan rumit, frekuensi transaksi yang berkaitan dengan akun Sediaan adalah tinggi.
3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30 % karena pengendalian klien efektif berdasarkan hasil pengujian pengendalian yang dilakukan dalam audit tahun yang lalu.
Berdasarkan pertimbangan auditor diatas, risiko deteksi ditentukan sebesar :
= 0,05 0,60 x 0,30
= 0.28 atau 28%
Risiko audit individual = risiko bawaan x risiko pengendalian x risiko deteksi
C.4 Hubungan antar Unsur Risiko
Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian.
Semakin kecil risiko bawaan danr risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko deteksi yang dapat diterima.
C.5 Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit digambarkan sebagai berikut :
1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.
2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :
Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti audit
yang dikumpulkan.
Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat materialitas
tetap dipertahankan.
Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
D. STRATEGI AUDIT AWAL
D.1 Unsur strategi Audit Awal
Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan empat unsur berikut ini :
1.Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.
2.Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.
3.Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko pengendalian.
4.Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko audit ke tingkat
yang cukup rendah.
D.2 Pendekatan Terutama Substantif
Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern. Keuntungannya:
o Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern yang
relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.
o Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi untuk akun dan
golongan transaksi signifikan tidak efektif.
o Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien untuk asersi
Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap
pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.
D.4 Pebandingan Dua Strategi Audit Tersebut
P
1. Auditor merencanakan taksiran risiko pengendalian pada tingkat maksimum atau mendekati maksimum.
2. Auditor merencanakan prosedur yang
kurang eksensif untuk memperoleh
pemahaman atas pengendalian intern
2. Auditor merencanakan prosedur yang
lebih eksensif untuk memperoleh
pemahaman atas pengendalian intern 3. Auditor merencanakan sedikit, jika ada,
pengujian, pengendalian.
3. Auditor merencanakan pengujian
pengendalian secara luas. 4. Auditor merencanakan akan melakukan
pengujian subtantif secara luas.
4. Auditor membatasi penggunaan pengujian
subtantif.