• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAU TEORI A. Perilaku 1. Defenisi Perilaku - Perilaku Ibu Post Partum Dalam Merawat Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Sally Medan 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAU TEORI A. Perilaku 1. Defenisi Perilaku - Perilaku Ibu Post Partum Dalam Merawat Tali Pusat Pada Bayi Baru Lahir Di Klinik Bersalin Sally Medan 2014"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAU TEORI

A.Perilaku

1. Defenisi Perilaku

Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau

makluk hidup yang bersangkutan. Sedangkan menurut Skiner (1998) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).

Dengan demikan perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus- organisme -

Respons, sehingga teori skinerini disebut “S-O-R” (stimulus-organisme-respons).

2. Domain Perilaku

perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan

perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas

seseorang yaang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal.

Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain perilaku oleh

bloom dikembangkan menjadi 3 yaitu:

1. Pengetahuan

Pengetahuan dalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang

terhadap objek melalui indra yang di milikinya (mata, hidung, telinga, dan

sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga

menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas

perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan ( mata ).

(2)

berbeda- beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkatan

pengetahuan, yakni :

a. Tahu ( Know )

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya termasuk keadaan-keadaan pengetahuan ini adalah

meningat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahasa yang

dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu

(know) merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah .

b. Memahami ( comprehension )

Memahami sebuah objek sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak

sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat

menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui

tersebut.

c. Aplikasi ( application )

Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain .

d. Analisa

Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan atara

komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

(3)

e. Sintesis ( synthesis )

Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen -

komponen pengetahuan yang dimiliki.

f. Evaluasi (evaluation )

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma – norma yang berlaku dimasyarakat.

2. Sikap ( Attitude)

Menurut (Notoatmodjo, 2010) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap

stimulis atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi

yang bersangkutan (senag- tidak senang, setuju- tidak setuju, baik – tidak baik,

dan sebagainya). Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga

komponen pokok :

• Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.

• Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.

• Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Katagori Sikap Berbagai :

Menurut Heri Purwanto, sikap tediri dari :

1. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,

menyayangi, mengharapkan, obyek tertentu.

2. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,

membenci, tidak menyukai obyek tertentu Sikap mempunyai

(4)

a. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus

yang diberikan (objek).

b. Menanggapi (responding)

Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan

terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.

c. Menghargai (valuing)

Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang

positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan

orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan

orang lain merespons.

d. Bertanggung jawab (responsible)

Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap

apa yang telah diyakini. Seseorang yang telah mengalami tertentu

berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada

orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoatmodjo,

2010).

3. Tindakan atau Praktik (Practice)

Dari penjelasan di atas, sikap adalah kecenderungan untuk bertindak

(praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk

terwujudnya tindakan perlu faktor lain diantaranya adalah fasilitas atau sarana

dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan

menurut kualitasnya, yakni :

a. Praktik terpimpin (guided response)

(5)

tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.

b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan

sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.

c. Adopsi (adoption)

Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah bertindak. Artinya, apa yang

dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah

dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas .

B.MASA NIFAS 1. Defenisi Masa Nifas

Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika

alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung

selama kira- kira 6 minggu Saleha. (2009).

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas)

Pada masa nifas ini terjadi perubahan- perubahan fisik maupun psikis berupa

organ reproduksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya hubungan antara orangtua

dan bayi dengan Sumber dukungan. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu

pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan. Adapun tujuan

dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.

b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati

(6)

c. Memberikan pendidikan kesehatan maupun perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta

perawatan bayi sehari- hari.

d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

e. Mendapatkan kesehatan emosi.

C. NEONATUS 1. Defenisi Neonatus

Neonatus adalah noenatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Maryanti,

2011).

Perawatan Lanjutan Pada Bayi Baru Lahir adalah:

1. Mengunting kuku

2. Membersihkan telinga

3. Membersihkan mata

4. Merawat Kulit Bayi Baru Lahir

5. Merawat Tali pusat Bayi Baru Lahir.

D.PERAWATAN TALI PUSAT 1. Defenisi Tali Pusat

Tali pusat atau funiculus umbilicus merupakan sebuah saluran kehidupan bagi

janin selama dalam kandungan. Tali pusat hanya berperan selama proses kehamilan,

(7)

sebabnya, tindakan yang paling sering dilakukan adalah memotong dan mengikat tali

pusat hinga akhirnya beberapa hari setelah itu tali pusat hingga beberapa hari setelah

tali pusat akan mengering dan lepas sendirinya ( Riksani,2012).

Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan

mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm.

Tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjangnya kurang dari 40 cm. Tali pusat

yang terlalu panjang ataupun pendek mempunyai dampak yang tidak baik bagi bayi.

Jika tali pusat terlalu panjang, akan beresiko terjadinya lilitan tali pusat di sekitar

leher ataupun bagian tubuh janin yang lainnya. Sebaliknya, tali pusat yang pendek

akan menyulitkan ketika proses persalinan bersalin (Riksani,2012).

2. Fungsi Tali Pusat

1. Saluran yang menghubungkan plasenta dan bagian tubuh janin sehingga

janin mendapat asupan oksigen, makanan, dan antibodi dari ibu yang

sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbicalis.

2. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas

karbondioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umblikalis (Irwan

Kusuma,2011).

3. Defenisi Perawatan Tali Pusat

Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat

yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Kemudian tali pusat

dirawat dalam keadaan bersih dan dan terhindar dari infeksi tali pusat.

Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif,

yaitu tali pusat akan puput pada hari ke 5 sampai ke 7 tanpa ada komplikasi,

(8)

bayi yang akan mengalami penyakit tetanus neonaturum dan akan

mengakibatkan kematian (Ronald,2011) .

4. Tujuan Perawatan Tali Pusat

Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus

pada bayi baru lahir. Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman

tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril,

pemakaian obat-obatan, maupun bubuk atau daun- daunan yang ditaburi ke

tali pusat sehingga akan mengakibatkan infeksi (Ronald,2011) .

5. Penatalaksanan perawatan tali pusat yang benar

a. Peralatan yang dibutuhkan (Putra sitiatava, 2012) :

1. Air bersih

2. Kain kasa steril.

3. Kapas lidi steril dengan tempatnya.

4. Sabun bayi.

5. Handuk bersih

6. Pakaian bayi dan perlengkapannya.

b. Prosedur perawatan

1. Cuci tangan

2. Baringkan bayi di meja tindakan.

3. Dekatkan alat-alat pada meja tindakan

4. Buka pakaian bayi yang menutup area tali pusat.

5. Lepaskan balutan tali pusat.

6. Apabila sulit/ lengket, basuh kapas lidi dengan air bersih

7. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun mulai dari pangkal sampai

(9)

8. Lalu keringkan dengan handuk lembut.

9. Bungkus longgar tali pusat menggunakan kasa steril tanpa dibubuhi

apa pun.

10.Kenakan pakaian bayi, selanjutnya rapikan

11.Baringkan bayi dengan posisi sesuai dengan kebutuhan.

12.Rapikan alat-alat dan kembalikan ke tempat semula.

13.Cuci tangan.

Penelitian menunjukkan bahwa lama pelepasan pelepasan tali pusat pada bayi

dengan kasa kering lebih cepat dibandingkan dengan kasa alcohol 70%. Tali pusat

akan terlepas dengan sendirinya, sehinggga sangat tidak dianjurkan untuk memegang

atau mmenarik- narik tali pusat (Ronald,2010).

Penelitian yang dilakukan dore (1988) membuktikan adanya perbedaan

perawatan antara perawatan taali pusat yang menggunakan alkohol pembersih dan

dibalut kain kasa steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan secara

alami lebih cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan

menggunakan alkohol (Riksani,2012).

6. Perawatan Tali Pusat Tidak Steril

Perawatan tali pusat tidak steril dapat mengakibatkan berbagai gangguan

kesehatan pada bayi, di antaranya Tetanus neonatorum, omfalitis/ infeksi tali

pusat, dan perdarahan tali pusat (Riksani,2012).

a. Tetanus neonatorum

Tetanus neonatorum adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir yang

disebabkan oleh spora yang disebut Clostridium tetani yang masuk melalui

tali pusat. Hal ini disebabkan akibat perawatan atau tindakan yang tidak

(10)

menggunakan bambu atau gunting secara tidak steril atau setelah tali pusat

digunting, dibubuhi dengan berbagai benda yang tidak seharusnya/ tidak

steril. Tetanus neonatorum ( tatanus pada bayi baru lahir) ini terjadi berawal

dari pemotongan atau perawatan tali pusat yang tidak memperhatikan

prinsip kesterilan alat yang digunakan saat merawat tali pusat. Gejaala yang

jelas terlihat adalah adanya mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah dan

sering kejang disertai sianosi/ pucat, suu meningkat, kaku kuduk hingga

kejang (Riksani,2012).

• Penanganan:

1. Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang

2. Menjaga jalan napas tetap bebas dengan memberikan jalan napas.

Pemasangan spatel lidah yang dibungkus kain untuk mencegah lidah

tergigit.

3. Mencari tempat masuknya spora tetanus dengan anti tetanus,

umumnya di tali pusat atau di telinga.

4. Mengobati tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan antibiotika.

5. Perawatan yang adekuat, kebutuhan oksigen, makanan,

keseimbangan cairan dan elektrolit.

6. Penderita/ bayi ditempatkan dikamar yang tenang dengan sedikit

sinar mengingat penderita sangat peka ankan suara dan cahaya yang

dapat merangsang kejang.

b. Omfalitis / Infeksi Tali Pusat

Penyebab infeksi tali pusat ini dalah bakteri stapilokokus, streptokokus,

atau bakteri lainnya (Riksani,2012). Tanda- tanda dari infeksi adalah

(11)

• Bernanah

Kondisi ini bisa muncul jika anda kurang benar merawatnya, seperti

kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila

pemotongan tali pusat dilakukan dengan benda yang tidak steril

sehingga kuman tumbuh dan berkembang.

• Bau Tak Sedap

Bau yang tak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali

pusat terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernaanah dan berlendir. Selain

itu juga ditandai dengan kemerahan disekitar pusat.

• Tidak Banyak Menangis

Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menagis. Ia justru lebih

banyak tidur. Gejala ini juga ditandai bayi malas minum, demam, dan

kejang.

• Suhu tubuh meningkat, tubuh terasa hangat atau panas. Untuk lebih

akurat, anda bisa menggunakan termometr untuk mengukur suhu

tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi 38 0 maka bayi sudah terkena

demam.

• Penanganan :

1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat

2. ASI tetap diberikan atau diberi air gula

3. Diberi injeksi antibiotika berspekturum luas sesuai dosis.

4. Perawatan sumber infeksi, misalnya diberi salep yang mengandung

(12)

c. Perdarahan Tali Pusat

Peradarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari

trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses

pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga

bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi (Yeyeh rukiah,2010).

Penatalaksanaan :

1. Penanganan disesuaikan sengan penyebab dari perdarahan tali pusat

yang terjadi.

2. Untuk penaganan awal, harus dilakukukan tindakan pencegahan

infeksi pada tali pusat.

3. Segera lakukan inform consent inform choise pada keluarga pasien

untuk dilakukan rujukan.

7. Pencegahan Infeksi Tali Pusat

a. Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT (Tetanus toksoid)

Imunisasi ini sangat aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi ibu

hamil. Dengan memperoleh imunisasi TT, maka di dalam tubuh ibu hamil

akan di rangsang untuk proses pembentukan zat kekebalan yang spesifik

terhadap penyakit tetanus .

b. Lakukan perawatan tali pusat dengan benar

1. Selalu mencuci tangan dengan sabun sampai bersih sebelum merawat tali pusat bayi.

(13)

3. Membersihkan tali pusat sesering mungkin, terutama bila terkena air seni atau kotoran tinja bayi, dan jangan lupa tali pusat di sabuni setiap mandi.

4. Pada tali pusat jangan dibubuhi dengan ramuan dedaunan, serbuk kopi, atau parutan kunyit.

Pada saat merawata tali pusat, perhatikan apakah berbau tajam atau busuk dan

apakah bengkak dan keluar cairan nanah atau darah. Jika menemukan kelainan

tersebut segera hubungi bidan atau tenaga kesehatan yang terdekat (Ronald,2011).

8. Prinsip Perawatan Tali Pusat

1. Jangan mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat

2. Hal- hal berikut perlu menjadi perhatian ibu dan keluarga:

a. Memperhatikan popok di area putung tali pusat

b. Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati- hati dengan air dan sabun.

Keringkan secara skasama dengan kain bersih.

c. Jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, harus segara

bawa bayi tersebut ke fasilitas yang mampu memberikan perawatan tali pusat

secara lengkap (Sodakin, 2009).

9. Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Tali Pusat 1. Faktor kuman

Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa

awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa

perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit,

saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk

pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga

(14)

saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi

langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya

tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.

2. Faktor Maternal

Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi

kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui

sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin

nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi

kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.

3. Faktor Neonatatal

a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan

faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang

bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor

imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir

trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum

terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.

Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.Kerentanan

neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara

lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan

fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.

b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,

khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG

dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam

darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan

(15)

sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara

defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama

dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar

penurunan aktivitas opsonisasi.

c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens infeksi pada bayi laki-

laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.

4. Faktor Lingkungan

a. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering

memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di

rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun

kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi

mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi

akibat alat yang terkontaminasi.

b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa

menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko

penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan

kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat

ganda.

c. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli

ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu

formula hanya didominasi oleh E.colli.

d. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai

neonatus yaitu :

• Proses persalinan

(16)

dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia) (APN,2008:99).

Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non

medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang

tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali

pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku

di masyarakat.

5. Faktor tradisi

Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai

ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu

mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang

mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti

inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan

diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya

tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini

cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa

hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan

Referensi

Dokumen terkait

Usaha manusia untuk menunda dan mempercepat kedatangan ajal merupakan usaha sia-sia karena kedatangan ajal bagi setiap orang berbeda-beda karena ini menyangkut Ilmu Allah

– Memiliki kriteria untuk menghentikan proses.. • Algoritma yang baik harus bersifat efisien waktu dan penggunaan memori komputer. Hasil akhir fase penyelesaian masalah adalah

Hasil penelitian ini adalah penerapan advance pricing agreement di Indonesia masih memiliki banyak kekurangan bila dibandingkan dengan Singapura, faktor-faktor

Sedangkan pada kondisi intervensi (B) setelah anak diberikan perlakuan dengan menggunakan metode drill sebanyak 12 kali pertemuan maka dapat meningkatkan kemampuan

Another important reason the postoffering period is unique is that a firm’s equity issuance leads to a change in the industry’s competitive environment. Equity-issuing firms

Socialiniuose tinkluose, kuriuose visiems demokratiškai suteikiamos lygios teisės savarankiškai kurti komunikacinį turinį, jau pastebėta, kad, kaip ir tradicinėje

Adapun tugas yang dilakukan praktikan Mengisi aplikasi transfer pinjaman untuk peminjam, menginput data peminjam kedalam komputer, mensortir data anggota peminjam berdasarkan

As you already know, my daughter has been absent due to her health problem since April and we, her parents, are afraid that Hoai cannot attend the exchange semester anymore.. I