BAB II
TINJAU TEORI
A.Perilaku
1. Defenisi Perilaku
Dari aspek biologis perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme atau
makluk hidup yang bersangkutan. Sedangkan menurut Skiner (1998) perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar).
Dengan demikan perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus- organisme -
Respons, sehingga teori skinerini disebut “S-O-R” (stimulus-organisme-respons).
2. Domain Perilaku
perilaku adalah totalitas yang terjadi pada orang yang bersangkutan. Dengan
perkataan lain, perilaku adalah keseluruhan (totalitas) pemahaman dan aktivitas
seseorang yaang merupakan hasil bersama antara faktor internal dan eksternal.
Dalam perkembangan selanjutnya, berdasarkan pembagian domain perilaku oleh
bloom dikembangkan menjadi 3 yaitu:
1. Pengetahuan
Pengetahuan dalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang
terhadap objek melalui indra yang di milikinya (mata, hidung, telinga, dan
sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan sehingga
menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas
perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang
diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan ( mata ).
berbeda- beda. Secara garis besarnya dibagi menjadi 6 tingkatan
pengetahuan, yakni :
a. Tahu ( Know )
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari
sebelumnya termasuk keadaan-keadaan pengetahuan ini adalah
meningat kembali terhadap suatu spesifik dari seluruh bahasa yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu
(know) merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah .
b. Memahami ( comprehension )
Memahami sebuah objek sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak
sekadar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat
menginterprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui
tersebut.
c. Aplikasi ( application )
Aplikasi diartikan apabila orang telah memahami objek yang
dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi yang lain .
d. Analisa
Analisa adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau
memisahkan, kemudian mencari hubungan atara
komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang
e. Sintesis ( synthesis )
Sintesis menunjukan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum
atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen -
komponen pengetahuan yang dimiliki.
f. Evaluasi (evaluation )
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini
dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan
sendiri atau norma – norma yang berlaku dimasyarakat.
2. Sikap ( Attitude)
Menurut (Notoatmodjo, 2010) Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap
stimulis atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi
yang bersangkutan (senag- tidak senang, setuju- tidak setuju, baik – tidak baik,
dan sebagainya). Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga
komponen pokok :
• Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek.
• Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek.
• Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).
Katagori Sikap Berbagai :
Menurut Heri Purwanto, sikap tediri dari :
1. Sikap positif, kecenderungan tindakan adalah mendekati,
menyayangi, mengharapkan, obyek tertentu.
2. Sikap negatif, terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari,
membenci, tidak menyukai obyek tertentu Sikap mempunyai
a. Menerima (receiving)
Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau menerima stimulus
yang diberikan (objek).
b. Menanggapi (responding)
Menanggapi di sini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan
terhadap pertanyaan atau objek yang dihadapi.
c. Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan subjek atau seseorang memberikan nilai yang
positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya dengan
orang lain, bahkan mengajak atau mempengaruhi atau menganjurkan
orang lain merespons.
d. Bertanggung jawab (responsible)
Sikap yang paling tinggi tingkatannya adalah bertanggung jawab terhadap
apa yang telah diyakini. Seseorang yang telah mengalami tertentu
berdasarkan keyakinannya, dia harus berani mengambil resiko bila ada
orang lain yang mencemoohkan atau adanya resiko lain (Notoatmodjo,
2010).
3. Tindakan atau Praktik (Practice)
Dari penjelasan di atas, sikap adalah kecenderungan untuk bertindak
(praktik). Sikap belum tentu terwujud dalam tindakan, sebab untuk
terwujudnya tindakan perlu faktor lain diantaranya adalah fasilitas atau sarana
dan prasarana. Praktik atau tindakan ini dapat dibedakan menjadi 3 tingkatan
menurut kualitasnya, yakni :
a. Praktik terpimpin (guided response)
tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan.
b. Praktik secara mekanisme (mechanism)
Apabila subjek atau seseorang telah melakukan atau mempraktikkan
sesuatu hal secara otomatis maka disebut praktik atau tindakan mekanis.
c. Adopsi (adoption)
Adopsi adalah suatu tindakan yang sudah bertindak. Artinya, apa yang
dilakukan tidak sekadar rutinitas atau mekanisme saja, tetapi sudah
dilakukan modifikasi, atau tindakan atau perilaku yang berkualitas .
B.MASA NIFAS 1. Defenisi Masa Nifas
Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika
alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung
selama kira- kira 6 minggu Saleha. (2009).
2. Tujuan Asuhan Masa Nifas)
Pada masa nifas ini terjadi perubahan- perubahan fisik maupun psikis berupa
organ reproduksi, terjadinya proses laktasi, terbentuknya hubungan antara orangtua
dan bayi dengan Sumber dukungan. Atas dasar tersebut perlu dilakukan suatu
pendekatan antara ibu dan keluarga dalam manajemen kebidanan. Adapun tujuan
dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.
b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
c. Memberikan pendidikan kesehatan maupun perawatan kesehatan diri,
nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari- hari.
d. Memberikan pelayanan keluarga berencana.
e. Mendapatkan kesehatan emosi.
C. NEONATUS 1. Defenisi Neonatus
Neonatus adalah noenatus yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42
minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram (Maryanti,
2011).
Perawatan Lanjutan Pada Bayi Baru Lahir adalah:
1. Mengunting kuku
2. Membersihkan telinga
3. Membersihkan mata
4. Merawat Kulit Bayi Baru Lahir
5. Merawat Tali pusat Bayi Baru Lahir.
D.PERAWATAN TALI PUSAT 1. Defenisi Tali Pusat
Tali pusat atau funiculus umbilicus merupakan sebuah saluran kehidupan bagi
janin selama dalam kandungan. Tali pusat hanya berperan selama proses kehamilan,
sebabnya, tindakan yang paling sering dilakukan adalah memotong dan mengikat tali
pusat hinga akhirnya beberapa hari setelah itu tali pusat hingga beberapa hari setelah
tali pusat akan mengering dan lepas sendirinya ( Riksani,2012).
Tali pusat merentang dari umbilicus (pusar) janin ke permukaan plasenta dan
mempunyai panjang normal kurang lebih 50-55 cm, dengan ketebalan sekitar 1-2 cm.
Tali pusat dianggap berukuran pendek, jika panjangnya kurang dari 40 cm. Tali pusat
yang terlalu panjang ataupun pendek mempunyai dampak yang tidak baik bagi bayi.
Jika tali pusat terlalu panjang, akan beresiko terjadinya lilitan tali pusat di sekitar
leher ataupun bagian tubuh janin yang lainnya. Sebaliknya, tali pusat yang pendek
akan menyulitkan ketika proses persalinan bersalin (Riksani,2012).
2. Fungsi Tali Pusat
1. Saluran yang menghubungkan plasenta dan bagian tubuh janin sehingga
janin mendapat asupan oksigen, makanan, dan antibodi dari ibu yang
sebelumnya diterima terlebih dahulu oleh plasenta melalui vena umbicalis.
2. Saluran pertukaran bahan-bahan kumuh seperti urea dan gas
karbondioksida yang akan meresap keluar melalui arteri umblikalis (Irwan
Kusuma,2011).
3. Defenisi Perawatan Tali Pusat
Perawatan tali pusat adalah melakukan pengobatan dan pengikatan tali pusat
yang menyebabkan pemisahan fisik ibu dengan bayi. Kemudian tali pusat
dirawat dalam keadaan bersih dan dan terhindar dari infeksi tali pusat.
Perawatan tali pusat yang baik dan benar akan menimbulkan dampak positif,
yaitu tali pusat akan puput pada hari ke 5 sampai ke 7 tanpa ada komplikasi,
bayi yang akan mengalami penyakit tetanus neonaturum dan akan
mengakibatkan kematian (Ronald,2011) .
4. Tujuan Perawatan Tali Pusat
Tujuan perawatan tali pusat adalah mencegah terjadinya penyakit tetanus
pada bayi baru lahir. Penyakit ini disebabkan karena masuknya spora kuman
tetanus ke dalam tubuh melalui tali pusat, baik dari alat yang tidak steril,
pemakaian obat-obatan, maupun bubuk atau daun- daunan yang ditaburi ke
tali pusat sehingga akan mengakibatkan infeksi (Ronald,2011) .
5. Penatalaksanan perawatan tali pusat yang benar
a. Peralatan yang dibutuhkan (Putra sitiatava, 2012) :
1. Air bersih
2. Kain kasa steril.
3. Kapas lidi steril dengan tempatnya.
4. Sabun bayi.
5. Handuk bersih
6. Pakaian bayi dan perlengkapannya.
b. Prosedur perawatan
1. Cuci tangan
2. Baringkan bayi di meja tindakan.
3. Dekatkan alat-alat pada meja tindakan
4. Buka pakaian bayi yang menutup area tali pusat.
5. Lepaskan balutan tali pusat.
6. Apabila sulit/ lengket, basuh kapas lidi dengan air bersih
7. Cuci tali pusat dengan air bersih dan sabun mulai dari pangkal sampai
8. Lalu keringkan dengan handuk lembut.
9. Bungkus longgar tali pusat menggunakan kasa steril tanpa dibubuhi
apa pun.
10.Kenakan pakaian bayi, selanjutnya rapikan
11.Baringkan bayi dengan posisi sesuai dengan kebutuhan.
12.Rapikan alat-alat dan kembalikan ke tempat semula.
13.Cuci tangan.
Penelitian menunjukkan bahwa lama pelepasan pelepasan tali pusat pada bayi
dengan kasa kering lebih cepat dibandingkan dengan kasa alcohol 70%. Tali pusat
akan terlepas dengan sendirinya, sehinggga sangat tidak dianjurkan untuk memegang
atau mmenarik- narik tali pusat (Ronald,2010).
Penelitian yang dilakukan dore (1988) membuktikan adanya perbedaan
perawatan antara perawatan taali pusat yang menggunakan alkohol pembersih dan
dibalut kain kasa steril. Ia menyimpulkan bahwa tali pusat yang dirawat dengan secara
alami lebih cepat dalam waktu pengeringan dibandingkan perawatan tali pusat dengan
menggunakan alkohol (Riksani,2012).
6. Perawatan Tali Pusat Tidak Steril
Perawatan tali pusat tidak steril dapat mengakibatkan berbagai gangguan
kesehatan pada bayi, di antaranya Tetanus neonatorum, omfalitis/ infeksi tali
pusat, dan perdarahan tali pusat (Riksani,2012).
a. Tetanus neonatorum
Tetanus neonatorum adalah suatu penyakit pada bayi baru lahir yang
disebabkan oleh spora yang disebut Clostridium tetani yang masuk melalui
tali pusat. Hal ini disebabkan akibat perawatan atau tindakan yang tidak
menggunakan bambu atau gunting secara tidak steril atau setelah tali pusat
digunting, dibubuhi dengan berbagai benda yang tidak seharusnya/ tidak
steril. Tetanus neonatorum ( tatanus pada bayi baru lahir) ini terjadi berawal
dari pemotongan atau perawatan tali pusat yang tidak memperhatikan
prinsip kesterilan alat yang digunakan saat merawat tali pusat. Gejaala yang
jelas terlihat adalah adanya mulut mencucu seperti mulut ikan, mudah dan
sering kejang disertai sianosi/ pucat, suu meningkat, kaku kuduk hingga
kejang (Riksani,2012).
• Penanganan:
1. Mengatasi kejang dengan memberikan suntikan anti kejang
2. Menjaga jalan napas tetap bebas dengan memberikan jalan napas.
Pemasangan spatel lidah yang dibungkus kain untuk mencegah lidah
tergigit.
3. Mencari tempat masuknya spora tetanus dengan anti tetanus,
umumnya di tali pusat atau di telinga.
4. Mengobati tetanus dengan anti tetanus serum (ATS) dan antibiotika.
5. Perawatan yang adekuat, kebutuhan oksigen, makanan,
keseimbangan cairan dan elektrolit.
6. Penderita/ bayi ditempatkan dikamar yang tenang dengan sedikit
sinar mengingat penderita sangat peka ankan suara dan cahaya yang
dapat merangsang kejang.
b. Omfalitis / Infeksi Tali Pusat
Penyebab infeksi tali pusat ini dalah bakteri stapilokokus, streptokokus,
atau bakteri lainnya (Riksani,2012). Tanda- tanda dari infeksi adalah
• Bernanah
Kondisi ini bisa muncul jika anda kurang benar merawatnya, seperti
kurang bersih dan kurang kering. Hal ini juga bisa terjadi bila
pemotongan tali pusat dilakukan dengan benda yang tidak steril
sehingga kuman tumbuh dan berkembang.
• Bau Tak Sedap
Bau yang tak sedap muncul pada tali pusat menandakan bahwa tali
pusat terinfeksi. Lalu tali pusat akan bernaanah dan berlendir. Selain
itu juga ditandai dengan kemerahan disekitar pusat.
• Tidak Banyak Menangis
Bayi yang terinfeksi umumnya tidak banyak menagis. Ia justru lebih
banyak tidur. Gejala ini juga ditandai bayi malas minum, demam, dan
kejang.
• Suhu tubuh meningkat, tubuh terasa hangat atau panas. Untuk lebih
akurat, anda bisa menggunakan termometr untuk mengukur suhu
tubuh bayi. Jika suhu tubuh melebihi 38 0 maka bayi sudah terkena
demam.
• Penanganan :
1. Pertahankan tubuh bayi tetap hangat
2. ASI tetap diberikan atau diberi air gula
3. Diberi injeksi antibiotika berspekturum luas sesuai dosis.
4. Perawatan sumber infeksi, misalnya diberi salep yang mengandung
c. Perdarahan Tali Pusat
Peradarahan yang terjadi pada tali pusat bisa timbul sebagai akibat dari
trauma pengikatan tali pusat yang kurang baik atau kegagalan proses
pembentukkan trombus normal. Selain itu perdarahan pada tali pusat juga
bisa sebagai petunjuk adanya penyakit pada bayi (Yeyeh rukiah,2010).
Penatalaksanaan :
1. Penanganan disesuaikan sengan penyebab dari perdarahan tali pusat
yang terjadi.
2. Untuk penaganan awal, harus dilakukukan tindakan pencegahan
infeksi pada tali pusat.
3. Segera lakukan inform consent inform choise pada keluarga pasien
untuk dilakukan rujukan.
7. Pencegahan Infeksi Tali Pusat
a. Ibu hamil harus mendapat imunisasi TT (Tetanus toksoid)
Imunisasi ini sangat aman dan tidak menimbulkan efek samping bagi ibu
hamil. Dengan memperoleh imunisasi TT, maka di dalam tubuh ibu hamil
akan di rangsang untuk proses pembentukan zat kekebalan yang spesifik
terhadap penyakit tetanus .
b. Lakukan perawatan tali pusat dengan benar
1. Selalu mencuci tangan dengan sabun sampai bersih sebelum merawat tali pusat bayi.
3. Membersihkan tali pusat sesering mungkin, terutama bila terkena air seni atau kotoran tinja bayi, dan jangan lupa tali pusat di sabuni setiap mandi.
4. Pada tali pusat jangan dibubuhi dengan ramuan dedaunan, serbuk kopi, atau parutan kunyit.
Pada saat merawata tali pusat, perhatikan apakah berbau tajam atau busuk dan
apakah bengkak dan keluar cairan nanah atau darah. Jika menemukan kelainan
tersebut segera hubungi bidan atau tenaga kesehatan yang terdekat (Ronald,2011).
8. Prinsip Perawatan Tali Pusat
1. Jangan mengoleskan bahan atau ramuan apapun ke puntung tali pusat
2. Hal- hal berikut perlu menjadi perhatian ibu dan keluarga:
a. Memperhatikan popok di area putung tali pusat
b. Jika puntung tali pusat kotor, cuci secara hati- hati dengan air dan sabun.
Keringkan secara skasama dengan kain bersih.
c. Jika pusat menjadi merah atau mengeluarkan nanah atau darah, harus segara
bawa bayi tersebut ke fasilitas yang mampu memberikan perawatan tali pusat
secara lengkap (Sodakin, 2009).
9. Faktor Penyebab Terjadinya Infeksi Tali Pusat 1. Faktor kuman
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa
awal kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa
perawatan. Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit,
saluran pernafasan, dan saluran cerna terkolonisasi. Untuk
pencegahan terjadinya infeksi tali pusat sebaiknya tali pusat tetap dijaga
saat memandikan di minggu pertama sebaiknya jangan merendam bayi
langsung ke dalam air mandinya karena akan menyebabkan basahnya
tali pusat dan memperlambat proses pengeringan tali pusat.
2. Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui
sepenuhnya. Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin
nutrisinya buruk dan tempat tinggalnya padat dan tidak higienis. Bayi
kulit hitam lebih banyak mengalami infeksi dari pada bayi berkulit putih.
3. Faktor Neonatatal
a. Prematurius ( berat badan bayi kurang dari 1500 gram), merupakan
faktor resiko terjadinya infeksi. Umumnya imunitas bayi kurang
bulan lebih rendah dari pada bayi cukup bulan. Transpor
imunuglobulin melalui plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir
trimester ketiga. Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum
terus menurun, menyebabkan hipigamaglobulinemia berat.
Imaturitas kulit juga melemahkan pertahanan kulit.Kerentanan
neonatus terhadap infeksi dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara
lain kulit dan selaput lendir yang tipis dan mudah rusak, kemampuan
fagositosis dan leukosit immunitas masih rendah.
b. Defisiensi imun. Neonatus bisa mengalami kekurangan IgG spesifik,
khususnya terhadap streptokokus atau Haemophilus influenza. IgG
dan IgA tidak melewati plasenta dan hampir tidak terdeteksi dalam
darah tali pusat. Dengan adanya hal tersebut, aktifitas lintasan
sebagai respon terhadap lipopolisakarida. Kombinasi antara
defisiensi imun dan penurunan antibodi total dan spesifik, bersama
dengan penurunan fibronektin, menyebabkan sebagian besar
penurunan aktivitas opsonisasi.
c. Laki-laki dan kehamilan kembar. Insidens infeksi pada bayi laki-
laki empat kali lebih besar dari pada bayi perempuan.
4. Faktor Lingkungan
a. Ada defisiensi imun bayi cenderung mudah sakit sehingga sering
memerlukan prosedur invasif, dan memerlukan waktu perawatan di
rumah sakit lebih lama. Penggunaan kateter vena/ arteri maupun
kateter nutrisi parenteral merupakan tempat masuk bagi
mikroorganisme pada kulit yang luka. Bayi juga mungkin terinfeksi
akibat alat yang terkontaminasi.
b. Paparan terhadap obat-obat tertentu, seperti steroid, bisa
menimbulkan resiko pada neonatus yang melebihi resiko
penggunaan antibiotik spektrum luas, sehingga menyebabkan
kolonisasi spektrum luas, sehingga menyebabkan resisten berlipat
ganda.
c. Pada bayi yang minum ASI, spesies Lactbacillus dan E.colli
ditemukan dalam tinjanya, sedangkan bayi yang minum susu
formula hanya didominasi oleh E.colli.
d. Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai
neonatus yaitu :
• Proses persalinan
dengan klem plastik tali pusat (bila tersedia) (APN,2008:99).
Persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non
medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang
tidak steril dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali
pusat juga tidak lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku
di masyarakat.
5. Faktor tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai
ramuan-ramuan atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu
mempercepat kering dan lepasnya potongan tali pusat. Ada yang
mengatakan tali pusat bayi itu harus diberi abu-abu pandangan seperti
inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan karena justru dengan
diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan terjangkitnya
tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini
cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa
hari setelah persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan