• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NAS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NAS"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NASKAH TEATER “LIT” KARYA VIDDY AD DAERY

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya

Malang

Oleh : M. Syahyudi Aziz NIM. 0811220111

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NASKAH TEATER “LIT” KARYA VIDDY AD DAERY

SKRIPSI

Disusun oleh: M. Syahyudi Aziz

0811220111

Telah disetujui oleh Dosen Pembimbing:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dyan Rahmiati, S.Sos.,M.Si Dewanto Putra Fajar,S.Sos., M.Si.

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NASKAH TEATER “LIT” KARYA VIDDY AD DAERY

SKRIPSI Disusun oleh: M. Syahyudi Aziz

0811220111

Telah diuji dan dinyatakan lulus dalam ujian Sarjana Pada tanggal 13 Juni 2013

Tim Penguji:

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Dyan Rahmiati, S.Sos.,M.Si Dewanto Putra Fajar,S.Sos., M.Si.

NIP.197703072008122001 NIK. 85081811110414

Anggota Penguji 1 Anggota Penguji 2

Rachmat Kriyantono, Ph.D Yuyun Agus Riani, S,Pd., M.Sc NIP.19730329 200604 1 001 NIP. 75811120024

Malang, 23 Juli 2013 Mengetahui

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(4)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya yang telah dilimpahkan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul: PENGGAMBARAN SISTEM PENDIDIKAN DALAMNASKAH TEATER “LIT” KARYA VIDDY AD DAERY.Skripsi ini mengenai penggambaran sistem pendidikan yang dilakukan oleh pengarang naskah teater yaitu, Viddy AD Daery dalam naskah yang berjudul “LIT”. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun dalam upaya menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Brawijaya.

Penulis mengucapkan syukur dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Allah SWT yang selalu melimpahkan kenikmatan dan kesehatan sehingga penulis bisa diizinkan untuk melewati proses ini.

2. Ibu, tercinta yang tidak pernah berhenti membantu doa dan semangat. 3. Almarhum Bapak, Nita Dian Rosyidah sekeluarga dan Nanda Mayshita

Ulfah yang selalu menjadi insiprasi dan sumber semangat penulis menyelesaikan skripsi ini.

4. Clara Ayu Yanuari, yang selalu memberi dukungan, motivasi dan doa dalam setiap waktu dan setiap saat.

5. Dyan Rahmiati S. Sos, M.Si dan Dewanto Putra Fajar S.Sos , M.Si yang telah membimbing penulis dalam upaya menyelesaikan penelitian ini dengan baik

6. Bapak Rachmat Kriyantono, Ph.D dan Yuyun Agus Riani S.Pd. M.Sc yang telah menguji, memberikan masukan serta saran dalam ujian skripsi. 7. Sahabat-sahabat tercinta yang selalu berjuang bersama.

(5)

Peneliti menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karenanya peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihakyang budiman. Akhir kata peneliti mengucapkan permohonan maaf jika ada kesalahan kata atau kekeliruan penelitian dan penulisan. Semoga dengan terselesaikannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya Malang pada khususnya dan pembaca pada umumnya.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP Personal information

Name : M. Syahyudi Aziz

NIM : 0811220111

Place, Date of birth : Ngawi, 29 Maret 1988

Sex : Male

Religion : Islam

Address : Purworejo 12/02 Geger Madiun 63171

Major : Ilmu Komunikasi

Concentration : Public Relation

Mobile : 0857 3637 6539

E-mail :syahyudiaziz@rocketmail.com

Educational Background

1. S1 Jurusan Ilmu Komunikasi Massa Universitas Brawijaya 2. SMA Negeri 1 Geger, Madiun

3. SMP Negeri 1 Geger, Madiun 4. SDN Pagotan 1 Geger, Madiun 5. TK Theobroma, Ngawi

Organization and experience

(7)

ABSTRAKSI

Penelitian ini membahas bentuk komunikasi melalui media teks, yakni naskah teater. Naskah teater adalah salah unsur penting dalam setiap pementasan teater. Naskah teater ditulis oleh penulis naskah berdasarkan apa yang dilihat, apa yang dialami, dan apa yang dibaca atau diceritakan kepadanya oleh orang lain. Naskah LIT karya Viddy AD Daery merupakan salah satu naskah yang berisi tentang kritik terhadap pemerintah. Namun, meski naskah tersebut berisi kritik, tetapi naskah tersebut berhasil memenangkan lomba penulisan naskah teater remaja yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Jawa Timur Tahun 2004.

Penelitian ini menggunakan analisis naratif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Analisis naratif adalah kemampuan untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada cerita yang ia dengar maupun diucapkan dalam keseharian. Tujuan dari analisis naratif ini adalah mengasilkan gambaran yang utuh dan bermakna tentang manusia.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam naskah LIT, pengarang menggambarkan : Sulitnya kaum miskin mendapatkan pendidikan, Kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh Pejabat Lembaga Pendidikan, dan, Pemerintah belum berhasil menerapkan sistem pendidikan sesuai dengan pasal 31 UUD 1945. Viddy AD Daery menggunakan unsur satir dalam menyampaikan kritik terhadap pemerintah dalam naskah LIT. Selain itu Viddy AD Daery juga menggunakan strategi retorika untuk mempersuasi pembaca dalam menggambarkan sistem pendidikan.

(8)

ABSTRACT

This research telling about communication by text media, that’s theater script. Theater script is an important substance in a theater show. Theater script being written by what he see, what his experienced, and what he read or telling to other people. LIT script written by Viddy AD Daery is one of script that critical to goverment. However, that script contains critical, but that script successfully winning young writing competion presented by Education Departement East Java 2004.

This reaserch used narrative analysis, with qualitative approachment. Narative analysis is capability to understand identity and viewpoint someone refer to story that he was listen or he was say in daily life. The goals from this narrative analysis is produce intact representation and purpose about human.

The result of this research in LIT script, writer describe about: How difficult poor people get education, arbitrariness did by Education Government Official, and Government not yet to apply education system appropriate with paragraph 31th UUD 1945. Viddy AD Daery used satire substance to show critic to government in LIT script. Moreover , Viddy AD Daery used rethoric strategy for persuade the reader in describe about education system.

(9)

DAFTAR ISI

2.1.1Naskah teater Sebagai Media Komunikasi ... 13

2.2 Paradigma Naratif ... 14

2.3 Retorika ... 18

2.4 Sistem Pendidikan di Indonesia ... 20

2.5 Satir ... 21

3.3 Subjek dan Objek Penelitian ... 26

3.4 Unit Analisis Data ... 26

3.5 Sumber dan Jenis Data ... 27

3.6 Teknik Pengumpulan Data ... 27

3.7 Teknik Analisis Data ... 28

3.8 Keabsahan Data ... 30

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN... 31

4.1 Sistem Pendidikan di Indonesia ... 31

4.2 Naskah Sebagai Media Penyampai Pesan ... 35

(10)

4.3.2 Analisis Naratif Narator Pada Naskah LIT ... 50

4.3.3 Analisis Naratif Tokoh Pada Naskah LIT ... 50

4.3.4 Analisis Naratif Sudut pandang PadaNaskah LIT ... 61

4.3.5 Analisis Naratif Pengolahan Waktu Pada Naskah LIT ... 62

4.3.6 Analisis Naratif Latar Pada Naskah LIT ... 62

4.4 Analisis Retorika Pada Naskah LIT ... 64

4.5 Analisis Unsur Satir Pada Naskah LIT ... 78

BAB V KESIMPULAN ... 80

5.1 Kesimpulan ... 80

5.2 Saran ... 82

DaftarPustaka ... 83

(11)

PENGGAMBIRAN SISTEM PENDIDIKAN DALAM NASKAH TEATER LIT KARYA VIDDY AD DAERY

M. SYAHYUDI AZIZ 0811220111

ABSTRACT

This research telling about communication by text media, that’s theater script. Theater script is an important substance in a theater show. Theater script being written by what he see, what his experienced, and what he read or telling to other people. LIT script written by Viddy AD Daery is one of script that critical to goverment. However, that script contains critical, but that script successfully winning young writing competion presented by Education Departement East Java 2004.

This reaserch used narrative analysis, with qualitative approachment. Narative analysis is capability to understand identity and viewpoint someone refer to story that he was listen or he was say in daily life. The goals from this narrative analysis is produce intact representation and purpose about human.

The result of this research in LIT script, writer describe about: How difficult poor people get education, arbitrariness did by Education Government Official, and Government not yet to apply education system appropriate with paragraph 31th UUD 1945. Viddy AD Daery used satire substance to show critic to government in LIT script. Moreover , Viddy AD Daery used rethoric strategy for persuade the reader in describe about education system.

Keywords: Narative analysis, Theater script, Rethoric.

PENDAHULUAN

Dalam bukunya Cahyaningrum Dewojati (2012) menjelaskan bahwa Teater berasal dari

bahasa Yunani yaitu theatron (theathres) yang berarti gedung pertunjukan Di Yunani, teater

bermula dari kehidupan untuk berpura-pura dan meniru suatu kehidupan. Asal mula pertunjukan

di Yunani itu sendiri diilhami oleh pemujaan terhadap dewa-dewa dan juga pada ritual olimpiade

di Coloseum. Selanjutnya kesenian tersebut menjadi budaya di kalangan bangsawan, dan raja.

(12)

menyebar ke negara-negara di sekitarnya seperti Italia dan Inggris, yang pada masa kolonialisme

juga dikembangkan ke daerah jajahannya (Dewojati,2012,h.36).

Sedangkan Perkembangan dan sejarah Teater di Indonesia dalam buku Dramaturgi oleh

Harymawan (1988) di awali pada tahun 1891, yaitu dengan munculnya kelompok ”Komedi

Stamboel” yang didirikan oleh August Mahieu (keturunan Indo-Perancis) kelahiran Surabaya

(1860). Setelah itu pada tahun 1955 teater mulai populer di Indonesia, ditandai dengan

munculnya kelompok-kelompok teater seperti STB (Bandung), Teater Bogor, Akademi Teater

Nasional Indonesia dan sejumlah kelompok teater yang berbasiskan universitas (Harymawan,

1988, h.2).

Dilihat dari sudut pandang Ilmu komunikasi, sebagai media komunikasi, teater

mempunyai keunikan tersendiri yang membuatnya berbeda dari kesenian lainnya. diantaranya,

dalam sebuah pertunjukan teater tidak jarang penulis atau sutradara menggunakan dialog

berbentuk bahasa berbentuk sastra pada naskahnya . Hal ini dapat dikatakan bahwa teater

merupakan perkawinan antara seni sastra dan keaktoran. Penggunaan bahasa sastra pada naskah

tersebut akan semakin kuat jika aktor mampu menyampaikannya dengan penokohan yang baik,

artikulasi yang tepat dangestureyang tepat pula.

Naskah dan penokohan dalam teater sendiri merupakan dua diantara empat unsur intrinsik yang penting dalam setiap pementasan teater. Dalam buku “ Seni Teater Jilid 1”Eko Santosa (2008) menjelaskan bahwa:

(13)

Naskah Teater dan teater merupakan sebuah media komunikasi yang unik. Hal ini karena

tidak semua orang bisa dengan mudah memperoleh naskah teater dan pertunjukan teater yang

belum tentu diminati banyak orang. Selain itu, Pertunjukan teater seringkali menyisipkan

pesan-pesan yang tersirat dengan penggambarannya pada adegan-adegan dipanggung yang dipertegas

dengan dialog serta gestur aktornya, sehingga pesan tersebut mampu mempersuasi penontonnya.

Karena itulah pada zaman orde baru, banyak pementasan teater yang dicekal bahkan dibubarkan

paksa, karena pertunjukan tersebut dianggap menyebarkan propaganda di masyarakat untuk

melawan pemerintah.

Alasan tersebutlah yang mendasari peneliti memilih naskah teater sebagai objek

penelitian. Sebagai objeknya, peneliti memilih naskah teater “LIT” karya Viddy AD Daerry.

Dalam naskah teater tersebut, Viddy AD Daery mencoba menggambarkan kondisi sistem

pendidikan di Indonesia secara riil. Pendidikan pada sebuah Negara merupakan salah satu faktor

penting. Tidak jarang pula pendidikan menjadi tolak ukur kemajuan sebuah Negara. Di

Indonesia sendiri pelaksanaan pendidikan diatur dalam UUD 1945, diantaranya tercantum dalam

pasal 11 ayat 1 bahwa "Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib memberikan layanan dan

kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga

Negaranya tanpa diskriminasi", Pasal 31 ayat 1 bahwa "Setiap warga negara berhak

mendapatkan pendidikan", pasal 53 ayat 1 bahwa " Pemerintah bertanggung jawab untuk

memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau pelayanan khusus bagi anak

dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang bertempat tinggal di daerah

terpencil".

Dari gambaran diatas, peneliti mencoba melakukan pemahaman dan eksplorasi dengan

(14)

Viddy AD Daerry sebagai pengarang naskah teater "LIT" dalam menarasikan sistem pendidikan

di Indonesia bedasarkan dialog, plot, penokohan , dan setting pada naskah teater "LIT". Narasi

merupakan teks yang telah dikonstruksikan dengan cara tertentu sehingga mampu

merepresentasikan rangkaian peristiwa atau tindakan.

Fisher dalam buku Richard West (West,2008.h. 56) yang berjudul Pengantar Teori

Komunikasi Analisis dan Aplikasimengatakan bahwa :

“...berdasarkan asumsi dari paradigm naratif bahwa hakikat manusia adalah bercerita dan mengisahkan cerita, maka banyaklah kisah-kisah manusia bermunculan yang diciptakan manusia. Cerita yang diciptakan berpandangan dari awal pengalaman pribadi, sejarah, maupun biografi yang kemudian disusun dalam sebuah narasi. Berbagai cerita yang muncul pada akhirnya mendapatkan posisi selektif dari pribadi kita memilih cerita yang ada. Pemilihan tersebut berdasarkan pemikiran yang sehat, dalam artian bisa ditentukan oleh sejarah, budaya, ataupun karakter dan tentunya sesuai dengan akal sehat atau rasional kita” (West, 2008, h. 58).

Lebih lanjut, Aristoteles (dikutip dalam West, 2008, h. 58) juga menjelaskan bahwa

“naratif lebih menonjolkan pada sisi muatan bagaimana manusia dipandang sebagai makhluk

pencerita dan sifat dasar manusia adalah bercerita, sehingga dunia ini penuh dengan muatan

cerita dan setiap narasi yang ada selalu berpatokan pada sisi logika rasional dan koherensi cerita”

(West, 2008, h. 58).

TINJAUAN PUSTAKA

Aristoteles menjelaskan ( dikutip dalam West, 2008, h. 44) bahwa “ Teori paradigma

naratif adalah representasi bahwa manusia adalah mahkluk pencerita. Berawal dari pemikiran

Fisher yang mengatakan bahwa manusia adalah seorang pencerita dan bahwa pertimbangan akan

nilai, emosi, dan estetika menjadi dasar keyakinan dan perilaku kita” (West, 2008, h. 44). Hal

tersebut bertujuan untuk menangkap manusia dengan pandangan bahwa manusia itu sendiri juga

(15)

Objek penelitian yang digunakan merupakan rangkaian tulisan manusia yang diceritakan

dalam bentuk naskah teater. Maka paradigma naratif adalah dasar yang digunakan untuk

penelitian sebagai gambaran, bahwa kehidupan manusia juga timbul dalam bentuk narasi

(tulisan). Dari tulisan tersebut, seseorang akan mampu menilai isi cerita sehingga lebih mudah

dipahami. Maka proses yang berkaitan untuk membuat seseorang mampu menilai isi cerita

adalah proses dalam analisis naratif.

Analisis naratif adalah ilmu manusia yang mengacu pada pendekatan untuk beragam

macam teks. Fisher (dikutip dalam, West, 2008, h. 43) menjelaskan bahwa naratif adalah “

kemampuan untuk memahami identitas dan pandangan dunia seseorang dengan mengacu pada

cerita yang ia dengar maupun diucapkan dalam keseharian. Tujuan dari analisis naratif ini adalah

mengasilkan gambaran yang utuh dan bermakna tentang manusia” (West, 2008, h. 43).

Cerita (narasi) berkaitan dengan perkembangan manusia sebagai makhluk yang berpikir,

dalam cerita tersebut dapat ditemukan pemikiran maupun nilai yang diajarkan untuk mengetahui

sejarah. Untuk menemukan sebuah cerita terdapat berbagai buku biografi, autobiografi, studi

kasus dan lain sebagainya (West, 2008, h. 43). Martin Suhartono (2001) dalam penelitiannya

Perlengkapan Catatan Kuliah : Kasih dalam Kisah dan Kasih dalam Dialog antara Teori

Naratif dan Narasi Kitabmengatakan bahwa proses penting dalam analisis naratif adalah dengan

membaca berulang-ulang kisah yang ditulis. Tujuannya adalah untuk menghidupkan bagaimana

kisah tersebut menjadi lebih hidup. Martin Suhartono dalam penelitiannya mengatakan proses

dalam analisis naratif, yaitu meliputi :

1. Membatasi teks: untuk menentukan pokok dari kisah tersebut sehingga mudah dalam

memahami dinamika dalam kisah. Kriteria Kriteria yang dipakai adalah perubahan

(16)

2. Meringkas kisah: secara ringkas, kisah pada naskah akan kerucutkan lebih dalam

dengan memandang kisah dari sudut pokok tertentu.

3. Memahami plot: plot merupakan suatu awal, perkembangan dan akhir dari sebuah

kisah. Plot sendiri juga merupakan kekhasan dasar suatu narasi, salah satunya plot

ditinjau dari momen. Plot tersebut mempunyai, diantaranya: 1. Pendahuluan

eksposisi” (hal pokok dalam kisah yang ditampilkan, terjadi saat konflik atau

masalah muncul untuk pertama kalinya dan membangkitkan minat pembaca, serta

berbagai usaha yang ditampilkan untuk penyelesaian), 2. Titik puncak “climax” (saat

ketika situasi mencapai keadaan terbaik atau terburuk), 3. Ketegangan “final

suspense” (ketika hasil akhir cerita dicapai, namun muncul suatu peristiwa yang

menghambat penyelesaian walaupun hanya sementara waktu saja).

4. Mengenali narator: narator adalah suatu peranan, fungsi, “suara” yang mengisahkan

suatu cerita, selalu hadir dalam kisah walau setelah pengarang yang bersangkutan

meninggal. Kata ganti “aku” bukanlah pengarang itu melainkan pribadi yang

diciptakan untuk maksud pengisahan. Hal tersebut dapat diketahui melalui

peranannya, cara pengisahan, dan keterlibatannya.

5. Mengenali tokoh: Dari jenisnya tokoh dapat dibedakan menjadi tokoh “statis” yang

tidak berkembang secara batin dan cenderung bereaksi selalu sama dengan cara yang

sama sehingga mudah untuk diramalkan, dan tokoh “dinamis” yang berkembang

secara batin selama narasi. Terdapat juga tokoh “flat”, pembaca dibiarkan

mengetahui permukaan pribadinya, biasanya diperkenalkan secara singkat dan

pembaca tidak tahu lebih banyak lagi, dan tokoh “round”, digambarkan sebagai

(17)

bertentangan contohnya, tokoh-tokoh yang tidak penting dan hanya dipakai untuk

menampilkan tokoh-tokoh utama.

6. Mengenali pembaca: pembaca dibedakan antara pembaca sesungguhnya (real

reader) dan pembaca tersirat (implied reader) yaitu pembaca yang diandaikan oleh

kisah itu sendiri, dalam artian pembaca tersebut merupakan suatu abstraksi ideal hal

ini berhubungan denga teks untuk dapat menunjukkan reaksi tertentu yang memang

diharapkan oleh pembaca.

7. Mengenali sudut pandang: masalah sudut pandang adalah masalah sudut

pengambilan adegan dalam kisah, yang dibedakan dalam sudut pandang internal dan

eksternal. Sudut pandang internal adalah analisa kejadian internal bila narator adalah

tokoh utama sendiri, dan sudut pandang eksternal adalah pengamatan dari luar

terhadap kejadian-kejadian, cerita dikisahkan oleh narator yang ditokohkan mengenai

tokoh lain dalam cerita.

8. Mengenal pengolahan waktu: waktu dalam narasi terjadi karena tindakan pengisahan

mengandaikan waktu tertentu dan pengaturan peristiwa dalam susunan. Dalam hal ini

fokus hanya pada “waktu yang dikisahkan” (waktu berlangsungnya peristiwa atau

tindakan yang dikisahkan dalam cerita bulan, tahun, hari, jam dan sebagainya), dan

“waktu untuk berkisah” (waktu yang digunakan untuk mengisahkan peristiwa atau

tindakan atau waktu semu seperti berapa bab, baris kalimat, kata yang digunakan

untuk mengisahkan peristiwa itu).

9. Mengenal latar: merupakan konteks, panggung kejadian atau tindakan para tokoh

(18)

Pengenalan latar tidak hanya penting sebagai pembatas atau stuktur dalam kisah

melainkan juga untuk pemahaman kisah (Suhartono. 2001).

METODE PENELITIAN

Pada Penelitian ini, peneliti menggunakan paradigma konstruktif dengan pendekatan

kualitatif karena “ penelitian ini menjelaskan permasalahan dengan sedalam-dalamnnya melalui

pengumpulan data sedalam-dalamnya. Fokus pada penelitian ini untuk Mengetahui strategi

komunikasi dalam menggambarkan sistem pendidikan oleh Viddy AD Daery dalam naskah

teater "LIT. Untuk analisisnya, penelitian ini menggunakan analisis narasi yang digagas oleh

Walter Fisher (1987) . Dalam pemahaman Walter Fisher (dikutip dalam West,2012, h. 58) “

narasi adalah suatu cerita tentang peristiwa atau kejadian dengan adanya paragraf narasi yang

disusun dengan merangkai peristiwa-peristiwa yang berurutan atau secara kronologis”

(West,2012, h. 58).analisis dalam penelitian ini adalah teks cerita dalam naskah Teater berjudul

“LIT” karya Viddy AD Daery meliputi dialog, setting, dan penokohan yang menunjukkan

penggambaran sistem pendidikan di Indonesia. Selain itu untuk mendukung validitas data,

peneliti menggunakan data wawancara dengan pengarang naskah tersebut.

Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis, yaitu data primer dan data

sekunder. Data primer dalam penelitian ini adalah teks naskah teater yang berjudul “ LIT”.

Sedangkan data data sekunder-nya adalah informasi dari pengarang naskah teater berjudul

“LIT”. proses analisis data dalam penelitian ini terdapat dua langkah antara lain :

1. Proses analisis naratif yang bertujuan untuk lebih menghidupkan isi naskah teater.

Martin Suhartono dalam penelitiannya Perlengkapan Catatan Kuliah : Kasih dalam

Kisah dan Kasih dalam Dialog antara Teori Naratif dan Narasi Kitab mengatakan

(19)

a) Membatasi teks: batasan dalam teks tersebut adalah teks yang menggambarkan sistem

pendidikan yang terkandung dalam naskah “LIT”.

b) Meringkas kisah: secara ringkas, kisah pada naskah akan kerucutkan lebih dalam

dengan memandang kisah dari sudut pokok tertentu

c) Memahami plot: dalam hal ini plot adalah awal, perkembangan dan akhir cerita dalam

naskah teater tersebut yang ditinjau dari sudut momen dalam plot, yaitu:

pendahuluan, titik puncak, dan ketegangan terakhir.

d) Mengenal narrator: narator adalah suatu peranan, fungsi, “suara” yang mengisahkan

suatu cerita, selalu hadir dalam kisah walau setelah pengarang yang bersangkutan

meninggal. Kata ganti “aku” bukanlah pengarang naskah itu melainkan pribadi yang

diciptakan untuk maksud pengisahan. Hal tersebut dapat diketahui melalui

peranannya, cara pengisahan, dan keterlibatannya.

e) Mengenal tokoh dalam cerita: Tokoh dalam naskah ini digolongkan menjadi dua jenis,

yaitu: tokoh “flat” (tokoh yang diketahui permukaan pribadinya, diperkenalkan secara

singkat) dan tokoh “round” (tokoh yang mempunyai kedalaman tertentu dan

kepribadian yang sering bertentangan).

f) Mengenal sudut pandang: sudut pandang yang diambil dari cerita adalah sudut

pandang pengambilan gambar dalam naskah yaitu gambaran sistem pendidikan di

(20)

g) Mengenal pengolahan waktu: dalam hal ini waktu adalah pengaturan peristiwa dalam

sebuah susunan yang terbentuk dalm naskah teater tersebut, seperti “waktu yang

dikisahkan” dan “waktu untuk berkisah”.

h) Mengenal latar: Dalam hal ini latar yang dimaksud adalah latar, tempat, waktu, dan

latar social (berhubungan dengan sistem politik, ekonomi, budaya keagamaan) dalam

naskah (Suhartono,2010).

2. Setelah proses pertama selesai maka selanjutnya peneliti akan melakukan wawancara

mendalam dengan pengarang naskah teater “LIT”, wawancara tersebut berkaitan juga

dengan strategi komunikasi pengarang naskah teater tersebut untuk mempersuasi

pembaca. Hal ini dimaksudkan untuk memperkaya data penelitian.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Analisis Naratif

Batasan teks adalah untuk menentukan pokok dari kisah dalam naskah LIT dengan kriteria

yang terdapat didalamnya yaitu perubahan waktu, tempat dan tokoh. Maka batasan teks yang

menunjukkan gambaran sistem pendidikan pada naskah LIT antara lain :

1. Mahalnya Biaya pendidikan

Karena tidak dapat membayar iuran-iuran sekolah, Lit dan teman-temannya dianggap

sebagai biang rusuh dan biang onar di SMU Nol Besar. Dalam teks tersebut Lit dan

teman-temannya digambarkan dari keluarga miskin. Jangankan untuk membayar iuran sekolah, untuk

makan sehari-hari saja orang tua mereka belum bisa mencukupi, sehingga Lit dan

(21)

menghalangi niat mereka untuk belajar. Mereka tetap bersekolah meski belum bisa membayar

iuran sekolah yang semakin lama semakin mahal.

Namun pihak sekolah ternyata tidak bisa menerima kondisi Lit dan teman-temannya

tersebut. Mereka selalu disisihkan dan dianggap biang onar dan biang rusuh sekolah, karena

selalu menunggak membayar iuran sekolah. Lit pun tidak tinggal diam, Lit melawan tuduhan

yang ditunjukkan Kepala Sekolah kepada dirinya dan teman-temannya dengan sebuah tuntutan

pendidikan gratis. Berikut dialog yang menggambarkan mahalnya biaya pendidikan sehingga

tidak mampu dijangkau oleh Lit dan teman-temannya sebagai kaum miskin.

“ LIT : Kami memang orang miskin pak. Jangan kan untuk membayar sekolah untuk makan besok saja kami harus banting tulang pak. Tapi kenapa biaya pendidikan di negeri ini mahal?sampai orang yang miskin seperti kami yang tidak sanggup membaayar iuran tetek-mbengek itu tadi DILARANG SEKOLAH?!! Padahal di Negara tetangga kita, Malaysia Brunei, Singapura, Thailand, bahkan di Srilangka yang Negara miskin aja SEKOLAH BISA GRATIS!!!!?????” (Daery, 2004, h. 4)

Pada dialog diatas, pengarang naskah menggunakan tokoh Lit untuk membandingkan

kondisi pendidikan di Negeri Jombrot dan Negara lain yaitu Malaysia, Brunai, Singapura,

Thailand, dan Srilangka yang menggratiskan rakyatnya untuk mendapat pendidikan. Dalam

dialog ini, Viddy sebagai pengarang naskah memberikan gambaran pada audience dengan

membandingkan kondisi pendidikan di Negara tetangga. Malaysia, Brunai, Singapura, Thailand,

yang merupakan Negara berkembang mempunyai kebijakan pendidikan gratis pada setiap

warganya. Untuk Negara yang terakhir yaitu Srilangka , jika dibandingkan dengan Indonesia,

dari segi bidang sumber daya manusia Srilanngka masih berada dibawah Indonesia. Tetapi dalam

hal pelaksanaan pendidikan pemerintah Srilangka lebih baik dari pada Indonesia.

Pada UUD 1945 sebenarnya telah diatur tentang sistem pelaksanaan pendidikan di

(22)

mendapatkan pendidikan". Dari undang-undang tersebut dapat di simpulkan bahwa seluruh

warga Negara Indonesia, dari kalangan ekonomi keatas hingga kebawah, semua berhak untuk

mendapatkan pendidikan tanpa memandang usia, latar belakang, kondisi sosial dan ekonomi.

Berikutnya pada UUD 1945 Pasal 53 ayat 1 yang menyebutkan bahwa “Pemerintah

bertanggung jawab untuk memberikan biaya pendidikan dan/atau bantuan cuma-cuma atau

pelayanan khusus bagi anak dari keluarga kurang mampu, anak terlantar, dan anak yang

bertempat tinggal di daerah terpencil". Pada pasal ini Pemerintah bertanggung jawab untuk

memberikan kemudahan kepada masyarakat miskin untuk tetap mendapatkan pendidikan.

Kemudahan tersebut dapat berupa bantuan biaya pendidikan secara cuma-cuma atau dalam

bentuk pelayanan khusus sehingga mereka tetap mendapatkan haknya untuk memperoleh

pendidikan.

Meski telah diatur dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 dan pasal 53 ayat 1 tersebut, pada

pelaksanaannya pemerintah belum melaksanakan amanat UUD tersebut. Edy Akuntono salah

satu wartawan beritaonlineportal tempo menuliskan pada salah satu kolom berita online Tempo

Edisi 02 Mei 2012 bahwa :

“Hingga Januari 2012 angka anak putus sekolah di Indonesia masih sangat

tinggi. Dari 100 persen anak-anak yang masuk SD, yang melanjutkan sekolah

hingga SMP hanya 80 persen, sedangkan 20 persen lainnya putus sekolah. Dari

80 persen yang lulus SD, hanya sekitar 61 persen yang melanjutkan ke SMP.

Kemudian dari jumlah tersebut, yang sekolah hingga lulus hanya sekitar 48

persen. Sementara dari 48 persen tersebut, yang melanjutkan ke SMA tinggal

21 persen dan berhasil Lulus hanya sekitar 10 persen. Sedangkan yang

(23)

95 persen anak putus sekolah karena masalah ketidak mampuan masyarakat

memenuhi biaya pendidikan, dan 5 persen lainnya dikarenakan menikah muda”

(Akuntono, 2012)

Dari data tersebut, perlu dipertanyakan lagi bagaimana tanggung jawab pemerintah dalam

melaksanakan sistem pendidikan sesuai dengan UUD 1945 Pasal 31 ayat 1 dan pasal 53 ayat 1.

Kasus tentang mengharuskan siswa untuk membayar iuran-iuran mahal tersebut semakin Hal

tersebut yang mendasari Viddy AD Daery sebagai seorang seniman yang peka terhadap isu

sosial di masyarakat mengangkat kritik terhadap pemerintah tentang pelaksanaan sistem

pendidikan di Indonesia dalam naskah “LIT”.

2. Kesewenang-wenangan pejabat lembaga pendidikan

Kepala sekolah dalam naskah ini merupakan perwakilan dari lembaga pemerintah, yang

seharusnya menjalankan setiap kebijakan dan aturan yang dibuat oleh pemerintah. Namun

Kepala sekolah SMU Nol Besar ternyata tidak demikian, meski sekolah telah mendapatkan

subsidi dari pemerintah tapi kepala sekolah tersebut bekerja sama dengan Ketua BP3 malah

bekerja sama untuk mengadakan iuran-iuran fiktif dan uangnya mereka korupsi. Berikut teks

dialog dalam naskah yang menunjukkan kesewenang-wenangan pejabat lembaga pendidikan :

Kepala Sekolah : “ Waaaah..waah…diamputtenan iki..Ini dia biang rusuh sekolah kita ini. Wis sekolah bolos terus. SPP nggak pernah mbayar, iuran OSIS gak bayar, iuran BP3 gak bayar, iuran guruudunen gak bayar, iuran bu guru hamil gak bayar, iuran kucing pak guru ketabrak truk gak bayar, iuran foto kopi rumus-rumus gak bayar, iuran ulang tahun guru kesenian gak bayar, iuran tetangga pak guru kawinan gak bayar, iuran guru agama naik haji gak bayar, iuran guru fisika pindah rumah gak bayar iuran guru baru pesta tumpengan gak bayar, iuran kepala sekolah kawin lagi gak bayar. Waaah..waah..kalian ini Kalau MISKIN JANGAN SEKOLAH !!! sekolah sekarang hanya untuk orang yang berduit tahu! Sudah nggak jamannya lagi sekolah mbayar pakebolet!”(Daery, 2004, h. 2)

(24)

Kepala Sekolah :“ Oooo yayaya..pemerintah negara-negara asing itu kan memberi subsidi terhadap dunia pendidikan goblok!Pemerintah kita kan sudah mencabut subsidi pendidikan, dananya dikorupsi..weeek..goblok!” (Daery,2004, h. 5)

BP 3 : “ Lhaaaaa, bapak ini…. Kita ini orang kaya, lembaga kaya… wong kita korupsi gedhe-gedhean kok takut dipalak polisi sejuta dua juta…” (Daery,2004, h. 5)

BP3 : “ Lho Pak! Kalo pendidikan gratis nanti kita makan apa pak (Daery,2004, h. 10)

Beberapa petikan dialog diatas menunjukkan kesewenang-wenangan yang dilakukan

Kepala Sekolah dan Ketua BP3. Mereka bekerja sama dengan mengadakan iuran-iuran yang

harus dibayar oleh para siswa. Dampaknya, iuran-iuran tersebut memberatkan orang tua siswa

khususnya orang tua siswa dari kalangan miskin. Padahal iuran tersebut sama sekali tidak ada

hubungannya dengan kegiatan belajar mengajar.

3. Pemerintah belum berhasil melaksanakan sistem pendidikan yang sesuai dengan UUD

1945.

Dari situasi yang digambarkan dalam naskah Lit tersebut. Pemerintah digambarkan masih

belum mampu mewujudkan pendidikan yang dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat.

UUD yang dibuat hanya menjadi sebuah kumpulan tulisan yang saja, tidak menjadi pedoman

dalam pelaksanaan sistem pendidikan. Berikut teks dialog yang menunjukkan bahwa pemerintah

belum mampu mewujudkan sistem pendidikan yang sesuai dengan UUD 1945:

(25)

Lit : “ Ayo semua membaca Pasal 31…Semua Koor membaca : 1) Setiap warga Negara berhak mendapat pendidikan.

2)Setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.

3)Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa..

4) Negara memprioritaskan anggaran pendidikan sekutang-kutangnya 20 % dari APBN dan APBD. “ (Daery,2004, h. 9)

Tindakan korupsi yang dilakukan kepala sekolah dan ketua BP3 membuktikan bahwa

aturan yang yang dibuat pemerintah tidak diimbangi dengan pengawasannya. Realitas tersebut

digambarkan Viddy dalam naskah “LIT” untuk menggambarkan apa yang sebenarnya terjadi di

masyarakat tentang perilaku pejabat yang sebenarnya. Kasus tentang penyelewengan dana

bantuan pendidikan dan komersialisasi di pendidikan saat ini semakin lama semakin marak

terjadi. Para pejabat dari pusat hingga daerah hampir semua melakukan korupsi. Dana yang

sebenarnya dialokasikan untuk bantuan pada masyarakat tidak mampu, mereka gunakan tidak

sesuai dengan prosedur. Hasilnya masyarakat miskin yang harusnya mendapatkan biaya tersebut

akhirnya tidak tersentuh biaya bantuan dari pemerintah sama sekali. Mereka akhirnya hatus

menerima nasin mereka untuk putus sekolah karena tidak mampu membayar biaya pendidikan.

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan, maka peneliti dapat menarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Dalam analisis naratif batasan teks sistem pendidikan yang digambarkan dalam naskah

“LIT” yaitu :

a. Sulitnya kaum miskin mendapatkan pendidikan

(26)

c. Pemerintah belum berhasil menerapkan sistem pendidikan sesuai dengan pasal 31

UUD 1945.

2. Dalam analisis naratif pemahaman plot, alur dramatikal dalam naskah “LIT” meliputi:

Exposition, Complication Climax, Reversal (falling action), Deneument. Untuk analisis

naratif pada narator, naskah “LIT” menggunakan narator sebagai orang ketiga, sehingga

narator dengan bebas dapat mengetahui pikiran serta perasaan dari tokoh satu ke tokoh

lainnya. Naskah “LIT” juiga menggunakan 2 tipe tokoh yang digunakan, yaitu tokoh flat

dan tokoh Round. Tokoh flat ini meliputi teman-teman Lit, gelandangan, dan petugas

Tramtib. Sedangkan tokoh round meliputi Lit, kepala sekolah, ketua BP3, dan Polisi.

3. Dalam analisis naratif pada sudut pandang naskah, naskah “LIT” menggunakan sudut

pandang eksternal. Hal ini karena Viddy AD Daery sebagai pengarang naskah hanya

sebagai pengamat dari luar terhadap kejadian-kejadian dalam naskah, selain itu cerita

yang dikisahkan oleh narator yang ditokohkan mengenai tokoh lain dalam cerita.

4. Dalam analisis naratif pada pengolaha waktu, naskah “LIT” hanya menggunakan 1

waktu, hal ini dikarenakan naskah “LIT” adalah naskah teater 1 babak. Naskah teater 1

babak adalah naskah yang dalam narasinya hanya menggunakan 1 latar saja, dari awal

hingga akhir cerita.

5. Dalam analisis naratif pada Latar, Latar yang ditunjukkan oleh Viddy AD Dery adalah

kesenjangan sosial yang terjadi di sebuah negara. Dimana pembangunan infrastruktur

yang maju tidak berjalan beriringan dengan pembangunan dalam bidang pendidikan.

Karena pendidikan yang berjalan hanya bisa dirasakan oleh kaum yang berduit saja, dan

orang miskin seakan-akan sulit mendapatkannya karena biaya pendidikan yang sangat

(27)

norma-norma dan nilai sosial di masyarakat. Penegakan hukum tidak berjalan baik, aparat

penegak hukum yang seharusnya menegakkan hukum malah mempermainkan hukum.

Pejabat berlaku sewenang-wenang, mereka mengabaikan aspirasi rakyat dan sibuk

korupsi untuk mensejahterakan diri sendiri.

6. Dalam analisis Retorika pada naskah “LIT”, terkandung unsur ethos, pathos, dan logos

yang dapat mempersuasi audience. Selain itu Viddy juga menggunakan (a) isi dramatik,

(b) bahasa dramatik, dan (c) bentuk dramatic pada teks naskah “LIT” sebagai dasar

penggambaran sistem pendidikan dalam naskah.

7. Penggunaan unsur satir dalam penyampaian pesan pada naskah “LIT” berfungsi untuk

lebih memudahkanaudiencedalam menerima pesan dalam naskah.

5.2 Saran

1. Diharapkan pengarang naskah teater memperhatikan unsur naratif dan mengkesampingkan

egoisme dalam menciptakan naskah teater, agar tujuannya untuk menyampaikan pesan melalui

narasi naskah teater lebih efektif.

2. Diharapkan setelah penelitian ini akan muncul lagi penelitian di bidang Teater di Jurusan

Komunikasi Universitas Brawijaya yang bisa lebih dari sekedar tertuju pada unsur narasi naskah

teater saja, tetapi juga unsur-unsur lain pada teater yang sesuai dengan kajian Ilmu komunikasi

Karena saat ini penelitian pada bidang teater di Jurusan Komunikasi Universitas Brawijaya

masih belum ada.

3. Pemerintah selaku pemegang otoritas pengambilan kebijakan, bisa melaksanakan amanat

(28)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mohammad. 2008.Pendidikan Untuk Pembangunan Nasional. Jakarta : Grasindo

Dewojati, Cahyaningrum. 2010.Drama : Sejarah, Teori, dan Penerapannya. Yogyakarta : Gajah

Mada University Press

Effendy, Onong Uchjana. 1994 .Komunikasi Teori dan Praktek. Jakarta : Grasindo

Fredman, Leonard. 2009. The Offensive Art : Political Satir and Its Censorship around the

World from Beerbohm to Borat. Greenwood Publishing

Griffin, Emory A. 2006.First Look At Communication Theory. New York: Mc. Graw Hill

Harymawan. 1988 .Dramaturgi. Bandung : PT Remaja Rosda Karya

Kriyantono, Rachmat. 2010.Teknik Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana

Moleong, Lexy J. 2004.Metode Penelitian Kualitatif. Bandunng : Rosda Karya

Riantiarno, Nano. 2011.Kitab Teater.Jakarta : Grasindo

Santosa, Eko. 2008 .Seni Teater Jilid 1. Jakarta : Dinas Pendidikan Nasional

Suhandang, Kustadi. (2009).Retorika: Strategi, Teknik dan Taktik Pidato. Bandung: Nuansa.

Suprayogo, dan, Tobroni. 2003. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta : Sebelas Maret

University Press

West, Richard. 2008 . Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi. Jakarta : Salemba

Humanika

Website

AA Wattimena, Reza. Metode Penelitian Naratif. diakses 20 Desember 2012 pukul 18.30 WIB.

http://www.rumahInspirasi.blogspot.com

AD Daery, Viddy. Drama Teater Remaja : LIT. Diakses 8 Januari 2012 diakses pukul 22.45

(29)

Bhirawa, Satria . Dunia panggung. diakses 29 Februari 2012 pukul 22.00 WIB.

http://www.rumahdunia.net

Suryno, Ony. Tentang Teater. diakses 29 Februari 2012.pukul 23.00 WIB.

http;//www.rumahdunia.net

Viddy AD Daery. 2012 . Penulis Nasional. Hasil Wawancara

Akuntono, Edy. 2012. Pendidikan, Apakah semua sudah menikmatinya? .

http://www.tempo.com diakses pada 23 Juni 2013 Pukul 13.00 WIB.

Jurnal Teologi

Suhartono, Martin. 2001. Perlengkapan Catatan Kuliah : Kasih dalam Kisah dan Kasih dalam

Dialog antara Teori Naratif dan Narasi Kitab, 4-19. Diakses 6 Maret 2012 Pukul

21.45 WIB. http://id.scribd.com/doc/27997864/Analisa-Naratif-.

Hasil penelitian

Nor Shahizan Ali, Mocd. 19. Malaysian Journal Of Communication, Analisis Naratif Film

Dokumentari “The Kinta Story”, Universitas Kebangsaan Malaysia. Diakses 19

Februari 2012 Pukul 09.30

(30)

Referensi

Dokumen terkait

Potongan harga merupakan diskon produk atau harga marginal rendah yang diberikan untuk mempengaruhi konsumen dalam berbelanja agar lebih impulsif Iqbal

Namun berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, dikatakan bahwa selama ini tidak ada pelaporan ke Dinas Kesehatan tersebut hal

informasi publik ini dibatasi dengan hak individual dan privacy seseorang terkait dengan data kesehatan yang bersifat rahasia (rahasia medis). Jadi dalam hal ini dapat dianalisis

Dalam upaya menjaga keutuhan serta kemurnian tujuan hukum itu sendiri terutama dalam sistem peradilan pidana serta menghilangkan tindakan kesewenang-wenangan

Penelitian Setiawan & Piartrini (2018) dengan judul Pengaruh pemberdayaan karyawan dan stress kerja terhadap komitmen organisasional karyawan department housekeeping pada villa

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti memberikan saran kepada Warung Pecel Dedy yaitu: Sebaiknya Warung Pecel Dedy membangunkan bangunan pada rumah

Suhu thawing yang tinggi berpengaruh terhadap motilitas spermatozoa karena pada proses thawing metabolisme berjalan dengan optimal tetapi proses pengeluaran

Transisi Generasi ke-9.. Intel Pentium D dirilis pada 25 Mei 2005, processor dua core yang kedua core-nya tidak berada dalam satu die. Processor ini memiliki dua die yang