HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP LANSIA DENGAN
KUNJUNGAN KE POSYANDU LANSIA DI KELURAHAN
JAWA KANAN SS KECAMATAN LUBUKLINGGAU
TIMUR II KOTA LUBUKLINGGAU
TAHUN 2013
Bambang Soewito, SKM.M.Kes
Dosen Prodi Keperawatan LubukLinggau Poltekkes Kemenkes Palembang
ABSTRAK
Lansia adalah laki-laki atau perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih berkemampuan (potensial) maupun karena suatu hal tidak mampu lagi berperan secara aktif dalam pembangunan/tidak potensial
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat Pengetahuan Dan Sikap Lansia Dengan Kujungan Ke Posyandu Lansia di Kelurahan Jawa Kanan Kecamatan Lubuklinggau Timur II kota Lubuklinggau Tahun 2013
Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan rancangan penelitian Cross Sectional, yang dilakukan terhadap variabel independen (pengetahuan dan sikap), variabel dependen (kunjungan ke posyandu lansia). Sampel penelitian ini adalah lansia yang ada di Kelurahan Jawa Kanan SS Kec.Lubuklinggau Timur II Kota Lubuklinggau dengan jumlah sampel 41 orang dengan Random Sampling. Data yang digunakan adalah data primer yang diolah dengan analisa univariat dan bivariat dengan menggunakan uji statistik Chi Square.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tdak ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dan sikap lansia dengan kunjungan ke posyandu lansia di kelurahan jawa kanan SS wilayah kerja puskesmas taba kota Lubuklinggau, dari hasil analisis bivariat didapat bahwa tidak ada variabel yang berhubungan secara bermakna dengan kunjungan ke posyandu yaitu pengetahuan lansia dengan p=0,689(p>0,005), dan sikap lansia dengan p=0,140(p>0,140)
di kota lubuklinggau. Dengan cara memberikan penyuluhan atau kegiat-kegiatan yang bermanfaat bagi lansia di posyandu.
PENDAHULUAN
Visi Indonesia sehat 2013 adalah
terwujudnya masyarakat yang damai,
demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju
dan sejahtera yang didukung oleh manusia
sehat, mandiri, beriman, bertakwa, dan
berakhlak mulia. Tujuan pembangunan
kesehatan pada hakekatnya adalah
mewujudkan Indonesia sehat 2010 antara lain
memuat harapan agar penduduk Indonesia
memiliki kemampuan untuk menjangkau
pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan
merata. Di dalam UU No 36/2009 yang
berbunyi menetapkan kesehatan adalah
keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spritual maupun sosial yang memungkinkan
setiap orang untuk hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia, 2009).
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB),
menggelar World Assembly on Ageing (WAA)
di Wina, yang menghasilkan pernyataan
bahwa masalah lanjut usia yang selanjutnya
disebut lansia, merupakan satu bagian yang
tidak terpisahkan dari kondisi sosial ekonomi
masyarakat. Oleh karena itu, para lanjut usia
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
kependudukan dan merupakan unsur penting
dalam proses pembangunan ekonomi.
Sedangkan dalam deklarasi Macau pada tahun
2000, menyatakan beberapa perhatian khusus
pada masalah ini dan menjadikannya sebagai
program kerja tersendiri untuk wilayah Asia
Pasifik (Plan of Action for Asia and the
Pasific ). Sejak dicanangkannya sebagai
Internasional Year of Older Person (IYOP)
atau tahun lansia internasional oleh PBB,
berbagai kegiatan di lingkup internasional,
regional, dan bahkan di lingkup nasional telah
berhasil diselenggarakan (Hardywinoto, 2000).
Pertambahan jumlah penduduk usia
lanjut, akan disertai oleh berbagai masalah dan
akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan
lanjut usia baik terhadap individu maupun bagi
keluarga dan masyarakat meliputi fisik,
Mengingat lansia merupakan kelompok rawan
dalam keluarga, pembinaan lanjut usia sangat
memerlukan perhatian khusus sesuai dengan
keberadaannya. Dalam kehidupan keluarga di
Indonesia, lansia merupakan figur yang
dihormati dan harus dibahagiakan sesuai
dengan budaya yang ada. Di dalam kehidupan
bangsa, lansia merupakan sumber daya
bernilai karena pengetahuan, pengalaman
hidup, serta kearifan yang dimiliki, yang
sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk
meningkatkan mutu kehidupan keluarga dan
masyarakat. Pergeseran nilai budaya di
masyarakat yang mengarah pada tatanan
masyarakat individualistik terutama di kota
besar menyebabkan lansia kurang mendapat
perhatian dan sering tersisih dari kehidupan
masyarakat atau menjadi terlantar (Depkes RI,
2006).
Proses menua di dalam
perjalanan hidup manusia merupakan suatu hal
yang wajar dan akan dialami oleh semua orang
yang di karuniai umur panjang. Hanya cepat
lambatnya proses tersebut bergantung pada
masing-masing individu yang bersangkutan.
Saat ini di seluruh dunia jumlah orang lansia
di perkirakan ada 500 juta dengan usia
rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun
2025 akan mencapai 1,2 milyar (Nugroho,
2000).
Berdasarkan data statistik 2007, jumlah
lansia mencapai lebih dari 17,3 juta jiwa
(Swamurti, 2008). Jumlah penduduk lanjut
usia pada tahun 2006 sebanyak 18,4 juta jiwa,
dan Indonesia menempati urutan keempat
negara yang mempunyai jumlah penduduk
usia lanjut terbanyak setelah India, RRC, dan
Amerika. Hal ini seiring dengan keberhasilan
Pemerintah dalam Pembangunan Nasional,
yang telah mewujudkan hasil positif di
berbagai bidang, yaitu adanya kemajuan
ekonomi, perbaikan lingkungan hidup,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi,
terutama di bidang medis atau ilmu kedokteran
sehingga dapat meningkatkan kualitas
harapan hidup manusia. Akibatnya jumlah
penduduk yang berusia lanjut meningkat dan
cenderung bertambah dengan cepat (Nugroho,
2000).
Secara demografi berdasarkan sensus
penduduk tahun 2000, Indonesia memasuki era
penduduk berstruktur tua dengan proporsi usia
lanjut mencapai 14,4 juta jiwa atau 7,18 % dari
total jumlah penduduk (BPS, sensus penduduk
Indonesia 2000). Menurut Survei Demografi
dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2002,
tahun 2005 diperkirakan meningkat lagi
menjadi 24 juta jiwa atau 9,77 % dari total
penduduk pada tahun 2010 (Depkes RI, 2005).
Upaya pembinaan lansia dalam
pelaksanaannya memerlukan penanganan
terpadu melalui peningkatan peran lintas
sektor, lembaga swadaya masyarakat serta
partisipasi aktif masyarakat dalam koordinasi
program kerja, pendataan, pemanfaatan
pelayanan, pengenalan dini masalah lansia,
serta pendanaan. Selama ini keterlibatan sektor
dalam pembinaan lansia sudah dilaksanakan
namun masih belum dilaksanakan secara
terintegrasi, sehingga belum diperoleh hasil
yang optimal. Dengan pendanaan dari United
Nations Population Fund (UNFPA), melalui
Badan Koordinasi Keluarga Berencana
Nasional (BKKBN) dan Menteri Negara
Kependudukan, telah disusun Rencana Aksi
Nasional berupa dokumen nasional yang
memuat peran sektor dalam melakukan
pembinaan terhadap lansia dengan dukungan
keluarga dan masyarakat. Di tingkat Desa /
Kelurahan, LKMD program yang dilakukan
adalah mewujudkan keluarga yang sejahtera
termasuk pelaksanaan Taman
Lansia/Posyandu Lansia (Depkes RI, 2006).
Selain perhatian dari keluarga, posyandu
lansia juga bisa memainkan peran penting
dalam meningkatkan taraf kesehatan para
lansia. Upaya pertama yang bisa dilakukan
adalah skrining (penapisan) problem yang ada,
menyediakan kegiatan dan sarana seperti
tensimeter, timbangan, edukasi tentang nutrisi,
kadernya mengenai hal-hal yang harus
dilakukan jika ada gejala penyakit yang
berbahaya (Siswono, 2008).
Sikap berhubungan baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan perilaku, salah
satu teori yang bisa menerangkan hubungan
antara sikap dan perilaku adalah teori Fishbein
dan Ajzen. Menurut mereka sikap dan
perbuatan terdapat satu hal psikologis lain
yang harus ada yaitu niat. Secara teoritis dapat
diprediksikan akan terjadi konsistensi antara
sikap dan perbuatan apabila ada niat dan
antara niat dan perbuatan tidak ada hambatan
(Faturochman, 2006).
Perilaku hidup yang sehat adalah
dengan gaya hidup yang sehat dan teratur.
Antara lain, memiliki masa kerja, masa
istirahat, asupan gizi yang seimbang dan rajin
memeriksakan kesehatan. Ketenangan bisa
diperoleh apabila orang tersebut mampu
mengendalikan nafsunya. Ada lima sikap
untuk meperoleh ketenangan batin di hari tua
yaitu ikhlas dan realistis, menerima takdir,
menghadapi masa depan dengan optimisme,
dan tidak meninggalkan kehidupan sosial atau
masih menjadi bagian dari masyarakat di mana
ia berada (Susilo, 2002).
Peningkatan Umur Harapan Hidup
(UHH), merupakan hasil peningkatan di
bidang kesehatan, hal ini ditunjukkan dengan
di tahun 1990 umur harapan hidup mencapai
64,7 tahun untuk perempuan dan untuk
laki-laki mencapai usia 61 tahun. Sedangkan untuk
tahun 2005 meningkat menjadi 66,7 tahun
untuk perempuan dan 62,9 tahun untuk
laki-laki, pada tahun 2005 di perkirakan umur
harapan hidup akan mencapai 68,2 tahun
untuk perempuan dan 64,3 tahun untuk
laki-laki (Depkes RI, 2005).
Jumlah penduduk lanjut usia diprovinsi
Sumatera Selatan tahun 2008 berjumlah
6.596.057 jiwa (Depsos RI, 2008) sedangkan
Jumlah penduduk lanjut usia di Kota Lubuk
Linggau pada tahun 2009 berjumlah 12.440
jiwa, di Puskesmas Taba jumlah penduduk
jiwa dan pada tahun 2009 jumlah penduduk
lanjut usia berjumlah 2.513 jiwa. Di Kelurahan
Jawa Kanan SS jumlah penduduk lanjut usia
pada tahun 2011 sebanyak 209 jiwa dan
Jumlah Penduduk lanjut usia Dikelurahan
Jawa Kanan SS pada tahun 2009 berjumlah
405 jiwa.
Berdasarkan beberapa uraian di atas,
maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian tentang hubungan pengetahuan dan
sikap lansia dengan kunjungan ke posyandu
lansia di Kelurahan Jawa Kanan SS
Kecamatan Lubuk Linggau Timur II Kota
Lubuk Linggau Tahun 2013.
Metodologi Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif analitik dengan pendekatan
Cross Sectional yaitu metode penelitian yang
dilakukan dengan tujuan utama yaitu untuk
mendapatkan hubungan atau deskripsi tentang
suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo,
2005).
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui hubungan pengetahuan dan sikap
lansia terhadap rutinitas kunjungan ke
posyandu lansia di Kelurahan Jawa Kanan SS
Kecamatan Lubuk Linggau Timur II Kota
Lubuk Linggau Tahun 2013.
Yang menjadi populasi dalam penelitian
ini adalah semua penduduk lanjut usia yang
ada di Kelurahan Jawa Kanan SS Kecamatan
Lubuk Linggau II Kota Lubuk Linggau yang
berjumlah 405 jiwa.
Cara pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah dengan menggunakan
rumus Arikunto 2002 Jika besar populasi ≤
1000 maka besar sampel bisa diambil 10 – 20
% (Arikunto, 2002). Populasi pada penelitian
ini adalah 405 jiwa.
Penelitian menggunakan nilai persentase 10 %. Rumus :
n =
10
100
×N
Keterangan:
n = Jumlah sampel
10 % = Persentase yang digunakan
n =
10
100
×
405
=
40.5
= 41 Jiwa
Jadi jumlah sampel yang dalam penelitian ini
adalah 41 jiwa
a. Penduduk lansia yang ada di Kelurahan
Jawa Kanan SS Kecamatan Lubuk
Linggau Timur II Kota Lubuk Linggau.
b. Bersedia menjadi responden
c. Bisa membaca dan menulis, dan bagi
yang tidak bisa membaca dan tidak
mengerti dilakukan wawancara secara
langsung.
Tehnik dan Instrumen Pengumpulan Data
1. Sumber data
a. Data primer
Penelitian ini menggunakan data primer
yang dikumpulkan dengan instrumen berupa
kuesioner yang berisi pertanyaan yang
memiliki beberapa alternatif jawaban. Peneliti
melakukan sendiri pengumpulan data dari
penduduk lansia di Kelurahan Jawa Kanan SS
Kecamatan Lubuk Linggau Timur II Kota
Lubuk Linggau tahun 2013
b. Data sekunder
Penelitian ini menggunakan data
sekunder yang diperoleh peneliti dari :
a. Dinas Kesehatan Kota Lubuk Linggau
tahun 2013.
b. Puskesmas Taba, Kecamatan Lubuk
Linggau Timur II Kota Lubuk Linggau
tahun 2013
2. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data pada penelitian ini
dilakukan dengan cara melakukan wawancara
dan angket.
3. Alat atau instrumen pengumpulan data
Pada penelitian ini pengumpulan data
dilakukan dengan menggunakan alat berupa
kuesioner.
Analisa Data
1. Analisa univariabel
Analisa dengan menggunakan diagram
analisis data yang digunakan adalah teknik
perhitungan persentase sebagai berikut :
a. Menghitung semua hasil dari kuesioner
terhadap setiap alternatif jawaban.
b. Menjumlahkan hasil dari kuesioner
pada setiap alternatif jawaban
Dengan menggunakan rumus :
P=
F
N X
100%
Keterangan :
P : Jumlah persentase yang dicari
F : Frekuensi jawaban yang benar
N : Jumlah pertanyaan
Setelah diperoleh hasil kemudian
disajikan dalam bentuk diagram / tabel.
2. Analisa bivariabel
Analisa untuk melihat hubungan
pengetahuan dan sikap lansia terhadap
kunjungan ke posyandu lansia di Kelurahan
Jawa Kanan SS Kecamatan Lubuk Linggau
Timur II Kota Lubuk Linggau tahun 2013
dengan menggunakan uji statistik ” Chi
square” dengan menggunakan Komputer dan
digunakan analisis chi square dengan tingkat
kepercayaan / kemaknaan α = 0,05. Hasil yang
diperoleh analasis chi square dengan
menggunakan program komputer yaitu nilai ρ
kemudian dibandingkan dengan α = 0,05.
Apabila nilai ρ lebih kecil dari α = 0,05 maka
ada faktor yang berhubungan antara dua
variabel tersebut, bila nilai ρ lebih besar dari α
= 0,05 maka tidak ada yang berhubungan
antara dua variabel (Agung, 2006).
Hasil Penelitian
Responden penelitian ini adalah lansia yang ada di Kelurahan jawa kanan SS
yang berjumlah 41 responden, dari hasil
penyebaran kuesioner didapat karakteristik
responden tersebut yang dapat dilihat pada
tabel sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase
dari variable independent, pengetahuan dan
a. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Diagram 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Lansia Dengan Kunjungan
Ke Posyandu Lansia Di Kelurahan Jawa Kanan SS Kecamatan Lubuklinggau Timur
II Kota Lubuklinggau Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.2 menunjukan
pengetahuan responden yang baik sebanyak 33
responden (80,5%)responden, responden yang
berpengetahuan cukup 7 responden (17,1%)
dan responden yang berpengetahuan kurang
sebanyak 7 responden (2,4%).
b. Distribusi Frekuensi Sikap Diagram 2
Distribusi Frekuensi Sikap Lansia Dengan Kunjungan Ke Posyandu Lansia Di Kelurahan Jawa Kanan SS Kecamatan Lubuklinggau Timur II Kota Lubuklinggau
Tahun 2013
Berdasarkan tabel 5.3 menunjukan
sikap responden yang positif sebanyak 21
responden (51,2%) dan responden dengan
sikap negatif sebanyak 20 responden (48,8%).
c. Distribusi frekuensi kunjungan lansia
Diagram 3
Distribusi Frekuensi kunjungan Lansia Dengan Observasi Ke Posyandu Lansia Di
Kelurahan Jawa Kanan SS Kecamatan Lubuklinggau Timur II Kota Lubuklinggau
Berdasarkan dari tabel 5.4 diketahui
bahwa responden yang berkunjung ke
posyandu lansia sebanyak 25 responden
(61,0%) dan yang tidak berkunjung sebanyak
16 responden (39,0%).
2. Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan untuk
mengetahui hubungan antara variabel
independent pengetahuan, sikap dengan
variabel dependent kunjungan ke posyandu
lansia dengan mengunakan uji statistik
a. Hubungan pengetahuan Responden Dengan kunjungan ke posyandu
Tabel 1
Hubungan Pengetahuan Dengan Kunjungan Ke Poyandu Lansia Di Kelurahan Jawa Kanan SS Kecamatan
Lubuklinggau Timur II Kota LubuklinggauTahun 2013
Berdasarkan dari tabel 5.5
responden yang mampunyai pengetahuan baik
untuk berkunjung ke posyandu lansia
sebanyak 21 responden (63,6%) dan yang
tidak berkunjung ke posyandu lansia sebanyak
12 responden (12,9%), sedangkan responden
yang mempunyai pengetahuan kurang yang
berkunjung ke posyandu lansia sebanyak 4
respoden (4,9%) dan yang tidak berkunjung
keposyandu lansia sebanyak 4 responden
(3,1%).
Dari analisis statistic fisher‘s exact test
dengan hasil uji statistik P = 0,689 > α (0,05)
dengan demikian tidak ada hubungan antara
pengetahuan dengan kunjungan ke posyandu
lansia di kelurahan jawa kanan SS kecamatan
lubuklinggau timur II kota lubuklinggau tahun
Hubungan Sikap Dengan Kunjungan Ke Poyandu Lansia Di Kelurahan Jawa Kanan
SS Kecamatan Lubuklinggau Timur II kota Lubuklinggau
Tahun 2013
Berdasarkan dari tabel 5.6 responden
yang mampunyai sikap positif untuk
berkunjung ke posyandu lansia sebanyak 10
responden (47,6%) dan yang tidak berkunjung
ke posyandu lansia sebanyak 11 responden
(52,4%), sedangkan responden yang
mempunyai sikap negatif untuk berkunjung ke
posyandu lansia sebanyak 15 respoden
(75,0%) dan yang tidak berkunjung
keposyandu lansia sebanyak 5 responden
(25,0%).
Dari analisis statistik fisher‘s
exact test dengan hasil uji statistik P = 0,140 >
α (0,05) dengan demikian tidak ada hubungan
antara sikap dengan Kunjungan Ke Posyandu
Lansia Di Kelurahan Jawa Kanan SS
Dari hasil penelatian tentang hubungan
pengetahuan dan sikap lansia dengan
kunjungan ke posyandu lansia di kelurahan
Jawa Kanan SS Kecamatan Lubuklinggau
Timur II Kota Lubuklinggau dengan jumlah
Responden 41 orang, maka dapat di ambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Responden yang pengetahuannya baik
sebanyak 33 orang (80,5%),
pengetahuannya cukup sebanyak 1
orang (2,4%),dan yang pengetahuannya
kurang sebanyak 7 orang (17,1%).
2. Responden yang sikap positif sebanyak
21 orang (51,2%),dan yang sikapnya
negatif sebanyak 20 orang (48,8%).
3. Responden yang berkunjung ke
posyandu sebanyak 25 orang
(61,0%),dan yang tidak berkunjung ke
posyandu sebanyak 16 orang (19,5%).
4. setelah di lakukan uji statistik, hasil
pengetahuan dengan kunjungan ke
posyandu di peroleh nilai p value =
0,689(p >0,05) sehingga tidak ada
hubungan antara pengetahuan dengan
kunjungan ke posyandu.
5. setelah di lakukan uji statistik, hasil
sikap dengan kunjungan ke posyandu
di peroleh nilai p value = 0,140 (p >
0,05) sehingga tidak ada hubungan
antara sikap dengan kunjungan ke
posyandu lansia.
SARAN
1. Bagi Ka. Perwakilan Jurusan
Keperawatan Lubuklinggau
Bagi Politeknik Kesehatan Palembang
Jurusan Keperawatan Lubuklinggau
hendaknya memberikan dukungan, sarana, dan
fasilitas yang baik bagi mahasiswa untuk
setiap penelitian sehingga hasil penelitian itu
dapat berhasil dengan baik.
2. Bagi Puskesmas Taba Kota Lubuklinggau
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dan dapat berguna sebagai
masukan dalam merencanakan, mangevaluasi
serta menentukan kebijakan program
kesehatan khususnya dalam meningkatkan
Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia Di
Kelurahan Jawa Kanan SS Kecamatan
Lubuklinggau Timur II Kota Lubuklinggau
Tahun 2013 .
3. Bagi Peneliti Yang Akan Datang
Diharapkan hasil Karya Tulis Ilmiah
ini dapat dijadikan dasar atau metode bagi
peneliti selanjutnya dalam melakukan suatu
penelitian sesuai metodologi ilmiah yang
benar untuk memenuhi tugas akhir pada
Program Studi Keperawatan Politeknik
Kesehatan Palembang Jurusan Keperawatan
Lubuklinggau.
Arikunto, Suharsimi. Prof. Dr. 2005 Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan praktek Edisi V. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Depkes RI, 2003. Direktorat Kesehatan Keluarga Subdit Kesehatan Usia Lanjut.
Pedoman Pengelolaan Kegiatan Kesehatan di Kelompok Usia Lanjut. Jakarta
_________, 2003 Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Pemantauan Dan Penilaian Program Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta
_________, 2004 Direktorat Kesehatan Keluarga. Pedoman Puskesmas Santun Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta
_________, 2004. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Kemitraan Lintas Sektor Dalam Pembinaan Lanjut Usia Bagi Petugas Tingkat Kecamatan. Jakarta
_________, 2004. Proyek Peningkatan Upaya Kesehatan , Modul pelatihan Konseling kesehatan dan Gizi Bagi Usia Lanjut untuk Petugas Puskesmas. Jakarta
_________, 2005. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Pembinaan Kesehatan Usia Lanjut Bagi Petugas Kesehatan. Jakarta
_________, 2006. Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Pedoman Kemitraan Lintas Sektor dalam Pembinaaan Lanjut Usia Bagi Petugas Kecamatan Edisi II. Jakarta
Demartoto, Argyo.2007. Pelayanan Sosial Non Panti Bagi Lansia. Penerbit UNS Press. Surakarta
Faturochman, Dr. 2006. Pengantar Psikologi Sosial. Penerbit Pustaka. Yogyakarta
Friedman, Marilyn M.2000. Keperawatan Keluarga Edisi III. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Hardywinoto. Dr., dkk, 2000. Panduan Gerontologi. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakart
Notoatmodjo, Soekidjo.Dr. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta
Nugroho, Wahjudi. Skp. 2000. Keperawatan Gerontik Edisi II. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta