• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Tanggung Jawab dan Hasil Belajar Siswa Kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa Tahun Pelajaran 2017/ 2018"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

55

Bagian ini, akan menguraikan tiga sub judul yaitu deskripsi prasiklus/ kondisi awal, deskripsi siklis I, dan deskripsi siklus II. Deskripsi prasiklus membahas mengenai kondisi awal siswa termasuk didalamnya tanggung jawab dan hasil belajar siswa sebelum dilaksanakan tindakan penelitian. Selanjutnya pada deskripsi siklus I menjelaskan tentang pelaksanaan tindakan penelitian siklus I yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi. Sama halnya dengan deskripsi siklus I, pada siklus II juga menguraikan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan, kegiatan observasi, dan kegiatan refleksi dari pelaksanaan tindakan siklus II.

4.1.1 Deskripsi Kondisi Awal 1. Tanggung Jawab Kondisi Awal

(2)

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Setiap Indikator pada

(3)

Bertanggung Jawab. Pada indikator 3 memperoleh skor 112 dengan nilai rata-rata 2,9; dan terdapat 29 siswa (76,3%) yang minimal cukup bertanggung jawab; sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. Pada indikator 4 memperoleh skor 113 dengan nilai rata-rata 2,9; dan terdapat 28 siswa (73,7%) yang minimal cukup bertanggung jawab; sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. Pada indikator 5 memperoleh skor 86 dengan nilai rata-rata 2,3; dan terdapat 33 siswa (86,8%) yang minimal cukup bertanggung jawab; sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. Pada indikator 6 memperoleh skor 112 dengan nilai rata-rata 2,9; dan terdapat 27 siswa (71,1%) yang minimal cukup bertanggung jawab; sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. Pada indikator 7 memperoleh skor 140 dengan nilai rata-rata 3,7; dan terdapat 24 siswa (63,2%) yang minimal cukup bertanggung jawab; sehingga termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab. (Data hasil setiap indikator kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi awal dapat dilihat pada lampiran 16).

Berdasarkan hasil yang diperoleh di atas, kemudian dapat dijabarkan ke dalam analisis tanggung jawab pada setiap siswa secara keseluruhan. Hal tersebut dapat dilihat dalam tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Secara Keseluruhan Tingkat

(4)

Bertanggung Jawab, dan 5 siswa dengan persentase 13,1 termasuk pada kriteria Tidak Bertanggung Jawab. (Data hasil kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi awal secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 17).

Oleh karena itu, hasil yang diperoleh belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti yaitu minimal semua siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa harus memiliki kriteria Cukup Bertanggung Jawab. Sehingga perlu diadakan penyebaran kuesioner lagi pada akhir siklus II atau setelah diadakannya tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui peningkatan tanggung jawab siswa.

2. Hasil Belajar Kondisi Awal

Sebelum melakukan tindakan kelas, peneliti terlebih dahulu melakukan studi awal dengan melakukan wawancara dengan guru kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa, untuk mengetahui tanggung jawab dan hasil belajar siswa kelas 2.

Penelitian ini dilakukan di kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa semester 2 tahun pelajaran 2017/ 2018. Subjek penelitian pada Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa yang berjumlah 38 siswa, yang terdiri dari 16 siswa perempuan dan 22 siswa laki-laki. Karakteristik tanggung jawab dan pemahaman terhadap pembelajaran siswa kelas 2 itu termasuk heterogen. Sehingga memerlukan model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa agar tanggung jawab dan hasil belajar siswa dapat tercapai dengan baik.

(5)

Padahal sebuah model pembelajaran juga dapat membantu guru untuk menyampaikan materi sehingga pengetahuan yang siswa terima tidak hanya pengetahuan instan dari guru, tetapi siswa juga harus berperan langsung dalam proses pembelajaran. Beberapa hal tersebut menjadi hambatan di dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran di SDN Panjang 02 Ambarawa, hambatan-hambatan yang ada tersebut menyebabkan tanggung jawab siswa kurang terasah dan pembelajaran kurang efektif menyebabkan siswa merasa kesulitan dalam memahami pembelajaran, sehingga hasil belajar siswa rendah.

Kondisi tersebut menyebabkan hasil belajar muatan Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika kurang dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Batas nilai KKM untuk muatan PPKn adalah 75, sedangkan batas nilai KKM untuk muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65. Data hasil belajar siswa sebelum dilakukannya tindakan diperoleh dari nilai ulangan harian pada tema 6. (Data nilai ulangan dapat dilihat dalam lampiran). Data tersebut dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut ini.

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Nilai Tema 6 Muatan Bahasa Indonesia PPKn, dan Matematika Kondisi Awal

Rentang Nilai Frekuaensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

95 – 100 3 2 2 7,9 5,3 5,3

85 – 94 5 7 3 13,2 18,4 7,9

75 – 84 3 9 4 7,9 23,7 10,5

65 – 74 8 20 6 21 52,6 15,8

< 65 19 - 23 50 - 60,5

Jumlah 38 100

(6)

belum mencapai KKM dan 18 siswa yang sudah mencapai KKM, nilai rata-rata kelasnya 70,7 dengan nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 68. Sedangkan untuk muatan Matematika yang belum mencapai KKM sebanyak 23 siswa dan yang sudah mencapai KKM sebanyak 15 siswa, nilai rata-rata kelasnya 69,2 dengan nilai tertinggi 96 dan nilai terendah 60. (Daftar nilai kondisi awal dapat dilihat pada lampiran 37).

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) muatan PPKn adalah 75 sedangkan untuk muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65, data nilai hasil belajar pada kondisi awal atau sebelum dilaksanakan tindakan dapat disajikan dalam tabel 4.4 berikut.

Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Ketuntasan Kondisi Awal

Ketuntasan Belajar

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat

B. Indo PPKn Mat Nilai f Nilai f Nilai f

Tuntas 65 19 65 18 75 15 50 47,4 39,5

Belum Tuntas < 65 19 < 65 20 < 75 23 50 52,6 60,5

Jumlah 38 100

Dari tabel 4.4 dapat diketahui bahwa persentase jumlah siswa yang telah mencapai ketuntasan minimal lebih kecil dibandingkan dengan jumlah siswa yang belum berhasil mencapai ketuntasan minimal. Hal tersebut dikarenakan banyak siswa yang kurang memahami materi yang diberikan.

(7)

4.1.2 Deskripsi Tindakan Siklus I

Pada siklus I ini akan menjelaskan tentang tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pelaksanaan observasi, hasil tindakan dan refleksi pada siklus I. Kegiatan pembelajaran pada siklus I ini dibagi menjadi tiga kali pertemuan yang masing-masing pertemuan berlangsung selama 6 x 35 menit.

4.1.2.1Perencanaan

Pada tahap perencanaan akan dijelaskan tentang perencanaan yang dilakukan oleh peneliti bersama dengan guru kolaborator sebelum pelaksanaan tindakan pembelajaran dengan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) meliputi penyusunan RPP dan segala sesuatu yang menunjang pelaksanaan tindakan pembelajaran yang akan dilaksanakan termasuk perencanaan soal evalusi yang akan dilakukan saat pertemuan terakhir pada setiap siklusnya. Tindakan pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam tiga kali pertemuan yaitu pertemuan 1, pertemuan 2, dan pertemuan 3. Dimana masing-masing pertemuan berlangsung selama 6 x 35 menit, dengan rincian sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

(8)

2) Pertemuan 2

Rencana tindakan siklus I pada pertemuan 2 merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, Kompetensi Dasar yang digunakan sama dengan Kompetensi Dasar pada pertemuan pertama. Hanya saja pembelajaran yang digunakan yaitu Pembelajaran 4 Subtema 2 pada Tema 7. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan saat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 2 agar pembelajarannya dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (RPP Siklus I pertemuan 2 dapat dilihat pada lampiran 19).

3) Pertemuan 3

(9)

4.1.2.2Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I dilaksanakan selama tiga kali pertemuan dengan alokasi waktu 6 x 35 menit. Adapun pelaksanaan tindakan pada siklus I adalah sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 28 Maret 2018, yang dimulai pukul 07.00 – 11.00 WIB oleh guru kolaborator yaitu Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Arminanto Suharsono. Pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP siklus I pada pertemuan 1. Selama proses pembelajaran berlangsung guru yang ditunjuk sebagai observer mengamati aktivitas yang dilakukan guru dan siswa.

Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 28 indikator aktivitas guru dan 28 indikator aktivitas siswa sesuai dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil observasi aktivitas guru yang diperoleh pada pertemuan 1 ini yaitu pada kegiatan awal masih terdapat langkah-langkah yang belum dilaksanakan oleh guru seperti tidak mengajak siswa untuk menyanyikan lagu nasional sebelum pembelajaran dimulai, guru belum mampu menarik perhatian siswa dan menyiapkan peralatan yang dibutuhkan dalam mengikuti pembelajaran, belum dapat menampung semua pernyataan siswa sebagi hipotesis pemecahan masalah, dan guru tidak menyampaiakan tema, subtema, dan tujuan pembelajaran yang akan dipelajari pada hari ini. Kemudian pada kegiatan inti guru belum mampu menjelaskan materi dengan media yang memudahkan siswa memahami materi, guru tidak membimbing siswa untuk saling membantu dalam menyelesaikan laporan. Lalu pada kegiatan akhir guru belum mampu merefleksi kegiatan pemecahan masalah.

(10)

pendapat dalam proses pemecahan masalah, dan siswa belum memahami tujuan pemebelajaran yang akan dipelajari pada hari ini. Kemudian pada kegiatan inti siswa belum mampu menyelesaikan permasalahan, siswa juga tidak dapat menyelesaikan laporan dengan tepat waktu, sehingga siswa belum bisa saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan laporan. Lalu pada kegiatan akhir siswa belum mampu merefleksi kegiatan pembelajaran pada hari ini.

2) Pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis, 29 Maret 2018 yang dimulai pukul 07.00 – 11.00 WIB oleh guru kolabolator yaitu Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Arminanto Suharsono. Pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP siklus I pada pertemuan 2. Selama proses pembelajaran berlangsung guru yang ditunjuk sebagai observer mengamati aktivitas yang dilakukan guru dan siswa.

Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 28 indikator aktivitas guru dan 28 indikator aktivitas siswa sesuai dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil observasi aktivitas guru yang diperoleh pada pertemuan 2 pada kegiatan awal yaitu guru sudah mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik. Namun pada kegiatan inti guru belum mampu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi pemecahan masalah dalam pembelajaran, dan guru juga belum mampu membimbing siswa untuk membantu dalam menyelesaikan laporan. Begitupula dengan kegiatan akhir guru belum mampu merefleksi kegiatan pemecahan masalah.

(11)

akhir, sudah dilakukan dengan baik oleh siswa, hanya saja siswa belum mampu merefleksi proses pemecahan masalah yang telah dilakukan.

3) Pertemuan 3

Pertemuan 3 merupakan akhir pelaksanaan dari siklus I yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 31 Maret 2018. Pada pertemuan 3 siswa bersama guru mengulas kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. Siswa bersama guru juga melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Setelah itu dilanjutkan dengan melaksanakan tes evaluasi siklus I. Soal evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 25 butir soal. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi siklus I tersebut pada lembar kerja siswa yang telah dibagikan oleh guru. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

4.1.2.3Observasi

Berikut ini akan diuraikan mengenai hasil tindakan pembelajaran berupa hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2. Kebersamaan di sekolah, Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan oleh guru.

(12)

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus I

Rentang Nilai Frekuaensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

95 – 100 4 5 3 10,5 13,2 7,9

85 – 94 8 15 6 21,1 39,5 15,8

75 – 84 6 - 9 15,8 - 23,7

65 – 74 3 18 - 7,9 47,3 -

< 65 17 - 20 44,7 - 52,6

Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel 4.5 diatas, distribusi frekuensi hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2. Kebersamaan di sekolah, Pembelajaran 3 dan 4 mengalami peningkatan dari kondisi awal. Dapat diketahui nilai rata-rata siswa kelas 2 muatan Bahasa Indonesia pada kondisi awal 72,1 menjadi 74,5; untuk muatan PPKn pada kondisi awal 70,7 menjadi 80,3; sedangkan pada muatan Matematika yang semula 69,2 menjadi 72 pada siklus I. (Daftar nilai siklus I dapat dilihat pada lampiran 38).

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) muatan PPKn adalah 75 sedangkan untuk muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65, data nilai hasil belajar pada siklus I dapat disajikan dalam tabel 4.6 berikut.

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Ketuntasan Siklus I

Ketuntasan Belajar

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat

B. Indo PPKn Mat Nilai f Nilai f Nilai f

Tuntas 65 21 65 20 75 18 55,3 52,6 47,4

Belum Tuntas < 65 17 < 65 18 < 75 20 44,7 47,4 52,6

(13)

Berdasarkan tabel 4.6 ketuntasan belajar siswa pada siklus I dapat dijelaskan bahwa siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM untuk muatan Bahasa Indonesia sebanyak 17 siswa atau 44,7% dari jumlah siswa kelas 2, sedangkan yang mencapai KKM sebanyak 21 siswa dengan persentase 55,3% dari jumlah siswa kelas 2. Lalu untuk muatan PPKn siswa yang belum tuntas KKM sebanyak 18 siswa atau 47,4% dari jumlah siswa kelas 2, sedangkan siswa yang sudah mencapai KKM sebanyak 20 siswa atau 52,6% dari seluruh siswa kelas 2. Kemudian untuk muatan Matematika siswa yang tidak tuntas KKM sebanyak 20 siswa atau 52,6% dari jumlah siswa kelas 2, sedangkan siswa yang sudah melampaui KKM sebanyak 18 siswa dengan presentase 47,4%.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa sudah ada peningkatan hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2. Kebersamaan di sekolah, Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika. Namun hasil yang diperoleh tersebut belum memenuhi indikator keberhasilan yang telah ditentukan peneliti sebesar 100% atau hasil belajar siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa tuntas KKM semua.

4.1.2.4Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus I dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 maka selanjutnya diadakan refleksi atas pelaksanaan tindaakan pembelajaran siklus I. Hasil refleksi diambil dari hasil observasi yang dilaksanakan pada siklus I yang nantinya akan digunakan sebagai bahan perbaikan dengan membandingkan hasil tindakan selama proses pembelajaran dengan indikator aktivitas yang telah ditentukan. Kegiatan refleksi diadakan dalam bentuk diskusi yang dilakukan oelh guru kolaborator, guru observer, peneliti, dan perwakilan dari siswa kelas 2. Dimana diskusi tersebut membahas mengenai evaluasi pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran

(14)

pembelajaran dengan baik. Sementara itu bagi siswa, dengan pembelajaran menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) siswa merasakan suasana pembelajaran yang lebih menyenangkan dan tidak membosankan karena dikemas dalam suasana belajar sambil bermain, siswa merasa tertantang untuk menyelesaikan masalah yang diberikan oleh guru. Kegiatan diskusi dan kerjasama atar anggota kelompok menjadikan materi pembelajaran mudah dipahami oleh siswa.

Berdasarkan hasil analisis data yang diperoleh melalui kegiatan observasi aktivitas guru pada siklus I pertemuan 1 diketahui bahwa masih ada beberapa indikator langkah-langkah pembelajaran yang belum mampu dilaksanakan dengan baik. Pada pertemuan 2 juga masih ada langkah-langkah pembelajaran yang belum dapat dilaksanakan dengan baik, namun tidak sebanyak pada saat pertemuan 1. Dari hasil observasi siklus I yang mengalami meningkatan adalah yang awalnya guru belum mampu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pemecahan masalah, pada pertemuan 2 guru sudah mampu mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pemecahan masalah. Selanjutnya yang awalnya guru belum mampu membimbing siswa dalam menyelesaikan laporan, pada pertemuan 2 guru sudah mampu membimbing siswa dalam menyelesaikan laporan pembelajaran. Kemudian yang awalnya guru belum mampu merefleksi siswa terhadap proses pemecahan masalah, menjadi sudah mampu membantu merefleksi siswa dalam proses pemecahan masalah.

Sehingga siswa dapat melaksanakan kegiatan pembelajaran berdasarkan langkah-langkah model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) secara aktif dengan bimbingan guru.

(15)

1) Kelebihan

a. Langkah-langkah pembelajaran sudah tersusun dengan baik. Siswa sudah mampu memahami materi dengan baik meskipun belum mencapai hasil belajar yang maksimal.

b. Menumbuhkan rasa ingin tahu siswa terhadap materi yang sedang dipelajari.

c. Siswa mampu berkerjasama antar anggota kelompok.

d. Guru mendominasi dalam pembelajaran menjadi berkurang karena guru mengarahkan siswa untuk aktif dan kreatif dalam pembelajaran.

2) Kekurangan

a. Penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) belum terbiasa dilaksanakan oleh siswa, sehingga pada awal pembelajaran siswa masih merasa kebingungan.

b. Masih terdapat siswa yang belum dapat bekerjasama dengan baik. c. Masih terdapat siswa yang malu dalam menyampaikan pendapatnya. 4.1.3 Deskripsi Tindakan Siklus II

Pada deskripsi siklus II ini, akan diuraikan mengenai tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan dan observasi, hasil tindakan, dan refleksi. Kegiatan pembelajaransiklus II dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.

4.1.3.1Perencanaan

Rencana tindakan siklus II juga dilaksanakan selama tiga kali pertemuan. Pembelajaran siklus II merupakan upaya perbaikan dari pembelajaran siklus I. Rencana tindakan pada siklus II adalah sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

Setelah peneliti memperoleh data dari hasil observasi aktivitas guru dan siswa, maka peneliti melakukan diskusi dengan guru kelas 2 mengenai materi pada Tema 7. Kebersamaan, Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 di dalamnya terdapat muatan Bahasa Indonesia, PPKn, dan Mtematika yang akan disajikan dengan menggunakan model pebelajaran

(16)

dalam pelaksanaan tindakan penelitian. Diskusi yang dilakukan mengenai waktu pelaksanaan penelitian, penyusunan indikator, dan penyusunan tujuan pembelajaran. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan saat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 2 agar pembelajarannya dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (RPP Siklus II pertemuan 1 dapat dilihat pada lampiran 22).

2) Pertemuan 2

Rencana tindakan siklus II pada pertemuan 2 merupakan tindak lanjut dari pertemuan pertama, Kompetensi Dasar yang digunakan sama dengan Kompetensi Dasar pada pertemuan pertama. Hanya saja pembelajaran yang digunakan yaitu Pembelajaran 4 Subtema 4 pada Tema 7. Selanjutnya peneliti menyiapkan media yang akan digunakan saat pelaksanaan pembelajaran. Selain itu peneliti juga mempersiapkan lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Selanjutnya peneliti dan guru kolaborator mempelajari materi yang akan diajarkan di kelas 2 agar pembelajarannya dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). (RPP Siklus II pertemuan 2 dapat dilihat pada lampiran 23).

3) Pertemuan 3

(17)

pembelajaran, peneliti menyiapkan hal-hal yang akan digunakan dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah RPP, lembar soal evaluasi siklus II, dan lembar jawab. Sebelum mengadakan tes evaluasi siklus II, guru mengulang kembali materi yang telah dipelajari pada pertemuan 1 dan pertemuan 2. (RPP Siklus II pertemuan 3 dapat dilihat pada lampiran 24).

4.1.3.2Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap pelaksanaan tindakan ini mendeskripsikan tentang pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II dari awal hingga akhir pembelajaran pada setiap pertemuan. Pelaksanaan tindakan siklus II dilakukan sebanyak tiga kali pertemuan dengan rincian pelaksanaan tindakan siklus II sebagai berikut.

1) Pertemuan 1

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 1 dilaksanakan pada hari Rabu, 4 April 2018, yang dimulai pukul 07.00 – 11.00 WIB oleh guru kolaborator yaitu Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Arminanto Suharsono. Pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP siklus II pada pertemuan 1. Selama proses pembelajaran berlangsung guru yang ditunjuk sebagai observer mengamati aktivitas yang dilakukan guru dan siswa.

(18)

Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa yang diperoleh pada pertemuan 1 ini yaitu pada kegiatan awal siswa sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai dengan langkah-langkah yang terdapat dalam RPP. Kemudian pada kegiatan inti siswa belum mampu mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan pemecahan masalah, sehingga siswa belum bisa saling membantu satu sama lain dalam menyelesaikan laporan. Lalu pada kegiatan akhir siswa sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan baik sesuai dengan RPP siklus II.

2) Pertemuan 2

Pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan 2 dilaksanakan pada hari Kamis, 5 April 2018 yang dimulai pukul 07.00 – 11.00 WIB oleh guru kolabolator yaitu Ibu Dessy Purnamasari selaku guru kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa. Guru yang ditunjuk sebagai observer untuk mengamati aktivitas guru dan siswa saat kegiatan pembelajaran berlangsung yaitu Bapak Arminanto Suharsono. Pembelajaran berjalan sesuai dengan RPP siklus II pada pertemuan 2. Selama proses pembelajaran berlangsung guru yang ditunjuk sebagai observer mengamati aktivitas yang dilakukan guru dan siswa.

Hasil pengamatan proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi yang terdiri dari 28 indikator aktivitas guru dan 28 indikator aktivitas siswa sesuai dengan sintak model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Hasil observasi aktivitas guru yang diperoleh pada pertemuan 2 pada kegiatan awal, kegiatan inti, hingga kegiatan akhir guru sudah mampu melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan baik. Sedangkan hasil observasi aktivitas siswa pada pertemuan 2 yang diperoleh yaitu, pada kegiatan awal, kegiatan inti, hingga kegiatan akhir sudah mampu dilaksanakan siswa sesuai dengan langkah-langkah dalam RPP siklus II.

3) Pertemuan 3

(19)

pertemuan 2. Siswa bersama guru juga melakukan tanya jawab mengenai materi yang belum dipahami oleh siswa dan menyimpulkan materi yang telah dipelajari.

Setelah itu dilanjutkan dengan melaksanakan tes evaluasi siklus II. Soal evaluasi yang diberikan berupa tes tertulis berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 25 butir soal. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan soal evaluasi siklus II tersebut pada lembar kerja siswa yang telah dibagikan oleh guru. Siswa mengerjakan soal evaluasi secara individu dan guru mengawasi jalannya tes dari awal sampai akhir.

4.1.3.3Observasi 1. Hasil Belajar

Berikut ini akan diuraikan mengenai hasil tindakan pembelajaran berupa hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yang dilakukan oleh guru.

(20)

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Siklus II

Rentang Nilai Frekuaensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat B. Indo PPKn Mat

95 – 100 7 13 5 18,4 34,2 13,2

85 – 94 13 25 7 34,2 65,8 18,4

75 – 84 - - 11 - - 28,9

65 – 74 18 - 15 47,4 - 39,5

Jumlah 38 100

Berdasarkan tabel 4.7 diatas, distribusi frekuensi hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 dan 4 mengalami peningkatan dari siklus I. Dapat diketahui nilai rata-rata siswa kelas 2 muatan Bahasa Indonesia pada siklus I 74,5 menjadi 81,1; untuk muatan PPKn pada siklus I 80,3 menjadi 90,1; sedangkan pada muatan Matematika pada siklus I 72 menjadi 81,6 pada siklus II. (Daftar nilai siklus II dapat dilihat pada lampiran 39).

Berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) muatan PPKn adalah 75 sedangkan untuk muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65, data nilai hasil belajar pada siklus II dapat disajikan dalam tabel 4.8 berikut.

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Ketuntasan Siklus II

Ketuntasan Belajar

Jumlah Siswa

Frekuensi Persentase (%)

B. Indo PPKn Mat

B. Indo PPKn Mat Nilai f Nilai f Nilai f

Tuntas 65 38 65 38 75 38 100 100 100

Jumlah 38 100

(21)

muatan PPKn ketuntasan siswa juga naik menjadi 100% atau semua siswa tuntas KKM. Kemudian untuk muatan Matematika ketuntasan siswa juga naik menjadi 100% atau semua siswa tuntas KKM.

Hasil tersebut menunjukkan bahwa siswa sudah mampu memahami materi yang disampaikan dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), siswa sangat antusias dan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga hasil belajar siswa meningkat menjadi 100%.

2. Tanggung Jawab Kondisi Akhir

Setelah siklus II selesai dilakukan, kemudian peneliti menyebar kembali lembar kuesioner kepada siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa dengan tujuan untuk mengetaui perubahan kondisi tanggung jawab siswa setelah dilakukannya pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL). Lembar kuesioner yang disebar masih sama dengan lembar kuesioner pada kondisi awal yaitu terdiri dari 26 item pernyataan. Hasil analisis kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi akhir dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut.

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Setiap Indikator pada Kondisi Akhir

4. Menghindarkan kecurangan

dalam pelaksanaan tugas. 136 3,6 36 94,7

Sangat Bertanggung Jawab

5. Pelaksanaan tugas piket secara

teratur. 101 2,7 37 97,4 Bertanggung Jawab

6. Peran serta aktif dalam

kegiatan sekolah. 136 3,6 37 97,4

Sangat Bertanggung Jawab

7. Mengajukan usul pemecahan

(22)

Berdasarkan tabel 4.9 di atas, hasil analisis lembar kuesioner tanggung jawab pada kondisi akhir mengalami peningkat dari kondisi awal yaitu pada indikator 1 skornya menjadi 69 dengan nilai rata-rata 1,8; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 31 siswa (81,6%); sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat Bertanggung Jawab. Pada indikator 2 skornya menjadi 140 dengan nilai rata-rata 3,7; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 37 siswa (97,4%); sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat Bertanggung Jawab. Pada indikator 3 skornya menjadi 139 dengan nilai rata-rata 3,7; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 38 siswa (100%); sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat Bertanggung Jawab. Pada indikator 4 skornya menjadi 136 dengan nilai rata-rata 3,6; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 36 siswa (94,7%); sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat Bertanggung Jawab. Pada indikator 5 skornya menjadi 101 dengan nilai rata-rata 3,7; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 37 siswa (97,4%); sehingga masuk ke dalam kriteria Bertanggung Jawab. Pada indikator 6 skornya menjadi 136 dengan nilai rata-rata 3,6; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 37 siswa (97,4%); sehingga masuk ke dalam kriteria Sangat Bertanggung Jawab. Pada indikator 7 skornya menjadi 157 dengan nilai rata-rata 4,1; dan siswa yang minimal cukup bertanggung jawab meningkat menjadi 37 siswa (97,4%); sehingga masuk ke dalam kriteria Bertanggung Jawab. (Data hasil setiap indikator kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi akhir dapat dilihat pada lampiran 27).

(23)

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Secara Keseluruhan pada Kondisi Akhir

Tingkat Penguasaan Kompetensi

Rentang Skor Kriteria Jumlah

Siswa

Persentase (%)

90% - 100% 23,4 – 26 Sangat Bertanggung

Jawab (SB) 16 42,1

80% - 89% 20,8 – 23,1 Bertanggung Jawab

(B) 22 57,9

Berdasarkan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 16 siswa dengan persentase 42,1% termasuk kedalam kriteria Sangat Bertaggung Jawab, kemudian terdapat 22 siswa dengan persentase 57,9% termasuk kriteria Bertanggung Jawab, dan tidak ada siswa yang termasuk ke dalam kriteria Cukup Bertanggung Jawab, Tidak Bertanggung Jawab, dan Sangat Tidak bertanggung Jawab. (Data hasil kuesioner tanggung jawab siswa pada kondisi akhir secara keseluruhan dapat dilihat pada lampiran 28).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahawa seluruh siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa sudah mampu bertanggung jawab. Seluruh indikator dalam tanggung jawab sudah mampu dilaksanakan siswa dengan baik.

4.1.3.4Refleksi

Setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran pada siklus II dari pertemuan 1 dan pertemuan 2 maka selanjutnya diadakan refleksi atas kegiatan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi untuk mengevaluasi berlangsungnya kegiatan pembelajaran selama pelaksanaan tindakan siklus II. Diskusi dilakukan dengan guru kolaborator, guru observer, peneliti, dan beberapa siswa kelas 2. Pada pelaksanaan tindakan siklus II berbagai upaya telah dilakukan untuk memperbaiki tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan hasil refleksi pada siklus I.

(24)

Dari hasil observasi pada pertemuan 1 dan pertemuan 2 guru sudah dapat melaksanakan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan baik. Begitupun dengan siswa juga sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan baik. Sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Hasil evaluasi yang diperoleh siswa dengan ketuntasan belajar pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) muatan PPKn adalah 75 sedangkan untuk muatan Bahasa Indonesia dan Matematika adalah 65, maka pada siklus II semua siswa tuntas KKM dengan persentase 100%. Artinya jika dilihat dari indikator keberhasilan yang ditentukan, hasil evaluasi siswa telah mencapai indikator keberhasilan yang telah ditentukan oleh peneliti.

Berdasarkan pengamatan observer pada siklus II secara keseluruhan hasil refleksi yang diperoleh pada proses pembelajaran siklus II sebagai berikut.

1) Pelaksanaan pembelajaran sudah sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang telah disusun. Guru berhasil melakukan perbaikan pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II sesuai dengan rencana perbaikan yang telah disusun pada kegiatan refleksi siklus I.

2) Siswa lebih antusias mengikuti kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL), terlihat dari respon positif siswa selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, siswa mulai berani menyampaikan pendapat, dan menaggapi jawaban.

3) Siswa dapat bekerjasama dengan baik dan berdiskusi secara kondusif untuk mencari informas pemecahan masalah dalam proses pembelajaran.

Dapat disimpulkan bahwa permasalahan-permasalahan yang muncul pada pelaksanaan tindakan siklus I sudah dapat diatasi dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan pada kegiatan refleksi siklus I yang kemudian diterapkan oleh guru kolaborator pada pelaksanaan tindakan pembelajaran siklus II. Permasalahan yang telah berhasil diatasi adalah sebagai berikut.

(25)

Problem Based Learning (PBL) sesuai dengan kebutuhan siswa sehingga pembelajaran berjalan secara sistematis sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

2) Guru sudah mampu melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dengan baik. Penyampaian materinya dilakuakan secara terstruktur, dan guru juga dapat mengaitkan materi pembelajaran dengan permasalahan sehari-hari, sehingga materi yang disampaikan mudah dipahami oleh siswa.

3) Guru memberikan penguatan positif kepada siswa, seperti melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat, dan berani tampil di depan kelas saat mempresentasikan hasil pekerjaannya.

4.2 Analisis Komparatif Data

4.2.1 Peningkatan Tanggung Jawab Kondisi Awal dan Kondisi Akhir

Peningkatan tanggung jawab siswa pada kondisi awal dan kondisi akhir sehingga diketahui peningkatannya dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut.

(26)
(27)

Gambar 4.1 Histogram Rata-rata Tanggung Jawab Siswa pada Kondisi Awal dan Kondisi Akhir

Berdasarkan gambar 4.1 diatas dapat diketahui peningkatan rata-rata tanggung jawab siswa yang diperoleh dari kondisi awal dan kondisi akhir. Pada indikator 1 kondisi awal nilai rata-ratanya 1,6 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 1,8. Lalu pada indikator 2 kondisi awal nilai rata-ratanya 3,0 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,7. Kemudian pada indikator 3 kondisi awal nilai rata-ratanya 2,9 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,7. Sedangkan pada indikator 4 kondisi awal nilai rata-ratanya 2,9 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,6. Begitu juga pada indikator 5 kondisi awal nilai rata-ratanya 2,3 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 2,7. Lalu pada indikator 6 kondisi awal nilai rata-ratanya 2,9 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 3,6. Kemudian pada indikator 7 kondisi awal nilai rata-ratanya 3,7 kemudian meningkat pada kondisi akhir menjadi 4,7. 4.2.2 Peningkatan Hasil Belajar pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II

Peningkatan hasil belajar Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2 Kebersamaan di Sekolah dan Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa pada kondisi awal, siklus I, dan siklus II sehingga dapat diketahui peningkatannya dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.

0 0,5 1 1,5 2 2,5 3 3,5 4 4,5

Rata-rata Kondisi Awal

(28)

Tabel 4.12 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Bahasa Indonesia pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Pembelajaran

Ketuntasan

Rata-rata

Tuntas Belum Tuntas

Frekuensi (siswa)

Persentase (%)

Frekuensi (siswa)

Persentase (%)

Kondisi Awal 19 50 19 50 72,1

Siklus I 21 55,3 17 44,7 74,5

Siklus II 38 100 0 0 81,1

Berdasarkan tabel 4.11 di atas, dapat diketahui ketuntasan hasil belajar muatan Bahasa Indonesia yang mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah mencapai KKM, namun ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan melaksanakan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar siswa pada muatan Bahasa Indonesia dapat mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 100% atau seluruh siswa kelas 2 mencapai ketuntasan. Rata-rata nilai siswa kondisi awal 72,1; mengalami meningkat pada siklus I menjadi 74,5; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi 81,1.

(29)

Gambar 4.2 Histogram Nilai Rata-rata Hasil Belajar Bahasa Indonesia

Berdasarkan gambar 4.2 diatas, diketahui peningkatan hasil belajar pada nilai rata-rata muatan Bahasa Indonesia kondisi awal 72,1; mengalami meningkat pada siklus I menjadi 74,5; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi 90,1.

Kemudian peningkatan ketuntasan hasil belajar pada muatan PPKn dapat dilihat pada tabel 4.12 berikut.

Tabel 4.13 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar PPKn pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Pembelajaran

Berdasarkan tabel 4.12 di atas, dapat diketahui ketuntasan hasil belajar muatan PPKn yang mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah mencapai KKM, namun ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan

(30)

dilanjutkan dengan melaksanakan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar siswa pada muatan PPKn dapat mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 100% atau seluruh siswa kelas 2 mencapai ketuntasan. Rata-rata nilai siswa kondisi awal 70,7; mengalami meningkat pada siklus I menjadi 80,3; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi 81,1.

Gambar 4.3 adalah grafik yang menunjukkan hasil penelitian nilai rata-rata hasil belajar siswa dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II pada muatan PPKn.

Gambar 4.3 Histogram Nilai Rata-rata Hasil Belajar PPKn

Berdasarkan Gambar 4.3 dapat diketahui peningkatan hasil belajar pada muatan PPKn kondisi awal 70,7; mengalami meningkat pada siklus I menjadi 80,3; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi 81,1.

Selanjutnya peningkatan ketuntasan hasil belajar pada muatan Matematika dapat dilihat pada tabel 4.13 berikut.

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Kondisi Awal

Siklus I Siklus II

(31)

Tabel 4.14 Peningkatan Ketuntasan Hasil Belajar Matematika pada Kondisi Awal, Siklus I, dan Siklus II

Pembelajaran

Berdasarkan tabel 4.13 di atas, dapat diketahui ketuntasan hasil belajar muatan Matematika yang mengalami peningkatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II. Dari hasil pelaksanaan tindakan siklus I diketahui bahwa secara klasikal nilai rata-rata siswa sudah mencapai KKM, namun ketuntasan belajar siswa belum mampu mencapai indikator keberhasilan tindakan penelitian yang telah ditentukan sehingga masih diperlukan perbaikan pada siklus II. Kemudian tindakan dilanjutkan dengan melaksanakan tindakan siklus II agar ketuntasan belajar siswa pada muatan Matematika dapat mencapai indikator keberhasilan yang diharapkan yaitu 100% atau seluruh siswa kelas 2 mencapai ketuntasan.

(32)

Gambar 4.4 Histogram Nilai Rata-rata Hasil Belajar Matematika

Berdasaarkan Gambar 4.4 di atas dapat diketahui peningkatan hasil belajar pada muatan Matematika kondisi awal 69,2; mengalami meningkat pada siklus I menjadi 72; kemuadian pada siklus II meningkat kembali menjadi 81,6.

4.3 Pembahasan

Penelitian ini dengan menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning pada pertemuan 1 dan petemuan 2 disetiap siklusnya. Berdasarkan analisis kuesioner tanggung jawab pada kondisi awal tidak ada siswa yang masuk pada kriteria Sangat Bertanggung Jawab, 15 siswa dengan presentase 39,5% termasuk kriteria Bertanggung Jawab, sedangkan 18 siswa dengan presentase 47,4% termasuk kriteria Cukup Bertanggung Jawab, 5 siswa dengan presentase 13,1 termasuk pada kriteria Tidak Bertanggung Jawab, dan tidak ada siswa yang termasuk kriteria Sangat Tidak Bertanggung Jawab. Kemudian pada kondisi akhir terdapat 16 siswa dengan presentase 42,1% termasuk kriteria Sangat Bertaggung Jawab, kemudian terdapat 22 siswa dengan presentase 57,9% termasuk kriteria Bertanggung Jawab, dan tidak ada siswa yang termasuk ke dalam kriteria Cukup Bertanggung Jawab, Tidak Bertanggung Jawab, dan Sangat Tidak bertanggung Jawab. Hal tersebut sejalan dengan pengertian tanggung jawab ialah sikap atau perilaku yang dilakukan seseorang untuk menjalankan kewajibannya (Wati & Kristin, 2017: 761).

(33)

ketuntasan belajar mencapai 100%. Lalu untuk muatan Matematika nilai rata-rata siswa pada kondisi awal 69,2 dengan ketuntasan belajar sebesar 39,5%, lalu pada siklus I terjadi peningkatan nilai rata-rata siswa menjadi 72 dengan ketuntasan belajar sebesar 47,4%, kemudian pada siklus II terjadi peningkatan kembali nilai rata-rata siswa menjadi 81,6 dengan ketuntasan belajar mencapai 100%. Dari hasil tersebut dapat dikatakan hasil belajar berarti hasil yang diperoleh seseorang dari aktivitas yang dilakukan dan mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku (Kristin, 2016:78).

Berdasarkan pengamatan dari kondisi awal, siklus I, dan siklus II terlihat rata-rata kemampuan siswa di dalam proses pembelajaran semakin baik dan mengalami peningkatan pada setiap siklusnya. Siswa lebih antusias dan aktif mengikuti setiap kegiatan pembelajaran, siswa lebih berani dalam menyampaikan pendapat dan melakukan tanya jawab bersama guru, siswa juga lebih bertanggung jawab dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran, dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) pembelajaran yang berlangsung jauh lebih menarik dan bermakna bagi siswa, karena pembelajaran tidak hanya berpusat pada guru namun siswa juga ikut terlibat langsung dalam segala kegiatan pembelajaran, hal tersebut dibuktikan dengan adanya peningkatan tanggung jawab dan hasil belajar siswa pada Tema 7. Kebersamaan, Subtema 2 Kebersamaan di Sekolah dan Subtema 4. Kebersamaan di Tempat Wisata, Pembelajaran 3 dan 4 yang memuat matapelajaran Bahasa Indonesia, PPKn, dan Matematika siswa kelas 2 SDN Panjang 02 Ambarawa.

Selain itu, penelitian ini telah melengkapi penelitian yang dilakukan oleh Nuraini dan Kristin pada tahun 2017, penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Penggunaan Model Problem Based Learning (PBL) untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 SD”. Hasil penelitian menunjukkan, hasil belajar kognitif yang tuntas dari pra siklus 7 siswa (44%) meningkat menjadi 12 siswa (76%) pada siklus I dan meningkat menjadi 16 siswa (100%) pada siklus II.

(34)

merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Model Pembelajaran Problem Based Learning pada Siswa Kelas 4”. Penggunaan model pembelajaran problem based learningberbantu media visual dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas 4 SD Negeri Ngablak 05 Semester I Tahun Pelajaran 2017-2018. Hal ini terlihat dari ketuntasan hasil belajar siswa yang mulanya pada pra siklus sebesar 36%. Pada pembelajaran siklus I meningkat dengan tingkat ketuntasan sebesar 59,1%. Kemudian meningkat lagi pada siklus II menjadi 90,9% dari keseluruhan siswa.

Gambar

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Setiap Indikator pada
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Tanggung Jawab Siswa Secara Keseluruhan
tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Hasil Belajar Berdasarkan Ketuntasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 4.20, hasil uji t yang telah dilakukan dalam penelitian ini menunjukkan bahwa asosiasi merek secara parsial berpengaruh tidak signifikan terhadap

Pemrograman yang digunakan pada smart relay telemecanique dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan cara menggunakan tombol-tombol yang terdapat pada smart relay

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yaitu penelitian dengan menggunakan uji statistic untuk menguji hipotesis agar bisa dijelaskan hubungan variabel

Apabila dalam suatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga kerja sangat berlebihan, sehingga berada dalam suatu keadaan di mana sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke sektor lain tetapi

Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi mem banggakan diri.”( QS. Nasihat Lukman kali ini adalah ahlak dan sopan santun dalam

Aktivitas siswa yang melaksanakan prakerin pada industri BUMN dengan golongan besar sangat aktif dan di- namis serta sangat menujukkan pro- fesionalisme kerja yang

Penggunaan teknik kultur jaringan tanaman untuk mempelajari biologi, fisiologi, biokimia dan bioteknologi tanaman, serta aplikasinya untuk perbanyakan bibit dan

Interactive use of performance measurement systems and the organization’s customers-focused strategy: the mediating role of organizational learning, Problems and Perspectives