• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pelat Baja SS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pelat Baja SS"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Pelat Baja SS 400

Pelat baja merupakan lembaran baja dengan ketebalan yang relatif kecil

dibandingkan ukuran panjang dan lebarnya. Lembaran baja setelah dirol

mumpunyai sifat-sifat yang mudah dilas dan dibentuk. Dalam konstuksi baja, plat

baja banyak digunakan untuk konstruksi jembatan,industriy ,dll.

Pelat baja SS 400 / Japanese Industrial Standard JIS G 3101 – ‘Rolled

steel for general structure’ merupakan baja carbon rendah (low carbon) yang

paling umum digunakan di dunia industry. Material jenis ini terdapat banyak

ketersediaanya di pasar sebagai pelat, lembaran, flat, bar, bagian dll .Baja SS 400

lebih sering di gunakan di industry karena kemampuanan mesinnya

(machinability) dan kemampuan lasnya (weldability).

2.2 Pengelasan

Pengelasan adalah proses penyambungan antara dua bagian logam atau

lebih dengan menggunakan energi panas. Menurut Deustche Industry Normen

(DIN), pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam paduan yang

terjadi dalam keadaan lumer atau cair, dengan kata lain pengelasan adalah

(2)

Sedangkan menurut Suratman, S.Pd. (1988) mengelas adalah salah satu cara

menyambung dua bagian logam secara permanen dengan menggunakan tenaga

panas. Tenaga panas ini diperlukan untuk mencairkan bahan dasar yang akan

disambung dan kawat las sebagai bahan pengisi. Setelah dingin dan membeku,

terbentuklah ikatan yang kuat dan permanen.

Pengelasan merupakan salah satu bagian yang tak terpisahkan dari proses

manufaktur. Pengelasan adalah salah satu teknik penyambungan logam dengan

cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau tanpa

tekanan dan dengan atau tanpa logam tambahan dan menghasilkan sambungan

yang kontinu.

2.2.1 Gas Metal Arc Welding ( GMAW )

GMAW (Gas Metal Arc Welding) merupakan proses penyambungan dua

buah logam atau lebih yang sejenis dengan menggunakan bahan tambah yang

berupa kawat gulungan dan gas pelindung melalui proses pencairan. Gas

pelindung dalam proses pengelasan ini berfungsi sebagai pelindung dari proses

oksidasi, yaitu pengaruh udara luar yang dapat mempengaruhi kualitas las. Gas

yang digunakan dalam proses pengelasan ini dapat menggunakan gas argon,

helium, argon+helium dsb. Penggunaan gas juga dapat mempengaruhi kualitas

hasil las itu sendiri.

Proses pengelasan GMAW merupakan pengelasan dengan proses

pencairan logam. Proses pencairan logam ini terbentuk karena adanya busur las

yang terbentuk diantara kawat las dengan benda kerja. Ketika kawat las

(3)

yang mampu mencairkan kedua logam tersebut (kawat las + benda kerja),

sehingga akan mencair bersamaan dan akan membentuk suatu sambungan yang

tetap. Dalam proses ini gas pelindung yang berupa gas akan melindungi las dari

udara luar hingga terbentuk suatu sambungan yang tetap.

Proses pengelasan GMAW menggunakan arus searah (DC) dengan posisi

elektroda pada kutub positif, hal ini sering disebut sebagai polaritas terbalik.

Polaritas searah jarang digunakan dalam proses pengelasan dikarenakan dalam

proses ini transfer logam tidak terjadi secara sempurna.

Karakter Mesin GMAW

Metode pengelasan GMAW atau MIG/MAG welding process tergantung

dari beberapa parameter las sebagai berikut :

• Voltage yaitu arus amper yang dipergunakan pada saat proses pengelasan

• Wire feed speed yaitu kecepatan pemasok kawat pada saat proses

pengelasan.

• Welding speed yaitu kecepatan gerakan pada saat proses pengelasan.

• Type of shielding gas. Yaitu jenis gas pellindung pada saat pengelasan.

Komponen Mesin GMAW 1. Mesin las

2. Elektroda

(4)

4. Tabung gas pelindung

5. Regulator

6. Gas mixturer.

Gambar 2.1 Mesin las GMAW.

(Sumber:http://www.vedcmalang.com/pppptkboemlg/index.php/menuutama/teknik

-pengerjaan-logam/1078-sejarah-perkembangan-las)

 Kawat Las GMAW

Kawat las GMAW tercakup dalam spesifikasi AWS seperti misalnya AWS

A5 .XX .Elektroda merupakan gulungan kawat yang berbentuk rol yang geraknya

diatur oleh pasangan roda gigi yang digerakkan oleh motor listrik. Gerakan dapat

diatur sesuai dengan keperluan. Tangkai las dilengkapi dengan nosel logam untuk

(5)

 Berikut adalah penamaan dalam elektroda GMAW

Tabel 2.1 Spesifikasi Berbagai Jenis Elektroda GMAW

BAHAN ELEKTRODA SPESIFIKASI AWS

CARBON STEEL

(Sumber : Menuju Juru Las Tingkat dunia)

Gas Lindung

(6)

terjadinya proses oksidasi metal oleh oksigen dalam udara.Pada suhu tinggi

oksigen bereaksi dengan bahan metal menjadi oksida metal.Oksigen juga bereaksi

dengan karbon di dalam cairan metal menjadi CO ( karbon monoksida ) dan CO2

(karbondioksida).

Proses – proses ini dapat menghasilkan cacat las seperti inklusi terak

(slag),porositas,dan pengetasan.Karena unsur oksigen dan nitrigen harus

dijauhkan dari bahan metal yang sedang mencair atau panas.Di samping itu fungsi

tersebut di atas gas lindung juga berfungsi untuk :

1. Mempengaruhi sifat busur.

2. Moda transfer metal.

3. Penestrasi dan profil jalur las.

4. Kecepatan las.

5. Kecenderengan untuk sisi longsor ( undercut ).

6. Aksi pembersihan.

7. Sifat mekanis bahan las.

Di bawah ini adalah faktor –faktor yang mempengaruhi pemilihan gas lindung :

1. Bahan las.

2. Persyaratan kekuatan mekanis bahan las

3. Kondisi dan kebersihan bahan dasar.

4. Sifat operasional instalasi yang dilas dan persyaratan spesifikasi yang

eraplikasi.

(7)

6. Moda transfer metal yang dikehendaki.

Argon adalah gas mulia (inert gas)

Hampir seluruh pengelasan menggunakan shielding gas ini

Mechanicalnya baik, penstabil arc, productivity juga lebih besar Gas

Argon pada umumnya untuk material non Ferrous seperti Aluminium;

Nickel alloys; Copper alloys; dan Stainless Steel Untuk material Ferrous

biasanya menggunakan campuran atau gabungan beberapa gas seperti

Argon dgn helium; Argon dgn CO2 Argon dgn Oxygen dengan prosentase

tertentu.

Gas CO2

Gas CO2 merupakan gas aktip (active gas),Gas CO2 saja tidak dapat

digunakan untuk pengelasan dengan Spray transfer. Spray transfer menggunakan

Mix gasGas CO2 hanya digunakan pada pengelasan Globular transfer dan Short

Arc transfer.

Helium

Helium adalah gas Inert, pada umumnya digunakan sebagai shielding

untuk pengelasan yang membutuhkan tembusan yang lebih dalam dan kecepatan

tinggi Thermal conductivity gas helium lebih tinggi di bandingkan dengan Argon,

sehingga di butuhkan pengelasan dengan voltage yg lebih lebih besar. Gas helium

di sarankan hanya untuk pengelasan material Aluminium utk ketebalan yang lebih

(8)

 Kelebihan pengelasan dengan GMAW.

1. Sangat efisien dan proses pengerjaan yang cepat

2. Dapat digunakan untuk semua posisi pengelasan

3. Tidak menghasilkan flag atau kerak

4. Membutuhkan kemampuan operator yang baik

 Kekurangan pengelasan dengan GMAW.

1. Sewaktu waktu dapat terjadi burn back

2. Cacat las porositi sering terjadi

3. Buser yang tidak setabil

4. Pada awalannya set-up yang sulit.

2.2.2 Shielded Metal Arc Welding ( SMAW )

SMAW atau yang lebih sering kita sebut las busur listrik yaitu

penyambungan dua buah logam atau lebih menjadi satu dengan jalan pelelehan

atau pencairan dengan busur nyala listrik. Jadi las listrik atau las busur listrik

merupakan proses penyambungan logam dengan memanfaatkan tenaga listrik

sebagai sumber panasnya. Pengelasan dengan mengguanakan tenaga listri.sebagai

sumber panas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu las tahanan listrik dan

las busur nyala listrik.

Las tahanan listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan jalan

mengalirkan arus listrik melalui bidang atau permukaan-permukaan benda yang

(9)

sentuhan yang menimbulkan panas dan berguana untuk mencairkan permukaan

yang akan disambung. Pengelasan jenis ini sering digunakan pada

industri-industri yang besar, karena kapasitas pengelasannya besar dan membutuhkan

peralatan yang mahal maka cocok untuk produksi massa.

Las busur nyala listrik adalah proses pengelasan yang dilakukan dengan

jalan mengubah arus listrik menjadi panas untuk melelehkan atau mencairkan

permukaan benda yang akan disambung dengan membangkitkan busur nyala

listrik melalui sebuah elektroda. Terjadinya aliran arus listrik dari elektroda ke

benda kerja terjadi karena benda kerja disambung dengan salah satu kutub listrik

dari sumber listrik yang digunakan untuk proses pengelasan. Pengelasan jenis ini

cukup sederhana dan tidak memerlukan peralatan yang mahal dan fleksibel dan

sering dipakai dibengkel-bengkel besar dan kecil.

Gambar 2.2 Mesin las SMAW ( Sumber :

(10)

Jenis Elektroda

Bagian terpenting dalam las busur listrik adalah elektroda las. Jenis

elektroda yang dipergunakan kan menentukan hasil pengelasan sehingga sangat

penting untuk mengetahui sifat dan jenis dari masing-masing elektroda sebagai

dasar pemilihan elektroda yang tepat. Macam-macam jenis elektroda sangat

banyak. Berdasarkan selaput pelindungnya elektroda dibedakan menjadi dua

macam yaitu elektroda polos dan elektroda terbungkus.

Elektroda terbungkus terdiri dari bagian inti dan zat pelindung atau fluks.

Selaput yang ada pada elektroda jika terbakar kan menghasilkan CO2 yang

berfungsi untuk melindungi cairan las, busur listrik dan sebagian benda kerja dari

udara luar. Tipe elektroda yang digunakan dalam penelitian ini adalah AWS A5.1

E 6013 atau JIS Z 3211 D 4313.

Elektroda terbungkus pada umumnya digunakan dalam pelaksanaan

pengelasan tangan. Di negara-negara industri, elektroda las terbungkus sudah

banyak yang di standarkan berdasarkan penggunaannya. Misalnya standar di

Amerika serikat didasarkan pada standar AWS. di Jepang didasarkan pada standar

JIS.Standarisasi elektroda,baik dalam AWS maupun JIS didasarkan pada jenis

fluks, posisi pengelasan dan arus las. Dua angka pertama baik di AWS maupun

JIS menunjukkan kekuatan terendah dari logam las, hanya saja dalam AWS

satuannya adalah (psi) sedangkan dalam JIS satuannya adalah (kg/mm2). Dua

angka terakhir menunjukkan jenis fluks dan posisi pengelasan.

(11)

 E , Menyatakan elektroda las busur listrik.

 XX, (Dua angka) sesudah E menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan lb/in2 (psi).

 X, (Angka ketiga) menyatakan posisi pengelasan, yaitu :

o Angka 1 untuk pengelasan segala posisi

o Angka 2 untuk pengelasan posisi datar dan dibawa tangan

o Angka 3 untuk pengelasan posisi dibawah tangan.

 X, (Angka keempat) menyatakan jenis selaput dan arus yang cocok dipakai untuk pengelasan.

Sebagai contoh elektroda yang digunakan penulis pada proses pengelasan

ini adalah E6013, artinya elektroda dengan kekuatan tarik minimum dari deposit

las adalah 60.000 lb/in2, dapat dipakai untuk pengelasan segala posisi dan jenis

selaput elektroda rutil-kalium serta pengelasan dengan arus AC atau DC+.

Elektroda adalah bagian ujung (yang berhubungan dengan benda kerja) rangkaian

penghantar arus listrik sebagai sumber panas (Alip, 1989).

Menurut system standarisasi Amerika yaitu JIS (Japanese Industrial

Standards) dinyatakan dengan tanda D XXXX, yang artinya sebagai berikut

Untuk kode yang diberikan pada tipe elektroda D 4313 yaitu huruf “D” yang

diikuti oleh empat angka dibelakangnya.

Untuk arti masing-masing kode elektroda adalah :

 Untuk huruf D : Menyatakan elektroda untuk las busur listrik

 Untuk angka 43 : Menyatakan nilai tegangan tarik minimum hasil

(12)

 Untuk angka 1 : menyatakan posisi pengelasan, angka 1 dapat

digunakan untuk pengelasan semua posisi.

 Untuk angaka 3 : Menyatakan elektroda dengan penembusan dangkal

dan bahan dari selaput titania.

Bahan Pelindung Elektroda / Fluks

Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan fluks tersebut adalah dari

oksidasi-oksidasi logam, karbonat, silikat, florida, zat organik, baja paduan dan

serbuk besi. Adapun jenis bahan fluks yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Jenis Oksida Titan.

Jenis ini juga disebut rutil atau titania dan berisi banyak Ti O2

didalamnya. Busurnya dihasilkan oleh elektroda yang terbungkus denga fluks.

Jenis ini tidak terlalu kuat, penetrasi atau penembusan cairan logamnya

dangkal dan menghasilkan manik yang halus. Karena itu jenis ini tepat untuk

pengelasan pelat-pelat tipis atau untuk pengelasan terakhir pada

pengelasan pelat tebal.

2. Jenis Titania Kapur.

Jenis ini mengandung rutil dan kapur. Disamping punya sifat

seperti jenis oksida titan, akan tetapi jenis ini menghasilkan manik yang halus

walaupun penetrasinya dangkal. Hasil pengelasannya mempunyai sifat

mekanis yang baik. Pengelasan ini dapat dilakukan pada semua posisi,

(13)

3. Jenis Ilmenit.

Jenis ini terletak diantara jenis elektroda diatasnya, bahan fluks

utamanya adalah Ilmenit (Fe Ti O2). Busur-busur yang dihasilkan sangat kuat

sehingga penetrasinya dalam. Derajat dari terak cukup tinggi sehingga dapat

menghasilkan sambungan dengan sifat mekanis yang tinggi. Karena

sifat-sifatnya yang mencakup penggunaan yang luas, maka elektroda ini dianggap

sebagai elektroda serba guna.

4. Jenis Hidrogen Rendah.

Nama lain dari jenis ini adalah jenis kapur, Karena bahan

utamanya adalah kapur dan fluorat. Jenis ini menghasilkan sambungan dengan

kadar nitrogen rendah sehingga ketangguhannya baik. Digunakan untuk

konstruksi yang memerluakan tingkat pengamanan tinggi, seperti untuk

konstruksi pelat-pelat tebal dan bejana tekan.

5. Jenis selolusa.

Bahan ini berisi 30 % bahan organik yang dapat menghasilkan gas

dengan volume yang besar. Busurnya kuat dan penetrasinya dalam, terak yang

terbentuk hanya sedikit akan tetapi manik yang dihasilkan kurang halus.

6. Jenis Oksidasi Besi.

Bahan utama adalah oksidasi besi. Busur yang dihasilkan

terpusatkan dan penetrasinya dalam, karena itu baik untuk pengelasan sudut

(14)

7. jenis Serbuk Oksidasi.

Bahan utamanya meliputi 15 - 50 % silicon dan serbuk besi.

Pemindahan butir-butir cairan berupa semburan halus dan tidak banyak

percikan, kecepatan pengisian sangat tinggi, banyak digunakan untuk

pengelasan sudut horizontal dan pengelasan gaya berat.

8. Jenis Serbuk Besi Titania.

Bahan jenis ini adalah serbuk besi dan titania. Busur yang sedang

menghasilkan manik yang halus. Efisiensi pengelasan tinggi dan sangat baik

untuk pengelasan sudut horizontal satu lapis.

9. Jenis-jenis Fluks lainnya. Misalnya : Jenis lempung silikat, talek dll.

Pada pengelasan ini Fluks yang digunakan adalah jenis Oksida

Titan. Jenis ini juga disebut rutil atau titania dan berisi banyak Ti O2 didalamnya.

Busurnya dihasilkan oleh elektroda yang terbungkus denga fluks. Jenis ini tidak

terlalu kuat, penetrasi atau penembusan cairan logamnya dangkal dan

menghasilkan manik yang halus. Karena itu jenis ini tepat untuk pengelasan

pelat-pelat tipis atau untuk pengelasan terakhir pada pengelasan pelat-pelat tebal.

Tabel 2.2 Macam dan Fungsi bahan Fluks

(15)

Keterangan :

O : Fungsi utama

O : Fungsi Tambahan

( Sumber : Teknologi Pengelasan Logam ) Lempung

Silikat O O

Talek O O

Titanium

Oksida O O

Ilmenit O O

Feroksida O O O

Kalsium

Karbonat O O O O O

Ferro

Mangan O O O

Mangan

Dioksida O O O

Pasir

Silisium O O O

Kalium

Silikat O O

Natrium

(16)

Dinegara-negara industri elektroda terbungkus sudah distandarisasi

berdasarkan pengguanaannya. Di Jepang misalnya elektroda las terbungkus untuk

baja, kekuatannya telah distandarkan berdasarkan standar Jepang (JIS). Untuk

standar Amerika Serikat (ASTM) berdasarkan pada standar asosiasi las Amerika

(AWS).

Standarisasi elektroda, baik dalam JIS maupun ASTM didasarkan pada

jenis fluks, posisi pengelasan dan arus las. Walaupun dalam memberikan symbol

agak berbeda antara kedua system standar tersebut tetapi pada dasarnya adalah

sama. Sebagai contoh missal huruf D dalam JIS dan huruf E dalam ASTM

menunjukkan elektroda yang dipakai adalah elektroda terbungkus, kedua angka

pertama menunjukkan kekuatan terendah dari logam las, hanya dalam JIS

memakai satuan kg/mm2 dan ASTM menggunakan satuan psi. sedangkan dua

angka terakhir menunjukan jenis fluks yang dipakai dan posisi pengelasan.

Tabel 2.3. Spesifikasi Elektroda Terbungkus dari Baja Lunak (JIS Z 3211-1978)

Klasifikasi

(17)

D4303 Titania

D4316 Hidrogen F,V,OH,H

(18)

D4327

( Sumber : Teknologi Pengelasan Logam )

Prinsip Kerja Las Busur Listrik SMAW

Pengelasan dengan las busur ini merupakan pelelehan dengan nyala busur

listrik, yang diperoleh dengan cara mendekatkan olektroda las kebenda kerja pada

jarak beberapa millimeter, sehingga terjadi aliran arus listrik dari elektroda

kebenda kerja karena adanya perbedaan tegangan antara elektroda dan benda

kerja. Jarak antara elektroda dan benda kerja disebut dengan panjang busur nyata.

Suhu busur ini bisa mencapai 5000OC, sehingga mampu melelehkan elektroda dan

(19)

2.2.3 Oxygent Acetylene Welding ( OAW ) / Las Asetilin.

Asetilin diperoleh lewat reaksi kimia dalam bentuk gas. Karena berbentuk

gas, maka asetilin memerlukan perlakuan khusus, terutama dalam penyimpanan

dan penggunaannya. Agar lebih fleksibel dalam penggunaannya gas asetilin

disimpan dalam tabung, yang dapat dipindah-pindah dan mudah penggunaannya.

Asetilin tidak berwana dan tidak berbau, kalau asetilin yang sering kita jumpai

berbau, hal ini disebabkan karena terdapatnya kotoran belerang dan fosfor.

Asetilin merupakan gas mudah terbakar atau meledak akibat kenaikan tekanan dan

temperature. Terbakarnya atau meledaknya asetilin juga sangat mungkin

disebabkan oleh yang lain misalnya kotoran katalisator, kelembaban,

sumber-sumber penyalaan, kualitas tabung tempat penyimpanan yang tidak baik seperti

poengelasan sambungan tabung yang tidak baik atau bahan yang tidak kuat

menahan tekanan kerja.

Karena alasan - alasan tersebut maka tekanan kerja pembangkit gas

asetilin hanya diijinkan sampai pada tekanan 1,5 kg/cm2. penyimpanan gas

asetilin kedalam tabung-tabung baja dilakukan dengan tekanan kerja lebih dari 2

kg/cm2. temperature kritis untuk gas asetilin yaitu sebesar 39,5 OC.

Kawat Las (Welding Rod)

Jenis kawat las yang biasa diguanakan pada pengelasan asetilin adalah

kawat las tanpa pelindung oksidasi (Bare Welding Rod).Kawat baja lunak tersedia

dengan panjang 36" dengan diameter 1/16" hingga 1/4".Spesifikasi kawat las

(20)

Table 2.4. Kawat las tanpa pelindung oksidasi jenis logam baja

Tipe Kuat tarik Minimum (ksi) Pemuluran

RG 65 67 16

RG 60 60 20

RG 45 45 -

( Sumber : Menuju Juru Las Tingkat Dunia )

Penggunaan kawat las GR 65, RG 60, RG 45 memerlukan nyala api jenis

netral atau nyala dengan nyala asetilin sedikit dibanding gas oksigen (nyala

oksidasi). Karena tidak adanya perlindungan oksidasi (fluks), maka seringkali

pengelasan disertai dengan pemakaian borak atau fluks lepas untuk mencegah

terjadinya oksidasi berlebihan pada bahan las.

Prinsip Kerja

Pengelasan dengan OAW / las asetilin merupakan pelelehan dengan nyala

api yang diperoleh dengan cara penyampuran antara gas asetilin dengan oksigen

dan api sebagai media panas. Penyampuran gas dilakukan didalam brander

pengelasan, dengan cara pengaturan nyala api pada katup-katup dibrander.

Komposisi penyempurnaan dapat di sesuaikan dengan nyala api yang dihasilkan.

Pengelasan Pelat Baja Karbon Rendah.

baja karbon rendah yang juga disebut baja lunak, baja lunak ini adalah

baja mudah dilas, dapat dilas dengan semua cara pengelasan yang ada di dalam

(21)

dipenuhi. Baja karbon rendah memiliki sifat kepekaan retak las atau weldability

yang baik dibandingkan dengan baja karbon sedang dan baja karbon tinggi.tetapi

retak las pada baja ini dapat terjadi dengan mudah pada pengelasan pelat tebal

atau bila didalam baja tersebut terdapat belerang bebas yang cukup tinggi. Retak

las yang mungkin terjadi pada pengelasan pelat tebal dapat dihindari dengan

pemanasan mula atau dengan menggunakan elektroda hydrogen rendah.

2.3 Kampuh Las

Pada sub ini akan dibahas mengenai klasifikasi sambungan las dan bentuk

alur kampuh las yang dibatasi pada kampuh V. Kampuh las merupakan bagian

dari logam induk yang nantinya akan diisi oleh logam las, kampuh las awalnya

adalah berupa kubungan las yang kemudian diisi dengan logam las. Sambungan

las dengan menggunakan alur kampuh dikategorikan kedalam sambungan las

tumpul. Sambungan las tumpul adalah jenis sambungan paling efisien.

Sambungan ini dibagi menjadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan

sambungan penetrasi sebagian. Seperti pada gambar 2.4

(22)

V tunggal (V)

Tirus tunggal (V)

U tunggal (U)

V ganda (X)

Tirus ganda (K)

U ganda (H) (DU)

J tunggal

(J)

J ganda

(D)

( Sumber :http://www.teknikmesin.org/macam-macam-sambungan-las/ )

Pada dasarnya dalam memilih bentuk kampuh harus menuju kepada

penurunan masukan panas dan penurunan logam las sampai kepada harga

terendah dan tidak menurunkan mutu sambungan. Untuk kampuh-kampuh las

pada saat pembakarannya dapat mengisi pada seluruh tebalnya pelat. Sebelum

(23)

minyak, cat harus dihilangkan. Untuk memperoleh pembakaran yang baik, pada

kampuh V dipakai elektroda dengan diameter yang kecil atau disesuaikan dengan

besar sudut kampuh dan tebal pelat yang akan dilas.

2.4 Sifat Mampu Las dari Baja Kabon Rendah

Faktor-faktor yang sangat mempengaruhi mampu las dari baja karbon

rendah adalah kekuatan tarik dan kepekaan terhadap retak las. Kekuatan tarik

pada baja karbon rendah dapat dipertinggi dengan menurunkan kadar karbon (C)

dan menaikkan kadar mangan (Mn). Suhu transisi dari kekuatan tarik menjadi

turun dengan naiknya harga perbandingan Mn/C. Baja karbon rendah kepekaan

retak las yang rendah bila dibandingkan dengan baja karbon lainya atau baja

karbon paduan. Tetapi las pada baja ini dapat terjadi dengan mudah pada

pengelasan pelat tebal atau didalam baja tersebut terdapat belerang bebas yang

cukup tinggi.

2.5 Metalurgi Las

Seperti telah diuraikan diatas pengelasan adalah proses penyambungan

antara dua bagian logam atau lebih dengan menggunakan energi panas. Karena

proses ini maka logam disekitar pengelasan mengalami pemanasan dan

pendinginan cepat yang menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan metalurgi,

deformasi, dan tegangan-tegangan termal. Hal ini sangat erat hubungannya

ketangguahan cacat las retak dan lain sebagainya yang pada umumnya

(24)

2.5.1 Sifat Fisik dan Mekanis.

Mengadakan penelitian sifat-sifat fisik suatu logam sangat penting untuk

mempelajari struktur mikro logam. Sifat-sifat fisik suatu logam meliputi kerapatan

(densitas), sifat-sifat termal, konduktivitas listrik, dan sifat magnetik.Penguji

mekanik yang biasa dilakukan seperti uji trik, kekerasan, impact (benturan), creep

(pemuluran) dan fatigue (kelelehan) bertujuan untuk memeriksa kualitas produk

yang dihasilkan berdasarkan suatu standar spesifikasi. Sifat-sifat mekanik

meliputi kekuatan tarik, kekerasan, keuletan, ketangguahan dan kelelehan.

2.5.2 Struktur Mikro

Pada umumnya struktur mikro dari baja tergantung dari kecepatan

pendinginannya dari suhu daerah austenit sampai ke suhu kamar. Karena

perubahan struktur ini maka dengan sendirinya sifat-sifat mekanik yang dimiliki

juga berubah. Hubungan antara kecepatan pendinginan dan satruktur mikro yang

terbentuk biasanya digambarkan dalam diagram yang menghubungkan waktu,

suhu transformasi yang bahasa inggrisnya adalah “Continuous Cooling

Transformation” dan disingkat CCT.

2.5.3 Kekerasan (Hardness)

Kekerasan dapat didesifinikan sebagai ketahanan logam terhadap beban

penekanan kedalam yang disebabkan oleh benda tekan yang berbentuk tertentu

karena pengaruh gaya tertentu, semakin kecil penekanan (atau tidak dalam)

(25)

Tujuan dilakukannya uji kekerasan adalah untuk mengetahui kekerasan

suatu logam atau paduanya dengan cara penekanan setelah mengalami perlakuan

panas dan pendinginan dengan beberapa media pendinginan.Berikut metode

pengujian ,yaitu

Rockwell

Vickers

Brinell

Ada beberapa macam alat penguji kekerasan yang dipergunakan sesuai dengan

bahan ,kekerasan ukuran dan lain-lain dari suatu produk.Pada pengujian

kekerasan,yang digunakan pada penelitian ini adalah pengujian Vickers.

Metode pengujian kekerasan VICKERS

Uji kekerasan vickers menggunakan indentor piramida intan yang pada

dasarnya berbentuk bujur sangkar. Besar sudut antar permukaan piramida intan

yang saling berhadapan adalah 1360. Nilai ini dipilih karena mendekati sebagian

besar nilai perbandingan yang diinginkan antara diameter lekukan dan diameter

bola penumbuk pada uji kekerasan brinell (dieter, 1987).

Angka kekerasan vickers didefinisikan sebagai beban dibagi luas

permukaan lekukan. Pada prakteknya. Luas ini dihitung dari pengukuran

mikroskopik panjang diagonal jejak. VHN dapat ditentukan dari persamaan

(26)

Dengan : F = beban yang digunakan ( kgf )

d = panjang diagonal rata- rataa ( mm )

Ɵ = sudut antara permukaan intan yang berhadapan = 1360

Kareana jejak yang dibuat dengan penekanan piramida serupa secara

geometris dan tidak terdapat persoalan mengenai ukuranya, maka VHN tidak

tergantung kepada beban. Pada umumnya hal ini dipenuhi, kecuali pada beban

yang sangat ringan. Beban yang biasanya digunakan pada uji vickers berkisar

antara 1 hingga 120 kg. Tergantung pada kekerasan logam yang akan diuji.

Hal hal yang menghalangi keuntungan pemakaian metode vickers adalah :

1. Uji ini tidak dapat digunakan untuk pengujian rutin karena pengujian ini

sangat lamban.

2. Memerlukan persiapan permukaan benda uji.

3. Terdapat pengaruh kesalahan manusia yang besar pada penentuan panjang

diagonalnya.

2.4.4 Uji Tarik

Uji Tarik merupakan salah satu pengujian untuk mengetahui sifat-sifat

suatu bahan. Dengan menarik suatu bahan ,kita akan segera mengetahui

(27)

mana material itu bertambah panjang. Alat eksperimen untuk uji tarik ini harus

memiliki cengkeraman (grip) yang kuat dan kekakuan yang tinggi (highly

stiff).Banyak hal yang dapat kita pelajari dari hasil uji tarik. Bila kita terus

menarik suatu bahan ( dalam hal ini kekuatan sambungan las ) sampai putus, kita

dapat mengetahui data yaitu berupa tegangan tarik versus pertambahan panjang

dari material yang kita uji.Hubungan antara gaya tarikan dengan perubahan

panjang.

Gbr 2.3 Gambaran singkat uji tarik dan tegangan yang terjadi ( Sumber :

tegahttps://rudydwi.wordpress.com/2010/03/28/mengetahui-sifat-mekanik-material-dengan-uji-tarik/ ngan yang terjadin )

Hukum Hooke (Hooke's Law)

Hampir semua logam, pada tahap sangat awal dari uji tarik,

hubungan antara beban atau gaya yang diberikan berbanding lurus dengan

perubahan panjang bahan tersebut. Ini disebut daerah linier atau linear

(28)

“Stress adalah beban dibagi luas penampang bahan”

“strain adalah pertambahan panjang dibagi panjang awal bahan”

Dirumuskan :

Stress (Tegangan Mekanis):

σ

= F/Ao , F = gaya tarikan, Ao = luas

penampang

Strain (Regangan):

ε

= ΔL/Lo, ΔL = Pertambahan panjang, Lo =

Panjang awal.

Maka, hubungan antara stress dan strain dirumuskan: E =

σ/ε

Gbr 2.5 .Kurva tegangan-regangan

Gambar

Gambar 2.1 Mesin las GMAW.
Tabel 2.1 Spesifikasi Berbagai Jenis Elektroda GMAW
Gambar 2.2  Mesin las SMAW ( Sumber : http://www.b-duu.com/2014/09/proses-
Tabel 2.2  Macam dan Fungsi bahan Fluks
+3

Referensi

Dokumen terkait

Mesin las menggunakan arus bolak-balik / Alternating Current (AC) Mesin las AC memperoleh busur nyala dari transformator atau trafo las. Pada mesin las jenis ini lompatan

Prinsip dasar pengelasan ini adalah menggunakan arus listrik untuk menghasilkan busur (Arc) sehingga dapat melelehkan kawat pengisi lasan (filler wire), dalam

Las listrik merupakan proses pengelasan dengan menggunakan bahan bakar arus listrik dari PLN ataupun dari motor bensin, mesin diesel, dimana pada mesin ini membutuhkan

Pada penelitian ini metode pengelasan yang digunakan adalah pengelasan SMAW (Shielding Metal Arc Welding) dengan menggunakan las Listrik atau suatu proses pengelasan busur listrik

Las TIG lebih efektif dalam mencairkan logam dengan panas tinggi yang didapatkan dari arus listrik karena adanya gas pelindung, sehingga proses pengelasan tidak

Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las. Bila arus terlalu rendah akan menyebabkan sukarnya penyalaan busur listrik dan busur listrik yang terjadi tidak stabil.

Charger adalah suatu rangkaian peralatan listrik yang digunakan untuk mengubah arus listrik bolak balik menjadi arus listrik searah, yang berfungsi untuk mengisi baterai

Pengelasan cair adalah cara pengelasan dimana sambungan dipanaskan sampai mencair dengan sumber panas dari busur listrik atau semburan api gas yang