• Tidak ada hasil yang ditemukan

Defisit Anggaran Perekonomian di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Defisit Anggaran Perekonomian di Indonesia"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH DEFISIT ANGGARAN TERHADAP

PEREKONOMIAN DI INDONESIA

Dosen Pengampu :

Drs. H. Edy Yusuf Agung Gunanto, M.Sc P.hD

Disusun Oleh :

Lila Kondi Dabutar

12030113120016

Ulul Ambiya

12030113130184

Agisa Alessandra

12030113130214

Kelas : E

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS

UNIVERSITAS DIPONEGORO

2016

(2)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Anggaran negara merupakan salah satu alat politik fiskal untuk mempengaruhi arah dan percepatan pendapatan nasional. Adapun mengenai anggaran yang akan digunakan tergantung pada keadaan ekonomi yang dihadapi. Dalam keadaan ekonomi yang normal dipergunakan anggaran negara yang seimbang, dalam keadaan ekonomi yang deflasi dipergunakan anggaran negara yang defisit dan sebaliknya dalam keadaan ekonomi yang inflasi dipergunakan anggaran negara yang surplus.

Dalam penyusunan anggaran dikenal adanya surplus anggaran dan defisit anggaran. Surplus anggaran adalah kelebihan penerimaan pemerintah dari total pengeluarannya termasuk untuk belanja barang dan jasa serta transfer payment. Sedangkan defisit anggaran mempunyai makna sebaliknya. Pengaruh defisit anggaran terhadap perekonomian merupakan isu yang sangat kontroversial dan selalu menarik untuk dibicarakan. Secara teoritik ada tiga kelompok yang mempunyai jawaban berbeda atas permasalahan tersebut.

1. Teori Ricardian Equivalence (RE)

Kelompok pertama, yakni kaum Ricardian, dengan teorinya Ricardian Equivalence (RE) berpendapat bahwa defisit anggaran tidak akan mempunyai pengaruh apa-apa terhadap perekonomian. Teori ini berasal dari David Ricardo’s Funding System dan dikemukakan kembali oleh Robbert Barro (1974) sehingga sering diberi nama Ricardo-Barro Preposition. Preposisi Ricardo Barro berlandaskan pada asumsi: intergenerational altruism atau immortality, perfect capital markets, lump sum taxation, dan kondisi bahwa tingkat utang tidak lebih tinggi daripada pertumbuhan ekonomi. Inti dari preposisi ini menyatakan bahwa pembiayaan defisit anggaran pemerintah dan utang pemerintah berdampak netral terhadap aktifitas ekonomi (Blancard, 2000).

2. Kelompok Neoklasik

(3)

meningkatkan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi dalam jangka panjang dengan cara membebankan pajak untuk generasi berikutnya. Jika seluruh sumber daya secara penuh dapat digunakan, maka peningkatan konsumsi akan menurunkan tingkat tabungan dan suku bunga akan meningkat. Peningkatan suku bunga akan mendorong permintaan investasi swasta menurun, sehingga kaum Neoklasik menyimpulkan bahwa dalam kondisi kesempatan kerja penuh, defisit anggaran yang permanen akan menyebabkan investasi swasta tergusur (crowding-out). Secara umum kaum Neoklasik berpendapat bahwa defisit anggaran akan merugikan perekonomiaan. 3. Kelompok Keynesian

Kelompok ketiga adalah kaum Keynesian yang berpendapat bahwa defisit anggaran mempengaruhi perekonomian. Kelompok Keynesian mengasumsikan bahwa pelaku ekonomi mempunyai pandangan jangka pendek (myopic), hubungan antar generasi tidak erat, serta tidak semua pasar selalu dalam posisi keseimbangan. Salah satu ketidakseimbangan terjadi di pasar tenaga kerja dan dalam perekonomian selalu terjadi pengangguran. Menurut kaum Keynesian, defisit anggaran akan menigkatkan pendapatan dan kesejahteraan serta konsumsi pada giliran berikutnya. Defisit anggaran yang dibiayai utang, yang berarti beban pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi dan sisi permintaaan secara keseluruhan. Jika perekonomian belum dalam kondisi kesempatan penuh, peningkatan sisi permintaan akan mendorong produksi dan selanjutnya peningkatan pendapatan nasional. Pada periode selanjutnya, peningkatan pendapatan nasional akan mendorong perekonomian melalui efek multiplier Keynesian. Karena defisit anggaran meningkatkan konsumsi dan tingkat pendapatan sekaligus, tingkat tabungan dan akumulasi kapital juga meningkat. Menurut kaum Keynesian secara keseluruhan, defisit anggaran dalam jangka pendek akan menguntungkan perekonomian.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (miliar rupiah), 2007-2015

Rincian 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Pendapatan dan Hibah 723058 781354 985725 949656 1104902 1311387 1529673 1 667 141 1 793 589 Penerimaan Dalam

Negeri 720389 779214 984786 948149 1101162 1310562 1525189 1 665 781 1 790 333 Penerimaan pajak 509462 591978 725843 742738 850255 1032570 1192994 1 280 389 1 379 992

Pajak dalam

negeri 494592 569972 697347 715535 827246 989637 1134289 1 226 474 1 328 488 Pajak

perdagangan

internasional 14870 22006 28496 27203 23009 42933 58705 53 915 51 504 Penerimaan bukan

pajak 210927 187236 258944 205411 250907 277992 332195 385 392 410 341 Penerimaan

sumber daya

alam 146257 126203 173496 132030 163119 177264 197205 225 955 254 270 Bagian laba

BUMN 19100 23404 30794 24000 27590 28001 33500 40 000 44 000 Penerimaan

bukan pajak

lainnya 45570 37629 49211 39894 45167 53492 77991 94 088 89 824 Pendapatan

Badan Layanan

Umum (BLU) – 5093 5442 9487 15031 19235 23499 25 349 22 247

Hibah 2669 2140 939 1507 3740 825 4484 1 360 3 256

Pengeluaran 763571 854660 1037067 1047666 1229558 1435407 1683011 1842495 2039483 Pengeluaran

Pemerintah Pusat 504776 573431 716376 725243 836578 964997 1154381 1249943 1392442 Belanja pegawai 101202 128169 143556 160364 180825 215862 241606 637842 647310 Belanja barang 72186 52397 77688 107090 137850 188002 200735 612101 745132 Belanja modal 73130 101539 93802 82176 135854 151975 184364 – – Pembayaran bunga

utang 85087 91366 101658 115595 115209 122217 113244 – –

Subsidi 102924 97875 166701 157820 187624 208850 317219 – – Subsidi BBM 61838 45807 103568 106527 136614 168560 274743 – – Subsidi non

BBM 41086 52068 63133 51293 51010 40290 42476 – –

Belanja hibah – – – 7192 771 1797 3621 – –

Bantuan sosial 51409 67402 67848 64291 63184 47764 73609 – – Belanja lainnya 18838 34683 65123 30715 15261 28530 19983 – – Pengeluaran untuk

Daerah 258795 281229 320691 322423 392980 470410 528630 592552 647041 Transfer ke

Daerah 528630 592552 637975

Dana perimbangan 250343 266780 296952 306023 334324 399986 444798 487931 516401 Dana bagi

hasil 68462 66071 85719 81405 83558 100055 101962 113712 127692 Dana alokasi

umum 164787 179507 186414 203485 225533 273815 311139 341219 352888 Dana alokasi

khusus 17094 21202 24819 21133 25233 26116 31697 33000 35821 Dana otonomi

khusus dan

penyeimbang 8452 14449 23739 16400 58656 70424 83832 104621 121574

Dana Desa – – – – – – – – 9066

Keseimbangan Primer 44574 18060 50316 17585 -9447 -1802 -40094 -54.069 -93926 Surplus/Defisit Anggaran -40513 -73306 -51342 -98010 -124656 -124020 -153338 -175.354 -245895 Pembiayaan Bersih 40513 73306 51342 98010 124656 124020 153338 175354 245895

Pembiayaan Dalam

Negeri 55068 89975 60790 107891 125266 125912 172792 196258 269710 Perbankan

dalam negeri 12962 300 16629 7129 12657 8947 14307 4398 4468 Nonperbankan

dalam negeri 42106 89675 44161 100762 112609 116965 158485 191860 265242 Pembiayaan Luar

Negeri -14555 -16669 -9448 -9881 -610 -1892 -19454 -20.904 -23815 Pinjaman

bruto luar

negeri 40275 42989 52161 57606 58933 54282 45919 39132 47037 Penerusan

pinjaman – – – -8644 -11725 -8914 -6968 -1.226 -4319

Pembayaran cicilan pokok utang luar

(4)

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan tingkat suku bunga di Indonesia?

2. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan daya beli masyarakat? 3. Bagaimana hubungan defisit anggaran dengan tingkat investasi di

Indonesia?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1Pengaruh Defisit Anggaran Terhadap Tingkat Suku Bunga (Oleh: Ulul Ambiya, 12030113130184)

Bunga adalah imbal jasa atas pinjaman uang. Adapun jumlah pinjamannya disebut pokok utang (principal), sedangkan persentase dari pokok utang yang dibayarkan sebagai imbal jasa ( bunga ) dalam suatu periode tertentu disebut suku bunga. Tingkat suku bunga biasanya dinyatakan dalam persen (%) untuk jangka waktu tertentu. Berdasarkan pengertiannya dalam dunia perbankan, suku bunga bisa diartikan menjadi dua:

(5)

2. Suku bunga pinjaman, merupakan tingkat suku bunga yang dikenakan oleh bank kepada kreditor yang meminjam uang dari bank.

Pengertian suku bunga menurut Sunariyah (2004:80) adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Tingkat suku bunga akan berfluktuasi sehingga berpengaruh pada keinginan masyarakat untuk meminjam uang di bank. Semakin rendah suku bunga maka semakin tinggi keinginan masyarakat untuk meminjam uang di bank. Artinya pada tingkat suku bunga rendah, masyarakat akan lebih terdorong untuk meminjam uang di bank untuk memenuhi kebutuhannya. Adapun fungsi suku bunga menurut Sunariyah (2004:81) adalah :

 Sebagai daya tarik bagi para penabung yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.

 Suku bunga dapat digunakan sebagai alat moneter dalam rangka mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian.

 Pemerintah dapat memanfaatkan suku bunga untuk mengontrol jumlah uang beredar..

Faktor–faktor yang memengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga pinjaman dan suku bunga simpanan adalah sebagai berikut :

 Kebutuhan dana

Apabila bank kekurangan dana sementara pemohonan pinjaman meningkat, maka yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Peningkatan bunga simpanan secara otomatis akan meningkatkan bunga pinjaman.

 Persaingan

(6)

 Kebijakan pemerintah

Baik bunga simpanan maupun bunga pinjaman tidak boleh melebihi bunga yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.

 Harga laba yang diinginkan

Sesuai dengan target yang diinginkan, jika laba yang diinginkan besar maka bunga akan besar dan sebaliknya.

 Jangka waktu

Semakin panjang jangka waktu pinjaman maka semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besar kemungkinan risiko dimasa akan datang.

 Kualitas jaminan

Semakin likuid jaminan yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

 Reputasi perusahaan

Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungknan risiko macet kredit dimasa mendatang relatif kecil dan sebaliknya.

 Produk yang kompetitif

Produk yang dibiayai tersebut laku dipasaran.  Hubungan baik.

Biasanya bank menggolongkan nasabahnya antara nasabah utama (primer) dan nasabah biasa (sekunder). Penggolongan ini didasarkan keaktifan dan loyalitas nasabah yang bersangkutan dengan pihak bank. Nasabah utama biasanya mempunyai hubungan yang baik dengan pihak bank sehingga dalam penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa. Teori Suku Bunga

1. Teori Klasik

Menurut Teori Klasik, teori tingkat suku bunga merupakan teori permintaan penawaran terhadap tabungan. Teori ini membahas tingkat suku bunga sebagai suatu faktor pengimbang antara permintaan dan penawaran daripada investable fund yang bersumber dari tabungan.

(7)

Teori penentuan tingkat suku bunga Keynes dikenal dengan teori liquidity prefence. Keynes mengatakan bahwa tingkat bunga semata-mata merupakan fenomena moneter yang mana pembentukannya terjadi di pasar uang. Artinya tingkat suku bunga ditentukan oleh penawaran dan permintaan akan uang.

Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk setiap tingkat pendapatan, berapapun tingkat suku bunga yang berlaku nilai MT dan MP tidak elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga. Pada gambar (b) permintaan uang untuk spekulasi ditentukan oleh tingkat bunga, yaitu:

 Apabila tingkat bunga tinggi permintaan rendah karena orang lebih suka memegang surat berharga seperti obligasi daripada memegang uang.

 Sebagai contoh, pada r0 permintaan uang pada spekulasi adalah sebanyak MS1 semakin menurun tingkat bunga semakin banyak permintaan uang untuk spekulasi karena orang lebih suka memegang uang daripada obligasi. Sebaliknya MSp elastis terhadap perubahan tingkat suku bunga dan mempunyai hubungan yang negatif.

(8)

kas. Keadaan seperti ini disebut perangkap liquiditas (liquidity trap) sebab semua uang kas terperangkap ditangan untuk menghindari kerugian dan tidak akan beredar sebagai uang aktif.

Dalam teori Keynes menjelaskan bahwa permintaan uang dipengaruhi oleh suku bunga ( i ), harga(P), dan kuantitas barang(Q). Selanjutnya, bila permintaan uang naik maka investasi akan berkurang, dan selanjutnya berkurangnya investasi akan mengakibatkan permintaan agregat berkurang.

Pengaruh defisit anggaran terhadap suku bunga

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan belanja negara dalam tahun anggaran yang sama. Dan terjadi surplus anggaran apabila sebaliknya yaitu penerimaan negara lebih besar dari belanja. Defisit anggaran ditandai dengan kurangnya pembiayaan pengeluaran negara karena kurangnya penerimaannya yang berasal dari pajak.

(9)

Tanggal Rate BI Siaran Pers

17 Maret 2016 6.75 %Pranala Siaran Pers

18 Februari

2016 7.00 %Pranala SiaranPers

14 Januari 2016 7.25 %Pranala SiaranPers

17 Desember

2015 7.50 %

Pranala Siaran Pers

17 Nopember

2015 7.50 %Pranala SiaranPers

15 Oktober

2015 7.50 %

Pranala Siaran Pers

17 September

2015 7.50 %

Pranala Siaran Pers

18 Agustus

2015 7.50 %Pranala SiaranPers

14 Juli 2015 7.50 %Pranala SiaranPers

18 Juni 2015 7.50 %Pranala Siaran Pers

(10)

Pers

14 April 2015 7.50 %Pranala SiaranPers

17 Maret 2015 7.50 %Pranala Siaran Pers

17 Februari

2015 7.50 %Pranala SiaranPers

15 Januari 2015 7.75 %Pranala SiaranPers

11 Desember

2014 7.75 %

Pranala Siaran Pers

18 Nopember

2014 7.75 %Pranala SiaranPers

13 Nopember

2014 7.50 %

Pranala Siaran Pers

7 Oktober 2014 7.50 %Pranala Siaran Pers

11 September

2014 7.50 %Pranala SiaranPers

14 Agustus

2014 7.50 %

Pranala Siaran Pers

(11)

12 Juni 2014 7.50 %Pranala SiaranPers

8 Mei 2014 7.50 %Pranala Siaran Pers

8 April 2014 7.50 %Pranala SiaranPers

13 Maret 2014 7.50 %Pranala SiaranPers

13 Februari

2014 7.50 %

Pranala Siaran Pers

9 Januari 2014 7.50 %Pranala SiaranPers

12 Desember

2013 7.50 %

Pranala Siaran Pers

12 Nopember

2013 7.50 %

Pranala Siaran Pers

8 Oktober 2013 7.25 %Pranala SiaranPers

12 September

2013 7.25 %

Pranala Siaran Pers

29 Agustus

2013 7.00 %

Pranala Siaran Pers

15 Agustus

(12)

Pers

11 Juli 2013 6.50 %Pranala SiaranPers

13 Juni 2013 6.00 %Pranala Siaran Pers

14 Mei 2013 5.75 %Pranala SiaranPers

11 April 2013 5.75 %Pranala SiaranPers

7 Maret 2013 5.75 %Pranala Siaran Pers

12 Februari

2013 5.75 %Pranala SiaranPers

10 Januari 2013 5.75 %Pranala SiaranPers

11 Desember

2012 5.75 %

Pranala Siaran Pers

8 Nopember

2012 5.75 %Pranala SiaranPers

11 Oktober

2012 5.75 %

Pranala Siaran Pers

13 September

2012 5.75 %

(13)

9 Agustus 2012 5.75 %Pranala SiaranPers

12 Juli 2012 5.75 %Pranala Siaran Pers

12 Juni 2012 5.75 %Pranala SiaranPers

10 Mei 2012 5.75 %Pranala SiaranPers

12 April 2012 5.75 %Pranala Siaran Pers

8 Maret 2012 5.75 %Pranala SiaranPers

9 Februari 2012 5.75 %Pranala SiaranPers

(14)

Dalam studi empiris yang dilakukan R Maryatmo (2004), dimana menghasilkan kesimpulan bahwa defisit anggaran akan mempengaruhi tingkat suku bunga. Fokus penelitiannya adalah membuktikan dan mensimulasikan pengaruh kebijakan defisit anggaran terhadap perubahan suku bunga, kurs, dan tingkat harga. Dalam persamaan struktural, pengaruh defisit anggaran bersifat tidak langsung terhadap ketiga variabel moneter tersebut. Secara deskriptif dapat dijelaskan bahwa pengaruh defisit anggaran terhadap variable moneter dapat melalui dua jalur. Transmisi pengaruh itu melalui jalur sektor riil dan jalur sektor moneter. Melalui jalur moneter defisit anggaran akan mempengaruhi jumlah uang beredar. Sedangkan defisit anggaran akan mempengaruhi sektor riil melalui pengeluaran dan penerimaan pemerintah dan selanjutnya mempengaruhi permintaan agregat. Pengaruh defisit anggaran terhadap jumlah uang beredar adalah karena sumber pendanaan. Defisit anggaran yang didanai dari utang luar negeri yang dirupiahkan akan meningkatkan uang inti dan akhirnya mempengaruhi jumlah uang beredar. Defisit anggaran akan mempengaruhi variabel moneter juga melalui perubahan permintaan agregat. Defisit anggaran berarti perubahan pengeluaran pemerintah dan atau perubahan pendapatan yang siap dibelanjakan, yang juga berarti perubahan permintaan agregat. Untuk melihat dampak berbagai skenario kebijakan defisit anggaran terhadap variabel moneter akan ditampilkan contoh dampak kebijakan defisit anggaran terhadap suku bunga.

(15)

inflasi. Pada masa di mana perekonomian mengalami kenaikan harga (inflasi) akan muncul usaha pemerintah atau bank sentral untuk menurunkan laju inflasi. Kebijakan yang dipilih oleh bank sentral biasanya dengan menaikkan suku bunga. Suku bunga merupakan salah satu faktor yang menentuan tinggi rendahnya investasi, di samping faktor lain seperti regulasi pemerintah, keamanan, dan lain-lainnya. Kenaikan suku bunga berdampak terhadap menurunnya gairah perusahaan melakukan investasi. Menurunnya investasi akan mengurangi kemampuan perekonomian menciptakan lapangan kerja dan pada akhirnya akan menimbulkan pengangguran.

2.2 Dampak Defisit Anggaran Terhadap Daya Beli Masyarakat (Oleh : Agisa Alessandra, 12030113130214)

Definisi daya beli adalah kemampuan membayar untuk memperoleh barang yang dikehendaki atau diperlukan. Pengeluaran tidak perlu mengecil, tetapi penerimaan yang mengecil tahun ini bisa ditutup dengan penerimaan yang lebih besar dari tahun – tahun mendatang. Artinya, sebagian penerimaan dari tahun ini merupakan utang yang harus ditutup oleh tahun – tahun mendatang. Istilahnya adalah anggaran defisit/defisit anggaran. Dengan kata lain defisit anggaran terjadi apabila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaanya lebih besar daripada pengeluarannya..Faktor yang mempengaruhi daya beli masyarakat yaitu:

1. Tingkat Pendapatan

Pendapatan merupakan suatu balas jasa dari seseorang atas tenaga atau pikiran yang telah disumbangkan, biasanya berupa upah atau gaji. Makin tinggi pendapatan seseorang makin tinggi pula daya belinya dan semakin beraneka ragam kebutuhan yang harus dipenuhi, dan sebaliknya.

2. Tingkat Pendidikan

(16)

3. Tingkat Kebutuhan

Kebutuhan setiap orang berbbeda-beda. Seseorang yang tinggal di kota daya belinya akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tinggal di desa.4. Kebiasaan Masyarakat

Di zaman yang serba modern muncul kecenderungan konsumerisme didalam masyarakat. Penerapan pola hidup ekonomis yaitu dengan membeli b arang dan jasa yang benar-benar dibutuhkan, maka secara tidak langsung telah

meningkatkan kesejahteraan hidup.

5. Harga Barang

Jika harga barang naik maka daya beli konsumen cenderung menurun sedangkan jika harga barang dan jasa turun maka daya beli konsumen akan naik. Hal ini sesuai dengan hokum permintaan.

6. Mode

Barang-barang yang baru menjadi mode dalam masyarakat biasanya akan laku keras di pasar sehingga konsumsi bertambah. Dengan demikian mode dapat mempengaruhi konsumsi.

(17)

Dalam penyusunan APBN biasanya diadakan pada dua pilihan, antara kebijakan defisit atau surplus. Kebijakan defisit menjadi pilihan ketika tujuan makro ekonomi dimaksudkan untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang tinggi, sehingga pemerintah lebih banyak melakukan pengeluaran (ekspansif). Tetapi sebaliknya jika tujuan anggaran adalah mengendalikan laju pertumbuhan ekonomi maka pemerintah akan mengurangi pengeluarannya (kontraktif).

Bagi Indonesia, berdasarkan sejarah kebijakan APBN-nya bahwa kebijakan defisit mempunyai hubungan dengan rezim kekuasaan. Dengan defisit memberikan konsekuensi tekanan berat dalam APBN, yaitu lewat pembayaran bunga cicilan. Akibat kebijakan defisit juga APBN menjadi sensitif terhadap kondisi makro ekonomi.

Untuk menutupi anggaran belanja negara yang lebih besar daripada anggaran pendapatan, pemerintah akan menggunakan kekuasaannya untuk membuat kebijakan dan memeperoleh sumber pendanaan baik dari luar negeri maupun dalam negeri. Pemerintah pemerintah akan memanfaatkan sumber – sumber pembiayaan utang dan nonutang. Pembiayaan utang bersumber dari SBN, pinjaman luar negeri, dan pinjaman dalam negeri. Sedangkan pembiayaan nonutang bersumber dari penerimaan cicilan pengembalian, hibah dan hasil dari pengelolaan aset.

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (miliar rupiah), 2012-2015

Rincian 2012 2013 2014

(1) (7) (8) (9)

Pendapatan dan Hibah 1311387 1529673

1 667 141

Penerimaan Dalam Negeri 1310562 1525189

1 665 781

Penerimaan pajak 1032570 1192994

1 280 389

Pajak dalam negeri 989637 1134289

1 226 474 Pajak perdagangan internasional 42933 58705 53 915

(18)

392

Penerimaan sumber daya alam 177264 197205

225 955

Bagian laba BUMN 28001 33500 40 000

Penerimaan bukan pajak lainnya 53492 77991 94 088

Pendapatan Badan Layanan Umum

(BLU) 19235 23499 25 349

Hibah 825 4484 1 360

Pengeluaran 1435407 1683011

184249 5

Pengeluaran Pemerintah Pusat 964997 1154381

124994 3

Belanja pegawai 215862 241606 637842

Belanja barang 188002 200735 612101

Belanja modal 151975 184364 –

Pembayaran bunga utang 122217 113244 –

Subsidi 208850 317219 –

Pengeluaran untuk Daerah 470410 528630 592552

Transfer ke Daerah 528630 592552

Dana perimbangan 399986 444798 487931

Dana bagi hasil 100055 101962 113712

Dana alokasi umum 273815 311139 341219

Dana alokasi khusus 26116 31697 33000

Dana otonomi khusus dan penyeimbang 70424 83832 104621

Dana Desa – – –

Keseimbangan Primer -1802 -40094 -54,069

Surplus/Defisit Anggaran -124020 -153338

-175,354

Pembiayaan Bersih 124020 153338 175354

Pembiayaan Dalam Negeri 125912 172792 196258

Perbankan dalam negeri 8947 14307 4398

Nonperbankan dalam negeri 116965 158485 191860

Pembiayaan Luar Negeri -1892 -19454 -20,904

Pinjaman bruto luar negeri 54282 45919 39132

Penerusan pinjaman -8914 -6968 -1,226

Pembayaran cicilan pokok utang luar

(19)

Sumber: Kementerian Keuangan

Data 2014 dan 2015 dikutip dari Publikasi Statistik Indonesia 2015.

Data diatas merupakan cuplikan data alokasi anggaran 4 tahun terakhir. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa pada 2 tahun terakhir terdapat beberapa perbedaan pemberian alokasi anggaran yang cukup signifikan. Sejak 2014 dilakukan pengurangan secara besar – besaran pada beberapa sektor pengeluaran pemerintah pusat khususnya subsidi. Disisi lain pemerintah cenderung menginvestasikan dananya untuk pengeluaran daerah. Harapannya pengalokasian APBN untuk daerah dapat meningkatkan infrastruktur dan pembangunan daerah.

Penerapan anggaran defisit yang diterapkan pemerintah Indonesia ditujukan untuk dapat mengalokasikan pengeluarannya pada pos – pos tertentu sehingga pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan meningkat pada beberapa tahun terakhir sepertinya sempat membuat penurunan daya beli masyarakat. Hal ini dapat disebabkan karena dilakukannya penghapusan total pada dana subsidi sehingga meningkatkan harga barang dan secara langsung menurunkan tingkat daya beli masyarakat.

Meskipun demikian dampak perekonomian global juga menjadi pemicu turunnya daya beli masyarakat.

Konsumsi Rata-Rata per Kapita Seminggu Beberapa Macam Bahan Makanan Penting, 2007-2014

Jenis Bahan Makanan 2010 2011 2012 2013 2014

Beras lokal/ketan

Ketela rambat 0,044 0,055 0,045 0,045 0,05

(20)

2

Ikan dan udang segar 1

0,271 0,282 0,259 0,263

Telur ayam ras/kampung 2

0,200 0,199 0,178 0,169

Bawang putih 0,260 0,259 0,307 0,231 0,3

Cabe merah 0,293 0,287 0,317 0,273 0,28

Cabe rawit

0,249 0,232 0,269 0,244

0,24 2

Kacang kedelai 0,001 0,001 0,001 0,001 0

Tahu

lainnya 0,195 0,195 0,205 0,197

0,20

(21)

2 Satu butir telur ayam kampung diperkirakan beratnya sebesar

0,05 kg

Diolah dari Hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Triwulan I-2013 dan Triwulan I-2014, BPS

Sumber : Publikasi Statistik Indonesia

Berdasarkan data diatas, terjadi penurunan beberapa barang komoditi pada tahun – tahun terakhir. Daya beli masyarakat menurun pada beberapa tahun terakhir. Meskipun demikian, penurunan ini tidak terlihat signifikan, karena pemerintah menerapkan kebijakan disektor lain yang dapat meningkatkan daya beli masyarakat seperti penerapan beberapa paket kebijakan yang salahsatunya digunakan untuk mempertahankan daya beli masyarakat, peningkatan PTKP pajak per 2015 sehingga masyarakat menengah – bawah dapat meningkatkan pendapatan. Harapan pemerataan ekonomi pun dapat tercapai.

2.3 Dampak Defisit Anggaran Terhadap Tingkat Investasi (Oleh : Lila Kondi Dabutar, 12030113120016)

Pemerintah melakukan berbagai cara untuk meningkatkan investasi guna mendorong pertumbuhan ekonomi. Salah satu kebijakan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Investasi adalah kebijakan fiskal ekspansif. Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat mendorong investasi melalui peningkatan peningkatkan Agregat Demand (permintaan Agregat). Kebijakan fiskal pemerintah tersebut tertuang dalam APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). APBN memuat tentang keseluruhan penerimaan dan pengeluaran pemerintah. APBN disusun berdasarkan perkiraan kemampuan pemerintah dalam menghimpun pendapatan negara. Dalam perkiraan tersebut ada dua hal yang kemungkinan bisa terjadi yaitu surplus atau defisit anggaran. Defisit Anggaran terjadi bila total pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaan. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan negara dan belanja negara dalam tahun anggaran yang sama. Dan terjadi surplus anggaran apabila sebaliknya yaitu penerimaan negara lebih besar dari belanja.

(22)

jika dilihat pada periode tahun 1990 sampai dengan 1997, defisit APBN cenderung stabil. Pada periode tersebut pemerintah mencoba untuk menetapkan balance budget. Akan tetapi tahun 1998 mulai terjadi defisit yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan pada tahun 1998 adalah periode jatuhnya tempo pembayaran bunga dan cicilan hutang pemerintah, yang didominasi oleh utang luar negeri kemudian disusul dengan krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Pada saat krisis tersebut Pemerintah harus melakukan kebijakan ekspansi fiskal. Hal ini dikarenakan lemahnya permintaan pada saat terjadi krisis ekonomi. Dengan melakukan kebijakan ekspansi fiskal maka pemerintah mengharapkan dapat meningkatkan daya beli masyarakat yang menurun tersebut. Periode berikutnya setetelah terjadi kiris ekonomi yang melanda Indonesia, defisit anggaran mangalami fluktuatif pada periode tahun 1999 sampai tahun 2005. Pada masa itu pemerintah masih menyesuaikan dengan keadaan ekonomi pasca krisis, apakah mengambil kebijakan ekspansi atau kontraksi. Kemudian pada periode 2006 sampai 2012 APBN selalu mengalami defisit anggaran. Walaupun penerimaan pemerintah cenderung meningkat, akan tetapi pengeluaran pemerintah terlebih untuk pembayaran cicilan utang dan bunga serta subsidi masih lebih besar jumlahnya. Mulai tahun 2006 defsit anggaran dari tahun ke tahun selalu mengalami peningkatan. Bahkan pada tahun 2012 defisit APBN Indonesia telah mencapai angka 190.105 Milyar.

(23)

BAB III

KESIMPULAN

(24)

masyarakat suatu negara melalui mekanisme suku bunga yang meningkat. Ketika terjadi defisit anggaran terjadi ditandai kurangnya pembiayaan pengeluaran negara karena kurangnya penerimaannya yang berasal dari pajak. Untuk itu, negara berupaya menggunakan kebijakannya terutama meningkatkan suku bunga bank. Dengan meningkatnya tingkat bunga, investasi dalam negeri akan menurun, yang berarti peluang modal asing cenderung masuk mengalir ke dalam negeri untuk memenuhi kebutuhan investasi dalam negeri. Apabila ini terjadi, maka defisit anggaran mempunyai dua dampak yang berkaitan, yaitu : pertama, defisit anggaran akan meningkatkan harga karena subsidi dihapuskan; kedua, dengan tingginya harga membuat daya beli masyarakat melemah.

DAFTAR PUSTAKA

(25)

Elfidiono. Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Investasi Dan Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia: Studi Kasus Tahun 1990 – 2011. Universitas Brawijaya:Malang.

Pramuaji, Teguh. 2008. Analisis Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi Makro Di Indonesia (Tahun 1993 -2007). Universitas Diponegoro: Semarang.

Izzamafruhah. “Pengantar Ekonomi Makro”. 3 Maret 2016.

https://izzamafruhah.files.wordpress.com/2013/01/pengantar-ekonomi-makro-babvii.pdf

Dokumen.tips. “Makalah Defisit Anggaran Negara”. 3 Maret 2016

http://dokumen.tips/documents/makalah-defisit-anggaran-negara.html https://core.ac.uk/download/files/379/11717596.pdf

Bi.go.id. “Jurnal Ekonomi”. 3 Maret 2016.

http://www.bi.go.id/id/publikasi/jurnal-ekonomi/Documents/da1e1492027740468a61cb5bcf321ff9fdampakmon1.p df lampirkan

Wikipedia.com. “Suku Bunga”. 3 Maret 2016. https://id.wikipedia.org/wiki/Suku_bunga Seputarforex.com. “Artikel Ekonomi”. 3 Maret 2016.

http://www.seputarforex.com/artikel/forex/lihat.php?id=122127& Qudsiy, Nadhiva. “Ekonomi Moneter Teori Suku Bunga”. 3 Maret 2016.

http://nadhivaqudsiy.blogspot.co.id/2015/03/ekonomi-moneter-teori-suku-bunga.html

Kajianpustaka.com. “Teori Suku Bunga”. 3 Maret 2016.

http://www.kajianpustaka.com/2012/10/teori-suku-bunga.html

Ismail, Alim. “Teori Ekonomi Makro Perekonomian Terbuka”. 3 Maret 2016. http://alimismail.students.uii.ac.id/2014/06/03/teori-ekonomi-makro-perekonomian-terbuka/

Unair.ac.id. “Journal Ekonomi”. 3 Maret 2016.

(26)

Yogy. “Suku Bunga dan Defisit Anggaran”. 3 Maret 2016.

https://aeyogy.wordpress.com/tag/suku-bunga-dan-defisit-anggaran/

Sukardi. “Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional”. 17 Maret

2016

http://dokumen.tips/documents/beberapa-factor-yang-mempengaruhi-daya-beli-masyarakat-yaitu.html

Handayani, Retno. “Dampak Defisit Anggaran Terhadap Ekonomi Makro”. 17 Maret 2016

https://itsmysimple.files.wordpress.com/2011/10/h0810099-retno-handayani.docx

Lubis, Abu Saman.”Defisit Anggaran dan Implikasinya”. 17 Maret 2016

http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/147-artikel-anggaran-dan-perbendaharaan/20920-defisit-anggaran-dan-implikasinya

Algifari.”Pengaruh Defisit Anggaran Pemerintah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Indonesia”. 16 Maret 20116

www.stieykpn.ac.id/images/artikel/riset%20defisit %20artikel.docx

https://www.bps.go.id

www.bappenas.go.id

Lampiran

Defisit Anggaran Jadi 1,9 Persen Pada APBN-P 2015

(27)

(DPR) pada Jumat (13/2) lalu, pemerintah menargetkan dapat menekan defisit anggaran hingga 1,9 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), atau sebesar Rp222,5 triliun.

Angka tersebut mengalami penurunan sebesar Rp23,4 triliun jika dibandingkan target defisit anggaran dalam APBN 2015 yang sebesar Rp245,9 triliun, atau 2,21 persen dari PDB. Pemerintah berharap, penurunan target defisit anggaran tersebut dapat memberikan efek positif bagi perekonomian Indonesia.

“Penurunan defisit anggaran tersebut diharapkan dapat memberikan signal positif bagi masyarakat, para pemangku kepentingan dan pelaku usaha, baik di dalam maupun luar negeri,” demikian ungkap Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro dalam rapat paripurna pengesahan Rancangan Undang-Undang (RUU) APBN-P 2015 menjadi undang-undang pada Jumat (13/2).

Penurun target defisit anggaran tersebut tidak lepas dari postur pendapatan dan belanja negara yang ditetapkan dalam APBN-P 2015. “Postur APBN-P dimana pendapatan negara dan hibah sebesar Rp1.761,6 triliun, belanja negara Rp1.984,1 triliun,” ungkap Menkeu. Ia merinci, anggaran belanja tersebut terdiri atas belanja pemerintah pusat sebesar Rp1.319,5 triliun dan transfer ke daerah, termasuk dana desa sebesar Rp664,6 triliun.

Lebih lanjut Menkeu mengungkapkan bahwa pemerintah telah mengusulkan beberapa kebijakan, seperti realokasi belanja kurang produktif kepada pengeluaran yang lebih produktif, termasuk juga dukungan pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dalam pembangunan infrastruktur, serta defisit yang tetap terjaga pada level yang sehat.

Gambar

Gambar (a) menunjukkan uang kas diperlukan untuk setiap tingkat pendapatan,

Referensi

Dokumen terkait

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Kita mungkin mempertanyakan apakah mungkin bahwa semua pernyataan matematika, bahkan kontradiksi, dapat diturunkan dari aksioma-aksioma teori mengatur, apalagi,

Sesuai rekomendasi WHO tahun 2011, upaya penanggulangan anemia pada rematri dan WUS difokuskan pada kegiatan promosi dan pencegahan, yaitu peningkatan konsumsi

Undergraduate Thesis for Sarjana Sastra Degree, English Department, Faculty of Letters, University of Muhammdiyah Purwokerto. This research conducted to reveal the

Beberapa penelitian terdahulu seperti yang dilakukan oleh Rika Wahyuni (2016), Sistem Pendukung Keputusan Penentuan Penerimaan Beasiswa Bidik Misi dengan menggunakan Weighted Product

Pengaruh Corporate Social Responsibility, Ukuran Perusahaan, Profitabilitas Leverage, dan Capital Intensity Terhadap Agresivitas Pajak (Studi Empiris pada Perusahaan

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) TK-A Semester 1 Minggu 10 s.d 17 Program Semester (PROSEM) TK-B Semester.. 1

Pengembangan CD Interaktif dengan Model Pembelajaran IPS Terpadu Berbasis Masalah Pada Kelas VIII SMP.. Jurnal Penelitian Pendidikan Pascasarjana Teknologi Pendidikan,