APBN DAN PERAN PEMERINTAH INDONESIA
PEREKONOMIAN INDONESIA
DOSEN PENGAMPU : Muammar Rinaldi. M.Si.
DISUSUN OLEH:
Ramadhan Sebayang 7213510030 Helvita Tampubolon 7213510040 Azzahra Sherlinda 7213510028 Raihanatul Jannah 7213510042
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2024
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan Rahmat- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini mengenai APBN dan Peran Pemerintah Indonesia. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam pembuatan pada makalah ini.
Oleh karena itu, penulis berharap dapat menerima saran dan kritikan yang membangun dari pembaca. Makalah ini dibuat dengan maksud untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh kelulusan mata kuliah Perekonomian Indonesia.
Penulis juga tidak lupa berterimakasih karena telah mendapat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, diantaranya: Orang tua, teman-teman, dan yang paling utama Bapak Muammar Rinaldi. M.Si. Selaku dosen mata kuliah Perekonomian Indonesia yang telah membimbing dalam proses penulisan makalah APBN dan Peran Pemerintah Indonesia.
Medan, April 2024
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...2
DAFTAR ISI...3
BAB I PENDAHULUAN...4
1.1 Latar Belakang...4
1.2 Rumusan Masalah...4
1.3 Tujuan Penulisan...4
BAB II PEMBAHASAN...5
2.1 Konsep APBN (Pengertian APBN, Struktur APBN, Fungsi APBN)...5
2.2 Tahapan dalam perancangan RAPBN menjadi APBN...6
2.3 Potret APBN di Indonesia...8
2.4 Peranan pemerintah Indonesia dalam APBN...8
BAB III PENUTUP...9
3.1 Kesimpulan...9
DAFTAR PUSTAKA………10
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), adalah rencanakeuangan tahunan pemerintahan negara Indonesia yang disetujui oleh DewanPerwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuatrencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran bisadibaratkan sebagai anggaran rumah tangga ataupun anggaran perusahaan yangmemiliki dua sisi, yaitu sisi penerimaan dan sisi pengeluaran.
Penyusunan anggaran senantiasa dihadapkan pada ketidakpastian padakedua sisi.
Misalnya, sisi penerimaan anggaran rumah tangga akan sangattergantung pada ada atau tidaknya perubahan gaji/upah bagi rumah tangga yangmemilikinya.
Demikian pula sisi pengeluaran anggaran rumah tangga, banyakdipengaruhi perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi. Sisi penerimaananggaran perusahaan banyak ditentukan oleh hasil penerimaan dari penjualan produk, yang dipengaruhi oleh daya beli masyarakat sebagai cerminan pertumbuhan ekonomi.
Adapun sisi pengeluaran anggaran perusahaan dipengaruhi antara lain oleh perubahan harga bahan baku, tarif listrik dan bahan bakar minyak (BBM), perubahan ketentuan upah, yang secara umum mengikuti perubahan tingkat harga secara umum. Ketidak pastian yang dihadapi rumah tangga dan perusahaan dalam menyusun anggaran juga dihadapi oleh para perencana anggaran negara yang bertanggungjawab dalam penyusunan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan alat utama pemerintah untuk mensejahterakan rakyatnya dan sekaligus alat pemerintah untukmengelola perekonomian negara. Sebagai alat pemerintah, APBN bukan hanyamenyangkut keputusan ekonomi, namun juga menyangkut keputusan politik.Dalam konteks ini, DPR dengan hak legislasi, penganggaran, dan pengawasanyang dimilikinya perlu lebih berperan dalam mengawal APBN. sehingga APBN benar-benar dapat secara efektif menjadi instrumen untuk mensejahterakan rakyatdan mengelola perekonomian negara dengan baik.
1.2. Rumusan Masalah
Adapun rumusan dari makalah ini yaitu untuk mengetahui lebih dalam mengenai APBN dan Peran Pemerintah Indonesia.
1. Konsep APBN (Pengertian APBN, Struktur APBN, Fungsi APBN).
2. Tahapan dalam perencangan RAPBN menjadi APBN.
3. Potret APBN di Indonesia.
4. Peranan pemerintah Indonesia dalam APBN.
1.3. Tujuan Penulisan
Tujuan yang ingin di capai dalam penulisan makalah ini yaitu agar pembaca dapat memahami mengenai APBN dan Peran Pemerintah Indonesia. Dan terkhusus penulisan ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Perekonomian Indonesia.
BAB III PEMBAHASAN 2.1 Konsep APBN
A. Pengertian APBN
Menurut Jhon F. Due , APBN adalah suatu pernyataan mengenai perkiraan pengeluaran dan penerimaan negara yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan atau yang akan datang, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang benar-benar terjadi di masa lalu. Menurut M. Suparmoko, APBN adalah suatu daftar atau pernyataan yang terinci tentang penerimaan dan pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, biasanya dalam satu tahun.
Jadi dapat di simpulkan pengertian APBN adalah rencana keuangan pemerintah yang mencakup estimasi pendapatan yang akan diterima dan alokasi belanja yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam satu tahun anggaran.
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan rencana keuangan tahunan Pemerintah Indonesia yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi daftar sistematis dan terperinci yang memuat rencana penerimaan dan pengeluaran negara selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31 Desember). APBN, perubahan APBN, dan pertanggungjawaban APBN setiap tahun ditetapkan dengan Undang-Undang.
Dijabarkan dalam Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, yang dimaksud dengan APBN adalah:
 Rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh DPR (Pasal 1, Ayat 7).
 Terdiri atas anggaran pendapatan, anggaran belanja, dan pembiayaan (Pasal 11, Ayat 2).
 Meliputi masa satu tahun, mulai dari tanggal 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember (Pasal 4).
 Ditetapkan tiap tahun dengan undang-undang (Pasal 11 Ayat 1).
 Mempunyai fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi (Pasal 3, Ayat 4).
APBN merupakan instrumen yang mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan pembangunan dalam mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah serta prioritas pembangunan secara umum.
APBN berfungsi sebagai otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan yang menjadi hak dan pengeluaran serta kewajiban negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan ke dalam APBN. Hal ini dilakukan untuk menjaga kepentingan bagi masyarakat maupun negara.
Anggaran merupakan instrumen untuk mengatur pengeluaran dan pendapatan negara dalam rangka membiayai pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan, mencapai pertumbuhan ekonomi, meningkatkan pendapatan nasional, mencapai stabilitas perekonomian, dan menentukan arah dan prioritas pembangunan secara umum.
B. Struktur APBN
Secara garis besar struktur APBN merupakan Pendapatan Negara dan Hibah, Belanja Negara, Keseimbangan Primer, Surplus atau Defisit Anggaran, Pembiayaan.
Struktur APBN dituangkan dalam suatu format yang disebut I-account. Dalam beberapa hal, isi dari I-account sering disebut postur APBN. Beberapa faktor penentu postur APBN diantaranya:
a. Belanja Negara
Besar kecilnya belanja negara dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni:
Kebutuhan penyelenggaraan negara. Risiko bencana alam dan dampak krisi global.
Asumsi dasar makro ekonomi. Kebijakan pembangunan. Kondisi akan kebijakan lainnya.
Belanja pemerintah pusat, adalah belanja yang digunakan untuk membiayai kegiatan pembangunan pemerintah pusat, baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah.
Belanja pemerintah pusat dapat dikelompokkan menjadi: belanja pegawai, belanja barang, belanja modal, pembiayaan bunga utang, subsidi BBM dan subsidi non-BBM, belanja hibah, belanja sosial(termasuk penanggulangan bencana), dan belanja lainnya.
Belanja daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke pemerintah daerah, untuk kemudian masuk dalam pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja daerah meliputi: Dana bagi hasil Dana alokasi umum Dana alokasi khusus Dana otonomi khusus b. Pembiayaan Negara
Besaran pembiayaan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni asumsi dasar makro ekonomi, kebijakan pembiayaan, kondisi dan kebijakan lainnya. Pembiayaan negara terbagi menjadi 2 jenis pembiayaan, yakni pembiayaan dalam negeri dan luar negeri.
Pembiayaan dalam negeri meliputi pembiayaan perbankan dalam negeri dan pembiayaan non perbankan dalam negeri (hasil pengelolaan aset, pinjaman dalam negeri neto, kewajiban penjaminan, surat berharga negara neto, dan dana investasi pemerintah).
Sedangkan pembiayaan luar negeri meliputi penarikan pinjaman luar negeri yang terdiri atas Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek, penerusan pinjaman, dan pembayaran cicilan pokok utang luar negeri yang terdiri atas jatuh tempo dan moratorium.
c. Pendapatan Pajak
Pendapatan Pajak Dalam Negeri terdiri dari Pendapatan pajak penghasilan (PPh), Pendapatan pajak pertambahan nilai dan jasa dan pajak penjualan atas barang mewah, Pendapatan pajak bumi dan bangunan, Pendapatan cukai, Pendapatan pajak lainnya.
Selanjutnya Pendapatan Pajak Internasional pendapatan bea masuk dan pendapatan bea keluar.
d. Pendapatan Negara
Pendapatan negara didapat melalui penerimaan perpajakan dan penerimaan bukan pajak. Penerimaan perpajakan untuk APBN biasanya melalui kepabean dan cukai, penerimaan pajak, dan hibah. Pajak menjadi hal yang tidak dapat dipisahkan dari APBN.
Pasalnya pajak memiliki kontribusi besar dalam pembentukan APBN tiap tahunnya. Penerimaan pajak terbilang paling besar ketimbang komponen-komponen lainnya yang ada dalam APBN. Selain melalui penerimaan perpajakan, pendapatan negara juga didapat melalui penerimaan negara bukan pajak dan lainnya. Pendapatan tersebut antara lain adalah Pendapatan Badan Layanan Umum (BLU),Pendapatan Sumber Daya Alam (SDA),Pendapatan dari kekayaan negara dan hibah yang didapat. Besaran pendapatan negara dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
 Indikator ekonomi makro yang tercermin pada asumsi dasar makro ekonomi
 Kebijakan pendapatan negara
 Kebijakan pembangunan ekonomi
 Perkembangan pemungutan pendapatan negara secara umum
 Kondisi dan kebijakan lainnya
e. Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
Berasal dari Penerimaan sumber daya alam dan gas bumi (SDA migas), penerimaan sumber daya alam non-minyak bumi dan gas bumi (SDA non migas), Pendapatan bagian laba BUMN, pendapatan laba BUMN perbankan, pendapatan laba BUMN non perbankan, PNBP lainnya, pendapatan dari pengelolaan BMN, pendapatan jasa pendapatan bunga pendapatan kejaksaan dan peradilan dan hasil tindak pidana korupsi dan lain-lain.
f. Penyusunan APBN
Proses penyusunan dan penetapan APBN dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu: (1) pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR, dari bulan Februari sampai dengan pertengahan bulan Agustus (2) Pengajuan pembahasan dan penetapan APBN, dari pertengahan bulan Agustus sampai dengan bulan Desember. Berikut ini diuraikan secara singkat kedua tahapan dalam proses penyusunan APBN tersebut.
Pembicaraan Pendahuluan antara Pemerintah dan DPR. Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal pembahasan APBN. Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah, antara lain meliputi penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan pengeluaran.
Pengajuan, pembahasan dan penetapan APBN. Tahapan ini dimulai dengan Pidato Presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan. Selanjutnya akan dilakukan pembahasan baik antara Menteri Keuangan dengan Panitia Anggaran.
C. Fungsi APBN
Anggaran memiliki fungsi otorisasi, perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Semua penerimaan dan pengeluaran adalah hak bahwa tugas negara dalam suatu tahun anggaran harus dimasukkan dalam APBN. Pendapatan Surplus dapat digunakan untuk membiayai belanja publik tahun fiskal berikutnya.
Fungsi APBN sebagai alat pengelolaan keuangan Negara diatur dalam Pasal 3 ayat (4) Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menyatakan, “APBN memiliki fungsi Otorisasi, Perencanaan, Pengawasan, Alokasi, Distribusi dan Stabilisasi”. Berdasarkan penjelasannya dapat dipahami bahwa
a. fungsi Otorisasi berarti APBN menjadi dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan,
b. fungsi Perencanaan menempatkan APBN sebagai pedoman dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan,
c. fungsi Pengawasan memberikan peran bagi APBN sebagai dasar untuk menilai kesesuaian kegiatan penyelenggaraan pemerintahan Negara dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
d. Fungsi Alokasi e. Fungsi Distribusi
Berdasarkan landasan hukum di atas, dapat dipresepsikan bahwa APBN merupakan amanat konstitusi yang harus dilaksanakan sebaik-baiknya oleh pemerintah selaku eksekutif untuk mencapai tujuan bernegara. Oleh karena itu, dalam setiap tahapan siklusnya, APBN harus mencerminkan upaya pemerintah selaku pengelola keuangan Negara untuk mencapai tujuan pembangunan yang telah ditetapkan dalam jangka panjang, menengah, dan tahunan.
2.2 Tahapan dalam perancangan RAPBN menjadi APBN
Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) didasarkan pada ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 yang telah diubah menjadi Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3) Amandemen UUD 1945. Proses penyusunan anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) disusun dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Tahap penyusunan RAPBN oleh pemerintah;
1) Tahap Perancangan
Pemerintah menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) dengan penentuan asumsi dasar APBN, perkiraan penerimaan dan
pengeluaran, skala prioritas, serta penyusunan budget exercise. Asumsi dasar APBN meliputi:
 Pertumbuhan ekonomi negara
 Inflasi
 Nilai tukar mata uang (Rupiah)
 Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tiga bulan terakhir
 Harga minyak nasional
 Lifting
2) Tahap rapat antarkomisi dengan mitra kerjanya untuk membahas rancangan tersebut (departemen/lembaga teknis)
3) Tahap finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah
b. Tahap pembahasan dan penetapan RAPBN menjadi APBN dengan DPR
1. Dimulai dengan pidato presiden sebagai pengantar RUU APBN dan Nota Keuangan.
2. Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan baik antara Menteri Keuangan dan panitia anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau antarkomisi dan departemen terkait.
3. Hasil dari pembahasan berupa UU APBN memuat satuan anggaran sebagai bagian tidak terpisahkan dari UU tersebut. Satuan anggaran adalah dokumen anggaran yang menetapkan alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, subsektor, program, dan proyek/kegiatan.
4. Untuk membiayai tugas umum pemerintah dan pembangunan, departemen/ lembaga mengajukan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian/Lembaga (RKAKL) kepada Departemen Keuangan dan Bappenas untuk kemudian dibahas menjadi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan diverifikasi sebelum proses pembayaran. Proses ini harus diselesaikan dari Oktober hingga Desember.
5. Menteri Keuangan dan panitia anggaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) atau antarkomisi dan departemen terkait akan menetapkan penerimaan atau penolakan RAPBN tersebut.
c. Tahap pelaksanaan APBN;
Jika RAPBN diterima maka akan disahkan menjadi APBN dan disampaikan kepada pemerintah untuk dilaksanakan. Namun, jika RAPBN ditolak maka pemerintah harus menggunakan APBN sebelumnya.
Dalam pelaksanaan APBN dibuat petunjuk berupa Keputusan Presiden (Kepres) sebagai Pedoman Pelaksanaan APBN. Dalam melaksanakan pembayaran, kepala kantor/pimpinan proyek di masing-masing kementerian dan lembaga mengajukan Surat permintaan Pembayaran kepada Kantor Wilayah Perbendaharaan Negara (KPPN).
d. Tahap pengawasan pelaksanaan APBN
Tahap pengawasan dilakukan oleh pengawas fungsional baik berasal dari eksternal (luar pemerintah) maupun Internal (dalam pemerintah), instansi yang berwenang antara lain Badan Pemeriksa Keuangan; dan
e. Tahap pertanggungjawaban pelaksanaan APBN.
Sebelum berakhirnya tahun anggaran, biasanya di bulan November, pemerintah melalui Menteri Keuangan membuat laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan APBN dan melaporkannya dalam bentuk Rancangan Perhitungan Anggaran Negara (RUU PAN) yang selambat-lambatnya dilakukan 15 bulan setelah berakhirnya pelaksanaan APBN tahun anggaran terkait. Laporan ini harus disusun atas realisasi yang telah diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Apabila hasil pemeriksaaan perhitungan dan pertanggung jawaban pelaksanaan yang dituangkan dalam RUU PAN disetujui oleh BPK, RUU PAN tersebut diajukan kepada DPR untuk mendapat pengesahan menjadi UU Perhitungan Anggaran Negara (UU PAN) Tahun anggaran bersangkutan.
2.3 Potret APBN di Indonesia
Potret Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan gambaran terperinci tentang rencana keuangan pemerintah yang disusun dengan mempertimbangkan berbagai kaidah dan prinsip ekonomi serta keuangan yang berlaku. Ini mencakup proyeksi pendapatan negara, alokasi belanja, serta strategi pengelolaan keuangan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional. Potret APBN tidak hanya menjadi alat untuk mengukur kinerja kebijakan fiskal pemerintah tetapi juga sebagai cerminan kondisi keuangan negara secara keseluruhan.
Melalui Potret APBN, publik dapat melihat secara transparan bagaimana pemerintah mengelola anggaran dan alokasi dana untuk berbagai sektor pembangunan. Ini mencakup penilaian terhadap efektivitas kebijakan fiskal dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengurangi kemiskinan, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selain itu, Potret APBN juga menjadi sarana untuk menilai kesinambungan fiskal, yaitu sejauh mana kebijakan keuangan pemerintah dapat dipertahankan dalam jangka waktu yang panjang tanpa mengalami tekanan yang tidak sehat. Selanjutnya, aspek akuntabilitas juga menjadi fokus penting dalam Potret APBN, di mana publik dapat mengevaluasi sejauh mana penggunaan dana publik telah sesuai dengan ketentuan hukum dan prinsip-prinsip tata kelola keuangan yang baik.
Pada tahun 2023, ekonomi Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan angka pertumbuhan sebesar 5,05 persen dalam kuartal pertama hingga kuartal ketiga, didukung oleh tingkat inflasi yang terjaga dan tren penurunan sepanjang tahun tersebut.
Selain itu, neraca perdagangan Indonesia juga mencatatkan surplus selama 43 bulan berturut- turut, sedangkan PMI manufaktur Indonesia tetap berada dalam zona ekspansif selama 28 bulan berturut-turut. Meskipun terjadi gejolak di pasar keuangan global, kondisi pasar keuangan domestik Indonesia relatif kuat dan stabil. Hal ini tercermin dalam apresiasi nilai tukar rupiah yang masih terjaga, meski pertumbuhannya sedikit melambat pada semester kedua tahun 2023. Terdapat juga peningkatan arus modal masuk di pasar Surat Berharga Negara (SBN) hingga mencapai Rp80,4 triliun per 28 Desember 2023, sementara pasar saham mencatatkan arus masuk Rp7,67 triliun hingga 29 Desember 2023. Hal ini mencerminkan keyakinan yang tinggi terhadap ekonomi Indonesia, mata uang rupiah, dan
Surat Berharga Negara (SBN), yang mengindikasikan kepercayaan dan stabilitas yang kuat dalam pengelolaan APBN serta kinerja ekonomi yang dipercaya oleh masyarakat.
Berdasarkan diatas, kondisi APBN Indonesia saat ini menunjukkan pencapaian yang luar biasa, terutama dalam hal pendapatan yang melampaui target yang telah ditetapkan. Menurut Menteri Keuangan, APBN memberikan dukungan yang sangat kuat terhadap belanja negara, dengan realisasinya bahkan melebihi 100 persen. Hal ini terutama disebabkan oleh kinerja yang baik dalam hal pendapatan negara, di mana penerimaan pajak tumbuh kuat dan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) juga naik signifikan. Dengan demikian, pada tahun 2023, pemerintah berhasil menurunkan defisit APBN.
Selain itu, analisis terhadap perjalanan APBN selama beberapa tahun terakhir menunjukkan bahwa APBN telah melewati masa sulit pasca-pandemi dengan baik.
Pemerintah berhasil mengatasi dampak pandemi dengan efektif, dan saat ini ekonomi sudah mulai pulih dengan kuat. Hal ini juga tercermin dalam kekuatan APBN yang semakin membaik dari waktu ke waktu. Menurut Menteri Keuangan, kondisi ini menjadi modal penting bagi Indonesia untuk menghadapi tahun-tahun mendatang dengan keyakinan yang lebih kuat. Sementara itu, realisasi pendapatan negara mencapai angka
yang mengesankan, melebihi target yang telah ditetapkan. Penerimaan perpajakan khususnya menunjukkan pertumbuhan yang signifikan, melampaui target APBN 2023 dengan pertumbuhan yang kuat dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi di tengah dinamika ekonomi global yang penuh gejolak, yang menunjukkan ketangguhan kebijakan fiskal dan kemampuan adaptasi terhadap perubahan lingkungan ekonomi yang sangat dinamis. Selain itu, sektor PNBP juga mengalami pertumbuhan yang menggembirakan, terutama didukung oleh peningkatan Pendapatan Kekayaan Negara yang Dipisahkan.
Dengan perkembangan yang sangat menggembirakan, Potret APBN Indonesia mengindikasikan pencapaian yang luar biasa pada beberapa aspek penting. Salah satu pencapaian yang mencolok adalah dalam hal belanja negara, yang berhasil tembus angka fantastis Rp3.000 triliun. Menurut Menkeu, hal ini menunjukkan kekuatan pendapatan negara yang mampu mendanai belanja negara dengan baik. Target belanja pada APBN 2023 sebesar Rp3.061 triliun berhasil dilampaui dengan realisasi mencapai Rp3.121 triliun, yang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan dari tahun sebelumnya.
Peningkatan ini tidak hanya terjadi secara nominal, tetapi juga mencerminkan upaya pemerintah dalam memanfaatkan mekanisme automatic adjustment K/L serta optimalisasi alokasi belanja untuk mendorong proyek-proyek prioritas.
Dalam rincian belanja negara, terlihat bahwa belanja Kementerian dan Lembaga (K/L) yang merupakan bagian dari Belanja Pemerintah Pusat mencatat kenaikan yang cukup signifikan. Realisasi belanja K/L mencapai Rp1.153,5 triliun, yang merupakan 115,2 persen dari APBN 2023. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh peningkatan alokasi untuk program-program sosial, percepatan pembangunan infrastruktur, dan persiapan pelaksanaan pemilu. Di sisi lain, belanja non-K/L juga mengalami peningkatan meskipun tidak sebesar belanja K/L. Realisasi belanja non-K/L mencapai Rp1.087,2 triliun, yang menunjukkan komitmen pemerintah dalam memastikan optimalisasi penggunaan anggaran untuk sektor-sektor yang membutuhkan.
Selain itu, realisasi Transfer ke Daerah pada tahun 2023 juga mencatat kinerja yang menggembirakan. Total realisasi Transfer ke Daerah mencapai Rp881,3 triliun, meningkat 8,0% dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan ini dipengaruhi oleh
berbagai faktor, termasuk kinerja pemerintah daerah, peningkatan alokasi Dana Bagi Hasil (DBH), dan peningkatan penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK). Keseluruhan, Potret APBN Indonesia pada tahun tersebut menunjukkan komitmen pemerintah dalam mengelola keuangan negara secara efektif untuk mendukung berbagai kegiatan pembangunan dan program-program strategis nasional.
Defisit anggaran dalam Potret APBN Indonesia pada tahun tertentu mengalami penurunan yang signifikan, mencapai Rp347,6 triliun atau 1,65 persen terhadap PDB. Hal ini merupakan hasil dari kebijakan konsolidasi fiskal yang diterapkan Pemerintah, yang berhasil mengurangi defisit dibandingkan tahun sebelumnya. Menurut penjelasan Menkeu, dibandingkan dengan defisit tahun 2022 yang mencapai Rp460 triliun, defisit pada tahun 2023 juga lebih rendah baik secara persentase terhadap GDP maupun dalam nilai nominal. Hal ini menunjukkan upaya konkret dalam mengelola keuangan negara dengan lebih efisien, terutama dalam situasi ketidakpastian global yang dinamis.
Sementara itu, realisasi pembiayaan anggaran pada tahun yang sama mencapai Rp359,5 triliun, yang mencerminkan konservatisme dan kehati-hatian dalam menjaga efisiensi biaya utang. Meskipun pembiayaan utang mencapai Rp407,0 triliun, hal ini tetap dilakukan dengan prudent sehingga mampu menjaga keseimbangan keuangan negara.
Pemerintah juga melanjutkan kebijakan pembiayaan investasi sebesar Rp90,1 triliun, termasuk melalui penyertaan modal negara kepada BUMN dan investasi pada Badan Layanan Umum (BLU), untuk mendorong pembangunan infrastruktur dan peningkatan kualitas SDM. Selain itu, struktur APBN juga mencatat keseimbangan primer yang mengalami surplus sebesar Rp92,2 triliun. Hal ini menandakan perbaikan signifikan dalam pengelolaan keuangan negara, terutama dalam mengurangi ketergantungan pada pembiayaan bunga utang. Menkeu menekankan bahwa kinerja APBN 2023 yang sangat positif akan menjadi modal yang baik dalam menyongsong pelaksanaan APBN 2024, sambil menjaga kewaspadaan terhadap risiko global, regional, dan domestik yang perlu dikelola dengan baik.
2.4 Peranan Pemerintah Indonesia dalam APBN
Pemerintah menyusun APBN setiap tahun dalam rangka penyelenggaraan fungsi pemerintahan untuk mencapai tujuan bernegara. APBN tersebut harus dikelola secara tertib dan bertanggung jawab sesuai kaidah umum praktek penyelenggaraan tata kepemerintahan yang baik. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang disingkat APBN adalah Rencana Keuangan Tahunan Pemerintahan Negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat.
John F. Due mengemukakan bahwa APBN adalah Suatu Pernyataan mengenai perkiraan pengeluaran dan penerimaan negara yang diharapkan akan terjadi dalam suatu periode di masa depan atau yang akan datang, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang benar- benar terjadi di masa lalu.
Menteri Keuangan selaku pengelola fiskal menyusun Rancangan APBN. Dalam rangka penyusunan rancangan APBN, Menteri/Pimpinan Lembaga menyusun Renja K/L dan RKA-K/L untuk Kementerian/Lembaga yang dipimpinnya. Renja K/L adalah Rencana Pembangunan Tahunan pada Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan dokumen perencanaan Kementerian/Lembaga tersebut untuk periode 1 (satu) tahun. Dalam proses penyusunan Renja-K/L dilakukan pertemuan 3 (tiga) pihak antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Perencanaan, dan Kementerian Keuangan.
RKA-K/L adalah Rencana Kerja dan Anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan Dokumen Rencana Keuangan Tahunan pada Kementerian/Lembaga tersebut yang disusun oleh Bagian Anggaran pada Kementerian/Lembaga tersebut.
Renja K/L dan RKA-K/L berupa:
1. Rancangan Renja K/L;
2. RKA-K/L Pagu Anggaran;
3. RKA-K/L Alokasi Anggaran; dan atau 4. RKA-K/L APBN Perubahan.
RKA-K/L disusun dengan mengacu pada pedoman umum RKA-K/L, yang meliputi:
1. Pendekatan Sistem Penganggaran, yang terdiri atas:
1) penganggaran terpadu;
2) penganggaran berbasis Kinerja; dan 3) kerangka pengeluaran jangka menengah.
2. Klasifikasi Anggaran, yang terdiri atas:
1) klasifikasi organisasi;
2) klasifikasi fungsi; dan 3) klasifikasi jenis belanja.
3. Instrumen RKA-K/L, terdiri atas:
1) indikator Kinerja;
2) standar biaya; dan 3) evaluasi Kinerja.
RKA-K/L disusun untuk setiap Bagian Anggaran. Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran wajib menyusun RKA-K/L atas Bagian Anggaran yang dikuasainya.
RKA-K/L disusun berdasarkan:
1. rancangan Renja K/L dan Pagu Anggaran K/L untuk menyusun RKA-K/L Pagu Anggaran;
2. RKA-K/L Pagu Anggaran dan pagu Alokasi Anggaran K/L untuk menyusun RKA-K/L APBN, atau pagu perubahan APBN untuk menyusun RKA-K/L APBN Perubahan;
3. Rencana Kerja Pemerintah hasil kesepakatan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembicaraan pendahuluan Rancangan APBN;
4. hasil kesepakatan Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat dalam pembahasan Rancangan Undang-Undang mengenai APBN/Rancangan Undang-Undang mengenai APBN Perubahan;
5. standar biaya;
6. standar akuntansi pemerintah; dan
7. kebijakan penganggaran Pemerintah Pusat.
Kemudian RKA-K/L yang telah tersusun diteliti oleh Sekretariat Utama Biro Perencanaan pada Kementerian atau Lembaga pengusul. Penelitian RKA-K/L oleh Unit Perencanaan Kementerian/Lembaga Pengusul dilakukan melalui verifikasi atas kelengkapan dan kebenaran dokumen yang dipersyaratkan serta kepatuhan dalam penerapan kaidah kaidah perencanaan penganggaran. Hasil penelitian RKA-K/L oleh unit Perencanaan kemudian disampaikan kepada APIP Kementerian/Lembaga pengusul untuk direviu. Setelah direviu oleh APIP, RKA-K/L tersebut kemudian disampaikan kepada unit eselon I yang memiliki alokasi Anggaran (portofolio) dan sebagai penanggung jawab Program untuk dilakukan perbaikan atau penyesuaian apabila diperlukan dan disampaikan kembali kepada Biro Perencanaan Kementerian/Lembaga Pengusul RKA-K/L.Penelitian RKA-K/L oleh Biro Perencanaan K/L dapat dilakukan bersamaan dengan reviu RKA-K/L oleh APIP K/L.
RKA-K/L yang telah melalui verifikasi oleh Biro Perencanaan dan APIP K/L kemudian dihimpun dan ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga/Pengguna Anggaran K/L Pengusul yang selanjutnya disampaikan dalam bentuk arsip data komputer kepada Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Anggaran dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional untuk dilakukan penelaahan dalam forum penelaahan antara Kementerian/Lembaga, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional.
Penyampaian arsip data komputer RKA-K/L dilengkapi dengan dokumen sebagai berikut:
1. Surat Pengantar RKA-K/L yang ditandatangani oleh Menteri/Pimpinan Lembaga atau pejabat yang ditunjuk;
2. Daftar rincian Pagu Anggaran K/L per satuan kerja atau eselon I; dan
3. Rencana kerja dan anggaran satuan kerja.
Direktorat Jenderal Anggaran mengunggah arsip data komputer RKA-K/L kedalam aplikasi sistem perbendaharaan dan anggaran negara untuk dilakukan validasi. apabila pada proses validasi terdapat data yang tidak sesuai dengan kaidah-kaidah sistem perbendaharaan dan anggaran negara, RKA-K/L dikembalikan kepada Kementerian/Lembaga pengusul untuk dilakukan perbaikan. Hasil penelaahan RKA-K/L oleh Direktorat Jenderal Anggaran dituangkan dalam catatan hasil penelaahan dan ditandatangani oleh Pejabat Eselon II dari Kementerian/Lembaga, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional. RKA-K/L pagu anggaran hasil penelaahan selanjutnya dihimpun menjadi himpunan RKA-K/L yang digunakan sebagai salah satu dasar penyusunan Rancangan Undang-Undang mengenai APBN beserta nota keuangannya. Rancangan Undang-Undang mengenai APBN, nota keuangan, dan himpunan RKA-K/ L disampaikan oleh Pemerintah melalui Kementerian keuangan kepada Dewan Perwakilan Rakyat paling lambat minggu kedua bulan Agustus untuk dilakukan pembahasan. Berdasarkan hasil pembahasan Rancangan Undang-Undang mengenai APBN antara Pemerintah dengan Dewan Perwakilan Rakyat melalui sidang Paripurna DPR maka ditetapkan Undang-Undang mengenai APBN.
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
Dapat diambil kesimpulan bahwa APBN merupakan rencana keuangan pemerintah yang mencakup estimasi pendapatan yang akan diterima dan alokasi belanja yang akan dilakukan oleh pemerintah dalam satu tahun anggaran. Dimana Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang awalnya didasarkan pada ketentuan Pasal 23 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 namun telah diubah menjadi Pasal 23 Ayat (1), (2) dan (3) Amandemen UUD 1945. Kinerja APBN 2023 yang sangat positif akan menjadi modal yang baik dalam menyongsong pelaksanaan APBN 2024, sambil menjaga kewaspadaan terhadap risiko global, regional, dan domestik yang perlu dikelola dengan baik. Dan terakhir ada RKA-K/L yang merupakan Rencana Kerja dan Anggaran pada Kementerian Negara/Lembaga yang merupakan Dokumen Rencana Keuangan Tahunan pada Kementerian/Lembaga tersebut yang disusun oleh Bagian Anggaran pada Kementerian/Lembaga tersebut. RKA-K/L disusun untuk setiap Bagian Anggaran.
Menteri/Pimpinan Lembaga selaku Pengguna Anggaran wajib menyusun RKA-K/L atas Bagian Anggaran yang dikuasainya.
DAFTAR PUSTAKA
https://anggaran.kemenkeu.go.id/api/Medias/af919f5e-092b-4680-8662-658f831faacd
https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/ini-dia-rincian-rapbn-2023
https://kalbar.bnn.go.id/pelaksanaan-penyusunan-anggaran-pendapatan-belanja-negara/
https://mediakeuangan.kemenkeu.go.id/article/show/kinerja-apbn-2023-luar-biasa-capai-target-lebih- cepat-dan-sehatkan-ekonomi-nasional
https://klc2.kemenkeu.go.id/kms/knowledge/peran-apbn-bagi-pembangunan-dan-pertumbuhan- ekonomi-87e18f27/detail/