REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI KELAS IV SD NEGERI SARIKARYA
SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh :
Endah Gati Ruming Rahayu
101134029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI
GLOBALISASI KELAS IV SD NEGERI SARIKARYA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Disusun Oleh: Endah Gati Ruming Rahayu
NIM : 101134029
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
Karya tulis ini saya persembahkan kepada:
1.Tuhan Yesus Kristus.
2.Kedua orang tuaku tersayang yaitu Bambang Suryo Kawoco S.Pd dan Ibu Titik Baryati.
3.Adik-adikku tersayang yaitu Stefanie Sihrumanti dan Magdalena Dyah Ayu Kristiani.
4.Kekasihku yaitu Benediktus Damaidi Indra Irawan. 5.Sahabat-sahabat tercinta.
v
“Hari ini bukan hari untuk menyerah tetapi hari ini adalah hari untuk tetap semangat mencapai semua cita-cita”.
(Mario Teguh)
Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.
vii
LEMBAR PERNYATAAN UNTUK PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama: Endah Gati Ruming Rahayu Nomor Mahasiswa: 101134029
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI KELAS IV SD
NEGERI SARIKARYA 2013/2014
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam
bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,
mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau
media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 24 Juli 2014 Yang menyatakan,
viii
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK
MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI KELAS IV SD NEGERI SARIKARYA Studi kasus: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Angkatan 2010,Jurusan Ilmu Pendidikan,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Endah Gati Ruming Rahayu Universitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini didorong oleh pengalaman bahwa siswa dilapangan yang kurang memahami materi PKn sehingga siswa kurang menyadari nilai yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut diduga karena adanya model pembelajaran yang kurang mendukung pemahaman siswa. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui pelaksanaan dan peningkatan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai globalisasi kelas IV SD Negeri Sarikarya tahun ajaran 2013/2014, 2) meningkatkan kesadaran siswa akan nilai globalisasi melalui pelaksanaan pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya tahun ajaran 2013/2014.
Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti menggunakan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif. Model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif mendukung proses belajar yang melatih siswa untuk belajar dari pengalaman sehingga mudah memahami materi. Teknik pengumpulan data menggunakan skala sikap kesadaran siswa akan nilai globalisasi.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal 63,56% atau 18 siswa yang sadar akan nilai globalisasi dari 28 jumlah siswa. Kemudian pada siklus I menunjukkan peningkatan sebanyak 83,68% atau 23 siswa yang sadar akan nilai globalisasi dari 28 jumlah siswa. Pada siklus 2 menunjukkan peningkatan pada 96,37% atau 27 siswa yang sadar akan nilai globalisasi dari 28 jumlah siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri Sarikarya dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai globalisasi.
ix
APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGICAL PARADIGM LEARNING MODEL ON CIVICS LESSON FOR STUDENTS RAISE
AWARENESS WILL GLOBALIZATION VALUE SARIKARYA ELEMENTARY SCHOOL FOURTH GRADE
Thesis: Student of Elementary School Education Teacher 2010, Science Education Majors, Faculty Teacher and Science Education Of Sanata
Dharma University
Endah Gati Ruming Rahayu Sanata Dharma University
2014
Model of reflective learning paradigm support learning pedagogy that trains students to learn from the experience so it's easy to understand the material. Data collection techniques using the attitude scale student awareness of the value of globalization. The purpose of this study is 1) knowing process pedagogical paradigm reflective learning model in Civics subject to increase students' awareness of the value of globalization sarikarya Elementary School fourth grade school year 2013/2014, 2) increase awareness of the value of globalization through the implementation of learning paradigms reflective pedagogy in the eye Civics lesson for fourth grade public school students sarikarya academic year 2013/2014. This research was conducted using action research (CAR) conducted by 2 cycles. Each cycle consists of 2 meetings. The study consisted of planning, action, observation, and reflection.
This research is driven by the experience of students in the field who do not understand the material Civics so that students are less aware of the value that is useful in everyday life it is suspected because of the learning models that are less supportive of student understanding. Researchers using the model of pedagogy reflective learning paradigm.
Based on the results obtained there are 63,56% or 18 students of 28 students. And then in siclus 2 there are 83, 68% or 23 strudents of 28 students. Finally there are 96,37% or 27 students of 28 students. It can be concluded that the application of the dining learning model paradigm reflective pedagogy in Civics subject Sarikarya State fourth grade students will be able to increase awareness of the value of globalization.
x
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Globalisasi Kelas IV SD Negeri Sarikarya”.
Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat
memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universtas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberi
bantuan, bimbingan serta masukan saran dan kritik. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1.Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2.Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengetahuan, dorongan, semangat serta masukan yang menginspirasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
3.Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk membimbing peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
4.Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.
5.Bapak Joko Supriyanta, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sarikarya yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian tindakan di kelas IV.
xi
bermanfaat bagi penulis.
7.Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Sarikarya yang telah membantu penulis sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.
8.Bapak Bambang Suryo Kawoco S.Pd, Ibu Titik Baryati, Adik-adikku Sihrumanti Dwi Praptiwi dan Dyah Ayu Kristiani terimakasih untuk perhatian, dukungan, motivasi, nasehat, kasih sayang, perhatian, serta doa untuk menyelesaikan skripsi.
9.Teman-teman PGSD tercinta kelas D angkatan 2010 terimaksih atas kebersamaannya selama menuntut ilmu.
10.Teman-teman payung SD Sarikarya (Verra, Winda, dan Sr. Alfonsa) atas kebersamannya dan dukungan dalam mengerjakan skripsi.
11.Terimakasih untuk seseorang (Damaidi Indra) yang selalu menyayangiku dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Penulis
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 6
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian ... 7
1.5. Definisi Operasional ... 8
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka ... 8
2.1.1 Paradigma Pedagogi Reflektif ... 8
2.1.1.1Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif... 9
2.1.1.2Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 10
2.1.1.3Karakteristik Peradigma Pedagogi refektif ... 11
2.1.1.4Langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif . 11
2.1.1.5Tujuan Peradigma Pedagogi refektif ... 14
2.1.1.6Ciri-ciri Peradigma Pedagogi refektif ... 16
xiv
2.1.2.1Pengertian Kesadaran ... 16
2.1.2.2Tujuan Kesadaran ... 18
2.1.2.3Klasifikasi Kesadaran ... 18
2.1.2.4Menumbuhkan Kesadaran Kritis ... 21
2.1.3 Nilai ... 23
2.1.3.1Pengertian Nilai... 23
2.1.3.2Macam-macam Nilai ... 23
2.1.4 Globalisasi ... 26
2.1.4.1Pengertian Globalisasi... 26
2.1.4.2Dampak Negatif Globalisasi ... 27
2.1.4.3Dampak Positif Globalisasi ... 27
2.1.5 Kesadaran Akan Nilai Globalisasi ... 28
2.1.5.1 Pengertian Kesadaran Akan Nilai Globalisasi ... 28
2.1.5.1Indikator Kesadaran Akan Nilai Globalisasi ... 30
2.1.6 Pendidikan kewarganegaraan ... 31
2.1.6.1Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 31
2.1.6.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 32
2.1.6.3PKn Sebagai Pendidikan Nilai ... 33
2.1.6.4Ruang Lingkup PKn ... 38
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 38
2.3 Kerangka Berpikir ... 41
2.4 Hipotesis Tindakan ... 43
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 44
3.2 Setting Penelitian (tempat, subjek, dan objek peneltian) ... 46
xv
3.2.2 Rencana Setiap Siklus ... 49
3.3 Teknik Pengumpulan data ... 55
3.4 Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 58
3.5 Instrumen Penelitian ... 60
3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 69
3.7 Teknik Analisis Data ... 71
3.8 Jadwal Penelitian... 80
3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 55
3.9.1 Uji Validitas ... 81
3.9.2 Uji Reliabilitas ... 83
3.9.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 85
4.1.1 Paparan Kegiatan Siklus I ... 85
4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 90
4.1.3 Paparan Kegiatan Siklus II ... 92
4.1.4 Hasil Penelitian Siklus II ... 95
4.1.5 Kualitas Poses Pembelajaran... 96
4.2 Pembahasan ... 113
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 122
5.2 Keterbatasan Penelitian ... 124
5.3 Saran ... 125
DAFTAR PUSTAKA ... 126
xvi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 38
Tabel 2. Indikator Keberhasilan ... 59
Tabel 3. Pengembangan Indikator Skala Sikap Sebelum Validasi ... 62
Tabel 4. Lembar Skala Sikap Sebelum Validasi ... 51
Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap ... 66
Tabel 6. Lembar Skala Sikap Setelah Validasi ... 67
Table 7. kisi-kisi Skala Sikap yang Akan Digunakan ... 69
Tabel 8. Variabel Penelitian dan Pengumpulan Data... 70
Tabel 9. Kriteria Perhitungan Skor ... 72
Tabel 10. Acuan PAP Tipe 1... 73
Tabel 11. Perhitungan Indikator 1 ... 73
Tabel 12. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 1 ... 73
Tabel 13. Perhitungan Indikator 2 ... 74
Tabel 14. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 2 ... 75
Tabel 15. Perhitungan Indikator 3 ... 76
Tabel 16. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 3 ... 76
Tabel 17. Perhitungan Indikator 4 ... 77
Tabel 18. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 4 ... 77
Tabel 19. Perhitungan Indikator 5 ... 78
Tabel 20. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 5 ... 79
Tabel 21. Jadwal Penelitian... 80
Tabel 22. Validitas Item Skala Sikap ... 82
Tabel 23. Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 83
Tabel 24. Reabilitas Aspek Kesadaran ... 83
Tabel 25. Hasil Skala Sikap Indikator 1 Kondisi Awal ... 98
Tabel 26. Hasil Skala Sikap Indikator 1 Siklus 1... 99
Tabel 27. Hasil Skala Sikap Indikator 1 Sikluis 2 ... 100
xvii
Tabel 29. Hasil Skala Sikap Indikator 2 Siklus 1... 102
Tabel 30. Hasil Skala Sikap Indikator 2 Sikluis 2 ... 103
Tabel 31. Hasil Skala Sikap Indikator 3 Kondisi Awal ... 104
Tabel 32. Hasil Skala Sikap Indikator 3 Siklus 1... 105
Tabel 33. Hasil Skala Sikap Indikator 3 Sikluis 2 ... 106
Tabel 34. Hasil Skala Sikap Indikator 4 Kondisi Awal ... 107
Tabel 35. Hasil Skala Sikap Indikator 4 Siklus 1... 108
Tabel 36. Hasil Skala Sikap Indikator 4 Sikluis 2 ... 109
Tabel 37. Hasil Skala Sikap Indikator 5 Kondisi Awal ... 110
Tabel 38. Hasil Skala Sikap Indikator 5 Siklus 1... 111
Tabel 39. Hasil Skala Sikap Indikator 5 Sikluis 2 ... 112
Tabel. 40 Indikator Pencapaian ... 113
Tabel 41. Diagram Indikator 1 ... 118
Tabel 42. Diagram Indikator 2 ... 119
Tabel 43. Diagram Indikator 3 ... 120
Tabel 44. Diagram Indikator 4 ... 120
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Peta Konsep Pelaksanaan PPR ... 12
Gambar 2. Skema Penelitian yang Relevan ... 40
Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir ... 42
Gambar 4. Siklus PTK Menurut Hopkins ... 45
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 129 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 135 Lampiran 3. Kuesioner Sebelum diuji Validitas dan Setelah diuji
1 BAB I PENDAHULUAN
Bagian pendahuluan terdapat empat hal yang akan diuraikan peneliti.
Enpat hal yang akan diuraikan dalam bagian pendahuluan adalah latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi
penelitian operasional.
1.1 Latar Belakang
Pendidikan kewarganegaraan (PKn) memiliki hakikat sebagai
pendidikan nilai. Dalam hal ini, PKn dapat membantu siswa untuk
mengembangkan kesadarannya akan nilai-nilai yang termuat dalam materi
yang akan dibahas. Pendidikan kewarganegaraan berbasis nilai, dimaknai
sebagai model pendidikan yang berdimensi nilai (nilai agama, nilai budaya,
nilai pendidikan, dan nilai kebangsaan nasionalisme), moral dan norma, yang
menjadikan seseorang mampu memperjelas dan menentukan sikap terhadap
kehidupan beriman dan berbudaya, pembentukan jati diri, warga negara
yang bertanggung jawab, dan menjadi totalitas suatu bangsa yang memiliki
rasa kebangsaan dan cinta tanah air sebagai manusia seutuhnya (Kusuma dan
Susantim, 2010).
Mata pelajaran PKn merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan
untuk membentuk diri berdasarkan ciri-ciri masyarakat Indonesia (BSE,
baik sesuai dengan aturan yang ada di masyarakat. Peserta didik belajar
memahami aturan nilai yang dianggap benar di masyarakat agar
menempatkan diri dengan baik.
PKn di Sekolah Dasar mengajarkan berbagai macam nilai kehidupan.
Salah satunya PKn mengajarkan mengenai nilai globalisasi. Globalisasi
merupakan suatu proses tatanan dunia tanpa dibatasi oleh suatu wilayah.
Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan dan persaingan sumber daya
manusia yang memiliki sikap bela negara. Oleh karena itu warga negara perlu
dibekali kemampuan tersebut melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini
berarti bahwa setiap warga negara perlu memahami dan menerapkan nilai
perjuangan nasional disamping ilmu pengetahuan, tegnologi, serta kesenian
demi kelangsungan perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan dan
penegakkan NKRI.
Pendidikan globalisasi di Sekolah Dasar memberikan ajaran untuk
bersikap sebagaimana mestinya untuk menghadapi berbagai macam pengaruh
globalisasi. Di dalam pendidikan globalisasi, memberikan ajakan kepada
siswa untuk memahami adanya pengaruh positif dan negatif dari globalisasi.
Pendidikan globalisasi diharapkan menjadi sarana belajar untuk siswa sebagai
warga negara Indonesia agar mampu memilih kebudayaan yang tidak
menyimpang dari budaya Indonesia. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap
kehidupan manusia. Seharusnya bangsa Indonesia yang berlandaskan
Pancasila tetap menjunjung tinggi adanya nilai-nilai yang terkandung dalam
Nilai yang nantinya akan diwujudkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat
maupun bernegara.
Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah
laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010). Perubahan yang dilakukan oleh siswa
memerlukan proses yang dialami siswa. Siswa melakukan dan mempelajari
proses agar terlihat adanya perubahan. Proses pembelajaran tersebut perlu
adanya pengalaman yang dilakukan siswa.
Pembelajaran PKN sebagai pendidikan nilai adalah salah satu wahana
yang diharapkan siswa menyadari akan nilai yang terkait dalam
pembelajaran. Siswa seharusnya menyadari pentingnya nilai sehingga
tertarik untuk mewujudkan nilai nilai yang terkandung dalam mata pelajaran
PKN. Peserta didik harus mengetahui cara- cara dalam menghadapi masalah
yang ada di lingkungan sekitar. PKN termasuk salah satu mata pelajaran yang
penting, karena PKN di ajarkan di semua jenjang pendidikan.
Namun kenyataannya masih banyak terdapat proses pembelajaran
yang tidak mengoptimalkan pengalaman. Terkadang siswa tidak terlibat
langsung dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung bosan dengan
kegiatan dikelas. Siswa juga cenderung malas untuk ikut serta dalam
pembelajaran dikarenakan tidak optimalnya proses pembelajaran dikelas.
Pembelajaran PKn di sekolah kebanyakan menggunakan metode
ceramah dan mengarah pada aspek kognitif serta bersifat memberikan
menyadari dengan nilai- nilai yang terkait dalam pembelajaran. Hal tersebut
terbukti di SD Negeri Sarikarya bahwa pada pembelajaran PKn kurang
disertai dengan penanaman nilai yang terkandung dalam materi yang
diajarkan. Pendidik belum mengikutsertakan pendidikan nilai yang termuat,
hanya sebatas konsep materi saja. Hal ini disebabkan karena pembelajaran
yang diberikan guru kurang menyenangkan sehingga siswa kurang memaknai
pembelajaran yang diberikan, serta tidak adanya tindakan dari hasil belajar
siswa.
Peran pendidikan belum bisa terlaksana dengan semestinya di SD
Negeri Sarikarya. Hal tersebut dikarenakan sebagian guru memandang tujuan
pendidikan hanya sebatas nilai akademik. Terbukti dari hasil wawancara
dengan guru yang hasil wawancaranya mengenai nilai siswa dibawah KKM
atau dibawah 7 berdasarkan buku penilaian dari guru. Hal ini terjadi karena
menurut guru banyak materi yang harus di ajarkan tetapi waktu yang
disediakan hanya sedikit. Guru juga melakukan proses pembelajaran dengan
ceramah. Sedangkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa
belum ada pemahaman tentang materi yang diajarkan.
Pada saat peneliti melakukan observasi kegiatan belajar mengajar
(KBM) masih terdapat siswa yang berbincang dengan teman sebangku. Ada
juga siswa yang diam dan bermain-main rambut. Bahkan ada siswa yang
bernyanyi dan sambil berjoget dengan jalan-jalan. Saat guru menjelaskan
materi beberapa siswa juga berbicara dengan teman sebangkunya dan tidak
yang ada diperkirakan siswa kelas V yang telah memperoleh pembelajaran
globalisasi, ternyata masih kurang mampu dalam mengamalkan nilai
globalisasi yang terkait dalam pembelajaran, padahal pada waktu kelas IV
sudah mendapatkan pembelajaran tersebut.
Kesadaran siswa akan nilai globalisasi belum nampak. Hal tersebut
terbukti dari hasil wawancara yang banyaknya siswa masih belum paham
manfaat nilai dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang konvensional,
kurang menekankan manfaat nilai. Sehingga peserta didik tidak berusaha
berpikir untuk menemukan manfaat dari materi yang sudah dipelajari.
Peneliti menemukan solusi yang sesuai untuk memberikan semangat
dalam proses belajar mengajar yaitu Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR).
Pembelajaran Pedagogi Reflektif adalah metode yang mengacu pada
pola pertumbuh kembangan pribadi siswa menjadi kemanusiaan atau lebih
mengenal dan mendalamai nilai-nilai kemanusiaan. Menurut Subagya (2008:
41) menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman, refleksi
dan aksi. Unsur yang belum disebutkan adalah konteks dan evaluasi.
Serangkaian tersebut tidak bisa dipisahkan, sehingga akan terjalin timbal
balik yang baik dalam kelancaran proses belajar mengajar di dalam kelas.
Model pembelajaran PPR adalah suatu pembelajaran yang
mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan
nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks
siswa, sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan
pembelajaran ini harus di akhiri dengan adanya evaluasi. Evaluasi digunakan
guru untuk mengetahui peningkatan prestasi peserta didik. Semua langkah ini
diharapkan akan membuat siswa menjadi seseorang yang bertanggung jawab,
berkembang menjadi pribadi yang kompeten, berhati nurani yang peka dan
berbela rasa pada sesama dan lingkungannya.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif
pada mata pelajaran PKN untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai
globalisasi kelas IV SD Negeri Sarikarya?
2. Apakah pelaksanaan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada
mata pelajaran PKN dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai
globalisasi kelas IV SD Negeri Sarikarya?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada
mata pelajaran PKN untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai
globalisasi kelas IV SD Negeri Sarikarya.
2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kesadaran siswa akan nilai
globalisasi melalui pelaksanaan pembelajaran Paradigma Pedagogi
Reflektif pada mata pelajaran PKN bagi siswa kelas IV SD Negeri
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat
sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar dengan menggunakan
model pembelajaran pedagogi reflektif.
2. Bagi guru
Memberikan wawasan mengenai Penelitian Tindakan Kelas dan
mmengetahui kekurangan dan kelebihan dalam melakukan kegiatan
pembelajaran, sehingga memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk
dapat dimengerti siswa.
3. Bagi sekolah
Menambah sumber bacaan dan referensi yang ada di sekolah dan dapat
meningkatkan wawasan tentang pembelajaran Pedagogi Reflektif
4. Bagi Peneliti
Memberikan pengalaman dalam menerapkan model PPR pada mata
pelajaran PKN serta menambah pengetahuan khususnya dalam menyusun
skripsi untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma
1.5 Definisi Operasional
a. Kesadaran siswa akan nilai adalah kemampuan memahami akan berbagai
hal yang berkaitan dengan nilai, antara lain: menyadari akan adanya nilai
sebagai kualitas, sarana, sikap dan tindakan yang perlu dilakukan demi
terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya.
b. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pembelajaran
yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan
nilai-nilai kemanusiaan.
c. PKN adalah sebagai wahana pendidikan nilai globalisasi yang termuat
pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di
9
BAB II
LANDASAN TEORI
Bab ini akan membahas kajian pustaka, penelitian yang terdahulu atau
relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka berisi teori-teori yang
berkaitan dengan paradigma pedagogi reflektif, kesadaran siswa, nilai terkait
dengan yang dipelajarinya, globalisasi, dan hakikat mata pelajaran PKn.
Penelitian yang terdahulu berkaitan dengan penelitian-penelitian tentang
kesadaran dan penelitian-penelitian yang menggunakan model pembelajaran
Pedagogi Reflektif (PPR).
2.1Kajian Pustaka
2.1.1 Paradigma Pedagogi Reflektif
2.1.1.1 Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif
Paradigma Pedagogi Reflektif dahulu berasal dari Paradigma
Pedagogi Ignatian. Sistem pendidikan ini dahulu digunakan di
sekolah-sekolah pendidikan Yesuit. Tujuan diadakannya PPR (Paradigma Pedagogi
Reflektif) adalah untuk mengadakan perubahan sodial yang perantaranya
melalui pendidikan. Adanya PPR diadakan untuk merubah keadaan sosial
dari yang buruk ke yang baik. Misalnya korupsi, kerusakan alam,
kekerasan, kreativitas, pluralisme, penalaran, dan kesejahteraan umum.
Ciri khas pendidikan Yesuit terletak pada kreativitas dan seni. Nilai utama
keadilan, persahabatan, kejujuran, keberanian, dan tanggungjawab (Tim
PPR SD Kanisius, 2010)
2.1.1.2Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR merupakan singkatan dari Paradigma Pedagodi Reflektif. Kata
lain yang biasa disebut adalah PPI (Paradigma Pedagogi Ignatian).
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata Paradigma adalah suatu
kerangka berpikir / model dari teori ilmu pengetahuan / perubahan model.
Dalam hal ini paradigma dimaksud sebagai model ataupun pendekatan
dalam belajar. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk untuk
mendampingi para peserta didik dalam pertumbuhan dan
perkembangannya (Subagya, 2010:22). Sedangkan reflektif adalah
meninjau kembali pengalaman, topik, gagasan, reaksi, spontan maupun
yang direncanakan dari berbagai sudu pandang secara rasional dengan
tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh (Tim PPR
SD Kanisius, 2009:7).
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa
Paradigma Pedagodi Reflektif (PPR) merupakan suatu model
pembelajaran yang menekankan adanya refleksi untuk menemukan
nilai-nilai yang digunakan untuk menentukan sikap atau tindakan. Refleksi
tersebut merupakan pengambilan kepustusan dimana seseorang dapat
2.1.1.3Karakteristik PPR
a. Competence merupakan kemampuan seseorang dalam berpikir yang biasa disebut dengan kemampuan kognitif (Subagya, 2010). Contoh
konkrit yang siswa alami adalah kemampuan siswa dalam
menyelesaikan soal-soal. Soal-soal yang diselesaikan siswa
merupakan pemikiran yang berasal dari kemampuan berfikir siswa.
b. Conscience merupakan kemampuan afektif yang mengarah ke ketajaman hati atau kepekaan hati seseorang (Subagya: 2010).
Kemampuan afektif ini biasa dilakukan untuk menentukan pilihan
yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Misalnya,
ketelitian seseorang dalam mengerjakan soal.
c. Compassion merupakan kemampuan psikomotorik yang berupa tindakan atau tingkah laku yang konkret maupun batin disertai bela
rasa bagi sesama (Subagya, 2010). Kemampuan ini digunakan untuk
mengembangkan bakat yang dimiliki dan kemampuan seseorang
untuk menggunakannya demi sesama. Misalnya, kemauan untuk
bekerja sama, saling tolong menolong, dan mengajari teman yang
kesulitan dalam memahami pelajaran.
2.1.1.4Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif
Berikut ini merupakan langkah-langkah PPR secara
Konteks
Gambar 1. Peta Konsep Pelaksanaan PPR
Berikut ini merupakan langkah-langkah Paradigma Pedagogi
Reflektif (PPR).
a. Konteks
Konteks merupakan kesiapan peserta didik dalam
melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini
konteks dikatakan sebagai keadaan atau situasi yang sedang dialami
siswa dalam proses belajarnya. Misalnya keadaan soran peserta didik
yang sedang mengalami masalah dengan keluarganya. Faktor-faktor
yang mempengaruhi kesiapan peserta didik untuk belajar dapat Refleksi: Evaluasi perubahan pola pikir,
berpengaruh positif dan negatif bagi kesiapan belajarnya. Seorang
peserta didik yang mengalami permasalahan dalam keluarga (broken home) berbeda dengan peserta didik yang berasal dari keluarga yang harmonis. Selain dari keadaan batin peserta didik, situasi disekitar
juga harus mendukung proses belajar mengajar. Dengan situasi yang
tenang dan kondusif peserta didik dapat belajar dengan baik.
b. Pengalaman
Pengalaman berarti hal atau situasi yang pernah dialami
seseorang. Pengalaman berarti kegiatan yang dialami secara langsung
maupun tidak langsung. Langkah awal pengalaman yang dilakukan
yaitu melakukan pengamatan atau penyelidikan kemudian
menganalisis. Pengalaman merupakan penggabungan aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik. Perkembangan proses belajar peserta didik
didukung oleh ketiga aspek tersebut.
c. Refleksi
Refleksi merupakan tahap yang merupakan kekhasan dari
PPR. Kegiatan refleksi dilakukan berdasarkan pengalaman yang
dilakukan peserta didik. Kegiatan yang sudah dilakukan peserta didik
diharapkan dapat mengingat kembali hal yang sudah diperoleh. Peerta
didik menemukan makna dari pengalaman yang sudah dilakukan.
Pendidik atau guru hanya mendampingi peserta didk dalam
menghubungkan materi, kenyataan, konteks, dan pengalaman. Jadi
Misalnya dalam kegiatan mengamati alat transportasi, peserta dapat
menemukan dampak penggunaan alat transportasi yang merugikan
masyarakat.
d. Aksi
Aksi merupakan niat ataupun tekat yang dimiliki peserta
didik setelah merefleksikan diri. Aksi merupakan perwujudan ataupun
tindak lanjut dari refleksi. Refleksi yang hanya sekedar dipahami tidak
menghasilkan apa-apa. Refleksi yang nyata diterapkan dalam aksi.
Aksi bisa dilaksanakan brrupa sikap dan tindakan. Misalnya, “Saya
mengendarai sepeda dengan tidak main ngebut-ngebutan”. Hal
tersebut bisa dibuktikan dengan adanya tindakan.
e. Evaluasi
Evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat sejauh mana
tujuan belajar tercapai. Jika tujuan pembelajaran tercapai berarti
peserta didik dapat memahami apa yang sudah dipelajari. Evaluasi
menilai bukan sekedar kognitif saja, namun juga mengukur bakat, dan
tingkat perkembangan pribadi siswa.
2.1.1.5Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif
Berikut ini merupakan tujuan adanya PPR bagi pendidik dan
peserta didik (Tim PPR SD Kanisius, 2010: 3).
a. Tujuan PPR bagi pendidik:
2) Semakin bersedia mendampingi perkembangan peserta didik
3) Semakin lebih baik dalam meniapkan materi ajar
4) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral
5) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan
6) Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalamn sebagai
pendidik, pengajar, dan pendamping.
b. Tujuan PPR bagi peserta didik:
1) Membantu peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi
sesama
2) Menjadi manusia yang utuh
3) Menjadi manusia yang berkompeten, terbuka untuk perkembangan,
dan religius
4) Menjadi manusia yang mengasihi sesama
5) Menjadi manusia yang memiliki tanggungjawab dan prinsip untuk
menciptakan keadilan bagi sesama
Tujuan PPR secara keseluruhan adalah penggabungan antara
pengetahuan dan sikap yang diperoleh peserta didik agar mampu melihat
hubungan keduanya. Setelah mengetahui hubungan tersebut, peserta didik
diharapkan mampu untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan sikap
2.1.1.6Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif
PPR memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Subagya, 2010: 68).
a. PPR dapat diterapkan dalam semua kurikulum. PPR tidak menuntut
tambahan apapun dalam rancangan kurikulum yang telah ditentukan
oleh pemerintah, selain pendekatan dan cara belajar.
b. PPR menjamin para pengajar untuk mengajar lebih baik. PPR
memungkinkan pendidik untuk memperkaya materi materi dan susuna
proses pembelajaran, sehingga dapat mendorong inisiatif peserta
didik. PPR juga membantu pendidik untuk memotivasi peserta didik
dengan menghubungkan materi ajar dengan pengalaman sehari-hari
mereka.
c. PPR fundamental digunakan untuk proses belajar mengajar. Jika PPR
dilakukan secara konsisten, maka dapat membantu peserta didik
menemukan hubungan dalam seluruh proses pembelajaran.
d. PPR mengajarkan hal yang bersifat sosial. Alaman Proses
pembelajaran menggunakan PPR mendorong kerjasama dan berbagi
pengalaman serta dialog reflektif antar peserta didik. Hal tersebut
mendorong interaksi bagi orang lain.
2.1.2 Kesadaran
2.1.2.1 Pengertian Kesadaran
Kesadaran adalah keadaan sadar akan perbuatan. Sadar artinya
Refleksi merupakan bentuk adanya seseorang memiliki kesadaran.
Refleksi memberikan keadaan dimana seseorang dapat memahami situasi
dan kondisi dalam keadaan tertentu di lingkungan. Kesadaran merupakan
unsur dalam manusia untuk memehami realitas dan bagaimana cara
bertindak dan menyikapi terhadap realitas (Suhatman, 2009:27).
Menurut Widjaja (1984:14) mengatakan bahwa kesadaran
merupakan sikap/perilaku mengetahui atau mengerti taat dan patuh pada
adat istiadat dan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Kesadaran
tumbuh dari dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan yang baik.
Tindakan tersebut bukan hanya berguna bagi dirinya sendiri namun juge
berguna bagi banyak orang.
Menurut Piaget (dalam Adisusilo, 2012:39), kesadaran seseorang
dimulai dengan: 1) kesadaran diri akan pentingnya tanggung jawab baik
faktor dari luar atau faktor dari dalam; 2) heteronom, yaitu ekspresi
perasaan seseorang yang dimulai dengan menampilkan jati dirinya; 3)
realisme moral, kesadaran diri seseorang akan sesuatu karena menyadari
adanya nilai-nilai, norma yang harus dipertimbangkan dalam mengambil
keputusan atau sikap tertentu; 4) otonom, yaitu ungkapan kemandirian
seseorang yang hanya peduli pada nilai-nilai universal sebagai
pertimbangan dalam bertingkah laku.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kesadaran
merupakan kondisi dimana seseorang mampu mengetahui dan menyadari
dirinya dan mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam dirinya maka
seseorang tersebut telah memiliki kesadaran dalam dirinya.
2.1.2.2Tujuan Kesadaran
Given (2012:213-214) menjelaskan bahwa tujuan dari kesadaran
adalah agar dapat mengambil tindakan atau suatu keputusan yang dipilih
melalui cara yang selektif dan berani menentukan arah tujuan dengan
mempertimbangkan sisi positif dan negatif. Kesadaran memiliki tujuan
untuk mempertimbangkan suatu tindakan atau keputusan yang akan
diambil dari sisi positif maupun negatifnya sehingga dari pertimbangan
tersebut seseorang dapat mengarah pada tujuan yang telah ditentukan.
2.1.2.3Klasifikasi Kesadaran
Fakih mengungkapkan bahwa Freire (dalam Yunus, 2004: 49-50)
selalu berusaha mengarahkan pendidikan sebagai usaha untuk
menghumanisasi diri dan sesama, yaitu melalui tindakan sadar untuk
mengubah dunia. Dalam rangka pemanusiaan dan pembebasan itulah,
Freire melihat penyadaran (conscientizacao) sebagai inti pendidikan.
Freire sendiri menganalogikan kesadaran manusia menjadi kesadaran
magis, naïf, dan kritis. Berikut merupakan penjabaran dari ketiga analogi
1. Kesadaran Magis (magical consciousness)
Kesadaran magis adalah kesadaran masyarakat yang tidak
mampu melihat kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya.
Kesadaran magis lebih melihat faktor dari luar manusia (natural
maupun supranatural) sebagai penyebab dari ketidaberdayaannya.
Proses pendidikan yang menggunakan logika ini tidak memberikan
kemampuan analisis yang berkaitan antara sistem dan struktur
terhadap suatu permasalahan masyarakat. Siswa dalam hal ini menerima “keberanian” dari guru, tanpa ada mekanisme untuk
memahami “makna” ideologi dari setiap konsepsi ataas kehidupan
masyarakat.
2. Kesadaran naif (naival consciousness)
Kesadaran naïf adalah kesadaran yang menitik beratkan pada
aspek manusia menjadi akar permasalahan dalam masyarakat.
Kesadaran ini menganggap bahwa masalah etika, kreatifitas, need for
achievement sebagai penentu perubahan sosial. Pendidikan dalam konteks ini tidak mempertanyakan sistem dan struktur, bahkan sistem
dan struktur yang ada dianggap sdah baik dan benar yang merupakan
faktor given, oleh sebab itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Tugas pendidikan adalah bagaimana membuat dan mengarahkan agar siswa
dapat masuk dan beradaptasi dengan sistem yang sudah benar
3. Kesadaran kritis (critical consciousness)
Kesadaran kritis yang merupakan kesadaran terpenting bagi
Freire, kesadaran ini lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai
sumber masalah. Pendekatan stuktural menghindari blaming the victims dan lebih menganalisis secara kritis struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi, budaya, dan implikasi pada masyarakat. Paradigm
kritis dalam pendidikan, yaitu agar siswa mampu mengidentifikasi
ketidakadilan dalam sistem dan struktur yang ada, kemudian mampu
menganalisis bagaimana sistem struktur itu bekerja, serta bagaimana
mentransformasikannya. Tugas pendidikan dalam paradigma kritis
adalah menciptakan ruang dan kesempatan agar sisa terlibat dalam
proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih
baik.Analogi yang diungkapkan oleh Freire (dalam Yunus, 2004: 51)
diatas dapat membeikan gambaran tentang tindakan manusia yang
trgantung pada pemahaman mereka tentang kenyataan. Setiap
tindakan pemahaman mnentukan setiap setiap tindakan tanggapan.
Jika manusia mempunyai kesadaran magis, mereka akan
bertindak secara magis dan gagal untuk keluar dari penindasan. Jika
pemahaman mereka naïf, tindakan-tindakan mereka dapat dengan
mudah direduksi menjadi irasional. Jika pemahaman mereka atas
kenyataan adalah pemahaman kritis maka tanggapan mereka dapat
menjadi transitif, yaitu kombinasi dari refleksi dan tindakan dalam
2.1.2.4Menumbuhkan Kesadaran Kritis
Kesadaran kritis amat penting bagi manusia, oleh sebab itu sejak
dini seseorang harus ditumbuhkan. Menumbuhkan kesadaran kritis dapat
dilakukan dalam pendidikan. Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu
diperhatikan guru dalam menumbuhkan kesadaran krtitis (Suhatman,
2009: 67).
1. Proses pembelajaran yang dilakukan guru harus berpusat pada siswa.
2. Guru berperan sebagai pembimbing bagi siswa. Guru memfasilitasi
siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami
dan menyukai materi yang sedang diajarkan.
3. Guru harus mampu mengembangkan metode dialogis dalam diskusi,
memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat berpikir secara kritis
dan mengendapkan pengetahuan, serta memberikan kesempatan pada
siswa untuk bertanya, berdebat, bereksplorasi untuk menumbuhkan
pemahaman yang baru.
4. Dalam proses pembelajarannya guru harus mampu membuat suasana
pembelajaran menjadi semenarik mungkin. Hal ini berguna agar siswa
menjadi senang dan termotivasi untuk belajar semakin giat, sehingga
otak terangsang untuk dapat menerima pengetahuan/ pemahaman baru
lebih cepat.
5. Perencanaan yang baik dan media yang mampu membantu siswa
mengalami proses pembelajaran akan dapat membuat siswa
6. Guru harus berani mengubah paradigma berpikirnya, yaitu menjauh
diri dari ketakutan maupun keeganan untuk mengubah cara
mengajarnya dari yang tidak selektif menjadi lebih selektif dan
terbuka akan perubahan.
7. Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa merasa bebas dalam
berpikir, berpendapat, dan mengekspresikan diri dalam suasama
belajar yang terbuka, tidak banyak aturan-aturan yang membelenggu,
multi nilai, multi kebenaran,dan diperbolehkan untuk salah, serta
menerapkan metode ilmiah.
8. Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman tentang suatu
konsep yang kuat tidak hanya sekedar menghafal, mampu untuk
mencerna pengetahuan secara mendalam, dan memiliki cara berpikir
yang kritis dalam menghadapi permasalahan di lingkungan sekitar.
Berdasarkan delapan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa
untuk menumbuhkan kesadaran kritis guru harus membuat suasana
pembelajaran menjadi semenarik mungkin, menggunakan media-media
pengajaran yang memadai, dan metode yang sesuai serta membebaskan
siswa untuk mengeksplorasi lebih mendalam tentang materi yang sedang
2.1.3 Nilai
2.1.3.1 Pengertian Nilai
Menurut Scheler (dalam Wahana 2004: 51) nilai merupakan suatu
kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas
apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman
indrawi terlebih dahulu). Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung,
dan tidak berubah seiring perubahan barang.
Syahrial (2009: 33) mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang
berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan manusia
akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi
mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai
berpengaruh banyak bagi masyarakat.
Dari pendapat beberapa ahli disimpulkan bahwa nilai adalah suatu
tindakan berharga yang terdapat dalam diri manusia untuk melakukan
hal-hal yang tidak menyimpang dari aturan-aturan atau norma yang berlaku di
masyarakat. Nilai ada karena manusia yang membuat. nilai dipandang
sebagai tolok ukur masyarakat untuk melakukan sesuatu.
2.1.3.2Macam-macam Nilai
Nilai dibedakan atas 3 macam yaitu nilai positif dan nilai negatif,
nilai baik dan nilai jahat, serta nilai pribadi dan nilai barang. Berikut ini
merupakan penjabaran tentang macam-macam nilai (Wahana, 2004:
1. Nilai positif dan nilai negatif
Semua nilai seperti etika dan estetika berada dalam dua
kelompok yaitu yang positif dan yang negatif. Nilai positif merupakan
suatu yang harus ada dan terwujud dalam realitas kehidupan, suatu
ada sebagai yang secara positif harus ada dan harus terwujud realitas
kehidupan adalah benar. Segala ketiadaan dari yang harus tidak ada
dan tidak terwujud dalam realitas kehidupan adalah benar.
Nilai negatif adalah suatu yang harusnya tidak ada dan tidak
terwujud dalam realitas kehidupan, suatu ada sebagai yang harus tidak
ada dan harus tidak terwujud dalam realitas kehidupan adalah salah.
Segala ketiadaan dari yang harus ada dan harus terwujud dalam
realitas kehidupan adalah salah.
2. Nilai baik dan Nilai Jahat
Nilai kebaikan adalah nilai yang tampak pada tindakan
mewujudkan nilai yang tertinggi. Nilai baik adalah nilai yang
melekatpada tindakan mewujudkan nilai positif.
Nilai kejahatan adalah nilai yang tampak pada tindakan
mewujudkan nilai yang terendah. Nilai jahat adalah nilai yang melekat
pada tindakan yang mewujudkan suatu nilai negatif, yang melekat
pada tindakan mewujudkan nilai dalam tingkatan yang lebih rendah
3. Nilai Pribadi dan nilai Barang
Hanya pribadi yang dapat dinilai secara moral baik atau jahat,
sedangkan barang lain thaya dapat menjadi baik atau jahat sejauh
mengacu pada pribadi. Seluruh milik pribadi yang sesuai dengan
aturan serta dapat mempengaruhi kebaikan pribadi disebut keutamaan,
sedangkan yang dapat mempengaruhi kejahatan pribadi disebut sifat
jahat.seorang pribadi tidak pernah hanya dapat dinilai dan
diperlakukan sebagai yang menyenagkan atau berguna; nilai-nilai ini
(kesenangan dan kegunaan) secara hakiki merupakan nilai barang dan
nilai kejadian. Sebaliknya, tidak ada barang dan kejadian ang dinilai
sebagai baik atau jahat secara moral.
Nilai etis adalah nilai yang pembawanya tidak pernah sebagai
objek, sebab secara hakiki berada dalam dunia pribadi. Nilai pribadi
berkaitan dengan pribadi sendiri tanpa perantara apapun. Terdapat dua
jenis nilai yang dimiliki dan melekat pada pribadi manusia, yaitu nilai
pribadi itu sendiri dan nilai keutamaan.
Nilai estetik pada dasarnya adalah nilai objek (nilai barang)
yang merupakan nilai yang melekat pada realias bersangkutan, realitas
estetik semacam itu ada sebagai suatu yang tampak (schein). Nilai
barang adalah nilai yang menyangkut kehadiran nilai dalam hal
bernilai., nilai-nilai barang-barang tersebut melekat pada barang
2.1.4 Globalisasi
2.1.4.1Pengertian Globalisasi
Istilah globalisasi berasal dari kata “globe” (peta dunia yang berbentuk bola). Dari kata globe ini munculah kata “global” (yang artinya
meliputi seluruh dunia) (Sunarso, 2009). Globalisasi yang dimaksudkan
adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri mampu menyebar keseluruh
bagian belahan bumi.
Menurut Bestari (2008) mengungkapkan bahwa globalisasi
merupakan suatu proses untuk meletakkan dunia menjadi satu kesatuan
yang sama tanpa dibatasi oleh adanya kedudukan wilayah suatu negara.
Globalisasi tidak memiliki adanya batasan ruang dan terbuka. Hal ini bisa
dilihat dari komunikasi seperti internet, media elektronik, dll. Globalisasi
memungkinkan adanya interaksi yang singkat antara antar negara dan
antar manusia secara singkat.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa globalisasi
adalah proses pertukaran interaksi antar negara atau antar manusia secara
singkat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu secara menyeluruh.
Globalisasi memungkinkan antar manusia dapat melakukan aktivitas tanpa
terhalang jarak yang jauh. Globalisasi menimbulkan banyak perubahan di
2.1.4.2 Dampak positif Globalisasi
Dampat positif merupakan pengaruh yang berakibat
menguntungkan bagi seluruh masyarakat. Dampa positif globalisasi antara
lain:
a. Hubungan komunikasi menjadi lebih mudah
Kemajuan tegnologi komunikasi memudahkan semua orang
melakukan percakapan dengan orang lain dengan jarak yang tidak
dekat.
b. Pertukaran informasi antar negara menjadi lebih mudah
Kemajuan dibidang informasi membuat kita lebih cepat mengetahui
kabar terbaru dari negara lain dengan mudah dan cepat.
c. Harga barang menjadi lebih murah
Adanya globalisasi membuat negara saling bersaing memproduksi
barang yang murah namun mutu terjamin.
2.1.4.3 Dampak Negatif Globalisasi
Dampak negatif merupakan pengaruh yang merugikan bagi banyak
orang. Dampak negatif globalisasi adalah:
a. Terkikisnya jati diri bangsa
Globalisasi membuat setiap negara menampung banyak kebudayaan
luar negeri. Akibatnya kebudayaan bangsa sendiri tercemar oleh
b. Industri dalam negeri terancam tersaingi oleh adanya barang dari luar
negeri yang lebih murah
Pendapatan masyarakat menjadi sedikit karena adanya barang yang
berasal dari luar negeri. Padahal belum tentu barang yang berasal dari
luar negeri kualitasnya lebih bagus.
2.1.5 Kesadaran Akan Nilai Globalisasi
2.1.5.1 Pengertian Kesadaran Akan Nilai Globalisasi
Kesadaran merupakan kondisi dimana seseorang mampu
mengetahui dan menyadari keadaan sebenarnya yang dialami. Nilai adalah
suatu tindakan berharga yang terdapat dalam diri manusia untuk
melakukan hal-hal yang tidak menyimpang dari aturan atau norma yang
berlaku di masyarakat. Sedangkan globalisasi adalah proses pertukaran
interaksi antar negara atau antar manusia secara singkat tanpa dibatasi oleh
ruang dan waktu secara keseluruhan.
Dari masing-masing pengertian diatas, maka pengertian kesadaran
akanj nilai globalisasi adalah kondisi sadar seseorang untuk mengetahui
tindakan yang sesuai dengan aturan dan norma yang ada di masyarakat
dalam rangka interaksi singkat tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Materi yang diajarkan dalam pembelajaran adalah mengetahui
pengaruh globalisasi. Materi yang diajarkan diambil dari buku Nugrohono
Agung (2008: 95), berikut ringkasan dari materi pengaruh globalisasi.
merupakan proses mendunia atau menuju satu dunia. Peristiwa yang
terjadi di dunia dapat kita saksikan secara langsung tanpa harus
mendatanginya. Tempat yang jauh dapat kita datangi dalam waktu yang
cepat. Kebutuhan hidup yang kita butuhkan dapat kita lakukan dan penuhi
dengan mudah, hal tersebut karena pegaruh dari globalisasi. Berikut ini
merupakan materi yang akan diajarkan untuk peserta didik:
a) Pengaruh kemajuan teknologi transportasi bagi kehidupan manusia
sangat besar. Kemajuan ini membuat kita mudah untuk bepergian dan
juga mempermudah pengangkutan barang-barang dari satu ke daerah
lain. Jarak yang terlihat jauh dengan kemajuan teknologi dapat
ditempuh dengan waktu yang cepat dan tidak memerlukan waktu yang
lama. Berbagai alat trasportasi yang mempercepat dalam bepergian
diantaranya pesawat, kereta, mobil dan motor.
b) Pengaruh kemajuan teknologi komunikasi adalah cepatnya penyebaran
informasi dari berbagai daerah. Adanya berbagai alat komunikasi
modern membuat semua orang terasa semakin dekat. Artinya dapat
dengan cepat dan mudah saling berhubungan dan bertukar kabar.
Berbagai alat komunikasi modern diantaranya HP, internet, e-mail dan
surat.
c) Dampak Globalisasi
1. Dampak positif, yaitu pengaruh bagi kehidupan manusia, misalnya
mempermudah manusia memenuhi kebutuhan hidup transportasi
singkat. Segala dampak globalisasi dapat berpengaruh baik dan
bermanfaat akibat adanya perkembangan teknologi yang sudah
mendunia.
2. Dampak negatif, yaitu pengaruh buruk yang merugikan kehidupan
manusia. Misalnya, malas belajar dan bekerja karena asik
menonton televisi, cara berpakaian yang kurang sopan, gaya hidup
yang berlebihan, dan sebagainya. Hal tersebut termasuk dalam
perkembangan globalisasi namun semua itu harus dihindari agar
tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginka.
3. Dampak bagi karakter siswa sekolah dasar yaitu siswa mempunyai
pengetahuan yang luas mengenai informasi yang berkembang di
masa sekarang, contohnya teknologi seperti HP, komputer, internet.
Maka dari itu, sebagai pendidik harus bisa memberikan contoh dan
pengetahuan yang baik supaya siswa tidak terjerumus ke dampak
yang negatif.
2.1.5.2 Indikator Kesadaran Akan Nilai Globalisasi
Kesadaran memiliki lima indikator yang dapat dipergunakan
sebagai salah satu cara untuk melihat kesadaran seseorang akan suatu nilai.
Lima indikator tersebuat ialah:
1. Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.
2. Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk
3. Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi
terwujudnya nilai yang akan dituju.
4. Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan.
5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang
menajdi tujuan.
2.1.6 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 2.1.6.1Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Fathurrohman dan Wuryandami (2011:1-7) mengatakan bahwa
Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang
memfokuskan pada pembentukan diri dari segi agama, sosio-kultural,
bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas,
terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD
1945. PKn tidak sekedar memahami materi namun juga memahami
keadaan yang ada di masyarakat. Keberagaman dalam masyarakat
dipelajari untuk membentuk jati diri menjadi utuh.
Menurut Wahab (1995: 11) PKn diartikan sebagai mata pelajaran
yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan
nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.
Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di
lingkungan masyarakat. Peserta didik diharapkan dapat menjadi individu
Dari kedua pendapat diatas, PKn dapat disimpulkan sebagai sarana
untuk belajar mengenai moral dan nilai luhur budaya Indonesia yang
berasaskan Pancasila dan UUD 1945.
2.1.6.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Secara umum tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah
membawa peserta didik untuk menjadi ilmuan dan professional yang
memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan
berkeadaban; dan menjadi warganegara yang memiliki daya saing;
berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang
damai berdasarkan sistem nilai pancasila (Wiharyanto, 2007).
Wahab (2011:315) mengemukakan bahwa dalam sistem
pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan saat ini, tujuan
PKn mengacu pada standar isi mata pelajaran PKn. Mata pelajaran
PKn bertujuan agar peserta didik :
a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu
kewarganegaraan.
b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak
secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara, serta anti-korupsi.
c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri
berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat
d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia
secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan
teknologi informasi dan komunikasi.
2.1.6.3PKn Sebagai Pendidikan Nilai
Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan
sebuah mata pelajaran yang tidak akan terlepas dari siswa. Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) selalu ada sejak siswa duduk di bangku Sekolah
Dasar, bahkan hingga di perguruan tinggi pun PKn akan selalu kita
temukan. Menurut Amin (2008) menyatakan bahwa Pendidikan
Kewarganegaraan yaitu usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa
datang menjadi patriot pembela bangsa dan negara. Patriot pembela bangsa
dan negara ialah pemimpin yang mempunyai kecintaan, kesetiaan, serta
keberanian untuk membela bangsa dan tanah air melalui bidang profesinya
masing-masing.
Sementara menurut Chamim (2004), Pendidikan Kewarganegaraan
bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental,
nilai-nilai dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi sehingga terwujud
masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas
bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis.
Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimasa sekarang ini
memiliki beberapa misi, diantaranya yaitu: (1) PKn sebagai pendidikan
nasionalisme, (4) PKn sebagai pendidikan hukum, (5) PKn sebagai
pendidikan multukultural, (6) PKn sebagai pendidikan resolusi konflik.
PKn sebagai pendidikan politik disini berarti bahwa program pendidikan
PKn memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar
mereka mampu hidup sebagai warga Negara yang memiki pengetahuan
yang luas.
Kesadaran akan nilai adalah suatu kesadaran akan nilai itu sendiri
yang terkandung dalam materi yang diajarkan, sehingga kesadaran akan
norma juga akan mengarah ke nilai tersebut. Kesadaran akan sikap yang
sesuai dengan nilai, maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai.
Norma- norma yang terkait dengan aturan yang ada, peserta didik haruslah
mematuhi dan menaatinya sehingga dengan nilai dan norma yang baik
akan membawa sikap baik bagi peserta didik.
PKn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui
pembelajaran PKn diharapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, moral
dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa.
Melalui PKn pula diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai
kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan
rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. Sedangkan PKn sebagai
pendidikan hukum berarti bahwa PKn memberikan pengarahan bagi siswa
supaya siswa mempunyai kesadaran hukum yang tinggi. PKn sebagai
pendidikan multikultural berarti bahwa PKn dihrapkan mampu
hidup di lingkungan multikultural. Terakhir yaitu PKn sebagai pendidikan
resolusi dimana PKn membina siswa untuk mampu menyelesaikan konflik
dengan cara yang tepat.
Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk
menghasilkan siswa yang demokratis dimana siswa dapat berkembang
menjadi pribadi yang cerdas, dan memanfaatkan kecerdasannya sebagai
warga negara untuk kemajuan bagi dirinya dan lingkungannya. Melalui
Pendidikan Kewarganegaraan, siswa juga diharapkan mampu untuk
memahami, menganalisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh
masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional
seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.
Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan
mampu mengembangkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab
dalam diri siswa. Sikap tersebut diharapkan disertai dengan
perilaku-perilaku yang sesuai yaitu: (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa, (b) berbudi pekerti
luhur, disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (c) rasional,
dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (d)
bersifat professional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara, (e) aktif
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk
kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara
Menurut Mulyana (2004) pendidikan nilai dimaknai sebagai: (a)
terhadap siswa, agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta
penempatanya secara integral dalam keseluruhan hidupnya, (c) pengajaran
atau bimbingan kepada siswa agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan
dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan
pembiasaan bertindak yang konsisten. Djahiri (1996) menyatakan bahwa: “nilai adalah sesuatu yang berharga baik menurut standar logika
(benar/salah), estetika (bagus/buruk), etika (adil/layak/tidak adil), agama
(dosa dan haram/halal), dan hokum (sah/absah), serta menjadi acuan
dan/atau sistem keyakinan diri maupun kehidupan.
Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai dimaknai sebagai
model pendidikan yang berlandaskan pada nilai (nilai agama, sosial,
budaya, pendidikan, dan nilai kebangsaan atau nasionalisme). Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis nilai ditujukan kepada pembinaan kepribadian
utuh, matang dan produktif dalam diri siswa. Selain itu Pendidikan
Kewarganegaraan berbasis nilai juga diharapkan menghasilkan sikap yang
mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan atau yang tercermin dalam diri
siswa dengan cara membimbing perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai
tersebut.
Nilai yang dimaksud dalam Pendidikan Kewarganegaraan berbasis
nilai yaitu meyakinkan siswa bertindak atas dasar pilihannya sendiri (tanpa
pengaruh orang lain). Nilai juga dijadikan patokan normatif yang dapat
tindakan alternatif. Terakhir, nilai diharapkan dapat meningkatkan nilai
kebangsaan dan cinta tanah air.
Pendidikan nilai merupakan sebuah proses dalam upaya membantu
siswa dalam mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis,
sehingga siswa dimungkinkan untuk meningkatkan atau memperbaiki
kualitas berpikir serta perasaannya. Menurut Somantri (2001)
mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai lewat the great ought-nya, yaitu dengan menanamkan konsep dan sistem nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga
negara yang baik.
Pendidikan berbasis nilai mencakup keseluruhan aspek sebagai
alternatif pengajaran pada siswa. Tujuannya yaitu supaya siswa menyadari
nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan melalui proses pertimbangan
nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Materi PKn
yang ada di Sekolah Dasar merupakan upaya yang diperlukan siswa dalam
menghadapi tantangan globalisasi yang sedang terjadi saat ini maupun
yang akan datang. Melalui pendidikan nilai, diharapkan siswa mampu
meningkatkan kesadaran akan nilai yang dapat digunakannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Model pembelajaran berbasis nilai memiliki tujuan untuk menjadi
acuan atau petunjuk yang terpola bagi guru dalam membina siswanya.
Siswa diharapkan dapat memiliki tatanan nilai melalui pendekatan
Siswa juga diharapkan mampu memaknai nilai yang ada sehingga siswa
dapat beraktivitas menggunakan proses nilai dan membantu siswa
menerapkan proses nilai.
2.1.6.4Ruang Lingkup PKn
Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn pada
kelas IV semester 2 yang sesuai untuk materi globalisasi adalah sebagai
berikut.
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar
4.Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya
4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya
4.2 Mengidentifikasi jenis budaya indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional
4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya
Diambil dari Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:119)
2.2 Hasil Penelitian yang Relevan
Agustina (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan
compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas
IIIA SD Kanisius Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011. Jenis