• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI KELAS IV SD NEGERI SARIKARYA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI KELAS IV SD NEGERI SARIKARYA SKRIPSI Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan"

Copied!
206
0
0

Teks penuh

(1)

REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK

MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI KELAS IV SD NEGERI SARIKARYA

SKRIPSI

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh :

Endah Gati Ruming Rahayu

101134029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI

GLOBALISASI KELAS IV SD NEGERI SARIKARYA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Endah Gati Ruming Rahayu

NIM : 101134029

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

Karya tulis ini saya persembahkan kepada:

1.Tuhan Yesus Kristus.

2.Kedua orang tuaku tersayang yaitu Bambang Suryo Kawoco S.Pd dan Ibu Titik Baryati.

3.Adik-adikku tersayang yaitu Stefanie Sihrumanti dan Magdalena Dyah Ayu Kristiani.

4.Kekasihku yaitu Benediktus Damaidi Indra Irawan. 5.Sahabat-sahabat tercinta.

(6)

v

“Hari ini bukan hari untuk menyerah tetapi hari ini adalah hari untuk tetap semangat mencapai semua cita-cita”.

(Mario Teguh)

Serahkanlah segala kekuatiranmu kepada-Nya, sebab Ia yang memelihara kamu.

(7)
(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN UNTUK PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama: Endah Gati Ruming Rahayu Nomor Mahasiswa: 101134029

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI KELAS IV SD

NEGERI SARIKARYA 2013/2014

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan

Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam

bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya

maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama

saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 24 Juli 2014 Yang menyatakan,

(9)

viii

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PARADIGMA PEDAGOGI REFLEKTIF PADA MATA PELAJARAN PKN UNTUK

MENINGKATKAN KESADARAN SISWA AKAN NILAI GLOBALISASI KELAS IV SD NEGERI SARIKARYA Studi kasus: Mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Angkatan 2010,Jurusan Ilmu Pendidikan,Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Endah Gati Ruming Rahayu Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini didorong oleh pengalaman bahwa siswa dilapangan yang kurang memahami materi PKn sehingga siswa kurang menyadari nilai yang bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari hal tersebut diduga karena adanya model pembelajaran yang kurang mendukung pemahaman siswa. Tujuan penelitian ini adalah 1) mengetahui pelaksanaan dan peningkatan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai globalisasi kelas IV SD Negeri Sarikarya tahun ajaran 2013/2014, 2) meningkatkan kesadaran siswa akan nilai globalisasi melalui pelaksanaan pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn bagi siswa kelas IV SD Negeri Sarikarya tahun ajaran 2013/2014.

Penelitian ini dilakukan menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK) yang dilakukan sebanyak 2 siklus. Masing-masing siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Penelitian ini terdiri dari tahap perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Peneliti menggunakan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif. Model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif mendukung proses belajar yang melatih siswa untuk belajar dari pengalaman sehingga mudah memahami materi. Teknik pengumpulan data menggunakan skala sikap kesadaran siswa akan nilai globalisasi.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal 63,56% atau 18 siswa yang sadar akan nilai globalisasi dari 28 jumlah siswa. Kemudian pada siklus I menunjukkan peningkatan sebanyak 83,68% atau 23 siswa yang sadar akan nilai globalisasi dari 28 jumlah siswa. Pada siklus 2 menunjukkan peningkatan pada 96,37% atau 27 siswa yang sadar akan nilai globalisasi dari 28 jumlah siswa. Maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran paradigma pedagogi reflektif pada mata pelajaran PKn kelas IV SD Negeri Sarikarya dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai globalisasi.

(10)

ix

APPLICATION OF REFLECTIVE PEDAGOGICAL PARADIGM LEARNING MODEL ON CIVICS LESSON FOR STUDENTS RAISE

AWARENESS WILL GLOBALIZATION VALUE SARIKARYA ELEMENTARY SCHOOL FOURTH GRADE

Thesis: Student of Elementary School Education Teacher 2010, Science Education Majors, Faculty Teacher and Science Education Of Sanata

Dharma University

Endah Gati Ruming Rahayu Sanata Dharma University

2014

Model of reflective learning paradigm support learning pedagogy that trains students to learn from the experience so it's easy to understand the material. Data collection techniques using the attitude scale student awareness of the value of globalization. The purpose of this study is 1) knowing process pedagogical paradigm reflective learning model in Civics subject to increase students' awareness of the value of globalization sarikarya Elementary School fourth grade school year 2013/2014, 2) increase awareness of the value of globalization through the implementation of learning paradigms reflective pedagogy in the eye Civics lesson for fourth grade public school students sarikarya academic year 2013/2014. This research was conducted using action research (CAR) conducted by 2 cycles. Each cycle consists of 2 meetings. The study consisted of planning, action, observation, and reflection.

This research is driven by the experience of students in the field who do not understand the material Civics so that students are less aware of the value that is useful in everyday life it is suspected because of the learning models that are less supportive of student understanding. Researchers using the model of pedagogy reflective learning paradigm.

Based on the results obtained there are 63,56% or 18 students of 28 students. And then in siclus 2 there are 83, 68% or 23 strudents of 28 students. Finally there are 96,37% or 27 students of 28 students. It can be concluded that the application of the dining learning model paradigm reflective pedagogy in Civics subject Sarikarya State fourth grade students will be able to increase awareness of the value of globalization.

(11)

x

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan segala berkat, rahmat dan kasih karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Pedagogi Reflektif Pada Mata Pelajaran PKn Untuk Meningkatkan Kesadaran Siswa Akan Nilai Globalisasi Kelas IV SD Negeri Sarikarya”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universtas Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah memberi

bantuan, bimbingan serta masukan saran dan kritik. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih

kepada:

1.Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.Drs. Paulus Wahana, M.Hum., selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan pengetahuan, dorongan, semangat serta masukan yang menginspirasi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

3.Elisabeth Desiana Mayasari S.Psi., M.A. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan motivasi, dukungan, dan meluangkan waktu, tenaga serta pikiran untuk membimbing peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

4.Sekretariat PGSD yang telah membantu proses perijinan hingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

5.Bapak Joko Supriyanta, selaku Kepala Sekolah SD Negeri Sarikarya yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian tindakan di kelas IV.

(12)

xi

bermanfaat bagi penulis.

7.Siswa-siswi kelas IV SD Negeri Sarikarya yang telah membantu penulis sehingga penelitian dapat berjalan dengan lancar.

8.Bapak Bambang Suryo Kawoco S.Pd, Ibu Titik Baryati, Adik-adikku Sihrumanti Dwi Praptiwi dan Dyah Ayu Kristiani terimakasih untuk perhatian, dukungan, motivasi, nasehat, kasih sayang, perhatian, serta doa untuk menyelesaikan skripsi.

9.Teman-teman PGSD tercinta kelas D angkatan 2010 terimaksih atas kebersamaannya selama menuntut ilmu.

10.Teman-teman payung SD Sarikarya (Verra, Winda, dan Sr. Alfonsa) atas kebersamannya dan dukungan dalam mengerjakan skripsi.

11.Terimakasih untuk seseorang (Damaidi Indra) yang selalu menyayangiku dan memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan masukan, saran, dan kritik yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Penulis

(13)

xiii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

1.5. Definisi Operasional ... 8

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kajian Pustaka ... 8

2.1.1 Paradigma Pedagogi Reflektif ... 8

2.1.1.1Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif... 9

2.1.1.2Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif ... 10

2.1.1.3Karakteristik Peradigma Pedagogi refektif ... 11

2.1.1.4Langkah Penerapan Paradigma Pedagogi Reflektif . 11

2.1.1.5Tujuan Peradigma Pedagogi refektif ... 14

2.1.1.6Ciri-ciri Peradigma Pedagogi refektif ... 16

(14)

xiv

2.1.2.1Pengertian Kesadaran ... 16

2.1.2.2Tujuan Kesadaran ... 18

2.1.2.3Klasifikasi Kesadaran ... 18

2.1.2.4Menumbuhkan Kesadaran Kritis ... 21

2.1.3 Nilai ... 23

2.1.3.1Pengertian Nilai... 23

2.1.3.2Macam-macam Nilai ... 23

2.1.4 Globalisasi ... 26

2.1.4.1Pengertian Globalisasi... 26

2.1.4.2Dampak Negatif Globalisasi ... 27

2.1.4.3Dampak Positif Globalisasi ... 27

2.1.5 Kesadaran Akan Nilai Globalisasi ... 28

2.1.5.1 Pengertian Kesadaran Akan Nilai Globalisasi ... 28

2.1.5.1Indikator Kesadaran Akan Nilai Globalisasi ... 30

2.1.6 Pendidikan kewarganegaraan ... 31

2.1.6.1Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan ... 31

2.1.6.2Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan... 32

2.1.6.3PKn Sebagai Pendidikan Nilai ... 33

2.1.6.4Ruang Lingkup PKn ... 38

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 38

2.3 Kerangka Berpikir ... 41

2.4 Hipotesis Tindakan ... 43

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 44

3.2 Setting Penelitian (tempat, subjek, dan objek peneltian) ... 46

(15)

xv

3.2.2 Rencana Setiap Siklus ... 49

3.3 Teknik Pengumpulan data ... 55

3.4 Indikator dan Pengukuran Keberhasilan ... 58

3.5 Instrumen Penelitian ... 60

3.6 Teknik Pengujian Instrumen ... 69

3.7 Teknik Analisis Data ... 71

3.8 Jadwal Penelitian... 80

3.9 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 55

3.9.1 Uji Validitas ... 81

3.9.2 Uji Reliabilitas ... 83

3.9.3 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 57

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 85

4.1.1 Paparan Kegiatan Siklus I ... 85

4.1.2 Hasil Penelitian Siklus I ... 90

4.1.3 Paparan Kegiatan Siklus II ... 92

4.1.4 Hasil Penelitian Siklus II ... 95

4.1.5 Kualitas Poses Pembelajaran... 96

4.2 Pembahasan ... 113

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 122

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 124

5.3 Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 126

(16)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 38

Tabel 2. Indikator Keberhasilan ... 59

Tabel 3. Pengembangan Indikator Skala Sikap Sebelum Validasi ... 62

Tabel 4. Lembar Skala Sikap Sebelum Validasi ... 51

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Skala Sikap ... 66

Tabel 6. Lembar Skala Sikap Setelah Validasi ... 67

Table 7. kisi-kisi Skala Sikap yang Akan Digunakan ... 69

Tabel 8. Variabel Penelitian dan Pengumpulan Data... 70

Tabel 9. Kriteria Perhitungan Skor ... 72

Tabel 10. Acuan PAP Tipe 1... 73

Tabel 11. Perhitungan Indikator 1 ... 73

Tabel 12. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 1 ... 73

Tabel 13. Perhitungan Indikator 2 ... 74

Tabel 14. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 2 ... 75

Tabel 15. Perhitungan Indikator 3 ... 76

Tabel 16. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 3 ... 76

Tabel 17. Perhitungan Indikator 4 ... 77

Tabel 18. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 4 ... 77

Tabel 19. Perhitungan Indikator 5 ... 78

Tabel 20. Batas Bawah Rentangan Skor Indikator 5 ... 79

Tabel 21. Jadwal Penelitian... 80

Tabel 22. Validitas Item Skala Sikap ... 82

Tabel 23. Koefisien Korelasi Reliabilitas ... 83

Tabel 24. Reabilitas Aspek Kesadaran ... 83

Tabel 25. Hasil Skala Sikap Indikator 1 Kondisi Awal ... 98

Tabel 26. Hasil Skala Sikap Indikator 1 Siklus 1... 99

Tabel 27. Hasil Skala Sikap Indikator 1 Sikluis 2 ... 100

(17)

xvii

Tabel 29. Hasil Skala Sikap Indikator 2 Siklus 1... 102

Tabel 30. Hasil Skala Sikap Indikator 2 Sikluis 2 ... 103

Tabel 31. Hasil Skala Sikap Indikator 3 Kondisi Awal ... 104

Tabel 32. Hasil Skala Sikap Indikator 3 Siklus 1... 105

Tabel 33. Hasil Skala Sikap Indikator 3 Sikluis 2 ... 106

Tabel 34. Hasil Skala Sikap Indikator 4 Kondisi Awal ... 107

Tabel 35. Hasil Skala Sikap Indikator 4 Siklus 1... 108

Tabel 36. Hasil Skala Sikap Indikator 4 Sikluis 2 ... 109

Tabel 37. Hasil Skala Sikap Indikator 5 Kondisi Awal ... 110

Tabel 38. Hasil Skala Sikap Indikator 5 Siklus 1... 111

Tabel 39. Hasil Skala Sikap Indikator 5 Sikluis 2 ... 112

Tabel. 40 Indikator Pencapaian ... 113

Tabel 41. Diagram Indikator 1 ... 118

Tabel 42. Diagram Indikator 2 ... 119

Tabel 43. Diagram Indikator 3 ... 120

Tabel 44. Diagram Indikator 4 ... 120

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Peta Konsep Pelaksanaan PPR ... 12

Gambar 2. Skema Penelitian yang Relevan ... 40

Gambar 3. Bagan Kerangka Berpikir ... 42

Gambar 4. Siklus PTK Menurut Hopkins ... 45

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Silabus Pembelajaran ... 129 Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 135 Lampiran 3. Kuesioner Sebelum diuji Validitas dan Setelah diuji

(20)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bagian pendahuluan terdapat empat hal yang akan diuraikan peneliti.

Enpat hal yang akan diuraikan dalam bagian pendahuluan adalah latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi

penelitian operasional.

1.1 Latar Belakang

Pendidikan kewarganegaraan (PKn) memiliki hakikat sebagai

pendidikan nilai. Dalam hal ini, PKn dapat membantu siswa untuk

mengembangkan kesadarannya akan nilai-nilai yang termuat dalam materi

yang akan dibahas. Pendidikan kewarganegaraan berbasis nilai, dimaknai

sebagai model pendidikan yang berdimensi nilai (nilai agama, nilai budaya,

nilai pendidikan, dan nilai kebangsaan nasionalisme), moral dan norma, yang

menjadikan seseorang mampu memperjelas dan menentukan sikap terhadap

kehidupan beriman dan berbudaya, pembentukan jati diri, warga negara

yang bertanggung jawab, dan menjadi totalitas suatu bangsa yang memiliki

rasa kebangsaan dan cinta tanah air sebagai manusia seutuhnya (Kusuma dan

Susantim, 2010).

Mata pelajaran PKn merupakan ilmu pengetahuan yang bertujuan

untuk membentuk diri berdasarkan ciri-ciri masyarakat Indonesia (BSE,

(21)

baik sesuai dengan aturan yang ada di masyarakat. Peserta didik belajar

memahami aturan nilai yang dianggap benar di masyarakat agar

menempatkan diri dengan baik.

PKn di Sekolah Dasar mengajarkan berbagai macam nilai kehidupan.

Salah satunya PKn mengajarkan mengenai nilai globalisasi. Globalisasi

merupakan suatu proses tatanan dunia tanpa dibatasi oleh suatu wilayah.

Globalisasi ditandai dengan adanya keterbukaan dan persaingan sumber daya

manusia yang memiliki sikap bela negara. Oleh karena itu warga negara perlu

dibekali kemampuan tersebut melalui Pendidikan Kewarganegaraan. Hal ini

berarti bahwa setiap warga negara perlu memahami dan menerapkan nilai

perjuangan nasional disamping ilmu pengetahuan, tegnologi, serta kesenian

demi kelangsungan perjuangan bangsa dalam mengisi kemerdekaan dan

penegakkan NKRI.

Pendidikan globalisasi di Sekolah Dasar memberikan ajaran untuk

bersikap sebagaimana mestinya untuk menghadapi berbagai macam pengaruh

globalisasi. Di dalam pendidikan globalisasi, memberikan ajakan kepada

siswa untuk memahami adanya pengaruh positif dan negatif dari globalisasi.

Pendidikan globalisasi diharapkan menjadi sarana belajar untuk siswa sebagai

warga negara Indonesia agar mampu memilih kebudayaan yang tidak

menyimpang dari budaya Indonesia. Hal tersebut dapat berpengaruh terhadap

kehidupan manusia. Seharusnya bangsa Indonesia yang berlandaskan

Pancasila tetap menjunjung tinggi adanya nilai-nilai yang terkandung dalam

(22)

Nilai yang nantinya akan diwujudkan siswa dalam kehidupan bermasyarakat

maupun bernegara.

Belajar merupakan suatu proses perubahan, yaitu perubahan tingkah

laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya (Slameto, 2010). Perubahan yang dilakukan oleh siswa

memerlukan proses yang dialami siswa. Siswa melakukan dan mempelajari

proses agar terlihat adanya perubahan. Proses pembelajaran tersebut perlu

adanya pengalaman yang dilakukan siswa.

Pembelajaran PKN sebagai pendidikan nilai adalah salah satu wahana

yang diharapkan siswa menyadari akan nilai yang terkait dalam

pembelajaran. Siswa seharusnya menyadari pentingnya nilai sehingga

tertarik untuk mewujudkan nilai nilai yang terkandung dalam mata pelajaran

PKN. Peserta didik harus mengetahui cara- cara dalam menghadapi masalah

yang ada di lingkungan sekitar. PKN termasuk salah satu mata pelajaran yang

penting, karena PKN di ajarkan di semua jenjang pendidikan.

Namun kenyataannya masih banyak terdapat proses pembelajaran

yang tidak mengoptimalkan pengalaman. Terkadang siswa tidak terlibat

langsung dalam proses pembelajaran. Siswa cenderung bosan dengan

kegiatan dikelas. Siswa juga cenderung malas untuk ikut serta dalam

pembelajaran dikarenakan tidak optimalnya proses pembelajaran dikelas.

Pembelajaran PKn di sekolah kebanyakan menggunakan metode

ceramah dan mengarah pada aspek kognitif serta bersifat memberikan

(23)

menyadari dengan nilai- nilai yang terkait dalam pembelajaran. Hal tersebut

terbukti di SD Negeri Sarikarya bahwa pada pembelajaran PKn kurang

disertai dengan penanaman nilai yang terkandung dalam materi yang

diajarkan. Pendidik belum mengikutsertakan pendidikan nilai yang termuat,

hanya sebatas konsep materi saja. Hal ini disebabkan karena pembelajaran

yang diberikan guru kurang menyenangkan sehingga siswa kurang memaknai

pembelajaran yang diberikan, serta tidak adanya tindakan dari hasil belajar

siswa.

Peran pendidikan belum bisa terlaksana dengan semestinya di SD

Negeri Sarikarya. Hal tersebut dikarenakan sebagian guru memandang tujuan

pendidikan hanya sebatas nilai akademik. Terbukti dari hasil wawancara

dengan guru yang hasil wawancaranya mengenai nilai siswa dibawah KKM

atau dibawah 7 berdasarkan buku penilaian dari guru. Hal ini terjadi karena

menurut guru banyak materi yang harus di ajarkan tetapi waktu yang

disediakan hanya sedikit. Guru juga melakukan proses pembelajaran dengan

ceramah. Sedangkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan siswa

belum ada pemahaman tentang materi yang diajarkan.

Pada saat peneliti melakukan observasi kegiatan belajar mengajar

(KBM) masih terdapat siswa yang berbincang dengan teman sebangku. Ada

juga siswa yang diam dan bermain-main rambut. Bahkan ada siswa yang

bernyanyi dan sambil berjoget dengan jalan-jalan. Saat guru menjelaskan

materi beberapa siswa juga berbicara dengan teman sebangkunya dan tidak

(24)

yang ada diperkirakan siswa kelas V yang telah memperoleh pembelajaran

globalisasi, ternyata masih kurang mampu dalam mengamalkan nilai

globalisasi yang terkait dalam pembelajaran, padahal pada waktu kelas IV

sudah mendapatkan pembelajaran tersebut.

Kesadaran siswa akan nilai globalisasi belum nampak. Hal tersebut

terbukti dari hasil wawancara yang banyaknya siswa masih belum paham

manfaat nilai dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran yang konvensional,

kurang menekankan manfaat nilai. Sehingga peserta didik tidak berusaha

berpikir untuk menemukan manfaat dari materi yang sudah dipelajari.

Peneliti menemukan solusi yang sesuai untuk memberikan semangat

dalam proses belajar mengajar yaitu Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR).

Pembelajaran Pedagogi Reflektif adalah metode yang mengacu pada

pola pertumbuh kembangan pribadi siswa menjadi kemanusiaan atau lebih

mengenal dan mendalamai nilai-nilai kemanusiaan. Menurut Subagya (2008:

41) menyebutkan tiga unsur utama dalam PPR adalah pengalaman, refleksi

dan aksi. Unsur yang belum disebutkan adalah konteks dan evaluasi.

Serangkaian tersebut tidak bisa dipisahkan, sehingga akan terjalin timbal

balik yang baik dalam kelancaran proses belajar mengajar di dalam kelas.

Model pembelajaran PPR adalah suatu pembelajaran yang

mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan

nilai-nilai kemanusiaan. Pembelajaran bidang studi disesuaikan dengan konteks

siswa, sedangkan pengembangan nilai-nilai kemanusiaan

(25)

pembelajaran ini harus di akhiri dengan adanya evaluasi. Evaluasi digunakan

guru untuk mengetahui peningkatan prestasi peserta didik. Semua langkah ini

diharapkan akan membuat siswa menjadi seseorang yang bertanggung jawab,

berkembang menjadi pribadi yang kompeten, berhati nurani yang peka dan

berbela rasa pada sesama dan lingkungannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif

pada mata pelajaran PKN untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai

globalisasi kelas IV SD Negeri Sarikarya?

2. Apakah pelaksanaan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada

mata pelajaran PKN dapat meningkatkan kesadaran siswa akan nilai

globalisasi kelas IV SD Negeri Sarikarya?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pelaksanaan pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif pada

mata pelajaran PKN untuk meningkatkan kesadaran siswa akan nilai

globalisasi kelas IV SD Negeri Sarikarya.

2. Meningkatkan dan mengetahui peningkatan kesadaran siswa akan nilai

globalisasi melalui pelaksanaan pembelajaran Paradigma Pedagogi

Reflektif pada mata pelajaran PKN bagi siswa kelas IV SD Negeri

(26)

1.4 Manfaat

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat

sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Mendapatkan pengalaman yang baru dalam belajar dengan menggunakan

model pembelajaran pedagogi reflektif.

2. Bagi guru

Memberikan wawasan mengenai Penelitian Tindakan Kelas dan

mmengetahui kekurangan dan kelebihan dalam melakukan kegiatan

pembelajaran, sehingga memilih metode pembelajaran yang sesuai untuk

dapat dimengerti siswa.

3. Bagi sekolah

Menambah sumber bacaan dan referensi yang ada di sekolah dan dapat

meningkatkan wawasan tentang pembelajaran Pedagogi Reflektif

4. Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman dalam menerapkan model PPR pada mata

pelajaran PKN serta menambah pengetahuan khususnya dalam menyusun

skripsi untuk menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma

(27)

1.5 Definisi Operasional

a. Kesadaran siswa akan nilai adalah kemampuan memahami akan berbagai

hal yang berkaitan dengan nilai, antara lain: menyadari akan adanya nilai

sebagai kualitas, sarana, sikap dan tindakan yang perlu dilakukan demi

terwujudnya nilai yang menjadi tujuannya.

b. Pembelajaran Paradigma Pedagogi Reflektif (PPR) adalah pembelajaran

yang mengintegrasikan pembelajaran bidang studi dengan pengembangan

nilai-nilai kemanusiaan.

c. PKN adalah sebagai wahana pendidikan nilai globalisasi yang termuat

pada Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) yang ada di

(28)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas kajian pustaka, penelitian yang terdahulu atau

relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka berisi teori-teori yang

berkaitan dengan paradigma pedagogi reflektif, kesadaran siswa, nilai terkait

dengan yang dipelajarinya, globalisasi, dan hakikat mata pelajaran PKn.

Penelitian yang terdahulu berkaitan dengan penelitian-penelitian tentang

kesadaran dan penelitian-penelitian yang menggunakan model pembelajaran

Pedagogi Reflektif (PPR).

2.1Kajian Pustaka

2.1.1 Paradigma Pedagogi Reflektif

2.1.1.1 Sejarah Paradigma Pedagogi Reflektif

Paradigma Pedagogi Reflektif dahulu berasal dari Paradigma

Pedagogi Ignatian. Sistem pendidikan ini dahulu digunakan di

sekolah-sekolah pendidikan Yesuit. Tujuan diadakannya PPR (Paradigma Pedagogi

Reflektif) adalah untuk mengadakan perubahan sodial yang perantaranya

melalui pendidikan. Adanya PPR diadakan untuk merubah keadaan sosial

dari yang buruk ke yang baik. Misalnya korupsi, kerusakan alam,

kekerasan, kreativitas, pluralisme, penalaran, dan kesejahteraan umum.

Ciri khas pendidikan Yesuit terletak pada kreativitas dan seni. Nilai utama

(29)

keadilan, persahabatan, kejujuran, keberanian, dan tanggungjawab (Tim

PPR SD Kanisius, 2010)

2.1.1.2Pengertian Paradigma Pedagogi Reflektif

PPR merupakan singkatan dari Paradigma Pedagodi Reflektif. Kata

lain yang biasa disebut adalah PPI (Paradigma Pedagogi Ignatian).

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia kata Paradigma adalah suatu

kerangka berpikir / model dari teori ilmu pengetahuan / perubahan model.

Dalam hal ini paradigma dimaksud sebagai model ataupun pendekatan

dalam belajar. Pedagogi adalah suatu cara pendidik untuk untuk

mendampingi para peserta didik dalam pertumbuhan dan

perkembangannya (Subagya, 2010:22). Sedangkan reflektif adalah

meninjau kembali pengalaman, topik, gagasan, reaksi, spontan maupun

yang direncanakan dari berbagai sudu pandang secara rasional dengan

tujuan agar semakin mampu memahami maknanya secara penuh (Tim PPR

SD Kanisius, 2009:7).

Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa

Paradigma Pedagodi Reflektif (PPR) merupakan suatu model

pembelajaran yang menekankan adanya refleksi untuk menemukan

nilai-nilai yang digunakan untuk menentukan sikap atau tindakan. Refleksi

tersebut merupakan pengambilan kepustusan dimana seseorang dapat

(30)

2.1.1.3Karakteristik PPR

a. Competence merupakan kemampuan seseorang dalam berpikir yang biasa disebut dengan kemampuan kognitif (Subagya, 2010). Contoh

konkrit yang siswa alami adalah kemampuan siswa dalam

menyelesaikan soal-soal. Soal-soal yang diselesaikan siswa

merupakan pemikiran yang berasal dari kemampuan berfikir siswa.

b. Conscience merupakan kemampuan afektif yang mengarah ke ketajaman hati atau kepekaan hati seseorang (Subagya: 2010).

Kemampuan afektif ini biasa dilakukan untuk menentukan pilihan

yang tepat dan dapat dipertanggungjawabkan secara moral. Misalnya,

ketelitian seseorang dalam mengerjakan soal.

c. Compassion merupakan kemampuan psikomotorik yang berupa tindakan atau tingkah laku yang konkret maupun batin disertai bela

rasa bagi sesama (Subagya, 2010). Kemampuan ini digunakan untuk

mengembangkan bakat yang dimiliki dan kemampuan seseorang

untuk menggunakannya demi sesama. Misalnya, kemauan untuk

bekerja sama, saling tolong menolong, dan mengajari teman yang

kesulitan dalam memahami pelajaran.

2.1.1.4Langkah-langkah Paradigma Pedagogi Reflektif

Berikut ini merupakan langkah-langkah PPR secara

(31)

Konteks

Gambar 1. Peta Konsep Pelaksanaan PPR

Berikut ini merupakan langkah-langkah Paradigma Pedagogi

Reflektif (PPR).

a. Konteks

Konteks merupakan kesiapan peserta didik dalam

melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM). Dalam hal ini

konteks dikatakan sebagai keadaan atau situasi yang sedang dialami

siswa dalam proses belajarnya. Misalnya keadaan soran peserta didik

yang sedang mengalami masalah dengan keluarganya. Faktor-faktor

yang mempengaruhi kesiapan peserta didik untuk belajar dapat Refleksi: Evaluasi perubahan pola pikir,

(32)

berpengaruh positif dan negatif bagi kesiapan belajarnya. Seorang

peserta didik yang mengalami permasalahan dalam keluarga (broken home) berbeda dengan peserta didik yang berasal dari keluarga yang harmonis. Selain dari keadaan batin peserta didik, situasi disekitar

juga harus mendukung proses belajar mengajar. Dengan situasi yang

tenang dan kondusif peserta didik dapat belajar dengan baik.

b. Pengalaman

Pengalaman berarti hal atau situasi yang pernah dialami

seseorang. Pengalaman berarti kegiatan yang dialami secara langsung

maupun tidak langsung. Langkah awal pengalaman yang dilakukan

yaitu melakukan pengamatan atau penyelidikan kemudian

menganalisis. Pengalaman merupakan penggabungan aspek kognitif,

afektif, dan psikomotorik. Perkembangan proses belajar peserta didik

didukung oleh ketiga aspek tersebut.

c. Refleksi

Refleksi merupakan tahap yang merupakan kekhasan dari

PPR. Kegiatan refleksi dilakukan berdasarkan pengalaman yang

dilakukan peserta didik. Kegiatan yang sudah dilakukan peserta didik

diharapkan dapat mengingat kembali hal yang sudah diperoleh. Peerta

didik menemukan makna dari pengalaman yang sudah dilakukan.

Pendidik atau guru hanya mendampingi peserta didk dalam

menghubungkan materi, kenyataan, konteks, dan pengalaman. Jadi

(33)

Misalnya dalam kegiatan mengamati alat transportasi, peserta dapat

menemukan dampak penggunaan alat transportasi yang merugikan

masyarakat.

d. Aksi

Aksi merupakan niat ataupun tekat yang dimiliki peserta

didik setelah merefleksikan diri. Aksi merupakan perwujudan ataupun

tindak lanjut dari refleksi. Refleksi yang hanya sekedar dipahami tidak

menghasilkan apa-apa. Refleksi yang nyata diterapkan dalam aksi.

Aksi bisa dilaksanakan brrupa sikap dan tindakan. Misalnya, “Saya

mengendarai sepeda dengan tidak main ngebut-ngebutan”. Hal

tersebut bisa dibuktikan dengan adanya tindakan.

e. Evaluasi

Evaluasi merupakan kegiatan untuk melihat sejauh mana

tujuan belajar tercapai. Jika tujuan pembelajaran tercapai berarti

peserta didik dapat memahami apa yang sudah dipelajari. Evaluasi

menilai bukan sekedar kognitif saja, namun juga mengukur bakat, dan

tingkat perkembangan pribadi siswa.

2.1.1.5Tujuan Paradigma Pedagogi Reflektif

Berikut ini merupakan tujuan adanya PPR bagi pendidik dan

peserta didik (Tim PPR SD Kanisius, 2010: 3).

a. Tujuan PPR bagi pendidik:

(34)

2) Semakin bersedia mendampingi perkembangan peserta didik

3) Semakin lebih baik dalam meniapkan materi ajar

4) Memperhatikan kaitan perkembangan intelektual dan moral

5) Mengadaptasi materi dan metode ajar demi tujuan pendidikan

6) Mengembangkan daya reflektif terkait dengan pengalamn sebagai

pendidik, pengajar, dan pendamping.

b. Tujuan PPR bagi peserta didik:

1) Membantu peserta didik menjadi manusia yang berguna bagi

sesama

2) Menjadi manusia yang utuh

3) Menjadi manusia yang berkompeten, terbuka untuk perkembangan,

dan religius

4) Menjadi manusia yang mengasihi sesama

5) Menjadi manusia yang memiliki tanggungjawab dan prinsip untuk

menciptakan keadilan bagi sesama

Tujuan PPR secara keseluruhan adalah penggabungan antara

pengetahuan dan sikap yang diperoleh peserta didik agar mampu melihat

hubungan keduanya. Setelah mengetahui hubungan tersebut, peserta didik

diharapkan mampu untuk bertindak berdasarkan pengetahuan dan sikap

(35)

2.1.1.6Ciri-ciri Paradigma Pedagogi Reflektif

PPR memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Subagya, 2010: 68).

a. PPR dapat diterapkan dalam semua kurikulum. PPR tidak menuntut

tambahan apapun dalam rancangan kurikulum yang telah ditentukan

oleh pemerintah, selain pendekatan dan cara belajar.

b. PPR menjamin para pengajar untuk mengajar lebih baik. PPR

memungkinkan pendidik untuk memperkaya materi materi dan susuna

proses pembelajaran, sehingga dapat mendorong inisiatif peserta

didik. PPR juga membantu pendidik untuk memotivasi peserta didik

dengan menghubungkan materi ajar dengan pengalaman sehari-hari

mereka.

c. PPR fundamental digunakan untuk proses belajar mengajar. Jika PPR

dilakukan secara konsisten, maka dapat membantu peserta didik

menemukan hubungan dalam seluruh proses pembelajaran.

d. PPR mengajarkan hal yang bersifat sosial. Alaman Proses

pembelajaran menggunakan PPR mendorong kerjasama dan berbagi

pengalaman serta dialog reflektif antar peserta didik. Hal tersebut

mendorong interaksi bagi orang lain.

2.1.2 Kesadaran

2.1.2.1 Pengertian Kesadaran

Kesadaran adalah keadaan sadar akan perbuatan. Sadar artinya

(36)

Refleksi merupakan bentuk adanya seseorang memiliki kesadaran.

Refleksi memberikan keadaan dimana seseorang dapat memahami situasi

dan kondisi dalam keadaan tertentu di lingkungan. Kesadaran merupakan

unsur dalam manusia untuk memehami realitas dan bagaimana cara

bertindak dan menyikapi terhadap realitas (Suhatman, 2009:27).

Menurut Widjaja (1984:14) mengatakan bahwa kesadaran

merupakan sikap/perilaku mengetahui atau mengerti taat dan patuh pada

adat istiadat dan kebiasaan yang hidup dalam masyarakat. Kesadaran

tumbuh dari dalam diri seseorang untuk melakukan tindakan yang baik.

Tindakan tersebut bukan hanya berguna bagi dirinya sendiri namun juge

berguna bagi banyak orang.

Menurut Piaget (dalam Adisusilo, 2012:39), kesadaran seseorang

dimulai dengan: 1) kesadaran diri akan pentingnya tanggung jawab baik

faktor dari luar atau faktor dari dalam; 2) heteronom, yaitu ekspresi

perasaan seseorang yang dimulai dengan menampilkan jati dirinya; 3)

realisme moral, kesadaran diri seseorang akan sesuatu karena menyadari

adanya nilai-nilai, norma yang harus dipertimbangkan dalam mengambil

keputusan atau sikap tertentu; 4) otonom, yaitu ungkapan kemandirian

seseorang yang hanya peduli pada nilai-nilai universal sebagai

pertimbangan dalam bertingkah laku.

Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kesadaran

merupakan kondisi dimana seseorang mampu mengetahui dan menyadari

(37)

dirinya dan mengetahui kekurangan dan kelebihan dalam dirinya maka

seseorang tersebut telah memiliki kesadaran dalam dirinya.

2.1.2.2Tujuan Kesadaran

Given (2012:213-214) menjelaskan bahwa tujuan dari kesadaran

adalah agar dapat mengambil tindakan atau suatu keputusan yang dipilih

melalui cara yang selektif dan berani menentukan arah tujuan dengan

mempertimbangkan sisi positif dan negatif. Kesadaran memiliki tujuan

untuk mempertimbangkan suatu tindakan atau keputusan yang akan

diambil dari sisi positif maupun negatifnya sehingga dari pertimbangan

tersebut seseorang dapat mengarah pada tujuan yang telah ditentukan.

2.1.2.3Klasifikasi Kesadaran

Fakih mengungkapkan bahwa Freire (dalam Yunus, 2004: 49-50)

selalu berusaha mengarahkan pendidikan sebagai usaha untuk

menghumanisasi diri dan sesama, yaitu melalui tindakan sadar untuk

mengubah dunia. Dalam rangka pemanusiaan dan pembebasan itulah,

Freire melihat penyadaran (conscientizacao) sebagai inti pendidikan.

Freire sendiri menganalogikan kesadaran manusia menjadi kesadaran

magis, naïf, dan kritis. Berikut merupakan penjabaran dari ketiga analogi

(38)

1. Kesadaran Magis (magical consciousness)

Kesadaran magis adalah kesadaran masyarakat yang tidak

mampu melihat kaitan antara satu faktor dengan faktor lainnya.

Kesadaran magis lebih melihat faktor dari luar manusia (natural

maupun supranatural) sebagai penyebab dari ketidaberdayaannya.

Proses pendidikan yang menggunakan logika ini tidak memberikan

kemampuan analisis yang berkaitan antara sistem dan struktur

terhadap suatu permasalahan masyarakat. Siswa dalam hal ini menerima “keberanian” dari guru, tanpa ada mekanisme untuk

memahami “makna” ideologi dari setiap konsepsi ataas kehidupan

masyarakat.

2. Kesadaran naif (naival consciousness)

Kesadaran naïf adalah kesadaran yang menitik beratkan pada

aspek manusia menjadi akar permasalahan dalam masyarakat.

Kesadaran ini menganggap bahwa masalah etika, kreatifitas, need for

achievement sebagai penentu perubahan sosial. Pendidikan dalam konteks ini tidak mempertanyakan sistem dan struktur, bahkan sistem

dan struktur yang ada dianggap sdah baik dan benar yang merupakan

faktor given, oleh sebab itu tidak perlu dipertanyakan lagi. Tugas pendidikan adalah bagaimana membuat dan mengarahkan agar siswa

dapat masuk dan beradaptasi dengan sistem yang sudah benar

(39)

3. Kesadaran kritis (critical consciousness)

Kesadaran kritis yang merupakan kesadaran terpenting bagi

Freire, kesadaran ini lebih melihat aspek sistem dan struktur sebagai

sumber masalah. Pendekatan stuktural menghindari blaming the victims dan lebih menganalisis secara kritis struktur dan sistem sosial, politik, ekonomi, budaya, dan implikasi pada masyarakat. Paradigm

kritis dalam pendidikan, yaitu agar siswa mampu mengidentifikasi

ketidakadilan dalam sistem dan struktur yang ada, kemudian mampu

menganalisis bagaimana sistem struktur itu bekerja, serta bagaimana

mentransformasikannya. Tugas pendidikan dalam paradigma kritis

adalah menciptakan ruang dan kesempatan agar sisa terlibat dalam

proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan lebih

baik.Analogi yang diungkapkan oleh Freire (dalam Yunus, 2004: 51)

diatas dapat membeikan gambaran tentang tindakan manusia yang

trgantung pada pemahaman mereka tentang kenyataan. Setiap

tindakan pemahaman mnentukan setiap setiap tindakan tanggapan.

Jika manusia mempunyai kesadaran magis, mereka akan

bertindak secara magis dan gagal untuk keluar dari penindasan. Jika

pemahaman mereka naïf, tindakan-tindakan mereka dapat dengan

mudah direduksi menjadi irasional. Jika pemahaman mereka atas

kenyataan adalah pemahaman kritis maka tanggapan mereka dapat

menjadi transitif, yaitu kombinasi dari refleksi dan tindakan dalam

(40)

2.1.2.4Menumbuhkan Kesadaran Kritis

Kesadaran kritis amat penting bagi manusia, oleh sebab itu sejak

dini seseorang harus ditumbuhkan. Menumbuhkan kesadaran kritis dapat

dilakukan dalam pendidikan. Berikut ini merupakan hal-hal yang perlu

diperhatikan guru dalam menumbuhkan kesadaran krtitis (Suhatman,

2009: 67).

1. Proses pembelajaran yang dilakukan guru harus berpusat pada siswa.

2. Guru berperan sebagai pembimbing bagi siswa. Guru memfasilitasi

siswa dalam proses pembelajaran sehingga siswa dapat mengalami

dan menyukai materi yang sedang diajarkan.

3. Guru harus mampu mengembangkan metode dialogis dalam diskusi,

memberikan kesempatan bagi siswa untuk dapat berpikir secara kritis

dan mengendapkan pengetahuan, serta memberikan kesempatan pada

siswa untuk bertanya, berdebat, bereksplorasi untuk menumbuhkan

pemahaman yang baru.

4. Dalam proses pembelajarannya guru harus mampu membuat suasana

pembelajaran menjadi semenarik mungkin. Hal ini berguna agar siswa

menjadi senang dan termotivasi untuk belajar semakin giat, sehingga

otak terangsang untuk dapat menerima pengetahuan/ pemahaman baru

lebih cepat.

5. Perencanaan yang baik dan media yang mampu membantu siswa

mengalami proses pembelajaran akan dapat membuat siswa

(41)

6. Guru harus berani mengubah paradigma berpikirnya, yaitu menjauh

diri dari ketakutan maupun keeganan untuk mengubah cara

mengajarnya dari yang tidak selektif menjadi lebih selektif dan

terbuka akan perubahan.

7. Kesadaran kritis akan terbentuk jika siswa merasa bebas dalam

berpikir, berpendapat, dan mengekspresikan diri dalam suasama

belajar yang terbuka, tidak banyak aturan-aturan yang membelenggu,

multi nilai, multi kebenaran,dan diperbolehkan untuk salah, serta

menerapkan metode ilmiah.

8. Kesadaran kritis akan membentuk pola pemahaman tentang suatu

konsep yang kuat tidak hanya sekedar menghafal, mampu untuk

mencerna pengetahuan secara mendalam, dan memiliki cara berpikir

yang kritis dalam menghadapi permasalahan di lingkungan sekitar.

Berdasarkan delapan kriteria tersebut dapat disimpulkan bahwa

untuk menumbuhkan kesadaran kritis guru harus membuat suasana

pembelajaran menjadi semenarik mungkin, menggunakan media-media

pengajaran yang memadai, dan metode yang sesuai serta membebaskan

siswa untuk mengeksplorasi lebih mendalam tentang materi yang sedang

(42)

2.1.3 Nilai

2.1.3.1 Pengertian Nilai

Menurut Scheler (dalam Wahana 2004: 51) nilai merupakan suatu

kualitas yang tidak tergantung pada pembawanya, merupakan kualitas

apriori (yang telah dapat dirasakan manusia tanpa melalui pengalaman

indrawi terlebih dahulu). Nilai merupakan kualitas yang tidak tergantung,

dan tidak berubah seiring perubahan barang.

Syahrial (2009: 33) mengatakan bahwa nilai adalah sesuatu yang

berharga, berguna, indah, memperkaya batin, dan menyadarkan manusia

akan harkat dan martabatnya. Nilai bersumber pada budi yang berfungsi

mendorong dan mengarahkan sikap dan perilaku manusia. Nilai

berpengaruh banyak bagi masyarakat.

Dari pendapat beberapa ahli disimpulkan bahwa nilai adalah suatu

tindakan berharga yang terdapat dalam diri manusia untuk melakukan

hal-hal yang tidak menyimpang dari aturan-aturan atau norma yang berlaku di

masyarakat. Nilai ada karena manusia yang membuat. nilai dipandang

sebagai tolok ukur masyarakat untuk melakukan sesuatu.

2.1.3.2Macam-macam Nilai

Nilai dibedakan atas 3 macam yaitu nilai positif dan nilai negatif,

nilai baik dan nilai jahat, serta nilai pribadi dan nilai barang. Berikut ini

merupakan penjabaran tentang macam-macam nilai (Wahana, 2004:

(43)

1. Nilai positif dan nilai negatif

Semua nilai seperti etika dan estetika berada dalam dua

kelompok yaitu yang positif dan yang negatif. Nilai positif merupakan

suatu yang harus ada dan terwujud dalam realitas kehidupan, suatu

ada sebagai yang secara positif harus ada dan harus terwujud realitas

kehidupan adalah benar. Segala ketiadaan dari yang harus tidak ada

dan tidak terwujud dalam realitas kehidupan adalah benar.

Nilai negatif adalah suatu yang harusnya tidak ada dan tidak

terwujud dalam realitas kehidupan, suatu ada sebagai yang harus tidak

ada dan harus tidak terwujud dalam realitas kehidupan adalah salah.

Segala ketiadaan dari yang harus ada dan harus terwujud dalam

realitas kehidupan adalah salah.

2. Nilai baik dan Nilai Jahat

Nilai kebaikan adalah nilai yang tampak pada tindakan

mewujudkan nilai yang tertinggi. Nilai baik adalah nilai yang

melekatpada tindakan mewujudkan nilai positif.

Nilai kejahatan adalah nilai yang tampak pada tindakan

mewujudkan nilai yang terendah. Nilai jahat adalah nilai yang melekat

pada tindakan yang mewujudkan suatu nilai negatif, yang melekat

pada tindakan mewujudkan nilai dalam tingkatan yang lebih rendah

(44)

3. Nilai Pribadi dan nilai Barang

Hanya pribadi yang dapat dinilai secara moral baik atau jahat,

sedangkan barang lain thaya dapat menjadi baik atau jahat sejauh

mengacu pada pribadi. Seluruh milik pribadi yang sesuai dengan

aturan serta dapat mempengaruhi kebaikan pribadi disebut keutamaan,

sedangkan yang dapat mempengaruhi kejahatan pribadi disebut sifat

jahat.seorang pribadi tidak pernah hanya dapat dinilai dan

diperlakukan sebagai yang menyenagkan atau berguna; nilai-nilai ini

(kesenangan dan kegunaan) secara hakiki merupakan nilai barang dan

nilai kejadian. Sebaliknya, tidak ada barang dan kejadian ang dinilai

sebagai baik atau jahat secara moral.

Nilai etis adalah nilai yang pembawanya tidak pernah sebagai

objek, sebab secara hakiki berada dalam dunia pribadi. Nilai pribadi

berkaitan dengan pribadi sendiri tanpa perantara apapun. Terdapat dua

jenis nilai yang dimiliki dan melekat pada pribadi manusia, yaitu nilai

pribadi itu sendiri dan nilai keutamaan.

Nilai estetik pada dasarnya adalah nilai objek (nilai barang)

yang merupakan nilai yang melekat pada realias bersangkutan, realitas

estetik semacam itu ada sebagai suatu yang tampak (schein). Nilai

barang adalah nilai yang menyangkut kehadiran nilai dalam hal

bernilai., nilai-nilai barang-barang tersebut melekat pada barang

(45)

2.1.4 Globalisasi

2.1.4.1Pengertian Globalisasi

Istilah globalisasi berasal dari kata “globe” (peta dunia yang berbentuk bola). Dari kata globe ini munculah kata “global” (yang artinya

meliputi seluruh dunia) (Sunarso, 2009). Globalisasi yang dimaksudkan

adalah suatu hal yang tidak dapat dipungkiri mampu menyebar keseluruh

bagian belahan bumi.

Menurut Bestari (2008) mengungkapkan bahwa globalisasi

merupakan suatu proses untuk meletakkan dunia menjadi satu kesatuan

yang sama tanpa dibatasi oleh adanya kedudukan wilayah suatu negara.

Globalisasi tidak memiliki adanya batasan ruang dan terbuka. Hal ini bisa

dilihat dari komunikasi seperti internet, media elektronik, dll. Globalisasi

memungkinkan adanya interaksi yang singkat antara antar negara dan

antar manusia secara singkat.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa globalisasi

adalah proses pertukaran interaksi antar negara atau antar manusia secara

singkat tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu secara menyeluruh.

Globalisasi memungkinkan antar manusia dapat melakukan aktivitas tanpa

terhalang jarak yang jauh. Globalisasi menimbulkan banyak perubahan di

(46)

2.1.4.2 Dampak positif Globalisasi

Dampat positif merupakan pengaruh yang berakibat

menguntungkan bagi seluruh masyarakat. Dampa positif globalisasi antara

lain:

a. Hubungan komunikasi menjadi lebih mudah

Kemajuan tegnologi komunikasi memudahkan semua orang

melakukan percakapan dengan orang lain dengan jarak yang tidak

dekat.

b. Pertukaran informasi antar negara menjadi lebih mudah

Kemajuan dibidang informasi membuat kita lebih cepat mengetahui

kabar terbaru dari negara lain dengan mudah dan cepat.

c. Harga barang menjadi lebih murah

Adanya globalisasi membuat negara saling bersaing memproduksi

barang yang murah namun mutu terjamin.

2.1.4.3 Dampak Negatif Globalisasi

Dampak negatif merupakan pengaruh yang merugikan bagi banyak

orang. Dampak negatif globalisasi adalah:

a. Terkikisnya jati diri bangsa

Globalisasi membuat setiap negara menampung banyak kebudayaan

luar negeri. Akibatnya kebudayaan bangsa sendiri tercemar oleh

(47)

b. Industri dalam negeri terancam tersaingi oleh adanya barang dari luar

negeri yang lebih murah

Pendapatan masyarakat menjadi sedikit karena adanya barang yang

berasal dari luar negeri. Padahal belum tentu barang yang berasal dari

luar negeri kualitasnya lebih bagus.

2.1.5 Kesadaran Akan Nilai Globalisasi

2.1.5.1 Pengertian Kesadaran Akan Nilai Globalisasi

Kesadaran merupakan kondisi dimana seseorang mampu

mengetahui dan menyadari keadaan sebenarnya yang dialami. Nilai adalah

suatu tindakan berharga yang terdapat dalam diri manusia untuk

melakukan hal-hal yang tidak menyimpang dari aturan atau norma yang

berlaku di masyarakat. Sedangkan globalisasi adalah proses pertukaran

interaksi antar negara atau antar manusia secara singkat tanpa dibatasi oleh

ruang dan waktu secara keseluruhan.

Dari masing-masing pengertian diatas, maka pengertian kesadaran

akanj nilai globalisasi adalah kondisi sadar seseorang untuk mengetahui

tindakan yang sesuai dengan aturan dan norma yang ada di masyarakat

dalam rangka interaksi singkat tanpa dibatasi ruang dan waktu.

Materi yang diajarkan dalam pembelajaran adalah mengetahui

pengaruh globalisasi. Materi yang diajarkan diambil dari buku Nugrohono

Agung (2008: 95), berikut ringkasan dari materi pengaruh globalisasi.

(48)

merupakan proses mendunia atau menuju satu dunia. Peristiwa yang

terjadi di dunia dapat kita saksikan secara langsung tanpa harus

mendatanginya. Tempat yang jauh dapat kita datangi dalam waktu yang

cepat. Kebutuhan hidup yang kita butuhkan dapat kita lakukan dan penuhi

dengan mudah, hal tersebut karena pegaruh dari globalisasi. Berikut ini

merupakan materi yang akan diajarkan untuk peserta didik:

a) Pengaruh kemajuan teknologi transportasi bagi kehidupan manusia

sangat besar. Kemajuan ini membuat kita mudah untuk bepergian dan

juga mempermudah pengangkutan barang-barang dari satu ke daerah

lain. Jarak yang terlihat jauh dengan kemajuan teknologi dapat

ditempuh dengan waktu yang cepat dan tidak memerlukan waktu yang

lama. Berbagai alat trasportasi yang mempercepat dalam bepergian

diantaranya pesawat, kereta, mobil dan motor.

b) Pengaruh kemajuan teknologi komunikasi adalah cepatnya penyebaran

informasi dari berbagai daerah. Adanya berbagai alat komunikasi

modern membuat semua orang terasa semakin dekat. Artinya dapat

dengan cepat dan mudah saling berhubungan dan bertukar kabar.

Berbagai alat komunikasi modern diantaranya HP, internet, e-mail dan

surat.

c) Dampak Globalisasi

1. Dampak positif, yaitu pengaruh bagi kehidupan manusia, misalnya

mempermudah manusia memenuhi kebutuhan hidup transportasi

(49)

singkat. Segala dampak globalisasi dapat berpengaruh baik dan

bermanfaat akibat adanya perkembangan teknologi yang sudah

mendunia.

2. Dampak negatif, yaitu pengaruh buruk yang merugikan kehidupan

manusia. Misalnya, malas belajar dan bekerja karena asik

menonton televisi, cara berpakaian yang kurang sopan, gaya hidup

yang berlebihan, dan sebagainya. Hal tersebut termasuk dalam

perkembangan globalisasi namun semua itu harus dihindari agar

tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginka.

3. Dampak bagi karakter siswa sekolah dasar yaitu siswa mempunyai

pengetahuan yang luas mengenai informasi yang berkembang di

masa sekarang, contohnya teknologi seperti HP, komputer, internet.

Maka dari itu, sebagai pendidik harus bisa memberikan contoh dan

pengetahuan yang baik supaya siswa tidak terjerumus ke dampak

yang negatif.

2.1.5.2 Indikator Kesadaran Akan Nilai Globalisasi

Kesadaran memiliki lima indikator yang dapat dipergunakan

sebagai salah satu cara untuk melihat kesadaran seseorang akan suatu nilai.

Lima indikator tersebuat ialah:

1. Menyadari akan adanya nilai sebagai kualitas yang perlu diusahakan.

2. Menyadari akan peranan nilai yang menjadi daya tarik manusia untuk

(50)

3. Menyadari akan sarana-sarana serta cara-cara yang perlu diusahakan demi

terwujudnya nilai yang akan dituju.

4. Menyadari sikap yang diperlukan demi terwujudnya nilai yang diharapkan.

5. Menyadari tindakan yang perlu dilakukan demi terwujudnya nilai yang

menajdi tujuan.

2.1.6 Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 2.1.6.1Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Fathurrohman dan Wuryandami (2011:1-7) mengatakan bahwa

Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan mata pelajaran yang

memfokuskan pada pembentukan diri dari segi agama, sosio-kultural,

bahasa, usia, dan suku bangsa untuk menjadi warga negara yang cerdas,

terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD

1945. PKn tidak sekedar memahami materi namun juga memahami

keadaan yang ada di masyarakat. Keberagaman dalam masyarakat

dipelajari untuk membentuk jati diri menjadi utuh.

Menurut Wahab (1995: 11) PKn diartikan sebagai mata pelajaran

yang digunakan sebagai wahana untuk mengembangkan dan melestarikan

nilai luhur dan moral yang berakar pada budaya bangsa Indonesia.

Nilai-nilai tersebut diharapkan dapat diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari di

lingkungan masyarakat. Peserta didik diharapkan dapat menjadi individu

(51)

Dari kedua pendapat diatas, PKn dapat disimpulkan sebagai sarana

untuk belajar mengenai moral dan nilai luhur budaya Indonesia yang

berasaskan Pancasila dan UUD 1945.

2.1.6.2 Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)

Secara umum tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah

membawa peserta didik untuk menjadi ilmuan dan professional yang

memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air, demokratis dan

berkeadaban; dan menjadi warganegara yang memiliki daya saing;

berdisiplin, berpartisipasi aktif dalam membangun kehidupan yang

damai berdasarkan sistem nilai pancasila (Wiharyanto, 2007).

Wahab (2011:315) mengemukakan bahwa dalam sistem

pengembangan kurikulum tingkat satuan pendidikan saat ini, tujuan

PKn mengacu pada standar isi mata pelajaran PKn. Mata pelajaran

PKn bertujuan agar peserta didik :

a. Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu

kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara, serta anti-korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat

(52)

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan

teknologi informasi dan komunikasi.

2.1.6.3PKn Sebagai Pendidikan Nilai

Pada dasarnya Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) merupakan

sebuah mata pelajaran yang tidak akan terlepas dari siswa. Pendidikan

Kewarganegaraan (PKn) selalu ada sejak siswa duduk di bangku Sekolah

Dasar, bahkan hingga di perguruan tinggi pun PKn akan selalu kita

temukan. Menurut Amin (2008) menyatakan bahwa Pendidikan

Kewarganegaraan yaitu usaha sadar untuk menyiapkan siswa agar masa

datang menjadi patriot pembela bangsa dan negara. Patriot pembela bangsa

dan negara ialah pemimpin yang mempunyai kecintaan, kesetiaan, serta

keberanian untuk membela bangsa dan tanah air melalui bidang profesinya

masing-masing.

Sementara menurut Chamim (2004), Pendidikan Kewarganegaraan

bagi bangsa Indonesia berarti pendidikan pengetahuan, sikap mental,

nilai-nilai dan perilaku yang menjunjung tinggi demokrasi sehingga terwujud

masyarakat yang demokratis dan mampu menjaga persatuan dan integritas

bangsa guna mewujudkan Indonesia yang kuat, sejahtera, serta demokratis.

Misi dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dimasa sekarang ini

memiliki beberapa misi, diantaranya yaitu: (1) PKn sebagai pendidikan

(53)

nasionalisme, (4) PKn sebagai pendidikan hukum, (5) PKn sebagai

pendidikan multukultural, (6) PKn sebagai pendidikan resolusi konflik.

PKn sebagai pendidikan politik disini berarti bahwa program pendidikan

PKn memberikan pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada siswa agar

mereka mampu hidup sebagai warga Negara yang memiki pengetahuan

yang luas.

Kesadaran akan nilai adalah suatu kesadaran akan nilai itu sendiri

yang terkandung dalam materi yang diajarkan, sehingga kesadaran akan

norma juga akan mengarah ke nilai tersebut. Kesadaran akan sikap yang

sesuai dengan nilai, maka tindakan tersebut yang akan mewujudkan nilai.

Norma- norma yang terkait dengan aturan yang ada, peserta didik haruslah

mematuhi dan menaatinya sehingga dengan nilai dan norma yang baik

akan membawa sikap baik bagi peserta didik.

PKn sebagai pendidikan nilai dimaksudkan bahwa melalui

pembelajaran PKn diharapkan dapat menyadarkan siswa akan nilai, moral

dan norma yang dianggap baik oleh bangsa dan negara pada siswa.

Melalui PKn pula diharapkan dapat menumbuhkan dan meningkatkan nilai

kebangsaan atau nasionalisme siswa, sehingga siswa lebih mencintai dan

rela berkorban untuk bangsa dan negaranya. Sedangkan PKn sebagai

pendidikan hukum berarti bahwa PKn memberikan pengarahan bagi siswa

supaya siswa mempunyai kesadaran hukum yang tinggi. PKn sebagai

pendidikan multikultural berarti bahwa PKn dihrapkan mampu

(54)

hidup di lingkungan multikultural. Terakhir yaitu PKn sebagai pendidikan

resolusi dimana PKn membina siswa untuk mampu menyelesaikan konflik

dengan cara yang tepat.

Pendidikan Kewarganegaraan di Indonesia bertujuan untuk

menghasilkan siswa yang demokratis dimana siswa dapat berkembang

menjadi pribadi yang cerdas, dan memanfaatkan kecerdasannya sebagai

warga negara untuk kemajuan bagi dirinya dan lingkungannya. Melalui

Pendidikan Kewarganegaraan, siswa juga diharapkan mampu untuk

memahami, menganalisis, dan menjawab masalah yang dihadapi oleh

masyarakat, bangsa dan negara sesuai dengan cita-cita dan tujuan nasional

seperti yang digariskan dalam pembukaan UUD 1945.

Pendidikan kewarganegaraan yang berhasil diterapkan akan

mampu mengembangkan sikap mental yang cerdas, penuh tanggung jawab

dalam diri siswa. Sikap tersebut diharapkan disertai dengan

perilaku-perilaku yang sesuai yaitu: (a) beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa dan menghayati nilai-nilai falsafah bangsa, (b) berbudi pekerti

luhur, disiplin dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, (c) rasional,

dinamis, dan sadar akan hak dan kewajiban sebagai warga negara, (d)

bersifat professional, yang dijiwai oleh kesadaran bela negara, (e) aktif

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni untuk

kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara

Menurut Mulyana (2004) pendidikan nilai dimaknai sebagai: (a)

(55)

terhadap siswa, agar menyadari dan mengalami nilai-nilai serta

penempatanya secara integral dalam keseluruhan hidupnya, (c) pengajaran

atau bimbingan kepada siswa agar menyadari nilai kebenaran, kebaikan

dan keindahan melalui proses pertimbangan nilai yang tepat dan

pembiasaan bertindak yang konsisten. Djahiri (1996) menyatakan bahwa: “nilai adalah sesuatu yang berharga baik menurut standar logika

(benar/salah), estetika (bagus/buruk), etika (adil/layak/tidak adil), agama

(dosa dan haram/halal), dan hokum (sah/absah), serta menjadi acuan

dan/atau sistem keyakinan diri maupun kehidupan.

Pendidikan Kewarganegaraan berbasis nilai dimaknai sebagai

model pendidikan yang berlandaskan pada nilai (nilai agama, sosial,

budaya, pendidikan, dan nilai kebangsaan atau nasionalisme). Pendidikan

Kewarganegaraan berbasis nilai ditujukan kepada pembinaan kepribadian

utuh, matang dan produktif dalam diri siswa. Selain itu Pendidikan

Kewarganegaraan berbasis nilai juga diharapkan menghasilkan sikap yang

mencerminkan nilai-nilai yang diinginkan atau yang tercermin dalam diri

siswa dengan cara membimbing perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai

tersebut.

Nilai yang dimaksud dalam Pendidikan Kewarganegaraan berbasis

nilai yaitu meyakinkan siswa bertindak atas dasar pilihannya sendiri (tanpa

pengaruh orang lain). Nilai juga dijadikan patokan normatif yang dapat

(56)

tindakan alternatif. Terakhir, nilai diharapkan dapat meningkatkan nilai

kebangsaan dan cinta tanah air.

Pendidikan nilai merupakan sebuah proses dalam upaya membantu

siswa dalam mengekspresikan nilai-nilai yang ada melalui pengujian kritis,

sehingga siswa dimungkinkan untuk meningkatkan atau memperbaiki

kualitas berpikir serta perasaannya. Menurut Somantri (2001)

mengemukakan bahwa tujuan PKn di Indonesia akan tercapai lewat the great ought-nya, yaitu dengan menanamkan konsep dan sistem nilai yang sudah di anggap baik sebagai titik tolak untuk menumbuhkan warga

negara yang baik.

Pendidikan berbasis nilai mencakup keseluruhan aspek sebagai

alternatif pengajaran pada siswa. Tujuannya yaitu supaya siswa menyadari

nilai kebenaran, kebaikan dan keindahan melalui proses pertimbangan

nilai yang tepat dan pembiasaan bertindak yang konsisten. Materi PKn

yang ada di Sekolah Dasar merupakan upaya yang diperlukan siswa dalam

menghadapi tantangan globalisasi yang sedang terjadi saat ini maupun

yang akan datang. Melalui pendidikan nilai, diharapkan siswa mampu

meningkatkan kesadaran akan nilai yang dapat digunakannya dalam

kehidupan sehari-hari.

Model pembelajaran berbasis nilai memiliki tujuan untuk menjadi

acuan atau petunjuk yang terpola bagi guru dalam membina siswanya.

Siswa diharapkan dapat memiliki tatanan nilai melalui pendekatan

(57)

Siswa juga diharapkan mampu memaknai nilai yang ada sehingga siswa

dapat beraktivitas menggunakan proses nilai dan membantu siswa

menerapkan proses nilai.

2.1.6.4Ruang Lingkup PKn

Standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran PKn pada

kelas IV semester 2 yang sesuai untuk materi globalisasi adalah sebagai

berikut.

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

4.Menunjukkan sikap terhadap globalisasi di lingkungannya

4.1 Memberikan contoh sederhana pengaruh globalisasi di lingkungannya

4.2 Mengidentifikasi jenis budaya indonesia yang pernah ditampilkan dalam misi kebudayaan internasional

4.3 Menentukan sikap terhadap pengaruh globalisasi yang terjadi di lingkungannya

Diambil dari Badan Standar Nasional Pendidikan (2006:119)

2.2 Hasil Penelitian yang Relevan

Agustina (2011) meneliti peningkatan competence, conscience dan

compassion (3C) dengan menggunakan pendekatan Pembelajaran Pedagogi Reflektif (PPR) dalam pembelajaran tematik bagi siswa kelas

IIIA SD Kanisius Demangan Baru I tahun ajaran 2010/2011. Jenis

Gambar

Gambar 5. Diagram Peningkatan Kesadaran Siswa Akan Nilai Globalisasi
Gambar 1. Peta Konsep Pelaksanaan PPR
Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Gambar 2. Skema Penelitian yang Relevan
+7

Referensi

Dokumen terkait

14/06/2016 Salinan informasi nilai hasil SBMPTN 2014, a.n Julian Hadi Prasetyo, Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas

Postoji i sekundarni nedostatak laktaze, prolazni poremećaj koji nastaje uslijed oštećenja sluznice tankog crijeva pri čemu sposobnost probavljanja laktoze može biti

Studi literatur dilakukan pada tahap analisis, yaitu pencarian referensi atau teori pendukung penelitian dan ilmu–ilmu dasar yang akan digunakan untuk memahami

Sementara itu adanya penyalut pada hasil mikroenkapsulasi, menyebabkan interaksi minyak daun cengkeh terhadap pembentukan zona bening yang sebenarnya dibutuhkan menjadi

Dengan demikian, jelaslah bahwa pemilihan strategi iklan dan juga stilistika iklan sangat memberikan peranan yang penting dalam sebuah iklan karena akan menyampaikan pesan

Usman, Moh.Uzer, Menjadi Guru Profosional, Bandung: Remaja Rosdakarya, Cet Ke 25,

Tabungan berjangka syariah yang setoran dan penarikannya berdasarkan jangka waktu tertentu. Deposito Hasanah memiliki karakteristik yang sama dengan Deposito Mudharabah,

Materi pembekalan diberikan melalui penyuluhan dalam focused group discussion (FGD) yang mencakup pengetahuan tentang kimia bahan makanan terkait gizi keluarga