• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efek perbedaan basa terhadap karakteristik fisik sabun batang transparan minyak jahe - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efek perbedaan basa terhadap karakteristik fisik sabun batang transparan minyak jahe - USD Repository"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK PERBEDAAN BASA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK

SABUN BATANG TRANSPARAN MINYAK JAHE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Stephanie Cinthya Wibowo NIM : 108114089

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)

i

EFEK PERBEDAAN BASA TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK

SABUN BATANG TRANSPARAN MINYAK JAHE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh :

Stephanie Cinthya Wibowo

NIM : 108114089

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

(3)
(4)

iii

(5)
(6)

v PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas setiap berkat, hikmat, serta penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan dengan  baik  skripsi  yang  berjudul  “Efek  Perbedaan  Basa  Terhadap  Karakteristik  

Fisik  Sabun  Transparan  Minyak  Jahe”  sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama masa perkuliahan hingga penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bantuan, dukungan, semangat, doa, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Kedua orang tua yang telah memberikan banyak dukungan, doa, kasih, serta bimbingan dalam proses penyusunan skripsi.

2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Ibu C.M. Ratna Rini Nastiti, M.Pharm., Apt. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan banyak bimbingan, pengarahan, dukungan, serta semangat kepada penulis.

4. Bapak dan Ibu Penguji selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu.

(7)

vi

5. Segenap dosen Fakultas Farmasi Sanata Dharma atas segala pengajaran,

pengarahan, serta bimbingan selama perkuliahan dan penyusunan naskah

skripsi.

6. Pak Musrifin, Mas Agung, dan Mas Otok atas segala bantuan dan

kerjasama selama penulis melakukan penelitian.

7. Teman – teman kelompok skripsi, Maria, Nita, Niken yang sama – sama

berjuang untuk melakukan penelitian hingga penyusunan naskah.

8. Teman – teman 2010 yang telah banyak memberikan banyak dukungan,

motivasi, semangat.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan akhir ini masih terdapat

banyak kesalahan dan kekurangan. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan

saran dan kritik yang dapat membangun dari semua pihak. Akhir kata, semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

(8)

vii

(9)

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... iv

PRAKATA ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

INTISARI ... xvi

ABSTRACT ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Keaslian Karya ... 3

(10)

ix

2. Kemampuan membentuk dan mempertahankan busa ... 17

3. Derajat keasaman (pH) ... 17

4. Transparansi sabun ... 17

(11)

x

G. Landasan Teori ... 18

H. Hipotesis ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel dan Definisi Operasional ... 20

1. Variabel Penelitian ... 20

2. Definisi Operasional... 20

C. Bahan... 22

D. Alat ... 22

E. Tata Cara Penelitian ... 22

1. Formula Sabun Transparan ... 22

2. Pembuatan Transparent Soap Bar ... 24

3. Penyusutan bobot ... 25

4. Karakteristik Fisik Sabun ... 25

5. Subjective Assessment ... 26

F. Analisis Hasil ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Formulasi Sabun Transparan... 28

B. Penentuan Penyusutan Bobot ... 33

C. Uji Sifat Fisik Sabun Transparan ... 35

1. Kekerasan sabun... 35

(12)

xi

3. Derajat keasaman ... 39

4. Transparansi sabun ... 40

D. Subjective Assessment ... 41

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. KESIMPULAN ... 43

B. SARAN ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 47

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Macam – macam asam lemak dan sifat sabun yang dihasilkan... 10

Tabel II. Formula Acuan ... 22

Tabel III. Formula 1 ... 23

Tabel IV. Formula 2 ... 23

Tabel V. Formula 3 ... 23

Tabel VI. p-value pada Paired t-test penyusutan bobot 1-4 minggu ... 34

Tabel VII. Kekerasan sabun pada minggu ke-4 ... 36

Tabel VIII. Presentase pembentukan dan ketahanan busa ... 38

(14)

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Mekanisme saponifikasi sabun... 7

Gambar 2. Mekanisme netralisasi sabun ... 7

Gambar 3. Subjective assessment terhadap sabun yang dihasilkan ... 42

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Data  Uji  Kekerasan  Sabun  “Mf”  level  tengah ... 48

Lampiran 2. Data Uji Kekerasan  Sabun  “Mf”  level  tinggi   ... 48

Lampiran 3. Data Uji Kemampuan membentuk busa  level  tengah  Sabun  “Mf” .. 49

Lampiran 4. Data Uji Kemampuan membentuk busa  level  tinggi  Sabun  “Mf”   .. 49

Lampiran 5. Data Uji Kemampuan mempertahankan busa level tengah Sabun

“Mf”   ... 50

Lampiran 6. Data Uji Kemampuan mempertahankan busa  level  tinggi  Sabun  “Mf”  

... 50

Lampiran 7. Data Uji Kekerasan Sabun level tengah  dengan  standar  “Lf”   ... 51

Lampiran 8. Data Uji Kekerasan Sabun level tinggi  dengan  standar  “Lf”   ... 51

Lampiran 9. Data Uji Kemampuan membentuk busa pada level tengah dengan

Sabun  “Lf”   ... 52

Lampiran 10. Data Uji Kemampuan membentuk busa pada level tinggi dengan

Sabun  “Lf”   ... 53

Lampiran 11. Data Uji Kemampuan Mempertahankan busa pada level tengah

dengan  sabun  “Lf”  ... 54

Lampiran 12. Data Uji Kemampuan Mempertahankan busa pada level tinggi

(16)

xv

Lampiran 13. Data % penurunan busa  level  tengah  sabun  “Lf”   ... 56

Lampiran 14. Data % penurunan busa  level  tengah  sabun  “Mf”   ... 56

Lampiran 15. Data % penurunan busa  level  tinggi  sabun  “Lf”   ... 57

Lampiran 16. Data % penurunan busa  level  tinggi  sabun  “Mf”   ... 57

Lampiran 17. Komposisi  Sabun  “Lf”  ... 58

Lampiran 18. Komposisi  Sabun  “Mf”   ... 58

Lampiran 19. Data penyusutan bobot ... 59

Lampiran 20. Data sifat fisik kekerasan sabun pada level tengah dan tinggi ... 59

Lampiran 21. Data busa awal pada level tengah dan tinggi minggu ke 4 ... 60

Lampiran 22. Data busa setelah pendiaman pada level tengah dan tinggi ... 60

Lampiran 23. Data standar yang digunakan ... 60

Lampiran 24. Kuisioner subjective assessment ... 61

Lampiran 25. Kuisioner subjective assessment ... 61

Lampiran 26. COA Minyak jahe yang digunakan ... 62

(17)

xvi

INTISARI

Penelitian tentang formulasi sabun transparan minyak jahe dengan perbedaan basa telah dilakukan untuk mengetahui apakah dapat dilakukan pengembangan formulasi sediaan transparent soap bar, yaitu dengan penggunaan perbedaan basa dengan minyak jahe, serta untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik sediaan sabun transparan yang menggunakan basa yang berbeda.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan menggunakan jenis rancangan acak. Karakteristik fisik dari sabun transparan yang akan diamati antara lain kekerasan sabun, kemampuan membentuk dan mempertahankan busa, pH sabun, serta transparansi sabun. Analisis statistik yang digunakan untuk mengetahui perbedaan signifikan dari persen bobot menggunakan uji Paired t test, sedangkan untuk mengetahui hasil dari tiap uji sifat fisik sabun menggunakan uji T tidak berpasangan. Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Gambaran penerimaan konsumen terhadap sabun melalui subjective assessment, yang dilakukan pada 30 mahasiswi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Diperoleh hasil bahwa terdapat perbedaan karakteristik fisik pada sabun transparan yang menggunakan basa NaOH level tengah dan tinggi, yaitu pada kekerasan, pembentukan busa, dan nilai derajat keasaman (pH). Pembentukan sabun tidak dapat terjadi pada saat menggunakan basa Ca(OH)2, sedangkan pada

saat penggunaan basa KOH, kekerasan tidak memenuhi syarat. Sabun transparan dapat dihasilkan hanya pada basa NaOH level tengah dan tinggi.

Kata kunci : sabun transparan, basa, kekerasan sabun, kemampuan membentuk

(18)

xvii

ABSTRACT

This research about the formulations of ginger oil transparent soap using different bases had been conducted with aims to identify the possibilities of the development in the formulations of ginger oil transparent soap bar, and to identify the differences on the physical characteristic of the soaps.

This research was a randomized experimental research. The physical characteristics of the transparent soap bar which observed were the hardness of the soap, the ability to form and to preserve the foam of the soap, pH, and the transparency of the soap. The statistical analysis which was used to identify the significant differences was Paired t test and Unpaired t test, on 95% confident interval.

The result showed that there were significant differences on the soap physical characteristics on medium and high level of NaOH. However, soap with Ca(OH)2 could not be formed, while the KOH could only produced very soft soap, which could not meet the criteria of hardness.

Key words : transparent soap, base, hardness of soap, ability to form and to

preserve te foam, pH soap and soap transparency.

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Iklim di Indonesia yang tropis membuat kebanyakan orang mudah untuk

berkeringat, terutama ketika melakukan kegiatan atau aktivitas di bawah sinar

matahari langsung. Salah satu produk perawatan tubuh seperti sabun merupakan

kebutuhan yang dapat dikatakan penting bagi banyak orang karena sabun yang

berhubungan langsung dengan kulit, dapat membersihkan dari kotoran – kotoran

yang menempel pada kulit sehingga mengurangi seseorang terkena penyakit

akibat kuman yang menempel pada kulit, selain itu juga dapat memberi kesegaran

kembali.

Sabun didefinisikan sebagai garam alkali dari asam lemak rantai panjang.

Ketika asam lemak disaponifikasikan oleh logam, yang biasanya menggunakan

logam Natrium, maka dapat membentuk garam yang disebut sabun (Barel et al.,

2001). Pada umumnya, sabun yang digunakan oleh banyak masyarakat berupa

sabun cair dan batang. Sabun batang sendiri dibagi menjadi dua, yaitu opaque

soap dan transparent soap. Transparent soap merupakan sediaan sabun

transparan yang memiliki nilai estetika lebih tinggi dibandingkan opaque soap,

karena tampilannya yang bening atau transparan sehingga dapat menambah nilai

estetika dari sabun itu sendiri. Selain tampilan yang menarik, dasar pemilihan

(20)

2

Dasar pembuatan sabun batang transparan juga merupakan perkembangan

inovasi dari sabun opaque. Menurut sumber yang lain (Anonim, 2007), dikatakan

bahwa sabun batang transparan memiliki potensi yang cukup baik untuk dapat

dikembangkan, tidak hanya sebagai sabun mandi, akan tetapi juga dapat

dimanfaatkan sebagai souvenir sehingga sabun transparan dapat dikembangkan

sebagai peluang bisnis baru.

Sabun yang memiliki keharuman yang khas juga dapat mempengaruhi

daya beli konsumen. Minyak jahe yang telah diekstrak dari bahan alami berupa

tanaman jahe, digunakan oleh peneliti sebagai fragrance dari sabun transparan

yang akan dibuat. Digunakan minyak jahe karena memiliki banyak kegunaan,

selain dapat digunakan sebagai fragrance juga dapat digunakan untuk memberi

sensasi rileks.

Fungsi basa dalam pembuatan sabun adalah sebagai agen pereaksi dengan

fase minyak sehingga akan terjadi reaksi saponifikasi (Barel et al., 2001). Proses

saponifikasi terjadi antara trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi

terjadi antara asam lemak bebas dengan alkali. Dalam proses saponifikasi, dengan

adanya reaksi antara fase minyak dan basa alkali, maka dapat terbentuk gliserol

dan sabun yang berupa garam sodium atau pottasium (Fitrianti, 2007).

Logam alkali merupakan logam yang turut berperan besar dalam

pembuatan sabun. Berikatannya logam alkali dengan asam lemak, maka sabun

dapat terbentuk. Macam – macam logam alkali antara lain, Natrium Hidroksida

(NaOH), Kalium Hidroksida (KOH), Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2).

(21)

Logam Natrium dan Kalium yang merupakan golongan alkali, pada

umumnya digunakan dalam pembuatan sabun. Larutan alkali yang biasa

digunakan pada sabun keras adalah Natrium Hidroksida (NaOH) dan alkali yang

biasa digunakan pada sabun lunak adalah Kalium Hidroksida (KOH). Dengan

berikatannya logam Natrium atau Kalium dengan asam lemak, maka sabun dapat

terbentuk (Barel et al., 2001). Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) merupakan

golongan basa alkali, akan tetapi memiliki kebasaan yang lebih rendah

dibandingkan logam Natrium dan Kalium.

Adanya latar belakang tersebut perlu dilakukan penelitian lebih lanjut

mengenai pengaruh perbedaan basa terhadap sediaan sabun batang dan

karakteristik fisiknya.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah dapat dihasilkan sediaan sabun batang transparan yang memiliki

karakteristik fisik yang baik dengan penggunaan basa yang berbeda?

2. Apakah ada pengaruh perbedaan basa terhadap karakteristik fisik sabun

batang transparan minyak jahe?

C. Keaslian Karya

Sejauh pengetahuan peneliti, pembuatan sabun batang transparan minyak

jahe dengan basa terhadap karakteristik fisik yang dihasilkan belum pernah diteliti

dan dikembangkan sebelumnya. Penelitian terkait yang pernah dilakukan antara

lain :

1. Budianto (2010) adalah optimasi formula sabun transparan dengan

(22)

4

diperoleh adalah interaksi antara gliserin dengan cocoamidopropyl

betainememberikan efek yang dominan dalam menentukan kekerasan dan

kemampuan membentuk busa.

2. Penelitian mengenai formulasi dan perbandingan sifat fisis sabun

transparan berbahan dasar VCO dengan minyak kayu putih, sereh,

dancengkeh sebagai fragrance oil pernah dilakukan oleh Retmana (2009).

Hasil yang diperoleh adalah dengan adanya perbedaan minyak atsiri yang

digunakan, dapat memberikan perbedaan dalam kemampuan membentuk

busa, akan tetapi hasil uji kekerasan tidak berbeda.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat mengetahui pengaruh

perbandingan penambahan basa NaOH, KOH, dan Ca(OH)2 terhadap karakteristik

fisik pembuatan sabun batang transparan dengan menggunakan minyak jahe.

2. Manfaat praktis

Dapat menghasilkan formula sabun batang transparan optimum yang

memiliki karakteristik fisik yang dikehendaki dan juga sebagai perkembangan

inovasi dari sabun.

(23)

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengembangkan formulasi sediaan transparent soap bar, yaitu

dengan penggunaan perbedaan basa dengan minyak jahe.

2. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik fisik sediaan sabun batang

(24)

6 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Sabun

1. Pengertian Sabun

Sabun adalah salah satu kosmetika yang telah dikenal oleh banyak orang,

yang dapat berfungsi untuk membersihkan kulit dari kotoran – kotoran yang

menempel serta dapat memberi rasa harum pada kulit (Wasitaatmaja, 1997).

Sabun adalah surfaktan yang dapat menurunkan tegangan permukaan air

dan berfungsi sebagai pembersih. Molekul sabun tersusun dari alkil (-R) yang

bersifat nonpolar, sehingga dapat larut dalam minyak, dan ion

karboksilat(-COONa) yang bersifat polardapat larut dalam air. Dilihat dari sifat molekuler

sabun tersebut, maka sabun dapat memiliki fungsi sebagai daya pembersih. Ketika

sabun digunakan pada saat mandi, gugus nonpolar dari sabun akan menempel

pada kotoran dan bagian polarnya akan menempel pada air. Hal ini akan

mengakibatkan tegangan permukaan sabun yang memiliki gugus non polar yaitu

gugus –R akan mengikat kotoran, dangugus –COONa yang akan mengikat air

karena sama-sama gugus polar (Winarno, 1992).

Molekul sabun tersusun dari 2 gugus, yaitu gugus hidrofobik dan hidrofilik.

Ketika sabun digunakan untuk membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh

(berupa lemak), gugus hidrofobik pada bagian sabun akan menempel pada

kotoran, sedangkan gugus hidrofilik pada sabun akan menempel pada air.

Pengikatan molekul – molekul sabun tersebut dapat menyebabkan tegangan

(25)

permukaan air berkurang, sehingga kotoran dapat terbuang saat pembilasan oleh

air (Wilson, 2013).

Jenis sabun yang dikenal oleh masyarakat ada 2, yaitu sabun padat dan

sabun cair. Sabun padat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu sabun opaque,

translucent, dan transparan (Willcox, 2000).

Sabun dapat dibuat melalui 2 proses, yaitu saponifikasi dan netralisasi.

Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan alkali,

sedangkan proses netralisasi terjadi karena adanya reaksi asam lemak bebas

dengan alkali. Proses saponifikasi terjadi pada suhu 80-100 oC (Mitsui, 1997).

Reaksi kimia pada proses saponifikasi dapat dilihat pada gambar 1, dan proses

netralisasi dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 1. Mekanisme saponifikasi sabun(Anne, 2014)

(26)

8

2. Sabun Batang Transparan

Sabun batang transparan merupakan salah satu jenis sabun yang memiliki

keunggulan, yaitu memiliki penampilan yang menarik sehingga dapat menjadi

alternatif sediaan obat dengan penampilan yang menarik (Willcox, 2000).

Sabun dapat menjadi transparan karena cahaya yang melewati sabun

diteruskan dan tidak dihampurkan, sehingga dapat mengurangi cahaya yang

dihampurkan dengan menyesuaikan indeks refraktif atau memperkecil ukuran

partikel dari fase dispers (Hill & Moaddel, 2004).

Sabun batang transparan dapat dikatakan transparan apabila seseorang

dapat membaca tulisan dengan font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan 0,25

inchi. Sabun transparan dibuat dengan melarutkan base soap (chip soap) dalam

etanol (20%-50%), gliserin (5%-25%), dan sirup (10%-25%). Sirup gula yang

digunakan merupakan bahan yang bertanggung jawab terhadap warna transparan

yang akan terbentuk (Jongko, 2009).

Sabun batang transparan dibuat dengan cara melarutkan bahan dasar

pembuat sabun di dalam alkohol dengan menggunakan pemanasan rendah.

Tujuannya adalah untuk membentuk larutan sabun menjadi jernih. Alkohol yang

ada kemudian dihilangkan dengan proses destilasi, kemudian larutan sabun

(27)

3. Formulasi Sabun Batang

3.1.Asam Stearat

Asam stearat adalah campuran asam organik padat yang diperoleh

dari lemak, sebagian besar terdiri dari asam oktadekanoat, C18H36O2

dan asam heksadekanoat, C16H32O2 (Depkes RI, 1979).

Asam stearat yang merupakan jenis asam lemak dengan rantai

hidrokarbon yang panjang, mengandung gugus karboksil di salah satu

ujungnya dan gugus metil diujung yang lain, memiliki 18 atom karbon.

Asam stearat dikategorikan sebagai asam lemak jenuh karena tidak

memiliki ikatan rangkap di antara atom karbonnya. Asam stearat

berupa hablur padat, keras, mengkilap, warna putih atau kekuningan

pucat. Asam stearat praktis tidak larut dalam air dan etanol 95%,

namun mudah larut dalam kloroform dan eter (Depkes RI, 1980).

Asam stearat berperan dalam memberikan konsistensi dan

kekerasan pada sabun, serta dapat menstabilkan busa (Steve, 2008).

Asam lemak dengan rantai pendek dan ikatan tak jenuh akan

menghasilkan sabun cair, asam lemak rantai panjang dan jenuh

menghasilkan sabun padat.

Berikut ini adalah tabel jenis asam lemak dan sifat sabun yang

(28)

10

Tabel I. Macam – macam asam lemak dan sifat sabun yang dihasilkan

(Steve, 2008).

Asam Lemak Sifat Sabun yang dihasilkan

Lauric Acid Dapat menambah kekerasan pada sediaan sabun,

memiliki busa yang lembut dan memiliki kualitas pembersihan yang baik. Apabila menggunakan

asam laurat dalam jumlah yang banyak, dapat menyebabkan kulit menjadi kering.

Linoleic Acid Sabun yang dihasilkan dapat memberikan sensasi

melembabkan pada saat digunakan.Apabila sabun menggunakan asam lemak jenis linoleic acid dalam jumlah yang banyak, cenderung memberi rasa tengik lebih cepat dibandingkan asam lemak

lainnya.

Linolenic Acid Dapat memberikan rasa lembab pada saat

digunkan.

Oleic Acid Dapat memberikan rasa lembab untuk sabun yang

dihasilkan. Busa yang dihasilkan sedikit.

Palmitic Acid Dapat menambah kekerasan terhadap sabun yang

dihasilkan dan memiliki kebusaan yang stabil. Penggunaan palmitic acid dapat menyebabkan

kulit menjadi kering.

Ricinoleic Acid Menghasilkan busa yang lembut. Asam lemak ini

cocok digunakan bersama dengan minyak jarak karena dapat menghasilkan busa yang banyak dan

lembut.

Stearic Acid Dapat memberikan konsistensi dan kekerasan

pada sabun, serta dapat menstabilkan busa.

Myristic Acid Dapat menambah kekerasan pada sabun, memiliki

sifat pembersihan yang baik, serta dapat menghasilkan busa yang halus. Penggunaan yang

terlalu banyak dapat menyebabkan kulit menjadi kering.

3.2.Minyak Jarak (Castor Oil)

Minyak jarak adalah minyak lemak yang diperoleh dari biji Ricinus

communis Linne (Familia Euphorbiaceae), serta tidak mengandung

bahan tambahan. Minyak jarak (Oleum Ricini) merupakan cairan

(29)

berwarna, memiliki bau yang lemah, bebas dari bau asing dan tengik,

serta dapat larut dalam etanol (Depkes RI, 1995).

Minyak jarak memiliki fungsi untuk melembabkan dan

melembutkan kulit (Shrivastava, 1982).

3.3.Pengawet

Kerusakan minyak atau lemak terutama bau tengik selama proses

penyimpanan dapat dihindari dengan menambahkan antioksidan,

seperti misalnya stearil hidrazid dan butil hidroksitoluen (BHT)

sebanyak 0,02% - 0,1%. Beberapa bahan lain yang juga dapat

digunakan sebagai penghambat oksidasi, yaitu natrium silikat, natrium

hiposulfit, dan natrium tiosulfat (Wasitaatmaja, 1997).

Pemerian dari butil hidroksitoluen berupa hablur tidak berwarna

atau serbuk hablur berwarna putih, tidak berbau, dan tidak berasa.

Kelarutannya praktis tidak larut dalam air, dalam gliserol P dan dalam

propilen glikol P, mudah larut dalam etanol (95%) P, eter P, parafin

cair P, serta dalam minyak lemak. BHT praktis tidak larut dalam

larutan alkali hidroksida (Depkes RI, 1980).

3.4.Etanol 96%

Etanol merupakan cairan yang mudah menguap, jernih, tidak

berwarna, memiliki bau yang khas. Etanol memiliki sifat mudah

menguap walaupun pada suhu yang rendah, dan dapat mendidih pada

suhu 78oC. Kelarutannya dapat bercampur dengan air, dan praktis

(30)

12

3.5.Gliserin

Gliserin atau gliserol merupakan cairan kental, jernih, tidak

berwarna, tidak berbau, berasa manis dan memiliki sifat higroskopis.

Gliserin mudah bercampur dengan air dan etanol 95% namun praktis

tidak larut dalam kloroform, etanol, minyak lemak dan minyak atsiri

(Depkes RI, 1980).

Menurut Mitsui (1997), gliserin telah lama digunakan sebagai

humektan (moisturizer), yaitu skin conditioning agents yang dapat

meningkatkan kelembaban pada kulit.Humektan merupakan komponen

higroskopis yang mengandung air dan dapat mengurangi jumlah air

yang meninggalkan kulit, sehingga kulit tidak akan menjadi kering.

Efektifitasnya tergantung pada kelembaban lingkungan disekitarnya.

3.6.Asam sitrat

Asam sitrat pada umumnya digunakan sebagai pengontrol pH.

Asam sitrat merupakan asam lemah yang dapat menurunkan pH sabun

sehingga kulit pengguna tidak akan teriritasi akibat sifat alkalis dari

sabun (Wasitaatmaja, 1997).

Asam sitrat memiliki bentuk berupa hablur tidak berwarna atau

serbuk warna putih, tidak berbau, rasa asam kuat, dalam udara lembab

agak higroskopis, dalam udara kering agak merapuh. Kelarutannya

sangat tinggi dalam air dan etanol 95% namun sukar larut dalam eter

(Depkes RI, 1980).

(31)

3.7.Sukrosa

Sukrosa adalah gula yang diperoleh dari tanaman Saccharum

officinarum Linne, Beta vulgaris Linne dan sumber lainnya. Gula ini

berbentuk hablur putih atau tidak berwarna, massa hablur atau

berbentuk kubus atau serbuk hablur putih, tidak berbau, rasa manis,

stabil di udara. Sukrosa sangat mudah larut dalam air, terlebih air

mendidih, sukar larut dalam etanol, tidak larut dalam kloroform

maupun eter (Depkes RI, 1995).

Pada proses pembuatan sabun transparan, sukrosa berfungsi untuk

membantu terbentuknya transparansi pada sabun. Sukrosa dapat

membantu perkembangan kristal pada sabun (Hambali et al., 2005).

3.8.Betain

Betain merupakan jenis surfaktan dengan sifat pembusa,

pengemulsi, dan pembasah yang baik. Betain relatif tidak mengiritasi

kulit dalam penggunaannya, bahkan dengan adanya betain dapat

menurunkan efek iritasi surfaktan anionik, sehingga kulit terlindungi

dari iritasi (Barel et al, 2001).

B. Minyak Jahe

Bagian dari tanaman jahe yang berfungsi pemberi aroma dan rasa adalah

minyak atsiri. Minyak atsiri jahe memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai

rempah, industri parfum, industri farmasi, industri kosmetik, dan obat tradisional

(32)

14

Menurut Guenther (1952) dan Leung (1980), minyak jahe mengandung

senyawa kimia antara lain zingiberen, kamfen, fellandren, sitral, sineol dan

zingiberol.

Minyak atsiri jahe mengandung beberapa senyawa yang mudah menguap.

Organoleptis dari minyak jahe yaitu memiliki bentuk berupa cairan kental,

memiliki bau yang khas, yaitu jahe, serta berwarna kehijauan hingga kuning.

Minyak atsiri jahe diperoleh melalui tahap penyulingan dan hidrodestilasi

(Guzman dan Siemonsma, 1999).

C. Natrium Hidroksida (NaOH)

Jenis alkali yang umum digunakan dalam proses saponifikasi adalah

Natrium Hidroksida (NaOH), Kalium Hidroksida (KOH), Natrium Karbonat

(Na2CO3), Amonium Hidroksida (NH4OH), dan etanolamin. NaOH (soda kaustik)

merupakan alkali yang paling banyak digunakan dalam pembuatan sabun keras

(Oghome et al., 2012).

Natrium hidroksida (NaOH) merupakan basa kuat yang menerima proton

dari Na+. Natrium hidroksida mengandung unsur dari golongan alkali, yakni

Natrium (Na+). Ciri – ciri yang dimiliki golongan alkali antara lain, seperti

reduktor kuat dan mampu mereduksi asam, mudah larut dalam air dan dalam

etanol (95%) P, merupakan penghantar arus listrik yang baik dan panas, dan

memiliki urutan kereaktifan yang meningkat seiring dengan bertambahnya berat

atom (Linggih dan Wibowo, 1988).

(33)

Pemerian dari Natrium Hidroksida adalah berbentuk batang, butiran,

massa hablur atau keping, kering, keras, rapuh dan menunjukkan susunan hablur;

putih, mudah meleleh basah, bersifat alkalis dan korosif, mudah menyerap

karbondioksida (Depkes RI, 1979).

Penambahan NaOH harus dilakukan dengan jumlah yang tepat pada

proses pembuatan sabun. Apabila NaOH yang ditambahkan terlalu pekat, maka

alkali bebas yang tidak berikatan dengan trigliserida atau asam lemak akan terlalu

tinggi sehingga dapat mengiritasi kulit. Sebaliknya apabila NaOH yang

ditambahkan terlalu encer atau terlalu sedikit, maka sabun yang dihasilkan akan

mengandung asam lemak bebas yang tinggi (Kamikaze, 2002).

D. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2)

Kalsium Hidroksida mengandung tidak kurang dari 95,0% dan tidak lebih

dari 100,5% Ca(OH)2 (Depkes RI, 1980).

Pemerian dari kalsium hidroksida adalah berupa serbuk, putih, dan

memiliki rasa agak pahit (Depkes RI, 1979). Kelarutan pada kalsium hidroksida,

larut dalam lebih kurang 630 bagian air dan dalam lebih kurang 1300 bagian air

mendidih; praktis tidak larut dalam etanol (95%) P; larut dalam gliserol P dan

dalam sirop (Depkes RI, 1979).

E. Kalium Hidroksida (KOH)

Kalium Hidroksida berbentuk batang, pelet atau bongkahan, putih, dan

sangat mudah meleleh basah. Larut dalam air, dan sangat mudah larut dalam

(34)

16

Kalium Hidroksida (KOH) banyak digunakan dalam pembuatan sabun cair

karena sifatnya yang mudah larut dalam air (Ketaren, 2005).

F. Karakteristik Fisik

Karakteristik fisik sabun berperan penting untuk menjamin sabun yang

dihasilkan sesuai dengan kebutuhan konsumen. Secara umum, sifat fisik dalam

sabun terdiri dari kekerasan, stabilitas busa,tegangan permukaan, tegangan antar

muka, stabilitas emulsi, bilangan titer (Bird, 1993).

Beberapa karakteristik fisik yang akan diamati pada penelitian ini adalah

kekerasan, pembentukan busa, pH sabun, transparansi sabun batang.

1. Kekerasan sabun

Kekerasan sabun adalah parameter ketahanan suatu sabun terhadap

tekanan fisik. Sabun yang dihasilkan memiliki kekerasan yang kurang, maka akan

lebih susah untuk menentukan kekerasannya karena tidak terjadi kerusakan yang

berarti (Paye et al., 2001).

Pengukuran kekerasan sabun dapat dilakukan dengan menggunakan

hardness tester. Apabila sabun yang dihasilkan terlalu lunak, maka akan sulit

ditekan pada saat proses finishing (Barel etal., 2001).

Kekerasan sabun dipengaruhi oleh asam lemak jenuh yang digunakan pada

pembuatan sabun. Asam lemak jenuh biasanya berbentuk padat pada suhu ruang,

sehingga akan menghasilkan sabun yang lebih keras. Apabila sabun terlalu lunak,

maka akan menyebabkan sabun mudah larut dan menjadi cepat rusak (Steve,

2008).

(35)

2. Kemampuan membentuk dan mempertahankanbusa

Busa adalah suatu dispersi koloid, sehingga gas terdispersi dalam fase

kontinyu yang berupa cairan (Schramm, 2005).

Dalam mengevaluasi hasil sabun transparan adalah jumlah busa, kecepatan

pembentuk busa, dan kualitas busa. Evaluasi busa dapat menggunakan Ross-Miles

foam height tester. Pengukuran tinggi busa dilakukan dengan membalik –

balikkan tabung silinder yang berisi sabun selama beberapa waktu (Barel et al.,

2001).

Busa merupakan salah satu parameter penting dalam penentuan mutu

sabun. Sabun dengan busa melimpah pada umumnya lebih disukai oleh

konsumen. Busa memiliki peran dalam proses pembersihan dan melimpahkan

wangi sabun pada kulit (Langingi et al., 2012).

3. Derajat keasaman (pH)

Sabun pada umumnya mempunyai pH sekitar 10 (Mitsui, 1997). Apabila

kulit terkena cairan sabun, pH kulit akan naik beberapa menit setelah pemakaian

meskipun kulit telat dibilas dengan air. Pengasaman kembali terjadi setelah lima

sampai 10 menit, dan setelah 30 menit pH kulit menjadi normal kembali

(Wasitaatmaja, 1997) yaitu sekitar 4,5 – 6,5.

4. Transparansi sabun batang

Sabun dapat dikatakan transparan bila seseorang dapat membaca tulisan

dengan font tipe 14 melalui sabun dengan ketebalan 0,25 inchi. Sabun transparan

dibuat dengan melarutkan base soap dalam etanol (20%-50%), gliserin (5%-25%)

(36)

18

G. Landasan Teori

Bagian dari tanaman jahe yang berfungsi memberi aroma dan rasa adalah

minyak atsiri. Minyak atsiri memiliki banyak kegunaan, antara lain sebagai

industri parfum, industri farmasi, dan industri kosmetik. Minyak jahe

mengandung beberapa senyawa kimia antara lain zingiberen, kamfen, fellandren,

sitral, sineol dan zingiberol.

Sabun merupakan salah satu bentuk sediaan kosmetik yang dapat berfungsi

untuk mengangkat kotoran atau lemak yang menempel pada kulit, dengan

menurunkan tegangan permukaan. Sabun dapat dibuat melalui 2 proses, yaitu

saponifikasi dan netralisasi. Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara

trigliserida dengan alkali, sedangkan proses netralisasi terjadi karena adanya

reaksi asam lemak bebas dengan alkali.Struktur sabun yang memiliki bagian

kepala bersifat polar dapat mengikat air yang bersifat polar dan pada bagian

ekornya yang bersifat non polar dapat mengikat kotoran dan lemak yang bersifat

non polar.

Salah satu jenis sabun adalah sabun transparan atau transparent soap.

Transparent soap memiliki nilai estetika yang lebih tinggi dibandingkan jenis

sabun yang lain, karena kejernihan dan warna yang transparan yang ada dapat

membuat daya tarik seseorang meningkat. Semakin baik kualitas bahan bakunya,

maka transparent soap yang dihasilkan akan semakin jernih. Dalam pembuatan

sabun, khususnya transparent soap, diperlukan basa alkali yang nantinya akan

bereaksi dengan asam lemak untuk membentuk reaksi saponifikasi.

(37)

Salah satu basa alkali yang sering digunakan dalam pembuatan sabun adalah

NaOH. Fungsi basa adalah sebagai agen pereaksi dengan fase minyak sehingga

dapat terjadi reaksi saponifikasi. Dengan adanya reaksi antara fase minyak dan

basa, maka dapat terbentuk gliserol dan sabun yang berupa garam sodium atau

pottasium.

H. Hipotesis

Hi1 : NaOH dapat membentuk sabunbatang tranparan

Hi2 : Ca(OH)2 dapat membentuk sabun batang transparan

Hi3 : KOH dapat membentuk sabun batang transparan

Hi4 : Perbedaan basa dapat menyebabkan perbedaan karakteristik fisik pada

(38)

20 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian dengan judul Efek Perbedaan Basa terhadap Karakteristik

Fisik Sabun Batang Transparan Minyak Jaheini merupakan jenis penelitian

eksperimental. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan

acak.

B. Variabel dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah jenis dan banyaknya basa yang

digunakan, yaitu NaOH, KOH, dan Ca(OH)2.

b. Variabel tergantung dalam penelitian ini adalah sifat fisik sabun batang

transparan yang meliputi kekerasan, pembentukan busa, pH sabun,

transparansi sabun.

c. Variabel pengacau terkendali dalam penelitian ini adalah suhu waterbath,

kecepatan putar mixer, kecepatan pendinginan, lama pengadukan,

komposisi transparent soap bar selain NaOH, KOH, dan Ca(OH)2.

d. Variabel pengacau tak terkendali dalam penelitian ini adalah perubahan

suhu ruangan dan perubahan kelembaban.

2. Definisi Operasional

a. Sabun batang merupakan sabun yang dapat terlihat pada tulisan dengan

font tipe 14 dengan ketebalan 0,25 inchi, yang beraroma minyak jahe yang

dibuat sesuai formula dalam penelitian.

(39)

b. Sabun Na+ adalah sabun batang transparan yang beraroma minyak jahe

f. Sabun “Lf” adalah sabun batangtransparan yang beredar di pasaran, yang

telah banyak digunakan oleh masyarakat.

g. Sabun  “Mf”  adalah  sabun  batang transparan yang beredar di pasaran, yang

menggunakan bahan alam.

h. Kekerasan sabun menunjukkan ketahanan sabun batang terhadap tekanan

mekanik yang diberikan secara vertikal oleh hardness tester. Kekerasan

dicata dalam satuan kg.

i. Kemampuan membentuk dan mempertahankan busa adalah kemampuan

untuk mengetahui bagaimana busa dapat bertahan setelah didiamkan

dalam waktu 20 menit. Selisih busa dicatat dalam satuan mm.

j. Sifat fisik sabun adalah parameter untuk evaluasi sabun batang transparan

yang meliputi kekerasan, pembentukan dan ketahanan busa, pH sabun,

transparansi sabun.

k. Subjective assessment merupakan penilaian yang diberikan oleh responden

(40)

22

C. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian adalah asam stearat

(farmasetis,   diperoleh   dari   “Bratachem”), minyak jarak (diperoleh dari

“Bratachem”), BHT (farmasetis), NaOH, Ca(OH)2, KOH,etanol (teknis), asam

sitrat (farmasetis), gliserin (farmasetis), betain (farmasetis), gula,aquadest, dan

minyak jahe (PT. Phytochemindo Reksa).

D. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah glassware (Pyrex), cawan

porselen, mixer (modifikasi laboratorium Farmasi USD), waterbath (Tamson

Zoetermeer – Holland, 1985, 0023), termometer, pengaduk, sendok, cetakan

sabun, freezer, tabung reaksi berskala, hardness tester (Kiya seishuko), pH meter

(Hanna), homogenizer.

E. Tata Cara Penelitian

1. Formula Sabun Batang Transparan

Formula yang dipilih sebagai basis sabun transparan menurut Hambali et

al (2006) memiliki komposisi formula sebagai berikut :

(41)
(42)

24

2. Pembuatan Transparent Soap Bar

Langkah pertama dengan mencairkan asam stearat pada suhu 70-80 oC.

Selanjutnya, minyak jarak dicampurkan pada asam stearat yang telah larut, diaduk

hingga homogen, kemudian ditambahkan BHT sebagai pengawet. Pada suhu yang

sama ditambahkan NaOH untuk proses penyabunan. Setelah NaOH dimasukkan,

langkah selanjutnya adalah dengan memasukkan etanol, dan tunggu hingga

semuanya larut homogen. Setelah semuanya larut homogen, ditambahkan asam

sitrat, betain, gliserin, serta larutan gula yang telah dilarutkan dengan aquadest

panas untuk mempercepat proses kelarutan. Suhu dijaga tetap sama. Setelah

semuanya tercampur homogen, campuran dihomogenkan kembali dengan

menggunakan mixer selama 1 menit untuk memastikan semua bahan telah

tercampur. Tiga puluh detik pertama, larutan sabun dicampur dengan kecepatan

skala 1untuk memastikan semua bahan telah tercampur, dan 30 detik selanjutnya

dengan memasukkan minyak jahe ke dalam larutan sabun kemudan

dihomogenkan kembali menggunakan mixer dengan kecepatan skala 1. Sabun

(43)

3. Penyusutan Bobot

Penyusutan bobot pada sabun batang transparan dilakukan pada minggu

ke-1 hingga minggu ke-4. Sabun batang transparan dipotong memanjang 7 x 1

cm, dan dapat digunakan untuk pengujian kekerasan, pembentukan busa, dan pH.

Kemudian sabun batang ditimbang untuk dijadikan data pada minggu ke-1.

Minggu selanjutnya sabun ditimbang kembali untuk dibandingkan dengan minggu

ke-1, kemudian setelah ditimbang sabun batang dipotong dan ditimbang seperti

pada minggu ke-1.

4. Karakteristik Fisik Sabun Batang

a. Kekerasan sabun batang

Pengamatan kekerasan dilakukan pada minggu ke-4 setelah pembuatan

sabun batang. Sabun batang dipotong memanjang kemudian ditimbang sebanyak

1 gram, kemudian diletakkan pada hardness tester secara vertikal. Hardness tester

ditekan sampai menembus bagian bawah sabun batang, skala kekerasan yang

tertera dicatat. Kemudian dilakukan pengukuran pada ketiga replikasi, semua

hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata kekerasan sabun batang.

b. Kemampuan membentuk dan mempertahankan busa

Pengamatan kemampuan membentuk dan mempertahankan busa

dilakukan pada minggu ke-4 setelah pembuatan sabun batang. Sabun batang

ditimbang sebanyak 3 gram dan dilarutkan dalam 30 mL aquadest. Campuran

dapat dipanaskan untuk membantu kelarutan. Sebanyak 25 mL larutan campuran

dimasukkan ke dalam tabung reaksi berskala, lakukan pengocokan dengan

(44)

26

pada ketiga replikasi, hasil pengukuran pertama setelah dihomogenizer dikurangi

dengan pengukuran kedua setelah didiamkan dalam waktu 20 menit.

c. Derajat Keasaman (pH)

Pengamatan keasaman dilakukan pada minggu minggu ke-4 setelah

pembuatan sabun batang. Sabun batang ditimbang sebanyak 1 gram dan

dilarutkan dalam 10 mL aquades. Jika diperlukan, campuran dapat dipanaskan

untuk membantu kelarutan. Kemudian pH meter dicelupkan ke dalam larutan. pH

yang diperoleh diamati. Kemudian dilakukan pengukuran pada ketiga replikasi,

semua hasilnya dicatat dan ditentukan rata-rata derajat keasamannya (pH).

d. Transparansi Sabun Batang

Transparansi sabun batang dapat diuji dengan membaca tulisan dengan

font tipe 14 melalui sabun batang dengan ketebalan 0,25 inchi. Kemudian

dilakukan pengukuran pada ketiga replikasi, semua hasilnya dicatat dan

ditentukan rata – rata transparansinya.

5. Subjective Assessment

Subjective Assessment dilakukan dengan cara membagikan kuisioner

sebagai gambaran penerimaan masyarakat atau konsumen terhadap hasil produk

yang dihasilkan.

F. Analisis Hasil

Untuk mengetahui perbedaan signifikan dari persen bobot minggu 4,

digunakan uji Paired t test untuk masing – masing sabun batang. Uji Paired t test

digunakan apabila data yang diperoleh merupakan distribusi normal, tetapi apabila

(45)

Wilcoxon test. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan menggunakan taraf

kepercayaan 95%.

Membandingkan hasil dari tiap uji sifat fisik sabun batang transparan

menggunakan basa dan level yang berbeda dengan dua merek sabun batang

transparan yang telah beredar dipasaran menggunakan Uji T tidak berpasangan.

Uji T tidak berpasangan digunakan karena pada hasil penelitian didapatkan bahwa

Kalsium Hidroksida (KOH), Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) dan Natrium

Hidroksida (NaOH) level rendah tidak dapat membentuk sabun batang transparan

sehingga yang akan dibandingkan dengan standart hanya sabun batang yang

menggunakan basa NaOH pada level tengah dan tinggi saja. Hasil sifat fisik yang

akan dibandingkan dengan standar adalah kekerasan dan kemampuan membentuk

dan mempertahankan busa. Apabila dari analisis hasil didapatkan data distribusi

normal, maka dapat dilanjutkan analisis menggunakan t test, akan tetapi jika hasil

analisis data menunjukkan data distribusi tidak normal, digunakan Wilcoxon test.

Penarikan kesimpulan menggunakan taraf kepercayaan 95%.

Kuisioner subjective assessment dilakukan untuk mendapatkan gambaran

dari penerimaan konsumen terhadap produk yang dibuat. Data dalam kuisioner

(46)

28 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Formulasi Sabun Batang Transparan

Formula yang digunakan pada penelitian ini merupakan hasil modifikasi

dari formula acuan sabun batang transparan yang dibuat oleh Hambali et al.

(2006). Bahan – bahan yang digunakan dalam pembuatan sabun batang transparan

ini, antara lain adalah asam stearat, minyak jarak, BHT (Butylated Hydroxy

Toluene), NaOH, Ca(OH)2, KOH, Etanol 96%, asam sitrat, betain, gliserin,

sukrosa, aquadest, serta minyak jahe.

Langkah awal dalam pembuatan sabun batang transparan adalah dengan

melelehkan asam stearat di atas waterbath pada suhu 70-80oC. Asam stearat

merupakan kristal putih yang meleleh pada suhu 69-70oC (Rowe, Sheskey, and

Quinn, 2009), sehingga agar asam stearat larut sempurna maka dipanaskan pada

suhu 70-80oC. Asam stearat berperan dalam memberikan konsistensi dan

kekerasan pada sabun, serta dapat menstabilkan busa (Steve, 2008). Setelah asam

stearat meleleh, langkah selanjutnya adalah menambahkan minyak jarak pada

asam stearat yang telah leleh. Minyak jarak yang telah bercampur dengan asam

stearat akan menjadi fase asam lemak dan akan bereaksi dengan basa NaOH untuk

pembentukan sabun dalam reaksi saponifikasi.

Minyak jarak yang memiliki kegunaan sebagai emollient dapat membantu

untuk mencegah terjadinya dehidrasi pada kulit saat sabun diaplikasikan. Hasil

dari reaksi RCOOH + NaOH  RCOO

+ Na+, dapat mensuspensi kotoran dalam

(47)

kulit sehingga pori – pori yang ada dikulit akan terbuka sehingga kotoran pada

kulit dapat terangkat, akan tetapi terkadang sebum juga dapat ikut terbilas.

Apabila sebum yang berfungsi untuk melembabkan kulit tersebut ikut terbilas,

maka kulit seseorang akan terlihat kering, oleh sebab itu pada pembuatan sabun

batang digunakan minyak jarak yang dapat berfungsi sebagai emollientyang dapat

melembabkan kulit.

Langkah selanjutnya, setelah asam stearat dan minyak jarak homogen,

ditambahkan BHT pada larutan tersebut yang berfungsi sebagai antioksidan.

Penambahan BHT merupakan faktor yang penting karena berfungsi untuk

mencegah terjadinya oksidasi dari fase minyak yang dimungkinkan tidak beraksi

sempurna dengan NaOH. Apabila terjadi oksidasi, maka dapat menimbulkan bau

tengik pada sabun, karena sabun tersusun dari asam lemak yang sebagian besar

mengandung ikatan tak jenuh dan sangat mudah teroksidasi. Setelah penambahan

BHT dilakukan, langkah selanjutnya adalah menambahkan NaOH sebagai basa ke

dalam larutan tersebut. Fungsi dari NaOH itu sendiri adalah sebagai basa, yang

akan berikatan dengan asam lemak untuk membentuk sabun dalam reaksi

saponifikasi.

RCOOH + NaOH  RCOONa + H2O

Pada pembentukan sabun batang, fase minyak dan basa merupakan

komposisi terpenting. Dalam penelitian ini, basa alkali yang digunakan adalah

NaOH, KOH, dan Ca(OH)2, sehingga penulis ingin mengetahui dengan perbedaan

(48)

30

atau tidak. Masing – masing basa dibuat menjadi 3 konsentrasi yang berbeda,

yaitu level rendah, tengah, dan tinggi. Pada saat pembuatan sabun batang

menggunakan basa NaOH level rendah, reaksi saponifikasi tidak dapat berjalan

sehingga sabun batang tidak terbentuk. Penambahan NaOH pada saat pembuatan

sabun batang harus dilakukan dengan jumlah yang tepat. Apabila NaOH yang

ditambahkan terlalu pekat, maka alkali bebas yang tidak berikatan dengan

trigliserida atau asam lemak akan terlalu tinggi sehingga dapat mengiritasi kulit.

Sebaliknya apabila NaOH yang ditambahkan terlalu encer atau terlalu sedikit,

maka sabun batang yang dihasilkan akan mengandung asam lemak bebas yang

tinggi (Kamikaze, 2002), sehingga sabun batang tidak dapat terbentuk dengan

sempurna.

Pada saat pembuatan sabun batang menggunakan NaOH level tinggi,

sabun batang dapat dihasilkan, akan tetapi pada saat akan dilakukan pendinginan,

sabun batang lebih cepat mengeras dibandingkan pada level tengah. Sehingga

pada proses pembentukan sabun batang menggunakan basa NaOH, sabun batang

yang dapat terbentuk hanya pada level tengah dan tinggi, meskipun pada level

tinggi sabun memiliki pH yang sangat tinggi sehingga nantinya dapat beresiko

mengiritasi kulit.

Pembentukan sabun batang menggunakan Ca(OH)2 juga tidak dapat

terjadi. Kalsium Hidroksida (Ca(OH)2) merupakan jenis basa alkali yang hanya

dapat larut dalam gliserin, dan tidak dapat larut dalam etanol maupun aquadest.

Pada saat Ca(OH)2 dimasukkan ke dalam larutan yang berisi asam stearat, minyak

(49)

pernyataan oleh Thomssen (1992) dalam penelitiannya yang mengatakan bahwa

Ca(OH)2 termasuk dalam lime saponification, sehingga pada saat terjadi reaksi

saponifikasi terdapat banyak ketidakmurnian (impurities) dan lime saponification

terjadi pada air sadah tinggi sehingga tidak akan dapat dihasilkan buih

sebagaimana mestinya pada sabun, karena keberadaan ion – ion kalsium dan

magnesium di dalam air mengakibatkan sabun akan mengendap sebagai garam

kalsium dan magnesium, sehingga tidak dapat membentuk emulsi secara efektif.

RCOONa + Ca2+ + H2O  Ca(RCOO-)2(s)

Pada saat pembuatan sabun batang menggunakan basa KOH, sabun batang

dapat dihasilkan akan tetapi tidak terbentuk sabun batang padat, melainkan sabun

lunak (cair). Hal tersebut disebabkan karena molekul Kalium lebih besar daripada

Natrium sehingga dalam berjalannya reaksi lebih lambat sehingga terbentuk sabun

lunak (cair). Kalium Hidroksida juga memiliki sifat mudah larut dalam air,

sehingga sering digunakan untuk pembuatan sabun cair.

Langkah selanjutnya dalam pembuatan sabun batang transparan, untuk

membantu melarutkan sabun batang, ditambahkan etanol 96% yang berfungsi

sebagai pelarut untuk sabun yang mulai terbentuk. Etanol digunakan sebagai

pelarut karena sifatnya yang mudah larut dalam gugus non polar maupun polar.

Sabun yang mulai terbentuk dalam reaksi saponifikasi harus larut sempurna dalam

etanol agar dapat menghasilkan larutan sabun yang bening, sehingga pada saat

(50)

32

Basa NaOH yang telah larut sempurna dalam etanol, langkah selanjutnya

dimasukkan asam sitrat yang berfungsi sebagai pengatur pH.Sifat alkalis pada

sabun dapat membuat kulit teriritasi, sehingga perlu ditambahkan asam sitrat yang

merupakan asam lemah yang dapat menurunkan pH sabun. Selain itu asam sitrat

juga berfungsi sebagai agen pengkelat, yaitu pengikat ion – ion logam yang dapat

memicu terjadinya oksidasi, sehingga dengan penambahan asam sitrat dapat

mencegah terjadinya oksidasi minyak akibat pemanasan pada suhu tinggi. Setelah

asam sitrat dimasukkan, bahan lain seperti betain dan gliserin juga dimasukkan

dalam larutan. Betain berfungsi sebagai surfaktan, dan memiliki pembusa,

pengemulsi, serta pembasah yang baik. Selain itu betain dipilih sebagai surfaktan

karena sifat betain itu sendiri yang relatif tidak mengiritasi kulit pada saat

digunakan, sehingga kulit tidak akan mengalami iritasi (Barel et al, 2001).

Gliserin berfungsi sebagai humektan, karena pada gugus gliserin

mengandung banyak gugus OH yang dapat mengambil H dari H+ sehingga dapat

membentuk air dan kulit dapat terjaga kelembabannya. Kelembaban kulit sangat

perlu dijaga supaya sel pada kulit tetap hidup. Dengan menggunakan sabun,

lapisan hidrolipid yang dapat membantu untuk melembabkan kulit dapat hilang,

sehingga diperlukan moisturizer atau humektan yang dapat melembabkan kulit.

Untuk membuat sabun menjadi transparan, perlu ditambahkan sukrosa

yang sebelumnya telah dilarutkan dalam aquadest panas. Digunakan aquadest

panas karena dapat mempercepat kelarutan. Pada proses pembuatan sabun

transparan, sukrosa berfungsi untuk membantu terbentuknya transparansi pada

(51)

1995), sehingga pada saat mengalami fase pendiaman, sukrosa dapat membantu

perkembangan kristal sehingga dapat membuat sabun terlihat lebih transparan.

Pencampuran untuk masing – masing bahan sabun batang transparan dilakukan

setiap 1 menit.

Untuk memastikan larutan sabun telah bercampur sempurna, pengadukan

dibantu menggunakan mixer dengan kecepatan skala 1 untuk memastikan bahwa

larutan sabun telah homogen. Mixer dilakukan selama 1 menit, 30 detik pertama

melarutkan semua larutan, dan 30 detik selanjutnya adalah mencampurkan larutan

sabun dengan minyak jahe dan dihomogenkan. Larutan sabun yang telah jadi

dituang ke dalam cetakan kemudian didiamkan sampai terbentuk massa sabun,

kemudian disimpan di dalam freezer. Tujuan pendinginan supaya kristal yang

terbentuk semakin cepat sehingga sabun yang dihasilkan dapat memiliki tingkat

transparansi yang lebih tinggi. Sabun dapat menjadi keruh apabila pendiaman

sabun terlalu lama, karena akan terbentuk fiber putih sehingga dapat mengurangi

tingkat kejernihan sabun.

Dalam penelitian ini, Sabun K+, Ca2+, dan Na+ level rendah tidak dapat

menghasilkan sabun batang transparan, sehingga untuk uji karakteristik fisik

hanya dilakukan pada sabun Na+ level tengah dan tinggi.

B. Penentuan Penyusutan Bobot

Sabun batang transparan yang telah dibuat didiamkan pada suhu ruangan

selama 1 bulan agar memperoleh keadaan yang konstan, biasa disebut dengan

(52)

34

berfungsi untuk menghilangkan etanol yang terdapat di dalam sabunkarena dapat

mengiritasi kulit. Jika hampir semua etanol telah menguap, maka dapat dikatakan

bobot sabun telah tetap / konstan. Pendiaman sabun batang pada suhu ruangan

dilakukan selama 4 minggu, sehingga dianggap seluruh etanol telah menguap

sehingga sabun tidak mengiritasi kulit pada saat digunakan.

Untuk menentukan signifikansi penyusutan bobot dari sabun transparan,

data diolah menggunakan uji paired t-test, dikarenakan data yang didapat

berdistribusi normal.

Tabel VI. p-valuePaired t-test penyusutan bobot 1-4minggu

Formula Sabun Jumlah Sampel p-value

Minggu 1 – Minggu 2 6 0,006333

Minggu 2 – Minggu 3 6 0,002008

Minggu 3 – Minggu 4 6 0,113

Dilihat dari tabel di atas, pada minggu 3 ke minggu 4 memiliki p-value >

0,05, yaitu 0,113. Dengan melihat p-value yang ada, dapat disimpulkan bahwa

pada mulai minggu ke-3 bobot sabun batang sudah dalam keadaan konstan,

dansemua etanol yang terkandung di dalam sabun batang telah hilang sehingga

sabun batang dapat dikatakan tidak mengiritasi kulit. Hal ini menandakan bahwa

(53)

C. Uji Sifat Fisik Sabun Batang Transparan

Sifat fisik merupakan unsur yang penting dalam menentukan kualitas

suatu produk. Sifat fisik sabun batang transparan yang dibuat akan dibandingkan

dengan sabun batang transparan yang telah beredar dipasaran. Hal ini dilakukan

untuk mengetahui sabun batang transparan yang dibuat telah memenuhi standar

yang telah beredar di masyarakat atau belum. Sabun merek dagangyang

digunakan adalah sabun “Lf”   dan   “Mf”,   sabun   “Lf”   digunakan   sebagai   standar  

untuk   kekerasan   yang   tinggi,   sedangkan   sabun   “Mf”   digunakan   sebagai   standar  

untuk kekerasan yang rendah. Sifat fisik yang akan diukur pada produk sabun

batang transparan ini adalah kekerasan dan kemampuan membentuk dan

mempertahankan busa. Uji sifat fisik ini dilakukan pada minggu ke -4 dan

dilakukan untuk formula sabun Na+ level tengah dan tinggi.

1. Kekerasan sabun batang

Uji kekerasan sangat perlu dilakukan karena dapat menjamin

keutuhan sediaan pada saat digunakan dan selama penyimpanan sebelum

digunakan. Uji kekerasan pada penelitian ini dilakukan pada formula yang

menggunakan basa NaOH pada level tengah dan tinggi, dengan batas

minimum 1,8 kg.Batas minimum kekerasan ditentukan dari kekerasan

sabun  “Mf”  sebagai  batas  terendah, sehingga diharapkan sabun transparan

yang dibuat memiliki kekerasan tidak kurang dari 1,8 kg. Hasil data

pengukuran uji kekerasan pada minggu ke -4 disajikan dalam bentuk tabel,

(54)

36

Tabel VII. Kekerasan sabun pada minggu ke-4

Formula Kekerasan

Sabun (kg)

Perbedaan dengan

sabun  “Lf” Perbedaan dengan sabun “Mf”

Tengah 2,70 ± 0,30 Berbeda

Berdasarkan tabel VII dapat dikatakan bahwa sabun transparan

untuk formula tengah dan tinggi memasuki batas minimum yang telah

ditentukan.

Untuk mengetahui hasil sabun batang transparan yang telah dibuat

memiliki kesamaan dengan sabun merek dagang, dilakukan pengolahan

data menggunakan Uji T tidak berpasangan yang menggunakan program

R, yang bertujuan untuk mengetahui sabun merek dagang dan sabun

batang yang diuji berbeda atau tidak.

Berdasarkan nilai p-value di atas, dapat disimpulkan bahwa

formula pada sabun batang transparan level tengah berbeda dengan sabun

“Lf”,  akan  tetapi  tidak  berbeda  dengan  sabun  “Mf”,  yang  dapat  dilihat  dari  

nilai p value > 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa sabun batang

transparan  level  tengah  tidak  berbeda  dengan  sabun  “Mf”.

Pada sabun batang transparan level tinggi memiliki nilai p value <

0,05 sehingga dapat disimpulkan berbeda dengan sabun   “Mf”   maupun  

“Lf”.

(55)

2. Kemampuan membentuk dan mempertahankan busa

Uji kemampuan membentuk dan mempertahankan busa sangat

perlu dilakukan karena dengan uji ini dapat diketahui seberapa besar busa

yang dapat bertahan setelah didiamkan pada waktu tertentu.

Uji kemampuan membentuk dan mempertahankan busa dilakukan

pada minggu ke-4 bertujuan untuk mengetahui perubahan pada sabun

batang dalam membentuk dan mempertahankan busa. Uji kemampuan

membentuk dan mempertahankan busa ini digambarkan dengan

banyaknya busa yang dihasilkan setelah dihomogenizer (tinggi busa)

dikurangi dengan sisa busa yang tertinggal setelah didiamkan selama 20

menit. Semakin tinggi ketinggian busa yang terbentuk maka semakin

mampu sabun batang dalam membentuk busa. Batas minimum yang

ditentukan untuk pembentukan busa adalah 44 mm, sedangkan untuk

persentase penurunan busa tidak boleh lebih besar dari 75%.

Hasil pembentukan dan persentase penurunan busa pada minggu ke

-4 disajikan dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk mempermudah

dalam pembacaan hasil, selain itu juga untuk mengetahui simpangan

(56)

38

Tabel VIII. Presentase pembentukan dan ketahanan busa Formula Busa awal

a. Tinggi busa awal merupakan indikasi kemampuan pembentukan busa.

b. Presentase penurunan busa menunjukkan ketahanan pembusaan.

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pada formula

tengah dan tinggi memiliki nilai tidak lebih besar dari 75%. Dilihat dari

tabel VIII, formula tinggi memiliki persentase penurunan busa lebih kecil

dibandingkan pada formula tengah sehingga dapat dikatakan persentase

penurunan busa pada formula tinggi lebih baik dibandingkan pada formula

tengah, karena semakin kecil persentase penurunan busa maka dapat

dikatakan sabun dapat mempertahankan busa dengan baik.

Untuk mengetahui hasil busa sabun batang transparan yang telah

dibuat memiliki kesamaan dengan sabun merek dagang, dilakukan

pengolahan data menggunakan Uji T tidak berpasangan yang

menggunakan program R. Uji T dapat dilakukan apabila hasil dari uji

(57)

atas, didapatkan hasil bahwa untuk sabun batang pada formula tengah,

persentase penurunan busa tidak berbeda dengan sabun merek dagang,

sedangkan pada formula tinggi berbeda dengan sabun merek dagang yang

digunakan.

Tabel IX. Unpaired t test kemampuan membentuk busa level

tengah dan tinggi

dibandingkan dengan sabun merek dagang yang beredar di pasaran

sebagai pembanding, untuk mengetahui pembentukan busa sabun merek

dagang sama dengan sabun batang transparan yang diuji. Berdasarkan

tabel IX, sabun transparan yang dibuat memasuki rentang pembentukan

busa yang telah ditentukan.

Pada   tahap   uji   T   untuk   sabun   “Lf” dan   “Mf”   pada   formula  

tengahdan tinggi didapatkan hasil bahwa pada minggu ke -4 memiliki nilai

p-value > 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima atau

pembentukan busa dari sabun batang transparan yang dibuat sama dengan

sabun merek dagang yang digunakan.

3. Derajat keasaman

Tujuan pengukuran derajat keasaman (pH) pada sabun batang

(58)

40

telah dibuat. Derajat keasaman (pH) sabun batang sangat perlu diketahui

karena apabila sabun yang dihasilkan terlalu basa maka dapat mengiritasi

kulit, sehingga sangat diperlukan sabun yang memiliki pH dibawah 11

(Anonim, 2009). Pengukuran dilakukan menggunakan indikator pH

universal. Hasil pengukuran pH sebagai berikut :

Tabel X. pH untuk masing – masing formula

Sabun NaOH Sabun Merek Dagang

Tengah Tinggi Sabun  “Lf” Sabun  “Mf”

8 – 9 12 – 13 9 – 10 9 – 10

Rentang untuk pH sabun standar yaitu 9 – 10. Berdasarkan hasil

tabel X, sabun NaOH level tengah dan tinggi tidak memasuki rentang

untuk pH sabun standar, akan tetapi dapat dilihat bahwa sabun NaOH pada

level tengah memiliki nilai pH 8 – 9 dan mendekati dengan pH pada kulit,

yaitu 5 – 6, sehinggadalam hal derajat keasaman (pH) dapat dikatakan

sabun transparan yang dibuat jika dibandingkan dengan sabun standar

lebih baik.

Pada sabun batang NaOH level tinggi didapatkan nilai pH yang

tinggi, sehinga dapat disimpulkan sabun batang NaOH level tinggi dapat

mengiritasi kulit karena pH yang ada melebihi standar pH sabun pada

umumnya.

4. Transparansi sabun

Sabun NaOH level tengah dan tinggi memiliki tingkat transparansi

hampir sama, akan tetapi warna sabun untuk NaOH level tinggi menjadi

(59)

Baig, 1995) apabila pH sabun lebih tinggi dapat menyebabkan warna

sabun lebih gelap, sehingga transparansi dari sabun NaOH level tengah

lebih baik dibandingkan dengan level tinggi.

D. Subjective Assessment

Subjective Assessment dilakukan untuk mendapatkan gambaran

penerimaan dari konsumen terhadap produk yang dibuat. Untuk pengambilan data

menggunakan kuisioner.Subjective Assessment dilakukan dengan mengajukan

pertanyaan yang berupa pertanyaan tertutup dengan pilihan jawaban telah

disiapkan dan responden memilih jawaban yang sesuai hasil pengamatannya.

Responden yang diambil sebanyak 30 orang karena 30 sampel tersebut dianggap

telah mewakili populasi yang ada. Minimal pengambilan sampel adalah 20%

untuk populasi dengan jumlah kecil (Sevilla, Ochave, Punsalan, Regala, Uriarte,

1993). Hasil dari Subjective Assessment ditulis dalam bentuk diagram seperti pada

gambar 3 dan 4.

Dalam diagram ditunjukkan ada 2 parameter yang digunakan, yaitu suka

dan setuju. Parameter suka digunakan untuk mengetahui responden menyukai

sabun yang dibuat berikut dengan pertanyaan – pertanyaan yang ada (subjektif),

sedangkan parameter setuju untuk menunjukkan pertanyaan – pertanyaan yang

dibuat sesuai dengan produk yang dibuat (objektif). Dari hasil diagram yang ada

menunjukkan bahwa responden menyukai dan menyetujui mengenai aroma,

bentuk produk sabun, sensasi lembut pada kulit, busa yang dihasilkan, dan

(60)

42

produk yang telah dibuat. Akan tetapi kesimpulan saran yang diajukan oleh

responden adalah untuk mengurangi aroma jahe agar tidak terlalu beraroma pekat.

Gambar 3. Subjective assessment terhadap sabun yang dihasilkan

Gambar 4. Subjective assessment terhadap sabun yang dihasilkan 0%

sangat tidak setuju tidak setuju setuju sangat setuju

(61)

43 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Penggunaan basa NaOH level rendah dan Ca(OH)2 tidak dapat terjadi

reaksi saponifikasi sehingga sabun batang tidak terbentuk, sedangkan pada

saat penggunaan basa KOH dihasilkan sabun lunak atau cair.

2. Basa NaOH level tengah dan tinggi memiliki kekerasan sesuai dengan

sabun   merek   dagang   “Lf”   dan   “Mf”,  namun pH sabun pada level tinggi

melebihi rentang yang ditentukan sehingga sabun batang transparan tidak

dapat diterima oleh masyarakat, dan hanya sabun pada level tengah yang

dapat diterima. Sabun NaOH level tengah memiliki transparansi yang

lebih baik dibandingkan sabun pada level tinggi. Sabun Ca(OH)2, KOH,

dan NaOH level rendah tidak memiliki kekerasan yang sesuai dengan

sabun merek dagang yang digunakan.

B. SARAN

1. Hasil dari penilitian ini masih perlu dilakukan uji iritasi untuk memberi

jaminan keamanan pada saat digunakan.

2. Perlu dilakukan optimasi suhu, waktu pencampuran, serta bahan – bahan

lain yang dapat digunakan untuk membuat sabun transparan minyak jahe

Gambar

Gambar 1. Mekanisme saponifikasi sabun...........................................................
Gambar 2. Mekanisme netralisasi sabun(Anne, 2014)
Tabel I. Macam – macam asam lemak dan sifat sabun yang dihasilkan
Tabel II. Formula acuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh perbedaan komposisi kokamidopropil betain dan gliserin pada sediaan sabun wajah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kokamidopropil betain dalam sediaan sabun mandi transparan minyak atsiri buah jeruk purut terhadap stabilitas busa

Apakah masih ada aktivitas dari minyak atsiri buah jeruk purut terhadap Staphylococcus aureus setelah diformulasikan dalam sediaan sabun mandi padat transparan..

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan kokamidopropil betain dalam sediaan sabun mandi transparan minyak atsiri buah jeruk purut terhadap stabilitas busa

Pasien akan menerima terapi termo sauna dua kali seminggu selama ± 30 menit setiap sesinya, dimana sebelum termo sauna akan dilakukan masase dengan minyak jahe yang diencerkan

Penelitian tentang pengaruh penambahan bahan pengental gliserin dan surfaktan cocoamidopropyl betaine terhadap viskositas dan ketahanan busa sediaan sabun cair

Fakultas Vokasi ITS Pembuatan Sabun Transparan dari Minyak Kelapa dengan Penambahan Ekstrak Buah Mengkudu Menggunakan Metode Saponifikasi NaOH titer dan titik keruh tidak jauh

Uji hedonik ini dilakukan oleh 20 panelis baik laki laki atau perempuan (Mahasiswa Universitas Pakuan, Bogor) terhadap sediaan sabun transparan aromaterapi minyak