• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Koordinasi Strategis BKPRN Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Koordinasi Strategis BKPRN Tahun 2014"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

i

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

KATA PENGANTAR

Penataan ruang di Indonesia dilandasi oleh Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Undang-Undang ini telah membawa banyak perubahan dalam berbagai aspek pembangunan nasional, terutama dalam hal koordinasi pembangunan, perencanaan, dan penegakan hukum dalam upaya mewujudkan tujuan penyelenggaraan penataan ruang nasional. Penyelenggaraan penataan ruang meliputi: (a) pengaturan, pembinaan, dan pengawasan penataan ruang; (b) pelaksanaan penataan ruang nasional; dan (c) koordinasi penyelenggaraan penataan ruang lintas sektor, lintas wilayah, dan lintas pemangku kepentingan.

Penyusunan kebijakan, pelaksanaan, pembinaan, dan pengawasan penataan ruang melibatkan peran berbagai sektor terkait sehingga memerlukan keterpaduan dan keserasian penanganan dalam satu wadah koordinasi nasional. Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) yang dibentuk melalui Keppres No. 4 Tahun 2009 merupakan lembaga ad-hoc yang dibentuk sebagai respon terhadap kebutuhan koordinasi 14 Kementerian/Lembaga bidang penataan ruang. Dalam pelaksanaan tugasnya, BKPRN telah berperan dalam berbagai penyelesaian peraturan perundang-undangan, Perpres RTR KSN, Perpres RTR Pulau, Perda RTRW, penyelesaian konflik pemanfaatan ruang serta penguatan kelembagaan tata ruang.

Menteri PPN/Kepala Bappenas merupakan Sekretaris BKPRN, yang bertugas membantu pelaksanaan tugas BKPRN.Dalam pelaksanaan tugasnya, Menteri PPN/Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat BKPRN, yang dikoordinasikan oleh Deputi Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah sebagai Penanggungjawab Sekretariat BKPRN.Pada pelaksanaan tugas harian Sekretariat BKPRN, Penanggungjawab Sekretariat BKPRN dibantu oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan selaku Ketua Sekretariat BKPRN.

Laporan ini merupakan gambaran pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dan/atau dikoordinasikan oleh Sekretariat BKPRN dalam wadah Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN selama tahun 2014. Kami berharap penyelenggaraankegiatan ini ke depan dapat berkontribusi pada peningkatan kualitas penataan ruang, menjadi bahan masukan untuk perbaikan koordinasi dan implementasi pelaksanaan di masa mendatang dan juga penguatan peran BKPRN ke depan.

Jakarta, Desember 2014 Direktur Tata Ruang dan Pertanahan

(3)

ii

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI ... ii DAFTAR TABEL ... iv DAFTAR GAMBAR ... v I. PENDAHULUAN ... 1 A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan dan Sasaran ... 2

C. Lingkup Kegiatan ... 2 D. Keluaran ... 3 E. Metodologi ... 3 F. Jangka Waktu ... 3 G. Dasar Hukum ... 3 H. Sistematika Laporan ... 3

II.JADWAL DAN RENCANA KERJA KEGIATAN TIM KOORDINASI STRATEGIS SEKRETARIAT BKPRN ... 5

A. Tugas Sekretariat BKPRN ... 5

B. Agenda kerja BKPRN tahun 2014-2015 ... 5

C. Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014 ... 12

III. FASILITASI KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL... 14

A. Penyusunan dan Penetapan Peraturan Perundang-Undangan Bidang Penataan Ruang ... 14

1. Penetapan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara 14 2. Penetapan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan .. 14

3. Penyusunan dan Penetapan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional ... 15

4. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan Kabupaten/Kota ... 16

5. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) ... 19

B. Integrasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) ...20

1. Penyusunan Roadmap Penyelesaian RZWP-3-K Tahun 2015-2019 ...20

(4)

iii

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

3. Penyusunan Protokol Integrasi RZWP-3-K ke dalam RTRW ... 22

C. Percepatan penyelesaian Rencana Detail Tata Ruang ... 23

D. Penyelarasan Implementasi LP2B ... 24

E. Penyusunan Pedoman Tata Batas kehutanan ... 25

F. Penyusunan Tata Cara Pembuatan SOP BKPRD ... 25

G. Penyusunan Pedoman Penyelesaian Konflik Penataan Ruang ... 26

H. Inisiasi penyusunan RUU Pengelolaan Ruang Udara Nasional ... 26

I. Koordinasi Penyelesaian Sengketa dan Konflik Penataan Ruang ...28

1. Rencana investasi pabrik kelapa sawit di Kota Dumai ... 29

2. Pembangunan pabrik baja di Kabupaten Trowulan ... 29

3. Pembangunan bandara karawang dan pelabuhan cilamaya di Kabupaten Karawang ...30

IV. PEMANTAPAN KELEMBAGAAN DAN KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL DAN DAERAH ... 31

A. Sidang Menteri BKPRN ... 31

B. Raker Regional BKPRN Tahun 2014 ... 31

C. Rakor Nasional BKPRD Tahun 2014 ... 32

D. Peringatan Hari Tata Ruang Nasional Tahun 2014 ... 33

V.KEHUMASAN DAN DOKUMENTASI... 34

A. Penyusunan Buletin Tata Ruang dan Pertanahan 2014 ... 34

1. Buletin TRP Edisi I tahun 2014... 34

2. Buletin TRP Edisi II Tahun 2014 ... 35

B. Laporan Pelaksanaan Koordinasi Penataan Ruang Nasional ... 36

1. Laporan Kegiatan BKPRN Semester I Tahun 2014 ... 36

2. Laporan Kegiatan BKPRN Tahun 2009-2014 ... 37

C. Penyebaran Informasi Tata Ruang melalui Web & keikutsertaan dalam Pameran,e-BKPRN, scribd, landspatial, dan lainnya ... 38

VI. PENUTUP ... 40

A. Kesimpulan ... 40

(5)

iv

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 1 BKPRN ... 7

Tabel 2 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 2 BKPRN ... 9

Tabel 3 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 3 BKPRN ... 10

Tabel 4 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 4 BKPRN ... 11

Tabel 5 Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014 ... 12

Tabel 6 Status Penetapan RTRW Provinsi ... 16

(6)

v

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Raker Reginal BKPRN Wilayah I ... 31

Gambar 2 Rakornas BKPRD Tahun 2014 ... 32

Gambar 3 Sambutan Dep. Regional dan Otonomi Daerah, Bappenas pada Acara Puncak Peringatan Hatarunas 2014 ... 33

Gambar 4 Buletin TRP edisi 1 Th 2014 ... 34

Gambar 5 Laporan Kegiatan BKPRN Smt. 1 Th. 2014 ... 36

(7)
(8)

1

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

I.

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN) merupakan lembaga ad hoc yang dibentuk untuk memenuhi kebutuhan berbagai instansi pemerintah dalam menyelesaikan isu penataan ruang bagi kebutuhan pembangunan secara terkoordinasi. Menindaklanjuti kebutuhan tersebut ditetapkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional. Berdasarkan amanat Keppres tersebut, BKPRN memiliki tugas mengkoordinasikan, antara lain:

1) Penyiapan kebijakan penataan ruang nasional;

2) Penyusunan peraturan perundang-undangan di bidang penataan ruang;

3) Pemaduserasian berbagai peraturan perundang-undangan yang terkait dengan penyelenggaraan penataan ruang;

4) Penanganan dan penyelesaian masalah yang timbul dalam penyelenggaraan penataan ruang dan memberikan pengarahan serta saran pemecahannya;

5) Fasilitasi kerjasama penataan ruang antarprovinsi;

6) Upaya peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan penataan ruang; dan

7) Pelaksanaan RTRWN, pemantauan pelaksanaan RTRWN, dan pemanfaatan hasil pemantauan tersebut untuk penyempurnaan Rencana Tata Ruang.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Menteri PPN/Kepala Bappenas) berkedudukan sebagai Sekretaris merangkap Anggota BKPRN, dengan tugas memberikan dukungan kesekretariatan dalam pelaksanaan tugas-tugas BKPRN (PERMENKO No. PER-02/M.EKON/10/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKPRN Pasal 2 Ayat (4)).

Dalam pelaksanaan tugas sebagai sekretaris, Menteri PPN/Kepala Bappenas dibantu oleh Sekretariat BKPRN melalui Tim Koordinasi Strategis BKPRN yang dikoordinasi oleh Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah dibantu oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan. Berdasarkan Keputusan Menteri PPN Nomor KEP. 8/M.PPN/HK/02/2014 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN, tugas Tim Koordinasi Strategis BKPRN meliputi:

1) Penyusunan jadwal dan rencana kerja kegiatan Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN;

2) Penyusunan agenda dan menyiapkan bahan Sidang BKPRN;

3) Pengumpulan dan penyusunan bahan, data dan informasi yang dibutuhkan, termasuk melakukan studi kepustakaan dan wawancara dengan semua pihak yang terkait, dalam rangka koordinasi penataan ruang nasional;

4) Fasilitasi pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional;

5) Penyusunan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional;

6) Penyusunan laporan hasil kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas; dan

(9)

2

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Oleh karena itu, dalam rangka memenuhi tugas-tugas tersebut, Sekretariat BKPRN menyusun Laporan Koordinasi Strategis yang merupakan penjelasan dari berbagai kegiatan Sekretariat BKPRN sepanjang tahun 2014.

B.

Tujuan dan Sasaran

Penyusunan Laporan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN bertujuan untuk memberikan gambaran kegiatan yang telah dilakukan Sekretariat BKPRN sepanjang tahun 2014. Melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan Sekretariat BKPRN diharapkan dapat meningkatkan efektivitas penyelenggaraan penataan ruang yang terkoordinasi serta menurunkan jumlah konflik penataan ruang di tingkat pusat dan daerah dengan hasil akhir terselenggaranya kegiatan kordinasi dalam forum BKPRN, perencanaan dan program pembangunan bersinergi antarinstansi, serta tersosialisasinya keputusan-keputusan strategis yang diputuskan dalam forum BKPRN.

Dampak yang diharapkan dengan adanya kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN, antara lain:

1) Pembangunan nasional yang berbasis penataan ruang untuk mengembangkan pola pembangunan berkelanjutan.

2) Peningkatan koordinasi pembangunan baik di tingkat kebijakan nasional maupun kebijakan yang lebih operasional pada bidang penataan ruang yang sifatnya lintas sektor dan multistakeholders.

3) Percepatan penyusunan peraturan pelaksana dari peraturan perundang-undangan yang telah diterbitkan serta implementasinya di bidang penataan ruang nasional. 4) Penguatan kelembagaan penataan ruang nasional, provinsi, dan kabupaten/kota

yang kuat dan efektif.

5) Peningkatan sinkronisasi dan integrasi antara sistem perencanaan pembangunan nasional dengan penataan ruang.

C.

Lingkup Kegiatan

Berdasarkan tugas-tugas Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPN sebelumnya, lingkup kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN mencakup:

1) Penyusunan jadwal dan rencana kerja tahunan BKPRN berdasarkan hasil Rapat Kerja Nasional BKPRN;

2) Penyusunan agenda dan bahan Sidang BKPRN baik secara periodik maupun insidental;

3) Pengumpulan dan pengolahan bahan, data dan informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRN dan pengembangan e-BKPRN;

4) Fasilitasi pelaksanaan koordinasi dalam rapat-rapat Menteri, Eselon I, II, III BKPRN;

5) Penyusunan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional untuk disampaikan oleh Ketua BKPRN kepada Presiden setiap 6 bulan sekali;

6) Pendistribusian hasil Sidang BKPRN kepada seluruh anggota dan pihak terkait; 7) Penyusunan jadwal dan rencana kerja kegiatan Sekretariat BKPRN;

8) Penyusunan dan penyampaian laporan pelaksanaan tugas Sekretariat BKPRN; 9) Pelaksanaan kegiatan kehumasan melalui pengembangan website dan milis BKPRN,

(10)

3

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

D.

Keluaran

Keluaran yang diharapkan diperoleh melalui pelaksanaan kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN adalah:

1) Jadwal dan rencana kerja tahunan BKPRN;

2) Laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional oleh Ketua BKPRN kepada Presiden (6 bulan sekali) termasuk didalamnya laporan rapat koordinasi Menteri dan Eselon I);

3) Jadwal dan rencana kerja Sekretariat BKPRN; 4) Laporan pelaksanaan tugas Sekretariat BKPRN;

5) Media komunikasi dan publikasi, yaitu: e-BKPRN, website dan milis BKPRN, pamphlet, newsletter, dan buku perundang-undangan.

E.

Metodologi

Pelaksanaan kegiatan koordinasi penataan ruang nasional umumnya menggunakan dua pendekatan sekaligus, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up. Pendekatan top-down digunakan dalam penetapan prioritas pembangunan nasional. Sedangkan pendekatan bottom-up digunakan saat menyusun rencana kerja BKPRN berdasarkan hasil rapat kerja dan masukan dari kementerian/lembaga (K/L). Untuk mempertemukan dua pendekatan tersebut dilakukan rapat koordinasi di tingkat Menteri, Eselon I dan Eselon II BKPRN.

F.

Jangka Waktu

Kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN dilaksanakan selama 12 (dua belas) bulan.

G.

Dasar Hukum

Dasar hukum pelaksanaan kegiatan koordinasi strategis Sekretariat BKPRN adalah:

1) Keputusan Presiden No. 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional;

2) Permenko No. PER-02/M.EKON/10/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional; dan

3) Keputusan menteri PPN No. KEP. 8/M.PPN/HK/02/2014 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional.

H.

Sistematika Laporan

Laporan ini disusun dengan sistematika pembahasan sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN menjelaskan latar belakang, tujuan, sasaran, ruang lingkup pembahasan, keluaran, dan metodologi penyusunan laporan, jangka waktu pelaksanaan kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN, dasar hukum yang melandasi pelaksanaan kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN, serta sistematika pelaporan yang digunakan.

II. JADWAL DAN RENCANA KERJA KEGIATAN TIM KOORDINASI STRATEGIS SEKRETARIAT BKPRNmenjelaskan penyusunan jadwal dan rencana kerja BKPRN yang disusun melalui Rapat Kerja Nasional (Rakernas) BKPRN.

(11)

4

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

III. FASILITASI KOORDINASI PENATAAN RUANG NASIONAL menjelaskan kegiatan koordinasi Sekretariat BKPRN di bidang penataan ruang sepanjang tahun 2014. IV. PEMANTAPAN KELEMBAGAAN DAN KOORDINASI PENATAAN RUANG

NASIONAL DAN DAERAH menjelaskan kegiatan koordinasi dalam rangka peningkatan kapasitas kelembagaan BKPRN dan BKPRD sepanjang tahun 2014. V. KEHUMASAN DAN DOKUMENTASI menjelaskan kegiatan pengembangan sistem

informasi bidang penataan ruang serta media komunikasi dan publikasi yang dilakukan sepanjang tahun 2014.

VI. PENUTUP menjelaskan kesimpulan dan rekomendasi untuk pelaksanaan kegiatan koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN selanjutnya.

(12)

5

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

II.

JADWAL DAN RENCANA KERJA KEGIATAN TIM

KOORDINASI STRATEGIS SEKRETARIAT BKPRN

A.

Tugas Sekretariat BKPRN

Pelaksanaan tugas Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN didukung oleh Sekretariat BKPRN. Berdasarkan Peraturan Menko Perekonomian No.PER-02/M.EKON/10/2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja BKPRN Pasal 7, Pelaksanaan tugas Sekretaris BKPRN dibantu oleh Deputi Menteri PPN/Kepala Bappenas yang membawahi bidang penataan ruang dengan tugas dan tata kerja yang diatur oleh Sekretaris BKPRN. Dalam rangka menjawab kebutuhan tersebut, diterbitkan Keputusan Menteri PPN No.KEP.8/M.PPN/HK/02/2014 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN. Tugas Tim Koordinasi Strategis BKPRN meliputi:

1) Penyusunan jadwal dan rencana kerja kegiatan Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN;

2) Penyusunan agenda dan menyiapkan bahan Sidang BKPRN;

3) Pengumpulan dan penyusunan bahan, data dan informasi yang dibutuhkan, termasuk melakukan studi kepustakaan dan wawancara dengan semua pihak yang terkait, dalam rangka koordinasi penataan ruang nasional;

4) Fasilitasi pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional;

5) Penyusunan laporan pelaksanaan koordinasi penataan ruang nasional;

6) Penyusunan laporan hasil kegiatan Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN kepada Menteri PPN/Kepala Bappenas; dan

7) Pelaksanaan kegiatan kehumasan, dokumentasi dan pengelolaan sistem informasi.

B.

Agenda kerja BKPRN tahun 2014-2015

Agenda kerja BKPRN 2014-2015 disusun berdasarkan kesepakatan hasil Rakernas BKPRN Tahun 2013 terkait isu-isu strategis bidang penataan ruang nasional. Isu-isu tersebut kemudian dituangkan dalam berbagai program kerja 2 (dua) tahunan dengan mengakomodasi berbagai masukan dari K/L anggota BKPRN melalui beberapa rapat koordinasi di tingkat Eselon I dan II BKPRN. Proses finalisasi Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 dilakukan melalui Rapat Eselon II BKPRN pada tanggal 18-20 November 2013 dan 16 Desember 2013, serta Rapat Koordinasi Eselon I pada tanggal 20 Desember 2013.

Agenda Kerja BKPRN Tahun 2014-2015 ditetapkan dalam Sidang Menteri BKPRN pada tanggal 13 januari 2014. Lingkup kegiatan yang dilaksanakan terbagi berdasarkan tugas 4 (empat) Kelompok Kerja BKPRN, yaitu:

1) Koordinasi penyiapan kebijakan dan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang;

2) Koordinasi peningkatan kapasitas kelembagaan;

3) Koordinasi perencanaan dan program penataan ruang; dan 4) Koordinasi penyelesaian sengketa dan konflik penataan ruang.

(13)

6

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Selanjutnya, pada tanggal 6 Februari 2014 dilaksanakan Rapat Koordinasi Eselon III BKPRN dalam rangka pendetailan Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 kedalam kegiatan-kegiatan teknis tahunan beserta penentuan koordinator dan tahun pelaksanaan kegiatan-kegiatan. Secara jelas, Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 ditunjukkan pada tabel berikut.

(14)

7

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Tabel 1 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 1 BKPRN

No Agenda Kerja BKPRN Pelaksanaan Tahun Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014

1

Review dan evaluasi proses penyusunan dan penetapan RTR KSN

2014 Kemen PU Belum dilaksanakan pada tahun 2014 Penyusunan roadmap penyelesaian RTR KSN

(Catatan: keseluruhan terdapat 76 KSN)

2014 Kemen PU Status penyelesaian RTR KSN disampaikan oleh Kementerian PU kepada Sekretariat BKPRN setiap 1 bulan

2

Pelaksanaan rapat lintas pokja untuk mengintegrasikan kegiatan percepatan penetapan Perda RTRW

2014 Sekretariat BKPRN Telah dilaksanakan rapat lintas pokja BKPRN pada Februari 2014

Penyusunan Pedoman Persetujuan Substansi/pemberian tanggapan dan saran dalam penetapan Perda RZWP-3-K

2014-2015 Kementerian Kalutan dan Perikanan bersama Kementerian Dalam Negeri

Ditetapkan melalui Peraturan Menteri KP No. 34/PERMEN-KP/2014 tentang Perencanaan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

3

Review Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN)

2014 Kemen PU  Telah diselenggarakan Sarasehan Nasional Kilas Balik RTRWN pada Maret 2013

 Telah dilakukan penjaringan masukan di daerah

 Telah dilakukan rapat pleno Tim Peninjauan Kembali RTRWN dan Rapat Koordinasi setiap Subtim

 Penyusunan rekomendasi hasil peninjauan kembali Review Peraturan Presiden (Perpres) Nomor

54 Tahun 2008 Tentang Penataan Ruang Kawasan Jabodetabekpunjur

2014 Kemen PU Peninjauan kembali merekomendasikan revisi

Materi teknis revisi ditargetkan selesai akhir 2014

4

Penyusunan Pedoman Pengawasan Penataan Ruang melalui Permen PU sesuai dengan amanat UU Penataan Ruang pasal 59 ayat 3

2014 Kementerian PU Rancangan pedoman dalam tahap finalisasi dan ditargetkan ditetapkan pada tahun 2014

Fasilitasi integrasi kawasan hutan dalam pola ruang RTRW Prov/Kab/Kota

2014-2015 Kementerian Kehutanan Telah dilakukan fasilitasi di Provinsi Kalimantan Barat (Semester I/2014)

Peningkatan peran PPNS di daerah 2014-2015 Kementerian PU Telah dilakukan Diklat dengan pola 200 Jam Pelajaran (JP) dan 400 Jam Pelajaran (JP) (Semester I/2014)

(15)

8

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

No Agenda Kerja BKPRN Pelaksanaan Tahun Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014

5

Fasilitasi (konsultasi/asistensi) teknis pembuatan peta terhadap daerah

2014-2015 BIG Telah dilaksanakan Rapat Koordinasi Nasional Informasi Geospasial pada Juni 2014

Bimbingan Teknis (Bimtek) penyusunan Rencana Rinci Tata Ruang

2014-2015 Kementerian PU 234 kab/kota telah mengajukan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) dengan total 699 Raperda RRTR

6

Fasilitasi advokasi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan ( LP2B)

2014-2015 Kementerian Pertanian  Telah dilakukan sosialisasi LP2B di Provinsi Maluku Utara, Gorontalo, dan Papua Barat

 Dalam proses penyusunan draft Pedoman Teknis Insentif Disinsentif LP2B & MOdul Penetapan LP2B dalam RTRW

Fasilitasi advokasi lahan tambak (garam dan ikanberkelanjutan)

2014-2015 Kementerian Kelautan

dan Perikanan Belum dilaksanakan pada tahun 2014 Diseminasi Kajian Lingkungan Hidup

Strategis (KLHS)

2014-2015 Kementerian Lingkungan

Hidup  Telah dilakukan sosialisasi pada forum BKPRN dan beberapa daerah (Semester I/2014)

 Telah dilakukan asistensi teknis penyusunan KLHS di daerah

Diseminasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (RZWP3K)

2014-2015 Kementerian Kelautan

dan Perikanan Telah dilakukan sosialisasi pada forum BKPRN pada Maret 2014 7 Fasilitasi penyusunan raperda penetapan batas tanah ulayat 2014-2015 Kementerian Dalam Negeri dan BPN Belum dilaksanakan pada tahun 2014

8 Kajian Masyarakat Hukum Adat (MHA) di wilayah laut 2014-2015 Kementerian Kelautan dan Perikanan Belum dilaksanakan pada tahun 2014 Sumber: Berbagai Rapat Koordinasi Penyusunan AgendaKerja BKPRN 2014-2015

(16)

9

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Tabel 2 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 2 BKPRN

No Agenda Kerja BKPRN Tahun

Pelaksanaan Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014 1 Pemetaan ketersediaan dan kebutuhan SDM bidang Penataan Ruang 2014 Kementerian Dalam Negeri

Tengah dirumuskan Surat Edaran Menteri Dalam Negeri, serta pelaksanaan pelatihan dan Bimtek oleh K/L kepada Pemda

2 Peningkatan kapasitas BKPRD 2014-2015 Kementerian Dalam Negeri

Telah dilaksanakan Forum Penguatan Kapasitas Teknis Aparatur BKPRD pada Juni 2014

Evaluasi kinerja BKPRD dalam pengendalian

pemanfaatan ruang 2015

Kementerian Dalam

Negeri Proses penyusunan dilakukan mulai tahun 2014 3

Pengembangan sistem informasi tata ruang nasional diantaranya melalui pengembangan e-BKPRN dan e-BKPRD

2014-2015 Bappenas

Penerapan e-BKPRN disosialisasikan dan di-ujicoba-kan di 5 kementerian pada 2014 (Kemenko Perekonomian, Kemen PU, Kemen Dalam Negeri, Bappenas, dan Kemen Kelautan dan Perikanan) 4 Penyusunan Permendagri tentang Tata Cara Penyusunan SOP BKPRD 2014-2015 Kementerian Dalam Negeri Pedoman penyusunan SOP BKPRD dalam proses finalisasi

5

Rapat Kerja Regional BKPRN wilayah Barat

dan Timur 2014

Kementerian Dalam Negeri

Telah dilaksanakan Raker Regional BKPRN Wilayah Barat pada Juni 2014 dan Raker Regional BKPRN Wilayah Timur pada September 2014

Rapat Kerja Nasional BKPRN 2015 2015 Kementerian Dalam Negeri

Belum dilaksanakan pada tahun 2014 Sumber: Berbagai Rapat Koordinasi Penyusunan AgendaKerja BKPRN 2014-2015

(17)

10

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Tabel 3 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 3 BKPRN

No Agenda Kerja BKPRN Tahun

Pelaksanaan Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014

1

Kajian pelaksanaan UU 41/1999 dan implikasinya terhadap implementasi UU 26/2007

2014-2015 Bappenas

Belum dilaksanakan pada tahun 2014

Kajian pelaksanaan UU 27/2007 dan implikasinya terhadap implementasi UU 26/2007

2014 Bappenas

Telah terlaksana dan direkomendasikan strategi integrasi RTRW dengan RZWP-3-K

Percepatan penyelesaian penetapan Perda

RZWP3K 2014 Bappenas

Tersusunnya roadmap integrasi RTRW dengan RZWP-3-K

2

Penyusunan materi teknis peraturan integrasi rencana tata ruang dengan rencana pembangunan

2014-2015 Bappenas

Belum dilaksanakan pada tahun 2014

Fasilitasi finalisasi dan penetapan SEB Percepatan Penyelesaian Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui Penerapan Kawasan yang Belum Ditetapkan Perubahan Peruntukan Ruangnya (Holding Zone)

2014 Kemenko Perekonomian

SEB telah ditetapkan pada Maret 2014

(18)

11

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Tabel 4 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 4 BKPRN

No Agenda Kerja BKPRN Tahun

Pelaksanaan Koordinator Pelaksanaan Tahun 2014 1

Penyusunan Pedoman Tata Kerja BKPRN Dalam Penyelesaian Konflik Pemanfaatan Ruang

2014 Kemenko Perekonomian

Telah dilaksanakan FGD di Solo pada Juni 2014 dan Medan pada September 2014 sebagai bahan penyusunan pedoman.

2

Sidang BKPRN untuk penyelesaian konflik-konflik pemanfaatan ruang, diantaranya:

Pembahasan terhadap perbedaan SK Menhut dengan hasil Timdu dan langkah-langkah penyelesaiannya

2014 Kemenko Perekonomian

Telah dilaksanakan pada tgl 13 Januari 2014

Penyelesaian rencana reklamasi Teluk Benoa

dan Pulau Serangan 2014-2015 Kemenko Perekonomian

Telah dilaksanakan pada tgl 13 Januari 2014

Pembahasan penetapa KP2B dan LP2B

kedalam RTRW dan RRTR 2014-2015 Kemenko Perekonomian

Belum dilaksanakan pada tahun 2014

Isu lain yang dianggap strategis dan/atau

mendesak 2014-2015 Kemenko Perekonomian

Belum dilaksanakan pada tahun 2014

Fasilitasi penyelesaian tata batas kawasan

hutan 2014-2015 Kemenhut

Sosialisasi penyelesaian tata batas kawasan hutan pada forum BKPRN tgl 21 Mei 2014

3 Pelaksanaan pemantauan dan evaluasi

pelaksanaan mekanisme Holding Zone 2014-2015 Kemenko Perekonomian

Belum dilaksanakan pada tahun 2014

4

Penyiapan dan penyampaian laporan pelaksanaan mekanisme Holding Zone kepada Presiden

2014-2015 Kemenko Perekonomian

Belum dilaksanakan pada tahun 2014

(19)

12

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

C.

Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014

Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014 disusun berdasarkan tugas dan fungsi pokok Sekretariat BKPRN dalam mendukung tugas Menteri PPN/Kepala Bappenas selaku Sekretaris BKPRN serta pelaksanaan tugas Kementerian PPN/Bappenas selaku anggota BKPRN dalam Agenda Kerja BKPRN Tahun 2014-2015. Berdasarkan kegiatan-kegiatan lintassektor yang dipetakan dalam Agenda Kerja BKPRN 2014-2015, Sekretariat BKPRN menyusun rencana kerja tahun 2014 dalam rangka mendukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRN. Secara garis besar, rencana kerja Sekretariat BKPRN tahun 2014 adalah sebagai berikut.

Tabel 5 Rencana Kerja Sekretariat BKPRN Tahun 2014

No Kegiatan Waktu Pelaksanaan

1 Fasilitasi Koordinasi Penataan Ruang Nasional

a.Fasilitasi Penyelarasan Implementasi RZWP-3-K Sepanjang tahun 2014 b.Fasilitasi Penyelarasan Implementasi LP2B Sepanjang tahun 2014 c.Fasilitasi Penyusunan Pedoman Tata Batas kehutanan Sepanjang tahun 2014 d.Fasilitasi Penyusunan Tata Cara Pembuatan SOP BKPRD Sepanjang tahun 2014 e.Fasilitasi Monitoring Implementasi Mekanisme holding

zone

Sepanjang tahun 2014 f. Fasilitasi Penyusunan Pedoman Penyelesaian Konflik

PenataanRuang

Sepanjang tahun 2014

2 Penyusunan Jadwal dan Rencana Kerja Sekretariat BKPRN 2014

a.Penyiapan Penyampaian Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 dari Menteri PPN/Kepala Bappenas kepada Menko Perekonomian

Januari

b.Penyusunan jadwal dan rencana kerja sekretariat BKPRN 2014

Januari c.Evaluasi pelaksanaan Rencan Kerja Sekretariat BKPRN

2014

Desember

3 Penyusunan Agenda dan Bahan Rapat BKPRN

a.Penyusunan agenda dan bahan sidang BKPRN I dan sidang BKPRN II

Januari-Maret b.Rapat Kerja Regional (Rakereg) BKPRN 2014 Mei dan Oktober

4 Penyusunan Laporan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

a.Penyusunan Laporan BKPRN Tahun 2014 Januari dan Juni b.Penyusunan dan penyampaian laporan tentang

pelaksanaan tugas Sekretariat BKPRN

Desember

5 Kehumasan

a.Pengumpulan dan pengolahan bahan, data dan informasi untuk mendukung pelaksanaan tugas-tugas BKPRN dalam rangka pengembangan e-BKPRN

Sepanjang tahun 2014

b.Pelaksanaan kegiatan kehumasan melalui pengembangan website BKPRN (www.bkprn.org)

Sepanjang tahun 2014 c.Mengkoordinasikan penyusunan media sosialisasi tentang

BKPRN dan sosialisasi peraturan perundang-undangan

Maret-November Sumber: Sekretariat BKPRN

(20)

13

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Sepanjang tahun 2014, Sekretariat BKPRN juga melaksanakan beberapa kegiatan yang tidak tercantum dalam rencana kerja. Selain itu, Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN juga melaksanakan fasilitasi berbagai kegiatan Kementerian PPN/Bappenas selaku anggota Pokja 3 BKPRN.

(21)

14

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

III.

FASILITASI KOORDINASI PENATAAN RUANG

NASIONAL

A.

Penyusunan dan Penetapan Peraturan Perundang-Undangan

Bidang Penataan Ruang

Sepanjang tahun 2014, kegiatan penyusunan dan penetapan peraturan perundang-undangan bidang penataan ruang difokuskan pada penetapan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara, penetapan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan (total 7 Perpres), penyusunan rancangan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional (total 76 KSN), peninjauan kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah, dan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Pembahasan lebih lanjut diberikan pada bagian berikutnya.

1. Penetapan Peraturan Pemerintah tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara

Undang-undang No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang mengamanatkan penyusunan 5 (lima) peraturan pemerintah mengenai Rencana Tata Ruang Nasional (RTRWN), penyelenggaraan penataan ruang, bentuk dan tata cara peran masyarakat dalam penataan ruang, ketelitian pera rencana tata ruang, dan penataan wilayah pertahanan Negara. Pada tahun 2014, ditetapkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 68 Tahun 2014 tentang Penataan Wilayah Pertahanan Negara sebagai PP turunan UU No. 26 Tahun 2007 yang terakhir ditetapkan.

Pada aspek pertahanan, penataan ruang wilayah Indonesia terkait dengan strategi pertahanan negara, bahkan berpengaruh terhadap keberhasilan penyelenggaraan fungsi pertahanan.Dalam lingkup fungsi pertahanan negara, konteks penataan ruang dikelola oleh pemerintah, dalam hal ini Kementerian Pertahanan melalui Penataan Wilayah Pertahanan.Penataan wilayah pertahanan sangat diperlukan untuk kepentingan pertahanan.

2. Penetapan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang Pulau/Kepulauan

Rencana tata ruang pulau/kepulauan merupakan rencana rinci yang disusun sebagai penjabaran dan perangkat operasional dari RTRWN. Peraturan Pemerintah (PP) No. 26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan 7 (tujuh) RTR pulau/kepulauan harus disusun dan ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres). Hingga akhir tahun 2014, seluruh Perpres RTR Pulau/Kepulauan telah ditetapkan, meliputi:

1) Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi; 2) Perpres No. 3 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Kalimantan; 3) Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera; 4) Perpres No. 57 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Papua

5) Perpres No. 56 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Nusa Tenggara; 6) Perpres No. 57 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Papua; dan

7) Perpres No. 77 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku.

Dalam rangka implementasi peraturan perundangan rencana tata ruang pulau/kepulauan, pada tahun 2014 telah dilakukan sosialisasi yang dilaksanakan di beberapa daerah, antara

(22)

15

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

lain sosialisasi Perpres No. 13 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sumatera di Kota Padang pada tanggal 16 April 2014; sosialisasi Perpres No. 88 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Pulau Sulawesi di Kota Makassar pada tanggal 21 Mei 2014; serta sosialisasi Rancangan Perpres RTR Kepulauan Maluku dan Pulau Papua di Bali pada tanggal 16 Juni 2014.

3. Penyusunan dan Penetapan Peraturan Presiden tentang Rencana Tata Ruang

Kawasan Strategis Nasional

Kawasan Strategis Nasional (KSN) adalah wilayah yang penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruh sangat penting secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanan dan keamanan negara, ekonomi, sosial, budaya, dan/atau lingkungan, termasuk wilayah yang ditetapkan sebagai warisan dunia. Penetapan kawasan strategis nasional dilakukan berdasarkan kepentingan: (i) pertahanan dan keamanan; (ii) pertumbuhan ekonomi; (iii) sosial dan budaya; (iv) pendayagunaan sumber daya alam dan/atau teknologi tinggi; (v) fungsi dan daya dukung lingkungan hidup.

Peraturan Pemerintah (PP) No.26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) mengamanatkan 76 (tujuh puluh enam) KSN harus disusun dan ditetapkan dengan Peraturan Presiden (Perpres). Hingga Desember 2014 telah ditetapkan 8 (delapan) Perpres KSN, yaitu:

1) Perpres No. 54 Tahun 2008 tentang Penataan Rung Kawasan Jakart, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak, Cianjur (Jabodetabekpunjur);

2) Perpres No.45 Tahun 2011 jo Perpres No. 51 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Rung Kawasan Perkotaan Denpasar, Badung, Gianyar, dan Tabanan (Sarbagita);

3) Perpres No.55 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Makassar, Maros, Sangguminasa, dan Takalar (Mamminasata);

4) Perpres No. 62 Tahun 201 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Perkotaan Medan, Binjai, Deli Serdang, dan Karo (Mebidangro);

5) Perpres No.8 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Batam, Bintan, dan Karimun (BBK);

6) Perpres No. 58 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Borobudur dan Sekitarnya;

7) Perpres No. 70 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Taman Nasional Gunung Merapi; dan

8) Perpres No. 81 Tahun 2014 tentang Rencana Tata Ruang Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya.

Dalam rangka implementasi peraturan perundangan rencana tata ruang Kawasan Strategis Nasional (KSN), pada tahun 2014 telah dilakukan sosialisasi yang dilaksanakan, antara lain Sosialisasi Perpres No. 48/2014 tentang KSN Borobudur dan Perpres No. 70/2014 tentang Taman Nasional Gunung Merapi di D.I Yogyakarta pada tanggal 9-10 September 2014; serta sosialisasi Perpres 81/2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan sekitarnya di Kota Medan pada tanggal 24 November 2014.

Sepanjang tahun 2014, beberapa rapat koordinasi yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN dalam rangka penyelesaian penetapan Perpres Kawasan Strategis Nasional selama tahun 2014 antara lain konsultasi publik Perubahan Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang RTR Kawasan Perkotaan Sarbagita tanggal 14 April 2014; rapat konfirmasi Raperpres RTR KSN Kawasan Danau Toba dan sekitarnya tanggal 28 April 2014;

(23)

16

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

rapat pengharmonisasian pembulatan dan pemantapan konsepsi Raperpres RTR KSN Selat Sunda tanggal 15 Agustus 2014; rapat pembahasan RTR Rawa Pening dan Bregasmalang tanggal 2 September 2014; serta FGD Revisi Perpres No. 54/2008 tentang Penataan Ruang KSN Perkotaan Jabodetabekpunjur tanggal 20 November 2014.

4. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi dan

Kabupaten/Kota

Perencanaan tata ruang dilakukan untuk menghasilkan rencana umum tata ruang atau Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan rencana rinci tata ruang. Penataan ruang antara lain diklasifikasikan berdasarkan wilayah administratif yaitu penataan ruang wilayah nasional, penataan ruang wilayah provinsi, dan penataan ruang wilayah kabupaten/kota yang disebutkan dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Undang-Undang Penataan Ruang (UUPR). Rencana tata ruang wilayah Provinsi, Kabupaten/Kota ditetapkan dengan peraturan daerah Provinsi, Kabupaten/kota. Penyelesaian rencana tata ruang wilayah dilakukan paling lambat 2 (dua) tahun untuk Provinsi dan 3 (tiga) tahun untuk Kabupaten/Kota terhitung dari tahun penetapan Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Status penetapan RTRW Provinsi/Kabupaten/Kota hingga Desember 2014 sebagai berikut ini:

 25 dari 34 provinsi telah menetapkan Perda RTRW;

 317 dari 398 kabupaten telah menetapkan Perda RTRW; dan  81 dari 93 kota telah menetapkan Perda RTRW.

Tabel 6 Status Penetapan RTRW Provinsi

No Provinsi Perda

1 Bali No. 16 Tahun 2009 2 Sulawesi Selatan No. 9 Tahun 2009 3 Lampung No. 1 Tahun 2010 4 Jawa Barat No. 22 Tahun 2010 5 Jawa tengah No. 6 Tahun 2010 6 D.I Yogyakarta No. 2 Tahun 2010 7 Nusa Tenggara Barat No. 3 Tahun 2010 8 Banten No. 2 Tahun 2011 9 Nusa Tenggara Timur No. 1 Tahun 2011 10 Gorontalo No. 4 Tahun 2011 11 Bengkulu No. 2 Tahun 2012 12 DKI Jakarta No. 1 Tahun 2012 13 Jawa Timur No. 5 Tahun 2012 14 Sumatera Barat No. 13 Tahun 2012 15 Jambi No. 10 Tahun 2013 16 Maluku No. 16 Tahun 2013 17 Maluku Utara No. 2 Tahun 2013 18 Papua Barat No. 2 Tahun 2013 19 Sulawesi Tengah No. 8 Tahun 2013 20 Aceh No. 19 Tahun 2013

21 Papua No. 23 Tahun 2013 22 Sulawesi Barat No. 1 Tahun 2014

(24)

17

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

No Provinsi Perda

23 Kep. Bangka Belitung No. 2 Tahun 2014 24 Sulawesi Utara No. 1 Tahun 2014 25 Sulawesi Tenggara No. 2 Tahun 2014 Sumber: Sekretariat BKPRN, 2014

Dalam upaya percepatan penyelesaian RTRW Provinsi, pada tahun 2013 telah ditetapkan Inpres No. 8 Tahun 2013 tentang Penyelesaian Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sebagai bentuk operasionalisasinya, pada Maret 2014 telah diterbitkan Surat Edaran Bersama (SEB) Menteri Dalam Negeri, Menteri Pekerjaan Umum, dan Menteri Kehutanan tentang RTRW Provinsi dan Kabupaten/Kota melalui penerapan perubahan ruangnya (Holding Zone).

Pada tataran kabupaten/kota, upaya percepatan penyelesaian RTRW dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) dilakukan melalui penerbitan Surat Menteri Pekerjaan Umum No. TR. 02 03/Mn-225 perihal Percepatan Penetapan Peraturan Daerah (Perda) tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan Rencana Rinci Tata Ruang (RRTR) kepada seluruh Kepala Daerah pada April 2014.

Beberapa rapat koordinasi yang dilakukan oleh Tim Koordinasi Strategis Sekretariat BKPRN dalam rangka penyelesaian penetapan Perda RTRW selama tahun 2014 antara lain rapat pembahasan Perda No. 1 Tahun 2014 tentang RTRWP Sulawesi Barat Tahun 2014-2034 tanggal 16 April 2014; rapat pembahasan Perda No. 23 Tahun 2013 tentang RTRWP Papua Tahun 2013-2033 tanggal 28 April 2014; rapat klarifikasi Qanun Aceh Nomor 19 Tahun 2013 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Aceh Tahun 2013 – 2033 tanggal 11 Juli, 21 Oktober, dan 25 November 2014; rapat pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Morowali Utara, Mamuju Tengah, dan Banggai Laut tanggal 28 Oktober dan 11 Desember 2014; rapat pembahasan Raperda RTRW Mahakam Ulu tanggal 20 November 2014; dan rapat evaluasi Rancangan RTRWP Kalbar tanggal 17 Desember 2014.

Pada tahun 2014 juga telah dilakukan beberapa rapat koordinasi pembahasan penyusunan RRTR antara lain rapat pembahasan RDTR Perbatasan Bengkulu Tengah dengan Kota Bengkulu dan RDTR Perkotaan Sungailiat tanggal 3 Juli 2014; rapat pembahasan Raperda RDTR dan Peraturan Zonasi (PZ) Kota Medan tanggal 14 Juli 2014; FGD RTBL Kawasan Strategis Provinsi Pendidikan Jatinangor tanggal 14 Agustus 2014; serta rapat klarifikasi Perda No. 1 Tahun 2014 tentang RDTR dan PZ Provinsi DKI Jakarta tanggal 15 Agustus 2014.

Selain itu, dilakukan beberapa rapat koordinasi terkait penataan ruang daerah dalam rangka meningkatkan kualitas rencana tata ruang di daerah seperti berikut.

a. Focus Group Discussion (FGD) Upaya Percepatan Pemanfaatan Kawasan HPK yang

telah dicadangkan sebagai Lahan Tanaman Pangan di Kalimantan

Penyelenggaraan FD ini ditujukan sebagai pertemuan awal untuk membahas langkah apa saja yang dapat dilakukan dalam rangka mempercepat pemanfaatan kawasan HPK yan telah dicadangkan sebagai lahan tanaman pangan di Pulau Kalimantan. Saat ini sudah dicadangkan lahan potensi pangan 65 ribu ha di Kalimantan Barat dan 59.000 ha dari HPK tetapi keberadaannya tidak dimanfaatkan dengan optimal dimanfaatkan.

FGD diisi dengan kegiatan pemaparan dari 3 (tiga) narasumber dan dilanjutkan sesi diskusi, yaitu alternatif Kebijakan yang Diperlukan untuk Pengamanan Lahan Pangan Berkelanjutan

(25)

18

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

oleh Direktorat Perluasan Dan Pengelolaan Lahan, Kementerian Pertanian; identifikasi Potensi Lahan untuk Penyediaan Lahan Pertanian Pangan pada Lahan Hutan Produksi Konversi (HPK) di Provinsi Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah oleh Ir. M. Husni, MM; dan percepatan Penggunaan HPK yang telah dicadangkan di Kalbar dan Kalteng oleh Ketua Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB.

Beberapa hal yang didiskusikan dalam FGD antara lain:

1) Diperlukan SK pelepasan kawasan hutan yang diajukan dari Menteri Pertanian Kepada Menteri Kehutanan atas usul dari Bupati dan Gubernur sehingga dapat dikeluarkan ijin prinsip.

2) Perlunya peran Pemerintah Pusat/Daerah untuk menyiapkan infrastruktur dasar terlebih dahulu (jalan, jembatan, jaringan irigasi) pada wilayah yang telah ditetapkan apabila akan dimanfaatkan serta mobilisasi SDM untuk mengolah lahan tersebut melalui transmigrasi.

3) Pertimbangan ekonomi harus mengikuti komoditas menguntungkan bukan hanya sawah, pilihan sumber pengembangan lahan pangan lain hendaknya dipertimbangkan.

4) Sebagian besar lahan yang potensial untuk pangan telah diokupasi oleh penduduk setempat dan diakui sebagai tanah adat.

5) Revisi RTRW sering dimaknai oleh Daerah untuk melakukan konversi lahan.

6) Perlunya insentif seperti Pemberian ‘keuntungan’ (ekonomis, insentif lainnya) bagi pihak yang melakukan percepatan penetapan dan pemanfaatan lahan tersebut (ditetapkan batasan waktu).

7) HPK yang telah dicadangkan sebagai lahan tanaman pangan harus juga memperhatikan keberadaan dari segi jumlah maupun kualitas masyarakat yang akan mengelola kawasan tersebut.

Sebagai kesimpulan, diusulkan bahwa penetapan LP2B tidak diserahkan kepada daerah tetapi menggunakan sistem Top-Down sehingga infrastruktur penunjang LP2B dapat terintegrasi dan penetapannya disertai dengan delineasi lokasi penetapan.

b. Penyusunan Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan

Rencana Tata Ruang

Indonesia merupakan negara dengan tingkat resiko bencana yang sangat tinggi sehingga aspek mitigasi bencana perlu terintegrasi kedalam rencana tata ruang dalam upaya mewujudkan penataan ruang yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan. Oleh karena itu, dilakukan upaya penyelarasan proses, muatan, serta kelembagaan agar rencana tata ruang dapat menjadi instrumen mitigasi bencana yang efektif.

Pada 13 Agustus 2014, diselenggarakan workshop penyusunan Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang di Kota Bandung. Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang yang telah disusun oleh Badan Geologi, dan sebagai tahap awal untuk memperoleh masukan bagi perbaikan pedoman tersebut.

Pedoman Informasi Kebencanaan Geologi untuk Penyusunan Rencana Tata Ruang disusun sehingga para perencana, terutama perencana tata ruang di daerah tetap dapat menyusun rencana tata ruangnya yang telah mengintegrasikan kebencanaan geologi dan memasukan upaya mitigasi bencana di dalamnya.

(26)

19

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

c. Pencanangan Revitalisasi dan Pembangunan Kebun Raya di Indonesia

Kegiatan yang dilaksanakan di Kebun Raya Cibodas, Kabupaten Cianjur pada 30 September 2014 ini bertujuan untuk memulai program revitalisasi dan pembangunan Kebun Raya di Indonesia serta peluncuran dokumen “Roadmap Pembangunan Kebun Raya sebagai Ruang Terbuka Hijau pada Kawasan Perkotaan di Indonesia Tahun 2015 – 2019” yang telah disusun oleh Kementerian Pekerjaan Umum bersama dengan LIPI.

Pada acara tersebut, Dirjen Penataan Ruang, Kementerian PU, Dr. Ir. M. Basuki Hadimuljono, M.Sc., menyampaikan Laporan Rencana Revitalisasi dan Pembangunan Kebun Raya di Indonesia. Selain itu, turut hadir pula Kepala LIPI, Prof (R) Lukman Hakim, M.Sc, Ph.D, Apt, dan Menteri Pekerjaan Umum, Djoko Kirmanto untuk memberikan sambutan. Guest Lecture mengenai “Visi Pembangunan Kebun Raya di Indonesia” disampaikan oleh Ketua Umum Yayasan Kebun Raya di Indonesia, Ibu Megawati Soekarnoputri.

Kementerian PU bekerja sama LIPI, dan 12 pengelola kebun raya telah menyiapkan Roadmap Pembangunan Kebun Raya Tahun 2015-2019 untuk lebih mengarahkan program yang memuat prioritas, rencana, dan tahapan pembangunan kebun raya. Roadmap tersebut merupakan tindak lanjut Kesepakatan Bersama (MoU) antara Kementerian PU dan LIPI tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dalam Bentuk Kebun Raya yang telah ditandatangani pada tanggal 26 Agustus 2013.

Kesimpulan yang dapat diambil dari kegiatan ini adalah bahwa penataan ruang memiliki peran penting untuk penentuan lokasi dan pengendalian ruang yang disesuaikan dengan RTRW yang telah disusun, dalam hal ini lokasi Kebun Raya harus disesuaikan peruntukkannya dengan RTRW yang telah disusun untuk masing-masing daerah. Kebun Raya sebagai RTH skala besar untuk mencapai target RTH sebesar 30% yang diamanatkan oleh UU No. 26 Tahun 2007.

d. Workshop Kawasan Industri Ramah Lingkungan

Workshop yang diselenggarakan pada tanggal 14-15 Oktober 2014 di Kota Medan ini bertujuan untuk menggali beberapa pemikiran tentang aspek-aspek apa yang menjadi potensi maupun hambatan pengembangan kawasan industri di pusat maupun di daerah. Pada acara yang dibuka oleh Direktur Pengembangan Fasilitasi Industri Wilayah 1, Kementerian Perindustrian ditekankan bahwa perkembangan industri hingga saat ini masih didominasi oleh Pulau Jawa sekitar 70 % dan 50 % nya berada di Jawa Barat dan Banten, dimana seharusnya perkembangan Industri dapat merata di seluruh Indonesia melalui penyiapan Kawasan Industri.

Beberapa kesimpulan yang didapat dari kegiatan ini antara lain i) Lokasi untuk pengembangan kawasan industri secara umum telah dialokasikan melalui RTRW namun masih diperlukan pengaturan sampai rencana detail tata ruang; ii) Perlunya pemberian insentif maupun disinsentif untuk peningkatan pembentukan green job oleh pelaku industri; dan iii) Perlunya kerjasama swasta dan pemerintah bagi penyediaan infrastruktur dasar pengembagan kawasan industri.

5. Penyusunan Peraturan Daerah tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan

Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K)

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 jo Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil merupakan bentuk regulasi terkait

(27)

20

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

pengelolaan ruang laut dalam lingkup wilayah pesisir hingga sejauh 12 mil laut dari garis pantai. Undang-Undang ini ditetapkan dengan tujuan melindungi, mengonservasi, merehabilitasi, memanfaatkan, dan memperkaya sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil serta sistem ekologisnya secara berkelanjutan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007, perencanaan pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil terdiri atas Rencana Strategis Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RSWP-3-K), Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K), Rencana Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RPWP-3-K), dan Rencana Aksi Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RAPWP-3-K), dimana keempat rencana tersebut wajib disusun oleh Pemerintah Daerah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil sebagai acuan pengelolaan sumber daya.

Dari keempat rencana pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil tersebut, hanyapenetapan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZWP-3-K) yang ditetapkan melalui Peraturan Daerah. RZWP-3-K merupakan rencana yang berisi arahan pemanfaatan sumber daya yang disertai penetapan struktur dan pola ruang di wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil, dimana pengaturannya mencakup wilayah perencanaan daratan dari kecamatan pesisir sampai wilayah perairan paling jauh 12 mil laut diukur dari garis pantai kearah laut lepas dan/atau kearah perairan kepulauan, dengan jangka waktu berlaku hingga 20 (dua puluh) tahun dan dapat ditinjau kembali setiap 5 (lima) tahun. Hingga tahun 2014, penetapan RZWP-3-K baru dilakukan pada 5 provinsi, 8 kabupaten, serta 4 kota. Mengingat Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 telah ditetapkan lebih dari 5 tahun lalu, laju penetapan Peraturan Daerah RZWP-3-K terbilang sangat lambat. Kondisi tersebut ditengarai karena regulasi pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil merupakan suatu hal baru pada tataran penataan ruang dan pengelolaan sumber daya ruang laut sehingga tidak jarang menimbulkan kebingungan di daerah, terutama pada pemenuhan data dan peta, proses legalisasi dan implementasi RZWP-3-K, serta ketersediaan & kapasitas sumber daya manusia dalam penyusunan RZWP-3-K. Selain itu,terdapat cakupan wilayah yang beririsan pada pengaturan rencana ruang wilayah pada RTRW dan RZWP-3-K, yaitu wilayah administrasi kecamatan yang berada di wilayah pesisir.

Dalam rangka percepatan penyelesaian RZWP-3-K, peningkatan kapasitas kelembagaan dan Sumber Daya Manusia (SDM) penyusun RZWP-3-K di daerah, pada tahun 2014 dilakukan Bimbingan Teknis Penyusunan RZWP-3-K pada bulan September 2014 di Kota Yogyakarta dan pada bulan Oktober di Kota Mataram.

B.

Integrasi Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil

(RZWP-3-K) dengan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW)

Sepanjang tahun 2014 BKPRN (Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional) sebagai forum fasilitasi dan koordinasi bidang tata ruang melaksanakan rangkaian kegiatan guna membahas upaya integrasi RZWP-3-K dengan RTRW di tingkat provinsi/kabupaten/kota melalui serangkaian pertemuan dengan agenda pembahasan berikut.

1. Penyusunan Roadmap Penyelesaian RZWP-3-K Tahun 2015-2019

Penyusunan Roadmap Penyelesaian RZWP-3-K 2015-2019 dilakukan untuk menindaklanjuti hasil Lokakarya Penyelarasan Implementasi UU No. 27 Tahun 2007 dan UU No. 26 Tahun 2007 yang diadakan oleh Kemenerian PPN/Bappenas pada 18 Desember

(28)

21

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

2013 sekaligus sebagai bahan masukan penyusunan rancangan RPJMN 2015-2019 bidang Tata Ruang. Pertemuan pertama mengenai penyusunan roadmap tersebut dilaksanakan melalui Rapat Koordinasi Eselon II BKPRN pada tanggal 5 Februari 2014.

Pada tanggal 17 Februari 2014, Kementerian PPN/Bappenas bersama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan menyelenggarakan Bilateral Meeting untuk membahas pendetilan kegiatan Akselerasi Penyelesaian RZWP-3-K Tahun 2014. Adapun hasil pendetilan kegiatan tersebut berupa kegiatan: i) Sosialisasi kepada internal BKPRN; ii) Penyelenggaraan serial meeting BKPRN berupa FGD/rapat koordinasi/konsinyasi; iii) Pembahasan usulan revisi terhadap 3 Permendagri; iv) Raker Regional PWP-3-K; v) Pemberian Bimtek/pelatihan tentang NSPK RZWP-3-K; vi) Pembinaan Perda RZWP3-K serta Kelembagaannya; dan vii) Sosialisasi terintegrasi BKPRN.

Sosialisasi kepada internal BKPRN diselenggarakan melalui Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II pada tanggal 12 Maret 2014 dengan agenda sosialisasi: i) UU No. 27 Tahun 2007 jo UU No. 1 Tahun 2014; ii) Mekanisme pemberian Tanggapan dan/atau Saran terhadap Dokumen Final RZWP-3-K; dan iii) Roadmap Akselerasi Penyusunan RZWP-3-K.

2. Kunjungan Lapangan Akselerasi Penyelesaian Perda RZWP-3-K

Adanya irisan wilayah perencanaan matra darat dan matra laut pada wilayah kecamatan pesisir, memunculkan gagasan pengintegrasian RZWP-3-K ke dalam RTRW. Melalui kegiatan Konsinyasi Internal Sekretariat BKPRN yang diselenggarakan pada 16-17 Maret 2014, dirumuskan matriks roadmap penyelesaian RTRW dan integrasinya dengan RZWP-3-K termasuk pembagian peran stakeholder terkait.

Dalam rangka menguji implementasi usulan tersebut, pada awal tahun 2014 Sekretariat BKPRN melakukan Kunjungan Lapangan Akselerasi Penyelesaian Perda RZWP-3-K. Survei pendahuluan dilakukan pada tanggal 23 April 2014 ke Kabupaten Serang. Survei pada provinsi/kabupaten/kota berikutnya dilaksanakan pada tanggal 12-14 Mei 2014 ke Kabupaten Gresik (merupakan wilayah di pesisir utara Pulau Jawa yang telah menetapkan RTRW dan RZWP-3-K dalam satu perda, yaitu Perda No. 8 Tahun 2011) dan Kota Ternate (merupakan wilayah kepulauan di Timur Indonesia yang telah menetapkan RTRW melalui Perda No. 2 Tahun 2012 dan RZWP-3-K melalui Perda No. 36 Tahun 2011 secara terpisah. Selanjutnya survei dilaksanakan ke Provinsi Sumatera Barat pada tanggal 19-20 Mei 2014. Survei dilaksanakan untuk

menemukenali isu dan tantangan yang ditemui di daerah

dalam proses penyusunan serta implementasi

RZWP-3-K

,

dengan beberapa substansi

yang ingin didapat antara lain: i) Kondisi eksisting pengelolaan wilayah pesisir; ii) Proses penyusunan RZWP-3-K; iii) Tindak lanjut implementasi Perda RZWP-3-K; serta iv) Pembelajaran dari pengintegrasian RTRW dengan RZWP-3-K. Temuan dalam kunjunganlapangan Akselerasi Penyelesaian Perda RZWP-3-Kantara lain:

1)

Masih terdapat perbedaan pandangan mengenai usulan pengintegrasian RZWP-3-K ke dalam RTRW.

2)

Pihak yang setuju untuk dilakukan pengintegrasian memandang bahwa pengaturan ruang wilayah darat dan laut sebaiknya terintegrasi sebagai satu kesatuan ekosistem dan dalam rangka efisiensi pendanaan terkait penyusunanya melalui penetapan satu Peraturan Daerah.

(29)

22

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

3)

Sementara pihak yang memandang bahwa RZWP-3-K sebaiknya tidak diintegrasikan dengan RTRW dikarenakan adanya perbedaan antara lain karakteristik wilayah, kedalaman informasi dan penggunaan nomenklatur.

Usulan pengintegrasian RZWP-3-K ke dalam RTRW selanjutnya dibahas secara bilateral dengan Kementerian Kelautan Perikanan pada tanggal 13 Juni 2014, 3 Juli 2014, dan 11 Agustus 2014. Pada pertemuan tersebut sekaligus memaparkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan mengenai kendala yang dihadapi Pemda selama proses penyusunan, penetapan, dan implementasi RZWP-3-K, antara lain:

1)

Pengumpulan data pada kawasan pulau-pulau kecil relatif lebih sulit karena kondisi bentang alam dan faktor cuaca.

2)

Kapasitas SDM bidang penataan ruang laut di daerah belum memadai.

3)

Dana yang dibutuhkan dalam penyusunan dan penetapan RZWP-3-K lebih besar daripada RTRW.

4)

Belum rampungnya peraturan dan/atau dokumen rencana lain penunjang materi RZWP-3-K.

5)

Tumpang tindih kewenangan dalam pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

3. Penyusunan Protokol Integrasi RZWP-3-K ke dalam RTRW

Keputusan legalisasi RZWP-3-K dan RTRW dalam 1 Perda atau terpisah diserahkan kepada kebutuhan daerah masing-masing. Oleh karena itu perlu dilengkapi pedoman untuk menyusun RZWP-3-K yang terintegrasi dengan RTRW. Pembahasan inisiasi penyusunan pedoman pengintegrasian RZWP-3-K ke dalam RTRW terus bergulir sepanjang bulan Oktober 2014, baik secara bilateral Bappenas-Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun mengikutsertakan Dirjen Bangda, Kemendagri.

Rapat Koordinasi Tingkat Eselon II Bappenas-Kementerian Kelautan dan Perikanan – Kementerian PU – Kementerian Dalam Negeripada Jumat, 10 Oktober 2014 mengawali pertemuan pembahasan dan menyepakati bahwa arahan kepada Pemda untuk menyusun RZWP-3-K dituangkan dalam bentuk Surat Edaran Bersama Menteri (SEB Menteri). Adapun garis besar muatan subtansi Protokol Integrasi RZWP-3-K terdiri dari: i) Skenario; ii) Substansi; dan iii) Mekanisme.

Dalam mengintegrasikan RZWP-3-K ke dalam RTRW perlu memperhatikan ketentuan antara lain: i) Wilayah daratan kecamatan pesisir mengikuti ketentuan RTRW; ii) Wilayah perairan wilayah kecamatan pesisir mengikuti ketentuan RZWP-3-K; dan iii) Wilayah pulau-pulau kecil sebagai satu kesatuan ekosistem dengan matra laut mengikuti ketentuan penyusunan RZWP-3-K. Waktu pengintegrasian RZWP-3-K mengacu pada waktu mekanisme penyusunan dan Peninjauan Kembali RTRW. Setahun sebelum waktu Peninjauan Kembali RTRW atau RZWP-3-K dilakukan kajian yang mengintegrasikan rencana matra laut dan darat.

Selanjutnya pembahasan teknis dilakukan pada tanggal 14, 21, 24 dan pada tanggal 31 Oktober 2014 diselenggarakan Rapat Koordinasi Tingkat Eselon II (Bappenas -Kementerian Kelautan dan Perikanan – Kementerian Dalam Negeri). Pokok-pokok hasil diskusi antara lain:

(30)

23

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

1)

Akan disusun Surat Edaran Mendagri (melengkapi Permendagri No. 47 Tahun 2012) dimana protokol Integrasi RZWP-3-K ke dalam RTRW akan menjadi lampiran SE Mendagri tersebut.

2)

Pengaturan pengelolaan kawasan pulau-pulau kecil belum dapat ditentukan karena belum adanya NSPK terkait.

3)

Secara simultan, KKP akan melakukan finalisasi terhadap draft SE Mendagri dan Protokol Integrasi sebelum disampaikan kepada Eselon II BKPRN terkait (Bappenas-Kemen KP-(Bappenas-Kemendagri).

C.

Percepatan penyelesaian Rencana Detail Tata Ruang

Sesuai dengan hasil Rapat Kerja (Raker) Regional BKPRN Wilayah I pada 23 Juni 2014, disepakati bahwa Kementerian PU c.q Ditjen Penataan Ruang akan menyiapkan roadmap percepatan penyusunan RRTR.

Dengan adanya roadmap ini, diharapkan menjadi guideline kegiatan percepatan penyusunan RRTR yang hingga saat ini jumlahnya masih minim. Status RRTR tanggal 29 Agustus 2014 menyatakan baru 1 (satu) Provinsi dari 34 Provinsi yang telah memiliki Perda RRTR yaitu DKI Jakarta. Sementara untuk RRTR Kabupaten, baru 2 (dua) Kabupaten dari 398 kabupaten yang telah memiliki Perda RRTR yaitu Kec.Kota Sumenep, Kab.Sumenep dan Perkotaan Waibakul, Kab.Sumba Tengah. RRTR sebagai ujung tombak pemberian ijin dan instrumen pengendalian penataan ruang perlu diperhatikan dan didorong untuk segera disusun daerah.

Kendala utama penyusunan RRTR adalah ketersediaan peta skala besar (1: 5000). Saat ini, ketersediaan peta skala besar ini masih minim/belum tersedia untuk seluruh Indonesia. Sementara, perlu dana yang cukup mahal untuk menyusun peta dengan skala ini. Untuk itu, diharapkan roadmap ini tidak hanya mampu memperlihatkan jumlah RRTR yang akan disusun namun juga mampu memperlihatkan kebutuhan peta minimal dalam jangka waktu 2015-2019 (jangka pendek).

Mengingat urgensi kegiatan ini, Sekretariat BKPRN memfasilitasi pertemuan maupun penyampaian surat kepada Kementerian PU.Pada tanggal 8 Juli 2014, Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas menyampaikan surat kepada 4 (empat) Direktorat Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PU & Pera) perihal Permohonan Informasi Dalam Rangka Koordinasi Penyiapan roadmap Percepatan Penyusunan RRTR. Sebagai jawaban atas surat tersebut, Sekretariat Ditjen Penataan Ruang , Direktorat Binda I, dan Direktorat Binda II Kementerian PU& Pera telah menyampaikan data status RRTR tanggal 24 Agustus 2014 melalui email (8 September 2014). Namun, data status RRTR tersebut belum menggambarkan kebutuhan peta yang dibutuhkan.

Untuk mengkonfirmasi Data Rekapitulasi RRTR tersebut, dilaksanakan Pertemuan Tingkat Teknis antara Sekretariat Ditjen Penataan Ruang, Kementerian PU dan Bappenas pada tanggal 28 Agustus 2014. Pada pertemuan ini, dilakukan updating data status RRTR Provinsi dan Kabupaten. Sedangkan data status RRTR Perkotaan belum disampaikan. Menindaklanjuti hal tersebut, pada hari Selasa, 23 September 2014 diselenggarakan Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II yang ditindaklanjuti dengan penyampaian Surat Permohonan Konfirmasi terhadap exercise Perkiraan Tahun dan Lokasi Penyusunan RRTR yang disusun Sekretariat BKPRN kepada Setditjen Penataan Ruang, KemenPU tertanggal 29

(31)

24

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

September 2014. Adapun jawaban atas surat permohonan konfirmasi tersebut adalah disampaikannya data RRTR Kota kepada Sekretariat BKPRN.

Mengingat belum didapatkannya konfirmasi terhadap exercise Perkiraan Tahun dan Lokasi Penyusunan RRTR yang disusun Sekretariat BKPRN, maka diselenggarakan Rapat Koordinasi BKPRN Tingkat Eselon II pada 26 November 2014. Melalui rapat ini didapatkan Rekapitulasi RRTR Provinsi, Kabupaten dan Kota dan identifikasi kebutuhan Peta Skala Besar (1:5000) Tahun 2015-2019 dari Kementerian PU dan Perumahan Rakyat yang disampaikan pada tanggal 27 November dan di-update kembali pada tanggal 4 Desember 2014.

Menindaklanjuti hal tersebut, Bappenas, melalui surat Direktur Tata Ruang dan Pertanahan menyampaikan data rekapitulasi RRTR Provinsi, Kabupaten, dan Kota dan Identifikasi Kebutuhan Peta Skala Besar (1:5000) Tahun 2015-2019 kepada Badan Informasi Geospasial (BIG) tertanggal 3 Desember 2014. Diharapkan dengan data ini BIG akan memiliki pedoman dalam menentukan prioritas lokasi penyusunan peta skala besar dan perkiraan jumlah peta yang diharapkan dapat disusun pada tahun 2015-2019. Selain itu, mengingat data identifikasi kebutuhan peta ini masih dapat bertambah (tidak statis), perlu dibangun komunikasi intensif antara Kementerian PU & Pera dan BIG terkait updating data jumlah dan lokasi penyusun RRTR.

Tabel 7 Rekapitulasi Data RRTR Dan Indikasi Kebutuhan Peta

No Wilayah Jumlah

RRTR Penyusunan Proses Exercise Kebutuhan Peta 2014-2019

2014 2015 2016 2017 2018 2019

1 Provinsi 77 72 72 0 0 0 0 0

2 Kab/Kota 1419 1319 844 328 59 41 30 17

TOTAL 1496 1391 916 328 59 41 30 17

Ket:

Jumlah peta skala besar (1:5000) yang dibutuhkan Sumber: Kementerian PU dan Perumahan Rakyat, Desember 2014

D.

Penyelarasan Implementasi LP2B

Berdasarkan UU No. 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan Pasal 23, penetapan Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan (KP2B) merupakan bagian dari rencana tata ruang secara hierarkis. PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRWN ditetapkan sebelum UU No. 41 Tahun 2009 sehingga substansi penetapan LP2B di tingkat nasional belum terakomodasi dan menyulitkan penyusunan pengaturan Perlindungan LP2B di tingkat provinsi/kabupaten/kota.

Pada tahun 2014, bertepatan dengan proses peninjauan kembali RTRWN menjadi momentum yang tepat untuk mengintegrasikan muatan penetapan LP2B didalam RTRWN, sebagai acuan penetapan LP2B di daerah. Bersamaan dengan itu, Sekretariat BKPRN bersama Kementerian Pertanian melaksanakan beberapa kegiatan dalam rangka penyelarasan implementasi LP2B baik di tingkat pusat maupun daerah.

Kegiatan pertama adalah Sosialisasi Draft Peta Indikasi Arahan Kawasan Pertanian Nasional dan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan pada tanggal 19 Februari 2014. Kementerian Pertanian bersama BPN dan BIG menyusun Peta Indikasi Arahan Kawasan Pertanian

(32)

25

Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

Nasional dan Peta Kawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan dengan skala 1:250.000 untuk Pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Peta tersebut dapat digunakan sebagai masukan dalam RTRWN namun masih harus disempurnakan dengan peta dasar terbaru tahun 2013 dan dilakukan verifikasi terhadap daerah yang telah menetapkan LP2B.

Maraknya alih fungsi lahan pertanian akibat tingginya permintaan lahan bagi kegiatan non pertanian menjadi salah satu kendala penetapan LP2B di daerah sehingga perlu adanya upaya pengendalian. Menindaklanjuti hal tersebut, pada tahun 2014 dilakukan pembahasan dalam rangka penyusunan Pedoman Pemberian Insentif dan Disinsentif LP2B melalui rapat teknis pada tanggal 10 Juli 2014; serta penyusunan Modul Penetapan LP2B dalam RTRW pada tanggal 22 Oktober 2014.

E.

Penyusunan Pedoman Tata Batas kehutanan

Konflik pemanfaatan ruang nasional salahsatunya terkait sektor kehutanan, yaitu belum jelasnya status penetapan tata batas kehutanan secara nasioal.Penataan batas kawasan hutan adalah kegiatan yang meliputi proyeksi batas, pemancangan patok batas, pengumuman, inventarisasi dan penyelesaian hak-hak pihak ketiga, pemasangan pal batas, pengukuran dan pemetaan serta pembuatan Berita Acara Tata Batas (Permenhut No. P.47/Menhut -II/2010).Penetapan tata batas kawasan hutan diharapkan mampu menjadi jawaban atas permasalahan kawasan hutan dalam penyusunan rencana tata ruang dan meminimalisir konflik pemanfaatan ruang yang terjadi di sektor kehutanan.

Pada tahun 2014, pembahasan terkait penetapan tata batas kehutanan dilakukan pada tanggal 21 Mei 2014 melalui rapat koordinasi Eselon II BKPRN. Rapat ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mendapatkan penjelasan mengenai konsep dan mekanisme penetapan tata batas kawasan hutan dalam penyusunan rencana tata ruang; dan mendapatkan informasi progres penyelesaian penetapan tata batas kawasan hutan.

Kegiatan penyelesaian tata batas kawasan hutan merupakan tupoksi dari Direktorat Pengukuhan dan Penatagunaan Kawasan Hutan (PPKH) dan telah memiliki pedoman tersendiri. Diseminasi terhadap hasil penetapan tata batas kawasan hutan oleh Kemenhut kepada K/L lain terkait dinilai masih kurang, terutama dalam rangka mendukung penyelesaian konflik pemanfaatan ruang di daerah. Oleh karena itu, dibutuhkan koordinasi teknis dalam pelaksanaan penetapan tata batas kawasan hutan antar K/L terkait, terutama Kementerian Kehutanan dan Badan Pertanahan Nasional (BPN).

F.

Penyusunan Tata Cara Pembuatan SOP BKPRD

Penyusunan Tata Cara Pembuatan Standard Operating Procedure (SOP) BKPRD merupakan salahsatu kegiatan dalam Agenda Kerja BKPRN 2014-2015 dengan penanggungjawab utama Kementerian Dalam Negeri. Pada tahun 2014, Kementerian Dalam Negeri tengah menyusun materi SOP BKPRD secara internal dan belum memasuki pembahasan di forum BKPRN.

Koordinasi Kementerian Dalam Negeri dengan K/L terkait dalam penyusunan SOP dirasa masih sangat kurang. Sekretariat BKPRN mendorong Kemendagri untuk menyampaikan informasi status penyusunan tata cara pembuatan SOP BKPRD karena terkait dengan

Gambar

Tabel  1 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 1 BKPRN
Tabel  2 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 2 BKPRN
Tabel  3 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 3 BKPRN
Tabel  4 Kemajuan Pelaksanaan Kegiatan Pokja 4 BKPRN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep sastra lisan modern pada stand up comedy merupakan bagian dari kebudayaan barat dan adanya unsur-unsur modernitas dalam pertunjukkan sedangkan tradisional di Indonesia

Data Masukan Yang Diharapkan Pengamatan Kesimpulan Id Permintaan : (kosong) Id Barang : 100001 Jumlah : 100 Id Pengguna : 10004 Ketika menekan tombol Tambah maka

Artinya: Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada

“Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah Dia; mengerjakan haji adalah

Ketika melihat pada pembahasan Terpidana Hukuman percobaan, dalam UU No.10/2016 Pilkada Pasal 7 ayat (2) huruf g berbunyi ― Tidak pernah sebagai terpidana berdasarkan

Setelah menganalisa dari permasalahan jaringan yang di sekolah SMA Negeri 1 Cikarang Selatan, maka penulis membangun layanan Hotspot pada Web Browser ketika akan mengakses

(2011) Hubungan Antara Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga Dengan Status Gizi Balita Pada Rumah Tangga di Daerah Rawan Pangan Kabupaten Indramayu.. Universitas

Latar Belakang: Overweight dan obesitas yang keduanya didefinisikan sebagai kelebihan berat badan, secara umum merupakan keadaan kegemukan dengan perbedaan tingkatan