• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi perkembangan pariwisata di Bali, komponen komponen. berproduktivitas tinggi. Bukanlah suatu pekerjaan yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Menghadapi perkembangan pariwisata di Bali, komponen komponen. berproduktivitas tinggi. Bukanlah suatu pekerjaan yang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1 Latar Belakang

Menghadapi perkembangan pariwisata di Bali, komponen – komponen pariwisata berusaha mengembangkan sumber daya manusianya, dalam memenuhi apa yang menjadi kebutuhan atau keinginan para wisatawan. Pengembangan sumber daya manusia ini, ditekankan pada aspek kemampuannya yang professional agar dapat melahirkan sumber daya yang professional dan berproduktivitas tinggi. Bukanlah suatu pekerjaan yang ringan, melainkan pekerjaan yang sangat berat, membutuhkan proses yang panjang dan disertai pola manajemen yang baik dan profesional pula.

Pengembangan sumber daya manusia, secara makro dilakukan oleh pemerintah dan secara mikro dapat dilakukan oleh organisasi – organisasi yang lebih bersifat teknis dan operasional. Pembinaan dan pengembangan sumber daya manusia yang dilakukan oleh organisasi sangat penting untuk menciptakan tenaga kerja yang berproduktivitas, karena dengan tenaga kerja yang berproduktivitas maka tujuan organisasi akan tercapai. Hal ini berarti produktivitas tenaga kerja sangat penting untuk diperhatikan. Dengan kata lain, produktivitas perusahaan sangat bergantung pada produktivitas tenaga kerja, atau produktivitas kerja sangat dominan meningkatkan produktivitas perusahaan.

Secara umum produktivitas merupakan rasio antara hasil kegiatan (output) dan segala pengorbanan (cost) untuk mewujudkan hasil (input).

(2)

Sedangkan produktivitas tenaga kerja merupakan ukuran keberhasilan tenaga kerja menghasilkan suatu produk dalam satuan waktu tertentu ( Moekijat, 1999:112 ). Jadi seseorang dinilai produktif jika untuk satuan waktu yang sama dapat menghasilkan produk yang telah ditentukan kualifikasi standarnya dibandingkan tenaga kerja yang lainnya dalam kualitas yang lebih besar, atau untuk menghasilkan kuantitas tertentu seorang tenaga kerja dapat mengerjakannya dalam satuan waktu yang lebih pendek dibandingkan dengan tenaga kerja lainnya.

Namun demikian upaya peningkatan produktivitas tenaga kerja akan berubah–ubah dari waktu ke waktu, karena peran serta tenaga kerja berubah pula oleh berbagai faktor. Adapun faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja adalah pendidikan dan latihan, keterampilan, disiplin, sikap, etika kerja, motivasi, gizi dan kesehatan, tingkat penghasilan, jaminan sosial, lingkungan, situsi kerja, teknologi, sarana produksi, manajemen dan kesempatan berprestasi (Tohardi, 2002:450).

Uraian tersebut dapat diketahui, bahwa begitu banyak faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja dalam suatu perusahaan, namun dalam aspek teknis operasional suatu perusahaan, faktor manajemen dari komunikasi kepemimpinan dalam penelitian ini menjadi penting untuk diperhatikan. Peningkatan produktivitas sangat ditentukan oleh peranan atau kemampuan seorang manajer (atasan) dalam mengakumulasikan semua sumber daya yang ada secara efisien dan efektif untuk menghasilkan sesuatu sesuai dengan tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

(3)

Tugas seorang pimpinan dalam mengakomodasikan semua sumber daya kearah yang produktif bukanlah suatu tugas yang ringan, karena membutuhkan konsentrasi serta tanggung jawab yang besar, terlebih dalam menghadapi persoalan manusia yang di latar belakangi oleh berbagai motif. Untuk menghadapi hal ini sangat diperlukan suatu pendekatan secara manusiawi atau sering dikenal dengan sebutan hubungan manusia (human relation) dengan berbagai mekanismenya.

Salah satu bagian pendekatan Human Relation ini adalah komunikasi. Aspek komunikasi sangat penting bagi seorang manajer terutama dalam menjembatani keterbatasan manajer dalam mengembangkan berbagai usaha pada suatu perusahaan. Aspek komunikasi juga dipandang dapat menjalin suatu hubungan yang intens dan harmonis dalam menghindari berbagai ketegangan –

ketegangan dalam pekerjaan. Jelaslah bahwa kemampuan berkomunikasi bagi seorang pimpinan sangat penting, sebab pihak pimpinan perlu sebanyak mungkin mengadakan kordinasi dan komunikasi untuk dapat mengetahui situasi dan suasana kerja karyawan, situasi sosial di dalam dan di luar organisasi perusahaan (Astrid, 1997 : 73).

Penjelasan tersebut menunjukan bahwa kemampuan berkomunikasi seorang manajer/pimpinan merupakan bagian dari penerapan Human Relation. Hubungan ini dapat dipahami dari gambaran pengertian human relation, yaitu komunikasi persuasive yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain secara tatap muka dalam situasi kerja (work situation) dan organisasi kekaryaan (work organization) dengan tujuan untuk menggugah kegairahan kegiatan bekerja,

(4)

dengan semangat kerja yang produktif dan dengan perasaan bahagia dan puas hati. ( Effendy, 1996 : 93 ).

Lebih lanjut dikemukakan bahwa dipandang dari sisi seorang pimpinan yang bertanggung jawab untuk memimpin sebuah kelompok, human relation merupakan pengintegrasian orang – orang ke dalam situasi kerja yang menggiatkan mereka untuk bekerja bersama – sama. Atau singkatnya, human relation adalah pengembangan usaha kelompok karyawan secara produktif.

Dengan demikian, komunikasi kepemimpinan merupakan bagian dari Human Relation seorang manajer/pimpinan dalam suatu perusahaan dan mempunyai hubungan yang erat sekali dalam meningkatkan produktivitas perusahaan atau produktivitas tenaga kerja/karyawan. Ketimpangan tujuan organisasi/perusahaan, disebabkan kurang harmonisnya hubungan dan situasi kerja antara karyawan dengan pimpinan, antara karyawan dengan karyawan atau dengan pihak luar perusahaan, merupakan tanggung jawab dari peranan komunikasi kepemimpinan seorang manajer/pimpinan.Kemampuan seorang manajer dalam berkreatifitas, untuk merancang situasi kerja, menciptakan saluran komunikasi yang baik, merupakan suatu hal yang penting dalam menumbuh-kembangkan kegairahan bekerja yang produktif.

Peranan komunikasi kepemimpinan yang demikian bersifat universal, artinya berlaku untuk semua bentuk atau model kelompok kerja sama yang mempunyai tujuan bersama. Dalam mengkordinasikan dan mengintegrasikan karyawannya, para pimpinan dituntut untuk dapat merancang suatu saluran komunikasi yang baik, melalui bentuk –bentuk komunikasi yang bersifat dialogis

(5)

(two way communication) antara pimpinan dengan bawahan. Diantaranya dalam bentuk pemberian petunjuk, keterangan, perintah, teguran, dan pujian oleh pimpinan dan penyampaian laporan, pendapat, keluhan, dan saran- saran oleh bawahan, baik yang bersifat formal maupun informal. Di samping itu komunikasi kepemimpinan dapat dilihat dari kepercayaan yang diberikan oleh pimpinan dalam mendelegasikan wewenang dan tugas kepada bawahan, juga melalui kesediaan pihak pimpinan dalam memberikan bimbingan dan dorongan, pengarahan atau contoh-contoh kepada bawahan, yang berarti juga perlunya kreatifitas pimpinan dalam menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang kondusif, sehingga mengundang karyawan untuk lebih berpartisipasi dan memberikan dukungan terhadap perusahaan melalui keterlibatannya secara aktif dalam melaksanakan kerja dan fungsi organisasi perusahaan. Dengan pelaksanaan hal – hal di atas secara otomatis akan dapat menghasilkan suatu hasil dari produktivitas kerja karyawan yang baik melalui pencapain target bulanan dan semangat kerja yang tergambar dalam sikap bekerja sama, kepuasan bekerja, kedisiplinan atau taat dalam melaksanakan tugas.

Variabel – variabel yang disebutkan di atas yaitu komunikasi kepemimpinan dan produktivitas kerja juga diterapkan di Nusa Dua Beach Hotel & Spa khususnya pada Sales & Marketing Departemen. Fenomena yang terdapat di lapangan menunjukkan adanya suatu ketidaksesuaian atau penyimpangan dari penerapan kedua variabel tersebut. Adapun penyimpangan – penyimpangan yang dimaksud antara lain seperti kurangnya kesediaan pimpinan dalam memberikan bimbingan dan dorongan dengan pemberian petunjuk dan keterangan tentang

(6)

suatu tugas, pujian dan teguran, sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap kinerja karyawannya. Misalnya seperti pada saat pemberian petunjuk, yaitu pemberian informasi perubahan harga produk yang akan mengalami potongan harga, tetapi kurang jelas pada penekanannya, sehingga pada tahap operasional ada suatu ketidakyakinan untuk memberikan potongan harga disaat transaksi berlangsung. Hal ini terjadi dikarenakan oleh adanya ketidak jelasan pada saat pemberitahuan petunjuk tentang produk mana saja yang mengalami potongan harga sehingga hal ini akan mempengaruhi karyawan dalam memberikan pelayanan kepada wisatawan. Selain itu adanya kecenderungan terjadinya salah penafsiran dari pesan yang disampaikan oleh pimpinan atau komunikator kepada bawahan atau komunikan, sehingga hal tersebut akan mempersulit bawahan dalam menindaklanjuti tugas atau suatu pekerjaan tertentu, hal ini dimungkinkan oleh akibat dari kurangnya kemampuan pimpinan dalam menguasai suatu pesan yang akan disampaikan, sehingga pesan tidak diterima dengan baik oleh bawahan. Contoh nyata dari hal di atas adalah terjadinya ambigu makna informasi yang di sampaikan pada saat rapat harian berlangsung sebelum memulai pekerjaan atau adanya anggapan dari atasan bahwa informasi yang telah disampaikan dianggap sudah dimengerti oleh bawahan, misalnya tentang kebijakan peraturan kepada karyawan reservasi Nusa Dua Beach Hotel & Spa yang harus disampaikan kepada mereka.

Menurut Rudy T. May (2005:23) ada dua hambatan komunikasi yang terjadi yaitu:

(7)

1. Hambatan komunikasi antarpribadi.

Hambatan komunikasi antarpribadi (interpersonal Barriers) dsini yang dimaksud lebih kepada mengabaikan atau mengesampingkan informasi yang bertentangan dengan apa yang kita anggap kita sudah tahu. Banyak orang yang cenderung mengabaikan informasi orang lain, jika menganggap dirinya sudah tahu atau lebih banyak tahu. Padahal informasi yang disampaikan itu adalah benar, karena kondisi lapangan yang sudah berubah dari yang kita tahu.

2. Hambatan komunikasi organisasional. Tingkatan manajemen (management levels).

Berlakunya tingkatan manajemen yang berkotak-kotak (ada batas atau sekat antara peringkat top, upper, dan lower Management) atau yang berlangsung secara kaku dalam suatu kegiatan, dapat membuat penyampaian pesan/informasi itu tidak sepenuhnya berjalan dengan lancar (baik dalam pola atau alur komunikasi top-down dari atas ke bawah maupun sebaliknya bottom-up dari bawah ke atas).

Karena adanya dualisme makna informasi pada saat pemberian petunjuk dan anggapan bahwa informasi telah diterima dengan baik oleh atasan terhadap bawahan sehingga terjadi variasi informasi yang terkadang saling berlawanan antara satu informasi dengan informasi lainnya yang berakibat terjadinya kesalahpahaman dari pemberian informasi yang kurang jelas. Hal inilah yang terjadi di lapangan adalah dimana pimpinan yang kurang bisa menciptakan suasana kerja yang kondusif diantara karyawannya, sehingga menyebabkan

(8)

hubungan yang kurang harmonis dan mempengaruhi kepuasan karyawan dalam bekerja sangat berpengaruh terhadap produktivitasnya. Contoh dari kurang harmonisnya hubungan diantara karyawan adalah kurang bisanya bekerjasama dalam menyelesaikan suatu pekerjaan, dan adanya persaingan yang tidak sehat akibat adanya kedekatan beberapa karyawan dengan atasan, sehingga terkesan adanya pilih kasih yang kemudian menimbulkan kecemburuan sosial antara karyawan. Hal ini juga berarti akan mempengaruhi produktivitas perusahaan yang dapat dilihat pada data room revenue yang mengalami penurunan dari tahun ke tahun, untuk lebih jelasnya pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Data Room Revenue Di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Tahun 2012-2015

No. Bulan Room Revenue (USD)

2012 2013 2014 2015 1 Januari 1,204,918 825,357 815,935 803,997 2 Februari 838,996 778,943 765,447 694,370 3 Maret 932,947 700,980 639,875 655,469 4 April 823,104 657,636 650,211 650,563 5 Mei 908,123 763,216 700,632 699,708 6 Juni 1,172,575 879,512 819,279 714,850 7 Juli 1,190,258 885,800 755,941 734,412 8 Agustus 1,113,176 1,156,563 1,123,369 1,115,899 9 September 968,469 1,183,019 971,420 892,113 10 Oktober 1,167,591 1,067,540 995,733 952,317 11 November 900,163 839,110 808,505 800,951 12 Desember 1,241,321 1,109,200 1,404,500 1,299,672 TOTAL 12,470,641 10,846,876 10,450,847 10,014,321 Sumber: Sales & Marketing Departemen, 2016.

Pada tabel di atas dapat dilihat terjadinya penurunan dalam rentang empat tahun terakhir dari 2012 sampai 2015 yang walaupun tidak terlalu signifikan namun sudah menunjukan kemunduran produktivitas sebuah perusahaan terutama kemunduran produktivitas karyawan sales & marketing department pada

(9)

khususnya. Data tersebut menjadi pendukung dalam penelitian ini yang ingin mengetahui apa hubungan antara komunikasi kepemimpinan dan produktivitas kerja yang menjadi penyebab menurunnya produktivitas perusahaan.

Oleh karena itu, kondisi ini perlu diantisipasi agar apa yang menjadi tujuan baik dipihak manajemen maupun karyawannya bisa tercapai dan terpenuhi sesuai dengan harapan bersama. Salah satu caranya adalah dengan memperbaiki dan meningkatkan proses komunikasi kepemimpinannya sehingga lebih efisien dan efektif yang nantinya secara otomatis akan meningkatkan produktivitas perusahaan dan produktivitas karyawannya. Dalam penelitian ini lebih menitik beratkan kepada satu pimpinan dari tiga kepemimpinan yang ada dalam Sales & Marketing Department yaitu Director of Sales dikarenakan keterbatasan komunikasi peneliti dalam berbahasa asing dengan pimpinan tertinggi yaitu Director of Sales & Marketing.

1.2 Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut adapun pokok permasalah yang dapat diambil yaitu :

1. Bagaimana respon karyawan Sales & Marketing Departement terhadap komunikasi kepemimpinannya?

2. Bagaimana pengaruh komunikasi kepemimpinan terhadap produktivitas kerja karyawan Sales & Marketing Departement di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali?

(10)

Berdasarkan pokok masalah tersebut adapun tujuan dilakukannya penelitian ini yaitu :

1. Untuk mengetahui tanggapan karyawan terhadap komunikasi kepemimpinan pada Sales & Marketing Departement di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali. 2. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi kepemimpinan terhadap produktivitas

kerja karyawan Salas & Marketing Departement di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini mencoba untuk mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh dibangku perkuliahan, khususnya mata kuliah Human Relation dan Sumber Daya Manusia, dengan kenyataan yang ada di lapangan. Di samping itu penelitian ini diharapkan akan berguna dalam membina dan mengembangkan wawasan berfikir dan wahana latihan yaitu dengan merumuskan permasalahan dalam penelitian.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang produktivitas kerja karyawan kaitannya dengan peranan komunikasi kepemimpinan pada Sales & Marketing Department di Nusa Dua Beach Hotel & Spa Bali sehingga bisa dijadikan masukan yang positif.

(11)

1.5 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian dari peneliian ini akan disusun dalam 5 bab dan masing–masing akan diuraikan sebagai berikut.

BAB I Pendahuluan

Bab I terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika penyajian.

BAB II Tinjauan Pustaka

Bab II berisi tentang telaah hasil penelitian sebelumnya dan deskripsi konsep yang terdiri dari tinjauan tentang komunikasi kepemimpinan, produktivitas kerja, karyawan, sales & marketing departemen serta tinjauan tentang hotel.

BAB III Metode Penelitian

Bab III berisi tentang lokasi penelitian, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik analisis data.

BAB IV Hasil dan Pembahasan

Bab IV berisikan hasil dari penelitian serta pembahasannya. BAB V Simpulan dan Saran

Bab V terdiri dari simpulan dan saran yang diperoleh atas pembahasan dari variabel yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Minuman Santan Kelapa (Cocos nucifera l.) Rendah Lemak dengan Penambahan Ekstrak Daun Stevia

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui; (1) pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan metode STAD dan langkah penyelesaian Krulik-Rundick terhadap prestasi

Uraian diatas maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai ada tidaknya pengaruh penggunaan pembelajaran berbasis masalah dengan metode STAD dan

Uji statistik menggunakan SPSS v.16.0 dengan menggunakan rumus one way anova menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat dismenore pada aktivitas ringan, sedang dan

Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk menganalisis pelaksanaan Cor porate Social Responsibility (CSR) di Perusahaan Roti Ganep dan menjelaskan

Strategi Pengembangan Wilayah Berbasis Peternakan Itik (Studi Kasus di Kabupaten Hulu Sungai Utara Provinsi Kalimantan Selatan). Dibimbing oleh DWI PUTRO TEJO BASKORO dan

Pengolahan data pretes pada kelas eksperimen dan kontrol bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan kemampuan komunikasi matematis awal antara siswa yang

Berat dari TETRAMILK B ini adalah 1,5 kg (tanpa heat stored), sedangkan jika ditambah dengan susu pada kedua wadah dan kotak heat stored maka beratnya menjadi 2 kg. Berat