• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian sejenis yang relevan - BAB II FAJAR SUKRON SAID PBSI'14

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian sejenis yang relevan - BAB II FAJAR SUKRON SAID PBSI'14"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian sejenis yang relevan

Bhikku Indaratano pada tahun dua ribu dua belas. Melakukan penelitian Dengan judul „Aspek-Aspek Mitologi dalam Suatu Agama‟. Dalam artikelnya membahas mengenai mitologi dalam konteks suatu agama. Misalnya dalam konteks agama Budha, seseorang mempercayai tentang kewajiban yang harus dijalankan menurut agamanya. Jika hal itu tidak dilaksanakan bahkan lupa, maka seseorang itu akan merasa berdosa. Namun jika sudah melakukan kegiatan keagamaan, orang itu akan merasa puas secara psikologis maupun secara rohani.

Asnan Gusti pada tahun dua ribu tiga belas melakukan penelitian Dengan judul „Cerita Rakyat dan Mitologi. Laut Masyarakat Pesisir Sumatera Barat‟. Dalam

(2)

Perbedaan penelitian-penelitian di atas dengan penelitian „Mitos-Mitos Lengger dalam naskah drama Sulasih Sulandana karya Widiyono‟ ini. Data penelitian pertama berasal dari teks yang mengandung aspek mitologi dalam suatu agama. Data penelitian kedua berasal dari teks yang mengandung aspek mitologi dalam cerita rakyat di Masyarakat Pesisir Sumatera Barat. Sedangkan data penelitian ini berasal dari teks yang mengandung aspek mitologi (mitos) naskah drama Sulasih Sulandana karya Widiyono. Sumber data penelitian pertama berasal dari konteks suatu agama. Sedangkan Sumber data penelitian kedua berasal dari cerita rakyat di Masyarakat Pesisir Sumatera Barat, sedangkan data penelitian ini berasal dari naskah drama Sulasih Sulandana karya Widiyono. Metode yang digunakan dalam kedua penelitian di atas adalah dengan pendekatan sosiologi sastra, sedangkan penelitian ini menggunakan metode dengan pendekatan Antropologi sastra .

B. Landasan Teori

1. Naskah Drama

(3)

sebagai suatu karya yang memiliki dua dimensi, yakni dimensi sastra dan dimensi seni pertunjukan (Hasanudin, 2009:1-2).

Drama sebagai karya sastra hanya sampai pada tahapan kedua.Yakni menuliskan. Adapun struktur naskah drama secara umum antara lain: susunan nama pelaku, sinopsis, urutan nomor percakapan (dialog). Dengan nama pelaku, mencantumkan tanda baca yang jelas. Memberi penjelasan sebagai keterangan dalam tanda kurung, memberikan tanda bagian ilustrasi musik, menyusun urutan kata dan kalimat yang jelas, mengemukakan pokok pikiran dengan jelas dalam percakapan (dialog). Memberikan tanda pergantian babak dengan jelas, dan mengakhiri cerita dengan kalimat yang padat (Nurgiyantoro, 2010:231).

(4)

2. Mitos Lengger

a. Pengertian Mitos Lengger

Kata mitos secara etimologi berasal dari kata “ mathos (yunani) yang berarti cerita atau kata yang diucapkan. Kata mitos merupakan lawan kata logos. Mitos adalah cerita seorang penyair sedangkan logos yaitu laporan yang dapat dipercaya sesuai dengan kenyatannya. Mitos adalah tipe wicara, segala sesuatu bisa menjadi mitos asalkan disajikan oleh sebuah wacana. Mitos tidak ditentukan oleh objek pesannya, namun oleh cara dia mengutarakan pesan itu sendiri. Mitos memiliki batas-batas formal, namun semua itu begitu „substansial‟. Pada dasarnya, segala sesuatu

tidaklah diekspresikan pada waktu bersamaan: beberapa objek menjadi mangsa wicara mitis untuk sementara waktu, lalu sirna, yang lain menggeser tempatnya dan memperoleh status sebagai mitos (Barthes, 2006:152-153).

Lebih lanjut mengatakan bahwa mitos dapat disejajarkan dengan sage. Mitos yaitu cerita legendaris mengenai cikal bakal atau pahlawan zaman dahulu lewat tradisi lisan yang panjang. Akhirnya mengedap jadi jenis karya sastra, seperti epos dan tragedi. Pengertian mitos ada dua macam : 1 ) Cerita rakyat legendaris atau tradisional yang biasanya bertokoh makluk luar biasa dan mengisahkan peristiwa-peristiwa yang tidak dijelaskan secara rasional. 2 ) kepercayaan atau keyakinan yang tidak terbukti tetapi diterima mentah-mentah . Mitos adalah cerita suatu bangsa tentang dewa-dewa dan pahlawan zaman dahulu yang mengandung penafsiran tentang asal-usul semesta alam, manusia dan bangsa itu sendiri yang mengandung arti yang mendalam yang diungkapkan dengan cara gaib (Sudjiman,1986:50).

(5)

menulis bahwa dalam budaya Bagelen para penari teledhek disebut ronggeng. Menurut Koentjaraningrat seorang penari ronggeng sudah mulai menari sejak berusia antara delapan sampai sepuluh tahun. Seorang penari anak-anak seperti itu biasanya adalah anak gadis ketua rombongan tersebut dan ia menarikan tarian teledhek serta menyanyikan nyanyian anak-anak (dolanan lare). Rakyat di daerah Bagelen menyebut penari ronggeng yang masih anak-anak itu Lengger. Seorang Lengger belum tentu menjadi seorang ronggeng bila ia dewasa, akan tetapi sebaliknya seorang ronggeng biasanya berasal dari Lengger (Koentjaraningrat, 1994:221).

(6)

Kesenian lengger, merupakan kesenian tradisional yang merupakan suatu hasil ekspresi hasrat manusia. Keindahan dengan latar belakang tradisi atau sistem budaya masyarakat pemilik kesenian tersebut. Dalam karya seni tradisional tersirat pesan dari masyarakat berupa pengetahuan, gagasan, kepercayaan, nilai, norma dan sebagaimana. Melalui sang seniman dan karya seninya masyarakat berusaha memahami, menginterprestasikan atau menjawab masalah-masalah lingkunganya.. Baik lingkungan alam maupun sosialnya. Ekspresi tentang keindahan serta pesan budaya tersebut terwujud dalam seni lukis, seni tari, seni vocal dan seni drama. (Pringgodigdo,1973: 22)

b. Bentuk-Bentuk Mitos Lengger

1) Mitos Ritual dan Syarat Khusus dalam Lengger

(7)

Upacara wisuda dilaksanakan dengan mengadakan selamatan dan pementasan pertunjukan lengger. Upacara ini sebagai bentuk pengesahan bahwa seorang telah menjadi lengger dengan segala hak, tugas, dan status yang disandangnya. Selain harus mengikuti dan melaksanakan proses magang calon penari lengger (Unthul) juga harus melaksanakan proses laku dan harus menjalankan tata aturan yang berlaku dengan cara berpuasa, bersemadi, mandi air bunga setaman, taat terhadap segala macam pantangan yang digariskan, memasang sesaji pada hari tertentu. Ada beberapa simbol maupun tindakan simbolis yang menyimbolkan keberadaan roh lengger. Simbol-simbol tersebut dapat berupa alam (sungai, air terjun, pohon, panembahan (makam), benda-benda (makanan, bunga, minyak) tindakan (puasa, mandi, berendam), waktu (wayah bedhug), tengah malam, hari-hari keramat, dan sebagainya. Lewat berbagai simbol dan tindakan simbolis itu komunitas lengger mempercayai kehadiran Indhang sebagai makhluk yang supranatural dan dapat menjamin keberadaan komunitas itu. (Koentjaraningrat. 1994: 211-212)

(8)

2) Mitos Seks

Lengger pada awalnya adalah sebuah tarian religius atau tarian keagamaan lokal. Ada kemungkinan Lengger sebagai tarian berasal dari India atau merupakan pengaruh agama Hindu yang masih tersisa sampai sekarang ini. Tarian tersebut merupakan hasil pengaruh dari kegiatan ritus keagamaan di India Selatan. Pesta seks di pusat keagamaan (kuil). Sebagai sarana pemujaan terhadap dewi Durga. Kegiatan seksual sebagai ritual seperti itu saat ini dapat diyakini dan dijalankan beberapa tempat misalnya di daerah Boyolali dan Jawa Tengah (Tohari, 1996: 47).

Kesenian lengger identik dengan gambyong dan tayub. Ronggeng biasanya diselenggarakan dalam rangka hajatn perkawinan, khitanan, atau pada uapaca tradisional tertentu seperti sedekah bumi. Seorang ronggeng biasanya menari dengan gerakan-gerakan yang sensual dan mengajak beberapa penonton yang ketiban sampur untuk turut menari. Sampur adalah selendang tari ketiban sampur merupakan istilah yang menggambarkan seorang penari atau lengger mengalungkan selendang yang dipakai menari untuk mengajak seorang penonton turut menari di panggung. Penonton tersebut menari di panggung dan kemudian menyisipkan sejumlah uang di sela-sela payudara penari dan biasanya lengger di sertai dengan suasana minuman keras di kalangan penontonya(Chamim, dkk,2003: 36).

3) Mitos Kekuatan gaib atau Mitos roh bidadari ( Mitos Indhang)

(9)

dan sebaliknya. Penari lengger di masuki Indhang jahat maka penari lengger akan melakukan tarian yang erotis dan ketika Indhang merasuki tubuh penari maka tarianya akan menjadi lebih indah dan tidak mengenal rasa kelelahan. Fungsi Indhang bagi penari lengger adalah pemain lengger akan semakin cantik di pandang penonton (Ivone, 1986: 34-35).

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, berkat rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Relaksasi

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang dibicarakan dan diteliti adalah sebagai berikut: Adakah korelasi negatif antara

Untuk peningkatan yang lebih baik dari alat rem udara tekan yang bekerja langsung guna pengereman lokomotif ini, maka dipasanglah sebuah “ nozzle ” dengan diameter 2 mm pada

Kesepuluh tombol Submenu angka yaitu menu angka 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10 mempunyai tombol-tombol dan animasi gerak yang sama untuk angka maupun objek serta nama objek yang

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus, karena atas anugerah dan kasih karunia-Nya maka penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi yang berjudul “Karakteristik Fisikokimia

Tingkat kedisiplinan para siswa kelas VIII SMP Joanness Bosco Yogyakarta dalam mengikuti kegiatan akademik di sekolah dalam tiap aspek, adalah sebagai berikut: (1) Aspek

First Characterization of Bioactive Components in Soybean Tempe that Protect Human and Animal Intestinal Cells against Enterotoxigenic Escherichia coli (ETEC)

penambahan asam sitrat, nilai pH selai mangga lembaran akan menjadi rendah karena. asam sitrat berfungsi untuk menurunkan atau mengatur pH selai (Winarno et al