• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru : survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria Yogya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru : survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria Yogya"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN

PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO

071334060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN

PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

oleh:

DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO

071334060

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN

PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

Oleh :

DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO

NIM : 071334060

Telah disetujui oleh :

Pembimbing

(4)

iii

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA

SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN

PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

Dipersiapkan dan ditulis oleh:

DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO

NIM: 071334060

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 30 Maret 2012

dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua Indra Darmawan, S.E., M.Si ` ...

Sekretaris Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ...

Anggota Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. ...

Anggota Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ...

Anggota Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. ...

Yogyakarta, 30 Maret 2012

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

Dekan,

(5)

iv

PERSEMBAHAN

Hi dup i t u i bar at kat a suat u panggung sandi war a di mana ki t a ber mai n

per an unt uk menj adi sang pr ot agoni s at au sang ant agoni s

Hi dup i t u i bar at kat a suat u mej a per j udi an di mana ki t a t i dak

memper t ar uhkan suat u mat er i t et api memper t ar uhkan hi dup ki t a

sendi r i mau di bawa kemana ar ah dan t uj uan hi dup ki t a

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

(6)

v MOTTO

J anganlah kamu merasa ingin dihormati dan dikagumi,

tetapi terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan

dan dipandang rendah oleh orang lain agar kamu dapat

(7)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 30 Maret 2012

Penulis

(8)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Dimas Duwung Adi Prastowo

Nomor Mahasiswa : 071334060

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN

KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 30 Maret 2012 Yang menyatakan

(9)

viii ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN

KOMPETENSI GURU

Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria

Yogyakarta

Dimas Duwung Adi Prastowo Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2012

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara: (1) kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru. (2) sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru.

Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang dilaksanakan di sekolah tingkat SMA di Yogyakarta pada bulan November - Desember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, sementara sampel penelitian ini berjumlah dengan 176 guru yang berasal dari 5 sekolah, diantaranya SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dengan sampel gugus bertahap. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis dengan korelasi Spearman Rank.

(10)

ix ABSTRACT

THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEADERSHIP OF SCHOOL PRINCIPAL, THE ATTITUDE OF TEACHERS TOWARDS THEIR

COMPETENCE

Survey on Teacher at 1,3 and 6 State Senior High School, 1 BOPKRI Senior High School, and St. Mary Senior High School in Yogyakarta

Dimas Duwung Adi Prartowo Sanata Dharma University

Yogyakarta 2012

This study aims to determine whether there is a relationship between: (1) the leadership of school principal and competence of teacher; (2) the attitudes of teachers towards their competence of teachers. Technique of taking samples is sample group stages. Technique of collecting data is questionnaire. Data were analyzed by Spearman Rank correlation

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih-Nya sehingga

penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP

JABATAN PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU”.

Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini

tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan

Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas

Sanata Dharma, Yogyakarta

4. Ibu Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan

kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah

banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan

kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

6. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan

saran untuk kesempurnaan skripsi ini.

7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan

tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.

8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah

(12)

xi

9. Orangtuaku Bpk Djoko Subagjo dan Ibu Sri Haryati yang selalu memberikan

kasih sayang dan dukungan doa selama ini.

10. Kakakku Mbak Ari, Mbak Budi dan Mbak Cita yang selalu memberikan

canda tawa dan dukungan doa.

11. Teman- teman yang membantu kelancaran skripsi ini Cosmas, Hery, Ambo,

Sulis, Danu, Simbah Felik, Dekha, Ivan, Febri, Agung, Anggi, Laras,

Angkringan Pak Mulud dan teman-teman yang lain.

12. Temam-teman PLPG mania Ditya, Gambul, Gepeng, TP, Ratna, Deni, Umi,

Mega, Alin, Kiki, Icha, Agil, Suranto, Daru, Veni, Eta, Jordan, Koko dan

teman-teman yang lain.

13. Teman-teman di kos lama Pogung Lor dan teman-teman di kos baru

Papringan.

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah

membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua

pihak yang berkepentingan.

Penulis

(13)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii 1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ... 7

2. Kewibawaan Pemimpin ... 8

(14)

xiii

4. Kompetensi Profesional ... 22

D. Kajian Penelitian Yang Relevan... 23

E. Kerangka Berfikir 1. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kompetensi Guru ... 24

2. Hubungan Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan Dengan Kompetensi Guru ... 24

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional Variabel ... 29

2. Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan ... 70

3. Kompetensi Guru ... 71

B. Analisis Data ... 72

a. Pengujian Hipotesis I ... 73

b. Pengujian Hipotesis II ... 74

(15)

xiv

2. Hubungan Antara Sikap Guru Terhadap Jabatan

Pekerjaan dengan Kompetensi Guru ... 78

BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81

B. Keterbatasan Penelitian ... 82

C. Saran – Saran ... 82

DAFTAR PUSTAKA ... 85

(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Daftar Sekolah dan Jumlah Guru ... 28

Tabel 3.2. Kisi – Kisi Instrumen ... 33

Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 35

Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan ... 36

Tabel 3.5. Rangkuman Uji Validitas Kompetensi Guru ... 37

Tabel 3.6. Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 39

Tabel 3.7. Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 39

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 68

Tabel 5.2. Intepretasi Penilaian Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 69

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan .... 70

Tabel 5.4. Intepretasi Penilaian Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan ... 70

Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kompetensi Guru ... 71

Tabel 5.6. Intepretasi Penilaian Kompetensi Guru ... 72

Tabel 5.7. Pedoman Intepretasi Koefisiensi Korelasi ... 73

Tabel 5.8. Hasil Pengujian Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kompetensi Guru ... 74

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 87

Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 97

Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliablitas ... 118

Lampiran 4 Distribusi Frekuensi ... 125

Lampiran 5 Kategori Kecenderungan variabel ... 131

Lampiran 6 Uji Spearman Rank ... 134

Lampiran 7 Tabel r Product Moment ... 135

Lampiran 8 Surat Izin Penelitian ... 136

(18)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pembentukan

pribadi manusia. Pendidikan berperan penting dalam menentukan baik atau

buruknya kualitas pribadi seseorang. Menyadari pentingnya pendidikan bagi

manusia, pemerintah menyikapi hal ini dengan serius. Dengan pendidikan

yang bermutu dan berkualitas diharapkan munculnya generasi muda harapan

bangsa yang bermutu dan berkualitas yang dapat terjun ke masyarakat luas.

Dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidaklah mudah, banyak tantangan

yang harus ditempuh seperti budaya birokrasi. Budaya birokrasi yang masih

dipengaruhi feodalisme dimana pejabat dan pimpinan lebih suka dilayani

daripada melayani masih tumbuh dan berkembang di sebagian besar wilayah

dan masyarakat Indonesia (Mulyasa, 2006 : 70). Seharusnya seorang

pimpinan atau pejabat harus dapat melayani rakyatnya yang telah memberi

kepercayaan kepada mereka. Dalam pada itu, dalam lingkungan persekolahan

perilaku manajerial kepala sekolah cenderung kurang terbuka dan kurang

demokratis dalam mengelola sekolahnya (Mulyasa, 2006 : 70). Jika hal ini

terjadi maka kepala sekolah akan kehilangan kewibawaanya sebagai

pimpinan sekolah dan kepercayaan guru terhadap kepala sekolah dapat

menurun, tentunya hal ini dapat menghambat aktifitas sekolah karena

(19)

2

Dalam meningkatkan kompetensi para guru maka kepala sekolah

harus dapat bersikap terbuka dan demokratis dalam mengelola sekolah. Selain

terampil dalam mengelola sekolah kepala sekolah dituntut dapat menjadi

pendidik bagi guru, memberikan petunjuk dan arahan kepada guru dan kepala

sekolah harus menunjukan komitmen tinggi dan fokus terhadap

pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar yang terjadi di

sekolahnya, memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat terus

meningkatkan kompetensinya sehingga kegiatan belajar dapat berjalan

dengan efektif dan efisien. Kepala sekolah ditunjuk sebagai seorang pendidik

yang mendidik para guru karena dianggap sebagai orang yang lebih tahu dan

menguasai dalam kurikulum maka dari itu harus dapat memberikan saran dan

bimbingan kepada gurunya, selain itu kepala sekolah harus bisa menerapkan

gaya kepemimpinan secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan situasi dan

kondisi yang terjadi di lapangan.

Selain peran kepala sekolah dalam menerapkan gaya kepemimpinan

untuk meningkatkan kompetensi profesional guru sosok yang paling

menentukan adalah guru itu sendiri. Guru merupakan sosok yang dihormati

karena memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran

di sekolah. Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu

melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional

apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada

etika kerja, independen (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif),

(20)

3

aktifitas guru. (Sanjaya, 2008 : 274) menyatakan banyak orang termasuk guru

sendiri yang meragukan bahwa guru merupakan jabatan profesioanal. Hal ini

berarti guru menganggap siapapun dapat menjadi guru. Memahami ataupun

tidak memahami bidang keguruanpun bisa saja menjadi guru, asalkan

memahami materi dan mampu menyampaikan semua materi. Jika kita melihat

secara lebih detail mengajar bukanlah sesuatu yang sederhana, bukan hanya

sekedar memahami materi dan menyampaikan materi. Mengajar

membutuhkan suatu keterampilan khusus. mengajar merupakan suatu proses

yang memanusiakan manusia, yakni proses mengubah perilaku siswa sesuai

dengan tujuan yang diharapkan atau mengubah perilaku siswa menjadi siswa

yang berpendidikan.

Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memahami materi,

merancang dan menerapkan ilmunya dengan strategi pembelajaran ataupun

metode pembelajaran yang bervariasi. Tentunya strategi ataupun metode ini

haruslah sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Taraf perkembangan siswa

yang satu dengan siswa yang lainnya pastilah berbeda, maka dibutuhkan

suatu pendekatan yang berbeda pula. Seorang guru harus dapat memahami

pribadi masing – masing siswanya. Sebagaimana halnya tugas seorang dokter

yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasien, maka tugas seorang guru

pun memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa kearah

tujuan yang diinginkan (Sanjaya, 2008 : 276). Pernyataan di atas menjelaskan

bahwa profesi guru dapat disetarakan dengan profesi dokter karena seorang

(21)

4

menuntun siswa dan dokter harus memiliki keahlian khusus dalam membantu

kesembuhan pasiennya, yang menjadi pembeda antara profesi dokter dan

pekerjaan guru adalah hasilnya. Hasil kinerja seorang dokter dapat dilihat

dalam waktu yang singkat, apabila pasien sembuh dalam waktu yang relatif

singkat maka dokter tersebut dapat dikatakan profesional. Hasil dari

pekerjaan guru tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat, membutuhkan

waktu yang lama dan panjang. Mengembangkan potensi siswa tidaklah cukup

hanya beberapa minggu saja, bisa satu ataupun dua tahun. Tugas guru tidak

hanya menuntun dan membimbing siswa tetapi juga membentuk pribadi

siswa, membentuk suatu generasi manusia yang berpendidikan. Melihat

begitu kompleksnya tugas seorang guru maka jabatan guru sangat layak untuk

disebut pekerjaan profesional yang membutuhkan keahlian khusus. Dengan

jabatan guru merupakan jabatan yang bersifat profesional maka gurupun

harus dapat bersikap dan bekerja sebagai pendidik secara profesional. Guru

harus dapat menunjukan kinerjanya secara maksimal, menunjukan

kompetensi profesionalnya dalam mengajar agar dapat membantu siswa

mencapai tujuannya.

Kompetensi itu sendiri merupakan karakteristik dasar seseorang yang

berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan unggul dalam suatu pekerjaan

tertentu. Seorang guru dapat dikatakan berkompetensi profesional apabila

guru tersebut memang dapat menunjukan kinerjanya secara memadai.

Johnson (Sanjaya, 2008 : 277) menyatakan bahwa kompetensi merupakan

(22)

5

kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru dapat dilihat dari cara guru

menyikapi pekerjaannya, cara dalam berpenampilan maupun dengan kinerja

guru yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.

Melihat adanya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan

sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru maka penulis

tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA

KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU

TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI

GURU” dengan survei pada guru tingkat SMA di Yogyakarta.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka permasalahan yang

hendak dikaji adalah :

1. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

kompetensi guru ?

2. Apakah terdapat hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjaan

dengan kompetensi guru ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada

penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala

(23)

6

2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap guru terhadap

jabatan dengan kompetensi guru ?

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengembangan ilmu

pengetahuan yang memungkinkan untuk mengkonfirmasi hasil – hasil

penelitian terdahulu atau teori – teori yang diperoleh di bangku kuliah

dan literatur yang ada.

2. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa FKIP

dalam mengembangkan kompetensi gurunya, dimana mahasiswa FKIP

merupakan mahasiswa yang dipersiapkan untuk menjadi tenaga pendidik

yang diharapkan dapat menunjukan kinerjanya dan turut ambil bagian di

masyarakat.

3. Bagi Kepala sekolah dan Guru

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah

dalam sikap kepemimpinan dimana kepemimpinan harus diterapkan

dengan sebaik–baiknya, demokratis dan transparan. Penelitian ini dapat

dijadikan masukan dalam pengembangan kompetensi guru agar dapat

(24)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepemimpinan Kepala Sekolah

1. Pengertian pemimpin dan kepemimpinan

Dari akar kata “pimpin” kita mengenal istilah “pemimpin” dan

“kepemimpinan”. Rivai (2003 : 65) pemimpin adalah anggota dari suatu

perkumpulan yang diberi kedudukan tertentu dan diharapkan dapat

bertindak sesuai dengan kedudukan. Seorang pemimpin adalah juga

seseorang dalam suatu perkumpulan yang diharapkan dapat

menggunakan pengaruhnya untuk mewujudkan dan mencapai tujuan

kelompok. Dalam menentukan siapa pemimpin dalam organisasi

haruslah dipilih orang yang benar – benar dapat mempengaruhi orang

lain untuk mau bekerja.

Menurut Wahjosumidjo (1987 : 26) berpendapat bahwa

kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang

pemimpin yang berupa sifat – sifat tertentu seperti kepribadian,

kemampuan dan kesanggupan. Kepemimpinan adalah serangkaian

kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta

gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri, dan kepemimpinan adalah

sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan

(25)

2. Kewibawaan Pemimpin

Keberhasilan pemimpin dalam memimpin suatu organisasi tidak

hanya ditentukan oleh sifat-sifat serta perilaku, juga ditentukan oleh

factor kewibawaan. Kewibawaan merupakan salah satu konsep

kepemimpinan yang menyangkut segala aspek yang berkaitan erat

dengan kepemimpinan. Menurut Koontz (wahjosumidjo, 1984 : 118)

kewibawaan mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi pemimpin,

sebab di dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengubah perilaku

bawahan ke arah tercapainya tujuan organisasi di samping berbagai

teknik kepemimpinan diperlukan pula adanya daya dorong tertentu yang

disebut kewibawaan.

3. Fungsi Kepemimpinan

Menuru Rivai (2004 : 96) fungsi kepemimpinan yang cocok

dengan visi kepemimpinan dengan berbagi rasa yaitu menciptakan visi

dan rasa komunitas, membantu mengembangkan komitmen daripada

sekedar memenuhinya, menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan

pandangan yang berlainan, mendukung pembicaraan yang cakap melalui

dialog, membantu menggunakan pengaruh mereka, kepemimpinan

melalui berbagi rasa, memfasilitasi, memberi semangat pada yang lain,

menopang tim, dan bertindak sebagai model.

4. Gaya Kepemimpinan

Setiap orang memiliki ciri khas tersendiri, ciri dari seseorang ini

(26)

(Mulyana, 2003 : 108) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku

yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba

mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Untuk lebih

memahami gaya kepemimpinan terlebih kita memahami pengertian gaya

kepemimpinan ditinjau dari pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan

pendekatan situasional.

a. Pendekatan Sifat

Pendekatan sifat ini bertolak dari asumsi bahwa individu

merupakan pusat kepemimpinan atau bertolak dari sifat – sifat

ataupun karakter yang dimiliki seseorang. Menurut Sutisna

(Mulyasa, 2003 : 108), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat

sifat – sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang

esensil, pada kepemimpinan yang efektif. Keberhasilan seseorang

dalam memimpin dapat ditentukan oleh sifat – sifat dari pribadi

seseorang. Ordway Tead (Wahjosumidjo, 1987 : 45)menyatakan ada

sepuluh macam sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,

yaitu :

1) Energi jasmani dan rohani (physical and nervous energy),

2) Kepastian akan maksud dan arah tujuan (a sense of purpose and

direction),

3) Antusiasme atau perhatian yang besar (anthusiasm),

4) Ramah-tamah, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati

(27)

5) Integritas atau pribadi yang bulat (integrity),

6) Kecakapan teknis (technical mastery),

7) Mudah mengambil keputusan (decisioness),

8) Cerdas (intelligence),

9) Kecakapan mengajar (teaching skill),

10) Kesetiaan (faith).

Sifat – sifat diatas diperuntukan bagi para pemimpin pada

umumnya. Pemimpin dapat dikatakan baik apabila bisa menunjukan

sifat – sifat tersebut, akan tetapi sebaliknya apabila seorang

pemimpin tidak dapat menunjukan karakter tersebut maka pemimpin

tersebut dapat dikatakan tidak efektif. Tetapi pada kenyataan praktek

di lapangan, kesepuluh sifat tersebut tidak harus dimiliki

bersama-sama oleh seorang pemimpin

b. Pendekatan Perilaku

Menurut pendekatan tingkah laku, gaya kepemimpinan

adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang

tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya

kepemimpinan mencerminkan suatu kombinasi yang konsisten dari

keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.

Teori kepemimpinan berdasarkan pendekatan perilaku tidak

didasarkan pada sifat atau kepribadian seseorang, melainkan

berdasarkan perilaku yang ditunjukan dalam organisasi yang

(28)

berdasarkan pendekatan perilaku adalah teori kepemimpinan dua

dimensi. Wahjosumidjo (1987 : 63) menyatakan bahwa gaya

kepemimpinan pada hakikatnya mengandung arti bagaimana

pemimpin itu berhubungan dengan bawahan. Dan hubungan antar

pemimpin dengan bawahan tersebut disebut gaya yang memiliki sifat

1) Berorientasi kepada tugas (a task oriented style)

Di dalam gaya yang pertama ditandai adanya beberapa hal

seperti :

a) Pemimpin memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan,

b) Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat

terhadap bawahan,

c) Pemimpin menyakinkan kepada bawahan, bahwa

tugas-tugas harus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan

pemimpin,

d) Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas

daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.

2) Berorientasi pada bawahan (an employee – oriented style).

a) Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada

memberikan pengawasan terhadap bawahan,

b) Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan

(29)

c) Pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya,

hubungan kerja sama yang saling hormat-menghormati di

antara sesama anggota kelompok.

c. Pendekatan situsional

pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan

perilaku, keduanya menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi

tertentu (Mulyasa, 2003 : 112). Jika pandangan perilaku menyoroti

kepemimpinan dari beberapa variabel yang dapat mempengaruhi

perilaku akan mempermudah dalam menentukan gata kepemimpinan

mana yang akan digunakan, maka pendekatan situsional lebih

menyoroti pada gaya kepemimpinan yang lebih efektif dan efisien

untuk diterapkan pada situasi tertentu.

5. Kepemimpinan Sekolah

Perlu kita ketahui bahwa kepala sekolah merupakan inti dari

semua kegiatan sekolah ayau dengan kata lain mesin penggerak di

sekolah. Kepala sekolah harus dapat menentukan mau dibawa kemana

arah dan tujuan sekolahnya, selain itu bagaimana cara kepala sekolah

mewujudkan tujuan sekolah bersama dengan seluruh anggota sekolah.

Kinerja kepemimpinan khusunya kepala sekolah adalah segala

upaya yang dicurahkan demi terwujudnya suatu tujuan pendidikan yang

efektif dan efisien. (Mulyana, 2003 : 126) Kepemimpinan kepala sekolah

(30)

a. Mampu memberdayakan guru – guru untuk melaksanakan proses

pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif,

b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang

telah ditetapkan,

c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat

sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka

mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan,

d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan

tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah,

e. Bekerja dengan tim manajemen, serta

f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan

ketentuan yang telah ditetapkan.

Setelah melihat uraian diatas maka kepala sekolah dapat memilih

gaya kepemimpinan yang benar – benar cocok dengan situasi dan kondisi

yang terjadi di lapangan. Setidaknya kita telah mengetahui ada dua gaya

kepemimpinan yang berorientasi tugas dan berorientasi hubungan

manusia, dan kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya

kepemimpinan secara tepat dan fleksibel demi pengembangan

kompetensi guru. Dengan kata lain kepemimpinanya harus dapat berubah

– ubah menyesuaikan dengan situasi yang tengah dihadapi karena tidak

(31)

B. Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan

1. Sikap

a. Pengertian Sikap

Definisi mengenai sikap sangatlah banyak, salah satu definisi

sikap yang diutarakan oleh Lange tahun 1888 (Azwar, 1995 : 4)

sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan

mencakup pula aspek respon fisik. Menurut Daniel J Mueller

(Sarwono, 2006 : 96) Sikap ialah pengaruh atau penolakan,

penilaian, suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap

suatu objek psikologis.

Definisi lain mengenai sikap pun diutarakan menurut Louis

Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood adalah bahwa sikap

merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap

seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau

memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak

pada objek tersebut. Secara lebih jelasnya, Thurstone mendefinisikan

sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu

objek psikologis (Azwar, 1995 : 4). Dalam hal ini seseorang yang

dimaksud adalah guru.

Melihat uraian mengenai definisi sikap diatas, maka kita bisa

ambil suatu kesimpulan bahwa sikap merupakan suatu bentuk

penolakan atau penerimaan mengenai suatu obyek, suatu bentuk

(32)

subyek merespon suatu obyek. Sikap seseorang mengenai objek

tersebut dapat terlihat dari ekspresi perasaannya terhadap objek

tersebut, cara dia mengevaluasi obyek tersebut. Bentuk ekspresi

perasaan bias berbentuk rasa senang atau tidak senang, memihak

atau tidak memihak, positif ataupun negatif. Jadi kita bisa

mengetahui bahwa salah satu yang mempengaruhi kompetensi

profesional guru adalah sikap guru terhadap jabatan dimana sikap

merupakan suatu tindakan penolakan atau penerimaan penilaian baik

atau buruk tentang suatu hal, dan yang menjadi obyek dari sikap

guru adalah jabatannya sebagai guru.

b. Struktur Sikap

Struktur sikap terdiri dari tiga komponen dimana

komponen-komponen ini saling menunjang yaitu komponen-komponen kognitif, komponen-komponen

afektif dan komponen konatif/perilaku (Azwar, 1995 : 24).

Komponen kognitif merupakan suatu bentuk atau gambaran dari apa

yang dipercayai oleh seseorang, komponen afektif merupakan suatu

bentuk perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan aspek

konatif/perilaku merupakan kecenderungan seseorang untuk

berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh individu.

Menurut Mann komponen kognitif berisi persepsi,

kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen

kognitif dapat disamakan dengan pandangan/opini. Komponen

(33)

menyangkut masalah emosi, sedangkan komponen perilaku berisi

tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi

terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu (Azwar, 1995 : 24).

2. Guru

a. Pengertian Guru

Dalam Naskah Akademik Pendidikan Profesi Guru (2008 :

1), guru merupakan suatu jabatan profesional dan memberikan

layanan ahli yang menuntut persyaratan kemampuan yang secara

akademik dan pedagogis maupun secara professional dapat diterima

oleh pihak dimana guru bertugas, baik penerima jasa layanan secara

langsung maupun pihak lain terhadap siapa guru bertanggung jawab.

Dengan kata lain guru adalah seseorang atau tenaga pendidik yang

tugas utamanya adalah mengajar dan mengembangkan bakat siswa.

b. Peranan Guru

Guru merupakan faktor penentu dalam pengembangan

peserta didik dalam mewujudkan tujuan hidupnya. Guru merupakan

suatu jabatan profesi, untuk itu diharapkan guru dapat melaksanakan

tugasnya sebagai pengajar dengan maksimal. Guru tidak hanya

bertugas menerangkan materi, ceramah dikelas, tetapi juga

mendesain materi –materi pelajaran, melakukan evaluasi terhadap

prestasi siswa dan juga melakukan pengawasan terhadap

perkembangan psikologis siswa. Menurut (Sri Esti, 2006 : 27)

(34)

1) Guru sebagai ahli instruksi

Guru harus dapat membuat suatu keputusan tentang materi

pelajaran dan metode yang akan digunakan.

Keputusan-keputusan ini sendiri didasarkan pada sejumlah faktor yang

meliputi mata pelajaran yang akan disampaikan, kebutuhan dan

kemampuan siswa, serta seluruh tujuan yang akan dicapai.

Bagaimana cara terbaik untuk mengajarkan perkalian pada anak

SD? Buku apa yang akan digunakan untuk mengajar membaca

siswa SMA? Yang manakah yang terbaik untuk mata pelajaran

ini: ceramah, diskusi, belajar mandiri, atau menghafal? Guru

membuat puluhan keputusan mengajar ini setiap minggu.

Ditambah lagi para guru diharapkan dapat menjawab

pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan oleh siswa mengenai

mata pelajaran itu sendiri.

2) Guru sebagai motivator

Tidak ada satu pun guru yang dapat berhasil mengajar secara

otomatis. Siswa juga harus berbuat dan bertindak. Salah satu

peran guru adalah sebagai motivator. Memotivasi siswa tidak

hanya disampaikan pada permulaan tahun ajaran baru, tetapi

juga pada saat-saat diperlukan.

3) Guru sebagai manajer

Seorang guru harus dapat berperan sebagai manajer, dimana

(35)

meliputi: mengawasi kegiatan kelas, mengorganisasi pelajaran,

melengkapi formulir-formulir, mempersiapkan tes, bertemu

dengan orang tua siswa, menyimpan catata-catatan pribadi siswa

dan sebagainya. Dalam waktu satu hari itu guru harus dapat

membagi waktunya untuk mengelola sekolah. Guru pun akan

berhadapan dengan pengelolaan kelas lain, yaitu mengatur

lingkungan belajar, bebas dari masalah tingkah laku, sehingga

kelas dapat melanjutkan proses belajarnya.

4) Guru sebagai konselor

Walaupun guru tidak diharapkan bertindak sebagai konselor,

mereka harus sensitif dalam mengobservasi tingkah laku siswa.

Mereka harus mencoba merespon secara konstruktif ketika

emosi siswa mulai menggangu proses belajar. Guru harus tahu

jika ada siswa yang membutuhkan bantuan ahli jiwa.

5) Guru sebagai model

Tidak menjadi soal apa yang kita lakukan sebagai seorang guru,

kita akan berakting sebagai seorang model bagi siswa-siswi kita.

Dalam banyak kasus, guru tidak menyadari peran mereka

sebagai model. Sebagai contoh, guru-guru bertindak sebagai

model dalam menunjukan bagaimana menyelesaikan suatu

masalah. Jika seorang guru memaksakan pendapatnya dalam

menyelesaikan masalah kepada siswa, siswa mungkin akan

(36)

dapat dikatakan bahwa guru bersikap otoriter. Jika siswa

dilibatkan dalam penyelesaian suatu masalah, maka siswa akan

belajar bahwa mereka sendiri mampu untuk menghadapi

masalah-masalah tersebut.

3. Jabatan Pekerjaan

Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi

diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur

karena tidak ada yang mengatur (http://www.cookey.co.cc). Kita

mengetahui bahwa guru merupakan jabatan profesi dimana guru dituntut

untuk dapat memberikan pengajarannya dengan professional. Profesi

adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menafkahi diri

dan keluarganya dimana profesi tersebut diatur oleh Etika Profesi dimana

Etika Profesi tersebut hanya berlaku sesama Profesi tersebut

(http://www.cookey.co.cc).

Profesi mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai

kekhususan dimana guru tersebut harus dipersiapkan dengan baik dan

dilakukan oleh seseorang yang ahli di bidang pendidikan.Jadi profesi

merupakan jabatan atau pekerjaan yang tetap dan teratur untuk

memperoleh nafkah yang membutuhkan pendidikan atau latihan khusus.

C. Kompetensi Profesional Guru

Kompetensi merupakan suatu pernyataan tentang bagaimana

(37)

pengetahuan yang dimiliki pada suatu tempat dimana seseorang tersebut

bekerja. Mc.Ashan (Joko Susilo, 2007 : 97) mengemukakan bahwa

kompetensi :”is a knowledge, skills, and abilities or capabilities or

capabilities that a person achieves, which become part of his or being to the

exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive,affective,

andpsychomotor behavior”. Jadi, kompetensi dapat diartikan sebagai

pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dan

ketigahal tersebut menjadi bagian dari dirinya, sehingga seseorang tersebut

dapat melakukan perilaku – perilaku yang bersifat kognitif, afektif, dan

psikomotor.

Kompetensi guru diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kompetensi

seperti tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan (SNP).

1. Kompetensi Pedagogik

a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,

kultural, emosional, dan intelektual.

b. Menguasai teori belajar dan prinsip – prinsip pembelajaran yang

mendidik.

c. Menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan

yang diampu.

(38)

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang

mendidik.

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik umtuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta

didik.

h. Terampil melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.

i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi kepentingan belajar.

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas

pembelajaran.

2. Kompetensi Kepribadiaan

a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan

kebudayaan nasional Indonesia.

b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan

teladan bagipeserta didik dan masyarakat.

c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,

dan berwibawa.

d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga

menjadi guru, dan rasa percaya diri.

(39)

3. Kompetensi Sosial

a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena

pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fidik, latar belakang

keluarga, dan status sosial ekonmi.

b. Berkmunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama

pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.

c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik

Indonesia yang memiliki keragaman soasial budaya.

d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain

secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.

4. Kompetensi Profesional

a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang

mendukung mat pelajaran yang diampu.

b. Menguasai srtandar kompetensi dan kompetensi dasar mata

pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

melakukan tindakan reflektif.

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk

berkmunikasi dan mengembangkan diri.

Namun dalam Penyusunan kurikulum PPG kmpetensi yang akan

dicapai dapat disederhanakan menjadi kompetensi akademik dan kompetensi

(40)

pengelompokan mata kuliah, dua kompetensi ini tercakup dalam mata kuliah

sebagai contohnya mata kuliah bahasa inggris, bahasa Indonesia, Agama dan

Kewarganegaraan dapat mencakup kompetensi kepribadian dan sosial.

Kompetensi akademik merupakan seluruh bekal yang berupa ilmu

dari kegiatan mendidik yang akan diterapkan dalam melaksanakan kegiatan

di lapangan secara nyata.

Kompetensi profesional adalah seluruh kemampuan menerapkan

prinsip – prinsip keilmuan dalam praktek di sekolah terdiri dari : latihan

terbimbing, latihan kemandirian, mengatasi masalah – masalah dalam prses

pembelajaran siswa, dan ikut aktif dalam kegiatan di luar pelajaran yang

terjadi di sekolah. Kompetensi profesional guru adalah suatu kemampuan

yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan

pembelajaran dengan baik. Dengan demikian, bahwa untuk menjadi guru

profesionaldibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap guru

atau calon guru untuk mewujudkannya.

D. Kajian Penelitian yang Relevan

Ditemukan dari penelitian yang dilakukan Sugeng yang berjudul

”Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Guru Terhadap

Pekerjaan Dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri Di

Kabupaten Pandeglang”, bahwa ada hubungan positif antara kepemimpinan

kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru matematika. Ada

(41)

kompetensi profesional guru matematika. Ada hubungan yang positif antara

kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan

kompetensi profesional guru matematika tingkat SMP negeri di kabupaten

Pandeglang.

E. Kerangka Berfikir

1. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan

kompetensi guru.

Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai andil yang kuat dalam

menentukan kompetensi profesional guru. Guru dituntut memiliki

kompetensi yang memadai, untuk mengoptimalkan kompetensi guru

maka yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan perna kepala

sekolah. Kepala sekolah berperan dalam pengembangan kinerja guru.

Kepala sekolah harus dapat menerapkan suatu kepemimpina yang sesuai

dengan situasi yang tengah dihadapi agar keberadaan kepala sekolah

sebagai pemimpin diakui oleh bawahannya.

2. Hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjan dengan

kompetensi guru.

Dengan menyikapi secara positif mengenai jabatannya sebagai

guru, maka guru dapat melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dengan

baik dan dengan senang hati. Jika guru bekerja dengan baik dan tanpa

(42)

maka Ia dapat memberikan pengetahuannya, kemampuannya, dan

keterampilannya secara maksimal.

F. Hipotesis

1. Ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan

kompetensi guru.

2. Ada hubungan antara sikap guru terhadap jabatan dengan kompetensi

(43)

26 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif.

Penelitian deskriptif berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi

gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi

sebagaimana adanya (Sugiyono, 2007 : 29). Penelitian ini termasuk jenis

penelitian deskriptif dengan teknik survei. Survei pada umumnya merupakan

cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu yang

bersamaan. Jumlah itu biasanya cukup besar (Surakhmad, 1990 : 141).

Penelitian survey ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai

kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan

kompetensi guru.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan

bulan November 2011.

2. Tempat Penelitian

Tempat untuk penelitian ini dilakukan di 5 sekolah SMA di wilayah

(44)

Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta

dan SMA Santa Maria Yogyakarta.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah jumlah dari keseluruhan subyek penelitian. Menurut

Jonathan Sarwono (2006 : 111) populasi didefinisikan sebagai

seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti. Populasi

dalam penelitian adalah guru SMA yang ada di Daerah Istimewa

Yogyakarta.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi (Sugiyono, 2007 : 62). Sampel merupakan sub dari seperangkat

elemen yang dipilih untuk dipelajari, (Sarwono 2006 : 111). Dalam

pengambilan sampel penulis menggunakan pengambilan sampel gugus

bertahap, yaitu pengelompokan ke dalam gugus – gugus yang merupakan

satuan – satuan dari mana sampel akan diambil atau dengan kata lain

pengambilan dilakukan dilakukan melalui beberapa tahap.

a. Tahap pertama

Populasi sampling pertama, terdiri dari beberapa kabupaten di

Yogyakarta seperti kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, Kota

(45)

secara acak sebagai sampel pertama. Kabupaten yang dipilih adalah

Kabupaten Kota Madya Yogyakarta.

b. Tahap kedua

Sampel pertama ini dijadikan sebagai populasi sampling dua yang

terdiri dari satu kabupaten yang telah dipilih dengan keseluruhan

sekolah tingkat SMA yang ada di kabupaten Kota Madya

Yogyakarta yang menjadi sampel kedua. Penelitian dipusatkan di

satu kabupaten dikarenakan alasan geografis atau dengan kata lain

lebih mudah untuk dijangkau.

c. Tahap ketiga

Sampel kedua ini disebut sebagaai populasi sampling ketiga yang

terdiri dari beberapa sekolah yang terpilih. Kemudian dibuat daftar

seluruh guru dari sekolah – sekolah yang terpilih. Sekolah yang

dipilih adalah sekolah yang memiliki akreditasi A karena peneliti

ingin melihat apakah semakin baiknya kompetensi guru juga diiringi

dengan semakin baiknya kepemimpinan kepala sekolah, atau

kompetensi guru semakin baik karena guru tersebut sadar dengan

tanggung jawabnya dan mandiri dalam mencapai kompetensinya

tanpa adanya pengaruh dari kepala sekolah. Sekolah yang dipilih

(46)

Tabel 3.1

Daftar Sekolah dan Jumlah Guru

No. Nama Sekolah Disebar Kembali Responden

Rate

1 SMA Negeri 1 Yogyakarta 45 37 82 %

2 SMA Negeri 3 Yogyakarta 60 55 92 %

3 SMA Negeri 6 Yogyakarta 40 32 80 %

4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta 40 30 75 %

5 SMA Santa Maria Yogyakarta 25 22 88 %

Jumlah 210 176 84 %

D. Variabel Penelitian

Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2007 : 58) variabel dapat

didefinisikan sebagtai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai variasi

antara satu orang dengan yang lain atau suatu obyek dengan obyek lain.

Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang

akan dipelajari.

Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,

obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 59).

Dalam penelitian ini variabelnya diantaranya kepemimoinan keoala sekolah,

sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi guru.

E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel

1. Definisi Operasional Variabel

Pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang memimpin suatu

organisasi atau kelompok dimana seorang pemimpin tersebut harus dapat

(47)

kepemimpinan tersendiri, hal ini dapat dilihat dari gaya ataupun gerak –

gerik mereka. Gaya kepemimpinan merupakan suatu sikap dalam

mempengaruhi orang lain agar seseorang mau bekerja, dimana dalam

proses mempengaruhi tersebut pimpinan memiliki caranya tersendiri

dalam mendekati dan memerintah bawahannya. Disini peneliti lebih

menitik beratkan pada gaya kepemimpinan kepala sekolah. Didalam

memimpin di sekolahpun diharapkan kepala sekolah dapat memimpin

dengan baik dan dapat menyesuaikan dengan situasi yang tengah

dihadapi, karena kepala sekolah berperan besar dalam pengembangan

kompetensi guru.

Guru adalah suatu jabatan profesi dimana pekerjaan sehari – hari

yang dilakukan adalah sebagai tenaga pendidik, mengajar siswa – siswi di

kelas dan membantu peserta didiknya dalam mengembangkan minat dan

bakat siswa. Diharapkan guru dapat menjadi seorang guru yang

berkompeten, dalam hai ini yang dimaksud adalah guru tersebut dapat

mengajar dengan baik, mampu memberikan ilmu pengetahuan dan

keterampilan yang dimilikinya dan menguasai bidang – bidang

kompetensi lainya.

Kompetensi itu sendiri merupakan suatu pernyataan tentang

bagaimana seseorang dapat mempraktekkan kemampuan, keterampilan,

ilmu pengetahuan yang dimiliki pada suatu tempat dimana seseorang

tersebut bekerja. Kompetensi guru dikategorikan menjadi empat bagian,

(48)

kepribadian, dan kompetensi profesional. Peranan guru dan tuntutan

untuk menguasai kompetensi tidak lepas dari peran kepala sekolah

sebagai pimpinan sekolah yang harus selalu mengawasi kinerja para guru.

Keberhasilan seorang guru dalam menguasai kompetensi tidak lepas

juga dari sikap guru dalam menyikapi jabatan pekerjaannya sebagai guru.

Sikap merupakan upaya dalam melakukan penolakan atau penerimaan

terhadap suatu hal atau penilaian tentang baik buruknya sesuatu hal.

Sikap gurupun mempengaruhi kinerja guru, karena diharapkan guru dapat

bekerja tanpa adanya tekanan mengenai jabatanya sebagai guru.

2. Pengukuran Variabel

Variabel-variabel dalam penelitian ini diantaranya kepemimpinan

kepala sekolah, sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi

profesional guru diukur dengan menggunakan kuesioner, dimana

kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan tertutup, yakni hanya

memilih jawaban yang telah disediakan. Jawaban yang diperoleh akan

diberi skor dengan menggunakan skala pengukuran Likert. (Sarwono

2006 : 96) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu

penelitian. Sikap dalam skala likert diekspresikan mulai dari yang paling

negatif, netral, sampai paling positif, dalam bentuk :

Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif

STS diberi skor 1 STS diberi skor 5

TS diberi skor 2 TS diberi skor 4

(49)

S diberi skor 4 S diberi skor 2

SS diberi skor 5 SS diberi skor 1

Kerangan :

STS : Sangat Tidak Setuju

TS : Tidak Setuju

N : Netral

S : Setuju

SS : Sangat Setuju

Kisi-kisi dari setiap indikator baik gaya kepemimpinan kepala sekolah,

sikap guru terhadap jabatan, dan kompetensi guru adalah sebagai berikut :

(50)

Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen

Variabel Indikator No. Kuesioner Pernyataan

(51)

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Kuesioner

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah kuesioner. Kuesoner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan

yang disusun tertulis. Dalam penelitian kuesioner ini melibatkan

responden untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai keadaan

responden yang sebenarnya. Kuesioner ini digunakan untuk

mengumpulkan data tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah

dengan sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi

profesional guru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner

yang telah diuji milik Sugeng dengan judul Hubungan Kepemimpinan

dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dengan Kompetensi Profesional

Guru Matematika SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang dan kuesioner

milik Supriyo dengan judul Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan

Sikap Guru Terhadap Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan

Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Samarinda.

2. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat

dan mencatat dokumen yang diperlukan. Teknik ini digunakan untuk

memperoleh data mengenai sejarah sekolah dan data mengenai kepala

(52)

G. Teknik Pengujian Instrumen

1. Uji Validitas

Suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila suatu alat pengukur

tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat. Peneliti

menggunakan perhitungan rumus Korelasi Product Moment. Teknik

korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan

hipotesis hubungan dua variabel (Sugiyono, 2008 : 228),dengan rumus

sebagai berikut :

∑ (∑ ) (∑ ) ∑ (∑ ) ∑ ∑

N = Total responden

X = Total dari setiap item 1

Y= Total dari setiap item 2

r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi dengan

taraf signifikan 5% . Apabila hasi pengukuran r menunjukan hasil lebih

besar atau sama dengan taraf 5%, maka item tersebut dinyatakan tidak

valid. Dengan n sebanyak 176 taraf kesalahan 5% = 0,147 dan apabila r

hitung > 0,147 dinyatakan valid dan apabila r hitung < 0,147 maka

dinyatakan tidak valid. Hasil dari Uji validitas sebagai berikut:

Tabel 3.3

Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Item Rhitung Rtabel Keputusan

1 0.536 > 0,147 Valid

(53)

Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah

Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan

Item Rhitung Rtabel Keputusan

(54)

Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan

Item Rhitung Rtabel Keputusan

(55)

Rangkuman Uji Validitas Kompetensi Guru

Menurut Djamaludin Ancok (Singarimbun, 1989 : 140) reliabilitas

adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat

dipercaya atau tidak dapat diandalkan. Apabila alat pengukur digunakan

dua kali pada suatu gejala yang sama dan menghasilkan hasil yang sama

atau konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan reliabel.

Cara mencari reabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan

mengoreksi angka korelasi yang diperoleh. Pengujian reabilitas instrumen

(56)

r

11

= [

( )

][1-∑

]

Keterangan :

rtt = reliabel instrumen yang dicari

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

= jumlah varians butir

= varians total

Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien

Cronbach Alpha > 0, 60 (Nunnaly, 1967 dalam Imam Ghozali, 2002:42).

Untuk pedoman dalam menentukan keterhandalan variabel penelitian,

digunakan interpretasi nilai r sebagai berikut (Suharsimi Arikunto,

1989:167).

Tabel 3.6

Tingkat keterhandalan variabel penelitian No Koefisien Alpha Tingkat Keterhandalan

1. 0,800-1,00 Sangat Tinggi

2. 0,600-0,799 Tinggi

3. 0,400-0,599 Cukup

4. 0,200-0,399 Rendah

5. <0,200 Sangat Rendah

Uji Reliabilitas ini dikerjakan dengan menggunakan program komputer

SPSS 15. Hasil pengujian reliabilitas disajikan dalam tabel berikut ini :

Tabel 3.7

Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian

Variabel Nilai r

hitung Parameter Keterangan Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,932 0,60 Sangat Tinggi Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan 0,893 0,60 Sangat Tinggi

Kompetensi Guru 0,955 0,60 Sangat Tinggi

2

b

2

(57)

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dengan menggunakan Uji Statistik Nonparametik.

Statistik Nonperametik digunakan untuk menganalisis data sampel kecil,

tidak harus berdistribusi normal dan data berbentuk nominal dan ordinal. Jika

data yang dihasilkan berskala nominal maka dapat dilakukan uji Koefisiensi

Kontigensi dan Chi kuadrat, namun apabila data yang diperoleh berskala

ordinal maka dapt dilakukan uji Korelasi Spearman rank dengan rumus

(Sugiyono, 2008 : 245) :

= − ∑

( )

=

Dalam hal ini data yang dihasilkan berbentuk ordinal dimana skala

ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda

yang dimiliki oleh obyek atau individu (Sarwono, 2006 : 94). Selain data

yang dihasilkan berbentuk ordinal dalam pengujian normalitas didapat bahwa

distribusi data variabel kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap

jabatan pekerjaan dan kompetensi guru berdistribusi tidak normal. Hal ini

ditujukan pada tabel berikut ini :

Variabel R Square Parameter Keterangan

Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi

Profesional Guru

0,722 0,8 Tidak Normal

Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan dengan Kompetensi Guru

(58)

41 BAB IV

GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A. SMA Negeri 6 Yogyakarta

1. Sejarah SMA Negeri 6 Yogyakarta

SMA Negeri 6 Yogyakarta terletak di Jalan C. Simanjuntak 2

Yogyakarta Kelurahan Terban Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.

Asal mula berdirinya SMA Negeri 6 Yogyakarta tidak dapat dipisahkan

dengan SMA Bagian A (Sastra) yang terletak di jalan C. Simanjuntak 2

(dahulu Jl. Jati no.1) yang pada waktu itu dipimpin oleh bapak R. DS

Hadiwidjono. Pada tanggal 17 September 1949 didirikan Sekolah

Menengah Umum Atas Bagian C. Tujuan semula didirikannya SMA C

adalah :

a. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga menengah seperti Pamong Praja

dan Pengadilan Negeri serta tenaga administrasi yang selama perang

kemerdekaan telah banyak menyusut.

b. Memberi kesempatan kepada para siswa untuk melanjutkan

pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Melalui Surat Keputusan Menteri P & K Nomor 210/B tanggal 27

Oktober 1949 SMA/C memperoleh status menjadi SMA Negeri bagian C.

Pada tanggal 31 maret 1950 kepemimpinan diserahkan kepada pimpinan

yang baru yaitu Bapak R.M. Soewito Poespokoesoemo dan wakilnya

(59)

Poespokoesoemo tidak dapat melaksanakan tugasnya karena sakit, maka

Bapak R.A. Djakatirtana ditunjuk sebagai pimpinan SMA/C.

Karena timbulnya masalah baru mengenai para calon siswa yang

berasal dari dua kelompok yang berbeda, yaitu sebagian dari mereka

pernah menjadi Tentara Pelajar (TP) yang didemobilisir dan sebagian dari

mereka bukan Tentara Pelajar (TP). Siswa bekas Tentara Pelajar (TP)

sebelum tahun 1950 adalah siswa-siswi dari SMA PERJOANGAN yaitu

suatu SMA yang didirikan untuk menampung pelajar-pelajar yang kembali

dari front perjoangan agar mereka tidak terasing dari pelajaran sekolah dan

yang kemudian akan pergi lagi ke front perjoangan.

Karena kedua kelompok ini berasal dari latar belakang yang

berbeda maka diputuskan siswa bekas Tentara Pelajar (TP) dimasukan

SMA/C yang dibuka siang hari dan berlokasi di jalan Pogung 2, gedung

bersejarah milik Yayasan BOPKRI. Mulai tanggal 1 Juni 1952, SMA/C

secara resmi dipecah menjadi dua sekolah dengan Surat Keputusan

Menteri P& K Nomor 3094/B tanggal 21 Juli 1952.

1. SMA/C Negeri I dengan pimpinan sekolah Bapak Parmanto, S.H.

dengan jumlah kelas sebanyak 12 ruang dan masuk siang hari. Lokasi

Jalan Pogung 2 Yogyakarta, SMA/C kemudian menjadi SMA/C V dan

terakhir menjadi SMA 5 Yogyakarta yang sekarang berlokasi di jalan

Pembayun Kotagede Yogyakarta.

2. SMA/C Negeri II dengan pimpinan bapak R.A. Djakatirtana, S.H.

(60)

Jalan Pogung 2 Yogyakarta, SMA/C Negeri II kemudian menjadi

SMA/C VI dan terakhir menjadi SMA Negeri 6 Yogyakarta yang sejak

bulan Agustus 1957 pindah ke jalan C.Simanjuntak No.2 Yogyakarta

yaitu gedung yang dahulu ditempati SMA/A (Sastra) dan sekarang

telah memiliki 57 tenaga guru.

2. Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta

Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta adalah “Terwujudnya Insan Cerdas ,

Unggul Dan Peduli Lingkungan Hidup”. Adapun makna insan cerdas,

unggul dan peduli lingkungan hidup adalah :

1. Insan Cerdas adalah insan yang tajam pikirannya, cerdik, pandai,

tanggap, berpengetahuan luas, terampil, berpikir ilmiah, kreatif,

inovatif dan logis.

2. Insan Unggul adalah insan yang mengerti siapa dirinya, masa

depannya, berpikiran ke depan, punya rasa percaya diri, berpandangan

terbuka, berbudi luhur, taat menjalankan agama, sopan santun,

memiliki perasaan hati yang bersih, murni dan mendalam.

3. Insan Peduli Lingkungan Hidup adalah insane yang menyadari bahwa

kehidupan di dunia ini melingkupi seluruh makhluk baik biotik

maupun abiotik sehingga harus dilestarikan keberadaanya untuk

generasi yang akan datang.

Mencapai suatu visi harus diketahui indikator ketercapaian dari visi

tersebut. Adapun indicator visi SMA Negeri 6 Yogyakkarta adalah :

(61)

2. Unggul dalam jumlah siswa diterima perguruan tinggi nasional

maupun internasional.

3. Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetoitif.

4. Unggul dalam penggunaan teknologi informasi.

5. Berprestasi dalam kegiatan research bidang Teknologi, IPA, maupun

Sosial.

6. Unggul dalam kemampuan berbahasa inggris.

7. Unggul dalam Olimpiade Sains.

8. Unggul dalam kinerka pendidik dan tenaga kependidikan.

9. Unggul dalam penerapan sekolah berwawasan lingkungan hidup.

10.Unggul dalam proses belajar yang efektifdan kondusif.

11.Terwujudnya kelembagaan sekolah yang selalu belajar (learning

school).

12.Terwujudnya prasarana dan sarana pendidikan yang relevan dan

mutakhir.

13.Terwujudnya lulusan yang mampu bersaing dikancah internasional.

14.Unggul dalam pemahaman dan pengamalan Iman dan Taqwa.

3. Misi SMA Negeri 6 Yogyakarta

Sejalan dengan visi dan indikator visi yang telah dicanangkan dan

dengan semangat untuk mengedepankan keunggulan di era global, maka

SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki misi :

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, kreatif,

Gambar

Tabel r Product Moment  ....................................................
Tabel 3.1 Daftar Sekolah dan Jumlah Guru
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen
Tabel 3.3 Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dilihat dari jenis pendidikannya, praktik pendidikan agama Islam yang dilakukan oleh buruh migran Indonesia di majelis Jama’ah Roudhotul Qolbiyah (JRQ) Yuen Long Hong

In this report, results of a screening of water, hydroalcoholic and alcoholic ex- tracts of some important medicinal plants used in the traditional medicine (collected from

Dengan ini kami beritahukan bahwa perusahaan Saudara telah menyampaikan Dokumen Penawaran dan Isian Kualifikasi untuk paket pekerjaan tersebut di atas2. Sebagai kelanjutan

component of developing strategies to fight rural food insecurity and develop integrated development programmes for chronic food insecure areas in Ethiopia as well as in other parts

Dari hasil penelitian dan pengukuran kekasaran permukaan terhadap benda kerja yang dibuat dengan proses pemesinan menggunakan mesin Milling CNC didapat bahwa nilai

Persoalan yang sering muncul dalam pengaturan kewenangan bidang perindustrian pasca otonomi daerah di Propinsi DIY (Kota Yogyakarta &amp; Kabupaten Sleman) adalah dalam

[r]

Akan tetapi, juga membawa dampak negatif ber- upa bencana alam dan kerusakan lingku- ngan yang kini tampak nyata di wilayah pertambangan Kecamatan Palangga dan