HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN
PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU
Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria
Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
oleh:
DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO
071334060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN
PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU
Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria
Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
oleh:
DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO
071334060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
ii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN
PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU
Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria
Yogyakarta
Oleh :
DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO
NIM : 071334060
Telah disetujui oleh :
Pembimbing
iii
SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA
SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN
PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU
Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria
Yogyakarta
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
DIMAS DUWUNG ADI PRASTOWO
NIM: 071334060
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 30 Maret 2012
dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua Indra Darmawan, S.E., M.Si ` ...
Sekretaris Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ...
Anggota Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. ...
Anggota Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. ...
Anggota Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. ...
Yogyakarta, 30 Maret 2012
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
iv
PERSEMBAHAN
Hi dup i t u i bar at kat a suat u panggung sandi war a di mana ki t a ber mai n
per an unt uk menj adi sang pr ot agoni s at au sang ant agoni s
Hi dup i t u i bar at kat a suat u mej a per j udi an di mana ki t a t i dak
memper t ar uhkan suat u mat er i t et api memper t ar uhkan hi dup ki t a
sendi r i mau di bawa kemana ar ah dan t uj uan hi dup ki t a
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
v MOTTO
J anganlah kamu merasa ingin dihormati dan dikagumi,
tetapi terimalah perasaan tak diperhatikan, dilupakan
dan dipandang rendah oleh orang lain agar kamu dapat
vi
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak
memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam
kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 30 Maret 2012
Penulis
vii
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Dimas Duwung Adi Prastowo
Nomor Mahasiswa : 071334060
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN
KOMPETENSI GURU
Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria
Yogyakarta
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 30 Maret 2012 Yang menyatakan
viii ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN
KOMPETENSI GURU
Survei pada guru di SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria
Yogyakarta
Dimas Duwung Adi Prastowo Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2012
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara: (1) kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi guru. (2) sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang dilaksanakan di sekolah tingkat SMA di Yogyakarta pada bulan November - Desember 2011. Populasi dalam penelitian ini adalah guru yang ada di Daerah Istimewa Yogyakarta, sementara sampel penelitian ini berjumlah dengan 176 guru yang berasal dari 5 sekolah, diantaranya SMA Negeri 1 Yogyakarta, SMA Negeri 3 Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta dan SMA Santa Maria Yogyakarta. Teknik pengambilan sampel dengan sampel gugus bertahap. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Data dianalisis dengan korelasi Spearman Rank.
ix ABSTRACT
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE LEADERSHIP OF SCHOOL PRINCIPAL, THE ATTITUDE OF TEACHERS TOWARDS THEIR
COMPETENCE
Survey on Teacher at 1,3 and 6 State Senior High School, 1 BOPKRI Senior High School, and St. Mary Senior High School in Yogyakarta
Dimas Duwung Adi Prartowo Sanata Dharma University
Yogyakarta 2012
This study aims to determine whether there is a relationship between: (1) the leadership of school principal and competence of teacher; (2) the attitudes of teachers towards their competence of teachers. Technique of taking samples is sample group stages. Technique of collecting data is questionnaire. Data were analyzed by Spearman Rank correlation
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ” HUBUNGAN ANTARA
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU TERHADAP
JABATAN PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI GURU”.
Penulis menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan skripsi ini
tidaklah mungkin terlaksana dengan baik tanpa bantuan, kerjasama dan dukungan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Indra Darmawan, SE., M.Si. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pengetahuan
Sosial, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
3. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Sanata Dharma, Yogyakarta
4. Ibu Natalina Premastuti B., S.Pd., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan
kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
5. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah
banyak meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan
kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
6. Ibu Rita Eny Purwanti, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan, memberikan kritik, dan
saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
7. Staf pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan
tambahan pengetahuan dalam proses perkuliahan.
8. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah
xi
9. Orangtuaku Bpk Djoko Subagjo dan Ibu Sri Haryati yang selalu memberikan
kasih sayang dan dukungan doa selama ini.
10. Kakakku Mbak Ari, Mbak Budi dan Mbak Cita yang selalu memberikan
canda tawa dan dukungan doa.
11. Teman- teman yang membantu kelancaran skripsi ini Cosmas, Hery, Ambo,
Sulis, Danu, Simbah Felik, Dekha, Ivan, Febri, Agung, Anggi, Laras,
Angkringan Pak Mulud dan teman-teman yang lain.
12. Temam-teman PLPG mania Ditya, Gambul, Gepeng, TP, Ratna, Deni, Umi,
Mega, Alin, Kiki, Icha, Agil, Suranto, Daru, Veni, Eta, Jordan, Koko dan
teman-teman yang lain.
13. Teman-teman di kos lama Pogung Lor dan teman-teman di kos baru
Papringan.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah
membantu dan mendukung penulis selama penyusunan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, penulis senantiasa menerima kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua
pihak yang berkepentingan.
Penulis
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii
ABSTRAK ... viii 1. Pengertian Pemimpin dan Kepemimpinan ... 7
2. Kewibawaan Pemimpin ... 8
xiii
4. Kompetensi Profesional ... 22
D. Kajian Penelitian Yang Relevan... 23
E. Kerangka Berfikir 1. Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kompetensi Guru ... 24
2. Hubungan Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan Dengan Kompetensi Guru ... 24
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel 1. Definisi Operasional Variabel ... 29
2. Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan ... 70
3. Kompetensi Guru ... 71
B. Analisis Data ... 72
a. Pengujian Hipotesis I ... 73
b. Pengujian Hipotesis II ... 74
xiv
2. Hubungan Antara Sikap Guru Terhadap Jabatan
Pekerjaan dengan Kompetensi Guru ... 78
BAB VI KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 81
B. Keterbatasan Penelitian ... 82
C. Saran – Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA ... 85
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Daftar Sekolah dan Jumlah Guru ... 28
Tabel 3.2. Kisi – Kisi Instrumen ... 33
Tabel 3.3. Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 35
Tabel 3.4. Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan ... 36
Tabel 3.5. Rangkuman Uji Validitas Kompetensi Guru ... 37
Tabel 3.6. Tingkat Keterhandalan Variabel Penelitian ... 39
Tabel 3.7. Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 39
Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 68
Tabel 5.2. Intepretasi Penilaian Kepemimpinan Kepala Sekolah ... 69
Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan .... 70
Tabel 5.4. Intepretasi Penilaian Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan ... 70
Tabel 5.5. Distribusi Frekuensi Kompetensi Guru ... 71
Tabel 5.6. Intepretasi Penilaian Kompetensi Guru ... 72
Tabel 5.7. Pedoman Intepretasi Koefisiensi Korelasi ... 73
Tabel 5.8. Hasil Pengujian Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah Dengan Kompetensi Guru ... 74
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 87
Lampiran 2 Data Induk Penelitian ... 97
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reliablitas ... 118
Lampiran 4 Distribusi Frekuensi ... 125
Lampiran 5 Kategori Kecenderungan variabel ... 131
Lampiran 6 Uji Spearman Rank ... 134
Lampiran 7 Tabel r Product Moment ... 135
Lampiran 8 Surat Izin Penelitian ... 136
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor penentu dalam pembentukan
pribadi manusia. Pendidikan berperan penting dalam menentukan baik atau
buruknya kualitas pribadi seseorang. Menyadari pentingnya pendidikan bagi
manusia, pemerintah menyikapi hal ini dengan serius. Dengan pendidikan
yang bermutu dan berkualitas diharapkan munculnya generasi muda harapan
bangsa yang bermutu dan berkualitas yang dapat terjun ke masyarakat luas.
Dalam meningkatkan kualitas pendidikan tidaklah mudah, banyak tantangan
yang harus ditempuh seperti budaya birokrasi. Budaya birokrasi yang masih
dipengaruhi feodalisme dimana pejabat dan pimpinan lebih suka dilayani
daripada melayani masih tumbuh dan berkembang di sebagian besar wilayah
dan masyarakat Indonesia (Mulyasa, 2006 : 70). Seharusnya seorang
pimpinan atau pejabat harus dapat melayani rakyatnya yang telah memberi
kepercayaan kepada mereka. Dalam pada itu, dalam lingkungan persekolahan
perilaku manajerial kepala sekolah cenderung kurang terbuka dan kurang
demokratis dalam mengelola sekolahnya (Mulyasa, 2006 : 70). Jika hal ini
terjadi maka kepala sekolah akan kehilangan kewibawaanya sebagai
pimpinan sekolah dan kepercayaan guru terhadap kepala sekolah dapat
menurun, tentunya hal ini dapat menghambat aktifitas sekolah karena
2
Dalam meningkatkan kompetensi para guru maka kepala sekolah
harus dapat bersikap terbuka dan demokratis dalam mengelola sekolah. Selain
terampil dalam mengelola sekolah kepala sekolah dituntut dapat menjadi
pendidik bagi guru, memberikan petunjuk dan arahan kepada guru dan kepala
sekolah harus menunjukan komitmen tinggi dan fokus terhadap
pengembangan kurikulum dan kegiatan belajar mengajar yang terjadi di
sekolahnya, memfasilitasi dan mendorong agar para guru dapat terus
meningkatkan kompetensinya sehingga kegiatan belajar dapat berjalan
dengan efektif dan efisien. Kepala sekolah ditunjuk sebagai seorang pendidik
yang mendidik para guru karena dianggap sebagai orang yang lebih tahu dan
menguasai dalam kurikulum maka dari itu harus dapat memberikan saran dan
bimbingan kepada gurunya, selain itu kepala sekolah harus bisa menerapkan
gaya kepemimpinan secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan situasi dan
kondisi yang terjadi di lapangan.
Selain peran kepala sekolah dalam menerapkan gaya kepemimpinan
untuk meningkatkan kompetensi profesional guru sosok yang paling
menentukan adalah guru itu sendiri. Guru merupakan sosok yang dihormati
karena memiliki andil yang sangat besar terhadap keberhasilan pembelajaran
di sekolah. Guru adalah jabatan profesi, untuk itu seorang guru harus mampu
melaksanakan tugasnya secara profesional. Seseorang dianggap profesional
apabila mampu mengerjakan tugasnya dengan selalu berpegang teguh pada
etika kerja, independen (bebas dari tekanan pihak luar), cepat (produktif),
3
aktifitas guru. (Sanjaya, 2008 : 274) menyatakan banyak orang termasuk guru
sendiri yang meragukan bahwa guru merupakan jabatan profesioanal. Hal ini
berarti guru menganggap siapapun dapat menjadi guru. Memahami ataupun
tidak memahami bidang keguruanpun bisa saja menjadi guru, asalkan
memahami materi dan mampu menyampaikan semua materi. Jika kita melihat
secara lebih detail mengajar bukanlah sesuatu yang sederhana, bukan hanya
sekedar memahami materi dan menyampaikan materi. Mengajar
membutuhkan suatu keterampilan khusus. mengajar merupakan suatu proses
yang memanusiakan manusia, yakni proses mengubah perilaku siswa sesuai
dengan tujuan yang diharapkan atau mengubah perilaku siswa menjadi siswa
yang berpendidikan.
Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk memahami materi,
merancang dan menerapkan ilmunya dengan strategi pembelajaran ataupun
metode pembelajaran yang bervariasi. Tentunya strategi ataupun metode ini
haruslah sesuai dengan taraf perkembangan siswa. Taraf perkembangan siswa
yang satu dengan siswa yang lainnya pastilah berbeda, maka dibutuhkan
suatu pendekatan yang berbeda pula. Seorang guru harus dapat memahami
pribadi masing – masing siswanya. Sebagaimana halnya tugas seorang dokter
yang berprofesi menyembuhkan penyakit pasien, maka tugas seorang guru
pun memiliki bidang keahlian yang jelas, yaitu mengantarkan siswa kearah
tujuan yang diinginkan (Sanjaya, 2008 : 276). Pernyataan di atas menjelaskan
bahwa profesi guru dapat disetarakan dengan profesi dokter karena seorang
4
menuntun siswa dan dokter harus memiliki keahlian khusus dalam membantu
kesembuhan pasiennya, yang menjadi pembeda antara profesi dokter dan
pekerjaan guru adalah hasilnya. Hasil kinerja seorang dokter dapat dilihat
dalam waktu yang singkat, apabila pasien sembuh dalam waktu yang relatif
singkat maka dokter tersebut dapat dikatakan profesional. Hasil dari
pekerjaan guru tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat, membutuhkan
waktu yang lama dan panjang. Mengembangkan potensi siswa tidaklah cukup
hanya beberapa minggu saja, bisa satu ataupun dua tahun. Tugas guru tidak
hanya menuntun dan membimbing siswa tetapi juga membentuk pribadi
siswa, membentuk suatu generasi manusia yang berpendidikan. Melihat
begitu kompleksnya tugas seorang guru maka jabatan guru sangat layak untuk
disebut pekerjaan profesional yang membutuhkan keahlian khusus. Dengan
jabatan guru merupakan jabatan yang bersifat profesional maka gurupun
harus dapat bersikap dan bekerja sebagai pendidik secara profesional. Guru
harus dapat menunjukan kinerjanya secara maksimal, menunjukan
kompetensi profesionalnya dalam mengajar agar dapat membantu siswa
mencapai tujuannya.
Kompetensi itu sendiri merupakan karakteristik dasar seseorang yang
berkaitan dengan kinerja berkriteria efektif dan unggul dalam suatu pekerjaan
tertentu. Seorang guru dapat dikatakan berkompetensi profesional apabila
guru tersebut memang dapat menunjukan kinerjanya secara memadai.
Johnson (Sanjaya, 2008 : 277) menyatakan bahwa kompetensi merupakan
5
kondisi yang diharapkan. Kompetensi guru dapat dilihat dari cara guru
menyikapi pekerjaannya, cara dalam berpenampilan maupun dengan kinerja
guru yang tentunya dapat dipertanggungjawabkan.
Melihat adanya hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dan
sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dengan kompetensi guru maka penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “HUBUNGAN ANTARA
KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN SIKAP GURU
TERHADAP JABATAN PEKERJAAN DENGAN KOMPETENSI
GURU” dengan survei pada guru tingkat SMA di Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas maka permasalahan yang
hendak dikaji adalah :
1. Apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
kompetensi guru ?
2. Apakah terdapat hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjaan
dengan kompetensi guru ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai pada
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara kepemimpinan kepala
6
2. Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara sikap guru terhadap
jabatan dengan kompetensi guru ?
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Penelitian ini dapat menambah wawasan, pengembangan ilmu
pengetahuan yang memungkinkan untuk mengkonfirmasi hasil – hasil
penelitian terdahulu atau teori – teori yang diperoleh di bangku kuliah
dan literatur yang ada.
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi mahasiswa FKIP
dalam mengembangkan kompetensi gurunya, dimana mahasiswa FKIP
merupakan mahasiswa yang dipersiapkan untuk menjadi tenaga pendidik
yang diharapkan dapat menunjukan kinerjanya dan turut ambil bagian di
masyarakat.
3. Bagi Kepala sekolah dan Guru
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi pihak sekolah
dalam sikap kepemimpinan dimana kepemimpinan harus diterapkan
dengan sebaik–baiknya, demokratis dan transparan. Penelitian ini dapat
dijadikan masukan dalam pengembangan kompetensi guru agar dapat
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kepemimpinan Kepala Sekolah
1. Pengertian pemimpin dan kepemimpinan
Dari akar kata “pimpin” kita mengenal istilah “pemimpin” dan
“kepemimpinan”. Rivai (2003 : 65) pemimpin adalah anggota dari suatu
perkumpulan yang diberi kedudukan tertentu dan diharapkan dapat
bertindak sesuai dengan kedudukan. Seorang pemimpin adalah juga
seseorang dalam suatu perkumpulan yang diharapkan dapat
menggunakan pengaruhnya untuk mewujudkan dan mencapai tujuan
kelompok. Dalam menentukan siapa pemimpin dalam organisasi
haruslah dipilih orang yang benar – benar dapat mempengaruhi orang
lain untuk mau bekerja.
Menurut Wahjosumidjo (1987 : 26) berpendapat bahwa
kepemimpinan adalah sesuatu yang melekat pada diri seseorang
pemimpin yang berupa sifat – sifat tertentu seperti kepribadian,
kemampuan dan kesanggupan. Kepemimpinan adalah serangkaian
kegiatan pemimpin yang tidak dapat dipisahkan dengan kedudukan serta
gaya atau perilaku pemimpin itu sendiri, dan kepemimpinan adalah
sebagai proses antar hubungan atau interaksi antara pemimpin, bawahan
2. Kewibawaan Pemimpin
Keberhasilan pemimpin dalam memimpin suatu organisasi tidak
hanya ditentukan oleh sifat-sifat serta perilaku, juga ditentukan oleh
factor kewibawaan. Kewibawaan merupakan salah satu konsep
kepemimpinan yang menyangkut segala aspek yang berkaitan erat
dengan kepemimpinan. Menurut Koontz (wahjosumidjo, 1984 : 118)
kewibawaan mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi pemimpin,
sebab di dalam mempengaruhi, menggerakkan dan mengubah perilaku
bawahan ke arah tercapainya tujuan organisasi di samping berbagai
teknik kepemimpinan diperlukan pula adanya daya dorong tertentu yang
disebut kewibawaan.
3. Fungsi Kepemimpinan
Menuru Rivai (2004 : 96) fungsi kepemimpinan yang cocok
dengan visi kepemimpinan dengan berbagi rasa yaitu menciptakan visi
dan rasa komunitas, membantu mengembangkan komitmen daripada
sekedar memenuhinya, menginspirasi kepercayaan, mengintegrasikan
pandangan yang berlainan, mendukung pembicaraan yang cakap melalui
dialog, membantu menggunakan pengaruh mereka, kepemimpinan
melalui berbagi rasa, memfasilitasi, memberi semangat pada yang lain,
menopang tim, dan bertindak sebagai model.
4. Gaya Kepemimpinan
Setiap orang memiliki ciri khas tersendiri, ciri dari seseorang ini
(Mulyana, 2003 : 108) gaya kepemimpinan merupakan norma perilaku
yang digunakan seseorang pada saat orang tersebut mencoba
mempengaruhi perilaku orang lain seperti yang ia lihat. Untuk lebih
memahami gaya kepemimpinan terlebih kita memahami pengertian gaya
kepemimpinan ditinjau dari pendekatan sifat, pendekatan perilaku, dan
pendekatan situasional.
a. Pendekatan Sifat
Pendekatan sifat ini bertolak dari asumsi bahwa individu
merupakan pusat kepemimpinan atau bertolak dari sifat – sifat
ataupun karakter yang dimiliki seseorang. Menurut Sutisna
(Mulyasa, 2003 : 108), pendekatan sifat berpendapat bahwa terdapat
sifat – sifat tertentu, seperti kekuatan fisik atau keramahan yang
esensil, pada kepemimpinan yang efektif. Keberhasilan seseorang
dalam memimpin dapat ditentukan oleh sifat – sifat dari pribadi
seseorang. Ordway Tead (Wahjosumidjo, 1987 : 45)menyatakan ada
sepuluh macam sifat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin,
yaitu :
1) Energi jasmani dan rohani (physical and nervous energy),
2) Kepastian akan maksud dan arah tujuan (a sense of purpose and
direction),
3) Antusiasme atau perhatian yang besar (anthusiasm),
4) Ramah-tamah, penuh rasa persahabatan dan ketulusan hati
5) Integritas atau pribadi yang bulat (integrity),
6) Kecakapan teknis (technical mastery),
7) Mudah mengambil keputusan (decisioness),
8) Cerdas (intelligence),
9) Kecakapan mengajar (teaching skill),
10) Kesetiaan (faith).
Sifat – sifat diatas diperuntukan bagi para pemimpin pada
umumnya. Pemimpin dapat dikatakan baik apabila bisa menunjukan
sifat – sifat tersebut, akan tetapi sebaliknya apabila seorang
pemimpin tidak dapat menunjukan karakter tersebut maka pemimpin
tersebut dapat dikatakan tidak efektif. Tetapi pada kenyataan praktek
di lapangan, kesepuluh sifat tersebut tidak harus dimiliki
bersama-sama oleh seorang pemimpin
b. Pendekatan Perilaku
Menurut pendekatan tingkah laku, gaya kepemimpinan
adalah pola menyeluruh dari tindakan seorang pemimpin, baik yang
tampak maupun yang tidak tampak oleh bawahannya. Gaya
kepemimpinan mencerminkan suatu kombinasi yang konsisten dari
keterampilan, sifat, dan sikap yang mendasari perilaku seseorang.
Teori kepemimpinan berdasarkan pendekatan perilaku tidak
didasarkan pada sifat atau kepribadian seseorang, melainkan
berdasarkan perilaku yang ditunjukan dalam organisasi yang
berdasarkan pendekatan perilaku adalah teori kepemimpinan dua
dimensi. Wahjosumidjo (1987 : 63) menyatakan bahwa gaya
kepemimpinan pada hakikatnya mengandung arti bagaimana
pemimpin itu berhubungan dengan bawahan. Dan hubungan antar
pemimpin dengan bawahan tersebut disebut gaya yang memiliki sifat
1) Berorientasi kepada tugas (a task oriented style)
Di dalam gaya yang pertama ditandai adanya beberapa hal
seperti :
a) Pemimpin memberikan petunjuk-petunjuk kepada bawahan,
b) Pemimpin selalu mengadakan pengawasan secara ketat
terhadap bawahan,
c) Pemimpin menyakinkan kepada bawahan, bahwa
tugas-tugas harus dapat dilaksanakan sesuai dengan keinginan
pemimpin,
d) Pemimpin lebih menekankan kepada pelaksanaan tugas
daripada pembinaan dan pengembangan bawahan.
2) Berorientasi pada bawahan (an employee – oriented style).
a) Pemimpin lebih memberikan motivasi daripada
memberikan pengawasan terhadap bawahan,
b) Pemimpin melibatkan bawahan dalam pengambilan
c) Pemimpin lebih bersikap penuh kekeluargaan, percaya,
hubungan kerja sama yang saling hormat-menghormati di
antara sesama anggota kelompok.
c. Pendekatan situsional
pendekatan situasional hampir sama dengan pendekatan
perilaku, keduanya menyoroti perilaku kepemimpinan dalam situasi
tertentu (Mulyasa, 2003 : 112). Jika pandangan perilaku menyoroti
kepemimpinan dari beberapa variabel yang dapat mempengaruhi
perilaku akan mempermudah dalam menentukan gata kepemimpinan
mana yang akan digunakan, maka pendekatan situsional lebih
menyoroti pada gaya kepemimpinan yang lebih efektif dan efisien
untuk diterapkan pada situasi tertentu.
5. Kepemimpinan Sekolah
Perlu kita ketahui bahwa kepala sekolah merupakan inti dari
semua kegiatan sekolah ayau dengan kata lain mesin penggerak di
sekolah. Kepala sekolah harus dapat menentukan mau dibawa kemana
arah dan tujuan sekolahnya, selain itu bagaimana cara kepala sekolah
mewujudkan tujuan sekolah bersama dengan seluruh anggota sekolah.
Kinerja kepemimpinan khusunya kepala sekolah adalah segala
upaya yang dicurahkan demi terwujudnya suatu tujuan pendidikan yang
efektif dan efisien. (Mulyana, 2003 : 126) Kepemimpinan kepala sekolah
a. Mampu memberdayakan guru – guru untuk melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, lancar, dan produktif,
b. Dapat menyelesaikan tugas dan pekerjaan sesuai dengan waktu yang
telah ditetapkan,
c. Mampu menjalin hubungan yang harmonis dengan masyarakat
sehingga dapat melibatkan mereka secara aktif dalam rangka
mewujudkan tujuan sekolah dan pendidikan,
d. Berhasil menerapkan prinsip kepemimpinan yang sesuai dengan
tingkat kedewasaan guru dan pegawai lain di sekolah,
e. Bekerja dengan tim manajemen, serta
f. Berhasil mewujudkan tujuan sekolah secara produktif sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan.
Setelah melihat uraian diatas maka kepala sekolah dapat memilih
gaya kepemimpinan yang benar – benar cocok dengan situasi dan kondisi
yang terjadi di lapangan. Setidaknya kita telah mengetahui ada dua gaya
kepemimpinan yang berorientasi tugas dan berorientasi hubungan
manusia, dan kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya
kepemimpinan secara tepat dan fleksibel demi pengembangan
kompetensi guru. Dengan kata lain kepemimpinanya harus dapat berubah
– ubah menyesuaikan dengan situasi yang tengah dihadapi karena tidak
B. Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan
1. Sikap
a. Pengertian Sikap
Definisi mengenai sikap sangatlah banyak, salah satu definisi
sikap yang diutarakan oleh Lange tahun 1888 (Azwar, 1995 : 4)
sikap tidak hanya merupakan aspek mental semata melainkan
mencakup pula aspek respon fisik. Menurut Daniel J Mueller
(Sarwono, 2006 : 96) Sikap ialah pengaruh atau penolakan,
penilaian, suka atau tidak suka, kepositifan atau kenegatifan terhadap
suatu objek psikologis.
Definisi lain mengenai sikap pun diutarakan menurut Louis
Thurstone, Rensis Likert, dan Charles Osgood adalah bahwa sikap
merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap
seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau
memihak, maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak
pada objek tersebut. Secara lebih jelasnya, Thurstone mendefinisikan
sikap sebagai derajat afek positif atau afek negatif terhadap suatu
objek psikologis (Azwar, 1995 : 4). Dalam hal ini seseorang yang
dimaksud adalah guru.
Melihat uraian mengenai definisi sikap diatas, maka kita bisa
ambil suatu kesimpulan bahwa sikap merupakan suatu bentuk
penolakan atau penerimaan mengenai suatu obyek, suatu bentuk
subyek merespon suatu obyek. Sikap seseorang mengenai objek
tersebut dapat terlihat dari ekspresi perasaannya terhadap objek
tersebut, cara dia mengevaluasi obyek tersebut. Bentuk ekspresi
perasaan bias berbentuk rasa senang atau tidak senang, memihak
atau tidak memihak, positif ataupun negatif. Jadi kita bisa
mengetahui bahwa salah satu yang mempengaruhi kompetensi
profesional guru adalah sikap guru terhadap jabatan dimana sikap
merupakan suatu tindakan penolakan atau penerimaan penilaian baik
atau buruk tentang suatu hal, dan yang menjadi obyek dari sikap
guru adalah jabatannya sebagai guru.
b. Struktur Sikap
Struktur sikap terdiri dari tiga komponen dimana
komponen-komponen ini saling menunjang yaitu komponen-komponen kognitif, komponen-komponen
afektif dan komponen konatif/perilaku (Azwar, 1995 : 24).
Komponen kognitif merupakan suatu bentuk atau gambaran dari apa
yang dipercayai oleh seseorang, komponen afektif merupakan suatu
bentuk perasaan yang menyangkut aspek emosional, dan aspek
konatif/perilaku merupakan kecenderungan seseorang untuk
berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh individu.
Menurut Mann komponen kognitif berisi persepsi,
kepercayaan yang dimiliki individu mengenai sesuatu, komponen
kognitif dapat disamakan dengan pandangan/opini. Komponen
menyangkut masalah emosi, sedangkan komponen perilaku berisi
tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau untuk bereaksi
terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu (Azwar, 1995 : 24).
2. Guru
a. Pengertian Guru
Dalam Naskah Akademik Pendidikan Profesi Guru (2008 :
1), guru merupakan suatu jabatan profesional dan memberikan
layanan ahli yang menuntut persyaratan kemampuan yang secara
akademik dan pedagogis maupun secara professional dapat diterima
oleh pihak dimana guru bertugas, baik penerima jasa layanan secara
langsung maupun pihak lain terhadap siapa guru bertanggung jawab.
Dengan kata lain guru adalah seseorang atau tenaga pendidik yang
tugas utamanya adalah mengajar dan mengembangkan bakat siswa.
b. Peranan Guru
Guru merupakan faktor penentu dalam pengembangan
peserta didik dalam mewujudkan tujuan hidupnya. Guru merupakan
suatu jabatan profesi, untuk itu diharapkan guru dapat melaksanakan
tugasnya sebagai pengajar dengan maksimal. Guru tidak hanya
bertugas menerangkan materi, ceramah dikelas, tetapi juga
mendesain materi –materi pelajaran, melakukan evaluasi terhadap
prestasi siswa dan juga melakukan pengawasan terhadap
perkembangan psikologis siswa. Menurut (Sri Esti, 2006 : 27)
1) Guru sebagai ahli instruksi
Guru harus dapat membuat suatu keputusan tentang materi
pelajaran dan metode yang akan digunakan.
Keputusan-keputusan ini sendiri didasarkan pada sejumlah faktor yang
meliputi mata pelajaran yang akan disampaikan, kebutuhan dan
kemampuan siswa, serta seluruh tujuan yang akan dicapai.
Bagaimana cara terbaik untuk mengajarkan perkalian pada anak
SD? Buku apa yang akan digunakan untuk mengajar membaca
siswa SMA? Yang manakah yang terbaik untuk mata pelajaran
ini: ceramah, diskusi, belajar mandiri, atau menghafal? Guru
membuat puluhan keputusan mengajar ini setiap minggu.
Ditambah lagi para guru diharapkan dapat menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diungkapkan oleh siswa mengenai
mata pelajaran itu sendiri.
2) Guru sebagai motivator
Tidak ada satu pun guru yang dapat berhasil mengajar secara
otomatis. Siswa juga harus berbuat dan bertindak. Salah satu
peran guru adalah sebagai motivator. Memotivasi siswa tidak
hanya disampaikan pada permulaan tahun ajaran baru, tetapi
juga pada saat-saat diperlukan.
3) Guru sebagai manajer
Seorang guru harus dapat berperan sebagai manajer, dimana
meliputi: mengawasi kegiatan kelas, mengorganisasi pelajaran,
melengkapi formulir-formulir, mempersiapkan tes, bertemu
dengan orang tua siswa, menyimpan catata-catatan pribadi siswa
dan sebagainya. Dalam waktu satu hari itu guru harus dapat
membagi waktunya untuk mengelola sekolah. Guru pun akan
berhadapan dengan pengelolaan kelas lain, yaitu mengatur
lingkungan belajar, bebas dari masalah tingkah laku, sehingga
kelas dapat melanjutkan proses belajarnya.
4) Guru sebagai konselor
Walaupun guru tidak diharapkan bertindak sebagai konselor,
mereka harus sensitif dalam mengobservasi tingkah laku siswa.
Mereka harus mencoba merespon secara konstruktif ketika
emosi siswa mulai menggangu proses belajar. Guru harus tahu
jika ada siswa yang membutuhkan bantuan ahli jiwa.
5) Guru sebagai model
Tidak menjadi soal apa yang kita lakukan sebagai seorang guru,
kita akan berakting sebagai seorang model bagi siswa-siswi kita.
Dalam banyak kasus, guru tidak menyadari peran mereka
sebagai model. Sebagai contoh, guru-guru bertindak sebagai
model dalam menunjukan bagaimana menyelesaikan suatu
masalah. Jika seorang guru memaksakan pendapatnya dalam
menyelesaikan masalah kepada siswa, siswa mungkin akan
dapat dikatakan bahwa guru bersikap otoriter. Jika siswa
dilibatkan dalam penyelesaian suatu masalah, maka siswa akan
belajar bahwa mereka sendiri mampu untuk menghadapi
masalah-masalah tersebut.
3. Jabatan Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menafkahi
diri dan keluarganya dimana pekerjaan tersebut tidak ada yang mengatur
karena tidak ada yang mengatur (http://www.cookey.co.cc). Kita
mengetahui bahwa guru merupakan jabatan profesi dimana guru dituntut
untuk dapat memberikan pengajarannya dengan professional. Profesi
adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menafkahi diri
dan keluarganya dimana profesi tersebut diatur oleh Etika Profesi dimana
Etika Profesi tersebut hanya berlaku sesama Profesi tersebut
(http://www.cookey.co.cc).
Profesi mengajar adalah suatu jabatan yang mempunyai
kekhususan dimana guru tersebut harus dipersiapkan dengan baik dan
dilakukan oleh seseorang yang ahli di bidang pendidikan.Jadi profesi
merupakan jabatan atau pekerjaan yang tetap dan teratur untuk
memperoleh nafkah yang membutuhkan pendidikan atau latihan khusus.
C. Kompetensi Profesional Guru
Kompetensi merupakan suatu pernyataan tentang bagaimana
pengetahuan yang dimiliki pada suatu tempat dimana seseorang tersebut
bekerja. Mc.Ashan (Joko Susilo, 2007 : 97) mengemukakan bahwa
kompetensi :”is a knowledge, skills, and abilities or capabilities or
capabilities that a person achieves, which become part of his or being to the
exent he or she can satisfactorily perform particular cognitive,affective,
andpsychomotor behavior”. Jadi, kompetensi dapat diartikan sebagai
pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dan
ketigahal tersebut menjadi bagian dari dirinya, sehingga seseorang tersebut
dapat melakukan perilaku – perilaku yang bersifat kognitif, afektif, dan
psikomotor.
Kompetensi guru diklasifikasikan ke dalam 4 kategori kompetensi
seperti tertera pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan (SNP).
1. Kompetensi Pedagogik
a. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip – prinsip pembelajaran yang
mendidik.
c. Menguasai kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan
yang diampu.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang
mendidik.
f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik umtuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki.
g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta
didik.
h. Terampil melakukan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar.
i. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi kepentingan belajar.
j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas
pembelajaran.
2. Kompetensi Kepribadiaan
a. Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan
kebudayaan nasional Indonesia.
b. Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan
teladan bagipeserta didik dan masyarakat.
c. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif,
dan berwibawa.
d. Menunjukan etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga
menjadi guru, dan rasa percaya diri.
3. Kompetensi Sosial
a. Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fidik, latar belakang
keluarga, dan status sosial ekonmi.
b. Berkmunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama
pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat.
c. Beradaptasi di tempat bertugas diseluruh wilayah Republik
Indonesia yang memiliki keragaman soasial budaya.
d. Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
4. Kompetensi Profesional
a. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mat pelajaran yang diampu.
b. Menguasai srtandar kompetensi dan kompetensi dasar mata
pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.
c. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
d. Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
melakukan tindakan reflektif.
e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk
berkmunikasi dan mengembangkan diri.
Namun dalam Penyusunan kurikulum PPG kmpetensi yang akan
dicapai dapat disederhanakan menjadi kompetensi akademik dan kompetensi
pengelompokan mata kuliah, dua kompetensi ini tercakup dalam mata kuliah
sebagai contohnya mata kuliah bahasa inggris, bahasa Indonesia, Agama dan
Kewarganegaraan dapat mencakup kompetensi kepribadian dan sosial.
Kompetensi akademik merupakan seluruh bekal yang berupa ilmu
dari kegiatan mendidik yang akan diterapkan dalam melaksanakan kegiatan
di lapangan secara nyata.
Kompetensi profesional adalah seluruh kemampuan menerapkan
prinsip – prinsip keilmuan dalam praktek di sekolah terdiri dari : latihan
terbimbing, latihan kemandirian, mengatasi masalah – masalah dalam prses
pembelajaran siswa, dan ikut aktif dalam kegiatan di luar pelajaran yang
terjadi di sekolah. Kompetensi profesional guru adalah suatu kemampuan
yang harus dimiliki oleh seorang guru agar ia dapat melaksanakan
pembelajaran dengan baik. Dengan demikian, bahwa untuk menjadi guru
profesionaldibutuhkan tekad dan keinginan yang kuat dalam diri setiap guru
atau calon guru untuk mewujudkannya.
D. Kajian Penelitian yang Relevan
Ditemukan dari penelitian yang dilakukan Sugeng yang berjudul
”Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dan Sikap Guru Terhadap
Pekerjaan Dengan Kompetensi Profesional Guru Matematika SMP Negeri Di
Kabupaten Pandeglang”, bahwa ada hubungan positif antara kepemimpinan
kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru matematika. Ada
kompetensi profesional guru matematika. Ada hubungan yang positif antara
kepemimpinan kepala sekolah dan sikap guru terhadap pekerjaan dengan
kompetensi profesional guru matematika tingkat SMP negeri di kabupaten
Pandeglang.
E. Kerangka Berfikir
1. Hubungan antara kepemimpinan kepala sekolah dengan
kompetensi guru.
Kepemimpinan kepala sekolah mempunyai andil yang kuat dalam
menentukan kompetensi profesional guru. Guru dituntut memiliki
kompetensi yang memadai, untuk mengoptimalkan kompetensi guru
maka yang harus dilakukan adalah mengoptimalkan perna kepala
sekolah. Kepala sekolah berperan dalam pengembangan kinerja guru.
Kepala sekolah harus dapat menerapkan suatu kepemimpina yang sesuai
dengan situasi yang tengah dihadapi agar keberadaan kepala sekolah
sebagai pemimpin diakui oleh bawahannya.
2. Hubungan antara sikap guru terhadap jabatan pekerjan dengan
kompetensi guru.
Dengan menyikapi secara positif mengenai jabatannya sebagai
guru, maka guru dapat melaksanakan tugasnya sebagai pengajar dengan
baik dan dengan senang hati. Jika guru bekerja dengan baik dan tanpa
maka Ia dapat memberikan pengetahuannya, kemampuannya, dan
keterampilannya secara maksimal.
F. Hipotesis
1. Ada hubungan antara gaya kepemimpinan kepala sekolah dengan
kompetensi guru.
2. Ada hubungan antara sikap guru terhadap jabatan dengan kompetensi
26 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah penelitian deskriptif.
Penelitian deskriptif berfungsi untuk mendiskripsikan atau memberi
gambaran terhadap obyek yang diteliti melalui data sampel atau populasi
sebagaimana adanya (Sugiyono, 2007 : 29). Penelitian ini termasuk jenis
penelitian deskriptif dengan teknik survei. Survei pada umumnya merupakan
cara pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu yang
bersamaan. Jumlah itu biasanya cukup besar (Surakhmad, 1990 : 141).
Penelitian survey ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai
kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan
kompetensi guru.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai dengan
bulan November 2011.
2. Tempat Penelitian
Tempat untuk penelitian ini dilakukan di 5 sekolah SMA di wilayah
Yogyakarta, SMA Negeri 6 Yogyakarta, SMA BOPKRI 1 Yogyakarta
dan SMA Santa Maria Yogyakarta.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah jumlah dari keseluruhan subyek penelitian. Menurut
Jonathan Sarwono (2006 : 111) populasi didefinisikan sebagai
seperangkat unit analisis yang lengkap yang sedang diteliti. Populasi
dalam penelitian adalah guru SMA yang ada di Daerah Istimewa
Yogyakarta.
2. Sampel dan Teknik Sampling
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi (Sugiyono, 2007 : 62). Sampel merupakan sub dari seperangkat
elemen yang dipilih untuk dipelajari, (Sarwono 2006 : 111). Dalam
pengambilan sampel penulis menggunakan pengambilan sampel gugus
bertahap, yaitu pengelompokan ke dalam gugus – gugus yang merupakan
satuan – satuan dari mana sampel akan diambil atau dengan kata lain
pengambilan dilakukan dilakukan melalui beberapa tahap.
a. Tahap pertama
Populasi sampling pertama, terdiri dari beberapa kabupaten di
Yogyakarta seperti kabupaten Bantul, Sleman, Kulon Progo, Kota
secara acak sebagai sampel pertama. Kabupaten yang dipilih adalah
Kabupaten Kota Madya Yogyakarta.
b. Tahap kedua
Sampel pertama ini dijadikan sebagai populasi sampling dua yang
terdiri dari satu kabupaten yang telah dipilih dengan keseluruhan
sekolah tingkat SMA yang ada di kabupaten Kota Madya
Yogyakarta yang menjadi sampel kedua. Penelitian dipusatkan di
satu kabupaten dikarenakan alasan geografis atau dengan kata lain
lebih mudah untuk dijangkau.
c. Tahap ketiga
Sampel kedua ini disebut sebagaai populasi sampling ketiga yang
terdiri dari beberapa sekolah yang terpilih. Kemudian dibuat daftar
seluruh guru dari sekolah – sekolah yang terpilih. Sekolah yang
dipilih adalah sekolah yang memiliki akreditasi A karena peneliti
ingin melihat apakah semakin baiknya kompetensi guru juga diiringi
dengan semakin baiknya kepemimpinan kepala sekolah, atau
kompetensi guru semakin baik karena guru tersebut sadar dengan
tanggung jawabnya dan mandiri dalam mencapai kompetensinya
tanpa adanya pengaruh dari kepala sekolah. Sekolah yang dipilih
Tabel 3.1
Daftar Sekolah dan Jumlah Guru
No. Nama Sekolah Disebar Kembali Responden
Rate
1 SMA Negeri 1 Yogyakarta 45 37 82 %
2 SMA Negeri 3 Yogyakarta 60 55 92 %
3 SMA Negeri 6 Yogyakarta 40 32 80 %
4 SMA BOPKRI 1 Yogyakarta 40 30 75 %
5 SMA Santa Maria Yogyakarta 25 22 88 %
Jumlah 210 176 84 %
D. Variabel Penelitian
Menurut Hatch dan Farhady (Sugiyono, 2007 : 58) variabel dapat
didefinisikan sebagtai atribut seseorang atau obyek, yang mempunyai variasi
antara satu orang dengan yang lain atau suatu obyek dengan obyek lain.
Kerlinger (1973) menyatakan bahwa variabel adalah konstruk atau sifat yang
akan dipelajari.
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang,
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2007 : 59).
Dalam penelitian ini variabelnya diantaranya kepemimoinan keoala sekolah,
sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi guru.
E. Definisi Operasional Variabel dan Pengukuran Variabel
1. Definisi Operasional Variabel
Pemimpin didefinisikan sebagai seseorang yang memimpin suatu
organisasi atau kelompok dimana seorang pemimpin tersebut harus dapat
kepemimpinan tersendiri, hal ini dapat dilihat dari gaya ataupun gerak –
gerik mereka. Gaya kepemimpinan merupakan suatu sikap dalam
mempengaruhi orang lain agar seseorang mau bekerja, dimana dalam
proses mempengaruhi tersebut pimpinan memiliki caranya tersendiri
dalam mendekati dan memerintah bawahannya. Disini peneliti lebih
menitik beratkan pada gaya kepemimpinan kepala sekolah. Didalam
memimpin di sekolahpun diharapkan kepala sekolah dapat memimpin
dengan baik dan dapat menyesuaikan dengan situasi yang tengah
dihadapi, karena kepala sekolah berperan besar dalam pengembangan
kompetensi guru.
Guru adalah suatu jabatan profesi dimana pekerjaan sehari – hari
yang dilakukan adalah sebagai tenaga pendidik, mengajar siswa – siswi di
kelas dan membantu peserta didiknya dalam mengembangkan minat dan
bakat siswa. Diharapkan guru dapat menjadi seorang guru yang
berkompeten, dalam hai ini yang dimaksud adalah guru tersebut dapat
mengajar dengan baik, mampu memberikan ilmu pengetahuan dan
keterampilan yang dimilikinya dan menguasai bidang – bidang
kompetensi lainya.
Kompetensi itu sendiri merupakan suatu pernyataan tentang
bagaimana seseorang dapat mempraktekkan kemampuan, keterampilan,
ilmu pengetahuan yang dimiliki pada suatu tempat dimana seseorang
tersebut bekerja. Kompetensi guru dikategorikan menjadi empat bagian,
kepribadian, dan kompetensi profesional. Peranan guru dan tuntutan
untuk menguasai kompetensi tidak lepas dari peran kepala sekolah
sebagai pimpinan sekolah yang harus selalu mengawasi kinerja para guru.
Keberhasilan seorang guru dalam menguasai kompetensi tidak lepas
juga dari sikap guru dalam menyikapi jabatan pekerjaannya sebagai guru.
Sikap merupakan upaya dalam melakukan penolakan atau penerimaan
terhadap suatu hal atau penilaian tentang baik buruknya sesuatu hal.
Sikap gurupun mempengaruhi kinerja guru, karena diharapkan guru dapat
bekerja tanpa adanya tekanan mengenai jabatanya sebagai guru.
2. Pengukuran Variabel
Variabel-variabel dalam penelitian ini diantaranya kepemimpinan
kepala sekolah, sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi
profesional guru diukur dengan menggunakan kuesioner, dimana
kuesioner yang digunakan berbentuk pertanyaan tertutup, yakni hanya
memilih jawaban yang telah disediakan. Jawaban yang diperoleh akan
diberi skor dengan menggunakan skala pengukuran Likert. (Sarwono
2006 : 96) Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap dalam suatu
penelitian. Sikap dalam skala likert diekspresikan mulai dari yang paling
negatif, netral, sampai paling positif, dalam bentuk :
Pertanyaan Positif Pertanyaan Negatif
STS diberi skor 1 STS diberi skor 5
TS diberi skor 2 TS diberi skor 4
S diberi skor 4 S diberi skor 2
SS diberi skor 5 SS diberi skor 1
Kerangan :
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
N : Netral
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
Kisi-kisi dari setiap indikator baik gaya kepemimpinan kepala sekolah,
sikap guru terhadap jabatan, dan kompetensi guru adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 Kisi-kisi instrumen
Variabel Indikator No. Kuesioner Pernyataan
F. Teknik Pengumpulan Data
1. Kuesioner
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah kuesioner. Kuesoner adalah sejumlah pertanyaan atau pernyataan
yang disusun tertulis. Dalam penelitian kuesioner ini melibatkan
responden untuk mengisi dengan jawaban yang sesuai keadaan
responden yang sebenarnya. Kuesioner ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang hubungan kepemimpinan kepala sekolah
dengan sikap guru terhadap jabatan pekerjaan dan kompetensi
profesional guru. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan kuesioner
yang telah diuji milik Sugeng dengan judul Hubungan Kepemimpinan
dan Sikap Guru Terhadap Pekerjaan Dengan Kompetensi Profesional
Guru Matematika SMP Negeri di Kabupaten Pandeglang dan kuesioner
milik Supriyo dengan judul Hubungan Antara Motivasi Berprestasi dan
Sikap Guru Terhadap Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Dengan
Kinerja Guru SMK Negeri di Kota Samarinda.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melihat
dan mencatat dokumen yang diperlukan. Teknik ini digunakan untuk
memperoleh data mengenai sejarah sekolah dan data mengenai kepala
G. Teknik Pengujian Instrumen
1. Uji Validitas
Suatu alat ukur dapat dikatakan valid apabila suatu alat pengukur
tersebut dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat. Peneliti
menggunakan perhitungan rumus Korelasi Product Moment. Teknik
korelasi ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan
hipotesis hubungan dua variabel (Sugiyono, 2008 : 228),dengan rumus
sebagai berikut :
∑ (∑ ) (∑ ) ∑ (∑ ) ∑ ∑
N = Total responden
X = Total dari setiap item 1
Y= Total dari setiap item 2
r = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y
Besarnya r dapat diperhitungkan dengan menggunakan korelasi dengan
taraf signifikan 5% . Apabila hasi pengukuran r menunjukan hasil lebih
besar atau sama dengan taraf 5%, maka item tersebut dinyatakan tidak
valid. Dengan n sebanyak 176 taraf kesalahan 5% = 0,147 dan apabila r
hitung > 0,147 dinyatakan valid dan apabila r hitung < 0,147 maka
dinyatakan tidak valid. Hasil dari Uji validitas sebagai berikut:
Tabel 3.3
Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah
Item Rhitung Rtabel Keputusan
1 0.536 > 0,147 Valid
Rangkuman Uji Validitas Kepemimpinan Kepala Sekolah
Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan
Item Rhitung Rtabel Keputusan
Rangkuman Uji Validitas Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan
Item Rhitung Rtabel Keputusan
Rangkuman Uji Validitas Kompetensi Guru
Menurut Djamaludin Ancok (Singarimbun, 1989 : 140) reliabilitas
adalah indeks yang menunjukan sejauh mana suatu alat pengukur dapat
dipercaya atau tidak dapat diandalkan. Apabila alat pengukur digunakan
dua kali pada suatu gejala yang sama dan menghasilkan hasil yang sama
atau konsisten, maka alat pengukur tersebut dapat dikatakan reliabel.
Cara mencari reabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan
mengoreksi angka korelasi yang diperoleh. Pengujian reabilitas instrumen
r
11= [
( )
][1-∑]
Keterangan :
rtt = reliabel instrumen yang dicari
k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
= jumlah varians butir
= varians total
Suatu variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai koefisien
Cronbach Alpha > 0, 60 (Nunnaly, 1967 dalam Imam Ghozali, 2002:42).
Untuk pedoman dalam menentukan keterhandalan variabel penelitian,
digunakan interpretasi nilai r sebagai berikut (Suharsimi Arikunto,
1989:167).
Tabel 3.6
Tingkat keterhandalan variabel penelitian No Koefisien Alpha Tingkat Keterhandalan
1. 0,800-1,00 Sangat Tinggi
2. 0,600-0,799 Tinggi
3. 0,400-0,599 Cukup
4. 0,200-0,399 Rendah
5. <0,200 Sangat Rendah
Uji Reliabilitas ini dikerjakan dengan menggunakan program komputer
SPSS 15. Hasil pengujian reliabilitas disajikan dalam tabel berikut ini :
Tabel 3.7
Rangkuman Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian
Variabel Nilai r
hitung Parameter Keterangan Kepemimpinan Kepala Sekolah 0,932 0,60 Sangat Tinggi Sikap Guru Terhadap Jabatan Pekerjaan 0,893 0,60 Sangat Tinggi
Kompetensi Guru 0,955 0,60 Sangat Tinggi
2b
2H. Teknik Analisis Data
Teknik analisis data dengan menggunakan Uji Statistik Nonparametik.
Statistik Nonperametik digunakan untuk menganalisis data sampel kecil,
tidak harus berdistribusi normal dan data berbentuk nominal dan ordinal. Jika
data yang dihasilkan berskala nominal maka dapat dilakukan uji Koefisiensi
Kontigensi dan Chi kuadrat, namun apabila data yang diperoleh berskala
ordinal maka dapt dilakukan uji Korelasi Spearman rank dengan rumus
(Sugiyono, 2008 : 245) :
= − ∑
( )
=
Dalam hal ini data yang dihasilkan berbentuk ordinal dimana skala
ordinal memberikan informasi tentang jumlah relatif karakteristik berbeda
yang dimiliki oleh obyek atau individu (Sarwono, 2006 : 94). Selain data
yang dihasilkan berbentuk ordinal dalam pengujian normalitas didapat bahwa
distribusi data variabel kepemimpinan kepala sekolah, sikap guru terhadap
jabatan pekerjaan dan kompetensi guru berdistribusi tidak normal. Hal ini
ditujukan pada tabel berikut ini :
Variabel R Square Parameter Keterangan
Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi
Profesional Guru
0,722 0,8 Tidak Normal
Sikap Guru Terhadap jabatan Pekerjaan dengan Kompetensi Guru
41 BAB IV
GAMBARAN UMUM SEKOLAH
A. SMA Negeri 6 Yogyakarta
1. Sejarah SMA Negeri 6 Yogyakarta
SMA Negeri 6 Yogyakarta terletak di Jalan C. Simanjuntak 2
Yogyakarta Kelurahan Terban Kecamatan Gondokusuman Yogyakarta.
Asal mula berdirinya SMA Negeri 6 Yogyakarta tidak dapat dipisahkan
dengan SMA Bagian A (Sastra) yang terletak di jalan C. Simanjuntak 2
(dahulu Jl. Jati no.1) yang pada waktu itu dipimpin oleh bapak R. DS
Hadiwidjono. Pada tanggal 17 September 1949 didirikan Sekolah
Menengah Umum Atas Bagian C. Tujuan semula didirikannya SMA C
adalah :
a. Untuk memenuhi kebutuhan tenaga menengah seperti Pamong Praja
dan Pengadilan Negeri serta tenaga administrasi yang selama perang
kemerdekaan telah banyak menyusut.
b. Memberi kesempatan kepada para siswa untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
Melalui Surat Keputusan Menteri P & K Nomor 210/B tanggal 27
Oktober 1949 SMA/C memperoleh status menjadi SMA Negeri bagian C.
Pada tanggal 31 maret 1950 kepemimpinan diserahkan kepada pimpinan
yang baru yaitu Bapak R.M. Soewito Poespokoesoemo dan wakilnya
Poespokoesoemo tidak dapat melaksanakan tugasnya karena sakit, maka
Bapak R.A. Djakatirtana ditunjuk sebagai pimpinan SMA/C.
Karena timbulnya masalah baru mengenai para calon siswa yang
berasal dari dua kelompok yang berbeda, yaitu sebagian dari mereka
pernah menjadi Tentara Pelajar (TP) yang didemobilisir dan sebagian dari
mereka bukan Tentara Pelajar (TP). Siswa bekas Tentara Pelajar (TP)
sebelum tahun 1950 adalah siswa-siswi dari SMA PERJOANGAN yaitu
suatu SMA yang didirikan untuk menampung pelajar-pelajar yang kembali
dari front perjoangan agar mereka tidak terasing dari pelajaran sekolah dan
yang kemudian akan pergi lagi ke front perjoangan.
Karena kedua kelompok ini berasal dari latar belakang yang
berbeda maka diputuskan siswa bekas Tentara Pelajar (TP) dimasukan
SMA/C yang dibuka siang hari dan berlokasi di jalan Pogung 2, gedung
bersejarah milik Yayasan BOPKRI. Mulai tanggal 1 Juni 1952, SMA/C
secara resmi dipecah menjadi dua sekolah dengan Surat Keputusan
Menteri P& K Nomor 3094/B tanggal 21 Juli 1952.
1. SMA/C Negeri I dengan pimpinan sekolah Bapak Parmanto, S.H.
dengan jumlah kelas sebanyak 12 ruang dan masuk siang hari. Lokasi
Jalan Pogung 2 Yogyakarta, SMA/C kemudian menjadi SMA/C V dan
terakhir menjadi SMA 5 Yogyakarta yang sekarang berlokasi di jalan
Pembayun Kotagede Yogyakarta.
2. SMA/C Negeri II dengan pimpinan bapak R.A. Djakatirtana, S.H.
Jalan Pogung 2 Yogyakarta, SMA/C Negeri II kemudian menjadi
SMA/C VI dan terakhir menjadi SMA Negeri 6 Yogyakarta yang sejak
bulan Agustus 1957 pindah ke jalan C.Simanjuntak No.2 Yogyakarta
yaitu gedung yang dahulu ditempati SMA/A (Sastra) dan sekarang
telah memiliki 57 tenaga guru.
2. Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta
Visi SMA Negeri 6 Yogyakarta adalah “Terwujudnya Insan Cerdas ,
Unggul Dan Peduli Lingkungan Hidup”. Adapun makna insan cerdas,
unggul dan peduli lingkungan hidup adalah :
1. Insan Cerdas adalah insan yang tajam pikirannya, cerdik, pandai,
tanggap, berpengetahuan luas, terampil, berpikir ilmiah, kreatif,
inovatif dan logis.
2. Insan Unggul adalah insan yang mengerti siapa dirinya, masa
depannya, berpikiran ke depan, punya rasa percaya diri, berpandangan
terbuka, berbudi luhur, taat menjalankan agama, sopan santun,
memiliki perasaan hati yang bersih, murni dan mendalam.
3. Insan Peduli Lingkungan Hidup adalah insane yang menyadari bahwa
kehidupan di dunia ini melingkupi seluruh makhluk baik biotik
maupun abiotik sehingga harus dilestarikan keberadaanya untuk
generasi yang akan datang.
Mencapai suatu visi harus diketahui indikator ketercapaian dari visi
tersebut. Adapun indicator visi SMA Negeri 6 Yogyakkarta adalah :
2. Unggul dalam jumlah siswa diterima perguruan tinggi nasional
maupun internasional.
3. Terwujudnya lulusan yang cerdas dan kompetoitif.
4. Unggul dalam penggunaan teknologi informasi.
5. Berprestasi dalam kegiatan research bidang Teknologi, IPA, maupun
Sosial.
6. Unggul dalam kemampuan berbahasa inggris.
7. Unggul dalam Olimpiade Sains.
8. Unggul dalam kinerka pendidik dan tenaga kependidikan.
9. Unggul dalam penerapan sekolah berwawasan lingkungan hidup.
10.Unggul dalam proses belajar yang efektifdan kondusif.
11.Terwujudnya kelembagaan sekolah yang selalu belajar (learning
school).
12.Terwujudnya prasarana dan sarana pendidikan yang relevan dan
mutakhir.
13.Terwujudnya lulusan yang mampu bersaing dikancah internasional.
14.Unggul dalam pemahaman dan pengamalan Iman dan Taqwa.
3. Misi SMA Negeri 6 Yogyakarta
Sejalan dengan visi dan indikator visi yang telah dicanangkan dan
dengan semangat untuk mengedepankan keunggulan di era global, maka
SMA Negeri 6 Yogyakarta memiliki misi :
1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif, kreatif,