• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi pada mahasiswa - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara tipe kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi pada mahasiswa - USD Repository"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN

MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Progam Studi Psikologi

Disusun Oleh:

Ignatisia Lingga Angger Kinasih

NIM: 06 9114 076

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

First they ignore you, then they ridicule you, then they

fight you, and then you win.»

Mahatma Gandhi

Humble yourselves therefore under the mighty hand of God,

that he may exalt you in due time.

I Peter 5:6

Love what you Do and Do what you Love

Love your Life to Live your Love

When you pray and God doesn’t answer quickly…

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhanaku ini kupersembahkan untuk:

Yesus Kristus, terima kasih atas segala anugerah indah yang Engkau berikan

Ayah tercinta yang sudah berpulang ke rumah Bapa, aku yakin bapak bahagia di sana...

Ibu tercinta yang tak pernah letih berdoa untukku dan selalu memberikan kasih sayang tak terhingga

Semua saudara, sahabat, dan teman-teman yang aku kasihi

(6)
(7)

vii

HUBUNGAN ANTARA TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN MOTIVASI BERPRESTASI PADA MAHASISWA

Ignatisia Lingga Angger Kinasih

ABSTRAK

Penelitian ini termasuk penelitian korelasional yang bertujuan untuk menguji hubungan antara kepribadian ekstrovert dengan motivasi pada mahasiswa. Hipotesis yang diajukan adalah terdapat hubungan positif antara kepribadian ekstrovert dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang masih aktif mengikuti kegiatan perkuliahan sebanyak 116 orang. Subjek terdiri dari mahasiswa laki-laki dan perempuan yang berusia antara 18-24 tahun. Alat pengumpulan data yang digunakan berupa skala yang terdiri dari 30 item skala motivasi berprestasi dengan reliabilitas sebesar 0,895 dan 42 item skala kepribadian ekstrovert dengan reliabilitas sebesar 0,777. Metode statistik yang digunakan untuk menganalisis data adalah Pearson Product Moment. Dari hasil penelitian diperoleh r sebesar -0,205 dan nilai p sebesar 0,014. Hasil ini menunjukkan bahwa p < 0,05 = signifikan. Hal ini berarti terdapat hubungan negatif yang signifikan antara kepribadian ekstovert dengan motivasi berprestasi. Artinya, semakin seorang mahasiswa memiliki kepribadian ekstrovert, maka semakin rendah motivasi berprestasi yang mereka miliki. Sebaliknya, semakin seorang mahasiswa memiliki kepribadian introvert, maka semakin tinggi motivasi berprestasi mereka. Mean teoritis Skala Kepribadian Ekstrovert sebesar 105 dan mean empirisnya 100,95. Artinya, mean empiris lebih kecil daripada mean teoritisnya sehingga dapat dikatakan bahwa subjek penelitian memiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert. Mean teoritis Skala Motivasi Berprestasi sebesar 75 dan mean empirisnya 91,11. Artinya, mean empiris lebih besar daripada mean teoritisnya sehingga dapat dikatakan bahwa motivasi berprestasi pada subjek penelitian tergolong tinggi.

(8)

viii

CORRELATION BETWEEN PERSONALITY TYPE EXTROVERT AND ACHIEVEMENT MOTIVATION ON STUDENTS

Ignatisia Lingga Angger Kinasih

ABSTRACT

This research is correlational study aimed to examine the relationship between personality extrovert with motivation in students. The hypothesis is that there is a positive relationship between an extrovert personality with achievement motivation in college students. Subjects in this study are students who are still actively participated in the lectures as many as 116 people. The subjects consisted of male students and female aged between 18-24 years. Data collection tool used in the form of a scale consisting of 30 item achievement motivation scale with reliability of 0.895 and 42 extroverted personality scale items with reliability of 0.777. The statistical methods used to analyze the data is the Pearson Product Moment. The results were obtained r at -0.205 and p value of 0.014. These results indicate that p < 0.05 = significant. This means there is a significant negative relationship between personality ekstovert with achievement motivation. That is, the more a student has an extrovert personality, the lower their achievement motivation. Conversely, the more a student has an introvert personality, the higher their achievement motivation. Theoretical Mean Personality Scale Extroverts empirical mean of 105 and 100.95. That is, the empirical mean is smaller than the theoretical mean so it can be said that research subjects have a tendency introverted personality type. Mean theoretical Achievement Motivation Scale and a mean of 75 empirical 91.11. That is, the empirical mean is greater than the theoretical mean so it can be said that achievement motivation is high on the research subjects.

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat, kasih karunia dan

penyertaannya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ““Hubungan Antara Tipe Kepribadian Ekstrovert Dan Motivasi Berprestasi Pada Mahasiswa” sebagai syarat untuk menyelesaikan studi S1 saya pada

jurusan Psikologi Universitas Sanata Dharma .

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan dari

berbagai pihak dalam hal doa, dukungan, motivasi, saran, kritik, materi,

pengarahan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. Christina Siwi Handayani, selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Ibu Titik Kristiyani, M.Psi., selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

3. Bapak Y. Heri Widodo, M.Psi., selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang

telah meluangkan waktunya dan dengan penuh kesabaran telah memberi

bimbingan, nasihat, kritikan, saran, koreksi, dan pengetahuan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini sehingga dapat terselesaikan.

4. Bapak Minto Istono, S.Psi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik

yang telah memberikan nasehat dan dukungan selama penulis menjalani

(11)

xi

5. Segenap staf pengajar Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma, Ibu

Tanti, Ibu Susan, Ibu Siwi, Ibu Titik, Ibu Dewa, Ibu Lusi, Ibu Nimas, Ibu

Ari, Ibu Sylvi, Ibu Agnes, Mbak Etta, Bapak Cahya, Bapak Agung, Bapak

Praktik, Bapak Priyo, Bapak Didik, Bapak Subagya, Bapak Adi, Bapak

Wahyudi, Bapak Eddy, Bapak Siswo, yang telah memberikan segala

pengetahuan tentang dunia psikologi yang sangat bermanfaat dan menarik.

6. Segenap karyawan Fakultas Psikologi; Mbak Nani, Mas Gandung, dan

Pak Gie di sekretariat Fakultas Psikologi, Mas Mudji yang luar biasa di

Laboratorium Fakultas Psikologi dan Mas Doni di ruang baca Fakultas

Psikologi yang telah memperlancar dan membantu proses kuliah saya

selama ini.

7. Mahasiswa Fakutas Pendidikan Biologi dan Fakultas Psikologi Sanata

Dharma yang berkenan telah bersedia menjadi subjek penelitian saya.

Terima kasih telah meluangkan waktu untuk mengisi skala penelitian saya.

8. Almarhum ayah tercinta, maaf kalau selama ini banyak mengecewakan

bapak, aku janji bakal jagain ibu sama adik!! Dan buat ibuku tersayang

yang tak pernah letih nemenin, ngerawat, dan membesarkan aku selama

ini, makasih banyak buat doa dan penyertaannya. I don’t have any sweetest of words from me make sentences for you. I’m thanksfull to you. Because

you protect me till day. Many incident we spent together. Love you so

much, Mom!!!

(12)

xii

Nurdiyanti. Terima kasih atas persahabatan kita. Persahabatan kita jangan

sampai berakhir karena jarak dan waktu. Sukses yah, sahabatku. I love u

all guys!!!

10.Teman-teman mitra Perpustakaan Paingan Sanata Dharma: Mbak Prima,

Mbak Dwi, Mbak Putri, Mbak Putu, Mbak Dima, Yanti, Rona, Nur,

Marcel, Titik, Birgit, Riana, Nori, dan teman-teman mitra yang baru.

Terima kasih atas kebersamaan kita selama ini. Kalian mengajarkan

semangat dan kerja sama yang tak terlupakan.

11.Teman-teman KKN ku: Maria, Nia, Elis, Sukma, Deta, Pungki, dan Win.

Terima kasih atas kebersamaan kita hidup dalam satu rumah selama 1

bulan yang sangat mengharukan. Kalian sudah menjadi keluarga baruku.

12.Teman-teman Psikologi angkatan 2006 dan seperjuangan yang selalu akan

ku kenang. Terima kasih atas kebersamaan dan canda tawanya sehingga

membuat kampus terasa seperti rumah dengan keluarga yang begitu besar.

Semoga semua kenangan dan kebersamaan kita tetap terjalin dan menjadi

kenangan indah bagi kita.

13. Sahabat-sahabat lamaku: Yenni Simon, Ayuk, Rista, Satiti, Dewi, Lena, Maryani, Ita, Arum, Titi, Wulan, dan Rikha. Terima kasih atas persahabatan indah dan kehadiran kalian dalam hidupku.

(13)

xiii

Akhir kata, penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempuna karena

keterbatasan pemikiran, waktu, dan tenaga. Oleh karena itu, penulis memohon

maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat berbagai kekurangan. Dengan

hati terbuka penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun

demi kemajuan dan kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini

dapat berguna bagi ilmu psikologi. Semoga Tuhan Yang Maha Esa melimpahkan

berkat dan kasih-Nya kepada semua pihak yang telah membantu dalam

meyelesaikan skripsi ini.

Yogyakarta, 20 September 2011 Penulis

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTTO... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT…... viii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI... xiv

DAFTAR TABEL... xvii

DAFTAR SKEMA……….….. xviii

DAFTAR LAMPIRAN……….………...….. xix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI... 11

A. Motivasi Berprestasi... 11

(15)

xv

2. Motivasi Berprestasi... 12

3. Aspek-Aspek Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi... 14

4. Faktor-faktor Motivasi Berprestasi... 16

5. Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa... 21

B. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Tipe Kepribadian Introvert... 22

1. Kepribadian ... 22

2. Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert... 23

a) Tipe Kepribadian Ekstrovert... 23

b) Tipe Kepribadian Introvert... 24

3. Aspek-Aspek Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert……... … 26

C. Hubungan Antara Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert dengan Motivasi Berprestasi... 28

D. Hipotesis... 33

BAB III METODE PENELITIAN... 34

A. Jenis Penelitian………....……... 34

B. Variabel Penelitian……...………... 34

C. Definisi Operasional………...…... 35

1. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert....………... 35

2. Motivasi Berprestasi...………... 36

D. Subyek Penelitian ………...………..……... 37

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data………...…... 37

(16)

xvi

2. Alat Pengumpulan Data... 39

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data...………... 44

1. Validitas Alat Tes... 44

2. Reliabilitas... 45

3. Seleksi Item... 46

G. Metode Analisis Data………...………..……... 52

1. Uji Asumsi... 52

2. Uji Hipotesis... 53

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 54

A. Pelaksanaan Penelitian………...…... 54

B. Data Demografi Subyek Penelitian………...…...…... 55

C. Uji Asumsi...………....…... 56

D. Hasil Penelitian…...………..……... 57

1. Uji Hipotesis... 57

2. Uji Tambahan... 58

E. Pembahasan………...…... 59

BAB V PENUTUP... 64

A. Kesimpulan... 64

B. Saran... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Tabel Skor Penilaian Skala... 39

Tabel 2 Tabel Blueprint Uji Coba Skala Kepribadian Ektrovert... 40

Tabel 3 Tabel Spesifikasi Uji Coba Skala Kepribadian Ekstrovert... 41

Tabel 4 Tabel Blueprint Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi... ……..………... 42

Tabel 5 Tabel Spesifikasi Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi... 42

Tabel 6 Tabel Spesifikasi Skala Kepribadian Ekstrovert Sesudah Uji Coba... 49

Tabel 7 Tabel Spesifikasi Skala Kepribadian Ekstrovert Untuk Penelitian... 50

Tabel 8 Tabel Spesifikasi Skala Motivasi Berprestasi Sesudah Uji Coba... 51

Tabel 9 Tabel Spesifikasi Skala Motivasi Berprestasi Untuk Penelitian... 52

Tabel 10 Data Jenis Kelamin Subjek Penelitian... 55

Tabel 11 Data Program Studi Subjek Penelitian... 55

Tabel 12 Data Usia Subjek Penelitian... 56

(18)

xviii

DAFTAR SKEMA

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I Estimasi Reliabilitas dan Uji Daya Beda Item Skala

Kepribadian Ekstrovert dan Skala Motivasi Berprestasi..…… 69

LAMPIRAN II Uji Normalitas, Uji Linearitas, dan Uji Korelasi……... 81

LAMPIRAN III Skala Motivasi Berprestasi dan Skala Kepribadian

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melakukan sesuatu, seseorang tentunya mengharapkan apa yang dikerjakannya tersebut memperoleh hasil yang terbaik. Seseorang akan melakukan sesuatu yang terbaik demi masa depannya. Oleh karena itu, mereka akan berusaha untuk mendapat prestasi yang sebaik mungkin.

Dorongan untuk mencapai prestasi yang sebaik mungkin inilah yang disebut motivasi berprestasi. Situasi masyarakat yang sangat menghargai prestasi mendorong individu untuk berusaha mencari cara untuk mencapai suatu prestasi yang diinginkannya. Keinginan ini menciptakan suatu keinginan berprestasi dalam diri setiap individu yang diarahkan pada pembentukan motivasi baik yang didorong oleh individu sendiri maupun didorong oleh lingkungan di mana individu berkembang. Hal ini penting seperti yang dikemukakan oleh Murray bahwa motivasi merupakan kekuatan dinamis, pemberi energi, dan pengaruh perilaku manusia (Prihanto, 1993).

(21)

Dengan kata lain bahwa dengan adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar akan dapat melahirkan prestasi yang baik (Sardiman, 2003).

Teori kebutuhan dari McClelland berpusat pada satu macam kebutuhan, yaitu yang disebut dengan motif berprestasi. Seseorang dianggap mempunyai motivasi berprestasi jika ia mempunyai keinginan untuk melakukan suatu karya yang berprestasi lebih baik dari prestasi karya orang lain (Thoha, 1998). Berdasarkan teori motivasi tersebut, dapat diduga tujuan dari motivasi berprestasi mahasiswa adalah mendapatkan IPK (Indeks Prestasi Akademis) yang lebih baik daripada teman mahasiswa lainnya.

Individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi mencari situasi di mana mereka bisa kompeten berhadapan dengan berbagai kriteria. Hal-hal ini membuat individu mengembangkan karakteristik perilaku tertentu, yang berbeda dengan individu lain. Karakteristik perilaku tertentu inilah yang disebut kepribadian. Motivasi berprestasi direalisasikan dalam perilaku yang diperlihatkan individu dalam menghadapi stimulus lingkungan yang dihadapinya. Hal ini seperti dikemukakan Carver & Scheier (1996) ketika kebutuhan dan motivasi kuat, biasanya diperlihatkan dalam berbagai perilaku tertentu, yang pada umumnya perilaku-perilaku tersebut dipandang sebagai aspek dari kepribadian seseorang.

(22)

Dengan adanya motivasi berprestasi, tentunya cita-cita luhur ini dapat tercapai. Sangat memprihatinkan ketika melihat motivasi berprestasi mahasiswa yang rendah. Motivasi berprestasi tidak hanya dinampakkan dalam IPK saja, tetapi juga dapat dilihat dari hasil penelitian ilmiah. Banyak faktor yang mempengaruhi rendahnya motivasi berprestasi. Faktor-faktor ini berupa pengaruh eksternal yaitu faktor yang bersumber dari lingkungan di luar diri individu seperti penghargaan, tekanan sosial, dan hukuman. Selain itu, terdapat pula pengaruh internal yaitu faktor yang bersumber dari diri individu sendiri seperti kebutuhan, minat, keingintahuan, kesenangan, dan faktor kepribadian (Woolfolk, 1995).

Rendahnya motivasi berprestasi sangat mempengaruhi prestasi seseorang. Dengan motivasi berprestasi yang rendah, prestasi seorang mahasiswa dapat turun dan tidak memuaskan. Prestasi mahasiswa yang tidak memuaskan ini tidak hanya terlihat dari IPK saja, tetapi dapat juga terlihat dari hasil karya ilmiah.

(23)

mahasiswa yang bukan pengguna IPK-nya bisa lebih tinggi, yakni antara 3.50-4.00. Para pengguna situs juga memiliki waktu belajar antara satu hingga lima jam per minggu, sedangkan yang tidak menggunakan facebook memiliki waktu belajar 11-15 jam per minggu (Pengguna facebook nilai IPK rendah, 2009).

Dari fenomena-fenomena di atas, dapat diketahui bahwa motivasi berprestasi pada setiap individu berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan prestasi mahasiswa yang satu dengan mahasiswa yang lain pun menjadi berbeda-beda. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi adalah adanya tipe kepribadian. Beberapa karakteristik kepribadian mendukung perkembangan motivasi berprestasi namun ada pula yang menghambat. Seorang individu yang memiliki motivasi berprestasi rendah dalam dirinya dapat dipengaruhi oleh kepribadian yang dimilikinya, begitu juga individu yang memiliki motivasi berprestasi yang kuat dapat dipengaruhi karena individu tersebut memiliki tipe kepribadian yang mendukung motivasi berprestasi dalam dirinya.

(24)

dan introvert. Ekstrovert adalah suatu kecenderungan yang mengarahkan kepribadian lebih banyak ke luar daripada ke dalam diri sendiri. Seorang ekstrovert memiliki sifat sosial, lebih banyak berbuat daripada berkontemplasi (merenung dan berpikir). Ekstrovert diberi ciri sebagai kecenderungan pada objek-objek dari luar diri, suatu kesiapan untuk menerima kejadian-kejadian luar, suatu keinginan untuk mempengaruhi dan dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di sekitar, suatu kebutuhan untuk terlibat, mempunyai kapasitas untuk bertahan, menikmati kesibukan, dan setiap macam keributan di sekitarnya (Naisaban, 2003).

Jung (dalam O’Connor, 1985) memberikan ciri-ciri khas yang pada umumnya dimiliki oleh individu yang berkepribadian ekstrovert, yaitu peramah atau mudah bersosialisasi dengan orang lain, aktif karena menyukai organisasi, mempunyai interpersonal relationship yang baik dengan dunia luar, cenderung optimis, dan antusias.

Tokoh lain Eysenck (1965) memberikan ciri-ciri individu yang berkepribadian ekstrovert, yaitu membutuhkan rangsangan, selalu mengambil kesempatan, suka membuat sesuatu yang membahayakan, kurang berpikir panjang, biasanya impulsif. Orang ekstrovert cenderung memilih untuk tetap bergerak dan melakukan sesuatu, cenderung agresif dan cepat kehilangan kesabaran.

(25)

hubungan interpersonal yang baik, mempunyai kapasitas untuk bertahan, cenderung optimis dan antusias, membutuhkan rangsangan, selalu mengambil kesempatan, suka membuat sesuatu yang membahayakan, dan kurang berpikir panjang.

Selanjutnya, tipe keribadian introvert adalah suatu orientasi ke dalam diri sendiri. Secara singkat, seorang introvert adalah orang yang cenderung menarik diri dari kontak sosial. Minat dan perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dan pengalamannya sendiri. Menurut Jung, orang introvert memfokuskan libidonya ke dalam, dan tenggelam ke dalam diri sendiri, khususnya pada saat-saat mengalami ketegangan dan tekanan batin. Seorang introvert cenderung merasa mampu dalam upaya mencukupi diri sendiri. Sebaliknya, seorang ekstrovert membutuhkan orang lain (Sharp, 1987).

Menurut Suryabrata (2006) ciri-ciri kepribadian introvert adalah tertutup, merasa sendiri, sensitif, penyesuaian diri dengan dunia luar kurang baik, sukar bergaul, dan kurang dapat menarik hati orang lain. Pendapat serupa juga disampaikan O’Connor (1985) yang menyebutkan ciri-ciri kepribadian introvert, yaitu pemalu, tidak senang bersosialisasi, cenderung sensitif, hati-hati dalam melakukan sesuatu, dan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Serupa dengan O’Connor, Jung (dalam Budiraharjo, 1997)

(26)

Dari ciri-ciri di atas, dapat disimpulkan bahwa individu yang mempunyai kepribadian introvert, yaitu orientasi ke dalam diri sendiri, cenderung menarik diri dari kontak sosial, penyesuaian diri dengan dunia luar kurang baik, sukar bergaul, tidak senang bersosialisasi, hati-hati dalam melakukan sesuatu, dan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri, dan ragu-ragu.

Tipe kepribadian ekstrovert dan introvert memiliki karakteristik yang berbeda satu sama lain. Hal ini menandakan bukan berarti tipe kepribadian ekstravert lebih baik daripada tipe kepribadian introvert. Begitu juga sebaliknya, tipe kepribadian introvert lebih baik daripada tipe kepribadian ekstrovert. Kedua tipe kepribadian ini mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam menentukan motivasi berprestasi seseorang.

Ciri-ciri seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi menurut McClelland (Uno, 2007) yaitu dapat bertanggung jawab secara pribadi, cenderung menentukan sasaran-sasaran yang pantas, dan keinginan untuk mendapatkan umpan balik berupa nasihat dan saran yang jelas atas kinerja. Ciri-ciri lain disampaikan Uno (2007) yaitu cenderung menyelesaikan tugasnya secara tuntas tanpa menunda-nunda pekerjaannya, berani mengambil risiko untuk menyelesaikan tugas itu, dan cenderung memilih rekan kerja dengan kemampuan tinggi.

(27)

lebih memiliki kepercayaan dalam menghadapi tugas yang berhubungan dengan prestasi, mempunyai sifat yang lebih berorientasi ke depan, memilih tugas yang kesukarannya sedang, tidak suka membuang-buang waktu, dalam mencari rekan kerja lebih suka memilih orang yang mempunyai kemampuan daripada orang yang simpatik, dan lebih tangguh dalam mengerjakan tugas.

Seseorang dapat dikatakan mempunyai motivasi berprestasi tinggi jika ia berani mengambil risiko untuk menyelesaikan tugas (Uno, 2007). Hal ini sesuai dengan ciri-ciri individu berkepribadian ekstrovert yang suka membuat sesuatu yang membahayakan dan kurang berpikir panjang (Eysenck, 1965). Sifat seperti inilah yang dimiliki individu berkepribadian ekstrovert untuk berani mengambil resiko.

Selain itu, seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi memiliki keinginan untuk mendapatkan umpan balik berupa nasihat dan saran (McClelland, dalam Uno, 2006). Ciri ini sesuai dengan ciri individu berkepribadian ekstrovert yang membutuhkan rangsangan (Eysenck, 1965). Rangsangan berupa nasihat dan saran yang dapat memacu untuk mengerjakan sesuatu lebih baik lagi. Untuk mendapatkan nasihat dan saran, seseorang membutuhkan hubungan interpersonal yang baik dengan orang lain (Keating, 1987). Sifat tersebut juga terdapat pada individu berkepribadian ekstrovert.

(28)

mempunyai kapasitas untuk bertahan (Naisaban, 2005). Kemampuan untuk bertahan inilah yang membuat seseorang tangguh dalam mengerjakan tugas seberat apapun dan tetap berusaha memperoleh hasil yang lebih baik. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi juga akan memiliki sifat yang lebih berorientasi ke depan (Heckhausen, dalam Martaniah, 1984). Hal ini sesuai dengan ciri individu berkepribadian ekstrovert yang cenderung optimis dan antusias (Jung, dalam O’Connor, 1985).

Ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi di atas nampaknya sangat sesuai dengan ciri-ciri individu yang mempunyai kepribadian ekstrovert. Maka, berdasarkan hal-hal di atas, maka penulis tertarik meneliti untuk melihat lebih jauh tentang hubungan tipe kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi pada mahasiswa.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

Apakah ada hubungan tipe kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi pada mahasiswa?

C. Tujuan Penelitian

(29)

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini berguna untuk memperluas pandangan mengenai motivasi berprestasi ditinjau dari tipe kepribadian ekstrovert dan introvert dalam ilmu Psikologi Pendidikan, sehingga dapat menjadi sumber informasi, bahan referensi, dan dasar untuk penelitian lain yang berkaitan dengan motivasi berprestasi dan tipe kepribadian ekstrovert dan introvert. 2. Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa

(30)

11

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motif dan Motivasi

Motif merupakan suatu alasan atau dorongan yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan-tindakan tertentu (Handoko, 1992). Menurut Martaniah (1984), motif dapat diartikan sebagai suatu konstruksi yang potensial dan laten yang dibentuk oleh pengalaman-pengalaman dan secara relatif dapat bertahan meskipun kemungkinan berubah masih ada dan mempunyai fungsi mengarahkan atau menggerakkan perilaku ke arah tujuan tertentu.

McClelland, Atkinson, Clark, dan Lowell (1976) mengemukakan motivasi adalah suatu proses mengintegrasikan dorongan untuk berubah dalam kondisi afektif. Mengintegrasikan dalam definisi ini berarti proses belajar sebelumnya. Hasil pembelajaran ini digunakan oleh individu untuk mendorong perilakunya. Menurut mereka, motivasi diperoleh melalui proses belajar. Woolfolk (1995) mendefinisikan motivasi sebagai suatu keadaan internal yang menggerakkan, mengarahkan, dan mempertahankan perilaku.

(31)

menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah laku. Motivasi dapat muncul karena faktor internal maupun eksternal. Artinya, motivasi bisa muncul karena kehendak kita atau disebabkan oleh lingkungan sekitar.

Handoko (1992) juga mengemukakan bahwa ada hubungan yang erat antara motif dan motivasi yaitu motif lebih mengarah pada dorongan atau keinginan untuk mencapai tujuan, sedangkan motivasi berfungsi sebagai penunjang dari motif atau sebagai kekuatan untuk memenuhi dorongan dan mencapai tujuan. Hubungan yang erat antara motif dan motivasi mengandung arti bahwa dalam istilah motivasi itu sendiri sudah mencakup pengertian tentang motif sebagai penggerak dan pengarah tingkah laku, sehingga McClelland (dalam Martaniah, 1984) menggunakan istilah motif dan motivasi dalam arti yang sama atau secara sinonim. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa antara motif dan motivasi merupakan sesuatu hal yang kurang lebih sama.

Berdasarkan berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan motivasi merupakan proses mengintegrasikan berbagai stimulus dari dalam diri maupun dari lingkungan luar untuk menggerakkan, mengarahkan, memunculkan, dan mempertahankan perilaku.

2. Motivasi Berprestasi

(32)

yaitu motivasi berprestasi. Sebelum membahas motivasi berprestasi, kita perlu mengetahui apa yang dimaksud dengan prestasi. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Drs. Peter Salim dan Yenny Salim (1991), prestasi adalah hasil yang diperoleh dari sesuatu yang dilakukan. Pengertian ini mengindikasikan prestasi merupakan hasil dari suatu perilaku tertentu dari seorang individu.

Berbagai pandangan yang dikemukakan oleh para ahli tentang motivasi berprestasi adalah hasrat untuk mengungguli, daya pendorong untuk bekerja keras untuk mencapai tingkat keunggulan dan kesuksesan (Woolfolk, 1996). Carver dan Scheier (1996) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai usaha untuk mengenali, mengarahkan berbagai tingkat perilaku individual dalam situasi yang memperlihatkan kinerja dievaluasi berdasarkan standar. Standar di sini bisa standar pribadi, misalnya mencapai tujuan pribadi atau standar dari individu lain, seperti guru atau orang tua. Motivasi berprestasi menurut McClelland, Atkinson, Clark, dan Lowell (1976) adalah suatu kestabilan, karakteristik yang dipelajari yang diperoleh melalui usaha untuk mencapai suatu tingkat keunggulan. Tingkat keunggulan disini bisa berupa keberhasilan sendiri maupun keberhasilan orang lain.

(33)

mengenali berbagai perilaku yang dilakukan untuk mencapai suatu tingkat kesuksesan dan keunggulan berdasarkan standar tertentu.

3. Aspek-Aspek Individu dengan Motivasi Berprestasi Tinggi

Orang-orang yang memiliki motivasi berprestasi tinggi pada dasarnya akan mendapatkan nilai yang baik, aktif di sekolah, dan ulet dalam setiap pekerjaan (Martaniah, 1982). Hal tersebut disebabkan karena terdapat harapan untuk sukses, keinginan untuk melanjutkan sesuatu yang baik, tanggung jawab, dan rasa percaya diri yang tinggi pada individu.

Serupa dengan Martaniah, Gellerman (1984) menegaskan bahwa setiap individu yang telah terpenuhi kebutuhan pokoknya pastilah sedikit banyak memiliki motivasi berprestasi. Akan tetapi yang membedakan antara individu yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi dan yang rendah adalah keinginan dirinya untuk dapat menyelesaikan sesuatu dengan lebih baik (McClelland, dalam Robin, 1996).

David McClelland (1985) dalam bukunya Human Motivation mengemukakan ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yaitu:

a. Memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya

(34)

dibawah situasi seperti itu mereka akan puas dan akan mengerjakan pekerjaannya dengan baik. McClelland (1985) mengemukakan penelitian Horowitz pada tahun 1961 untuk menguatkan hal ini. Horowits menemukan bahwa individu dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung memiliki tanggung jawab secara personal dalam situasi yang memiliki resiko sedang dimana secara signifikan lebih sering muncul daripada beberapa orang dengan motivasi berprestasi rendah.

b. Membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya

Keberadaan motivasi berprestasi yang tinggi dalam diri individu akan membuat ia cenderung menyukai pekerjaan dalam situasi dimana mereka mendapatkan umpan balik. McClelland (1985) mengambil contoh penelitian French tahun 1958, dengan mengajukan 2 jenis umpan balik yang berbeda. Kedua jenis umpan balik ini yaitu umpan balik kinerja dan umpan balik afiliasi. Hasilnya memperlihatkan, individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, bekerja lebih efisien setelah diberikan umpan balik kinerja daripada umpan balik afiliasi.

c. Inovatif

(35)

motivasi berprestasi tinggi lebih aktif mencari informasi baru dibandingkan individu dengan tingkat motivasi berprestasi rendah. Dalam mengerjakan pekerjaan baru, individu dengan tingkat motivasi berprestasi tinggi berusaha mengerjakan hal yang berbeda, lebih cepat, dan lebih efisian dari pekerjaan sebelumnya (McClelland, 1985).

4. Faktor-Faktor Motivasi Berprestasi

Menurut McClelland (1985) faktor lingkungan lebih berperan dalam menentukan motivasi berprestasi seseorang. Hal-hal yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasi menurut McClelland adalah sebagai berikut :

a. Kemampuan intelektual

Kemampuan intelektual adalah faktor penting dimana seseorang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi, memiliki kemampuan menganalisa, dan memecahkan masalah dengan tepat dan efektif, sehingga dapat mengantisipasi kegagalan, lebih percaya diri dan memiliki keinginan untuk berusaha lebih keras lagi.

b. Pengalaman masa lalu

(36)

dapat memiliki perasaan positif yang sangat berperan dalam pembentukan kepercayaan dirinya. Cara memandang masa lalu inilah yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Seseorang dengan kepribadian ekstrovert akan bersemangat, antusias, dan optimis. Ciri-ciri tersebut dapat mendorong seseorang untuk mempunyai motivasi berprestasi.

c. Lingkungan yang memberi kesempatan untuk mengembangkan diri

Motivasi berprestasi seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungannya. Misalnya, lingkungan keluarga yang mendukung akan sangat mempengaruhi kualitas dan tingkat motivasi berprestasi yang dimiliki seseorang.

d. Situasi-situasi yang dimodifikasi

Keadaan-keadaan yang telah disesuaikan baik dengan penyesuaian kebutuhan ataupun kemampuan dengan pelatihan-pelatihan tertentu dapat meningkatkan motivasi berprestasi seseorang.

e. Situasi kerja

(37)

Pendapat lain mengatakan bahwa ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang yaitu faktor internal dan eksternal (Andreani, dalam Kadir, 2009).

1) Faktor internal adalah pendorong yang bersumber dari dalam diri seseorang berupa kesadaran mengenai pentingnya atau manfaat pekerjaan yang dilaksanakannya, yang terdiri dari : a. Tingkat kecerdasan

Seorang individu dengan tingkat kecerdasan yang baik memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengatasi masalah sehingga mereka lebih percaya diri dan memiliki keyakinan akan keberhasilan yang lebih tinggi.

b. Kepribadian

Keberhasilan seseorang dalam mengatasi masalah hidupnya akan membentuk konsep dirinya dan kepribadiannya, semakin berhasil seseorang maka ia akan memiliki konsep pribadi yang semakin menyenangkan, percaya diri, teguh, mantap, dan tenteram (Hurlock, 1997). c. Pengalaman kerja

(38)

d. Jenis kelamin

Stereotip masyarakat yang membedakan wanita dengan pria dan menganggap pria lebih unggul daripada wanita membuat prestasi wanita dianggap lebih rendah daripada prestasi pria.

e. Usia

Pada umumnya masa dewasa adalah periode untuk berprestasi dimana pada usia dewasa seseorang akan mencapai puncak prestasinya dan kemudian pada usia madya seorang dewasa yang belum mencapai puncak prestasinya nampaknya tidak akan dapat berprestasi (Hurlock, 1997).

2) Faktor eksternal adalah pendorong yang bersumber dari luar diri individu, berupa suatu kondisi yang mengharuskannya melaksanakan pekerjaan secara maksimal seperti :

a) Hubungan pimpinan dengan bawahan

(39)

b) Hubungan antar rekan kerja

Kebutuhan akan perasaan diterima dan dihormati oleh orang lain dilingkungan ia bekerja, akan memotivasi dan mengembangkan dirinya serta memanfaatkan semua energinya untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Dalam penelitian ini, rekan kerja dapat diartikan sebagai teman mahasiswa lain.

c) Sistem pembinaan dan pelatihan

Salah satu usaha yang dilakukan untuk mengembangkan sumber daya manusia, terutama menyangkut pengetahuan, kemampuan, keahlian, sikap, dan kecakapan.

d) Lingkungan fisik

Kondisi lingkungan kerja yang baik dapat menimbulkan rasa aman dan menarik bagi individu sehingga merasa nyaman dan semakin termotivasi dalam bekerja, termasuk didalamnya lay out ruang, suasana lingkungan kerja, dan sebagainya. Dalam hal ini lingkungan fisik dapat diartikan sebagai lingkungan kampus yang nyaman sehingga dapat mendukung suasana perkuliahan yang dapat menciptakan motivasi berprestasi.

(40)

5. Motivasi Berprestasi pada Mahasiswa

Pada saat memasuki universitas, para mahasiswa pastilah memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Para mahasiswa ada yang memiliki target agar mendapat nilai baik dan lulus dengan baik. Sebagian mahasiswa ada juga yang memiliki target agar kuliahnya lancar dan lulus dengan cum-laude. Sekelompok mahasiswa lainya, mencita-citakan memperoleh pekerjaan berharap dapat menempati posisi strategis dan mendapatkan gaji yang memadai.

Tentu saja untuk mendapatkan hal tersebut ditentukan oleh keberhasilan belajar mahasiswa. Keberhasilan belajar seorang mahasiswa di Perguruan Tinggi dapat dilihat dari prestasi belajarnya. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah motivasi. Salah satu faktor yang menentukan prestasi belajar adalah intelegensi namun tanpa adanya motivasi berprestasi dalam diri seseorang maka dapat dipastikan bahwa hasil belajarnya akan menurun (McClelland, 1985).

(41)

mereka akan berpengaruh pada keberhasilannya. Oleh karena itu peran orang tua sangat besar dalam memberikan motivasi dalam belajar namun tidak tertutup kemungkinan posisi ini diperankan oleh orang lain, seperti teman sebaya. Begitu juga dengan fasilitas belajar dan kondisi tempat tinggal juga dapat mempengaruhi motivasi berprestasi (McClelland, 1985).

B. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Tipe Kepribadian Introvert

1. Kepribadian

(42)

Menurut Murray (dalam Hall dan Gardner, 1993) kepribadian adalah rangkaian peristiwa yang berkesinambungan yang dimanifestasi lewat urutan proses regnan yang terorganisir, bersifat menetap dan berulang berupa kekuatan fungsional maupun perilaku lahiriah yang terjadi sejak lahir sampai mati. Selanjutnya Robert A. Baron (1995) mengemukakan kepribadian adalah suatu keunikan individu yang relatif stabil, yang ditemukan dalam perilaku, pikiran, dan perasaan. Pettijohn (1992) mendefinisikan kepribadian yaitu bentuk perilaku khusus yang stabil dan kognisi mencirikan adaptasi seseorang dalam hidupnya.

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan kepribadian adalah suatu organisasi dinamik yang bersifat stabil dan menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungannya yang terjadi sepanjang hidup, yang diwujudkan dalam pikiran (kognisi), perilaku, dan perasaan.

2. Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert

a. Tipe Kepribadian Ekstrovert

(43)

ekstrovert cenderung memilih untuk tetap bergerak dan melakukan sesuatu, cenderung agresif, dan cepat kehilangan kesabaran.

Jung (dalam O’Connor, 1985) memberikan ciri-ciri khas yang pada umumnya dimiliki oleh individu yang berkepribadian ekstrovert, yaitu peramah atau mudah bersosialisasi dengan orang lain, aktif karena menyukai organisasi, mempunyai interpersonal relationship yang baik dengan dunia luar, cenderung optimis dan antusias.

b. Tipe Kepribadian Introvert

Individu yang berkepribadian introvert pada umumnya digambarkan tenang, pemalu, introspektif, lebih menyukai buku daripada orang lain, senang menyendiri, kurang ramah kecuali dengan teman akrab. Orang introvert cenderung mempunyai rencana yang lebih jauh ke depan, berpikir lebih dahulu sebelum bertindak, dan kurang impulsif. Mereka juga kurang menyukai rangsangan, lebih menyukai kehidupan yang teratur. Orang introvert menjaga perasaannya di bawah kontrol yang teliti, kurang berbuat agresi, dan lebih sabar. Mereka juga dapat lebih dipercaya, pesimistik, dan menempatkan nilai yang tinggi pada standar-standar etika (Eysenck, 1965).

(44)

cenderung menarik diri dari kontak sosial. Minat dan perhatiannya lebih terfokus pada pikiran dan pengalamannya sendiri. Menurut Jung, orang introvert memfokuskan libidonya ke dalam, dan tenggelam ke dalam diri sendiri, khususnya pada saat-saat mengalami ketegangan dan tekanan batin. Seorang introvert cenderung merasa mampu dalam upaya mencukupi diri sendiri. Sebaliknya, seorang ekstrovert membutuhkan orang lain (Sharp, 1987).

Menurut Suryabrata (2006) ciri-ciri kepribadian introvert adalah tertutup, merasa sendiri, sensitif, penyesuaian diri dengan dunia luar kurang baik, sukar bergaul, dan kurang dapat menarik hati orang lain. Pendapat serupa juga disampaikan O’Connor

(1985) yang menyebutkan ciri-ciri kepribadian introvert, yaitu pemalu, tidak senang bersosialisasi, cenderung sensitif, hati-hati dalam melakukan sesuatu, dan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri. Serupa dengan O’Connor, Jung (dalam

Budiraharjo, 1997) menjelaskan bahwa individu yang berkepribadian introvert digambarkan sebagai individu yang ragu-ragu, defensif, dan senang bersembunyi dibalik ketidakpercayaaan.

(45)

menyukai hal-hal praktis, dan kurang bertanggung jawab. Sedangkan individu dengan tipe kepribadian introvert digambarkan sebagai individu yang kurang aktif, kurang suka bersosialisasi, hati-hati, terkontrol, kurang ekspresif, menyukai hal-hal abstrak, dan bertanggung jawab.

3. Aspek-Aspek Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert

Aspek-aspek tipe kepribadian ekstrovert-introvert menurut Eysenck (Eysenck dan Wilson, 1975) adalah sebagai berikut:

a. Activity. Tipe kepribadian ekstrovert cenderung aktif secara fisik, bersemangat, suka bekerja keras, bergerak cepat dan memiliki minat terhadap banyak hal. Tipe kepribadian introvert cenderung kurang aktif secara fisik, kurang bersemangat, mudah lelah, lebih suka diam, dam memilih lingkungan yang tenang.

(46)

Tipe kepribadian introvert cenderung menyukai hal-hal yang telah akrab dan dirasakan aman.

d. Impulsiveness. Tipe kepribadian ekstrovert cenderung terburu-buru, biasanya tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, berbuat sesuatu tanpa pikir panjang, mudah berubah, suka bertindak menghabiskan waktu dan tidak dapat diramalkan. Tipe kepribadian introvert cenderung hati-hati dan berpikir panjang sebelum mengambil keputusan, sistematis, dan cenderung berpikir dulu sebelum berbicara.

e. Expressiveness. Tipe kepribadian ekstrovert cenderung mengekspresikan emosinya secara terbuka seperti rasa marah, benci, cinta, simpati, dan suka. Tipe kepribadian introvert cenderung menjaga perasaannya agar tidak tampak oleh orang lain. Mereka biasanya dingin dan terkontrol dalam mengekspresikan pikiran dan perasaannya.

f. Reflectiveness. Tipe kepribadian ekstrovert cenderung lebih tertarik untuk melakukan sesuatu daripada memikirkannya dan menyukai hal-hal yang dipandang praktis. Tipe kepribadian introvert cenderung tertarik pada ide-ide yang abstrak dan filisofis, senang berdiskusi dan menyukai ilmu pengetahuan.

(47)

secara sosial. Tipe kepribadian introvert cenderung serius, dapat diandalkan, dapat dipercaya, dan bertanggung jawab.

C. Hubungan Antara Tipe Kepribadian Ekstrovert-Introvert dengan

Motivasi Berprestasi

Pada bagian terdahulu, penulis telah membahas mengenai kepribadian yaitu segala sesuatu tentang manusia sebagai suatu organisasi dinamik yang menentukan penyesuaian yang khas terhadap lingkungan sepanjang hidup, yang muncul dalam pikiran, perasaan, dan perilaku. Dalam mengembangkan teori kepribadian, Murray menggunakan pendekatan motivasi. Ia mengemukakan motivasi selalu berada di balik pikiran dan aksi atau perilaku (Carver & Scheier, 1996).

Bagian sebelumnya juga telah dibahas mengenai motivasi berprestasi sebagai daya pendorong, mengarahkan, memunculkan, dan melindungi perilaku berdasarkan berbagai standar yang ditentukan untuk mencapai tingkat keunggulan tertentu. Definisi ini memperlihatkan motivasi berprestasi menghasilkan berbagai perilaku yang berhubungan dengan standar untuk mencapai prestasi. Secara teoritis, kekuatan motivasi dalam diri seseorang akan muncul dalam berbagai jenis perilaku tertentu, umumnya perilaku-perilaku ini berhubungan dengan kepribadian.

(48)
(49)

memperbaiki diri sehingga mereka akan mendapat prestasi yang lebih baik. Selain itu, Eysecnk juga mengatakan bahwa individu dengan kepribadian ekstrovert lebih suka berkumpul dengan orang banyak, senang terhadap kontak sosial, dan mudah bergaul. Dengan demikian, maka seseorang mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya untuk mempunyai motivasi berprestasi.

Di sisi lain, individu yang mempunyai kepribadian introvert mempunyai sifat kurang bersemangat (Eysenck, 1982). Sifat inilah yang membuat individu menjadi mudah putus asa sehingga membuat motivasi berprestasinya rendah. Individu yang mempunyai kepribadian introvert juga mempunyai sifat ragu-ragu (Jung, dalam Budiman, 1997). Hal ini mengakibatkan individu tidak bisa mengembangkan diri sehingga membuat motivasi berprestasinya rendah. Menurut Suryabrata (2006), individu yang mempunyai kepribadian introvert mempunyai penyesuaian diri yang kurang baik. Hal ini membuat individu merasa bahwa lingkungannya menekan dan tidak mendukungnya sehingga akan berpengaruh pada motivasi berprestasi.

(50)
(51)

SKEMA HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN MOTIVASI BERPRESTASI

Mahasiswa Ekstroversi

tinggi

Motivasi berprestasi akademis cenderung

tinggi Bersemangat

Suka bekerja keras

Menyukai tantangan

Optimis dan antusias

Punya kapasitas untuk bertahan

Membutuhkan rangsangan

Tidak kenal lelah dan terus berusaha mencapai tujuan

Tidak mudah putus asa

Inovatif

Berorientasi ke depan

Tangguh dalam mengerjakan tugas

(52)

D. Hipotesis

(53)

34

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan teknik korelasional. Sesuai dengan sifatnya yang korelasional, penelitian ini bermaksud untuk mencari ada tidaknya hubungan antara kepribadian ekstrovert dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa.

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian terdiri dari:

1. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas atau independent variable adalah kondisi penelitian yang dimiliki oleh individu sebagai subjek penelitian (Coolican, 1994). Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu kepribadian ekstrovert.

2. Variabel tergantung (Dependent variable)

(54)

C. Definisi Operasional

1. Tipe Kepribadian Ekstrovert dan Introvert

Definisi ekstrovert adalah kecenderungan individu untuk mengarahkan energi psikisnya pada objek eksternal di luar dirinya, pada lingkungan sosialnya. Individu dengan tipe kepribadian ekstrovert digambarkan sebagai individu cenderung aktif, suka bersosialisasi, suka tantangan, impulsif, ekspresif, menyukai hal-hal yang praktis, dan kurang bertanggung jawab.

Tipe kepribadian introvert mengarahkan individu pada dunia dalam subjektif, tindakan dan pemikirannya bersifat subjektif. Individu dengan tipe kepribadian introvert digambarkan sebagai individu yang cenderung kurang aktif, kurang suka bersosialisasi, cenderung berhati-hati, terkontrol, kurang ekspresif, menyukai hal-hal abstrak, dan cenderung bertanggung jawab.

(55)

Sedangkan makin rendah skor total yang diperoleh, maka subjek cenderung semakin introvert.

2. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah suatu dorongan atau keinginan yang berasal baik dari dalam diri individu (internal) maupun dari luar individu (eksternal) untuk mencapai prestasi. Motivasi berprestasi tersebut ditandai dengan adanya suatu usaha untuk mencapai dan mempertahankan prestasi, mencapai kesuksesan, mengatasi rintangan, mengungguli orang lain, berusaha untuk berprestasi lebih baik dari masa lampau, dan tidak takut atau menghindari kegagalan. Dorongan atau keinginan untuk berprestasi tersebut dilakukan dalam segala aktivitas dan ditandai dengan pencapaian hasil kerja yang maksimal.

Pengukuran motivasi berprestasi dilakukan dengan menggunakan skala motivasi berprestasi. Dalam skala ini, tingkat motivasi berprestasi diungkap lewat indikator ciri-ciri individu yang memiliki motivasi berprestasi tinggi yang disampaikan oleh David McClelland (1985), yaitu memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya, membutuhkan umpan balik terhadap kinerjanya, dan inovatif.

(56)

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah mahasiswa-mahasiswa yang masih tercatat aktif dalam perkuliahan. Pemilihan subjek ini dimaksudkan karena mahasiswa-mahasiswa tersebut masih mengikuti kegiatan belajar mengajar dan memiliki iklim kompetisi yang tinggi.

Sampel dalam penelitian ini diambil dengan cara purposive sampling, yaitu suatu cara memilih sekelompok subjek berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat yang dapat dipandang berkaitan erat dengan ciri-ciri atau sifat-sifat-sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya (Hadi, 1996).

E. Metode dan Alat Pengumpulan Data

1. Metode Pengumpulan Data

(57)

Skala yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua skala yaitu Skala Kepribadian Ekstrovert dan Skala Motivasi Berprestasi yang disusun oleh peneliti sendiri. Kedua skala tersebut disusun dengan teknik summated rating dari Likert. Subjek diminta untuk memilih pernyataan dengan memilih salah satu jawaban dari empat altenatif jawaban yang disediakan, yaitu “Sangat Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS),

dan “Sangat Tidak Sesuai” (STS). Dalam penelitian ini, peneliti hanya

mencantumkan empat altenatif jawaban untuk menghindari jawaban netral.

Item-item dalam kedua skala tersebut terdiri dari pernyataan-pernyataan favorabel dan unfavorabel. Pernyataan favorabel adalah pernyataan yang isinya mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur. Sedangkan pernyataan unfavorabel adalah pernyataan yang isinya tidak mendukung, memihak, atau menunjukkan ciri adanya atribut yang diukur.

Skala yang digunakan untuk mengukur objek penelitian ini adalah metode rating yang dijumlahkan (method of summated ratings) atau yang lebih dikenal dengan Skala Likert. Setiap jawaban subjek diskor sesuai dengan nilai kategori jawaban, kemudian masing-masing jawaban skor dijumlahkan sehingga merupakan skor total subjek.

(58)

Tabel 1 Skor Penilaian Skala

Alternatif Jawaban

Skor

Favorabel Unfavorabel

Sangat Sesuai (SS) 4 1

Sesuai (S) 3 2

Tidak Sesuai (TS) 2 3

Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Sebelum digunakan dalam penelitian sesungguhnya, skala yang akan digunakan diujicobakan terlebih dahulu. Data hasil uji coba kemudian dianalisis secara statistik untuk menemukan validitas dan reliabilitas alat ukur. Skala yang telah memenuhi kualifikasi validitas dan reliabilitas inilah yang dipakai dalam penelitian dengan asumsi bahwa alat ukur tersebut dapat secara tepat mengungkapkan apa yang ingin diungkap, serta ajeg dalam pengukurannya.

2. Alat Pengumpulan Data

(59)

Skala Kepribadian Ekstrovert ini disusun berdasarkan aspek-aspek tipe kepribadian ekstrovert-introvert menurut Eysenck (Eysenck dan Wilson, 1975), yaitu Activity, Sociability, Risk-taking, Impulsiveness, Expressiveness, Reflectiveness, dan Responsibility. Skala ini terdiri dari 112 item yang terbagi dalam item favorable dan unfavorable. Skala ini memuat pertanyaan-pertanyaan tentang objek variabel yang akan diukur. Pertanyaan tersebut merupakan rangkaian kalimat yang menyatakan sesuatu tentang aspek yang akan diukur. Adapun perincian yang disusun dalam blue print sebagai berikut:

Tabel 2

Tabel Blue Print Uji Coba Skala Kepribadian Ekstrovert

Indikator Komposisi Item Jumlah

Favorable Unfavorable

Activity 8 8 16

Sociability 8 8 16

Risk-taking 8 8 16

Impulsiveness 8 8 16

Expressiveness 8 8 16

Reflectiveness 8 8 16

Responsibility 8 8 16

(60)

Tabel 3

Tabel Spesifikasi Uji Coba Skala Kepribadian Ekstrovert

Indikator Komposisi Item Total

Favorable Unfavorable

b. Alat Ukur Motivasi Berprestasi

(61)

Tabel 4

Tabel Blue Print Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi

Indikator

Tabel Spesifikasi Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi

(62)

Skala ini menggunakan empat alternatif jawaban, yaitu “Sangat

Sesuai” (SS), “Sesuai” (S), “Tidak Sesuai” (TS), dan “Sangat Tidak

Sesuai” (STS). Dalam penelitian tidak menggunakan alternatif jawaban

“Netral” (N) karena mempertimbangkan bahwa kategori jawaban “Netral”

mempunyai arti ganda, bisa diartikan belum dapat memutuskan, bisa juga diartikan ragu-ragu. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya kecenderungan menjawab di tengah (Central Tendency Effect), terutama bagi subjek yang ragu-ragu atas kecenderungan arah jawabannya. Selain itu, tujuan memberikan empat alternatif jawaban adalah untuk melihat kecenderungan pendapat responden kea rah sesuai atau tidak sesuai.

Cara pemberian skor pada angket ini bergerak dari nilai satu hingga empat. Butir pernyataan positif (favorable), yaitu pernyataan yang

mendukung motivasi berprestasi, jawaban “Sangat Sesuai” (SS) diberi

skor 4, “Sesuai” (S) diberi skor 3, “Tidak Sesuai” (TS) diberi skor 2, dan

“Sangat Tidak Sesuai” (STS) diberi skor 1. Sedangkan butir pernyataan negatif (unfavorable) yaitu butir pernyataan yang tidak mendukung

motivasi berprestasi, jawaban “Sangat Sesuai” (SS) diberi skor 1, “Sesuai”

(S) diberi skor 2, “Tidak Sesuai” (TS) diberi skor 3, dan “Sangat Tidak

(63)

berprestasi yang tinggi. Sedangkan semakin rendah skor yang diperoleh, maka semakin rendah pula motivasi berprestasi yang dimiliki.

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Pengumpulan Data

1. Validitas Alat Tes

Azwar (2007) mendefinisikan validitas yaitu suatu ukuran untuk mengetahui sejauh mana ketetapan dan kecermatan suatu alat ukur dalam menjalankan fungsi ukurnya. Suatu alat tes dikatakan mempunyai validitas yang tinggi bila instrumen tersebut menjalankan fungsi ukurnya sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut.

(64)

Selanjutnya, pengujian validitas isi ini dilakukan melalui professional judgement. Dalam penelitian ini, professional judgement

dilakukan oleh seorang yang dianggap ahli, yaitu dosen pembimbing skripsi. Tujuan dari pengujian validitas isi tersebut dimaksudkan untuk mengetahui apakah item-item tersebut benar-benar mewakili seluruh aspek yang hendak diukur (Azwar, 2007).

2. Reliabilitas

Reliabilitas pada dasarnya menunjukkan pada konsep sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya. Masalah reliabilitas selanjutnya berkaitan dengan error pengukuran yaitu sejauh mana inkonsistensi pengukuran terjadi apabila dilakukan ulang pada kelompok subjek yang sama (Azwar, 2005).

Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan konsistensi internal dengan tes melalui teknik Alpha Cronbach. Teknik ini digunakan dengan alasan bahwa koofisien alpha dapat mengatasi kelemahan teknik belah dua. Di sisi lain, prosedur pendekatan ini hanya satu kali dengan pengenaan tes hanya pada sekelompok individu sebagai subjek (Azwar, 2005).

(65)

memuaskan apabila koofisiennya mendekati minimal rxx = 0,900 (Azwar, 2007).

Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan SPSS 16 for windows, skala kepribadian ekstrovert memiliki koefisien Alpha Cronbach

sebesar 0,777. Hasil koefisien alpha tersebut menunjukkan bahwa skala kepribadian ekstrovert tersebut reliabel. Sementara itu, skala motivasi berprestasi memiliki koefisien alpha sebesar 0,895 yang menunjukkan bahwa skala tersebut reliabel.

3. Seleksi Item

Item-item pada skala pengukuran harus sesuai dengan konstruk teoretik yang dipakai sehingga dapat melakukan fungsi ukurnya dengan tepat. Kualitas item-item diukur dengan analisis butir. Parameter yang digunakan dalam seleksi item ini adalah koefisien alfa. Koefisien alfa digunakan untuk menetapkan konsistensi internal skala secara keseluruhan. Koefisien ini merupakan fungsi langsung dari jumlah item serta besarnya interkorelasi antar-item. Karena itu koefisien ini bisa dinaikkan baik dengan menambah jumlah item maupun meningkatkan besarnya interkorelasi (Prakosa, 1998).

(66)

alfa pada penghitungan SPSS. Jika tidak dibuang, maka dapat menurunkan koefisien alfa (Prakosa, 1998).

Berikut ini tabel untuk lebih memperjelas tentang seleksi item dengan koefisien alfa ini:

Keterangan: * item yang dibuang

(67)

Setelah item-item yang lebih besar daripada Cronbach's Alpha dibuang, maka Cronbach's Alpha naik menjadi 0,777.

Peneliti melakukan uji coba Skala Kepribadian Ekstrovert dan Skala Motivasi Berprestasi pada tanggal 14-26 Juli 2010 dengan melibatkan 59 mahasiswa Universitas Sanata Dharma dari berbagai jurusan yang masih aktif mengikuti kegiatan perkuliahan. Setelah data diperoleh, peneliti melakukan analisis item dengan menggunakan program SPSS 16 for windows. Berikut ini adalah distribusi item setelah uji coba:

a. Skala Kepribadian Ekstrovert

Pada Skala Kepribadian Ekstrovert, penghitungan menggunakan SPSS 16 for windows di tahap I ditemukan bahwa nilai reliabilitas adalah 0,658. Maka langkah berikutnya adalah melihat nilai cronbach’s alfa if item deleted. Item yang mempunyai nilai cronbach’s

(68)

Tabel 6

Tabel Spesifikasi Skala Kepribadian Ekstrovert Sesudah Uji Coba

Indikator

Keterangan: * item yang gugur

Tabel 7

(69)

Indikator

Komposisi Item

Total

Favorable Unfavorable

Activity 46, 66, 79, 102 6, 98 6

Sociability 16, 80, 93 30, 47, 67 6

Risk-taking 2, 68, 94 24, 63, 99 6

Impulsiveness 7, 52 3, 32, 69, 111 6

Expressiveness 26, 38, 53 12, 43, 101 6

Reflectiveness 34, 77, 95 4, 21, 64 6

Responsibility 40 35, 45, 60, 78, 85 6

Total 19 23 42

b. Skala Motivasi Berprestasi

(70)

Tabel 8

Tabel Spesifikasi Skala Motivasi Berprestasi Sesudah Uji Coba

Indikator

(71)

Tabel 9

Tabel Spesifikasi Skala Motivasi Berprestasi untuk Penelitian

Indikator Komposisi Item Total

Uji asumsi merupakan salah satu syarat dalam penggunaan teknik korelasi untuk memperoleh kesimpulan yang benar berdasarkan data yang ada. Adapun uji asumsi yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui normal tidaknya sebaran data skala kepribadian ekstrovert dan skala motivasi berprestasi. Uji normalitas data dilakukan dengan pengujian One Sample Kolmogorof-Smirnov Test. Pengujian ini dilakukan dengan

(72)

atau p-value (sig) berada di bawah nilai 0,05 (p < 0,05) maka sebaran data tersebut tidak berdistribusi normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara skor variabel kepribadian ekstrovert dan variabel motivasi berprestasi pada mahasiswa merupakan garis lurus atau tidak. Data dikatakan linear apabila dua variabel mempunyai signifikansi kurang dari 0,05 atau p < 0,05 (Priyatno, 2008). Uji linear dilakukan dengan menggunakan program SPSS 16 for windows.

2. Uji Hipotesis

(73)

54

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dengan tujuan mencari hubungan kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi pada mahasiswa ini dilaksanakan pada tanggal 22-29 September 2010 di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengambilan data penelitian ini dilakukan dengan cara peneliti terjun langsung ke lapangan untuk mencari subjek yang sesuai dengan kriteria subjek penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, yaitu mahasiswa yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Sampel dalam penelitian ini mengambil mahasiswa dari jurusan Psikologi dan Biologi. Pengumpulan data penelitian dilaksanakan dengan cara meminta subjek memberikan jawaban pada kuisioner yang berisi dua skala, yaitu Skala Motivasi Berprestasi dan Skala Kepribadian Ekstrovert.

(74)

B. Data Demografi Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah mahasiswa yang masih aktif mengikuti perkuliahan. Peneliti mengambil sampel mahasiswa dari jurusan Psikologi dan Pendidikan Biologi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, yang terdiri dari 116 subjek.

Berikut ini merupakan tabel data demografi subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin, program studi, dan usia:

Tabel 10

Data Jenis Kelamin Subjek Penelitian

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-laki 41 35 %

Perempuan 75 65 %

Jumlah 116 100 %

Tabel 11

Data Program Studi Subjek Penelitian

Prodi Jumlah Persentase

Psikologi 62 53 %

Pendidikan Biologi 54 47 %

(75)

Tabel 12

Data Usia Subjek Penelitian

Usia Jumlah Persentase

18 tahun 8 7 %

19 tahun 64 55 %

20 tahun 31 27 %

21 tahun 5 4 %

22 tahun 5 4 %

23 tahun 2 2 %

24 tahun 1 1 %

Jumlah 100 100 %

C. Uji Asumsi

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan SPSS 16 for windows dengan cara One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test dan hasilnya adalah sebagai berikut:

a) Nilai probabilitas (p) pada variabel kepribadian ekstrovert sebesar 0,568. Nilai tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga yang menunjukkan bahwa sebaran data pada variabel kepribadian ekstrovert adalah normal.

(76)

2. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan dengan SPSS 16 for windows. Dari hasil uji yang dilakukan menunjukkan bahwa antara kedua variabel yaitu kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi adalah linear karena taraf signifikansi untuk linear lebih kecil daripada 0,05 (p < 0,05) p = 0,028

D. Hasil Penelitian

1. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment pada taraf signifikansi 5% (0,05) dengan program SPSS 16 for windows. Uji hipotesis one tailed dilakukan pada penelitian ini karena hipotesis dalam penelitian ini sudah mengarah yaitu berarah positif.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa koefisien korelasi antara variabel kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi adalah – 0,205 dengan probabilitas 0,014 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif dan signifikan antara variabel kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi. Jadi, semakin ekstrovert maka semakin rendah motivasi berprestasi seseorang. Sebaliknya, semakin introvert maka semakin tinggi motivasi berprestasi seseorang.

(77)

terhadap motivasi berprestasi. Ini berarti sumbangan 95,8% terhadap motivasi berprestasi diperoleh dari faktor lain. Menurut Andreani (dalam Kadir, 2009) kepribadian adalah salah satu faktor internal yang mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang, sehingga masih terdapat faktor internal lain seperti tingkat kecerdasan, pengalaman kerja, jenis kelamin, usia, dan faktor eksternal yang juga mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang. Hal inilah yang perlu diperhatikan kemudian dalam meningkatkan motivasi berprestasi seseorang.

2. Uji Tambahan

Uji tambahan diberikan untuk mendeskripsikan data penelitian secara umum. Deskripsi data yang dilakukan dalam penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui tinggi rendahnya hasil dari subjek penelitian mengenai hubungan kepribadian ekstrovert dan motivasi berprestasi pada mahasiswa. Pada tabel berikut ini dapat dilihat deskripsi data penelitian.

Tabel 13

Deskripsi Statistik Data Penelitian

Variabel N Minimum Maksimum Mean SD p t

Teoritis Empiris Teoritis Empiris Teoritis Empiris Kepribadian

Ekstrovert 116

42 79 168 115 105 100,95 6,482 0,014 -6,732

Motivasi

(78)

Mean teoritis pada Skala Kepribadian Ekstrovert sebesar 105 dan mean empirisnya sebesar 100,95 serta p = 0,014. Hasil tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih kecil daripada mean teoritisnya sehingga dapat dikatakan bahwa subjek penelitian memiliki kecenderungan tipe kepribadian introvert.

Mean teoritis pada Skala Motivasi Berprestasi sebesar 75 dan mean empirisnya sebesar 91,11 serta p = 0,014. Hal tersebut menunjukkan bahwa mean empiris lebih besar daripada mean teoritisnya sehingga dapat diartikan bahwa motivasi berprestasi pada subjek penelitian tergolong tinggi.

E. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis data menggunakan uji korelasi Pearson Product Moment dalam program SPSS 16 for Windows terhadap kedua variabel penelitian diperoleh bahwa hipotesis penelitian ditolak, yang berarti ada hubungan negatif antara kepribadian ekstrovert dengan motivasi berprestasi pada mahasiswa. Dengan kata lain, semakin ekstrovert seseorang, maka motivasi berprestasinya rendah. Atau dapat dikatakan pula bahwa semakin introvert, maka semakin motivasi berprestasinya tinggi.

(79)

Hal ini sesuai dengan ciri-ciri individu yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi yaitu persisten atau gigih (McClelland, 1985). McClelland mengatakan bahwa seseorang dengan motivasi berprestasi tinggi cenderung persisten dalam mengerjakan tugas.

Selanjutnya, menurut Eysenck dan Wilson (1975), seseorang dengan tipe kepribadian introvert cenderung hati-hati dan berpikir panjang sebelum mengambil keputusan, sistematis, dan cenderung berpikir dulu sebelum berbicara. Hal ini sangat sesuai dengan ciri-ciri individu dengan motivasi berprestasi tinggi yaitu memiliki tanggung jawab pribadi terhadap kinerjanya (McClelland, 1985). Seorang individu yang berkepribadian introvert akan bertanggung jawab penuh terhadap kinerjanya dengan cara berhati-hati dan berpikir panjang dalam melakukan sesuatu. Cara kerja seorang introvert juga cenderung sistematis. Hal ini dilakukannya sebagai bentuk rasa tanggung jawab terhadap hasil kinerjanya.

Gambar

Tabel 1 Skor Penilaian Skala
Tabel Tabel 2 Blue Print Uji Coba Skala Kepribadian Ekstrovert
Tabel Spesifikasi Uji Coba Skala Kepribadian Ekstrovert
Tabel Blue Print Uji Coba Skala Motivasi Berprestasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

The Joong Ang Ilbo , Korea Selatan pada bulan September 2003, menilai bahwa 43,7 % responden menyatakan bahwa hubungan aliansi yang dilakukan Amerika Serikat dengan Korea Selatan

Kata ganti orang dalam bahasa Arab yang menunjukkan orang III laki-laki dan perempuan baik tunggal, double, serta plural dapat digunakan untuk menggantikan

Depok: Universitas Indonesia, Program Studi Magister Ilmu Fisika, Fakultas Ilmu dan Pengetahuan Alam.. Medan: Universitas Sumatera Utara, Program

Sehubungan dengan pelaksanaan Kualifikasi Seleksi Umum Penyedia Jasa Konsultansi, Sekretariat Jenderal Kementerian ESDM Tahun Anggaran 2012 untuk pekerjaan ” Kajian

Katalis padatan basa belum digunakan secara luas bila dibandingkan dengan penggunaan katalis padatan asam, meskipun katalis padatan basa secara efisien juga mampu berperan

Jenis penelitian adalah adalah Quasi eksprimen untuk melihat efek suplementasi tablet Fe + vitamin C dan obat cacing terhadap perubahan kadar haemoglobin pada remaja

Dalam makanan yang kita konsumsi, kita tidak mengetahui apakah di dalam makanan tersebut terdapat zat pewarna sintetis yang dilarang atau tidak, khususnya

Pelatihan Pembelajar Sukses Mahasiswa Baru Universitas Gadjah Mada yang selanjutnya disebut PPSMB UGM adalah kegiatan pengenalan lingkungan kampus Universitas Gadjah