• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambar 2.1 Lokasi Kabupaten Kapuas Hulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Gambar 2.1 Lokasi Kabupaten Kapuas Hulu"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

B

Kabupaten Kapuas Hulu dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 3

Tahun 1953 dengan luas wilayah 29.842,00 km2 atau 2.984.200 Ha, dengan

letak geografis antara 111,40o – 111,10o Bujur Timur dan antara 0,50o Lintang

Utara – 1,40o Lintang Selatan.

Gambar 2.1 Lokasi Kabupaten Kapuas Hulu

(2)

II - 2

Batas wilayah Kabupaten Kapuas Hulu adalah sebagai berikut:

 Sebelah utara dengan Sarawak (Malaysia Timur)

 Sebelah Barat dengan Kabupaten Sintang

 Sebelah Selatan dengan Kabupaten Sintang

 Sebelah Timur dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah

Dengan batas wilayah seperti tercantum di atas, luas wilayah Kabupaten

Kapuas Hulu setara dengan 20,33% dari luas Propinsi Kalimantan Barat secara

keseluruhan yang mencapai 146.807 km2.

Selanjutnya, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Nomor 343

Tahun 1987 dan Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 1996, luas wilayah

pemerintahan Kabupaten Kapuas Hulu ditetapkan menjadi 23 wilayah

Kecamatan yaitu: Kecamatan Putussibau Utara, Kecamatan Putussibau Selatan,

Kecamatan Bika, Kecamatan Kalis, Kecamatan Mentebah, Kecamatan Boyan

Tanjung, Kecamatan Pengkadan, Kecamatan Hulu Gurung, Kecamatan

Seberuang, Kecamatan Semitau, Kecamatan Suhaid, Kecamatan Selimbau,

Kecamatan Jongkong, Kecamatan Bunut Hilir, Kecamatan Bunut Hulu,

Kecamatan Embaloh Hilir, Kecamatan Embaloh Hulu, Kecamatan Batang

Lupar, Kecamatan Badau, Kecamatan Empanang, Kecamatan Puring Kencana,

Kecamatan Silat Hilir, dan Kecamatan Silat Hulu. Sementara itu, secara

administrasi Kab. Kapuas Hulu dibagi menjadi 4 wilayah Kelurahan, 278 Desa

dan 568 Dusun. Adapun persebaran wilayah Kecamatan di Kab. Kapuas Hulu

(3)
(4)

II - 4

Tabel 2.1 Nama Ibukota Kecamatan dan Jumlah Desa dan Kelurahan Di Kabupaten Kapuas Hulu

Sumber : Data Pokok Tahun 2013

2.1.1 Profil Geografi

Secara keseluruhan Kabupaten Kapuas Hulu merupakan daerah yang

telah mengalami pengikisan dan sudah tua, yang ditandai dengan tepian tebing

sungai yang kecil dan berbelok-belok. Morfologi daerah Kabupaten Kapuas

Hulu umumnya berbentuk wajan (kuali) yang terdiri dari daratan

rendah/cekung yang terendam air serta daerah danau dan rawa-rawa yang

berair cukup dalam.

Kecamatan Ibukota Jumlah

Desa/Kelurahan

1 Putussibau Utara Putussibau 19

2 Putussibau Selatan Kedamin 16

(5)

Sebagian daerah memiliki kawasan danau dan rawa-rawa berair dalam,

sedangkan dataran rendah yang bukan danau terendam dua kali setahun selama

setengah sampai enam bulan. Pada dataran tinggi diselingi rawa-rawa

memanjang tetapi sempit atau diselingi oleh bukit kecil.

Kabupaten Kapuas Hulu umumnya beriklim tropis dengan temperatur

udara rata-rata perbulan berkisar antara 22,9oC sampai 33,5oC, kelembaban

nisbi rata-rata perbulan 84,6%, intensitas penyinaran matahari adalah 38%.

Curah hujan yang cukup tertinggi terjadi pada Mei (547,6 mm) dan curah hujan

yang rendah antara bulan Agustus (222,2 mm).

Luas hutan di Kabupaten Kapuas Hulu mencapai luas 2.446.148 Ha,

yang terdiri dari Taman Nasional 925.134 ha; hutan lindung 834.140 ha; hutan

produksi terbatas 485.495 ha; hutan produksi konservasi 109.065 ha; hutan

produksi biasa 174.440 ha.

2.1.2 Profil Demografi

Penduduk merupakan salah satu modal dasar pembangunan suatu daerah yang

sangat penting dan berpotensi secara ekonomi. Besarnya jumlah penduduk

berarti banyak tenaga kerja yang tersedia. Akan tetapi besar secara kuantitas

saja tidak cukup membantu bagi peningkatan pembangunan, karena tidak akan

bermanfaat jika tidak diimbangi kualitas yang baik.

a. Jumlah Penduduk dan Sebarannya

Pada tahun 2013 jumlah penduduk di Kabupaten Kapuas Hulu mencapai

247.306 jiwa yang menyebar di 23 kecamatan. Jumlah KK mencapai 67.156

kk. Dengan luas wilayah yang mencapai 29.842 km2, Kapuas Hulu

mempunyai kepadatan penduduk sebesar 8,29 jiwa/km2. Kecamatan yang

mempunyai jumlah penduduk terbesar adalah Kecamatan Putussibau Utara,

Putussibau Selatan dan Silat Hilir yang masing- masing mempunyai jumlah

(6)

II - 6

Tabel 2.1 Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu

Tahun 2013

Sumber :Data Pokok 2013 Kab. Kapuas Hulu

Kecamatan yang mempunyai kepadatan penduduk tertinggi adalah

kecamatan Hulu Gurung yang mencapai 31,76 jiwa/km2 disusul oleh

kecamatan Jongkong 25,88 jiwa/km2.

b. Komposisi Umur dan Angka Ketergantungan

Struktur umur penduduk Kapuas Hulu masih berada pada struktur umur

"muda”. Kelompok umur anak-anak (15 tahun ke bawah) dan kelompok

umur muda (20-39 tahun) komposisinya terlihat relatif lebih besar

(7)

Dibawah ini ditampilkan data jumlah dan sex ratio penduduk bersumber dari

Kapuas Hulu Dalam Angka Tahun 2013.

Tabel 2.2 Jumlah dan Sex Ratio Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Kecamatan Jumlah penduduk Sex ratio

Laki-laki Perempuan Jumlah

01 Silat Hilir 8.865 8.122 16.987 109,15

2009 113.603 109.290 222.893 103,95

2008 111.925 106.880 218.804 104,72

2007 110.463 103.297 213.760 106,94

(8)

II - 8

Tabel 2.3 Persentase Penduduk Kabupaten Kapuas Hulu

Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

Kelompok Umur Laki-Laki

(%)

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2013

Perbandingan jumlah penduduk antara jenis kelamin laki-laki dan

perempuan di Kapuas Hulu pada tahun 2013 adalah 103,95. Ini berarti jumlah

(9)

perbandingannnya adalah pada setiap 100 orang perempuan terdapat 103 - 104

laki-laki. Sedangkan jika dilihat angka rasio ketergantungan (dependency ratio)

penduduk antara usia non produktif (usia < 15 tahun ditambah usia > 65

tahun) terhadap usia produktif (15 – 64 tahun)adalah sebagai berikut:

-anak : 48,19 %

93 %

53,12 %

Dengan demikian, pada tahun 2013 setiap 100 orang berusia produktif

di Kapuas Hulu secara rata-rata terbebani oleh sekitar 53 – 54 orang berusia

tidak produktif (terdiri atas 4 - 5 orang lansia dan 48 – 49 orang anak-anak).

2.1.3 Profil Sosial Budaya

Aspek Sosial Budaya yang penting dalam perencanaan pembangunan

daerah diantaranya adalah kondisi mengenai kependudukan dan tenaga kerja,

kondisi kesehatan, pendidikan, kesejahteraan, agama dan kebudayaan. Untuk

menjamin desentralisasi berjalan untuk kepentingan masyarakat adalah dengan

membuat kesepakatan sosial baru (new social contract) dimana masyarakat berhak

atas suatu standar pembangunan manusia yang meliputi tiga dimensi dasar,

yakni lama hidup, pengetahuan dan standar hidup yang dikur dengan angka

harapan hidup, pencapaian pendidikan dan pendapatan per kapita yang telah

disesuaikan dengan varitas daya beli, yakni Indeks Pembangunan Manusia

(IPM).

a. Ketenagakerjaan

Sektor Pertanian masih andalan sebagai mata pencarian di Kabupaten Kapuas

Hulu. Berdasarkan hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional 2013 (SUSENAS

2013), pada tahun 2013 persentase penduduk berumur 10 tahun keatas yang

bekerja, penduduk yang bekerja disektor Pertanian mencapai 75,92 %,

kemudian disusul Sektor Lembaga Keuangan, Jasa dan Lainnya sebesar 10,65

(10)

II - 10

Tabel 2.4 Persentase Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan

Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2013

Jenis Lapangan Usaha

Persentase

Laki-Laki Perempuan Laki-Laki +

Perempuan

Pertanian 69,89 78,17 73,40

Pertambangan dan Penggalian 6,37 0,00 3,67

Industri Pengolahan 0,79 3,06 1,75

Listrik, Gas dan Air Bersih 0,28 0,00 0,16

Konstruksi 4,86 0,00 2,80

Perdagangan, Hotel dan Restoran 4,91 9,38 6,80

Transportasi dan Komunikasi 1,19 0,08 0,72

Lembaga Keuangan, Jasa dan Lainnya 11,71 9,31 10,69

Total 100,00 100,00 100,00

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2013

b. Pendidikan

Titik berat pembangunan pendidikan mengutamakan pemerataan dan

peningkatan kualitas pendidikan dasar dan menengah, perluasan dan

peningkatan kualitas pendidikan kejuruan sekolah lanjutan tingkat atas serta

pelaksanaan wajib belajar sembilan tahun sesuai dengan perkembangan

tuntutan pembangunan dan potensi daerah. Dalam pembangunan pendidikan

seluruh modal dasar pembangunan didayagunakan, terutama penduduk yang

besar jumlahnya sebagai sumber daya manusia yang potensial dan produktif

bagi pembangunan nasional. Salah satu usaha Pemerintah maupun swasta di

bidang pendidikan dalam mengimbangi pertambahan penduduk, khususnya

usia muda adalah dengan menyediakan sarana fisik pendidikan dan tenaga guru

yang memadai. Hal ini perlu terus dilanjutkan untuk keberhasilan pelaksanaan

pendidikan kita.

Pada tahun ajaran 2012/2013 jumlah Taman Kanak-kanak (TK) yang ada di

Kabupaten Kapuas Hulu tercatat sebanyak 38, Sekolah Dasar (SD) sebanyak

425 sekolah, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) sebanyak 104 sekolah

(11)

lengkap dapat dilihat pada tabel 5.1.1. Jumlah murid yang terdaftar untuk tahun

ajaran 2012/2013 sebanyak 856 murid Taman Kanak-Kanak – jumlah ini

mengalami penurunan sebesar 29 murid (atau setara dengan 3,28 %) dari tahun

ajaran 2012/2013, Sekolah Dasar sebanyak 31.304 murid (bertambah 1.155

orang atau turun sebesar 3,83% dari tahun ajaran sebelumnya), Sekolah

Lanjutan Tingkat Pertama sebanyak 8.450 murid (berkurang 52 siswa atau

menurun 0,61 % dari tahun ajaran 2011/2012). Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

pada tahun ajaran 2012/2013 sebanyak 3.022 murid– jumlah ini mengalami

penurunan sebesar 29,34 % atau sebanyak 1.255 murid jika dibandingkan

dengan tahun ajaran sebelumnya. Juga tercatat jumlah guru yang mengajar

untuk Sekolah Dasar sebanyak 3.043 orang, guru Sekolah Lanjutan Tingkat

Pertama sebanyak 853 orang dan guru Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

jumlahnya 481 orang pada tahun ajaran 2012/2013, sedangkan untuk guru

Taman Kanak-Kanak yang tercatat pada Dinas Pendidikan pada tahun

pelajaran 2012/2013 sebanyak 85 orang guru.

Tabel 2.6 Jumlah Sekolah Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2010/2011

Kecamatan TK Sekolah Dasar

Negeri Swasta Ibtidaiyah

(12)

II - 12

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Pembangunan pendidikan di Kabupaten Kapuas Hulu ditujukan dalam rangka

meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dengan tetap mempertahankan

nilai-nilai budaya bangsa dengan 4 (empat) sasaran berupa peningkatan mutu

dan pemerataan pendidikan, peningkatan penguasaan Iptek, peningkatan

apresiasi seni dan budaya daerah serta peningkatan pembinaan pemuda dan

olah raga. Pada sub sektor pendidikan formal di Kabupaten Kapuas Hulu

selama periode lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang relatif

meningkat khususnya dari aspek kualitas maupun kuantitas prasarana dan

sarana baik yang menyangkut jumlah sekolah, ruang kelas, guru atau tenaga

pengajar serta siswa atau murid.

Tabel 2.6 (Lanjutan)

Kecamatan SMTP M. Tsanawiyah Jumlah

Negeri Swasta Negeri Swasta Negeri Swasta

(13)

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Tabel 2.6 (Lanjutan)

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

c. Kesehatan

Pembangunan Kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya

manusia serta kualitas kehidupan dan usia harapan hidup, meningkatkan

(14)

II - 14

kesejahteraan keluarga dan masyarakat serta untuk mempertinggi kesadaran

masyarakat terhadap pentingnya hidup sehat.

Untuk melihat dan menilai kinerja sektor kesehatan di daerah Kapuas Hulu

dapat dilihat melalui perkembangan beberapa indikator, diantaranya yakni:

perkembangan sarana prasarana kesehatan, tenaga kesehatan dan indikator

derajat kesehatan masyarakat Kabupaten Kapuas Hulu.

Kebijakan pemerintah dibidang kesehatan berupa penyediaan berbagai sarana

dan prasarana kesehatan merupakan salah satu usaha untuk memperbaiki

kesejahteraan rakyat dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Adanya

partisipasi yang aktif, baik dari pihak masyarakat maupun pihak swasta turut

mendukung peningkatan upaya pembangunan dan pengembangan sektor

kesehatan ini. Salah satu bentuk partisipasl aktif dari masyarakat tersebut adalah

semakin banyaknya Jumlah Posyandu yang tumbuh dan tersebar hampir merata

dl seluruh wilayah desa/kecamatan. Sedangkan peran serta pihak swasta terlihat

dari adanya usaha-usaha pengembangan fasilitas kesehatan berupa penyediaan

apotek-apotek dan toko obat yang cukup.

Tabel 2.7 Jumlah Rumah Sakit dan Puskesmas

Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2010

Kecamatan

Pelayanan Kesehatan

Rumah Sakit Umum Puskesmas Puskesmas

(15)

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Meskipun demikian, kurangnya jumlah fasilitas kesehatan dan pengaruh faktor

fisik geografis Kabupaten Kapuas Hulu yang begitu luas yang berdampak

terhadap akses ke pusat pelayanan kesehatan. Kapuas Hulu dengan luas 29.842

km2 sampai saat ini masih dilayani oleh satu Rumah Sakit, yakni RSUD dr.

Achmad Diponegoro yang berlokasi di ibukota kabupaten.

Sedangkan tenaga dokter umum telah disebar pada masing-masing kecamatan

yang ada tergambar pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.8 Jumlah Tenaga Dokter Di Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2010

15 Suhaid - 1 2

Kecamatan Dokter Jumlah

(16)

II - 16

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Kekurangan tenaga dokter dan sarana kesehatan berupa rumah sakit dan

puskesmas ini berusaha dilengkapi dengan dibangunnya posyandu-posyandu

serta pengadaan Kader Kesehatan dan Bidan PTT di seluruh wilayah

Kabupaten Kapuas Hulu.

Kecuali bidan PTT, jumlah posyandu, kader kesehatan mengalami

pertambahan dari tahun ke tahun, dimana dengan ini rentang pelayanan

kesehatan dapat lebih panjang dan menjangkau penduduk miskin di pedalaman

wilayah.

Tabel 2.9 Jumlah Pos Yandu, Kader Kesehatan dan Bidan PTT di

Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2010

18 Empanang - 1 - 1

Kecamatan Pos Yandu Kader

(17)

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

2.1.4 Perekonomian Daerah

Pendapatan Asli Daerah (PAD) dapat dijadikan indikator tingkat kemajuan

suatu daerah. PAD Kabupaten Kapuas Hulu pada tahun 2010 bernilai Rp.

20.616.170.859,00 yang bersumber dari :

- penerimaan pemerintah sektor pajak : Rp. 838.293.166,00

- retribusi : Rp. 6.280.755.561,00

- hasil pengelolaan kekayaan daerah : Rp. 3.614.431.369,00

yang dipisahkan

- penerimaan lainnya : Rp. 9.882.690.763,00

Berikut rincian Realisasi penerimaan daerah otonom Kab. Kapuas Hulu pada

tahun 2010.

Tabel 2.7 Realisasi Penerimaan Daerah Otonom Kabupaten Kapuas

Hulu Tahun Anggaran 2010

a. Pajak daerah 838.293.166,00

b. Retribusi daerah 6.280.755.561,00

c. Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 3.614.431.369,00

d. penerimaan lain PAD yang sah 9.882.690.763,00

2. Dana Perimbangan

a. bagi hasil pajak/bagi hasil bukan pajak 65.266.098.253,00

(18)

II - 18

3. Lain lain pendapatan daerah yang sah 7.883.960.000,00

a. Pendapatan Hibah 15.203.367,00

b. Dana Darurat -

c. Dana bagi hasil pajak dari propinsi dan pemerintah

daerah lainnya

9.484.773.116,00

d. Dana penyesuaian dan otonomi khusus 70.531.959.131,00

e. Bantuan keuangan dari propinsi/pemerintah daerah

lainnya

10.329.000.000,00

JUMLAH 777.291.771.726,00

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Tabel 2.8 Realisasi Pengeluaran Daerah Otonom Kabupaten Kapuas

Hulu Tahun Anggaran 2010

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Keadaan perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu dapat dilihat dari

Pendapatan Daerah Regional Bruto (PDRB), yang di dalamnya dapat terlihat

Uraian Realisasi Tahun 2010

(Rupiah)

Belanja daerah

1. Belanja Tidak langsung

a. belanja pegawai 251.400.164.984,00

b. belanja bunga -

c. belanja subsidi -

d. belanja hibah 13.227.156.253,00

e. belaja bantuan sosial 19.873.272.000,00

f. belanja bagi hasil kepada prov/kab/kota dan

pemerintahan desa

-

g. belanja bantuan keuangan kepada prov/kab/kota

dan pemerintahan desa

42.785.910.000,00

h. Belanja tak terduga 3.392.968.958,00

2. belanja langsung

a. belanja pegawai 20.514.858.050,00

b. belanja barang dan jasa 178.361.491.028,00

c. belanja modal 223.504.543.050,00

(19)

sumbangan masing-masing sektor terhadap perekonomian. Walaupun terjadi

penurunan kontribusi setiap tahunnya, sektor pertanian masih tetap menjadi

leading sector dari sektor-sektor lainnya pada tahun 2010.

Sumber : Data Pokok Kab. Kapuas Hulu Tahun 2011

Gambar 2.1 Kontribusi Sektor Perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu

Salah satu cara untuk melihat tingkat kemakmuran suatu daerah adalah dengan

melihat pendapatan perkapita di daerah tersebut. Pendapatan perkapita ini

diperoleh dengan cara membagi nilai PDRB dengan jumlah penduduk

pertengahan tahun. Pada tabel di bawah ini dapat dilihat dari tahun 2006

sampai 2010, apabila dinilai dengan rupiah, nilai PDRB perkapita Kapuas Hulu

menunjukkan trend yang terus naik. Akan tetapi bila dinilai dengan kurs dollar

Amerika Serikat, PDRB perkapita kabupaten Kapuas Hulu angkanya cukup

berfluktuatif. Hal ini disebabkan oleh berfluktuatifnya juga nilai tukar rupiah

terhadap dollar Amerika Serikat.

Rp506.744,45

Rp15.685,19

Rp40.200,02 Rp4.370,12

Rp172.791,47 Rp217.355,72 Rp46.400,16

Rp63.016,82 Rp115.447,49

Pertanian

Pertambangan dan Penggalian

Industri Pengolahan

Listrik, Gas dan Air Bersih

Bangunan

Perdagangan, Hotel dan Restoran

(20)

II - 20 2010 222.160 10.680.465,73 1.176,52 9.078 Sumber : Data Pokok Kab. Kapuas Hulu Tahun 2011

Nilai PDRB Kabupaten Kapuas Hulu dihitung berdasarkan harga

konstan 2000. Untuk tahun 2010 mencapai Rp. 10.680.465,73 bila

dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar Rp. 7.454.262,19 berarti mengalami

kenaikan sebesar Rp. 3.226.203,54 Hal ini menunjukkan bahwa secara riil

perekonomian Kabupaten Kapuas Hulu dapat tumbuh dengan cukup baik.

Tabel 2.10 PDRB Harga Berlaku Tahun 2010

Menurut Lapangan Usaha (Jutaan Rupiah)

No Sektor PDRB Tahun 2010

1 Pertanian 506.744,45

2 P e r t a m b a n g a n & P e n g g a l i a n 15.685,19

3 Industri Pengolahan 40.200,02

4 Listrik & Air Minum 4.370,12

(21)

2.2 Kondisi prasarana Bidang PU/Cipta Karya

2.2.1 Sub Bidang Air Minum

Seperti halnya kebutuhan terhadap energi listrik dan bahan bakar, hal serupa

terjadi juga pada kebutuhan akan air bersih yang mengalami peningkatan

sebagai dampak dari peningkatan kegiatan pembangunan khususnya di sektor

industri. Adapun sistem pelayanan sarana air bersih di Kapuas Hulu hingga

tahun 2009 tercatat baru dilayani dan dikelola oleh 1 (satu) perusahaan Air

Minum (PDAM) dengan sumber air baku dari air sungai yang baru menjangkau

Kota Putussibau sebagai Ibukota Kabupaten dan beberapa kecamatan saja.

Penduduk lainnya dikota-kota kecamatan umumnya menggunakan air Sungai

Kapuas sebagai sumber air utama untuk keperluan sehari-hari disamping Juga

mengandalkan air hujan dan sebagian kecil saja menggunakan air tanah dengan

membuat sumur-sumur dangkal. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya,

bahwa tercatat sebagian besar penduduk di Kabupaten Kapuas Hulu

mengandalkan sumber air minum yang berasal dari air di sepanjang aliran

sungai Kapuas, yakni hampir 70% dari seluruh penduduk di Kapuas Hulu.

Sementara pemanfaatan sumber air ledeng yang dikelola oleh PDAM hanya

sebesar 19,37 % dari seluruh jumlah pengguna atau penduduk yang

membutuhkan air minum. Perusahaan pengelola air minum yang ada saat ini

menggunakan sumber air baku yakni dari sumber air sungai Kapuas yang

selanjutnya dilakukan pengolahan lebih lanjut untuk memperoleh kualitas air

minum yang benar-benar terjamin kemurnian dan higienisnya sebelum

(22)

II - 22

Sumber : Kapuas Hulu Dalam Angka, BPS, 2011

Gambar 2.2 Banyaknya pelanggan air minum menurut jenis pelanggan

tahun 2010

Tabel 2.12 Volume Air Yang Disalurkan PDAM Kabupaten Kapuas Hulu

Jenis Pelanggan Volume Yang Disalurkan (m3)

2008 2009 2010

1. Rumah Tinggal 1.583.590 1.638.883 1.626.384

2. Hotel/ Obyek Wisata 20.638 27.300 27.598

3. Rumah Sakit 47.150 61.347 56.313

4. Rumah Ibadah 12.369 14.687 10.416

5. Instansi Pemerintahan 46.161 60.602 70.936 6. Perusahaan /

Pertokoan

124.587 191.315 192.922

7. Industri besar 1.316 1.399 891

8. Pelabuhan 643 770 810

9. Kebocoran 745.527 882.410 -

(23)

2.2.2 Sub Bidang Persampahan

Secara umum kondisi kebersihan di kawasan permukiman rakyat di Kabupaten

Kapuas Hulu masih kurang memenuhi standar kesehatan. Hal ini antara lain

disebabkan rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan serta

kemampuan ekonomi masyarakat. Pengelolaan sampah secara terpadu masih

jauh dari yang diharapkan, bahkan di ibukota kabupaten.

Volume sampah yang dihasilkan penduduk Kota Putussibau, misalnya,

setiap harinya belum diketahui secara pasti, karena keterbatasan data dan tidak

adanya sistem pendataan dan belum pernah dilakukannya studi tentang

persampahan di Kota Putussibau. Oleh karena itu, perhitungan volume

sampah didasarkan pada standar BNA yang menetapkan bahwa produksi

sampah domestik berkisar antara 2,0 sampai 2,2 liter perorang perhari

sedangkan sampah domestik sekitar 1,0 liter perorang perhari.

Perhitungan kebutuhan sebagaimana tercantum dalam Tabel 2.13

menunjukkan peningkatan pelayanan dari 60 % pada tahun 2006 menjadi 80 %

penduduk (2010) untuk sampah domestik, sementara sampah komersial akan

dilayani 100 % sejak akhir 5 tahun pertama.

Tabel 2.13 Perhitungan Produksi Sampah Kota Putussibau Tahun 2010

Uraian Tahun 2006 Tahun 2008 Tahun 2010

Jumlah penduduk 13.204 14.080 15.050

Jumlah penduduk Terlayani 7.924 9.657 12.020

Prosentase Penduduk Terlayani 240,00 280,00 270,00 Prod Sampah Domestik (m3/hr) 272,60 301,23 32,67 Prod Sampah Non Domestik (m3/hr) 212,20 14,06 15,05

Prod Sampah Total (m3/hr) 42,04 45,06 48,14

Vol. Sampah Domestik Terlayani (m3/hr) 17,44 15,61 26,27 Vol. Sampah Tertangani (m3/hr) 30,61 35,75 41,55

(24)

II - 24

Dalam pengembangan sistem pembuangan sampah, beberapa hal perlu

diperhatikan yakni;

1. Sistem pengumpulan 2. Sistem pengangkutan

3. Penampungan sementara (transfer station)

4. Pembuangan akhir

5. Pengolahan sampah tertentu

Untuk daerah permukiman yang teratur di mana semua persil

menghadap jalan, sampah-sampah rumah tangga dapat dikumpulkan secara

door to door oleh petugas dengan gerobak. Sampah kemudian diangkut ke

tempat pembuangan sementara (transfer station) yang terdapat pada pusat-pusat

permukiman. Selanjutnya, truk pengangkut mengumpulkan sampah dari semua

transfer station yang ada dan diangkut menuju tempat pembuangan akhir. Di

tempat pembuangan akhir ini sampah dipisahkan dan diolah dengan metode

pembakaran, dumping. dan lain-lain.

Untuk daerah permukiman yang teratur dimana persil-persil rumah tidak

selalu menghadap jalan dan penggunaan gerobak tidak memungkinkan,

pengumpulan sampah dilakukan oleh masing-masing rumah tangga ke bak-bak

pembuangan sementara di mulut-mulut gang atau di tengah-tengah kumpulan

beberapa rumah yang letaknya dekat dangan jalan lingkungan yang dapat dilalui

truk pengangkut. Dari tempat pembuangan sementara ini truk pengangkut

membawa sampah ke tempat pembuangan akhir. Untuk daerah perdagangan

dan komersial dengan kepadatan bangunan sangat tinggi. pengumpulan

sampah dari bangunan-bangunan dilakukan dengan sistem pewadahan sampah

berupa kantong plastik yang kemudIan dikumpulkan oleh petugas dengan

gerobak dan diangkut menuju bak pengumpul sementara. Selanjutnya, truk

pengangkut membawanya ke tempat pembuangan akhir. Sampah jalan, taman

(25)

dibawa ke tempat pembuangan sementara atau langsung ke truk pengangkut

untuk selanjutnya dikirim ke tempat pembuangan akhir.

Beberapa rumah tangga dengan halaman yang cukup luas bisa mengolah

sampahnya sendiri dengan menimbunnya di dalam tanah atau dengan

pembakaran. Dengan sistem pembuangan sampah tersebut, perlu disediakan

1. bak-bak sampah di masing-masing rumah tangga, instansi dan bangunan

lain penghasil sampah

2. bak-bak pembuangan sementara yang mampu menampung sampah

beberapa rumah tangga / bangunan lain. Bila satu bak sampah

sementara berkapasitas 6 meter kubik dengan frekuensi pengangkutan

oleh truk pengangkut dua hari sekali, maka hingga akhir tahun rencana,

sesuai dengan Tabel 2.13, Kota Putussibau diperkirakan perlu

menyediakan 14 buah bak pembuangan sementara (TPS) baik untuk

melayani sampah domestik maupun non domestik.

3. truk pengangkut sampah yang penentuan jumlahnya djtentukan oleh

faktor kapasitas angkut, waktu tempuh dalam sekali angkut, lama operasi

perhari dan kemampuan keuangan pemerintah.

4. kawasan tempat pembuangan akhir yang luasnya ditentukan berdasarkan

jenis pengolahan yang dipakai.

Untuk menentukan sistem pembuangan sampah yang lebih terinci

dengan kebutuhan-kebutuhan lahan yang tepat perlu dilakukan studi khusus,

sekaligus untuk menentukan bentuk sistem pengelolaannya.

2.2.3 Sub Bidang Air Limbah

Di wilayah Kabupaten Kapuas Hulu, terutama kota Putussibau, untuk

pembuangan limbah rumah tangga semuanya di lakukan secara pribadi oleh

masyarakat sendiri dan sampai saat ini belum terdapat suatu sistem pengolahan

(26)

II - 26

2.2.4 Sub Bidang Drainase

Untuk ibukota Kabupaten Kapuas Hulu, yaitu kota Putussibau, sistem drainase

(rioolering) sangat terbatas dan sederhana. Di wilayah ini banyak terdapat parit/

selokan alami yang mengarah ke Sungai Kapuas dan Sungai Sibau. Sistem

drainase ini selain dari parit juga terdapat tiga sistem alternatif yaitu sistem

poulder, pintu air, dan pengaturan hidrolis saluran.

2.2.5 Sub Bidang Tata Bangunan dan Lingkungan

(i). Rencana Penetapan Intensitas Penggunaan Ruang

Rencana penetapan mengenai intensitas penggunaan ruang akan meliputi

pengaturan kepadatan bangunan (Koefisien Dasar Bangunan), rencana

pengaturan ketinggian bangunan, (Koefisien Lantai Bangunan), dan pengaturan

garis sempadan.

Tujuan dilakukannya pengaturan bangunan ini adalah :

1) untuk menjaga kriteria tata letak bangunan (keserasian dan

kekompakan bangunan).

2) menjaga kelestarian sumber daya alam, terutama mempertahankan

luas bidang resapan air permukaan pada tingkat yang serasi dengan

kepentingan pembangunan.

3) mempertahankan bidang terbuka untuk menjaga sirkulasi udara dan

kesejukan pada tingkat ideal.

4) untuk memenuhi faktor kenyamanan, kesehatan dan keindahan

sebagai tempat pemukiman yang layak.

(ii). Rencana Pengaturan Kepadatan Bangunan Di Tiap BWK

Materi yang diatur dalam rencana penetapan kepadatan bangunan meliputi

perbandingan luas lahan yang tertutup bangunan atau bangunan-bangunan

dalam tiap-tiap petak dinyatakan dalam bilangan persen (%). Penetapan

(27)

1) Karakteristik kegiatan utama dimasing-masing unit lingkungan

2) Nilai dan harga tanah

3) Rencana pengaturan unit lingkungan, khususnya unit lingkungan

perumahan (perumahan kepadatan tinggi, sedang dan rendah).

4) Lokasi persil yang bersangkutan (sesuai dengan kelas fungsi jalan yang

ada di depannya).

Penetapan kepadatan bangunan (KDB, dulu dikenal dengan BCR = Building

Coverage Ratio) untuk unit-unit lingkungan perumahan dapat disesuaikan dengan

karakteristik kegiatannya masing-masing. Untuk unit-unit lingkungan

perumahan dapat disesuaikan dengan karakteristik kegiatannya masing-masing.

Untuk kawasan pusat kota dan daerah perdagangan KDB nya ditetapkan

maksimum 85 %, untuk rumah sakit maksimum 30%, untuk sekolah,

perkantoran dan saran peribadatan masing-masing KDB nya maksimum 50%.

untuk industri maximum 75%, untuk terminal maksimum 30%, untuk kawasan

jalur hijau (konservasi) dan taman kota koefisien dasar bangunannya ditetapkan

antara 0-20% dimana yang 20% tersebut berupa bangunan-bangunan

pelengkap. Khusus untuk daerah cadangan pengembangan, sepanjang

pemanfaatan ruangnya tidak diperuntukkan bagi fungsi-fungsi dan karakteristik

yang khusus dan sukar dirubah (seperti industri besar), maka penetapan

KDB-nya disamakan dengan aturan penetapan untuk kawasan terbangun seperti

tersebut sebelumnya.

(iii). Pengaturan Ketinggian Bangunan (KLB) dan Garis Sempadan

a. Ketinggian Bangunan

Kriteria pengembangan dan pengendalian bangunan dalam hal ketinggian di

seluruh bagian Kota Putussibau (disetiap BWK) akan tergantung kepada faktor

antara lain :

- Karakteristik fisik dari lingkungan yang bersangkutan dalam hal ini

(28)

II - 28

- Tingkat penggunaan ruang dan jenis penggunaannya.

- Harga dan nilai tanah

- Aspek urban desain, kesan ritmik, kesan monumental, sinar matahari

serta kesesuaian dengan lingkungan sekitarnya.

(iv) Pengaturan Koefisien Lantai Bangunan

Yang dimaksud dengan Koefisien Lantai Bangunan (KLB) atau juga dikenal

sebagai Floor Area Ratio (FAR) adalah ketinggian maksimum dan minimum

suatu bangunan untuk setiap blok peruntukan dan dinyatakan dalam satuan

angka sampai satu desimal.

Berdasarkan standar Peraturan Bangunan Nasional yang dimaksud dengan

ketinggian bangunan jumlah lantai penuh dalam satu bangunan yang dihitung

mulai dari lantai dasar sampai dengan lantai tertinggi, atas dasar tersebut maka

ketinggian bangunan dapat diperinci atas bangunan satu lantai, bangunan

berangkat dan bangunan tinggi.

Beberapa ketentuan lain yang harus diperhatikan dalam menentukan rencana

ketinggian bangunan dan tinggi bangunan adalah:

1) Ketinggian Bangunan

a) Jarak vertikal dari lantai dasar atasnya tidak boleh lebih dari 5 m,

b) Mezzanine yang luasnya melebihi 50% dari luas lantai dasar dianggap

sebagai lantai penuh,

c) Ruangan tertutup pada lantai atas dasar yang luasnya lebih dari 50% luas

atas tersebut, dianggap sebagai satu lantai penuh.

2) Tinggi Bangunan

a) Tinggi puncak atap suatu bangunan tidak berangkat maksimum 8 meter

dari lantai dasar

b) Tinggi puncak atap suatu bangunan dua lantai minimum 12 m.

3) Koefisien Lantai Bangunan

(29)

dikurangi KDB), misalnya jika suatu persil mempunyai KDB 60%, maka

KLB maksimum adalah 0,8%

Dalam hal penetapan KLB, penting sekali diperhatikan aspek urban desain,

kesan ritmik, kesan monumental pada bangunan tertentu. Dengan demikian

walaupun secara teknis KLB bisa tinggi (KLB besar) tetapi bila dituntut untuk

memenuhi ketentuan tersebut di atas maka dengan sendidnya KLB nya akan

lebih kecil dari semestinya. Adapun penilaian KLB untuk masing-masing

penggunaan utama adalah sebagai berikut :

1. Perumahan

Pengaturan KLB untuk bangunan perumahan di lingkungan/blok

yang sama dengan blok bagi pusat perdagangan baik di pusat kota,

pusat BWK maupun pusat lingkungan/blok adalah maksimal 3 x

KDB. Sedangkan kawasan perumahan lainnya ketinggian hanya

diperbolehkan maksimal 2 x KDB.

2. Industri

Untuk bangunan kegiatan industri, pengaturan ketinggian

bangunannya (KLB) dan pengaturan garis sempadan bangunan perlu

disesuaikan dengan syarat-syarat teknis dari masing-masing kegiatan

industri yang akan dikembangkan.

3. Perkantoran

Untuk kawasan perkantoran, angka KLB nya direncanakan tiga kali

lipat angka KDB. Itu berarti bangunannya diperkenankan sampai 3

(tiga) tingkat. Sedangkan bangunan-bangunan disekitarnya tidak lebih

dari 2 (dua) tingkat, dimana yang satu tingkat di atasnya bukan

merupakan satu lantai penuh (misalnya KDB = 50% dengan KLB =

0,8%). Dengan demikian diharapkan kawasan perkantoran, terutama

kantor bupati, mempunyai kesan yang tersendiri, monumental dan

(30)

II - 30

4. Kawasan CBD (Central Bussiness District)

Khusus untuk kawasan pusat kota (CBD) dimana terkonsentrasi

bermacam-macam kegiatan jasa dan perdagangan, penetapan KLB nya

merupakan yang tertinggj dibandingkan dengan kawasan wilayah kota

lainnya yaitu 3,4. Inj berarti dengan KDB maximum 85%, jumlah

lantai yang diperkenankan di kawasan ini adalah 4 (empat) lantai.

Dengan penetapan KDB dan KLB seperti itu diharapkan penggunaan

ruang di kawasan ini dapat dilakukan seoptimal mungkin.

5. Kawasan Sekitar Lapangan Terbang Pansuma

Untuk kawasan sekitar lapangan terbang ketinggian bangunan tidak

lebih dari 2 (dua) lantai. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan

pandangan bebas dan keleluasaan bagi para pilot yang akan

menerbangkan (take-off) atau mendaratkan pesawatnya.

Sedangkan pengaturan KLB nya di dalam kawasan lapangan terbang itu sendiri

disesuaikan dengan persyaratan teknis yang dituntut oleh kegiatan lapangan

terbang.

(v) Garis Sempadan Bangunan

Pengaturan sempadan bangunan yang direncanakan menyangkut garis- garis

sempadan muka bangunan, sempadan belakang bangunan dan garis sempadan

samping bangunan. Tujuan pengaturan garis sempadan ini selain untuk

menciptakan keteraturan bangunan juga untuk memperkecil reslko penjalaran

kebakaran, memperlancar aliran udara segar, cahaya matahari dan sirkulasi

manusia di dalam serta halaman rumah, dan ketentuan pengaturan garis

sempadan ini sudah baku dan berlaku umum.

Penetapan garis sempadan adalah sebagai berikut :

1) Garis sempadan muka bangunan dan sempadan samping yang

menghadap jalan ditetapkan 1/2 (setengah) dari lebar Daerah Milik

(31)

(Dawasja).

2) Garis sempadan samping bangunan berjarak minimal 1,5 m dari

dinding samping (kanan-kiri) bangunan.

3) Garis sempadan belakang rumah berjarak minimal 2 m dari dinding

bangunan.

Selain pengaturan seperti tersebut di atas, ada suatu hubungan (keterkaitan)

antara lebar sempadan dengan tinggi maksimal bangunan seperti diatur dalam

peraturan nasional yang dikeluarkan oleh Direktorat Penyelidikan Masalah

Bangunan, Dirjen Cipta Karya Departemen pekerjaan Umum, yaitu tinggi

bangunan yang terletak pada suatu jalan tidak boleh melebihi dari satu setengah

(1/2) kali jarak antara garis-garis sempadan bangunan yang berhadapan pada

jalan yang bersangkutan (ROW atau Dawasja).

(vi) Rencana Penanganan Bangunan

Rencana penanganan bangunan ini meliputi penanganan bangunan dan

jaringan pergerakan serta utilitas yang dirinci untuk setiap unit lingkungan.

Dalam uraian subbab sebelumnya tentang rencana Pengembangan lingkungan

perumahan telah diuraikan mengenai pedoman pembangunan fisik lingkungan

perumahan yang juga berlaku untuk lingkungan-lingkungan lainnya.

Bentuk-bentuk pedoman pembangunan fisik tersebut dikelompokkan menjadi

7 (tujuh) jenis kegiatan yaitu :

1) Pemeliharaan dan Peningkatan Kualitas

Salah satu bentuk pengembangan/pembangunan fisik yang ditujukan untuk

kawasan-kawasan (lingkungan atau bangunan-bangunan) yang secara umum

sudah mempunyai keadaan yang memenuhi syarat, bila dikaitkan dengan

potensi dan kelengkapan elemen-elemen penunjang kegiatan di kawasan

tersebut atau kondisi konstruksi bangunan-bangunannya. Bentuk

(32)

II - 32

tetapi justru menyempurnakannya.

Kawasan-kawasan (lingkungan atau bangunan-bangunan) yang

dikelompokkan dalam katagori ini untuk pedoman pengarahan dasar

pembangunan fisik merupakan kawasan-kawasan yang dapat dijaga

kestabilan potensinya sampai dengan periode perencanaan berakhir. Contoh

bentuk-bentuk tindakan untuk pengarahan pembangunan fisiknya antara

lain :

a) Memelihara bentuk-bentuk bangunan dan menjaga eksistensl

elemen-elemen pokok penunjang kegiatan (saluran air minum, fasilitas

kesehatan, pendidikan dan sebagainya).

b) Menyempurnakan bentuk-bentuk penampilan visualnya sesuai dengan

jenis-jenis kegiatan yang dilangsungkan.

c) Memelihara dan meningkatkan kelestarian dengan lingkungan

hidupnya.

d) Membatasi semaksimal mungkin perkembangan fisik yang tidak sesuai

dengan fungsi peruntukan kawasan.

Melihat sifat pembangunannya ini, kegiatan ini paling efektif dilaksanakan

bersama partisipasi aktif masyarakat setempat.

2) Rehabilitation (Perbaikan)

Bentuk pengembangan fisik suatu kawasan yang dititikberatkan pada

peningkatan kualitas dan kapasitas elemen-elemen pokok karena dipandang

sudah tidak memadai (memenuhi syarat tertentu) dan penambahan

elemen-elemen tertentu sesuai dengan kebutuhan. Elemen-elemen-elemen pokok tersebut

adalah fasilitas penunjang utama kegiatan penduduk setempat (seperti jalan

lingkungan, pembuatan saluran pembuangan, hidran umum, MCK dan

sebagainya). Strategi pengembangan ini pada prinsipnya merupakan bentuk

penjabaran dari tujuan jangka panjang, yaitu pemerintahan penyediaan

fasilitas untuk seluruh masyarakat. Oleh karena itu sasarannya dikhususkan

(33)

Program ini dikenal dengan KIP (Kampoong Improvement Program).

Dalam pengarahan pembangunan fisik perencanaan Kota Putussibau,

kawasan-kawasan yang termasuk dalam kategori direhabilitasi pada

umumnya adalah kawasan-kawasan perumahan di sepanjang alur Sungai

Kapuas dan Sibau yang kepadatannya sudah tinggi atau kawasan-kawasan

kumuh yang berada di sekitar pusat-pusat kegiatan.

3) Renewal (perbaharuan)

Bentuk pengembangan fisik suatu kawasan (bangunan) dangan

memperbaharui desain atau konstruksi beberapa elemennya sesuai dengan

tujuan- tujuan tertentu. Kawasan yang menjadi sasaran pada umumnya

merupakan kawasan non perumahan, seperti misalnya perdagangan, jasa

atau perkantoran.

Sedangkan tujuan pengembangan renewal ini secara global biasanya dikaitkan

dengan kepentingan untuk mempertegas fungsi kawasan tersebut (misalnya

kawasan pusat kota) di samping menciptakan iklim persaingan (kompetisi)

yang sehat antar pengusaha akibat dari penyempurnaan penampilan visual

beberapa elemen kegiatannya.

4) Redevelopment (Pembangunan Kembali)

Bentuk pengembangan suatu kawasan (bangunan-bangunan) dengan

merubah struktur/konstruksinya disesuaikan dengan prakiraan kesesuaian

dan kebutuhan kegiatan tersebut. Kadangkala pembangunan kembali ini

disertai dengan penggantian jenis kegiatan dari yang ada semula karena

pertimbangan-pertimbangan segi ekonomi tertentu. Sedangkan dikaitkan

dengan perkembangan kegiatan-kegiatan kota, redevelopment (pembangunan

kembali) ini diselenggarakan karena peningkatan intensitas kegiatan yang

bersangkutan di kawasan-kawasan tertentu. Sehingga kawasan kota tersebut

dianggap kurang sesuai dengan syarat minimal lingkungan

perumahan/kegiatan yang memadai, sedangkan perbaikannya secara teknis

(34)

II - 34

Kegiatan/penghuni dari lingkungan semacam ini perlu diarahkan ke

tempat/lokasi kegiatan/perumahan yang lebih memadai dan memenuhi

standar minimal. Lingkungan yang perlu penanganan ke dalam program ini

antara lain adalah pada kawasan perumahan tepi sungai yang dapat

mempercepat erosi tepi sungai dan kawasan perumahan yang terancam

pengikisan erosi tepi sungai.

5) Sites and Services

Pengembangan kawasan baru yang belum terbangun dengan penyediaan

sarana-sarana pokok penuniang kelangsungan kegiatan yang direncanakan

di kawasan yang bersangkutan. Pengembangan kawasan dengan sites and

services ini disesuaikan dengan rencana peruntukkan tanahnya, misalnya pada

kawasan tersebut direncanakan akan digunakan untuk kawasan perkantoran,

maka pengembangan sites and services-nya harus sesuai dengan rencana fungsi

perkantoran tersebut (rencana jaringan transportasi dengan kapasitas

memadai dan sebagainya). Demikian pula halnya apabila kawasan tersebut

diperuntukkan untuk perumahan, maka pengembangan sites and services - nya

harus sesuai dengan fungsi perumahan yaitu berupa pembuatan

prasarananya saja (jalan, riol, jaringan air bersih, jaringan listrik dan

lain-lain).

6) Pembangunan Lingkungan Perumahan Baru

rencana penanganan bangunan dijadikan satu kelompok, yaitu menjadi

kegiatan pembangunan dan pengembangan lingkungan baru.

Selain tindakan seperti tersebut diatas, jenis tindakan penanganan lainnya

adalah pada daerah-daerah yang perlu dilindungi (tanah konservasi/jalur hijau)

dan yang perlu dipertahankan kondisinya atau daerah cadangan pengembangan.

2.2.6 Sub Bidang Pengembangan Permukiman

Pembangunan perumahan atau pemukiman dan lingkungan merupakan upaya

(35)

tempat tinggal dan lingkungan yang sehat. Pembangunan perumahan ini

sekaligus juga bertujuan untuk meningkatkan mutu lingkungan kehidupan,

memberi arah kepada pertumbuhan wilayah, memperluas lapangan kerja serta

menggerakkan roda kegiatan ekonomi, dalam rangka meningkatkan dan

memeratakan kesejahteraan sosial masyarakat.

Pada umumnya kondisi perumahan dan pemukiman rakyat di

Kabupaten Kapuas Hulu kurang menguntungkan dari aspek kesehatan. Hal ini

antara lain disebabkan karena rendahnya tingkat pengetahuan serta

kemampuan ekonomi masyarakat. Lokasi pemukiman penduduk cenderung

mengikuti alur atau aliran sungai dengan pola pertaniannya yang

berpindah-pindah, di mana membawa pengaruh terhadap pola penataan desa yang

umumnya terpencar dan cenderung menyebar tidak merata.

Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh pengembang/swasta di

Kabupaten Kapuas Hulu belum terlaksana, yang ada baru hanya berupa

pembangunan perumahan yang dilaksanakan melalui program atau proyek

pemerintah, seperti program Penyehatan Lingkungan dan Pemukiman,

Perbaikan Rumah Desa, program kegiatan P2LDT, KIP dan Pembangunan

Pedesaan.

Kualitas rumah tinggal secara umum ditentukan oleh kualitas bahan

bangunan yang digunakan yang secara nyata mencerminkan tingkat

kesejahteraan penghuninya. Hasil SUSENAS 2004 untuk Kabupaten Kapuas

Hulu menggambarkan bahwa luas lantai yang paling banyak ditempati oleh

rumah tangga adalah yang memiliki luas antara 20-49m2 sebanyak 47,60% dan

luas lantai 50-99m2 sebanyak 47,72%. Sedangkan atap yang paling banyak

digunakan adalah atap sirap sebanyak 61,94% dan seng 36,10%. Sementara

jenis lantainya umum masih berupa lantai tanah yakni sebanyak 95,75%

dengan jenis dinding terbanyak menggunakan bahan dari kayu (70,27%).

penerangan rumah yang umum dan terbesar digunakan di Kabupaten Kapuas

(36)

II - 36

sebanyak 26,74%. Sedangkan sumber air minum yang terbesar berasal dari air

sungai (59.31%) dan disusul oleh air kemasan (20,53%), mata air terlindung

Gambar

Gambar 2.1   Lokasi Kabupaten Kapuas Hulu
Gambar  2.2   Peta Kabupaten Kapuas Hulu
Tabel  2.1   Nama Ibukota Kecamatan dan Jumlah Desa dan Kelurahan Di
Tabel 2.1    Kepadatan Penduduk Per Kecamatan di Kabupaten Kapuas Hulu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perlu adanya penyuluhan tentang bahaya dampak negatif dari kegiatan pertambangan emas tanpa izin terhadap lingkungan di kabupaten Kapuas Hulu.. Pemerintah daerah perlu

Penentuan lokasi hutan kota didasarkan pada empat kriteria (suhu permukaan bumi, kemiringan lahan, jarak dari pemukiman dan jenis tanah) dengan kriteria tambahan berupa tutupan

Sedangkan arahan parkir off street terletak di jalan sisi Barat yang menjadi jalan utama Tanah Mas di mana entrance utama bangunan terletak menghadap ke jalan ini, alternatif

Rekomendasi pemupukan yang batas arealnya didasarkan pada evaluasi status kesuburan tanah; dan takaran pemupukannya didasarkan pada pasokan asli hara hasil dari

KEDUA : Indikator Kinerja Utama merupakan acuan ukuran kinerja yang digunakan oleh masing-masing unit kerja di lingkungan Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga

Berdasarkan hasil evaluasi kesesuaian lahan, kondisi perumahan, dan prilaku masyarakat dalam pengelolaan lingkungan yang diteliti disusun suatu pengembangan dalam bentuk

Pembangunan Sarana Pendukung Bangunan Instalasi Rumah sakit Bergerak di Badau.. Belanja Modal Pengadaan

Data yang diperoleh berdasarkan pengambilan sampel tanah secara Purposive sampling, pada masing-masing penggunaan lahan dan dianalisis berdasarkan kriteria-kriteria klasifikasi